Akhmad Idris, Penulis di TelusuRI https://telusuri.id/author/akhmadidris/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Thu, 04 Apr 2024 04:59:43 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 Akhmad Idris, Penulis di TelusuRI https://telusuri.id/author/akhmadidris/ 32 32 135956295 Kala Telunjuk Raung Bermain Kata-Kata https://telusuri.id/kala-telunjuk-raung-bermain-kata-kata/ https://telusuri.id/kala-telunjuk-raung-bermain-kata-kata/#respond Thu, 04 Apr 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=41600 Nasihat sering kali tidak sampai ke hati lantaran sebuah situasi dan kondisi yang tidak tepat. Pada beberapa kasus, nasihat justru lebih mudah diterima ketika disampaikan dalam keadaan yang menyenangkan. Misalnya saja, nasihat yang disampaikan oleh...

The post Kala Telunjuk Raung Bermain Kata-Kata appeared first on TelusuRI.

]]>
Nasihat sering kali tidak sampai ke hati lantaran sebuah situasi dan kondisi yang tidak tepat. Pada beberapa kasus, nasihat justru lebih mudah diterima ketika disampaikan dalam keadaan yang menyenangkan. Misalnya saja, nasihat yang disampaikan oleh tempat wisata yang disenangi.

Tentu saja ini akan sedikit membingungkan. Bagaimana bisa tempat wisata memberikan sebuah wejangan atau nasihat? Bukankah tempat wisata adalah tempat mencari kesenangan dan hiburan? 

Kebingungan para pembaca akan terobati saat menyempatkan waktu luangnya mengunjungi wisata air terjun Telunjuk Raung. Air terjun ini terletak di Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi. Dari pusat kota Banyuwangi kira-kira berjarak 40 kilometer atau 1,5 jam dengan kendaraan bermotor.

Kala Telunjuk Raung Bermain Kata-Kata
Derasnya aliran air terjun Telunjuk Raung/Akhmad Idris

Oase di Pegunungan

Sebagaimana namanya, air terjun ini masih berada di wilayah lereng Gunung Raung, Banyuwangi. Sementara penggunaan nama “telunjuk” disebabkan oleh wujud aliran air terjun yang menyerupai bentuk salah satu ruas jari tangan manusia.

Tidak ada biaya tiket masuk khusus untuk menikmati salah satu destinasi wisata alam terpopuler di Bumi Blambangan tersebut. Pengunjung hanya perlu membayar tarif parkir Rp10.000 untuk mobil atau Rp5.000 untuk motor. Dari tempat parkir, selanjutnya hanya perlu berjalan kaki sejauh kurang lebih 600 meter untuk tiba di air terjun berdebit deras itu.

Bertualang ke air terjun Telunjuk Raung seakan menjadi oase atas hiruk piruk maupun kepenatan hidup di perkotaan. Di air terjun ini, terdapat hamparan hijau kawasan hutan khas pegunungan yang menyejukkan pikiran. Jernihnya air yang bergemuruh di atas kolam berbuih putih kebiruan juga menyegarkan tubuh.

Karena berada di wilayah pegunungan, tentu saja berada di sini bakal jauh dari kebisingan. Suasana hati akan menjadi lebih baik saat mendengarkan gemericik air hingga cuitan burung-burung yang hidup di sekitarnya.

Lalu, bagaimana cara Telunjuk Raung memberikan nasihat?

Quotes Unik sekaligus Mendidik di Telunjuk Raung

Quotes memiliki arti “kutipan”. Dewasa ini, lebih-lebih di era digitalisasi, quotes menjadi lebih populer karena digunakan sebagai bahan unggahan di media-media sosial dengan pelbagai fungsi. Mulai dari memberikan nasihat, ungkapan rasa—baik itu cinta, kasih, tersakiti, maupun sejenisnya—hingga untuk memberikan sindiran. Nasihat menjadi lebih teduh ketika disampaikan dengan kalimat yang baik dan estetis, apalagi dengan penggunaan template atau format yang juga menarik.

Sindiran menjadi lebih berkelas ketika diolah sedemikian rupa maupun dengan diksi yang berirama. Setidaknya menyindir tidak lagi hanya mencakup sisi emosi, tetapi juga menuntut olah kreasi. Sederhananya, media sosial akan bermanfaat di tangan orang-orang yang tepat. Saya menganalogikan, palu dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah di tangan ahli bangunan, sekaligus bisa menjadi alat pengantar untuk mendekam di jeruji besi bagi seorang pembunuh.

Di air terjun Telunjuk Raung, terdapat banyak quotes unik yang terkesan unik, tetapi sebenarnya mendidik. Satu di antaranya adalah quotes tentang kritik ekologis, yaitu seruan peduli terhadap lingkungan alam yang disampaikan dengan menggelitik. Contohnya seperti ini: “Jika Anda tidak mampu membuang sampah di tempatnya, maka telanlah makanan anda beserta bungkusnya.

Kalimat itu sejatinya merupakan nasihat kepada para pengunjung agar membuang sampah—biasanya berupa bungkus-bungkus makanan—di tempat sampah yang telah disediakan. Tempat alami yang masih bersih dan asri ini sudah seyogianya dijaga dari noda-noda sampah yang dapat merusak keberlanjutannya sebagai daya tarik wisata.

  • Kala Telunjuk Raung Bermain Kata-Kata
  • Kala Telunjuk Raung Bermain Kata-Kata

Di sisi lain, imbauan tersebut sejatinya merupakan buntut dari kebiasaan buruk sebagian masyarakat Indonesia. Tidak sedikit yang “gemar” merusuhi tanah airnya sendiri dengan membuang sampah sembarangan. Sampah-sampah berserakan di pelbagai tempat wisata, tak terkecuali destinasi-destinasi berkelas dunia.

Saya menemukan lagi quotes lainnya yang bertemakan wawasan ekologis. Kalimat nasihat itu berbunyi: “Belajarlah dari alam karena alam bisa memberikan pelajaran dan keindahan tak ternilai.

Lewat kutipan tersebut, Telunjuk Raung ingin menegaskan kembali ungkapan Raden Mas Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hajar Dewantara. Pendiri perguruan Taman Siswa itu menyatakan bahwa setiap tempat adalah sekolah.

Jika arti hakiki sekolah adalah tempat menerima dan memberi pelajaran, maka alam juga layak disebut sebagai sekolah. Manusia dapat banyak belajar dari alam lewat ketenangan, keindahan, dan kebersihannya. Manusia bisa belajar bahwa setiap hal yang tenang selalu jauh dari keramaian, setiap hal yang indah selalu dijaga sejak lama, dan setiap hal yang bersih diperoleh dari masyarakat yang peduli. Pada akhirnya, lewat kata-katalah manusia diharapkan mulai lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya.

Kala Telunjuk Raung Bermain Kata-Kata
Siapa di antara kalian yang punya kenangan pahit dengan sang mantan/Akhmad Idris

Tak hanya nasihat peduli lingkungan, di air terjun ini juga terdapat quotes menggelitik lainnya tentang asmara. Misalnya yang tertulis pada salah satu papan kayu “Tempat menenggelamkan kenangan”.

Sungguh saya sampai tertawa terbahak-bahak setelah membaca kalimat tersebut. Makna yang tersirat agaknya tentang mengikhlaskan kenangan-kenangan menyakitkan; yang biasanya bersumber dari barisan para mantan kekasih. Semua kenangan menyesakkan itu, secara harfiah dianjurkan untuk dibuang di sebuah sungai kecil, yang mengalir di depan papan kayu yang melekat pada gubuk sederhana beratap terpal.

Begitulah sisi unik dan menarik di kawasan air terjun Telunjuk Raung. Pengunjung bisa berwisata sekaligus bermain kata-kata, bahkan mengimajinasikan quotes-nya sendiri sesuai suasana hati.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Kala Telunjuk Raung Bermain Kata-Kata appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/kala-telunjuk-raung-bermain-kata-kata/feed/ 0 41600
Nuansa Khas Pedesaan Surabaya di Kayoene https://telusuri.id/nuansa-desa-surabaya-di-kayoene/ https://telusuri.id/nuansa-desa-surabaya-di-kayoene/#respond Wed, 13 Oct 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=28775 Surabaya selalu identik dengan berisik. Di tengah hiruk pikuknya, di wilayah perumahan Graha Family, tepatnya di Jalan Raya Graha Family Barat, Kecamatan Wiyung, Kota Surabaya terdapat sebuah kafe dengan konsep artistik dominasi kayu yang menonjolkan...

The post Nuansa Khas Pedesaan Surabaya di Kayoene appeared first on TelusuRI.

]]>
Surabaya selalu identik dengan berisik. Di tengah hiruk pikuknya, di wilayah perumahan Graha Family, tepatnya di Jalan Raya Graha Family Barat, Kecamatan Wiyung, Kota Surabaya terdapat sebuah kafe dengan konsep artistik dominasi kayu yang menonjolkan suasana khas pedesaan. Manipulasi suasana desa semakin sempurna dengan keberadaan sungai bening di samping kafe dengan ikan-ikan yang hidup di sana. Kafe tersebut bernama Kayoene.

Suasana Kafe Koyoene/Akhmad Idris

Suasana Kayoene

Kafe ini beroperasi mulai dari pukul 11.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Kayoene menamai tempatnya dengan sebutan Café and Gallery, karena selain menyediakan tempat untuk nongkrong, juga terdapat beberapa bentuk kerajinan seperti kendi, pot, dan sejenisnya. Oleh sebab itu, kafe ini cocok untuk siapapun yang hobi mengoleksi benda-benda kerajinan unik yang terkesan artistik.

Kali pertama memasuki area kafe, siapapun mungkin akan tidak percaya bahwa lokasinya terletak di kota yang terkenal padat dan bising. Suasananya cenderung sepi dan sunyi, sangat jauh dari kesan metropolitan yang telah melekat sejak lama untuk Surabaya.

Desain bangunan kafe yang semuanya terbuat dari kayu serta gaya bangunan selayaknya gubuk-gubuk di pedesaan, seolah benar-benar tampak mustahil berada di tengah kota. Belum lagi yang letaknya di tengah-tengah area perumahan, sehingga menambah kesan sunyi karena jauh dari keramaian. Notabenenya perumahan memang hadir untuk siapapun yang lebih menikmati kesunyian daripada keramaian.

Keberadaan tempat yang artistik tentu saja akan menarik antusiasme generasi milenial. Tempat yang asing bagi masyarakat Surabaya ini akan memicu rasa ingin tahu siapapun yang melihatnya di unggahan media sosial. Kafe seolah ‘dipaksa’ untuk tak hanya menyuguhkan kelezatan makanan, tetapi juga harus menyediakan suasana sekaligus tempat yang nyaman serta kekinian.

Kabar baiknya, kelezatan makanan dan tempat-tempat kekinian itu berhasil dipenuhi oleh Kayoene. Rasa menu makanan di sini menjunjung tinggi cita rasa nusantara, sehingga kemungkinan besar tak akan menyisakan rasa kecewa. Area indoor dengan nuansa coklat kekuningan, area outdoor dengan suasana segar penghijauan, dan sudut-sudut olah kreasi kerajinan memberikan kesan berbeda.

Dan tentu saja ada rupa, ada harga. Kita bisa membeli minuman dengan harga mulai Rp28 ribu dan makanan mulai Rp30 ribu ke atas.

Daftar menu/Akhmad Idris

Harga Makanan dan Minuman

Hampir semua menu yang tersedia adalah makanan dan minuman khas pedesaan. Sebut saja seperti nasi campur dengan harga Rp55 ribu per porsi, tahu telor dengan harga Rp30 ribu per porsi, oseng ikan asap pedas dengan harga Rp38 ribu per porsi, oseng kikil pedas dengan harga Rp55 ribu per porsi, dan dan ayam bedong ukep dengan harga Rp150 ribu untuk ayam utuh dan Rp80 ribu untuk ayam setengah ekor.

Di antara makanan-makanan tersebut, menu yang paling saya rekomendasikan adalah nasi campur karena nasi campur tersaji lengkap dengan tiga buah lauk sekaligus di dalamnya yakni oseng ikan asap, oseng kikil, dan rendang.

Sajian olahan makanan khas pedesaan alias makanan tradisional ini kiranya menjadi pilihan yang tepat ketika ditawarkan di wilayah metropolitan seperti Surabaya. Hal ini karena saya berasumsi dasar bahwa wilayah perkotaan cenderung didominasi oleh kuliner-kuliner modern. Sehingga menyajikan olahan makanan tradisional akan menarik perhatian sekaligus rasa penasaran. Selain itu, Kayoene bisa menjadi solusi untuk masyarakat Surabaya yang rindu makanan desa, tetapi tidak memiliki waktu untuk melancong sejenak ke wilayah pedesaan.

Makanan di kafe Koyoene/Akhmad Idris

Sementara untuk varian minuman yang tersedia adalah kopi rempah dengan harga Rp32, wedang vitalitas dengan harga Rp38, floral tea dengan harga Rp36, teh serei dengan harga Rp33, olahan blended dengan harga Rp40, kopi ndeso dengan harga Rp28, dan teh tarik dengan harga 38.000 rupiah.

Di antara sekian banyak varian minuman, menu yang paling saya reekomendasikan adalah kopi ndeso untuk para pecinta kopi, dan olahan blended untuk para pecinta minuman dingin. Sebagaimana olahan makanan, sajian minuman di sini juga mayoritas adalah minuman khas nusantara.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Nuansa Khas Pedesaan Surabaya di Kayoene appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/nuansa-desa-surabaya-di-kayoene/feed/ 0 28775
Barn Event Hire, Kafe dengan Konsep Taman Terbuka di Surabaya https://telusuri.id/barn-event-hire-surabaya/ https://telusuri.id/barn-event-hire-surabaya/#respond Sat, 09 Oct 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=28801 Berbicara tentang Surabaya, kota ini identik sebagai kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta yang dipenuhi gedung-gedung tinggi, dijejali bising lalu lintas tiada henti, hingga jajaran pemukiman padat penduduk yang sudah kehilangan kesegaran alami. Dengan...

The post Barn Event Hire, Kafe dengan Konsep Taman Terbuka di Surabaya appeared first on TelusuRI.

]]>
Berbicara tentang Surabaya, kota ini identik sebagai kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta yang dipenuhi gedung-gedung tinggi, dijejali bising lalu lintas tiada henti, hingga jajaran pemukiman padat penduduk yang sudah kehilangan kesegaran alami. Dengan julukan metropolitan pada kota berlambang Sura dan Buaya, anggapan-anggapan tersebut memang tak bisa dipersalahkan. Namun anggapan-anggapan tersebut juga tidak sepenuhnya benar, karena di beberapa sudut Kota Surabaya ada tempat yang menawarkan suasana berbeda dan dipenuhi dengan pepohonan. Satu diantaranya adalah Barn Event Hire yang berlokasi di kawasan Bumi Marinir Gunung Sari Surabaya atau lebih tepatnya di Jalan Golf 1, Surabaya.

Seolah bukan di Surabaya

Kali pertama memasuki area Barn Event Hire, kesan pertama yang ditangkap adalah pertanyaan “Benarkah ini masih di kota Surabaya?” Sebab kafe ini dikelilingi pepohonan rindang dengan luas sekitar 4.500 meter persegi. Kamu bisa membayangkannya bukan seperti apa menariknya tempat ini?Barn Event Hire merupakan sebuah tempat yang disewakan untuk mengadakan acara pernikahan dan sejenisnya dengan konsep garden party atau taman terbuka, namun pihak pengelola juga menyediakan coffee shop yang dibuka mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB untuk para pelanggan yang sekadar ingin menikmati sajian makanan, minuman, maupun berfoto di sini.

Gaya rustic/Akhmad Idris

Selain konsep taman terbuka, Barn Event Hire juga mengusung tema rustic. Gaya rustic sejatinya adalah desain interior yang memfokuskan pada kesan alami dari bahan-bahan yang tidak dihaluskan alias dibiarkan sebagaimana adanya (unfinished). Di Indonesia, gaya rustic biasanya dipakai dalam rumah-rumah yang bergaya tradisional yang ingin mengusung nuansa pedesaan. Di era modern seperti ini, gaya tradisional justru menjadi primadona karena sebagian besar rumah sudah dibangun dengan gaya modern.

Kini, generasi milenial cenderung lebih memburu hal-hal yang jarang ada daripada hal-hal yang telah ada, agar terasa berbeda dengan yang lainnya. Gaya seperti inilah yang dijadikan tema Barn Event Hire.

Bangunan-bangunan yang dijadikan tempat untuk transit catering, make up, rest room, small coffee shop, dan tenda venue terbuat dari kayu-kayu lawas dengan kualitas yang masih bagus sehingga ada kesan klasik, artistik, sekaligus futuristik di setiap bangunan yang ada.

Suasana kafe/Akhmad Idris

Keberadaan tempat dengan tema-tema rustic tersebut juga membuka ruang bagi generasi milenial yang ingin memenuhi beranda media sosialnya dengan foto-foto Instagramable maupun Facebookable. Sementara untuk di area taman terbukanya disediakan meja-meja memanjang untuk pengunjung yang datang gerudukan dan meja-meja bundar kecil untuk pengunjung yang datang dengan pasangan maupun yang sedang berusaha menjadi pasangan. 

Duduk bersantai bersama keluarga sesekali diperlukan untuk tetap menjaga kewarasan di tengah tekanan kota metropolitan. Kesibukan bekerja sering kali membuat manusia abai sekaligus lalai bahwa sejauh mana pun manusia pergi, keluarga adalah sebaik-baik tempat kembali.

Penghujung senja Surabaya juga menjadi momen yang romantis untuk sekadar bercerita tentang dunia yang tak lagi sama kepada orang terkasih, sembari membicarakan tentang masa depan yang dilukis bersama. Sesekali menyeruput es kelapa muda di tengah-tengah percakapan akan menjadi pengalaman tak terlupakan yang dapat dijadikan sebagai dongeng untuk anak-anak di masa depan.

Suasana malam/Akhmad Idris

Karena berkonsep taman terbuka, mengunjungi Barn Event Hire di saat kondisi cuaca sedang panas-panasnya sangat tidak dianjurkan, kecuali bagi pengunjung yang memang hobi memanaskan diri seperti turis-turis di Bali. Meskipun begitu, juga disediakan area indoor dengan gaya retro klasik yang membuat pengunjungnya terjaga dari terik sinar matahari. Ada spot mobil VW klasik di area indoor yang membuat suasana semakin asyik bagi para kawula muda yang doyan menghasilkan karya-karya fotogenic.

Waktu yang paling direkomendasikan untuk mengunjungi Barn Event Hire adalah waktu petang menjelang senja datang. Sebuah waktu batas pergantian waktu dari petang menuju malam yang menenangkan pagi pengagum senja dan romantisme.Pada waktu malam, lampu-lampu bulat kecil berwarna kuning akan menghiasi langit-langit taman dengan iringan live acoustic pada hari Sabtu dan Minggu. Beragam pilihan menu yang ditawarkan juga bervariasi, mulai dari makanan ringan; pancake; rice bowl; olahan soup; makanan berat; hingga minuman dingin dan minuman hangat.

Pada waktu malam, lampu-lampu bulat kecil berwarna kuning akan menghiasi langit-langit taman dengan iringan live acoustic pada hari Sabtu dan Minggu. Beragam pilihan menu yang ditawarkan juga bervariasi, mulai dari makanan ringan; pancake; rice bowl; olahan soup; makanan berat; hingga minuman Harga yang dipatok juga tidak jauh berbeda dengan harga menu di kafe-kafe Surabaya lainnya. Pada akhirnya, akan menjadi perpaduan yang sempurna ketika alunan musik favorit disenandungkan; pesanan makanan datang; beserta orang-orang tersayang dipertemukan dalam suatu tempat yang mengagumkan. Akhir kata, selamat menikmati Surabaya dengan suasana yang berbeda. 


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Barn Event Hire, Kafe dengan Konsep Taman Terbuka di Surabaya appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/barn-event-hire-surabaya/feed/ 0 28801
Mendaki Gunung Merbabu lewat Jalur Suwanting https://telusuri.id/mendaki-merbabu-via-suwanting/ https://telusuri.id/mendaki-merbabu-via-suwanting/#comments Thu, 07 Oct 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=29537 Sejak dulu pegunungan Indonesia selalu memesona, satu diantara pegunungan-pegunungan yang mempesona itu adalah Gunung Merbabu yang secara administratif terletak di Kabupaten Boyolali, Semarang, dan Magelang. Oleh sebab itu, Gunung Merbabu dapat didaki melalui jalur Selo,...

The post Mendaki Gunung Merbabu lewat Jalur Suwanting appeared first on TelusuRI.

]]>
Sejak dulu pegunungan Indonesia selalu memesona, satu diantara pegunungan-pegunungan yang mempesona itu adalah Gunung Merbabu yang secara administratif terletak di Kabupaten Boyolali, Semarang, dan Magelang. Oleh sebab itu, Gunung Merbabu dapat didaki melalui jalur Selo, Wekas, Chuntel, Thekelan, dan Suwanting.

Jalur yang disebut terakhir merupakan jalur yang baru dibuka pada tahun 2015. Diantara jalur lain, pendakian Gunung Merbabu melalui Suwanting adalah jalur yang paling menarik dan asyik. Menarik karena mengundang rasa penasaran dan asyik karena menyajikan tantangan.

Selain itu, estimasi waktu pendakian jauh lebih pendek dari jalur-jalur yang lain, sementara tantangan yang dihadirkan yakni trek yang memang lebih ekstrim dari jalur-jalur yang lain. Jalur ini terletak di Dusun Suwanting, Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang.

Jalur Pendakian Suwanting
Jalur pendakian Suwanting/Akhmad Idris

Jalur pendakian yang usaha dan pesonanya sepadan

Meskipun menyajikan jalur yang ekstrem, jalur Suwanting merupakan jalur yang menyediakan sumber air di beberapa pos selama perjalanan mendaki. Setidaknya, rasa lelah melewati trek diimbangi dengan beban yang tidak terlalu berat karena ketersediaan air di pos-pos selama pendakian. Berbeda dengan jalur Selo yang harus membawa beban berliter-liter air dari basecamp karena air hanya tersedia di basecamp.

Nasihat lama itu memang benar, bahwa tidak ada kemudahan yang tanpa kesulitan dan juga tidak ada kesulitan yang tidak disertai dengan kemudahan. Jalur Selo menjadi jalur favorit para pendaki Gunung Merbabu memang treknya tidak se-ekstrim jalur Suwanting, tetapi tetap memiliki kekurangan dalam urusan ketersediaan sumber air. Begitu pula di jalur Suwanting yang memiliki kesulitan dalam urusan trek yang terjal dengan kontur tipis, tetapi memiliki sumber air yang berlimpah.

Ada tiga pos yang perlu dilalui para pendaki untuk mencapai puncak Merbabu (ada tiga puncak, yakni Puncak Syarif; Kenteng Songo; dan Triangulasi) melalui Suwanting. Di setiap pos, kelelahan pendaki akan terbayar dengan pemandangan yang hanya dijumpai ketika mendaki gunung. Sebut saja, ladang warga setempat yang ditanami tanaman khas pegunungan saat perjalanan dari basecamp ke Pos 1. Kemudian, hutan pinus saat perjalanan dari Pos 1 ke Pos 2. Jika pendaki dinaungi keberuntungan, maka selama perjalanan akan disapa oleh fauna khas Merbabu seperti lutung, ayam hutan, monyet ekor panjang, dan beragam jenis burung. 

Berfoto bersama
Berfoto bersama teman pendakian/Akhmad Idris

Setelah disuguhi pemandangan yang indah, perjalanan dari Pos 2 hingga Pos 3 para pendaki memasuki ujian yang sebenarnya. Trek menanjak sejauh mata memandang akan menguras tenaga habis-habisan. Jika pendakian dilakukan saat musim kemarau, maka pendaki akan diuji dengan kepulan debu yang menyesakkan napas. Sementara jika dilakukan ketika musim penghujan, para pendaki akan disulitkan dengan trek yang sangat licin. Beruntungnya, jalur ini dilengkapi tali untuk membantu mempermudah pendakian.

Lelah para pendaki akan terbayar saat sudah mencapai Pos 3, sebab dari sana dapat dipandang kegagahan Gunung Merap. Tak hanya view Merapi, pesona hijau tiga sabana sebelum puncak juga menanti. Hamparan hijau ciptaan Tuhan tersebut akan membuat siapapun yang melihatnya sadar, bahwa usaha yang dilakukan memang sepadan dengan pesona yang nantinya didapatkan.

Setelah melewati tiga sabana, sebelum bertemu dengan Puncak Triangulasi dan Kenteng Songo, para pendaki terlebih dahulu bertemu dengan Puncak Suwanting. Dari sana, para pendaki bisa melihat gambaran utuh hamparan hijau tiga sabana yang telah dilewati sebelumnya. Duduk dengan takzim sejenak tak ada salahnya, untuk menikmati ketenangan dan kenyamanan yang ketika pulang nanti akan dirindui kembali.

Triangulasi Peak
Triangulasi Peak/Akhmad Idris

Pesan kehati-hatian

Seindah apapun pegunungan, tetap saja manusia adalah tamu dan harus bersikap selayaknya seorang tamu. Oleh sebab itu, sebelum pendakian dilakukan, para pendaki mendapatkan briefing terlebih dahulu. Satu di antaranya adalah tidak boleh lupa untuk mengucapkan salam ketika memasuki Lembah Gosong di atas Pos 1 dan Lembah Manding di atas Pos 2. Tak peduli itu hanya sekadar mitos atau bukan, anjuran tersebut pada dasarnya memang perlu dipatuhi sebab kandungan pesan kehati-hatian di dalamnya.

Dengan mengucapkan salam, setidaknya para pendaki akan lebih berhati-hati dalam bertindak; berucap; maupun mengambil keputusan. Misalnya saja akan mempertimbangkan jika ingin kencing, karena kencing sembarangan juga akan menimbulkan bau yang bisa mengganggu pendaki yang lain. Sederhananya, keharusan mengucapkan salam tersebut dapat meningkatkan kesantunan dalam bersikap dan kebijaksanaan dalam memutuskan suatu hal. Secara tidak langsung, mendaki Gunung Merbabu via Suwanting dapat membangun karakter seseorang menjadi lebih santun dan lebih bijaksananya. Senada dengan yang disampaikan Aristoteles dalam Nicomachean Ethics, bahwa adab manusia ditentukan oleh lingkungan yang mengelilinginya.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Mendaki Gunung Merbabu lewat Jalur Suwanting appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/mendaki-merbabu-via-suwanting/feed/ 1 29537
Lautan yang Indah Kini Menjelma Tumpukan Sampah https://telusuri.id/lautan-yang-indah-kini-menjelma-tumpukan-sampah/ https://telusuri.id/lautan-yang-indah-kini-menjelma-tumpukan-sampah/#respond Sat, 02 Oct 2021 21:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=29493 Daratan telah dihuni oleh gedung-gedung pencakar langit dan kendaraan-kendaraan berpolusi yang terkesan membosankan sekaligus melelahkan, sehingga lautan kerap kali dijadikan sebagai sisi lain bumi untuk melepas rasa lelah. Lautan juga kerap kali menjadi tempat para...

The post Lautan yang Indah Kini Menjelma Tumpukan Sampah appeared first on TelusuRI.

]]>
Daratan telah dihuni oleh gedung-gedung pencakar langit dan kendaraan-kendaraan berpolusi yang terkesan membosankan sekaligus melelahkan, sehingga lautan kerap kali dijadikan sebagai sisi lain bumi untuk melepas rasa lelah. Lautan juga kerap kali menjadi tempat para manusia berwisata yang katanya ingin mencari ketenangan, sebab di daratan yang ditemui cenderung hanya keramaian dan jeritan keluh yang tak berkesudahan.

Di antara biru lautan itu, terdapat fauna-fauna langka yang bisa dinikmati dengan aktivitas menyelam. Mereka adalah harta karun yang tak ternilai harganya, namun justru keberadaannya kini terancam oleh keserakahan makhluk berkaki dua yang hendak menukarnya dengan deretan angka yang tidak seberapa. Di pinggir hamparan pasir-pasir putih pantai, berhembus semilir angin yang membuat pikiran tenang, melayang-layang: tersadar bahwa hidup tak hanya sekadar cerita tentang mengumpulkan uang, tetapi juga kisah tentang keindahan alam yang perlu dikenang. Sayangnya, kini keindahan lautan itu terancam oleh keserakahan dan ketakpedulian oleh makhluk berkaki dua.

Diungkapkan oleh Lindsey Hoshaw di dalam New York Times edisi 10 November 2009, bahwa tumpukan sampah yang berserakan di Samudera Pasifik terus berlipat ganda pada setiap dekade dan dipercaya telah mencapai dua kali luas Texas. Mau diakui atau tidak, kenyataannya di tengah birunya lautan terdapat sebuah ‘pulau’ sebesar dua kali luas texas yang berupa sampah. Sialnya lagi, ‘pulau’ itu kini bisa berkali-kali lipat lebih luas dibandingkan dengan sebelas tahun yang lalu—mengingat sekarang sudah memasuki pertengahan tahun 2021. 

Lautan yang Indah
Lautan yang Indah/Akhmad Idris

Jika sudah seperti ini, ke manakah manusia akan melepas rasa lelah? Di daratan sudah terasa melelahkan sekaligus membosankan, sedang di lautan pun terasa memprihatinkan. Seyogianya jika daratan berasa di dalam neraka, maka setidaknya lautan dapat seolah menjadi surga sebagai penawarnya. Entahlah apa yang terjadi ketika di daratan dan lautan tak ada lagi bedanya. Belum lagi lautan tak hanya sekadar tempat menyegarkan pikiran, tetapi juga menjadi sumber mata pencaharian dan sumber makanan. 

Beberapa orang mengandalkan profesi nelayan untuk menghidupi anak dan istrinya yang menanti di rumah, namun ikan-ikan yang tersangkut dalam jaring maupun pancing sudah terkontaminasi oleh zat-zat kimia berbahaya yang menurut medis dapat memicu penyakit kanker. Tak hanya nelayan beserta keluarganya, beberapa hewan laut juga bergantung dengan hewan laut lainnya sebagai siklus rantai makanan yang berkelanjutan. Ikan-ikan besar memakan ikan-ikan kecil, lalu bagaimana jika semua ikan-ikan itu terkontaminasi oleh zat-zat kimia berbahaya? Bukankah sama saja mereka melakukan bunuh diri tanpa disadari?

Masih terngiang di dalam ingatan tentang kejadian penemuan bangkai ikan paus sperma sepanjang 9,5 meter dan lebar 1,85 meter di Pulau Kapota, Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara pada Senin, 19 November 2018 lalu. Bukan tentang ikan pausnya yang membuat kejadian ini membekas di dalam ingatan, tetapi tentang penemuan sampah di dalam perut ikan paus tersebut yang membuat kejadian itu begitu lekat di dalam pikiran.

Tidak tanggung-tanggung, ditemukan tumpukan sampah plastik seberat 5,9 kilogram di dalam perut ikan paus tersebut. Jenis sampahnya juga cukup ‘berwarna-warni’, mulai dari botol plastik seberat 150 gram; kantong plastik seberat 260 gram; sandal jepit seberat 270 gram; plastik keras seberat 140 gram; serpihan kayu seberat 740 gram; gelas plastik seberat 750 gram; karung nilon seberat 200 gram; dan tali rafia seberat 3.260 gram. 

Pertanyaannya sederhana saja, jika manusia akan mengalami kesakitan saat mengonsumsi sampah-sampah plastik sejenis itu (anggap saja manusia dipaksa menelan sandal jepit atau serpihan kayu), maka bagaimanakah ikan paus menanggung rasa sakit itu? Pertanyaan selanjutnya sudah jelas, siapakah yang menjadi penyebab sampah-sampah plastik itu sampai ke laut? Jawabannya juga sejatinya sudah jelas, tidak mungkin sampah-sampah plastik itu berjalan atau berenang sendiri ke laut karena sampah-sampah itu adalah benda mati. 

Artinya, ada ‘makhluk hidup’ yang membawanya ke laut, entah secara sengaja maupun secara membabi buta. Mereka yang hidup dengan egois, menganggap dirinya sebagai makhluk yang manis, padahal apatis. Mereka yang disebut ‘makhluk hidup’ itu hanya sibuk meminta dipenuhi keinginannya tanpa pernah peduli terhadap keberlangsungan alam yang memenuhi kebutuhannya. Mereka yang katanya memiliki hati, namun nyatanya hati mereka sudah lama mati, berganti dengan virus keserakahan yang terus-terusan mengembangkan diri.

Akibatnya, banyak ikan-ikan di laut dan air tawar yang dikonfirmasi telah tercemar merkuri beserta bahan-bahan kimia organik lainnya. Ironisnya lagi, ikan-ikan yang telah terkontaminasi tersebut akan berakhir di meja-meja makan untuk dikonsumsi oleh mereka yang disebut ‘makhluk hidup’. Setidaknya hubungan ini terkesan ‘adil’, mereka yang berulah dan mereka juga yang harus menanggung akibatnya. Dalam hal ini, ikan-ikan tak boleh menanggung sakit sendirian. Mereka yang disebut ‘makhluk hidup’ juga perlu merasakan rasanya sakit. 

Membersihkan sampah di laut
Membersihkan sampah di laut/Akhmad Idris

Oleh sebab itu, untuk mengakhiri hubungan yang sama-sama menyakitkan ini, dibutuhkan kesadaran bahwa keberadaan alam tak sekadar hanya untuk dinikmati, tetapi juga untuk dilindungi. 


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Lautan yang Indah Kini Menjelma Tumpukan Sampah appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/lautan-yang-indah-kini-menjelma-tumpukan-sampah/feed/ 0 29493
Pan Java Mulyoagung, Tanah Tak Terpakai yang Kini Menjadi Desa Wisata https://telusuri.id/desa-wisata-pan-java-mulyoagung/ https://telusuri.id/desa-wisata-pan-java-mulyoagung/#respond Fri, 07 May 2021 02:09:24 +0000 https://telusuri.id/?p=27844 Ide hanyalah sebatas bayangan tanpa sebuah tindakan dan sebuah tindakan hanyalah sebatas angan-angan tanpa sebuah dukungan. Hal inilah yang telah dirasakan oleh para Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang setelah berhasil...

The post Pan Java Mulyoagung, Tanah Tak Terpakai yang Kini Menjadi Desa Wisata appeared first on TelusuRI.

]]>
Ide hanyalah sebatas bayangan tanpa sebuah tindakan dan sebuah tindakan hanyalah sebatas angan-angan tanpa sebuah dukungan. Hal inilah yang telah dirasakan oleh para Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang setelah berhasil menyulap tanah desa seluas lima hektare yang tidak terpakai—dalam arti tidak menghasilkan pundi-pundi rupiah—menjadi Desa Wisata Pan Java Mulyoagung.

Desa Wisata Pan Java Mulyoagung dapat dimaknai sebagai Panorama Alam Jawa di Desa Mulyoagung, sebab di desa ini menyajikan wisata kuliner khas Jawa seperti nasi empok sayur bobor, es dawet, dan beberapa jenis gorengan; sekaligus dengan pemandangan khas alam Jawa seperti gubuk tani beserta hamparan hijau persawahan. Pelbagai olahan makanan di sini berasal dari hasil panen warga setempat.

Jajanan /Akhmad Idris

Desain gubuk di tengah ladang persawahan, seolah membawa setiap pengunjungnya ke masa-masa indah dahulu kala. Menikmati olahan khas nasi empok seolah menjadi penawar atas rasa rindu terhadap masakan nenek yang telah lama tiada atau pisang goreng khas buatan mamak yang kini terbaring lemah di atas kasur sebagai bukti bahwa setiap manusia memiliki masa. Memang benar, setiap hal bisa saja hilang; pergi; atau tak kembali, tapi kenangan adalah hal yang akan selalu abadi dalam setiap memori.

Desa Wisata Pan Java Mulyoagung dapat tercipta sebab inisiasi dari para muda-mudi Pokdarwis desa yang ingin ‘mempermanenkan’ penampilan (potensi kuliner dan budaya) Desa Mulyoagung ketika pagelaran Festival Tempoe Doeloe pada tahun 2017 lalu. Sungguh sangat disayangkan jika potensi kuliner dan budaya Jawa di Desa Mulyoagung hanya ditunjukkan sekali setiap tahun. Keresahan tersebut mendorong mereka untuk membuat desa bisa dikunjungi oleh pelbagai kalangan masyarakat di setiap saat.

Kemudian para muda-mudi Pokdarwis Desa Mulyoagung memutuskan untuk mengunjungi desa-desa wisata yang sukses di Kabupaten Malang, mulai dari Boon Pring Andaman; Gubugklakah; hingga cafe sawah Pujon Kidul untuk menimba ilmu tentang pendirian desa wisata. Setelah dirasakan memperoleh referensi yang cukup, sepuluh orang mewakili Pokdarwis Desa Mulyoagung membuat proposal yang berisi tentang konsep Desa wisata Mulyoagung (Pan Java).

Proposal yang telah dibuat itu dipresentasikan di depan kepala desa dan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kabupaten Malang. Perjuangan mereka akhirnya tidak sia-sia, sebab proposal tersebut disetujui. Banyak dukungan yang mulai berdatangan, hingga beberapa investor dari warga desa sendiri berkeinginan untuk turut serta. 

Para Pokdarwis memang sengaja tidak menerima investor dari luar desa, agar seluruh warga Desa Mulyoagung sama-sama memiliki sense of belonging (perasaan memiliki) terhadap Pan Java Mulyoagung. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Zhao, dkk (2012) dalam penelitiannya bahwa sense of belonging merupakan kelekatan emosional individu terhadap objek tertentu. Jika seseorang telah memiliki sense of belonging, maka ia akan memiliki kasih sayang dan rasa keanggotaan terhadap objek tersebut.

Muda-Mudi Pokdarwis Desa Mulyoagung Membangun

Pengunjung/Akhmad Idris

Keberadaan Pan Java Mulyoagung seolah menjadi oase di tengah gurun modernisasi. Menjamurnya cafe-cafe atau tempat nongkrong kekinian menjadikan cafe bernuansa tradisional bernilai mahal. Bukankah setiap hal yang berceceran akan menjadi hal yang membosankan, sementara hal yang jarang ditemukan akan menjadi hal yang dirindukan?

Tak berlebihan jika seorang filsuf asal Prancis, Pierre Teilhard De Chardin mengatakan bahwa manusia di belahan bumi bagian manapun adalah makhluk yang penuh misteri. Artinya, ketika berada di zaman tradisional mereka ingin segera berkembang menuju zaman modern. Sementara ketika sudah berada di zaman modern, mereka justru ingin kembali ke zaman tradisional. 

Dulu, manusia terkagum-kagum dengan kecanggihan teknologi. Mulai dari alat komunikasi berbasis benang dan kertas yang dianggap kurang efisien, sehingga akhirnya terkesima dengan alat komunikasi berbasis jaringan seperti telepon genggam dan kini telepon pintar. Mulai dari hamparan hijau persawahan dan perkebunan yang dianggap terlalu ndeso, hingga akhirnya terpesona dengan bangunan-bangunan tinggi pencakar langit.

Pan Java Mulyoagung/Akhmad Idris

Namun itu dulu. Kini, manusia kembali merindukan suasana tenang yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan dan sekaligus masih steril dari pencemaran polusi khas daerah industri. Agaknya hal inilah yang mampu dibaca dengan baik oleh muda-mudi Pokdarwis Desa Mulyoagung yang menginisiasi pendirian desa wisata Pan Java. 

Sejauh ini, Pan Java Mulyoagung sudah memiliki beberapa bagian bangunan—dan masih terus melakukan pembangunan—seperti Cafe Kopi Tani yang menyediakan minuman kopi khas persawahan, Warung Tani yang menyediakan olahan makanan serta jajanan khas Jawa, dan Sambal Desa Kasemo yang menghadirkan olahan sambal khas warga Mulyoagung.

Akhir kata, terima kasih kepada para muda-mudi Pokdarwis Desa Mulyoagung yang berhasil menyediakan obat untuk rasa rindu terhadap masa lalu.

The post Pan Java Mulyoagung, Tanah Tak Terpakai yang Kini Menjadi Desa Wisata appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/desa-wisata-pan-java-mulyoagung/feed/ 0 27844
Mencoba Sensasi Antre Selama 3 Jam di Warung Mi Soden Selecta https://telusuri.id/mencoba-sensasi-antre-selama-3-jam-di-warung-mi-soden-selecta/ https://telusuri.id/mencoba-sensasi-antre-selama-3-jam-di-warung-mi-soden-selecta/#respond Sun, 02 May 2021 13:31:23 +0000 https://telusuri.id/?p=27776 Cinta adalah satu di antara hal di dunia ini yang rela diperjuangkan dengan sebuah pengorbanan. Umumnya cinta lebih identik dengan pria atau wanita, padahal cinta juga dapat tertuju pada objek selain manusia. Sebut saja seperti...

The post Mencoba Sensasi Antre Selama 3 Jam di Warung Mi Soden Selecta appeared first on TelusuRI.

]]>
Cinta adalah satu di antara hal di dunia ini yang rela diperjuangkan dengan sebuah pengorbanan. Umumnya cinta lebih identik dengan pria atau wanita, padahal cinta juga dapat tertuju pada objek selain manusia. Sebut saja seperti hobi, hewan, tumbuhan, dan makanan. Beberapa orang rela mengeluarkan anggaran tak terhingga demi mendapatkan hewan kesukaannya, tumbuhan favoritnya, hingga makanan idamannya. Terkadang tak hanya pengorbanan tentang uang, tetapi juga tentang kesabaran. Tak berlebihan jika Cu Pat Kai atau Pangeran Tian Feng mengatakan bahwa, “cinta oh cinta, penderitaannya tiada akhir.”

Di daerah Selecta, Batu terdapat sebuah warung dengan menu utama olahan mie yang bisa dinikmati dengan syarat pengunjung harus rela menunggu selama berjam-jam. Bahkan hal ini sudah ditegaskan oleh pemilik warung sejak awal lewat sebuah papan pengumuman sederhana di dalam warung dengan kalimat “Buat yang baru pertama kali ke mie soden, jangan kaget apabila menunggu pesanan mie bisa samoai +/- 3 jam.” Bagi pecinta mie sejati, tentu saja hal ini bukan masalah, karena sekali lagi perlu ditegaskan bahwa cinta adalah cerita tentang pengorbanan.

Warung mie tersebut bernama Mie Soden. Warung ini terletak di Jalan Raya Selecta, Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. Sebenarnya untuk menemukan warung Mie Soden tidak sulit, sebab warung ini berada tidak jauh dari gerbang masuk wisata Selecta. Tepat di sebelah kiri (setelah gerbang masuk) terdapat semacam warung kopi sederhana yang terbuat dari bambu.

Namun bagi seseorang yang belum pernah mengunjungi area Selecta, menemukan warung ini bukan perkara yang mudah. Warung itulah yang masyhur dengan sebutan Mie Soden. Di belakang bagian warung tersebut, terdapat hamparan lahan luas yang langsung menghadap ke area bawah kota Batu dan Malang. Oleh sebab itu, sambil menunggu pesanan Mie Soden tiba (yang memang berkisar kurang lebih selama 3 jam), dapat digunakan untuk menikmati pemandangan kerlap-kerlip kota Batu dan Malang di kala malam.

Malam memang gelap, tapi hanya gelap yang membuat cahaya tampak terang. Mie Soden tak akan bisa dinikmati di siang hari, sebab jam operasional warung ini dimulai pada pukul 19.00 hingga tengah malam. Waktu yang sempurna untuk bercerita tentang dunia dan seisinya sebagai pelengkap rasa sabar menunggu pesanan terhidang di depan mata. Terkadang, beberapa pengunjung memang sejak awal lebih memprioritaskan nongkrong di sini untuk sekadar menikmati sendu kota Batu. Urusan Mie Soden hanyalah bonus yang melengkapi kesenduan itu.

Mie Soden dapat dinikmati dengan dua cara, yakni diseruput di dalam warung (yang hanya muat untuk beberapa orang) atau disikat di area luar warung dengan cara lesehan menggunakan tikar. Cara yang kedua tentu saja lebih banyak dilakukan karena ruangan di dalam yang sangat terbatas. Bercanda dan tertawa di alam terbuka juga dapat dilakukan lebih leluasa untuk menanggulangi kondisi hati yang harus ekstra bersabar selama tiga jam. Namun pengunjung tak perlu risau, karena hanya orang-orang sabar yang akan menemui kenikmatan mi soden di tengah belenggu suasana dingin kota Batu.

Waktu tunggu yang dapat dikatakan sangat lama disebabkan oleh beberapa hal. Di antaranya karena pengunjung yang dari hari ke hari semakin bertambah dan cara pembuatannya yang hanya dilakukan oleh pemilik warung sendiri (mungkin untuk menjaga kualitas rasa). Tak heran Mie Soden memiliki cita rasa yang berbeda dengan mie goreng pada umumnya.

Tambahan bumbu (beberapa potong cabai rawit dan bawang putih) dan bahan pelengkap (sawi dan telur orek) inilah yang membuat Mie Soden memiliki tingkat kelezatan lebih tinggi daripada mie-mie lainnya. Agaknya masalah waktu tunggu yang terlalu lama menjadi lumrah bagi warung yang sudah terkenal kelezatan rasanya, sebab ramainya pengunjung setidaknya menjadi bukti bahwa warung ini memang disukai banyak orang.

Selain menu mie, sajian lain yang tak boleh dilewatkan adalah teh susu khas Mi Soden beserta sate-satean dan camilan-camilan yang lain (seperti tahu isi, tahu bakso, tahu buto, atau cilok pedas). Sajian teh susu khas Mie Soden terbuat dari susu segar asli yang dicampur dengan sekantung teh celup, sehingga menjadi pendamping yang pas di hawa dingin kota Batu.

Keberagaman menu yang tersedia seolah menjadi keunggulan tersendiri sebagai wujud warung menempatkan pembeli sebagai raja. Selain rasa yang nikmat, sajian menu di warung Mi Soden juga dibanderol dengan harga yang memikat (berkisar mulai dari Rp1.000 hingga Rp7.000 saja). Menilik fakta-fakta ini, agaknya antre selama tiga jam tak akan pernah menjadi masalah, karena kepuasan tetaplah menjadi hal yang paling utama. 

The post Mencoba Sensasi Antre Selama 3 Jam di Warung Mi Soden Selecta appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/mencoba-sensasi-antre-selama-3-jam-di-warung-mi-soden-selecta/feed/ 0 27776
Bersih Gunung di Makutoromo, Arjuno https://telusuri.id/bersih-gunung-di-makutoromo-arjuno/ https://telusuri.id/bersih-gunung-di-makutoromo-arjuno/#respond Wed, 28 Apr 2021 07:59:18 +0000 https://telusuri.id/?p=27742 Akhir bulan Maret lalu saya dan empat teman lainnya menyempatkan diri untuk mengunjungi Gunung Arjuno via Purwosari yang baru saja dibuka—setelah beberapa bulan sebelumnya sempat tutup. Pendakian kami hanya sampai di Pos Makutoromo hingga area...

The post Bersih Gunung di Makutoromo, Arjuno appeared first on TelusuRI.

]]>
Akhir bulan Maret lalu saya dan empat teman lainnya menyempatkan diri untuk mengunjungi Gunung Arjuno via Purwosari yang baru saja dibuka—setelah beberapa bulan sebelumnya sempat tutup. Pendakian kami hanya sampai di Pos Makutoromo hingga area Sepilar saja, hal ini karena kondisi cuaca saat itu tidak memungkinkan untuk terus mendaki ke Puncak Ogal-Agil. Karena tidak ada rencana akan ngapain aja di sini, kami kemudian berdiskusi dan memutuskan untuk melakukan bersih gunung skala kecil di area Makutoromo hingga Sepilar.

Sebagai gunung tertinggi kedua setelah Semeru di Jawa Timur dan tertinggi keempat di Pulau Jawa, Gunung Arjuna memiliki kawasan hutan yang cukup luas, yaitu kawasan hutan Montane; kawasan hutan Dipterokarp Atas; kawasan hutan Dipterokarp Bukit; dan kawasan hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Bersih-bersih skala kecil di kawasan hutan Gunung Arjuna (Sepilar)/Akhmad Idris

Sampah yang Membuat Resah

Di kawasan hutan Gunung Arjuna, kita bisa menemui aneka flora dan fauna. Mulai dari tumbuhan kelompok pohon, kelompok paku-pakuan, kelompok anggrek, hingga kelompok bawah atau tanaman semak. Sementara untuk jenis faunanya, ada elang Jawa di Gunung Kembar, rusa, kijang, anjing hutan, ayam hutan, kelompok burung, tupai, lutung Jawa, hingga macan tutul.

Di pos Makutoromo sendiri, beberapa burung jalak kerap kali turun ke area tanah untuk mencari makanan, seekor tupai tampak berpindah dengan gesit dari satu dahan pohon pinus menuju ke dahan yang lain, hingga seekor ayam hutan yang tampak bersembunyi dengan gesit ketika melihat sosok manusia. Ketika perjalanan dari Putuk Lesung menuju Makutoromo, kami menemui sebuah jejak kaki yang sepertinya adalah jejak anjing hutan di tanah basah bekas siraman hujan.

Jadi inilah hutan, rumah mereka semua—tak bisa kita kotori dengan sampah yang kita bawa.

Sebelum turun, kami berlima dan dibantu seorang pendaki senior—yang katanya sudah sebulan berada di Gunung Arjuna—membersihkan area Makutoromo hingga ke Sepilar. Tiga diantara kami memegang sapu, dua orang menggunakan kayu beserta tangan, sementara satu orang tersisa memegang kresek untuk wadah sampah.

Beberapa rontokan daun pinus yang menggunung seperti tumpukan jerami mulai kami sisihkan ke arah pinggir agar tidak menghalangi tangga bebatuan. Satu hal yang membuat resah sebenarnya bukan tentang tumpukan rontokan daun pinus—sebab seiring perjalanan waktu ia akan terurai dengan sendirinya—tetapi justru sampah plastik yang bertebaran tak beraturan. Sebut saja bungkus permen, bungkus makanan ringan, hingga botol-botol plastik bekas yang tak dibawa turun oleh para pendaki. Ah, pendaki semacam ini lebih baik pensiun saja dari mendaki gunung.

Situs Purbakala Di Dalam Hutan Gunung

Flora dan fauna hutan Gunung Arjuna memang memesona, namun situs purbakalanya pun juga membuat para pendaki terpana. Situs-situs purbakala ini meliputi arca batu, bangunan berundak, dan candi—diperkirakan merupakan peninggalan zaman kerajaan Majapahit pada masa kepemimpinan Prabu Sri Suhita (1429-1447), ia merupakan cucu dari Rajasanagara. Hal ini dibuktikan dengan seni arsitektur yang lebih didominasi oleh unsur lokal.

Beberapa situs purbakala lain di hutan Gunung Arjuna adalah Candi Sepilar, Candi Indrokilo, Candi Lepek, dan Candi Manggung. Sementara yang paling banyak disukai oleh para pendaki yakni jalur dari Makutoromo ke Candi Sepilar.

Dari pos Makutoromo hingga Sepilar, terdapat semacam batu berundak yang cukup panjang dengan deretan arca di kanan dan kirinya. Beberapa orang menyebut istilah ‘Sepilar’ merupakan singkatan dari ‘Sepi ing Nalar’ yang berarti sunyi di dalam pikiran. Bagi mereka yang meyakini kekuatan tak kasat mata, menaiki batu berundak menuju sepilar harus memiliki hati dan pikiran yang bersih, karena area Sepilar merupakan area yang suci. Oleh sebab itu, yang mengunjunginya harus orang yang suci pula. Terlepas dari kepercayaan tersebut, menjaga kelestarian situs purbakala adalah hal yang tidak bisa ditawar. Apalagi, dengan keberadaan situs purbakala di gunung, perjalanan alam maupun perjalanan religi dapat dikaitkan dengan perjalanan sejarah. 

Pada akhirnya, pepatah bijak itu selalu benar, bahwa jika kau tidak menemui orang baik, maka jadilah orang baik. Jika kau tak menemui orang yang peduli dengan keberlangsungan hutan, maka jadilah satu orang yang peduli.

Ketika semua manusia memilih untuk tidak peduli, bukankah keindahan hutan-hutan nusantara beserta flora & fauna endemiknya akan menjadi sekadar dongeng belaka?

Mari membisiki hati untuk peduli, sebab jika bukan kita, siapa lagi?

The post Bersih Gunung di Makutoromo, Arjuno appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/bersih-gunung-di-makutoromo-arjuno/feed/ 0 27742
Menelisik Sejarah di Lembah Tumpang https://telusuri.id/menelisik-sejarah-di-lembah-tumpang/ https://telusuri.id/menelisik-sejarah-di-lembah-tumpang/#respond Fri, 16 Apr 2021 12:53:06 +0000 https://telusuri.id/?p=27600 Lembah Tumpang merupakan tempat wisata milik pribadi yang ‘menyulap’ bekas rawa-rawa menjadi sebuah miniatur kerajaan Majapahit-Singasari; lengkap dengan kolam-kolam buatan, kolam renang, air terjun, kafe, resort, bangunan pribadi, ruangan koleksi-koleksi kuno, hingga tempat-tempat santuy yang...

The post Menelisik Sejarah di Lembah Tumpang appeared first on TelusuRI.

]]>
Lembah Tumpang merupakan tempat wisata milik pribadi yang ‘menyulap’ bekas rawa-rawa menjadi sebuah miniatur kerajaan Majapahit-Singasari; lengkap dengan kolam-kolam buatan, kolam renang, air terjun, kafe, resort, bangunan pribadi, ruangan koleksi-koleksi kuno, hingga tempat-tempat santuy yang dapat digunakan untuk bercengkrama bersama teman maupun keluarga sembari menikmati udara segar. Lokasinya berada di Desa Slamet, Kecamatan Tumpang, Malang.

Area dengan luas kurang lebih 8 hektar ini menjadi tempat yang cocok dikunjungi untuk melepas rasa lelah sebab berkelindan dengan rutinitas perkotaan. Lembah Tumpang memiliki konsep back to nature, sehingga desain tempatnya didominasi tumbuhan-tumbuhan hijau; miniatur candi beserta replika patung zaman kerajaan; dan bangunan-bangunan gaya joglo yang terbuat dari kayu.

Lembah Tumpang Malang
Lembah Tumpang/Akhmad Idris

Merindui Masa Lampau

Jajaran patung Dwarapala, replika candi tiga lantai, dan beberapa bangunan joglo mengingatkan saya pada pelajaran sejarah semasa sekolah dulu. Betapa dulu pelajaran sejarah menjadi pelajaran yang terlampau membosankan hanya gegara membicarakan masa lalu dan tak lebih dari sekadar gambar atau cerita-cerita panjang pemicu kantuk.

Namun setelah melihat secara langsung miniatur sejarah masa lalu di Lembah Tumpang ini, pandangan seperti itu ternyata salah besar. Sejarah adalah cerita menakjubkan tentang kerajaan-kerajaan besar yang sangat menarik untuk didengar ceritanya dengan hati yang berdebar. Sama menariknya dengan mendengar cerita Cinderella, Aladin, Timun Mas, legenda Suroboyo, dan lainnya.

Melihat pohon mojo di depan kafe Maheswara, mengingatkan saya pada asal muasal dari penamaan kerajaan Majapahit. Buah dengan bentuk bulat besar berwarna hijau yang memiliki rasa pahit inilah yang menjadi latar belakang penamaan Majapahit. Sebuah kerajaan besar yang berhasil menaklukkan nusantara, yang selalu disebut dalam pelajaran sejarah, namun jarang dihayati dengan saksama.

Agaknya penanaman pohon mojo di Lembah Tumpang merupakan bentuk pengingat kepada masyarakat Indonesia, bahwa negeri ini pernah memiliki kerajaan besar yang mampu menyatukan nusantara lewat janji fenomenal dari sang Maha Patihnya, Gadjah Mada.

Selain itu, keberadaan Lembah Tumpang dengan replika candinya juga menjadi penegas kepada dunia pendidikan bahwa sejarah itu indah dan menyenangkan. Sejarah belum terasa indah karena belum dilihat secara langsung oleh mata dan belum menyenangkan karena kunjungan ke tempat-tempat bersejarah hanya dilakukan sebatas liburan akhir semester, tidak menjadi kunjungan lapangan dalam mata pelajaran.

  • Lembah Tumpang Malang
  • Lembah Tumpang Malang
  • Lembah Tumpang Malang
  • Lembah Tumpang Malang

Menikmati alam, meskipun “buatan”

Setelah merindui pada masa lampau, saya terpesona dengan sajian alam buatan (memanfaatkan bekas rawa-rawa) yang meliputi kolam ikan yang mengelilingi replika candi terbesar, sungai buatan yang juga dilengkapi dengan ikan koi, dan air terjun buatan.

Selain tempat-tempat berkonsep alam, kolam renang non-kaporit di Lembah Tumpang juga menjadi tempat yang tak boleh ketinggalan untuk dicoba. Kolam renang dengan hiasan patung dewa-dewa semakin menambah kesan kerajaan dan kepercayaan zaman dulu yang memang masih berada di antara Hindu dan Budha. 

Di kolam ikan yang mengelilingi replika candi terbesar, terdapat sebuah perahu warna-warni. Perahu ini dapat digunakan untuk mengelilingi replika candi, kita bisa mendayungnya perlahan sembari menengok sisi kanan dan kiri. Rasanya seolah membuat saya merasa di tengah-tengah hutan belantara zaman dulu, karena terdengar suara katak, garengpung, dan cuitan burung-burung.

Sesekali saya melihat bagian bawah air yang dihuni oleh ikan-ikan koi berwarna-warni dan area sekitar replika candi yang dipenuhi tumbuhan-tumbuhan hijau, menyejukkan hati. Keberadaan hewan-hewan seperti kumbang dan sejenisnya menjadi bukti bahwa tempat ini masih asri.

Tak hanya hewan liar, di Lembah Tumpang juga terdapat hewan-hewan yang sengaja dipelihara, namun tetap dibiarkan hidup bebas. Sebut saja seperti merpati, ayam, dan itik. Atas dasar ini, saya sedikit berhati-hati dalam melangkahkan kaki. Karena salah langkah sedikit saja, saya akan mendapatkan hadiah tai dalam pijakan kaki.

Dari aliran sungai buatan yang berisi ikan koi, saya menelusuri asal dari sungai ini. Saya temukan muaranya, sebuah air terjun buatan beserta sendang di sebelahnya. Sendang tersebut dikelilingi oleh tanaman paku-pakuan.

Tak terasa sudah menelusuri setiap sudut di Lembah Tumpang. Akhir kata, keindahan buatan manusia hanyalah serpihan kecil dari keindahan-keindahan buatan Pencipta Semesta.

The post Menelisik Sejarah di Lembah Tumpang appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menelisik-sejarah-di-lembah-tumpang/feed/ 0 27600
Warung Kopi Klotok sebagai Penjaga Keberadaan Kuliner Khas Nusantara https://telusuri.id/warung-kopi-klotok-sebagai-penjaga-keberadaan-kuliner-khas-nusantara/ https://telusuri.id/warung-kopi-klotok-sebagai-penjaga-keberadaan-kuliner-khas-nusantara/#respond Mon, 01 Feb 2021 08:00:10 +0000 https://telusuri.id/?p=26342 Dewasa ini manusia Indonesia lebih sering disuguhi pemandangan sajian kuliner-kuliner non-nusantara di restoran-restoran cepat saji. Varian menu seperti sandwich, omelette, pizza, spaghetti, dan sejenisnya sejatinya telah mengancam keberadaan kuliner nusantara di negerinya sendiri. Hal semacam...

The post Warung Kopi Klotok sebagai Penjaga Keberadaan Kuliner Khas Nusantara appeared first on TelusuRI.

]]>
Kopi Klotok Jogja

Foto: Akhmad Idris

Dewasa ini manusia Indonesia lebih sering disuguhi pemandangan sajian kuliner-kuliner non-nusantara di restoran-restoran cepat saji. Varian menu seperti sandwich, omelette, pizza, spaghetti, dan sejenisnya sejatinya telah mengancam keberadaan kuliner nusantara di negerinya sendiri.

Hal semacam inilah yang disebut oleh Kuntowijoyo sebagai sebuah bentuk ancaman terhadap nasionalisme piring. Stigma tentang pizza dipandang lebih prestise daripada koci-koci; dadar gulung; dan semacamnya, telah telanjur mengudara.

Akibatnya, kuliner lokal kehilangan rumah di tanahnya sendiri. Suka atau tidak, masyarakat Indonesia harus bersedia mengakui bahwa ada seorang anak kecil tak berdosa yang dikucilkan oleh orang tuanya sendiri.

Oleh sebab itu, masyarakat nusantara harus berbangga terhadap warung-warung lokalitas yang terus mempertahankan menu-menu khas nusantara, seperti sayur lodeh; telur dadar; sayur tewel, dan seterusnya.

Terhadap yang di dalam piring, manusia berbangga dan terhadap yang di luar piring, manusia berserah. 

Warung Kopi Klotok sebagai Penjaga Keberadaan Kuliner Khas Nusantara

Kopi Klotok Jogja

Foto: Akhmad Idris

Satu di antara warung yang layak diapresiasi (meskipun apresiasi dari dalam negeri sendiri sejatinya kurang berbunyi) atas upayanya dalam mempertahankan kuliner nusantara adalah Warung Kopi Klotok, Yogyakarta.

Warung dengan konsep tradisional ini terletak di samping area persawahan yang kental dengan nuansa kehijauan. Warung yang juga terletak di Jalan Kaliurang KM 16, Pakem ini memiliki daya tarik yang cukup kuat disebabkan oleh dua hal mendasar (disebut mendasar, karena ada hal-hal lain yang juga menarik tapi lebih arah ‘menyabang’ daripada ‘mendasar’).

Dua hal tersebut adalah suasana dan rasa. Warung Kopi Klotok telah identik dengan bangunan joglo khas bangunan-bangunan tradisional Jawa Tengah, sehingga mengunjungi warung ini menjadi semacam perjalanan rohani ke masa lalu tentang kursi dan meja kayu; gelas dengan corak putih hijau; lampu teplok; radio lawas; dan beberapa benda lainnya yang mampu menyihir suasana.

Kopi Klotok Jogja

Foto: Akhmad Idris

Sementara perihal rasa adalah usaha tentang pemberdayaan makanan-makanan khas nusantara yang tidak disisipi satu pun menu non-nusantara. Menu-menu seperti oseng jipang, lodeh terong, lodeh kluwih, lodeh tempe lombok ijo, tempe, telur dadar, dan ikan asin.

Varian menu tersebut benar-benar diolah dengan optimal agar rasa dari setiap bumbunya terasa nyaman di lidah. Agaknya memang pilihan bumbu dan bahan menjadi pertimbangan utama sebelum disajikan kepada para pelanggan. Selain menu makanan berat, sajian minuman dan makanan ringannya juga menyuguhkan sajian khas nusantara. Sebut saja seperti jadah, pisang goreng, kopi hitam, dan teh tarik. Semua menu sengaja disajikan secara fresh dari penggorengan, sehingga di Warung Kopi Klotok aspek rasa memang menjadi faktor utama dalam penyajian makanan.

Menikmati sajian pisang goreng dan jadah hangat dilengkapi seruput teh tarik atau kopi hitam (yang juga hangat) akan menjadi selaksa waktu yang sendu untuk mengurai rasa gelisah yang kelabu. Ditambah lagi, suasana hijau di sekeliling warung juga akan menambah rasa tenang, nyaman, dan kesadaran bahwa hidup dan kehidupan adalah dua hal yang sangat jauh berbeda.

Pada Kenyataannya, Kuliner Khas Nusantara juga Layak Diperhitungkan dalam Percaturan Khazanah Kuliner Dunia

Kopi Klotok Jogja

Foto: Akhmad Idris

Warung Kopi Klotok sudah dibuka sejak pukul 07.00 dan saat itu pula pengunjung akan berbaris rapi mulai dari dalam warung hingga area luar warung. Secara ‘harfiah’, fakta ini mengisyaratkan makna bahwa Warung Kopi Klotok diminati banyak orang karena dua hal mendasar yang telah disebutkan sebelumnya (suasana dan rasa) sesuai dengan selera kebanyakan orang. Padahal dalam arti ‘yang lain’, fakta tersebut sejatinya juga menyiratkan makna bahwa kuliner khas nusantara juga siap ‘bertarung’ di meja makan lintas-negara.

Asumsi ini bukanlah asumsi tak mendasar, sebab dapat dibuktikan dengan beberapa pelanggan yang mengunjungi Warung Kopi Klotok tidak hanya berasal dari wisatawan domestik, tetapi juga dari beberapa wisatawan mancanegara. Jika orang yang bukan dari negeri sendiri saja menyukai masakan nusantara, maka bukankah kuliner khas nusantara ini layak disandingkan (atau kalau perlu dimenangkan) dengan beberapa kuliner dunia yang telah terkenal di seantero bumi? 

Persoalan utama masyarakat negeri tanah surga ini adalah minder dengan milik pribadi dan takjub dengan milik orang lain. Padahal, kunci kesejahteraan adalah berbahagia dengan segala yang telah dimiliki, tidak malah sibuk berhalusinasi tentang hal-hal yang di luar kendali diri.

Analogi sederhananya seperti ini, terhadap yang di dalam piring, manusia berbangga dan terhadap yang di luar piring, manusia berserah. Setiap orang telah memiliki ‘jatah’ di piringnya masing-masing, sehingga satu-satunya yang bisa dilakukan adalah berbahagia sekaligus berbangga atas yang ada di hadapannya.

Hal yang lebih berbahaya dari semua yang telah disebutkan adalah jika semua masyarakat Indonesia lebih membanggakan ‘jatah’ di piring ‘masyarakat lain’, maka siapa yang akan membanggakan ‘jatah’ di piring masyarakat Indonesia (bila ‘masyarakat lain’ telah berbangga dengan ‘jatahnya’ sendiri)? 

Akhir kata, mari belajar dari Warung Kopi Klotok.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Warung Kopi Klotok sebagai Penjaga Keberadaan Kuliner Khas Nusantara appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/warung-kopi-klotok-sebagai-penjaga-keberadaan-kuliner-khas-nusantara/feed/ 0 26342