Anseli Sili Doni https://telusuri.id/penulis/anseli-sili-doni/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Tue, 27 May 2025 16:02:14 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 Anseli Sili Doni https://telusuri.id/penulis/anseli-sili-doni/ 32 32 135956295 Wisata Seribu Pantai di Maunori https://telusuri.id/wisata-seribu-pantai-di-maunori/ https://telusuri.id/wisata-seribu-pantai-di-maunori/#respond Mon, 05 May 2025 03:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=46835 Maunori. Tempat yang mungkin saat ini masih jarang diketahui banyak orang, terutama masyarakat Flores sendiri. Walaupun bukan daerah asal saya, Maunori sudah seperti rahim untuk keluarga saya. Tanah tempat kedua orang tua saya mengayuh keberaniannya...

The post Wisata Seribu Pantai di Maunori appeared first on TelusuRI.

]]>
Maunori. Tempat yang mungkin saat ini masih jarang diketahui banyak orang, terutama masyarakat Flores sendiri. Walaupun bukan daerah asal saya, Maunori sudah seperti rahim untuk keluarga saya. Tanah tempat kedua orang tua saya mengayuh keberaniannya meninggalkan kampung halaman untuk mengadu nasib di sini, juga saksi pertemuan pertama mereka hingga saya hadir di dunia.

Maunori merupakan sebuah kampung kecil di wilayah selatan Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Kurang lebih belasan ribu jiwa dengan suku, etnis, dan ras yang beragam menempati kampung ini. Mata pencaharian masyarakat umumnya sesuai dengan kondisi geografis lingkungan setempat, yakni petani dan nelayan. 

Satu hal yang selalu berkesan dari masa kecil hingga sekarang adalah kedamaian yang jauh dari kebisingan kota. Udara yang bersih, laut biru, perbukitan hijau, dan suara ombak beradu dengan tawa riang anak-anak kecil yang bermandikan cahaya matahari sore. Ikan segar, siput, gurita, dan tangkapan laut lainnya yang setiap harinya hampir tidak pernah luput menjadi hidangan wajib di rumah-rumah. Walaupun tempat ini masih jauh dari kata berkembang, tetapi kami bersyukur dianugerahi tanah yang memiliki segudang kekayaan, yang mungkin di luar sana tidak bisa dinikmati oleh kebanyakan orang.

Sebagai bentuk cinta dan terima kasih saya atas berkat di atas tanah ini, saya ingin membagikan beberapa destinasi wisata alam di Maunori. Maunori bisa saya katakan sebagai kampung seribu pantai. Setiap pantai memiliki keunikannya masing-masing. Ini adalah cara saya agar lebih banyak orang mengenal dan melihat potensi kampung kecil tersebut.

1. Bukit Kekakodo

Kondisi geografis Maunori berada di pesisir pantai dan diapit oleh perbukitan. Oleh karena itu banyak kawasan bukit yang mudah dijangkau dan menjadi tempat rekreasi. Salah satu yang sering dikunjungi warga lokal maupun para pengunjung dari luar daerah adalah Bukit Kekakodo yang terletak di Kampung Bengga. 

Tempat ini dapat diakses menggunakan motor maupun mobil. Dari atas bukit kita bisa melihat pemandangan pantai yang terbentang luas di depan mata. Jika ingin berkunjung ke Bukit Kekakodo, disarankan pagi hari sambil berolahraga atau sore hari sembari menanti matahari terbenam.

Bukit Kekakodo biasanya ramai pengunjung pada hari libur maupun akhir pekan. Banyak warga yang menyempatkan waktu rekreasi bersama keluarga, ada juga anak-anak muda yang berlomba-lomba mencari objek foto dengan latar perbukitan. Tidak ada retribusi di tempat ini, sehingga pengunjung harus memerhatikan kebersihan demi kenyamanan bersama. 

2. Pantai Maundai

Pantai ini berlokasi di Maundai, salah satu tempat di Maunori yang padat penduduk dan juga pusat kegiatan masyarakat Maunori. Pantai Maundai berada persis di samping jalan trans Maunori–Nangaroro, sehingga aksesnya sangat mudah. 

Pantai ini setiap harinya selalu ramai. Selain disibukan dengan aktivitas para nelayan mencari ikan dengan menebar jala, di akhir pekan juga dipadati dengan warga lokal yang mengajak sanak saudara dan keluarganya menghabiskan waktu luang di pesisir pantai. Ada yang melepas penat dengan berendam di laut, ada juga yang menikmati ikan bakar. Di pesisir pantai juga terdapat permukiman warga, kios-kios kecil, dan juga area perkantoran, Walau padat kegiatan, tapi masyarakat masih bisa menikmati suasana deburan ombak dan desiran angin pantai secara cuma-cuma. 

Waktu terbaik menikmati Pantai Maundai adalah sore hari jelang matahari terbenam. Percayalah, sudah hampir seribu foto sunset dari tahun ke tahun saya abadikan di tempat ini, dan selalu jadi juara di galeri gawai saya.

3. Pantai Watukembi

Salah satu keunikan dan daya tarik terbesar Maunori adalah batu-batu alam yang hampir tersebar di seluruh pantai Maunori. Seperti Pantai Watukembi, tempat rekreasi favorit saya sejak SD. Kondisi alam di pantai ini masih terkesan liar dan asri, didominasi dengan bebatuan hitam yang menjulang tinggi. 

Selain sebagai tempat rekreasi, Pantai Watukembi dinobatkan sebagai lokasi memancing ikan terbaik di Maunori. Bapak saya gemar menghabiskan waktu akhir pekannya dengan memancing ikan di sini. Tangkapan laut yang dibawa para pemancing pun sangat segar dan beragam, seperti ikan merah, ikan kerapu, siput, kima (kerang-kerangan), gurita, dan cumi-cumi.

Akses menuju Pantai Watukembi sangat mudah karena berada tepat di jalan utama trans Maunori–Nangaroro. Bisa dijangkau menggunakan sepeda motor maupun mobil. Bagi pengunjung yang hendak datang ke pantai ini harus selalu berhati-hati. Sebab, terdapat tebing bebatuan yang cukup tajam dan arus ombak yang lumayan besar. Pengunjung diharapkan menjaga keasrian dan tidak merusak lingkungan.

4. Pantai Tonggo

Seperti Pantai Maundai dan Watukembi, Pantai Tonggo juga sering dikunjungi warga lokal maupun dari luar kabupaten pada akhir pekan. Batu-batu alam menghiasi sepanjang pesisir pantai. Selain sebagai tempat peristirahatan, pantai ini juga sekaligus menjadi tempat bakar-bakar ikan untuk santapan bersama keluarga di waktu liburan.

Pantai ini terletak di Kampung Tonggo yang cukup padat penduduk, sekitar 19 km atau setengah jam perjalanan dengan motor maupun mobil dari Maunori ke arah Nangaroro. Posisi pantai berada di daerah teluk, sehingga suasananya terkesan lebih privat. Semilir angin menari-nari melewati barisan nyiur di tepi pantai, sesekali didapati para nelayan yang kian kemari menebar jala. Sesekali tampak kapal-kapal yang hendak berlabuh ke Ende.

Bau asap ikan bakar, alunan musik ala Indonesia Timur, dipadu dengan aroma ubi-ubian dan makanan ala rumahan cocok menemani waktu selama menikmati Pantai Tonggo. Jangan lupa memuaskan dahaga dengan beberapa teguk air kelapa segar.

5. Pantai Maurao

Sama seperti pantai-pantai sebelumnya, Pantai Maurao juga berada di tepi ruas jalan trans Maunori–Nangaroro. Salah satu pantai yang cukup sering dikunjungi oleh anak-anak muda maupun keluarga. Batu-batu alam berwarna-warni menghiasi bibir pantai ini. Di sekelilingnya terdapat beberapa pohon kelapa yang berayun lembut mengikuti embusan angin pantai. Debur ombak menyeret batu-batu lepas menuju daratan yang kering. 

Waktu terbaik untuk menikmati suasana Pantai Maurao tentu saja saat sore hari sembari menunggu matahari terbenam. Selain itu, saya dan keluarga biasanya mengoleksi beberapa cangkang kerang kerang laut yang kadang ditemukan di pesisir karena terbawa arus ombak. Beberapa di antaranya merupakan hasil tangkapan sendiri. Ini adalah bentuk kami mengenang memori baik di Pantai Maurao yang menyimpan segala kekayaan lautnya.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Wisata Seribu Pantai di Maunori appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/wisata-seribu-pantai-di-maunori/feed/ 0 46835
Menembus Nostalgia di Adonara Timur https://telusuri.id/menembus-nostalgia-di-adonara-timur/ https://telusuri.id/menembus-nostalgia-di-adonara-timur/#respond Sat, 07 Jan 2023 04:00:29 +0000 https://telusuri.id/?p=36833 Pada Desember 2021 yang lalu, saya menyempatkan diri untuk kembali mengunjungi kampung halaman ayah saya di Adonara Timur tepatnya di Desa Lamawolo, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Pemandangan sejak lima tahun silam kini terlihat sedikit...

The post Menembus Nostalgia di Adonara Timur appeared first on TelusuRI.

]]>
Pada Desember 2021 yang lalu, saya menyempatkan diri untuk kembali mengunjungi kampung halaman ayah saya di Adonara Timur tepatnya di Desa Lamawolo, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.

Pemandangan sejak lima tahun silam kini terlihat sedikit berbeda, namun hangatnya sapaan kereu ina/ama—ungkapan salam yang dilontarkan ketika berpapasan untuk wanita/pria—serta tradisi jumat bersih oleh perempuan di kampung ini masih melekat dengan erat di ingatan dan nyata hingga hari di mana saya menginjakan kaki kembali di bawah kaki Gunung Ile Boleng ini.

Perjalanan menuju Adonara kali ini, saya sebut “pelarian” karena modal nekat dan dana minim. Merasa sangat suntuk dengan rutinitas di depan si merah—panggilan spesial untuk laptop kesayangan—saya memutuskan mengajak Inry—sahabat saya—dalam misi pelarian ini.

Perjalanan kami mulai dari Kota Pancasila, Ende, sekitar pukul 07.00 pagi. Saya dan Inry beranjak menuju Kota Larantuka menggunakan bus antar kota. Perjalanan ini memakan biaya sekitar 130 ribu rupiah per orang dengan jarak tempuh sekitar 286 km. Waktu tempuh sekitar 8 jam perjalanan dengan sekali perhentian di Kampung Boru untuk beristirahat dan makan siang. 

Sekitar setengah jam melepas penat sekaligus mengisi perut dengan semangkuk bakso dan juga teh hangat, kami kembali melanjutkan perjalanan. Kami tiba di sana sekitar pukul 4 sore, untuk kemudian menuju rumah paman saya yang berada di Desa Lebao. 

Malam itu menjadi malam panjang nan lelap. Setelah bergegas membersihkan diri dengan air hangat dan membaluri badan dengan minyak kayu putih, rasa penat setelah seharian suntuk berada di dalam bus sirna. Kami beristirahat di rumah paman selama dua hari, sebelum kembali melanjutkan perjalanan menuju Adonara. Kali ini paman saya ikut serta.

Pukul 09.00 pagi, kami bertolak dari Pelabuhan Larantuka menuju Adonara menggunakan kapal motor. Perjalanan laut dari Pelabuhan Larantuka menuju Pelabuhan Waiwerang Adonara memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan tarif 20 ribu rupiah per orang. 

Kapal motor merupakan salah satu transportasi utama masyarakat Flores Timur dan Lembata, oleh karena itu kepadatan di kapal motor nampak dari kerumunan penumpang hingga barang yang diangkut. Salah satu yang masih khas dan masih saya temui hingga sekarang yakni kapal motor Arkona yang merupakan kapal motor jurusan Larantuka–Waiwerang yang masih beroperasi dengan baik, dari usia saya seumuran anak SD hingga sekarang saya berusia 23 tahun. Tiba di Pelabuhan Waiwerang kami langsung menuju rumah kakek dan nenek yang terletak di Desa Lamawolo. 

Cerita dari Pantai Watotena

Singkatnya, waktu liburan ini tentunya tidak cukup jika hanya berdiam diri di dalam rumah saja. Saya bersama keluarga memutuskan untuk mengunjungi salah satu tempat wisata andalan kebanggaan orang Lamaholot yaitu Pantai Watotena yang terletak di Desa Bedalewun, Adonara Timur. Perjalanan dari Desa Lamawolo menuju Pantai Watotena memakan waktu sekitar 15 menit menggunakan mobil. Biaya masuknya hanya Rp5.000 saja.

Menurut cerita warga setempat, pantai ini merupakan salah satu saksi atau simbol suatu kejadian di masa lampau yang masih hidup sampai sekarang. Sesuai dengan arti namanya, watotena yang berarti perahu dari batu atau batu yang berbentuk perahu. Arti dari Watotena bisa kita lihat dari salah satu bebatuan hitam (batu magma) yang bentuknya menyerupai sebuah kapal. Batu ini merupakan hasil semburan magma dari Gunung Ile Ape, Lembata. 

  • Pantai Watotena
  • Pantai Watotena

Terhampar pasir putih dengan bulir pasir yang halus dan bersih, deburan ombak, bebatuan hitam di sekelilingnya yang mengapit pantai, dengan Gunung Ile Boleng di belakangnya. Warna air lautnya hijau biru, membuat saya betah berlama-lama duduk menatapnya di atas lopo—gubuk kecil yang tersedia sebagai tempat untuk beristirahat. Dari jauh tampak beberapa rombongan keluarga yang mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan komuni suci.

Di sini, pengunjung tidak boleh membuang sampah, membawa rokok dan minuman keras di pesisir pantai. Bagi yang ingin menikmati minuman atau merokok sudah disediakan lopo, dan sampah harus berada pada tempatnya.

Kampung Lamawolo 

Kali ini saya juga akan menceritakan tentang kampung halaman ayah saya. Kampung Lamawolo, berada tepat di bawah kaki Gunung Ile Boleng. Adat dan budaya masih sangat kental di daerah ini. Orang-orangnya juga tidak kalah ramah walaupun kadang “tampangnya garang”.

Ke mana pun pergi dan berpapasan dengan masyarakat sekitar, entah itu bocah SD maupun orang dewasa yang tidak kalian kenal, janganlah heran ataupun merasa aneh jika mereka menyapa hangat. “Kereu,” begitu kalimat sapaan di sini.

Sebagai putri Adonara yang hidup berdampingan dengan adat, tentunya saya tidak lupa untuk mengunjungi tanah leluhur yang letaknya di Kampung Lamawolo Atas. Di sini, terdapat sebuah Bale Adat Suku Lamawolo yang berisi rumah adat dari tiap suku yang berbeda di Desa Lamawolo dan sebuah tanah lapang untuk upacara adat. 

Sebagai bentuk penghormatan untuk tanah leluhur, saya bersama Indry mengunjungi tempat ini dan menyempatkan waktu untuk sedikit berbincang dengan kepala suku dan yang juga menjaga rumah adat suku saya. Ada berbagai tempat di area bale adat ini yang tidak bisa dijangkau oleh sembarang orang, namun dengan tetap menjaga sikap dan tutur kata maka kita pun bisa keluar dari tempat ini dengan berkat baik pula. 

“Setiap doa leluhur selalu mengiringi ke mana pun anak cucunya berpijak, dengan tidak melupakan mereka merupakan salah satu penghormatan besar bagi para leluhur kita.” 

Pagi itu, saya dan Indry yang memakai kwatek Adonara—kain tenun tradisional Adonara yang ditenun langsung oleh perempuan Adonara. Kami menyusuri Bale Adat Suku Lamawolo yang terletak di bawah lembah Gunung Ile Boleng. Ragam bentuk rumah adat tiap suku di Lamawolo yang terdapat di Bale Adat pada umumnya semi modern, dilihat dari perpaduan material yang dipakai untuk membangun rumah adat yakni beton dan sebagian dinding berupa bambu.

Pelarian saya kali ini sangatlah singkat, tapi sangat berkesan. Mudah-mudahan di lain kesempatan saya bisa lebih sering menyempatkan waktu untuk mengunjungi ujung timur Pulau Flores ini.                           

Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.                                                                         

The post Menembus Nostalgia di Adonara Timur appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menembus-nostalgia-di-adonara-timur/feed/ 0 36833