ITINERARY Arsip - TelusuRI https://telusuri.id/itinerary/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Mon, 16 Jun 2025 09:57:39 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 ITINERARY Arsip - TelusuRI https://telusuri.id/itinerary/ 32 32 135956295 Panduan Liburan Yogyakarta–Bandung dengan Kereta Api https://telusuri.id/panduan-liburan-yogyakarta-bandung-dengan-kereta-api/ https://telusuri.id/panduan-liburan-yogyakarta-bandung-dengan-kereta-api/#respond Tue, 17 Jun 2025 03:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=47462 Bepergian ke Bandung menggunakan kereta api adalah pilihan yang sangat praktis, nyaman, dan menyenangkan. Kereta api banyak dipilih wisatawan atau warga lokal karena bisa melihat pemandangan dan durasi perjalanan tidak terlalu lama. Berikut ini adalah...

The post Panduan Liburan Yogyakarta–Bandung dengan Kereta Api appeared first on TelusuRI.

]]>
Bepergian ke Bandung menggunakan kereta api adalah pilihan yang sangat praktis, nyaman, dan menyenangkan. Kereta api banyak dipilih wisatawan atau warga lokal karena bisa melihat pemandangan dan durasi perjalanan tidak terlalu lama.

Berikut ini adalah panduan menggunakan kereta api dari Yogyakarta ke Bandung berdasarkan pengalaman saya. Di dalamnya terdapat tips, informasi layanan kereta api dan harga tiketnya, serta pertimbangan memilih stasiun tujuan, antara Stasiun Bandung atau Stasiun Kiaracondong.

Tampak depan Stasiun Yogyakarta (kiri) dan Stasiun Lempuyangan. Jarak kedua stasiun sekitar 2,5 km dan berada di tengah Kota Jogja.

Memilih Kereta Api Yogyakarta–Bandung

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah merencanakan perjalananmu dengan baik. Kereta api (KA) jarak jauh yang menghubungkan Yogyakarta–Bandung umumnya berangkat dari Stasiun Yogyakarta (disebut juga Stasiun Tugu) atau Stasiun Lempuyangan. Lama perjalanan dari Jogja menuju Bandung sekitar 7–8 jam, tergantung dari jenis layanan kereta dan kondisi cuaca. Jadi, pastikan kamu mempersiapkan segala sesuatunya agar perjalanan panjang ini terasa menyenangkan.

Ada beberapa pilihan kelas yang bisa disesuaikan dengan ketersediaan anggaran dan kenyamanan yang kamu inginkan. Jika kamu menginginkan perjalanan dengan fasilitas terbaik dan merasakan nuansa kemewahan, kelas eksekutif adalah jawabannya, dengan harga tiket sekitar Rp300.000–Rp450.000 sekali jalan. Beberapa di antaranya KA Lodaya, Malabar, Argo Willis, Mutiara Selatan, atau Turangga yang mempunyai jadwal keberangkatan dan harga tiket yang cukup beragam. 

Kereta kelas eksekutif menawarkan kenyamanan lebih, dengan kursi yang lebih besar dan ruang kaki maupun bagasi yang lebih luas. Selain itu, layanan makanan dan minuman di kelas ini juga lebih memadai. 

Namun, jika anggaran kamu terbatas, kelas ekonomi premium dengan rentang harga Rp200.000–Rp 300.000 bisa menjadi alternatif yang nyaman. Beberapa kereta api menggabungkan rangkaian kelas eksekutif dengan bisnis atau eksekutif dengan ekonomi.

Sementara itu, kelas ekonomi kini telah mengalami banyak peningkatan dan mempunyai sejumlah pilihan yang perlu kamu ketahui: 

  • Ekonomi AC Reguler: kursi disusun 3-2, dengan sandaran yang belum berubah, tegak, dan ruang kaki yang cukup terbatas. Ini merupakan tipe ekonomi yang paling umum, tetapi tetap dilengkapi AC, toilet, colokan listrik untuk cas handphone, dan cukup nyaman untuk perjalanan jarak menengah.
  • Ekonomi Premium: kursi dengan formasi 2-2, dapat diatur tingkat sandarannya, dan legroom jauh lebih luas jika dibandingkan ekonomi biasa. 
  • Ekonomi New Generation (NG): formasi kursinya 2-2 dengan tipe lebih baru dan memiliki tingkat kenyamanan yang signifikan, bahkan lebih mendekati kelas eksekutif. Dilengkapi fitur seperti pada umumnya, tetapi sandaran kursi lebih ergonomis. Cocok buat kamu yang ingin hemat tanpa mengorbankan kenyamanan.

Jika kamu memilih lebih hemat lagi, maka kereta ekonomi AC reguler adalah pilihan yang lebih terjangkau, dengan harga tiket antara Rp80.000 hingga Rp150.000. Meskipun lebih sederhana, kereta ekonomi tetap menawarkan kenyamanan yang cukup baik untuk perjalanan jarak jauh. Salah satu yang populer adalah KA Kahuripan dengan tiket seharga Rp 80.000 yang jadwal berangkatnya pukul 23.59 WIB. Sekadar tips, jika kamu berencana membeli tiket KA Kahuripan, pastikan untuk memesannya minimal 14 hari sebelum jadwal keberangkatan agar tidak kehabisan.

Perbedaan interior dan susunan kursi kelas ekonomi AC reguler KA Kahuripan (paling kiri), ekonomi premium KA Mutiara Selatan (tengah), dan ekonomi New Generation KA Lodaya

Daftar Pilihan Kereta Api Yogyakarta–Bandung

Berikut ini daftar lengkap harga tiket, kelas dan jadwal keberangkatan kereta api dari stasiun Lempuyangan maupun stasiun Tugu ke Stasiun Bandung dan Kiaracondong:

Rute Stasiun Yogyakarta–Stasiun Bandung
BerangkatTibaKereta ApiKelasRentang Harga
(Rp)
08.1115.27LodayaEkonomi (NG)230.000 – 310.000
Eksekutif430.000 – 540.000
11.3118.05MalabarEkonomi (Premium)217.000 – 345.000
Eksekutif520.000 – 600.000
12.1318.17Argo WilisEksekutif (Reguler)580.000 – 715.000
Eksekutif (Panoramic)1.000.000
20.0103.14LodayaEkonomi (NG)230.000 – 310.000
Eksekutif430.000 – 540.000
22.1605.15Mutiara SelatanEkonomi (Premium)231.000 – 345.000
Eksekutif465.000 – 575.000
22.4105.45MalabarEkonomi (Premium)217.000 – 345.000
Eksekutif520.000 – 600.000
23.5006.10TuranggaEksekutif (Reguler)480.000 – 600.000
Eksekutif (Panoramic)585.000
Rute Stasiun Lempuyangan–Stasiun Kiaracondong
BerangkatTibaKereta ApiKelasRentang Harga
(Rp)
09.5518.58PasundanEkonomi AC (Reguler)154.000 – 235.000
23.5907.15KahuripanEkonomi AC (Reguler)80.000

(pemutakhiran informasi jadwal dan tarif pada 16 Juni 2025 melalui aplikasi KAI)

Tips Membeli Tiket Kereta Api

Setelah menentukan kelas kereta, langkah berikutnya adalah membeli tiket. Saat ini, sangat mudah untuk membeli tiket kereta api secara daring (online) melalui situs resmi PT Kereta Api Indonesia (KAI) di booking.kai.id. Kamu juga bisa memesan lewat aplikasi Access by KAI di gawai Android maupun Apple. Pastikan untuk membuat akun terlebih dahulu, ya.

Pembelian tiket daring tidak hanya lebih praktis, tetapi juga memberi kamu kesempatan untuk memilih tempat duduk sesuai keinginan dan menghindari antrean panjang di stasiun. Selain itu, dengan membeli tiket lebih awal, kamu juga bisa mendapatkan harga yang lebih terjangkau dan menghindari kehabisan kursi pada tanggal yang kamu inginkan. Harga tiket kereta api menuju Bandung bervariasi, tergantung pada jenis kereta yang kamu pilih, serta kelas tempat duduk yang diinginkan. Biasanya ada beberapa pilihan kereta yang tersedia.

Perlu juga untuk diingat, moda transportasi kereta api sangat diminati, terutama saat momen-momen libur nasional seperti Lebaran, Natal, dan Tahun Baru, atau libur panjang akhir pekan yang berdekatan dengan tanggal merah. Pada periode tertentu, lonjakan jumlah penumpang bisa sangat signifikan. Oleh karena itu, jika kamu berencana liburan ke Bandung di waktu-waktu tersebut, sangat disarankan untuk merencanakan perjalanan sejak jauh-jauh hari. Manfaatkan fitur notifikasi dari aplikasi penjualan tiket agar kamu bisa segera membeli tiket saat penjualan dibuka.

Panduan Liburan Yogyakarta–Bandung dengan Kereta Api
Jalan Braga, kawasan wisata penuh sejarah dan peninggalan bangunan ikonik di Kota Bandung/Yayang Nanda Budiman

Menentukan Stasiun Tujuan di Bandung

Menentukan stasiun tujuan antara Stasiun Bandung atau Stasiun Kiaracondong memang bergantung pada sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan. Kedua stasiun ini memiliki kelebihan masing-masing, tergantung pada kebutuhan perjalananmu dan tujuan liburanmu di Bandung.

Stasiun Bandung terletak di pusat kota, sehingga sangat strategis untuk kamu yang ingin langsung menikmati suasana Kota Bandung. Akses transportasi umum seperti taksi, angkot, dan transportasi daring sangat mudah ditemukan di stasiun ini. Dari Stasiun Bandung, kamu bisa dengan mudah menuju berbagai tempat wisata terkenal, seperti Braga, Alun-alun Bandung, dan Pasar Baru. Namun, jika daftar tempat itu terlalu mainstream, maka kamu bisa coba beberapa pilihan destinasi lainnya, seperti pusat kuliner Cihapit, Masjid Raya Al Jabbar, Kiara Artha Park, Museum Geologi Bandung, dan banyak lagi.

Walaupun lebih jauh dari pusat kota, Stasiun Kiaracondong juga menyediakan akses transportasi yang cukup baik. Kamu bisa melanjutkan perjalanan menuju pusat kota maupun tempat wisata lain menggunakan angkot atau taksi. Biaya transportasi lanjutan dari Stasiun Kiaracondong biasanya lebih terjangkau dibandingkan dengan Stasiun Bandung. Jadi, jika kamu tidak keberatan menambah sedikit waktu perjalanan, Stasiun Kiaracondong bisa menjadi pilihan yang lebih hemat dan tenang.

Tips Penting selama Perjalanan di Kereta Api

Selain mengetahui waktu keberangkatan, jenis kereta, dan tarifnya, kamu juga harus mengetahui hal-hal yang mesti dipersiapkan sebelum keberangkatan, supaya perjalanan liburanmu semakin aman dan menyenangkan.

1. Mempersiapkan barang bawaan sebaik-baiknya
Meskipun perjalanan kereta api cukup nyaman, karena waktu tempuhnya yang relatif lama, pastikan kamu membawa barang-barang yang dibutuhkan selama perjalanan.

2. Membawa bekal nakanan dan minuman secukupnya
Membawa makanan dan minuman sendiri sangat disarankan. Walaupun ada layanan makanan di kereta, membawa camilan ringan (roti, buah, kacang-kacangan) atau minuman akan lebih praktis dan ekonomis untuk menemani perjalananmu.

    3. Menggunakan pakaian yang nyaman
    Suhu di dalam kereta bisa menjadi cukup dingin karena adanya pendingin udara, terutama saat malam hari. Membawa jaket atau pakaian hangat akan sangat membantu, apalagi jika kamu memilih jadwal kereta malam.

      4. Peralatan hiburan pengisi perjalanan
      Membawa peralatan hiburan seperti buku, pemutar musik atau film juga bisa membuat perjalanan terasa lebih menyenangkan. Kereta api menyediakan ruang yang cukup luas, sehingga kamu bisa menikmati hiburan pribadi tanpa terganggu.

        Selain kenyamanan, salah satu hal yang paling dinanti-nanti  adalah pemandangan yang bisa dinikmati selama perjalanan. Kereta yang melintasi jalur Yogyakarta–Bandung akan melewati bentang pemandangan alam yang memukau, mulai dari hamparan sawah hijau, pegunungan yang menjulang, hingga kota-kota kecil yang dilalui. Pastikan kamu duduk di sisi jendela agar dapat menikmati pemandangan ini secara maksimal.

        Secara keseluruhan, perjalanan menggunakan kereta api dari Yogyakarta ke Bandung adalah pengalaman yang menyenangkan. Dengan persiapan yang matang, tiket yang sudah dipesan lebih awal, dan barang bawaan yang tepat, perjalanan panjang ini bisa menjadi momen liburan yang seru dan penuh kenangan. Jangan lupa untuk menikmati perjalanan, daya tarik alam dan budaya, dan tentu saja segala hal menarik yang ditawarkan Bandung.


        Foto sampul: Rangkaian kereta api edisi livery HUT Republik Indonesia meliuk di lintasan rel wilayah Daop 2 Bandung, Jawa Barat (Humas PT KAI Daop 2 Bandung via RRI)


        Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
        Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

        The post Panduan Liburan Yogyakarta–Bandung dengan Kereta Api appeared first on TelusuRI.

        ]]>
        https://telusuri.id/panduan-liburan-yogyakarta-bandung-dengan-kereta-api/feed/ 0 47462
        Wisata Seribu Pantai di Maunori https://telusuri.id/wisata-seribu-pantai-di-maunori/ https://telusuri.id/wisata-seribu-pantai-di-maunori/#respond Mon, 05 May 2025 03:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=46835 Maunori. Tempat yang mungkin saat ini masih jarang diketahui banyak orang, terutama masyarakat Flores sendiri. Walaupun bukan daerah asal saya, Maunori sudah seperti rahim untuk keluarga saya. Tanah tempat kedua orang tua saya mengayuh keberaniannya...

        The post Wisata Seribu Pantai di Maunori appeared first on TelusuRI.

        ]]>
        Maunori. Tempat yang mungkin saat ini masih jarang diketahui banyak orang, terutama masyarakat Flores sendiri. Walaupun bukan daerah asal saya, Maunori sudah seperti rahim untuk keluarga saya. Tanah tempat kedua orang tua saya mengayuh keberaniannya meninggalkan kampung halaman untuk mengadu nasib di sini, juga saksi pertemuan pertama mereka hingga saya hadir di dunia.

        Maunori merupakan sebuah kampung kecil di wilayah selatan Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Kurang lebih belasan ribu jiwa dengan suku, etnis, dan ras yang beragam menempati kampung ini. Mata pencaharian masyarakat umumnya sesuai dengan kondisi geografis lingkungan setempat, yakni petani dan nelayan. 

        Satu hal yang selalu berkesan dari masa kecil hingga sekarang adalah kedamaian yang jauh dari kebisingan kota. Udara yang bersih, laut biru, perbukitan hijau, dan suara ombak beradu dengan tawa riang anak-anak kecil yang bermandikan cahaya matahari sore. Ikan segar, siput, gurita, dan tangkapan laut lainnya yang setiap harinya hampir tidak pernah luput menjadi hidangan wajib di rumah-rumah. Walaupun tempat ini masih jauh dari kata berkembang, tetapi kami bersyukur dianugerahi tanah yang memiliki segudang kekayaan, yang mungkin di luar sana tidak bisa dinikmati oleh kebanyakan orang.

        Sebagai bentuk cinta dan terima kasih saya atas berkat di atas tanah ini, saya ingin membagikan beberapa destinasi wisata alam di Maunori. Maunori bisa saya katakan sebagai kampung seribu pantai. Setiap pantai memiliki keunikannya masing-masing. Ini adalah cara saya agar lebih banyak orang mengenal dan melihat potensi kampung kecil tersebut.

        1. Bukit Kekakodo

        Kondisi geografis Maunori berada di pesisir pantai dan diapit oleh perbukitan. Oleh karena itu banyak kawasan bukit yang mudah dijangkau dan menjadi tempat rekreasi. Salah satu yang sering dikunjungi warga lokal maupun para pengunjung dari luar daerah adalah Bukit Kekakodo yang terletak di Kampung Bengga. 

        Tempat ini dapat diakses menggunakan motor maupun mobil. Dari atas bukit kita bisa melihat pemandangan pantai yang terbentang luas di depan mata. Jika ingin berkunjung ke Bukit Kekakodo, disarankan pagi hari sambil berolahraga atau sore hari sembari menanti matahari terbenam.

        Bukit Kekakodo biasanya ramai pengunjung pada hari libur maupun akhir pekan. Banyak warga yang menyempatkan waktu rekreasi bersama keluarga, ada juga anak-anak muda yang berlomba-lomba mencari objek foto dengan latar perbukitan. Tidak ada retribusi di tempat ini, sehingga pengunjung harus memerhatikan kebersihan demi kenyamanan bersama. 

        2. Pantai Maundai

        Pantai ini berlokasi di Maundai, salah satu tempat di Maunori yang padat penduduk dan juga pusat kegiatan masyarakat Maunori. Pantai Maundai berada persis di samping jalan trans Maunori–Nangaroro, sehingga aksesnya sangat mudah. 

        Pantai ini setiap harinya selalu ramai. Selain disibukan dengan aktivitas para nelayan mencari ikan dengan menebar jala, di akhir pekan juga dipadati dengan warga lokal yang mengajak sanak saudara dan keluarganya menghabiskan waktu luang di pesisir pantai. Ada yang melepas penat dengan berendam di laut, ada juga yang menikmati ikan bakar. Di pesisir pantai juga terdapat permukiman warga, kios-kios kecil, dan juga area perkantoran, Walau padat kegiatan, tapi masyarakat masih bisa menikmati suasana deburan ombak dan desiran angin pantai secara cuma-cuma. 

        Waktu terbaik menikmati Pantai Maundai adalah sore hari jelang matahari terbenam. Percayalah, sudah hampir seribu foto sunset dari tahun ke tahun saya abadikan di tempat ini, dan selalu jadi juara di galeri gawai saya.

        3. Pantai Watukembi

        Salah satu keunikan dan daya tarik terbesar Maunori adalah batu-batu alam yang hampir tersebar di seluruh pantai Maunori. Seperti Pantai Watukembi, tempat rekreasi favorit saya sejak SD. Kondisi alam di pantai ini masih terkesan liar dan asri, didominasi dengan bebatuan hitam yang menjulang tinggi. 

        Selain sebagai tempat rekreasi, Pantai Watukembi dinobatkan sebagai lokasi memancing ikan terbaik di Maunori. Bapak saya gemar menghabiskan waktu akhir pekannya dengan memancing ikan di sini. Tangkapan laut yang dibawa para pemancing pun sangat segar dan beragam, seperti ikan merah, ikan kerapu, siput, kima (kerang-kerangan), gurita, dan cumi-cumi.

        Akses menuju Pantai Watukembi sangat mudah karena berada tepat di jalan utama trans Maunori–Nangaroro. Bisa dijangkau menggunakan sepeda motor maupun mobil. Bagi pengunjung yang hendak datang ke pantai ini harus selalu berhati-hati. Sebab, terdapat tebing bebatuan yang cukup tajam dan arus ombak yang lumayan besar. Pengunjung diharapkan menjaga keasrian dan tidak merusak lingkungan.

        4. Pantai Tonggo

        Seperti Pantai Maundai dan Watukembi, Pantai Tonggo juga sering dikunjungi warga lokal maupun dari luar kabupaten pada akhir pekan. Batu-batu alam menghiasi sepanjang pesisir pantai. Selain sebagai tempat peristirahatan, pantai ini juga sekaligus menjadi tempat bakar-bakar ikan untuk santapan bersama keluarga di waktu liburan.

        Pantai ini terletak di Kampung Tonggo yang cukup padat penduduk, sekitar 19 km atau setengah jam perjalanan dengan motor maupun mobil dari Maunori ke arah Nangaroro. Posisi pantai berada di daerah teluk, sehingga suasananya terkesan lebih privat. Semilir angin menari-nari melewati barisan nyiur di tepi pantai, sesekali didapati para nelayan yang kian kemari menebar jala. Sesekali tampak kapal-kapal yang hendak berlabuh ke Ende.

        Bau asap ikan bakar, alunan musik ala Indonesia Timur, dipadu dengan aroma ubi-ubian dan makanan ala rumahan cocok menemani waktu selama menikmati Pantai Tonggo. Jangan lupa memuaskan dahaga dengan beberapa teguk air kelapa segar.

        5. Pantai Maurao

        Sama seperti pantai-pantai sebelumnya, Pantai Maurao juga berada di tepi ruas jalan trans Maunori–Nangaroro. Salah satu pantai yang cukup sering dikunjungi oleh anak-anak muda maupun keluarga. Batu-batu alam berwarna-warni menghiasi bibir pantai ini. Di sekelilingnya terdapat beberapa pohon kelapa yang berayun lembut mengikuti embusan angin pantai. Debur ombak menyeret batu-batu lepas menuju daratan yang kering. 

        Waktu terbaik untuk menikmati suasana Pantai Maurao tentu saja saat sore hari sembari menunggu matahari terbenam. Selain itu, saya dan keluarga biasanya mengoleksi beberapa cangkang kerang kerang laut yang kadang ditemukan di pesisir karena terbawa arus ombak. Beberapa di antaranya merupakan hasil tangkapan sendiri. Ini adalah bentuk kami mengenang memori baik di Pantai Maurao yang menyimpan segala kekayaan lautnya.


        Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
        Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

        The post Wisata Seribu Pantai di Maunori appeared first on TelusuRI.

        ]]>
        https://telusuri.id/wisata-seribu-pantai-di-maunori/feed/ 0 46835
        Puncak Budug Asu, Pilihan Destinasi “Solo Hiking” di Malang Raya https://telusuri.id/puncak-budug-asu-destinasi-solo-hiking-malang-raya/ https://telusuri.id/puncak-budug-asu-destinasi-solo-hiking-malang-raya/#respond Wed, 16 Apr 2025 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=46671 Belakangan sektor pariwisata di Malang Raya semakin menggeliat dan mengundang orang untuk berkunjung. Seperti yang sedang tren di media sosial, terutama Tiktok, yaitu Puncak Budug Asu. Bukit kecil ini berada di Toyomarto, Singosari, Kabupaten Malang,...

        The post Puncak Budug Asu, Pilihan Destinasi “Solo Hiking” di Malang Raya appeared first on TelusuRI.

        ]]>
        Belakangan sektor pariwisata di Malang Raya semakin menggeliat dan mengundang orang untuk berkunjung. Seperti yang sedang tren di media sosial, terutama Tiktok, yaitu Puncak Budug Asu. Bukit kecil ini berada di Toyomarto, Singosari, Kabupaten Malang, termasuk dalam area Perhutani KPH Malang. Lokasinya yang tidak jauh dari pusat Kota Malang, hanya sekitar 30 menit dengan sepeda motor, sehingga cocok sekali bagi yang suka wisata alam, terutama hiking.

        Sabtu (22/2/2025), saya berkesempatan untuk menjajal trek pendakian menuju puncak yang berada di kaki Gunung Arjuno itu. Saya berangkat seorang diri alias solo hiking. Pikir saya, akhir pekan pasti ramai sehingga bukan masalah jika harus berangkat sendirian. Apalagi pendakian tektok alias pendakian pulang pergi (PP) tanpa menginap sedang tren di kalangan anak-anak muda atau Gen-Z. Terutama bagi pendaki-pendaki FOMO (Fear of Missing Out)—istilah untuk orang-orang yang tidak ingin ketinggalan tren kekinian—yang pasti banyak ditemui di sepanjang rute nantinya.

        Puncak Budug Asu memiliki ketinggian 1.422 meter di atas permukaan laut (mdpl). Elevasi dari parkir motor hingga puncak hanya 414 meter, cukup dengan dua jam perjalanan PP. Cocok buat yang hobi pendakian tektok atau trail run.

        Saya berangkat dari Surabaya pukul 07.15 dan tiba di basecamp Puncak Budug Asu via Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari tepat pukul 09.00. Jarak antara gerbang masuk BBIB hingga parkir motor kurang lebih 1,5 kilometer. Saya sarankan menggunakan sepeda motor saja, terutama motor trail, karena jalannya sangat tidak ramah untuk motor matic dan mobil.

        Kiri: Kondisi jalan dari gerbang masuk BBIB menuju pos masuk Puncak Budug Asu. Kanan: Jalan menuju pos registrasi pendakian Puncak Budug Sewu untuk membeli tiket masuk sebesar Rp10.000 per orang dan parkir motor Rp5.000/Dodik Suprayogi.

        Melewati Kawasan Hutan Pinus dan Kebun Kopi

        Sebelum melanjutkan perjalanan yang sesungguhnya, saya tidak henti-hentinya berdoa kepada Tuhan agar diberi keselamatan dan kelancaran, apalagi saya solo hiking. Saya mulai melangkahkan kaki pukul 09.25 dari tempat parkir motor.

        Belum sempat observasi mengenai jalur dan waktu tempuh pendakian Puncak Budug Asu, saya sedikit mengobrol dan bertanya pada juru parkir, agar mempunyai bayangan mengenai trek Budug Asu. “Kalau lari 15–30 menit saja bisa sampai puncak, kalau jalannya kayak keong, ya, bisa dua jam, Mas,” kata Pak Kir.

        Menurut saya, trek pendakian ke Puncak Budug Asu tidak begitu ekstrem. Dari aplikasi Strava saya memantau dua kilometer perjalanan sejak parkir motor, jalan masih cenderung landai, kanan-kiri perkebunan kopi dan hutan pinus yang rindang. Di sini banyak pendaki yang membuat konten video atau sekadar foto-foto. Terutama pengunjung muda-mudi yang terlihat menikmati sekali mengabadikan momen mereka di hutan pinus bersama kawan-kawannya.

        Saya mendekat dan menyempatkan diri untuk bertegur sapa. “Rombongan dari mana, Mas, Mbak? Mau saya fotokan?” 

        Sebagai pendaki solo, ini adalah salah satu cara saya agar tidak bosan di jalan, sekaligus menambah jaringan pertemanan. Saya pun tak ketinggalan untuk mendokumentasikan hutan pinus yang rindang dengan pohon-pohon kopi di bawahnya, menggunakan tripod yang saya bawa dari rumah.

        • Puncak Budug Asu, Pilihan Destinasi “Solo Hiking” di Malang Raya
        • Puncak Budug Asu, Pilihan Destinasi “Solo Hiking” di Malang Raya

        Tanjakan Curam dan Tali Tambang yang Tajam

        Saya melewati sebuah pos yang awalnya loket tiket masuk, tetapi kini berfungsi sebagai lokasi mendirikan tenda bagi yang ingin bermalam. Selanjutnya saya disuguhkan trek yang bikin ngos-ngosan, padahal hanya setengah kilometer saja.

        Terdapat seutas tali tambang sebagai alat bantu melewati jalur yang menanjak. Dari pemantauan alat navigasi saya, kemiringan jalur mencapai 60 derajat sehingga bisa dikatakan cukup ekstrem. Tidak ada sedikit pun jalan yang landai di sini. Dari pos tiket sampai puncak sepenuhnya menanjak, sungguh membutuhkan energi yang ekstra. Banyak pengunjung yang balik badan dan tidak melanjutkan hingga ke puncak. Sebab, treknya memang sangat tidak ramah untuk jantung dan akan licin jika sehabis hujan.

        Maka perlu fisik yang prima di sini. Kalau tidak fokus dan kuat, akan berbahaya buat pendaki itu sendiri bahkan bisa saja jatuh menggelinding hingga cedera fatal. Meskipun demikian, trek ke Puncak Budug Asu bisa dikatakan masih cocok buat pendaki pemula atau tempat diklat pencinta alam yang murah sekaligus untuk senam jantung.

        Ada satu hal yang tidak boleh dilupakan jika mendaki ke Puncak Budug Asu, yaitu sedia sarung tangan. Sebab, gesekan tangan dengan tali tambang cukup membuat iritasi bagi yang mempunyai kulit sensitif, agar tidak luka apalagi sampai berdarah.

        Tanjakan curam Budug Asu yang licin tanpa anak tangga, hanya dibantu seutas tali tambang (kiri) dan trek menuju puncak dengan anak tangga dan seutas tali tambang/Dodik Suprayogi

        Cerah dengan Sedikit Gerimis di Puncak

        Pukul 10.15 saya tiba di puncak. Terlihat dua tenda besar berdiri yang penuh dengan rombongan anak sekolah di depannya, Mereka sedang asyik bersenda gurau.

        Memang, Puncak Budug Asu cukup luas hingga muat untuk mendirikan 20 tenda. Dari ketinggian, terlihat pemandangan hamparan kebun teh Wonosari menghijau.

        Banyak kegiatan yang bisa dilakukan di puncak, salah satu yang lazim adalah foto bersama plakat bertuliskan “Puncak Budug Asu. Tanda jika sudah berhasil hingga puncak. Sementara muda-mudi dari kejauhan sedang asyik joget-joget ala Tiktok, memperlihatkan dari golongan mana mereka lahir: Gen-Z.

        Saya tidak berlama-lama di puncak, hanya kurang lebih 30 menit. Istirahat sejenak untuk minum air putih dan ngemil sedikit snack untuk menambah asupan energi. Cuaca kemudian sedikit gerimis dan kabut mulai tampak, sehingga saya bergegas untuk segera turun.

        Memahami Pakaian yang Sesuai untuk Pendakian

        Menjadi kegelisahan saya di tengah tren pendakian masa kini, ketika pendakian menjadi ajang adu pakaian (outfit). Terutama di kalangan pendaki Gen-Z, yang jauh sekali dari prinsip safety alias menjaga keselamatan.

        Dahulu saat diklat pencinta alam atau pramuka, saya diajarkan tata cara berpakaian di alam bebas, khususnya saat mendaki gunung. Pengetahuan ini penting karena di alam bebas semua hal bisa saja terjadi, sehingga perlu disiapkan dengan matang. Saya memerhatikan, ada pendaki yang hanya memakai sandal jepit dan celana boxer. Ini sangat tidak sesuai dengan cara berpakaian di alam bebas. Semua ada normanya.

        Memang, aktivitas di alam bebas itu bakal memproduksi keringat yang banyak dan bikin gerah badan. Namun, keselamatan diri tidak kalah penting. Pilihlah pakaian yang ringan dan tidak bikin gerah, tetapi tertutup, Meminimalisasi terjadinya luka atau iritasi pada kulit. Sekarang sudah banyak yang jual di lokapasar (marketplace). Lalu alas kaki yang empuk dan bisa melindungi kaki dari benturan benda keras juga penting, seperti sepatu atau sandal gunung khusus untuk trekking atau hiking.

        Outfit yang bermerek itu tidak salah, tetapi pakaian yang tepat jauh lebih penting. Jangan lupa sedia sarung tangan, karena tali tambang di Budug Asu tajam.

        Puncak Budug Asu, Pilihan Destinasi “Solo Hiking” di Malang Raya
        Pakaian saya saat solo hiking, memakai celana pendek dan legging panjang, kaus kaki, sepatu hiking, baju lengan panjang, topi, dan daypack 20 liter yang cukup safety menurut saya/Dodik Suprayogi

        Mendaki dengan Hati Gembira

        Selain niat yang bersih, pendakian ke Puncak Budug Asu juga perlu hati yang gembira alias hati yang kuat. Mengapa begitu?

        Sejauh mata memandang, banyak pendaki yang mountain date alias kencan di gunung, Selain itu, Puncak Budug Asu juga menjadi idola destinasi hiking keluarga. Tidak sedikit saya melihat “keluarga cemara” yang sedang hiking di sini: ayah, ibu dan anak-anaknya. Sungguh pemandangan menyejukkan.

        “Kok sendirian saja, Mas?” tanya seorang bapak yang sedang menggendong buah hatinya, kira-kira umur tujuh tahun, sembari menggandeng tangan sang istri tercinta. Bagi pendaki solo macam saya, hati yang gembira sangat diperlukan jika mendapati kondisi tersebut agar dijauhkan dari sifat iri dan dengki. 

        Bagaimana, tertarik mendaki ke Puncak Budug Asu?


        Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
        Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

        The post Puncak Budug Asu, Pilihan Destinasi “Solo Hiking” di Malang Raya appeared first on TelusuRI.

        ]]>
        https://telusuri.id/puncak-budug-asu-destinasi-solo-hiking-malang-raya/feed/ 0 46671
        3 Destinasi Wisata yang Wajib Dikunjungi di Kampung Merabu Kalimantan Timur https://telusuri.id/3-destinasi-wisata-kampung-merabu-kalimantan-timur/ https://telusuri.id/3-destinasi-wisata-kampung-merabu-kalimantan-timur/#respond Tue, 15 Apr 2025 03:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=46632 Kampung Merabu yang berada di Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, tidak semata permukiman masyarakat Dayak Lebo biasa, tetapi juga penjaga terakhir Sangkulirang-Mangkalihat, kawasan ekosistem karst terbesar di Kalimantan dengan luas luas sekitar 1.867.676 hektare....

        The post 3 Destinasi Wisata yang Wajib Dikunjungi di Kampung Merabu Kalimantan Timur appeared first on TelusuRI.

        ]]>
        Kampung Merabu yang berada di Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, tidak semata permukiman masyarakat Dayak Lebo biasa, tetapi juga penjaga terakhir Sangkulirang-Mangkalihat, kawasan ekosistem karst terbesar di Kalimantan dengan luas luas sekitar 1.867.676 hektare. Ekosistem karst yang pernah diajukan sebagai nominasi situs UNESCO Global Geoparks pada 2016 ini mencakup dua wilayah administrasi, yaitu Berau dan Kutai Timur. 

        Masyarakat Dayak Lebo yang mendiami Merabu, bagian dari Dayak Basap yang menginduk pada Dayak Punan—salah satu rumpun suku Dayak terbesar di Kalimantan—dikenal sebagai suku pemburu (hewan) dan peramu obat-obatan tradisional. Di era modern, masyarakat Merabu umumnya mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan berburu sarang burung walet di liang-liang gua yang tersebar melimpah di hutan Merabu.

        Sejak 2011, Kampung Merabu mulai mengenal konsep ekowisata setelah riset etnografi dan arkeologi yang dilakukan The Nature Conservancy (TNC) beberapa dekade sebelumnya. TNC—yang beberapa tahun kemudian sempat berafiliasi dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN)—membantu masyarakat memetakan potensi sumber daya alam untuk dijadikan peluang ekonomi alternatif melalui pengembangan destinasi wisata secara berkelanjutan.

        Lokasinya Kampung Merabu terletak di pedalaman, sekitar 30 kilometer dari jalan poros Berau–Samarinda, melewati area perkebunan kelapa sawit yang telah merambah kampung tetangga. Sejak 9 Januari 2014, Merabu jadi kampung pertama di Kabupaten Berau yang mendapatkan izin Kementerian Kehutanan untuk mengelola hutan desa seluas 8.245 hektare pada 9 Januari 2014. Sekitar 37,5 persen dari total luas kampung 22.000 hektare (220 km2). Di dalam kawasan hutan desa tersebut, terdapat tiga destinasi utama yang wajib dikunjungi jika merencanakan perjalanan wisata ke Merabu.

        Destinasi Wisata Kampung Merabu Kalimantan Timur
        Foto udara permukiman Kampung Merabu di pinggiran Sungai Lesan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur via TelusuRI/Deta Widyananda

        1. Gua Bloyot

        Gua Bloyot telah menjadi objek cagar budaya di bawah pengelolaan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Kalimantan Timur. Gua ini menjadi salah satu bagian dari sedikitnya 40 gua lateral maupun vertikal dengan tidak kurang 1.975 lukisan cadas prasejarah.

        Beberapa lukisan ikonis di dinding utama Gua Bloyot antara lain gambar cadas berupa lima jari yang dilukis utuh dengan warna dominan merah tua hingga bagian karpal—pergelangan tangan. Tidak hanya tangan, tetapi juga ada lukisan-lukisan fauna, antara lain babi dan gecko yang digambar dengan jari sebanyak tiga buah meruncing.

        Aula utama Gua Bloyot dan lukisan-lukisan prasejarah di dinding gua via TelusuRI/Deta Widyananda

        Untuk menuju Gua Bloyot, kamu wajib ditemani pemandu lokal lalu berjalan kaki sejauh empat kilometer dari kampung dengan kontur medan relatif datar di antara belantara Kalimantan. Sesekali terdengar teriakan owa, orang utan, maupun beruang endemik Kalimantan bersahut-sahutan dari jarak yang jauh. Mendekati Gua Bloyot, trek pendakian akan terjal di antara batuan cadas dan memasuki lorong gua yang gelap, sehingga diperlukan penerangan (headlamp) dan helm untuk keselamatan.

        Kampung Merabu menyediakan paket wisata one day trip atau berkemah semalam jika ingin merasakan sensasi menginap di dalam gua. Biasanya tempat camp akan digelar di aula Gua Lima Cahaya yang terletak di atas Gua Bloyot. Dinamakan ‘Lima Cahaya’ karena terdapat lima lubang di langit-langit gua untuk akses masuk sinar matahari dan corak warna cahayanya bisa berbeda-beda.

        2. Danau Nyadeng

        Danau Nyadeng berwarna toska ini tampak kontras dengan lebatnya hutan hujan tropis khas Kalimantan di sekelilingnya. Memiliki luas kurang lebih seperempat hektare, titik terdalam danau ini disinyalir bisa mencapai 40 meter. Untuk itu hanya orang yang benar-benar mahir berenang yang diizinkan untuk bermain air di danau ini.

        Telaga yang terletak di ketinggian 117 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut mengalir jernih ke anak-anak sungai sekaligus menjadi sumber air minum warga. Tebing-tebing karst cadas menjulang yang mengelilingi area Nyadeng menambah daya pikat. 

        Danau Nyadeng dan fasilitas untuk pengunjung via TelusuRI/Deta Widyananda

        Pihak kampung telah membangun sejumlah fasilitas, di antaranya pondok kayu termasuk dua bilik toilet umum dan area dapur sederhana untuk memasak. Selain itu salah satu yang mencolok adalah rumah kayu yang menempel pohon ulin. Saat musim hujan, air danau akan meluap ke daratan sehingga direkomendasikan untuk bermalam di pondok kayu daripada menggelar tenda. Jangan lupa menyiapkan kantung tidur (sleeping bag) dan lotion antinyamuk agar bisa beristirahat dengan nyaman.

        Untuk menuju Danau Nyadeng, moda transportasi satu-satunya hanyalah menggunakan ketinting atau perahu kayu menyusuri aliran Sungai Lesan sejauh lima kilometer atau sekitar 20 menit. Setibanya di Dermaga Nyadeng, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki santai sejauh satu kilometer dengan waktu tempuh 20 menit. Sejumlah pohon besar mudah dijumpai, antara lain meranti merah (Shorea parvifolia), meranti majau (Shorea johorensis), dan merawan (Hopea mengarawan). Kunjungan wisata ke Danau Nyadeng biasanya serangkai dengan Puncak Ketepu sehingga harus menginap satu malam di tepi danau.

        3. Puncak Ketepu

        Puncak Ketepu berada di ketinggian 393 mdpl. Sepintas tampak pendek, tetapi nyatanya tetap memerlukan perjuangan untuk bisa menjangkau Puncak Ketepu. Sama seperti Gua Bloyot, perjalanan ke Puncak Ketepu membutuhkan fisik ekstra. Sebab, jalur pendakian sangat terjal meski jaraknya ‘hanya’ 500 meter. Kamu harus berhati-hati dengan batu-batu karst yang tajam sehingga direkomendasikan menggunakan sepatu khusus trekking.

        Menurut pemandu lokal, jalur ke Puncak Ketepu searah menuju Danau Tebo, bagian dari ekosistem karst Sangkulirang-Mangkalihat di wilayah Kutai Timur, yang masih berjarak seharian dengan berjalan kaki. Persimpangan jalur ke danau tersebut berada di liang gua mendekati Puncak Ketepu. Terdapat jalan setapak yang curam melipir tebing di sisi jurang dalam.

        Pemuda pemandu lokal di Puncak Ketepu dan pemandangan yang dapat dilihat saat cuaca cerah via TelusuRI/Deta Widyananda

        Umumnya pendakian ke Puncak Ketepu dimulai sejak sebelum subuh, sekitar pukul 04.00–04.30 WITA. Durasi pendakian setidaknya 1,5–2 jam, tergantung ketahanan fisik kamu. Tujuan pendakian pada jam-jam tersebut karena daya tarik Puncak Ketepu adalah pemandangan alam yang tersaji jelang matahari terbit.

        Sejatinya Puncak Ketepu bukanlah yang tertinggi di ekosistem karst Sangkulirang-Mangkalihat. Namun, puncak ini jadi yang paling mudah dijangkau untuk kegiatan wisata. Dari puncak yang tidak terlalu luas, gulungan kabut tipis bak kapas membentuk awan yang melayang rendah di kanopi hutan. Puncak-puncak karst lainnya juga akan terlihat lebih tinggi di sekitarnya. Panorama pagi itu biasanya ditemani suara lengkingan owa kalimantan yang terdengar bergema.

        • Destinasi Wisata Kampung Merabu Kalimantan Timur
        • Destinasi Wisata Kampung Merabu Kalimantan Timur
        • Destinasi Wisata Kampung Merabu Kalimantan Timur

        Aktivitas tambahan

        Selain empat destinasi utama tersebut, ada aktivitas-aktivitas tambahan yang bisa kamu lakukan di Merabu. Pastikan datang pada saat yang tepat. Kamu bisa mengkonfirmasi waktunya ke pihak pengelola ekowisata Merabu.

        Pertama, kamu bisa mengikuti warga Merabu melakukan tradisi bercocok tanam padi gunung atau manugal. Tradisi budi daya pangan dengan sistem ladang berpindah secara gotong royong ini hanya berlangsung dua kali dalam setahun. Lalu malamnya akan berlangsung pesta lemang, yaitu makan-makan bersama di pondok tengah kebun. Lemang adalah kuliner khas Merabu berupa beras ketan dalam bambu panjang yang dibakar.

        Kedua, mengikuti rangkaian Festival Tuaq Manuk yang biasa digelar pada pertengahan tahun. Festival kebudayaan yang masuk dalam kalender wisata Kabupaten Berau ini sejatinya merupakan tradisi gotong royong bernuansa spiritual yang merangkul semua golongan, sekaligus sebagai wadah literasi tentang unsur-unsur kehidupan sehari-hari yang melekat dalam adat Dayak Lebo: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup, sistem mata pencaharian, sistem religi, sistem kesenian, dan sistem kesakralan. 

        Tuaq Manuk memiliki tujuan besar agar masyarakat dan hutan Kampung Merabu diberikan keberkahan dan senantiasa bersyukur pada hasil yang diterima. Baik untuk kebutuhan tahun ini maupun tahun-tahun mendatang. Panen padi sukses, buah-buahan dan madu berlimpah, juga termasuk memberi obat dan doa pada warga yang mengalami beragam kesulitan.

        Destinasi Wisata Kampung Merabu Kalimantan Timur
        Akses jalan tanah di antara perkebunan kelapa sawit Kampung Merapun menuju Kampung Merabu via TelusuRI/Mauren Fitri

        Transportasi dan akomodasi

        Akses termudah untuk menjangkau Kampung Merabu adalah melalui Tanjung Redeb, ibu kota Kabupaten Berau. Tersedia penerbangan reguler dari Jakarta, Surabaya, Balikpapan, dan Samarinda ke Bandara Kalimarau Berau. Adapun jika ingin mencoba petualangan seru, kamu bisa mencoba jalur darat dari Balikpapan ke Tanjung Redeb sejauh hampir 500 km melalui jalan poros Bontang–Sangatta atau Tenggarong–Kutai Timur.

        Tidak ada transportasi umum memadai yang tersedia dari Tanjung Redeb menuju Merabu. Satu-satunya jalan adalah membawa kendaraan pribadi atau menyewa mobil berikut sopirnya. Rata-rata harga sewa mobil (termasuk sopir) dari Tanjung Redeb ke Kampung Merabu sekitar Rp1,5 juta sekali jalan, menempuh jarak 173 kilometer dengan waktu tempuh antara 4,5–5 jam perjalanan. Untuk transportasi kembali ke Tanjung Redeb, biasanya menggunakan armada mobil milik warga Merabu dengan tarif serupa.

        Untuk saat ini tersedia penginapan di rumah warga yang sederhana (homestay) dengan tarif terjangkau. Sebagaimana konsep ekowisata berbasis masyarakat, Kampung Merabu juga memberdayakan masyarakat agar terlibat dalam pengembangan ekowisata di luar pekerjaan utama.

        Untuk kebutuhan listrik, terdapat instalasi panel surya di lahan seluas satu hektare yang terletak di selatan kampung. Jangkauan sinyal seluler dan internet terbatas. Namun, pemerintah kampung menyediakan akses Wi-Fi di kantor kepala kampung yang biasanya dinyalakan pada saat-saat tertentu.

        Destinasi Wisata Kampung Merabu Kalimantan Timur
        Kantor sekretariat Badan Usaha Milik Kampung (BUMKam) Kerima Puri di Merabu, yang mengelola ekowisata kampung via TelusuRI/Rifqy Faiza Rahman

        Pilihan paket wisata Kampung Merabu

        Berdasarkan informasi di Instagram resmi Kampung Merabu, tersedia sejumlah paket wisata dengan varian harga dan durasi perjalanan yang bisa kamu pilih.

        Paket WisataFasilitasHarga
        1 Day Trip
        (Danau Nyadeng & Puncak Ketepu)
        Perahu, life jacket, pemandu lokalRp440.000 (untuk 1–3 pax)
        2 Days 1 Night Trip
        (Danau Nyadeng & Puncak Ketepu)
        Perahu, tenda, life jacket, pemandu lokalRp640.000 (untuk 1–3 pax)
        1 Day Trip
        (Gua Bloyot)
        Headlamp, helm, pemandu lokalRp240.000 (untuk 1–3 pax)
        2 Days 1 Night Trip
        (Gua Bloyot)
        Headlamp, helm, tenda, pemandu lokalRp440.000 (untuk 1–3 pax)
        2 Days 1 Night Trip(Gua Sedepan Bu)Headlamp, helm, tenda, pemandu lokalRp345.000 (untuk 1–3 pax)

        Harga paket wisata tersebut bisa berubah tergantung kuota kelompok wisata, serta belum termasuk transportasi dari tempat asal ke Merabu (PP), lalu donasi konservasi Rp10.000 per orang (wisatawan domestik) dan Rp250.000 per orang (wisatawan mancanegara). Kampung Merabu juga membuka donasi untuk adopsi pohon sebagai upaya melestarikan hutan desa mereka. 

        Untuk permintaan tur khusus atau informasi paket wisata lebih lanjut kamu bisa menghubungi Bu Yervina melalui WhatsApp (+62-813-4593-9332). 


        Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
        Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

        The post 3 Destinasi Wisata yang Wajib Dikunjungi di Kampung Merabu Kalimantan Timur appeared first on TelusuRI.

        ]]>
        https://telusuri.id/3-destinasi-wisata-kampung-merabu-kalimantan-timur/feed/ 0 46632
        Waroeng Kita Reborn: Destinasi Wisata Kuliner Keluarga di Kudus https://telusuri.id/waroeng-kita-reborn-destinasi-wisata-kuliner-kudus/ https://telusuri.id/waroeng-kita-reborn-destinasi-wisata-kuliner-kudus/#respond Mon, 07 Apr 2025 03:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=46564 Kudus memiliki sejumlah kuliner khas yang masyhur, seperti soto, sate, lentog, dan nasi pindang. Juga, Kudus memiliki sejumlah destinasi wisata kuliner yang biasa jadi jujugan para pengunjung saat berada di Kota Kretek itu.  Selain Taman...

        The post Waroeng Kita Reborn: Destinasi Wisata Kuliner Keluarga di Kudus appeared first on TelusuRI.

        ]]>
        Kudus memiliki sejumlah kuliner khas yang masyhur, seperti soto, sate, lentog, dan nasi pindang. Juga, Kudus memiliki sejumlah destinasi wisata kuliner yang biasa jadi jujugan para pengunjung saat berada di Kota Kretek itu. 

        Selain Taman Bojana, destinasi kuliner lainnya yang mulai populer adalah Waroeng Kita Reborn atau akrab disebut dengan akronim Warkit Reborn. Letak pusat kuliner ini termasuk strategis karena lokasinya tidak jauh dari Masjid Menara Kudus. Tepatnya berada di pojok perempatan Sucen, Langgardalem, Kudus, atau sekitar 450 meter sebelah utara Menara Kudus.

        Kepada saya, pengelola Waroeng Kita Reborn, Istiyanto (44) mengatakan pusat kuliner Waroeng Kita Reborn didirikan pada bulan Januari 2019. Awalnya bernama Waroeng Kita. Belum ada kata ‘Reborn’.

        Konsep Warkit Reborn serupa food court (pujasera), yang di dalamnya terdapat sejumlah gerai yang menjual beraneka pilihan kuliner yang sangat beragam. Ada sembilan gerai di sini yang menawarkan beragam kuliner, baik kuliner khas Kudus, Indonesia, hingga mancanegara. 

        Waroeng Kita Reborn: Destinasi Wisata Kuliner Keluarga di Kudus
        Tampak depan bangunan pusat kuliner Waroeng Kita Reborn di Kudus/Badiatul Muchlisin Asti

        Ujian Pandemi dan Kebakaran

        Setahun eksis sejak berdiri, pusat kuliner ini mulai dikenal masyarakat. Beragam pilihan menu menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Namun, pandemi COVID-19 yang melanda dunia pada awal tahun 2020, termasuk Indonesia, menjadi ujian tersendiri bagi keberlangsungan pusat kuliner ini.

        “Saat pandemi, ya, kita bertahan dengan menerapkan subsidi,” jelas Istiyanto kepada saya.

        Pusat kuliner ini memang menerapkan satu sistem, pembayaran menyatu dalam satu kasir. Tidak ada uang sewa bagi yang membuka gerai di pusat kuliner ini. Pengelola menerapkan sistem bagi hasil 15% sesuai omzet yang diperoleh.

        Setelah pandemi dinyatakan melandai, Waroeng Kita kembali bangkit. Namun, sebuah musibah besar kembali menimpa pusat kuliner ini. Pada Senin (17/10/2022), kebakaran yang diduga berasal dari hubungan arus pendek listrik melahap seluruh bangunan pusat kuliner tersebut. Seluruh bangunan rata dengan tanah.

        “Kerugian yang kami alami atas kebakaran itu mencapai sekitar 350-an juta (rupiah),” cerita Istiyanto.

        Tak berselang lama, Waroeng Kita kembali dibangun dan beroperasi lagi melayani para pelanggan yang sudah merindukannya. Dari sinilah rupanya rahasia di balik tambahan kata ‘Reborn’.

        Waroeng Kita Reborn: Destinasi Wisata Kuliner Keluarga di Kudus
        Suasana di Waroeng Kita Reborn pada suatu siang/Badiatul Muchlisin Asti

        Jadi Destinasi saat Sambangan Santri

        Banyaknya menu menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung untuk berwisata kuliner ke Waroeng Kita Reborn. Tercatat, pusat kuliner ini menyediakan lebih dari 365 menu meliputi: Indonesian food, traditional food, modern food, Arabian food, Chinese food, Japanese food, dan Korean food. 

        Keragaman menu yang sangat banyak itu menjadikan Waroeng Kita Reborn memiliki daya tarik kuat sebagai destinasi wisata kuliner keluarga. Selain menunya komplet, juga sesuai untuk lintas usia, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Harganya pun sangat terjangkau.

        “Pusat kuliner ini (punya) kecenderungan menjadi jujugan para wali santri saat sambangan (kunjungan),” ungkap Istiyanto.

        Lokasi Waroeng Kita Reborn yang strategis dan ‘dikepung’ oleh banyak pesantren memang sangat menguntungkan. Letaknya juga berada dekat dengan Masjid Menara Kudus, objek wisata religi yang banyak dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah.   

        Maka tak heran bila Waroeng Kita Reborn akhirnya menjadi jujugan favorit para wali santri saat menyambangi anaknya yang nyantri di Kudus. Para wali santri biasa mengajak anaknya yang dijenguk ke pusat kuliner ini untuk makan bersama. Meski tentu, segmentasi pengunjung tidak hanya wali santri dan anaknya saja, tetapi juga para peziarah.

        Waroeng Kita Reborn: Destinasi Wisata Kuliner Keluarga di Kudus
        Beragam menu kuliner di Waroeng Kita Reborn Kudus/Badiatul Muchlisin Asti

        Menu-menu Favorit 

        Sebagai pelanggan Waroeng Kita Reborn, karena anak saya ada yang nyantri di Kudus dan pesantrennya berjarak hanya sekitar 100 meter dari warung ini, saya memiliki menu-menu favorit versi saya. Meski menu yang ditawarkan sangat banyak—ada ratusan jumlahnya—tapi saya mencatat hanya ada beberapa menu saja yang menjadi favorit saya, istri, dan anak.

        Menu favorit artinya menu yang lebih sering kami pesan ketimbang menu yang lain yang sangat banyak itu. Menu pertama yang harus saya sebut sebagai menu favorit adalah nasi jangkrik. Hampir setiap saya sambangan dan mampir ke Waroeng Kita Reborn, menu ini yang paling kerap saya pesan. 

        Nasi jangkrik sendiri adalah kuliner khas Kudus yang dulu hanya bisa dijumpai saat acara tradisi buka luwur (kelambu atau kain penutup) makam Sunan Kudus. Puluhan ribu porsi nasi jangkrik dibagikan secara gratis kepada masyarakat yang hadir pada acara buka luwur.

        Waroeng Kita Reborn: Destinasi Wisata Kuliner Keluarga di Kudus
        Nasi jangkrik khas Kudus di Waroeng Kita Reborn/Badiatul Muchlisin Asti

        Saat ini, nasi jangkrik sudah diadaptasi menjadi menu di warung atau angkringan di Kudus. Waroeng Kita Reborn adalah pusat kuliner yang menyediakan menu nasi jangkrik, yang boleh dibilang, merupakan hidangan warisan Sunan Kudus.

        Menu favorit saya lainnya di Waroeng Kita Reborn adalah lontong tahu telur. Mirip tahu gimbal khas Semarang. Bedanya, lontong tahu telur khas Kudus ini tampil dalam tiga varian, yakni lontong tahu, lontong tahu telur, dan lontong tahu telur gimbal. 

        Di lontong tahu, lontongnya hanya diberi potongan tahu goreng, lalu disiram dengan saus kacang. Sementara lontong tahu telur, lontongnya diberi tahu potong yang digoreng dengan telur, lalu diguyur saus kacang. Adapun lontong tahu telur gimbal adalah paket komplet, yaitu lontong tahu telur diberi tambahan gimbal udang. 

        Selain itu, pada masing-masing varian ada bubuhan taoge, potongan kubis, daun seledri, dan bawang goreng. Bila tidak suka lontong, bisa diganti nasi, sehingga di Kudus menu ini juga populer dengan sebutan nasi tahu atau nasi tahu telur. 

        • Waroeng Kita Reborn: Destinasi Wisata Kuliner Keluarga di Kudus
        • Waroeng Kita Reborn: Destinasi Wisata Kuliner Keluarga di Kudus
        • Waroeng Kita Reborn: Destinasi Wisata Kuliner Keluarga di Kudus

        Sepertinya dua menu itu yang paling sering saya pesan saat berkunjung di Waroeng Kita Reborn. Meski saya juga pernah beberapa kali memesan menu lainnya sebagai variasi, di antaranya sate Padang dan bakmi Jawa—yang menurut saya juga enak. 

        Adapun menu kegemaran istri dan anak saya adalah soto Lamongan, nasi goreng, dan nasi kebuli—baik nasi kebuli ayam maupun kambing. Namun, karena pilihan menu yang banyak, kami sering juga menjajal menu lain yang belum pernah kami cicipi sebelumnya. 

        Waroeng Kita Reborn menurut saya memang destinasi wisata kuliner yang cocok bagi keluarga. Selain pilihan menunya banyak dan variatif, cita rasanya umumnya enak, juga harganya terjangkau. Jadi, bila berkunjung ke kota Kudus, pusat kuliner ini layak menjadi target kulineran. Selamat mencoba!


        Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
        Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

        The post Waroeng Kita Reborn: Destinasi Wisata Kuliner Keluarga di Kudus appeared first on TelusuRI.

        ]]>
        https://telusuri.id/waroeng-kita-reborn-destinasi-wisata-kuliner-kudus/feed/ 0 46564
        BUMDes Arya Kamuning: Memberdayakan Warga Kaduela dengan Pariwisata https://telusuri.id/bumdes-arya-kamuning-memberdayakan-warga-kaduela-dengan-pariwisata/ https://telusuri.id/bumdes-arya-kamuning-memberdayakan-warga-kaduela-dengan-pariwisata/#respond Wed, 19 Mar 2025 03:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=46308 Kisah sukses Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Indonesia belum begitu nyaring terdengar. Padahal, kiprahnya mampu membuat orang kota kagum dan penasaran.  BUMDes Arya Kamuning, salah satu BUMDes di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, bahkan dapat...

        The post BUMDes Arya Kamuning: Memberdayakan Warga Kaduela dengan Pariwisata appeared first on TelusuRI.

        ]]>
        Kisah sukses Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Indonesia belum begitu nyaring terdengar. Padahal, kiprahnya mampu membuat orang kota kagum dan penasaran. 

        BUMDes Arya Kamuning, salah satu BUMDes di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, bahkan dapat menahan pemuda lokal untuk tak bergegas ke kota: melupakan sama sekali istilah urbanisasi, memilih menetap di kampung halaman, dan turut serta dalam pengembangan sektor pariwisata di desanya.

        BUMDes Arya Kamuning mengelola Telaga Cicerem dan Side Land—area perkemahan plus kolam renang—di Desa Kaduela, Kecamatan Pasawahan. Sebuah wilayah di kaki Gunung Ciremai, bisa ditempuh 45 menit dengan motor dari Kota Cirebon. Atau sekitar satu jam pakai mobil karena di beberapa titik cenderung macet.

        • BUMDes Arya Kamuning: Memberdayakan Warga Kaduela dengan Pariwisata
        • BUMDes Arya Kamuning: Memberdayakan Warga Kaduela dengan Pariwisata

        Saya mengunjungi Side Land, Kamis (9/1/2025). Saya menyurvei lokasi tersebut untuk rencana kegiatan camping sekolah. Penjaga loketnya Hilda, seorang wanita berkerudung. Dia menyebutkan harga tiket masuk kawasan Rp30.000, untuk durasi kunjungan dua hari satu malam. “Bisa berkemah di tempat yang disediakan, dan renang sepuasnya,” katanya ramah.

        Kalau hanya berenang, orang dewasa dikenakan tarif Rp15.000, anak-anak Rp10.000. Ada lima pilihan kolam renang dengan masing-masing kedalaman 50 cm, 50–80 cm, 100 cm, 80–120 cm dan 1–1,5 meter. “Kalau renang datang rombongan minimal 50 peserta, kami diskon 10 persen,” bebernya.

        Nah, buat penikmat alam terbuka, area berkemah di kawasan Side Land ada di dua titik: sisi barat yang satu kompleks dengan kolam renang, dan sebelah timur dengan kontur tanah berbukit, yang mampu menampung 200 tenda dome. Pemandangan dari sisi timur lebih lepas ke segala arah. Termasuk saat malam hari, pengunjung dapat menikmati lampu-lampu kota nun jauh di bawah.

        Hilda menerangkan, kalau hujan deras pas camping tamu bisa berlindung ke pendopo. Tersedia colokan listrik dan dispenser yang air panasnya bisa untuk menyeduh kopi atau teh. Meja-meja panjang berikut kursinya bebas dipakai. Bisa santai sambil menikmati aneka camilan dan berbincang hangat bareng keluarga atau teman dekat.

        • BUMDes Arya Kamuning: Memberdayakan Warga Kaduela dengan Pariwisata
        • BUMDes Arya Kamuning: Memberdayakan Warga Kaduela dengan Pariwisata

        Aktif Sejak 2017

        Pada kunjungan perdana itu, saya beruntung berjumpa Direktur BUMDes Arya Kamuning Iim Ibrahim. Sosoknya bersahaja dengan penampilan sederhana. Pertama kali melihatnya, saya tak menyangka lelaki 49 tahun itu adalah orang di balik kesuksesan pengelolaan Telaga Cicerem dan Side Land, hingga mampu menyetor untuk Pendapatan Asli Desa (PADes) sebesar lebih dari setengah miliar pada 2022 dan 2023.

        Kalau saja Hilda tak memberi tahu, awalnya saya mengira Iim adalah mandor yang sedang mengawasi para pekerja. Jauh dari kesan perlente. “Saya mah, ya, begini,” kata Iim menjelaskan alasan tak berpenampilan formal layaknya petinggi perusahaan. Dia mengaku tak ingin kehilangan jati diri sebagai orang desa, sehingga memilih berpakaian seperti warga desa umumnya. “Buat apa tampil mencolok, tapi tak berbuat apa-apa,” tegasnya.

        Terlahir di Dusun Binaloka, Desa Kaduela, Iim awalnya berprofesi sebagai pedagang. Ia tergerak mengembangkan potensi alam desanya, setelah melihat objek wisata Telaga Cicerem punya daya tarik bagi wisatawan. “BUMDes Arya Kamuning mulai aktif 2017. Kami coba memaksimalkan (pengelolaan) Telaga Cicerem. Alhamdulillah, responsnya positif,” ungkap ayah tiga anak itu.

        BUMDes Arya Kamuning: Memberdayakan Warga Kaduela dengan Pariwisata
        Bertemu Direktur BUMDes Arya Kamuning Iim Ibrahim/Mochamad Rona Anggie

        Sukses menata Telaga Cicerem, naluri kemandirian Iim menangkap peluang lainnya. Ia melihat lahan luas di blok Sidelan yang merupakan tanah bengkok milik perangkat desa. Dua lokasi berseberangan yang dipisahkan jalan desa itu, kemudian dibangun kolam renang dan bumi perkemahan pada 2021–2022. “Kami memanfaatkan lahan kritis, yang view-nya punya nilai jual,” kata Iim mengungkap awal ‘babat alas’ objek wisata Side Land.

        Kiranya pilihan Iim dan anggota BUMDes Arya Kamuning jitu. Kini pengunjung Side Land sambil berenang bisa menikmati pemandangan persawahan hijau yang berundak, Gunung Ciremai yang menjulang di sisi utara dan gunung batu kapur di sebelah barat. Tambah lagi, udara sejuk khas perdesaan dijamin bakal membuat pelancong betah berlama-lama.

        Iim membeberkan modal pembangunan Side Land memakai laba pengelolaan Telaga Cicerem plus pinjaman dari beberapa pihak. Di salah satu kolam renang, ditempel plakat peresmian Side Land pada 29 Maret 2022, yang ditandatangani oleh Iim. Perlahan tapi pasti, lanjut Iim, begitu dikenalkan ke publik, wisatawan dari Kuningan dan Cirebon langsung menyerbu. Terbukti pada libur panjang seperti Lebaran, pengunjung bisa mencapai 800–1.000 orang per hari. Termasuk libur anak sekolah dan momen akhir tahun. Di hari biasa, Side Land mampu menyedot rata-rata sehari 300 turis domestik.

        • BUMDes Arya Kamuning: Memberdayakan Warga Kaduela dengan Pariwisata
        • BUMDes Arya Kamuning: Memberdayakan Warga Kaduela dengan Pariwisata
        • BUMDes Arya Kamuning: Memberdayakan Warga Kaduela dengan Pariwisata

        “Alhamdulillah, sudah bisa bayar pinjaman dan memberdayakan perekonomian warga desa,” ucap Iim semringah.

        Terkait pilihan nama Side Land, terang Iim, pengurus BUMDes Arya Kamuning sempat berembuk menghimpun ide dan masukan. Kira-kira nama apa yang mengundang penasaran wisatawan, mudah diingat, dan pastinya punya nilai jual. “Karena ada di blok Sidelan, tercetuslah Side Land,” ungkapnya.

        Iim melengkapi pula keseruan rekreasi di Side Land dengan mendatangkan delapan unit motor empat roda alias all-terrain vehicle (ATV). Pengunjung akan melewati medan berlumpur dan trek menantang lainnya selama 25 menit, dengan harga sewa Rp25.000 per unit.

        Pihaknya menawarkan pula petualangan off-road, melibatkan komunitas jip dengan harga mulai 400–500 ribu rupiah durasi satu jam, menempuh jarak enam kilometer. Wisatawan dibawa keliling perdesaan menyaksikan aktivitas tanam padi di sawah, naik ke perbukitan, melintasi hutan dan kolam-kolam ikan milik warga. “Bakal menjadi pengalaman yang mengesankan bagi orang kota. Mudah-mudahan mereka mau datang lagi,” harap Iim.

        BUMDes Arya Kamuning: Memberdayakan Warga Kaduela dengan Pariwisata
        Unit ATV di Side Land yang bisa disewa/Mochamad Rona Anggie

        Pemuda Desa Enggan ke Kota Lagi 

        Iim menyebutkan sampai sekarang ada 170 pengurus BUMDes Arya Kamuning. Terdiri dari pemuda dan pemudi anggota karang taruna, ibu rumah tangga, serta orang-orang tua. Ia menegaskan pengerjaan proyek Side Land, termasuk penataan Telaga Cicerem, murni dikerjakan penduduk lokal. “Kami tak pernah memakai konsultan. Berupaya menampung ide-ide warga desa, kemudian direalisasikan secara gotong-royong,” tuturnya bangga. 

        Sejauh ini pengembangan wisata alam Desa Kaduela mampu menarik perhatian anak muda setempat. Di antaranya Irman Nurahman, yang sejak 2016 aktif di karang taruna. Kepada penulis, lelaki 35 tahun itu menjelaskan, ketika pemerintah pusat mengharuskan sebuah desa memiliki BUMDes pada 2017, lantas terbentuklah BUMDes Arya Kamuning. “Mulanya karang taruna yang mengelola Telaga Cicerem. Kemudian beralih ke BUMdes, otomatis saya ikut gabung,” katanya.

        Irman mengaku kehadiran BUMDes Arya Kamuning sangat berarti dalam perjalanan hidupnya. Sebelumnya usai tamat SMP, ia memilih merantau ke kota. Bekerja membantu perekonomian orang tua dan menambah pengalaman. Namun, begitu ada BUMDes, ia tak tertarik lagi ke kota. “Walau pendapatan di kota itu besar, tapi biaya hidup besar pula. Dihitung-hitung enak tinggal di kampung sendiri, sesuai antara pendapatan dan pengeluaran,” papar lelaki yang baru saja dikaruniai anak pertama itu. “Istilahnya kalau ada (pekerjaan) yang dekat, kenapa cari yang jauh,” imbuhnya. 

        Selain itu, sambung Irman, BUMDes Arya Kamuning kini menjadi wadah aktivitas positif generasi muda Desa Kaduela, karena kegiatan di karang taruna sedang tidak aktif. Dalam pengamatannya, pemuda dan pemudi Desa Kaduela tampak antusias ikut mengelola tempat wisata di kampung halaman. “Kami senang turut diberdayakan dan bisa berkiprah memajukan desa,” kata tenaga harian lepas (THL) penjaga wahana ayunan di Telaga Cicerem itu.

        BUMDes Arya Kamuning: Memberdayakan Warga Kaduela dengan Pariwisata
        Informasi wisata BUMDes Arya Kamuning di pertigaan Polsek Pasawahan/Mochamad Rona Anggie

        Pemuda lainnya, Opik Hidayat, memilih bergabung di BUMdes Arya Kamuning sejak 2021, sebab terkena pemutusan hubungan kerja ketika mengadu nasib di kota. “Waktu itu ada wabah COVID-19, saya kena pengurangan karyawan. Pulang ke desa, lalu tertarik gabung BUMdes,” ucap lajang 25 tahun itu.

        Kini, Opik bertugas di loket tiket pintu masuk Side Land. Bergantian jaga selang sehari dengan Hilda. Baginya, menyibukkan diri di BUMDes Arya Kamuning lebih menyenangkan, ketimbang berjibaku dengan kerasnya kehidupan kota. “Lebih tenang di sini, banyak teman dan keluarga,” ujarnya seraya menyebut kawan lainnya dipercaya menjaga parkir kendaraan, mengurus pemeliharaan taman, dan mengawasi pengunjung yang berenang. “Apalagi kami diberi bayaran, ya, senang dong,” tambah bungsu dari empat bersaudara itu.

        Senada dengan Hilda, yang memutuskan aktif di BUMDes sejak 2022. Ia menjadi petugas ticketing Side Land bergantian dengan Opik. Menurutnya, pemberdayaan masyarakat oleh BUMDes Arya Kamuning terasa nyata, bukan lagi sekadar omong-omong. “Selain dekat rumah, juga dekat dengan keluarga. Kalau kerja di kota kan jauh (dari keluarga),” tuturnya memberi alasan tertarik bekerja di Side Land.


        Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
        Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

        The post BUMDes Arya Kamuning: Memberdayakan Warga Kaduela dengan Pariwisata appeared first on TelusuRI.

        ]]>
        https://telusuri.id/bumdes-arya-kamuning-memberdayakan-warga-kaduela-dengan-pariwisata/feed/ 0 46308
        Ingin Mendaki Gunung Merbabu dari Magelang? Cobalah via Jalur Suwanting dan Wekas https://telusuri.id/jalur-pendakian-gunung-merbabu-via-suwanting-dan-wekas/ https://telusuri.id/jalur-pendakian-gunung-merbabu-via-suwanting-dan-wekas/#respond Fri, 28 Feb 2025 03:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=45770 Di Jawa Tengah, Gunung Merbabu termasuk destinasi pendakian populer, baik untuk pendaki domestik maupun mancanegara. Dari empat jalur resmi saat ini, dua di antaranya berada di wilayah Kabupaten Magelang, yaitu Suwanting (Kecamatan Banyuroto) dan Wekas...

        The post Ingin Mendaki Gunung Merbabu dari Magelang? Cobalah via Jalur Suwanting dan Wekas appeared first on TelusuRI.

        ]]>
        Di Jawa Tengah, Gunung Merbabu termasuk destinasi pendakian populer, baik untuk pendaki domestik maupun mancanegara. Dari empat jalur resmi saat ini, dua di antaranya berada di wilayah Kabupaten Magelang, yaitu Suwanting (Kecamatan Banyuroto) dan Wekas (Kecamatan Pakis).

        Pendakian dari Magelang memiliki karakteristik jalur dan tantangan tersendiri yang amat layak untuk dieksplorasi. Bentang alam, vegetasi, dan medan pendakian tidak kalah menarik dibandingkan rute utara via Thekelan (Kabupaten Semarang) maupun rute tenggara via Selo (Kabupaten Boyolali).

        Jalur Suwanting dan Wekas tidak berada pada satu rute yang sama. Kedua jalur ini baru bertemu di Kenteng Songo, salah satu puncak tertinggi Gunung Merbabu dengan ketinggian sekitar 3.142 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sampai saat ini, pihak Taman Nasional Gunung Merbabu belum memperbolehkan lintas jalur, sehingga pendaki harus dua kali reservasi di waktu yang berbeda supaya bisa melakukan pendakian di masing-masing jalur.

        Buat kamu yang ingin mencoba mendaki Merbabu via Suwanting dan Wekas, berikut informasi jalur, kondisi medan, serta estimasi jarak dan waktu tempuh yang bisa dipelajari sebelum melakukan pendakian. Angka pada ketinggian dan jarak berdasarkan catatan GPS dan informasi dari taman nasional.

        Jalur pendakian Merbabu via Suwanting

        Jalur Suwanting berada di sisi barat Gunung Merbabu. Jalur ini dikenal cukup terjal dan jaraknya sedikit lebih panjang daripada Wekas. Tempat camp ideal berada di Pos 3 Dampo Awang, karena berada dekat sumber air.

        Basecamp Suwanting (1.350 mdpl) — Pintu Hutan (1.470 mdpl): +850 meter

        • Jalan dusun berupa cor yang menanjak, kemudian melewati perkebunan sayur warga sampai menjumpai pintu hutan, yang ditandai gapura Taman Nasional Gunung Merbabu
        • Estimasi: 15—20 menit dengan jalan kaki untuk pemanasan atau 5 menit dengan ojek

        Pintu Hutan (1.470 mdpl) — Pos 1 Lembah Lempong (1.555 mdpl): +200 meter

        • Rute pintu hutan ke Pos 1 merupakan jalur dengan jarak terpendek di Suwanting
        • Vegetasi masih didominasi hutan pinus, dengan tanaman semak dan rumput di permukaan tanah
        • Pos 1 hanya berupa tanah datar yang tidak terlalu luas dan tidak ada selter untuk berteduh
        • Estimasi: 5 menit

        Pos 1 Lembah Lempong (1.555 mdpl) — Pos 2 Bendera (2.186 mdpl): +2 kilometer

        • Pendakian sesungguhnya telah dimulai, jalur cukup panjang dan mulai menanjak cukup konstan dengan sesekali bonus landai
        • Trek tanah cukup liat dan akan licin serta berlumpur saat musim hujan, sedangkan musim kemarau akan sangat berdebu
        • Melewati beberapa “pos bayangan” bernama Lembah Gosong (1.665 mdpl), Lembah Cemoro (1.790 mdpl), Lembah Ngrijan (1.866 mdpl), dan Lembah Mitoh (2.127 mdpl)
        • Vegetasi mulai rapat dengan tanaman semak dan beberapa cemara gunung
        • Pos 2 berupa tanah datar berundak dan pemandangan agak terbuka; banyak pendaki yang mendirikan tenda di sini jika fisik tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan
        • Estimasi: 2—2,5 jam

        Pos 2 Bendera (2.186 mdpl) — Pos Air (2.665 mdpl): +1,1 kilometer

        • Perjalanan dari Pos 2 menuju pos air adalah yang terberat dan paling terjal di jalur Suwanting, karena fisik sudah mulai terkuras
        • Jalur cenderung konstan menanjak di kawasan Lembah Manding, pilih jalur baru di sisi kanan yang lebih bersahabat
        • Trek tanah cukup liat dan akan licin serta berlumpur saat musim hujan, sedangkan musim kemarau akan sangat berdebu
        • Terdapat tali bantuan yang terikat pada batang pohon di sejumlah titik yang cukup curam
        • Vegetasi tidak terlalu rapat dengan dominasi tanaman semak dan pohon mlanding (lamtoro)
        • Terdapat dua buah gentong berisi air yang dialirkan melalui pipa, saat ini menjadi satu-satunya sumber air di jalur Suwanting
        • Estimasi: 2,5—3 jam

        Pos Air (2.665 mdpl) — Pos 3 Dampo Awang (2.740 mdpl): +200 meter

        • Setelah Lembah Manding yang menguras tenaga, kerahkan sisa kekuatan untuk menjangkau Pos 3 yang tidak jauh lagi
        • Pos 3 sangat luas dan mampu menampung puluhan tenda, sehingga menjadi tempat terbaik dan teraman untuk mendirikan tenda
        • Vegetasi hanya rerumputan serta edelweis di Pos 3, sangat terbuka sehingga waspada dengan angin kencang
        • Pemandangan yang dapat dilihat antara lain Gunung Merapi, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan kawasan permukiman di kaki gunung
        • Estimasi: 15—20 menit

        Pos 3 Dampo Awang (2.740 mdpl) — Puncak Suwanting (3.105 mdpl): +1,1 kilometer

        • Perjalanan ke puncak Suwanting akan melewati tiga kawasan sabana, yaitu Sabana 1 (2.828 mdpl), Sabana 2 (2.915 mdpl), dan Sabana 3 (2.984 mdpl)
        • Trek tanah yang konstan menanjak, tetapi tidak terasa berat karena hanya membawa perlengkapan dan bekal seperlunya
        • Vegetasi dominan padang rumput terbuka, sehingga berpotensi angin kencang atau badai
        • Puncak Suwanting merupakan ujung punggungan jalur Suwanting, dengan ketinggian hampir sama dengan Triangulasi dan Kenteng Songo
        • Estimasi: 1—1,5 jam

        Puncak Suwanting (3.105 mdpl) — Puncak Triangulasi (3.142 mdpl): +250 meter

        • Kontur jalur menuju puncak Triangulasi sedikit naik-turun, tetapi relatif ringan dan jaraknya cukup dekat
        • Vegetasi masih didominasi rerumputan dan terdapat beberapa pohon cantigi (manisrejo)
        • Kawasan puncak Triangulasi tidak terlalu luas dan hanya ditandai dengan tugu permanen milik taman nasional
        • Estimasi: 10-15 menit

        Puncak Triangulasi (3.142 mdpl) — Puncak Kenteng Songo (3.142 mdpl): +150 meter

        • Kontur jalur antarpuncak hanya sedikit turunan dan tanjakan, sehingga mudah terlihat satu sama lain saat cuaca cerah
        • Puncak Kenteng Songo ditandai dengan tugu permanen milik taman nasional, serta beberapa situs cagar budaya berupa lumpang batu alami yang dikelilingi pagar besi untuk menghindari vandalisme
        • Puncak Kenteng Songo adalah titik pertemuan jalur Suwanting dengan Selo dan jalur utara (Thekelan, Cuntel, Wekas)
        • EstimasI: 5 menit

        Rekomendasi basecamp:
        Pak Hosea Mulyanto Nugroho alias Pak Ambon (0813-5987-6990)

        * * *

        Jalur pendakian Merbabu via Wekas

        Wekas dikenal sebagai jalur pendakian dengan jarak tempuh paling pendek ke puncak. Sebab, titik awal pendakian sudah cukup tinggi, di atas 1.500 mdpl. Meski durasi perjalanan relatif lebih singkat, tetapi trek pendakian cenderung lebih terjal. Jalur Wekas bertemu dengan jalur Thekelan di punggungan antara puncak pemancar dan pos helipad, yang juga menjadi batas alam antara Kabupaten Semarang, Magelang, dan Boyolali.

        Basecamp Wekas (1.748 mdpl) — Merbabu Pass (1.858 mdpl): +350 meter

        • Jalan dusun berupa kombinasi cor dan paving block yang sempit dan menanjak cukup ekstrem, sampai menjumpai area camping bernama Merbabu Pass
        • Dari Merbabu Pass, pemandangan gunung-gunung terdekat yang bisa dilihat (saat cuaca cerah) antara lain Telomoyo, Andong, Sumbing, dan Sindoro
        • Merbabu Pass berada tepat di pintu hutan, menjadi batas antara wilayah konservasi taman nasional dengan lahan perkebunan warga
        • Estimasi: 15—20 menit dengan jalan kaki untuk pemanasan atau 5 menit dengan ojek

        Merbabu Pass (1.858 mdpl) — Pos 1 Tegal Arum (2.117 mdpl): +1,1 kilometer

        • Dari pintu hutan Merbabu Pass atau patok HM 0, trek mulanya datar dan landai, tetapi kemudian perlahan menanjak sampai Pos 1 Tegal Arum
        • Sepanjang jalur akan menjumpai aliran pipa air yang tersambung dari sumber air di Pos 2 Wekas sampai ke permukiman warga
        • Vegetasi didominasi cemara gunung, tumbuhan perdu, dan tanaman mlanding (sejenis lamtoro)
        • Kadang-kadang terlihat monyet-monyet bergelantungan mencari makan, tetapi tidak agresif sehingga jangan sampai mengusik maupun memberi makanan sembarangan kepada satwa
        • Melewati dua pos bayangan, yaitu Simpang Genikan (1.956 mdpl) dan Pos Bayangan 1 (2.078 mdpl)
        • Pos 1 Tegal Arum berada di antara HM 10 dan HM 11, artinya berjarak sekitar 1–1,1 km dari pintu hutan
        • Di pos ini terdapat selter berupa gazebo kayu yang bisa digunakan untuk istirahat dan berteduh, tetapi tidak tersedia tanah datar yang cukup untuk mendirikan tenda
        • Estimasi: 1–1,5 jam 

        Pos 1 Tegal Arum (2.065 mdpl) — Pos 2 Wekas/Kidang Kencana (2.480 mdpl): +1,4 kilometer

        • Pendakian antara Pos 1 Tegal Arum dan Pos 2 Wekas merupakan yang paling berat di jalur Wekas, terutama trek terjal tanpa putus sepanjang kira-kira 800 meter setelah HM 12 sampai dengan HM 20
        • Saat hujan, kondisi jalur Wekas akan cukup licin, sementara kala kemarau bakal diselimuti debu tebal
        • Tutupan hutan masih cukup rapat, lalu vegetasi terbuka mendekati HM 20 dan terlihat punggungan tebing jalur Thekelan di sisi kiri (timur) yang akan terlihat sampai Pos 2 Wekas
        • Selepas HM 20 hingga Pos 2 Wekas yang terletak di HM 25, trek relatif landai meniti jalan setapak di pinggir jurang
        • Pos 2 Wekas atau disebut juga Pos 2 Kidang Kencana berupa lahan yang sangat luas dan bisa menampung puluhan tenda, dengan fasilitas sumber air bersih satu-satunya yang dialirkan lewat keran serta gazebo untuk sekadar bersantai
        • Pos 2 Wekas merupakan tempat camp ideal sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak, lokasinya seperti berupa cerukan yang diapit punggungan tebing jalur Thekelan dan Suwanting
        • Jika beruntung, saat sore bisa melihat pemandangan matahari terbenam dengan latar Gunung Sumbing di kejauhan
        • Estimasi: 1,5–2 jam

        Pos 2 Wekas/Kidang Kencana (2.480 mdpl) — Pos 3 Watu Kumpul (2.821 mdpl): +800 meter

        • Trek menuju Pos 3 Watu Kumpul cenderung menanjak melewati cerukan sempit terbuka yang didominasi batu-batu vulkanis berukuran besar, menunjukkan sejarah Merbabu sebagai gunung berapi (kini dalam kondisi tidur atau dorman)
        • Vegetasi mulai didominasi pepohonan semak yang kering dan mulai dijumpai edelweis di sisi kiri-kanan jalur
        • Ada area cukup lapang dan terbuka di HM 31, tetapi bukan tempat yang cocok untuk mendirikan tenda
        • Pos 3 Watu Kumpul persis berada di HM 33, tidak ada tempat ideal untuk istirahat dalam waktu lama apalagi membangun tenda
        • Estimasi: 45 menit–1 jam

        Pos 3 Watu Kumpul (2.821 mdpl) — Tugu Perbatasan (2.847 mdpl): +100 meter

        • Jalur Wekas akan bertemu dengan jalur klasik Thekelan di persimpangan yang ditandai dengan tugu perbatasan tiga kabupaten, yaitu Semarang, Magelang, dan Boyolali
        • Trek dari Pos 3 Watu Kumpul masih menanjak, tetapi jarak dengan tugu perbatasan tidak begitu jauh
        • Tugu perbatasan tersebut berada di punggungan terbuka, yang memungkinkan pendaki untuk melihat pemandangan matahari terbit dan terbenam sekaligus
        • Sepanjang pendakian dari tugu perbatasan sampai puncak berada di area terbuka tanpa naungan, sehingga waspada terhadap potensi badai atau angin kencang dan jangan memaksakan untuk melanjutkan pendakian jika cuaca memburuk
        • Estimasi: 10–15 menit

        Tugu Perbatasan (2.847 mdpl) — Helipad (2.898 mdpl): +150 meter

        • Untuk bisa menginjakkan kaki di Helipad, kamu harus sedikit menaiki gundukan bukit kecil yang lumayan curam, yang terletak di sisi kanan jalur utama pendakian
        • Meski bukan merupakan pos, kadang-kadang ada pendaki mendirikan tenda di area ini, karena ingin lebih dekat ke puncak
        • Tempat ini disebut Helipad karena bentuknya seperti dataran melingkar yang biasa digunakan sebagai tempat mendarat helikopter, bisa memuat kira-kira 2–3 tenda berkapasitas 4–5 orang
        • Estimasi: 5 menit

        Helipad (2.898 mdpl) — Puncak Geger Sapi (3.002 mdpl): +500 meter

        • Dari Helipad, jalur masih menyusuri punggungan sampai bertemu percabangan, jika turunan ke kanan menuju sumber air, sedangkan ke kiri menanjak terjal di antara pepohonan cantigi sampai Geger Sapi
        • Nama Geger Sapi kemungkinan berasal dari topografi punggungan yang tampak seperti punuk atau geger (Jawa) sapi
        • Geger Sapi termasuk dalam rangkaian tujuh puncak (seven summit) jalur Thekelan, selain Watu Gubug, Pemancar, Syarif, Ondo Rante, Kenteng Songo, dan Triangulasi
        • Estimasi: 15–20 menit

        Puncak Geger Sapi (3.002 mdpl) — Pertigaan Syarif-Ondo Rante (3.084 mdpl): +400 meter

        • Dari Geger Sapi, trek semula akan melandai lalu menanjak terjal sampai ke persimpangan Puncak Syarif dan Puncak Ondo Rante
        • Ada dua pilihan jalur, sisi kiri melewati ceruk batuan dan lebih ekstrem, sedangkan sisi kanan membelah sabana terjal yang lebih berdebu saat kemarau
        • EstimasI: 15–20 menit

        Pertigaan Syarif-Ondo Rante (3.084 mdpl) — Puncak Kenteng Songo (3.142 mdpl): +500 meter

        • Di pertigaan, kamu bisa menuju ke Puncak Syarif (3.119 mdpl) yang berjarak 10–15 menit, atau melanjutkan pendakian ke puncak tertinggi Kenteng Songo
        • Jalur pendakian ke Kenteng Songo melewati bagian kaki Puncak Ondo Rante, melipir tepian jurang sampai trek menantang yang dikenal dengan sebutan Jembatan Setan
        • Pihak taman nasional menyediakan alat bantu pegangan berupa tali dan pagar rantai untuk keamanan, karena kaki harus memijak batu-batu licin yang menempel pada tebing cadas
        • Dari Jembatan Setan, mendekati Kenteng Songo terdapat satu tanjakan ekstrem yang membuat kamu harus mengerahkan banyak tenaga untuk melewatinya, ibarat lutut bertemu dagu
        • Puncak Kenteng Songo merupakan pertemuan dari semua jalur, baik itu dari Thekelan-Wekas, Suwanting, dan Selo
        • Dari Kenteng Songo bisa melanjutkan perjalanan kurang dari lima menit untuk tiba di puncak ketujuh Merbabu, yaitu Triangulasi (3.145 mdpl)
        • EstimasI: 30–45 menit

        Rekomendasi basecamp:
        Pak Lasin (0823-2334-0939)

        * * *

        Informasi biaya pendakian

        Cara memesan kuota dan mengurus perizinan pendakian bisa dilihat lebih lanjut di situs resmi Taman Nasional Gunung Merbabu: booking.tngunungmerbabu.org. Di dalamnya memuat kuota pendakian, alur reservasi, hingga pembayaran biaya pendakian. Sejak November 2024, terjadi kenaikan tarif tiket wisata pendakian di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu:

        Selain itu, biasanya masing-masing jalur juga memiliki tarif tambahan untuk retribusi kampung (termasuk di dalamnya untuk biaya kebersihan dan pengelolaan basecamp), serta jasa ojek (opsional):

        Retribusi kampung di Suwanting: Rp35.000
        Tarif ojek: Rp10.000–15.000 sekali jalan

        Retribusi kampung di Wekas: Rp22.000
        Tarif ojek: Rp15.000–20.000 sekali jalan

        Menjadi pendaki bijak

        Selain menyiapkan perbekalan dan manajemen pendakian yang baik, kamu juga harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk menjadi pendaki gunung yang baik. TelusuRI punya sejumlah tips agar kamu bisa menjadi pendaki yang bijak:

        1. Menghormati adat istiadat di dusun setempat
        2. Mematuhi peraturan yang berlaku di kawasan taman nasional
        3. Melengkapi diri dengan peralatan pendakian standar dan menyiapkan logistik yang cukup selama pendakian, serta tetap waspada dan hati-hati dengan barang-barang bawaan pribadi dari potensi pencurian oleh sejumlah oknum di area berkemah
        4. Jangan mengikuti ego dan memaksakan diri, terutama ketika cuaca buruk atau kondisi tim tidak memungkinkan untuk melanjutkan pendakian
        5. Meminimalisasi penggunaan plastik sekali pakai
        6. Gunakan botol minum yang bukan sekali pakai dan membawa jeriken portabel untuk isi ulang air
        7. Gunakan kotak makan untuk menyimpan bahan-bahan makanan kamu
        8. Memilih menu-menu makanan organik, seperti sayur, buah, dan bahan lainnya yang limbahnya bisa kamu timbun di dalam tanah saat pendakian
        9. Membawa pulang sampah anorganik yang kamu hasilkan
        10. Membawa kantung sampah secukupnya

        Foto-foto oleh Rifqy Faiza Rahman via TelusuRI.


        Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
        Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

        The post Ingin Mendaki Gunung Merbabu dari Magelang? Cobalah via Jalur Suwanting dan Wekas appeared first on TelusuRI.

        ]]>
        https://telusuri.id/jalur-pendakian-gunung-merbabu-via-suwanting-dan-wekas/feed/ 0 45770
        5 Buku Kuliner Warisan Bondan Winarno https://telusuri.id/5-buku-kuliner-warisan-bondan-winarno/ https://telusuri.id/5-buku-kuliner-warisan-bondan-winarno/#respond Wed, 26 Feb 2025 03:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=45751 Siapa yang tidak mengenal Bondan Winarno? Pakar kuliner Indonesia yang wafat pada 29 November 2017 ini sangat populer di kalangan pemirsa televisi Indonesia. Acara Wisata Kuliner yang dibawakannya selama sembilan tahun di sebuah televisi swasta, benar-benar melambungkan...

        The post 5 Buku Kuliner Warisan Bondan Winarno appeared first on TelusuRI.

        ]]>
        Siapa yang tidak mengenal Bondan Winarno? Pakar kuliner Indonesia yang wafat pada 29 November 2017 ini sangat populer di kalangan pemirsa televisi Indonesia. Acara Wisata Kuliner yang dibawakannya selama sembilan tahun di sebuah televisi swasta, benar-benar melambungkan namanya. Ia tidak hanya terkenal bak selebritas, tetapi jargon ”Pokok’e maknyus” yang sering diucapkannya juga menjadi sangat populer di masyarakat.

        Kata maknyus begitu identik dan selalu mengingatkan kepada sosok Bondan Winarno. Kata itu pun populer di dunia kuliner untuk mengekspresikan sebuah makanan yang enak dan lezat.

        Acara Wisata Kuliner pula yang menjadikan dunia kuliner tradisional Indonesia semakin bergairah dan semarak. Apalagi, sebagai pembawa acara, Bondan Winarno tidak hanya piawai menjelaskan kelezatan sebuah makanan, tetapi juga mahir ‘mendongengkan’ cerita maupun sejarah di balik makanan tersebut.

        Perhatian dan kiprah Bondan Winarno bagi kemajuan kuliner Indonesia tak diragukan lagi. Bersama sejumlah koleganya, tahun 2003 Bondan Winarno mendirikan Komunitas Jalan Sutra (KJS)—sebuah komunitas foodie (penikmat makanan) yang memiliki kepedulian tinggi terhadap boga dan budaya Indonesia.

        Lewat KJS, Bondan Winarno dan segenap anggotanya berupaya memajukan kuliner Indonesia melalui tulisan, tur, dan makan-makan. Salah satu yang ditempuh adalah melalui penulisan dan penerbitan buku. Berikut ini lima buku kuliner yang diwariskan oleh Bondan Winarno, baik yang ditulis secara mandiri maupun bersama koleganya.

        1. 100 Mak Nyus Makanan Tradisional Indonesia

        5 Buku Kuliner Warisan Bondan Winarno
        100 Mak Nyus Makanan Tradisional Indonesia/Badiatul Muchlisin Asti

        Sebagai seorang foodie, Bondan Winarno mengaku sudah mencicipi sebagian besar kuliner tradisional Indonesia. Menurutnya, masakan Indonesia termasuk kategori dangerously delicious yang kelezatannya sering membuat kita semua terlena.

        Buku 100 Mak Nyus Makanan Tradisional Indonesia adalah pertaruhannya sebagai seorang foodie dan pesohor kuliner. Memilih 100 dari sekian ribu kuliner Indonesia yang tersebar dari berbagai daerah, dari Aceh hingga Papua, tentu bukan perkara gampang.

        Bondan pun secara sadar mengakui hal itu. Dengan ekspresif, agak dramatis, sedikit melankolis, dan berlinang air mata, Bondan menyatakan, beberapa kuliner favoritnya pun terpaksa harus ia pinggirkan dari senarai. Buku ini hanya menampilkan masakan-masakan yang istimewa alias mak nyus menurut lidahnya.

        Buku ini pertama kali diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas, September 2013. Pada tahun yang sama, buku ini mendapatkan penghargaan Gourmand World Cookbook Award sebagai Best in the World, dan pada Frankfurt Book Fair 2015 oleh lembaga yang sama dipilih sebagai Best of the Bests.   

        2. 100 Mak Nyus Jakarta

        5 Buku Kuliner Warisan Bondan Winarno
        100 Mak Nyus Jakarta/Badiatul Muchlisin Asti

        Sesuai judulnya, buku ini berupaya mengangkat keistimewaan kuliner Jakarta, khususnya kuliner asli Betawi. Bagi Bondan Winarno, Jakarta adalah salad bowl bagi begitu banyak bangsa dan suku. Kaum pendatang tersebut datang membawa ikon dan bagasi budaya bangsa dan daerah masing-masing, termasuk kulinernya.

        Hampir semua hidangan tradisional dari berbagai daerah punya wakil di ibu kota. Sayangnya, menurut Bondan, pada saat yang sama masakan khas Betawi milik penduduk asli Jakarta justru makin terpinggirkan.

        Mana ada rumah makan atau restoran besar yang menyajikan masakan Betawi sebagai fokus sajiannya? Mana ada masakan Betawi yang terwakili dalam menu fine dining beberapa restoran yang menyajikan masakan Indonesia?

        Redupnya kejayaan kuliner Betawi ini, menurut Bondan Winarno, perlu diputar arah dan nasibnya. Tidak ada istilah faded glory untuk kuliner Betawi, karena masakan khas Betawi punya keunggulan dan keistimewaan yang membuatnya mudah disukai.

        Buku ini tidak hanya menampilkan khazanah kuliner khas Betawi, tetapi juga mengetengahkan sejumlah kuliner unggulan dari berbagai daerah yang dapat dinikmati di ibu kota. Buku ini ditulis oleh Bondan Winarno bersama dua orang koleganya, yaitu Lidia Tanod dan Harry Nazarudin, diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas pada 2015.  

        3. 100 Mak Nyus Bali

        5 Buku Kuliner Warisan Bondan Winarno
        100 Mak Nyus Bali/Badiatul Muchlisin Asti)

        Buku ketiga dari seri 100 Mak Nyus yang menyingkap dan menampilkan kekayaan kuliner Pulau Dewata. Ditulis oleh trio penulis Bondan Winarno, Lidia Tanod, dan Harry Nazarudin—ketiganya pegiat KJS—buku ini menampilkan 100 kuliner tradisional Bali yang maknyus.

        Eksplorasi kuliner Bali yang dirangkum dalam buku ini membuka mata kita terhadap kekayaan budaya kuliner yang dimiliki masyarakat Bali. Dengan memahami tradisi kuliner sedalam itu, kita tentu akan lebih menghargai.

        Bagi masyarakat Bali, yang mayoritas memeluk agama Hindu, makanan adalah bagian sakral dan penting dalam hubungan antara manusia dengan para dewa. Namun, setelah kewajiban suci itu terpenuhi, makan enak juga merupakan bagian dari kehidupan profan mereka sehari-hari. Tak heran bila Bali merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia dalam hal keragaman kuliner.

        Tak sedikit stereotip yang menyebutkan banyak kuliner Bali yang haram. Namun, buku ini membuktikan bahwa persentase jumlah masakan Bali yang tidak mengandung babi maupun darah ternyata jauh lebih banyak.

        Sehingga, selain sebagai pintu masuk mengenal khazanah kuliner Bali yang sangat kaya, buku ini juga sekaligus bisa menjadi panduan bagi kaum Muslim untuk mengetahui jenis makanan yang aman untuk dikonsumsi selama berada di Bali.

        Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Jalansutra, unit penerbitan PT Kopitiam Oey, pada Oktober 2015. Riset lapangan untuk kepentingan penulisan buku didukung sepenuhnya oleh Multi Bintang, produsen Bir Bintang.

        4. 100 Mak Nyus Joglosemar

        5 Buku Kuliner Warisan Bondan Winarno
        Mak Nyus Joglo Semar/Badiatul Muchlisin Asti

        Pada buku keempat seri 100 Mak Nyus, giliran Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang) yang mendapat lampu sorot dari trio Bondan Winarno, Lidia Tanod, dan Harry Nazarudin. Segitiga Emas Kuliner di pusat Pulau Jawa ini menawarkan ragam kuliner yang sangat kaya. Tidak salah bila Joglosemar dianggap sebagai pusat peradaban kuliner Jawa.

        Di bagian pengantar disebutkan, istilah Jawa Tengah dalam buku ini sering disebut untuk memaknai sebuah kawasan teritorial, bukan berdasar administrasi pemerintah. Dalam pengertian ini, Jogjakarta yang secara ketatanegaraan ditetapkan sebagai daerah istimewa yang berdiri sendiri, secara umum diperhitungkan sebagai bagian dari teritori umum yang dimaksud dengan Jawa Tengah.

        Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Jalansutra pada 2016. Penerbitan disponsori oleh PT Orang Tua, produsen Anggur Cap Orang Tua.

        5. 100 Mak Nyus Jalur Mudik

        5 Buku Kuliner Warisan Bondan Winarno
        100 Mak Nyus Jalur Mudik/Badiatul Muchlisin Asti

        Buku kelima seri 100 Mak Nyus yang terbit saat Bondan Winarno telah tiada. Boleh dibilang, buku ini adalah persembahan terakhir Bondan Winarno untuk dunia kuliner Indonesia yang dicintainya.

        Buku ini mulai dipersiapkan sejak Januari 2017. Di tengah pengumpulan data, Bondan jatuh sakit, tetapi tetap bersemangat untuk melanjutkan seri berikutnya setelah buku 100 Mak Nyus Joglosemar selesai terbit. Bulan September 2017, sebuah tindakan medis harus dilakukan kepada Bondan Winarno. 

        Dalam kondisi terbaring di rumah sakit, Bondan tetap bersemangat untuk melanjutkan proyek bukunya itu. Tim pun bergembira menyambut semangat Bondan. Sayang, kegembiraan itu berumur singkat. Saat proyek hampir selesai, pada Rabu, 29 November 2017, pakar kuliner yang pernah menggeluti dunia jurnalistik itu tutup usia.

        Lidia Tanod dan Harry Nazarudin menyampaikan dalam kata pengantar buku 100 Mak Nyus Jalur Mudik, Jalur Pantura dan Jalur Selatan Jawa, tim yang nyaris menyerah, pada Januari 2018 mengusulkan kepada pihak sponsor dan penerbit untuk melanjutkan proyek ini.

        Pertimbangannya, toh Pak Bondan sudah menulis lengkap soal tujuan kulinernya, dan buku ini bisa merangkap tribute untuk jasa Pak Bondan di dunia kuliner tradisional Indonesia. Puji syukur, pihak sponsor dan penerbit mendukung, sehingga jadilah buku ini. Buku panduan kuliner yang boleh dibilang ‘paling otoritatif’ bagi para pemudik tentang rekomendasi kuliner di sepanjang jalur mudik, yaitu Jalur Pantai Utara (Pantura) dan Pantai Selatan (Pansela) Jawa. 

        Selamat berburu dan membaca buku-buku warisan mendiang pakar kuliner Bondan Winarno. Sebuah warisan berharga bagi dunia gastronomi dari seorang pencinta kuliner tradisional Indonesia hingga wafatnya. Salam maknyus!


        Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
        Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

        The post 5 Buku Kuliner Warisan Bondan Winarno appeared first on TelusuRI.

        ]]>
        https://telusuri.id/5-buku-kuliner-warisan-bondan-winarno/feed/ 0 45751
        7 Pilihan Wisata Air Terjun di Perbatasan Malang-Lumajang https://telusuri.id/7-air-terjun-di-perbatasan-malang-lumajang/ https://telusuri.id/7-air-terjun-di-perbatasan-malang-lumajang/#respond Fri, 21 Feb 2025 03:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=45722 Di sejumlah daerah pegunungan, biasanya air terjun menjadi tempat favorit rekreasi yang menyasar semua kalangan. Mulai dari remaja, mahasiswa, hingga keluarga; dari wisatawan domestik sampai mancanegara. Seperti dua kabupaten bertetangga yang terletak di selatan Gunung...

        The post 7 Pilihan Wisata Air Terjun di Perbatasan Malang-Lumajang appeared first on TelusuRI.

        ]]>
        Di sejumlah daerah pegunungan, biasanya air terjun menjadi tempat favorit rekreasi yang menyasar semua kalangan. Mulai dari remaja, mahasiswa, hingga keluarga; dari wisatawan domestik sampai mancanegara. Seperti dua kabupaten bertetangga yang terletak di selatan Gunung Semeru, yaitu Malang dan Lumajang. Nyaris tak terhitung aliran-aliran air terjun yang mengalir di kedua daerah tersebut, baik yang sudah dibuka untuk wisata maupun yang masih tertutup karena sulit dijangkau akibat medan yang ekstrem.

        Dari banyaknya air terjun, TelusuRI merangkum tujuh air terjun yang mengalir sepanjang tahun, yang bisa jadi pilihan buat mengisi waktu liburan atau akhir pekan, karena lokasinya berdekatan. Beberapa air terjun bisa digapai dalam sehari. Namun, jika ingin menjangkau semuanya, setidaknya perlu waktu dua hari dan menginap satu malam di homestay warga sekitar. Sebab, sejumlah titik air terjun memerlukan ketahanan fisik dan waktu ekstra untuk dijangkau.

        Umumnya, tarif masuk wisata air terjun dipatok sekitar Rp10.000 per orang, belum termasuk parkir kendaraan. Untuk jasa pemandu maupun permintaan khusus lainnya seputar kegiatan berwisata bisa didiskusikan dengan pengelola wisata setempat.

        1. Coban Sewu atau Tumpak Sewu

        7 Pilihan Wisata Air Terjun di Perbatasan Malang-Lumajang
        Coban Sewu atau Tumpak Sewu saat musim kemarau/Rifqy Faiza Rahman via TelusuRI

        Air terjun ini berada di aliran sungai yang menjadi pembatas alami antara Kecamatan Ampelgading (Kabupaten Malang) dan Kecamatan Pronojiwo (Lumajang). Di Malang disebut coban, sedangkan di Lumajang disebut tumpak. Keunikan formasi arus airnya membuat Coban Sewu populer dan banyak dikunjungi wisatawan. Aliran dari satu sungai besar berwarna kecokelatan jatuh dasar jurang sedalam ratusan meter bersama puluhan aliran mata air yang mengucur dari balik celah tebing. Debit air saat musim hujan lebih deras daripada musim kemarau.

        Untuk melihat air terjun ini bisa melalui dua pintu masuk, dari sisi Desa Wonokerto (Malang) maupun Desa Sidomulyo (Lumajang). Wisatawan bisa cukup sekadar melihat panorama dari pinggiran tebing, atau menuruni jalur setapak ekstrem dan sangat curam ke dasar jurang untuk lebih dekat ke guyuran air terjunnya. Lebih aman membawa pemandu lokal untuk memastikan keamanan jalur.

        2. Coban Ciblungan

        7 Pilihan Wisata Air Terjun di Perbatasan Malang-Lumajang
        Kolam pemandian alami Coban Ciblungan/Rifqy Faiza Rahman via TelusuRI

        Mulanya, Coban Ciblungan digunakan warga sekitar untuk keperluan sehari-hari, seperti mandi atau mencuci baju. Namun, begitu popularitas Coban Sewu meningkat, kelompok sadar wisata setempat berinisiatif membuka Coban Ciblungan untuk umum sebagai tempat wisata. Coban Ciblungan hanya terletak sepelemparan batu dari rumah warga terdekat di Dusun Sumberpitu, Desa Sidorenggo, Kecamatan Ampelgading. Pekarangan rumah warga tersebut biasa digunakan untuk tempat parkir motor dan mobil.

        Melihat Coban Ciblungan sedikit mengingatkan pada formasi aliran Coban Sewu, hanya dalam versi yang jauh lebih mini. Terdapat satu sungai yang mengalir dari belakang Pasar Jagalan (jaraknya sekitar 1,5 km), lalu bercampur dengan deretan aliran mata air berdebit deras yang keluar dari celah tebing, mengguyur satu area kolam yang sama. Jika terjadi hujan di daerah hulu, air sungai dan kolam akan berwarna cokelat keruh sehingga tidak bisa digunakan untuk mandi atau berenang untuk sementara waktu.

        3. Coban Gintung

        7 Pilihan Wisata Air Terjun di Perbatasan Malang-Lumajang
        Aliran kembar Coban Gintung sebelum salah satunya disudet/Rifqy Faiza Rahman via TelusuRI

        Masih berada di satu desa yang sama, Coban Gintung berjarak sekitar 2,5 kilometer ke arah tenggara dari Coban Ciblungan. Aliran Coban Gintung bersumber dari mata air Sumber Gintung yang menghidupi kebutuhan air rumah tangga dan pertanian masyarakat setempat. Akses menuju tempat wisata Coban Gintung hanya bisa menggunakan sepeda motor. Jika membawa mobil, bisa dititipkan di pekarangan rumah warga terdekat.

        Dari tempat parkir motor, hanya perlu trekking ringan membelah ladang warga tak sampai 10 menit untuk menuju air terjun. Dahulu, Coban Gintung memiliki dua aliran air yang mengalir bersisian sehingga membuatnya tampak seperti air terjun kembar. Namun, beberapa waktu kemudian salah satu aliran disudet oleh pihak PDAM setempat untuk memenuhi pasokan air masyarakat. 

        4. Coban Naga Gintung

        7 Pilihan Wisata Air Terjun di Perbatasan Malang-Lumajang
        Seberkas pelangi di dasar Coban Naga Gintung/Rifqy Faiza Rahman via TelusuRI

        Aliran Coban Naga Gintung berada di atas Coban Gintung dan masih satu payung pengelolaan. Di rute jalan setapak yang sama, terdapat percabangan jalur. Jika berbelok ke kanan, jalur akan menurun menuju Coban Gintung, sedangkan jika lurus, akan mengarah ke Coban Naga Gintung yang jaraknya tidak terlalu jauh.

        Ada dua cara untuk menikmati kesegaran Coban Naga Gintung. Dari atas jembatan bambu yang dipasang warga, atau sedikit turun ke tepian jika ingin sedikit basah-basahan. Debit Coban Naga Gintung cukup deras, sehingga menimbulkan suara gemuruh. 

        5. Coban Gua Kelelawar

        Lokasi Coban Gua Kelelawar—dalam bahasa Jawa disebut Goa Lowo—cukup jauh dari tempat parkir Coban Gintung. Air terjun ini merupakan ujung dari aliran Coban Gintung dan nantinya akan bertemu dengan aliran Sungai Glidik yang merupakan jalur lahar dingin Semeru. Untuk menuju ke coban ini, perlu trekking sekitar 30 menit lewat jalan cor hingga meniti pematang sawah. Bisa juga diakses langsung dari Coban Gintung dengan menyusuri tepian sungai dan ladang warga.

        Formasi aliran air Coban Gua Kelelawar cukup unik. Air keluar dari celah sempit di bagian atas, lalu jatuh menyebar dan membasahi dinding tebing. Terdapat satu lubang kecil yang muat dimasuki manusia, yang oleh warga setempat disebut sebagai sarang kelelawar. Dari situlah nama Coban Gua Kelelawar berasal. Aliran coban ini membentuk sungai kecil penuh batuan dan diapit persawahan yang banyak ditumbuhi pohon kelapa.

        6. Air Terjun Kapas Biru

        7 Pilihan Wisata Air Terjun di Perbatasan Malang-Lumajang
        Seorang wisatawan di air terjun Kapas Biru/Rifqy Faiza Rahman via TelusuRI

        Bergeser ke Lumajang, Kapas Biru bisa menjadi opsi wisata air terjun dengan sentuhan petualangan. Sebab, jaraknya cukup jauh dari Dusun Mulyoarjo, Desa Pronojiwo—kampung warga terdekat yang membuka akses masuk wisata—dan beberapa titik jalur trekking cukup ekstrem sehingga memerlukan kehati-hatian. Salah satunya tangga besi vertikal setinggi kurang lebih tiga meter yang mau tidak mau tetap harus dilewati. Namun, gemuruh dan kesegaran air Kapas Biru bisa mengobati lelah setelah 45 menit berjalan dengan kontur naik-turun.

        Formasi geologi air terjun Kapas Biru berbeda dengan kebanyakan coban di wilayah Malang. Dinding tebingnya cadas berwarna cokelat terang dengan vegetasi hijau di sekitarnya. Saking derasnya aliran air, terkadang muncul buih-buih selembut kapas dan jika terkena sinar matahari seperti berwarna kebiruan. Aliran sungai kecil yang dibentuk dari air terjun ini juga dimanfaatkan pengelola untuk atraksi wisata tubing dengan ban karet.

        7. Air Terjun Kabut Pelangi

        7 Pilihan Wisata Air Terjun di Perbatasan Malang-Lumajang
        Panorama air terjun Kabut Pelangi/Rifqy Faiza Rahman via TelusuRI

        Air terjun ini berada di Dusun Besukcukit, Desa Sidomulyo. Satu desa dengan Tumpak Sewu, bertetangga dengan Kapas Biru. Akses wisata air terjun ini dibuka beberapa lama setelah Tumpak Sewu dan Kapas Biru. Letaknya yang tersembunyi dan cukup jauh dari perkampungan membutuhkan usaha lebih untuk bisa melihat air terjun ini dalam jarak dekat. Setidaknya perlu waktu 30–45 menit trekking, melewati jalan setapak di tengah ladang warga, sesekali menyeberangi sungai dengan arus cukup deras, yang terbentuk dari aliran Kabut Pelangi.

        Mendekati air terjun, wisatawan seperti dikepung ngarai menjulang. Perlu kehati-hatian saat melangkah dan mewaspadai perubahan cuaca maupun arus bah mendadak. Air terjun Kabut Pelangi lebih tinggi dan lebih deras daripada Kapas Biru. Jika beruntung dan berada dalam momen yang pas, akan terlihat segaris pelangi sesuai namanya. 

        Menjadi pejalan bijak: hal-hal yang harus diperhatikan

        Semua air terjun tersebut berada di wilayah perdesaan dan aksesnya melewati kawasan ladang dan permukiman warga. Oleh karena itu pengunjung harus menghormati peraturan setempat yang mungkin diberlakukan. 

        Selain itu, TelusuRI juga menyarankan setiap pengunjung agar menjadi pejalan bijak, serta memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk menjaga lingkungan di sekitar tempat wisata. Berikut sejumlah tips yang bisa kamu lakukan selama berwisata di coban-coban tersebut.

        1. Menghormati adat istiadat di dusun sekitar tempat wisata.
        2. Mematuhi peraturan yang diberlakukan pengelola wisata.
        3. Mewaspadai perubahan cuaca, karena hujan deras di aliran hulu bisa menyebabkan bah kencang dan membahayakan keselamatan.
        4. Melengkapi diri dengan peralatan dan logistik yang memadai agar perjalanan berwisata aman dan nyaman.
        5. Meminimalisasi penggunaan botol minum kemasan dan plastik sekali pakai.
        6. Gunakan kotak makan untuk menyimpan bahan-bahan makanan kamu selama perjalanan.
        7. Memilih menu-menu makanan organik, seperti sayur, buah, dan bahan lainnya untuk meminimalisasi makanan kemasan sekali pakai.
        8. Membawa pulang sampah anorganik yang kamu hasilkan.
        9. Membawa kantung sampah secukupnya.

        Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
        Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

        The post 7 Pilihan Wisata Air Terjun di Perbatasan Malang-Lumajang appeared first on TelusuRI.

        ]]>
        https://telusuri.id/7-air-terjun-di-perbatasan-malang-lumajang/feed/ 0 45722
        Menelusuri Kampung Naga: Sejarah yang hilang, Tradisi yang Terjaga https://telusuri.id/kampung-naga-tasikmalaya-jawa-barat/ https://telusuri.id/kampung-naga-tasikmalaya-jawa-barat/#respond Mon, 17 Feb 2025 03:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=45665 Kampung Naga merupakan salah satu kampung adat yang terletak di Jawa Barat, tepatnya di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Jumlah penduduk kampung ini sekitar 271 jiwa, terdiri dari 101 kepala keluarga. Dengan populasi penduduk...

        The post Menelusuri Kampung Naga: Sejarah yang hilang, Tradisi yang Terjaga appeared first on TelusuRI.

        ]]>
        Kampung Naga merupakan salah satu kampung adat yang terletak di Jawa Barat, tepatnya di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Jumlah penduduk kampung ini sekitar 271 jiwa, terdiri dari 101 kepala keluarga. Dengan populasi penduduk yang relatif kecil, keaslian budaya Kampung Naga tetap terjaga hingga kini. Sebagai bentuk pengakuan dari pemerintah, pemerintah melalui Kementerian ATR/BPN mendaftarkan dan meresmikan hak pengelola (HPL) Tanah Ulayat di Kampung Naga.

        Seperti halnya Kampung Adat Kuta di Kabupaten Ciamis, Kampung Naga menjadi salah satu dari banyaknya kampung adat yang memilih untuk tetap mempertahankan adat istiadat serta warisan leluhurnya di tengah perubahan sosial yang terus berkembang. Komitmen tersebut menjadi daya tarik bagi masyarakat luar untuk bersilaturahmi, berbagi pengalaman dan memahami pandangan hidup (filosofi) masyarakat Kampung Naga.

        • Menelusuri Kampung Naga: Sejarah yang hilang, Tradisi yang Terjaga
        • Menelusuri Kampung Naga: Sejarah yang hilang, Tradisi yang Terjaga

        Sejarah Kampung Naga

        Sayangnya, sejarah atau asal usul Kampung Naga tidak dapat diketahui secara pasti. Berdasarkan pengakuan dari Pak Sarya selaku kepala wilayah, berbagai arsip Kampung Naga hilang pascapemberontakan DI/TII sekitar tahun 1950-an. Konon, pembakaran terjadi pada saat pemberontakan tersebut yang mengakibatkan hangusnya arsip sejarah tentang Kampung Naga.

        Bahkan sampai hari ini, masyarakat Kampung Naga tidak ada yang mengetahui akan sejarah kampungnya sendiri. Mereka memilih untuk tidak menyampaikan apa pun tentang sejarah atau asal usul tentang Kampung Naga. Hal ini dilakukan demi menghindari kesalahan informasi yang dikhawatirkan menghasilkan sejarah yang keliru.

        Meski demikian, terdapat cerita yang berkembang di khalayak luar tentang asal usul penamaan Kampung Naga. Berdasarkan informasi yang beredar, konon penamaan Kampung Naga berasal dari lokasinya yang berada di tebing, atau dalam bahasa Sunda disebut “dina gawir”. Kemudian istilah tersebut disingkat oleh masyarakat menjadi “na gawir”, lalu muncullah penamaan Kampung Naga (Na Gawir). Akan tetapi, menurut Pak Sarya, informasi atau cerita tersebut tidak dapat dikonfirmasi kebenarannya, karena masyarakat Kampung Naga sendiri pun tidak mengetahui sejarah asli kampung mereka.

        Menelusuri Kampung Naga: Sejarah yang hilang, Tradisi yang Terjaga
        Posisi rumah warga saling berhadapan agar tercipta interaksi dan kerukunan bertetangga/Dadan Abdul Majid

        Larangan di Kampung Naga

        Sebagai kampung adat, Kampung Naga memiliki berbagai macam larangan yang terus dipegang teguh oleh masyarakatnya, antara lain:

        1. Tidak boleh memasuki “leuweung larangan”

        Masyarakat Kampung Naga sangat menjaga kelestarian alam yang ada di sekitarnya, yang dibuktikan dengan adanya konsep leuweung larangan atau hutan keramat. Demi menjaga kelestarian dan keseimbangan alam (ekosistem), tanpa mengenal kompromi, tidak seorang pun diperbolehkan untuk memasuki hutan keramat, apa pun alasannya. 

        2. Tidak boleh membuang limbah rumah tangga langsung ke sungai

        Untuk menjaga kebersihan aliran Sungai Ciwulan, masyarakat tidak boleh membuang limbah rumah tangga secara langsung ke sungai. Sebagai solusi, limbah tersebut harus dibuang terlebih dahulu ke kolam-kolam yang ada di sana. Masing-masing kolam tersebut memiliki beberapa tumbuhan yang mampu menyerap zat berbahaya yang dapat mencemari air sungai, salah satunya adalah tumbuhan eceng gondok. Setelah melalui penyaringan alami ini, limbah rumah tangga tersebut baru dialirkan ke aliran sungai.

        3. Tidak boleh menggunakan listrik

        Tidak ada satu pun warga Kampung Naga yang diperbolehkan untuk menggunakan listrik. Menurut Pak Sarya dan salah satu anggota masyarakat di sana, larangan ini bertujuan untuk menghindari berbagai risiko yang ditimbulkan dari adanya pemakaian listrik, di antaranya kebakaran akibat korsleting listrik serta mencegah perubahan gaya hidup masyarakat. Soal perubahan gaya hidup, mereka khawatir muncul kelas-kelas sosial tertentu yang berpotensi menimbulkan kesenjangan sosial.

        Itulah beberapa larangan yang penulis ketahui setelah berkunjung dan bersilaturahmi dengan salah satu anggota masyarakat Kampung Naga. Larangan-larangan tersebut dikenal dengan istilah “pamali”, yang merupakan konsep sakral bagi masyarakat Kampung Naga. Pamali berfungsi sebagai alat kontrol sosial yang menjadikan warga masyarakatnya tunduk dan patuh pada aturan adat (social of control).

        • Menelusuri Kampung Naga: Sejarah yang hilang, Tradisi yang Terjaga
        • Menelusuri Kampung Naga: Sejarah yang hilang, Tradisi yang Terjaga

        Tradisi Kampung Naga

        Dalam masyarakat adat, tradisi merupakan elemen penting yang patut dijaga dan dilestarikan keberadaannya. Sebab, tradisi tersebutlah yang dapat memperkuat ikatan sosial antaranggota masyarakat (kohesi sosial). Di Kampung Naga, salah satu tradisi yang masih lestari hingga kini adalah Hajat Sasih.

        Hajat Sasih merupakan upacara adat yang diselenggarakan setiap dua bulan sekali, yang berarti dalam setahun masyarakat Kampung Naga merayakan enam kali upacara adat tersebut. Berdasarkan penuturan Pak Sarya, waktu-waktu pelaksanaan Hajat Sasih adalah bulan Muharram (berkaitan dengan tahun baru Islam), bulan Rabiulawal (berkaitan dengan kelahiran atau maulid Nabi Muhammad saw.), pertengahan bulan dalam kalender Hijriah, penyambutan bulan suci Ramadan, penyambutan datangnya Syawal, dan Zulhijah (bulan penutup dalam kalender Hijriah).

        Saat pelaksanaan Hajat Sasih, penduduk laki-laki melakukan ziarah kubur, sementara kaum perempuan menyiapkan makanan dan hidangan nasi untuk disantap secara bersama-sama. Setelah prosesi selesai, seluruh masyarakat Kampung Naga berkumpul di bale (balai). Selanjutnya melaksanakan doa bersama sebagai bentuk syukur kepada Tuhan, lalu secara bersama-sama menyantap hidangan yang telah dipersiapkan sebelumnya. 

        Hajat Sasih tidak hanya memperkuat hubungan vertikal antara manusia dan Tuhannya. Tradisi ini juga menjadi sarana silaturahmi untuk mempererat hubungan antarsesama anggota masyarakat Kampung Naga.

        Menelusuri Kampung Naga: Sejarah yang hilang, Tradisi yang Terjaga
        Bangunan balai tempat berkumpul warga/Dadan Abdul Majid

        Kesetaraan Sosial dan Sistem Pendidikan di Kampung Naga 

        Stratifikasi sosial merupakan penggolongan masyarakat ke dalam kelas-kelas tertentu secara bertingkat. Wujud dari stratifikasi ini yaitu adanya kelas bawah, menengah, dan atas. Pada masyarakat modern, stratifikasi ini sangat jelas wujudnya dalam bentuk perbedaan gaya hidup dan sumber daya ekonomi yang mencolok. 

        Namun, hal tersebut tidak berlaku di Kampung Naga. Rumah-rumah dengan bentuk dan bahan yang seragam tertata dengan rapi, seolah mencerminkan kesetaraan sosial di antara warganya. Selain itu, hal tersebut juga menjadi bukti bahwa masyarakat Kampung Naga tidak terpengaruh oleh kemewahan hidup, serta tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari.

        Kesederhanaan mereka tergambar dari batasan penggunaan teknologi modern, wajib memanfaatkan sumber daya alam secara tepat guna dan tidak eksploitatif, serta tidak adanya penggunaan listrik. Dampaknya, tidak memunculkan kelas sosial atau perbedaan gaya hidup yang mencolok di masyarakat. Selain itu, setiap dua bangunan rumah di Kampung Naga harus dibangun secara berhadapan untuk memudahkan interaksi antarwarga. Maka tidak berlebihan jika keseragaman mereka mencerminkan kesetaraan, sedangkan kedekatan mereka menegaskan pentingnya kebersamaan dan keakraban. 

        Berbeda dengan Kampung Baduy Dalam, warga Kampung Naga tidak dilarang untuk menempuh pendidikan formal. Mereka bebas bersekolah, tetapi tetap diajarkan untuk tidak melupakan adat istiadat dan berbagai kearifan lokal yang mereka miliki. Bahkan mereka berharap, pendidikan yang diperoleh warganya dapat membantu dalam melestarikan dan mengembangkan warisan budaya yang sudah ada.


        Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
        Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

        The post Menelusuri Kampung Naga: Sejarah yang hilang, Tradisi yang Terjaga appeared first on TelusuRI.

        ]]>
        https://telusuri.id/kampung-naga-tasikmalaya-jawa-barat/feed/ 0 45665