Atmaja Wijaya, Penulis di TelusuRI https://telusuri.id/penulis/atmaja-wijaya/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Sun, 15 Aug 2021 11:07:25 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 Atmaja Wijaya, Penulis di TelusuRI https://telusuri.id/penulis/atmaja-wijaya/ 32 32 135956295 Sumbawa dan Keragaman Destinasi Wisata https://telusuri.id/sumbawa-dan-keragaman-destinasi-wisata/ https://telusuri.id/sumbawa-dan-keragaman-destinasi-wisata/#comments Fri, 13 Aug 2021 12:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=28810 Seperti biasa, saya masih mengemban amanah sebagai Pengader Jang Oetama, mengelola agenda-agenda yayasan, terutama Pendidikan Dasar Nasional (DIKSARNAS) yang diadakan bisa 3-4 kali dalam satu tahun. Bulan April kemarin, DIKSARNAS kebagian dilaksanakan di Pulau Sumbawa....

The post Sumbawa dan Keragaman Destinasi Wisata appeared first on TelusuRI.

]]>
Seperti biasa, saya masih mengemban amanah sebagai Pengader Jang Oetama, mengelola agenda-agenda yayasan, terutama Pendidikan Dasar Nasional (DIKSARNAS) yang diadakan bisa 3-4 kali dalam satu tahun. Bulan April kemarin, DIKSARNAS kebagian dilaksanakan di Pulau Sumbawa.

Jika dilihat dari ketertinggalan Pulau Sumbawa pada sektor pendidikan, Sumbawa sangat cocok menyelenggarakan acara ini. Tidak hanya itu, dengan produksi sumber daya alam seperti jagung dan sapi terbaik serta dengan adanya proyek keummatan yaitu pembangunan Masjid Kampus Urup dan pusat pembelajaran gratis, menjadikan Sumbawa semakin berpotensi untuk mengglobal.

Lalu, jika dilihat dari kualitas sumber daya manusia di Sumbawa, harapannya terjadi perbaikan kualitas pendidikan, bisa melahirkan generasi penerus tokoh-tokoh sebelumnya, misalnya tokoh nasional seperti Fahri Hamzah (Wakil Ketua DPR RI 2014-2019), bahkan Tokoh Internasional seperti Prof Din Syamsuddin (Ketum PP Muhammadiyah), pun seperti Dr Zulkiflimansyah yang sekarang menjadi Gubernur NTB; semua tokoh ini berasal dari Sumbawa.

Harapan ini menjadi salah satu topik diskusi dalam perjalanan ke Sumbawa, mengendarai motor Supra X 125 yang sepertinya tak layak pakai untuk perjalanan jauh.

Ketika sampai Pelabuhan Kayangan sore hari, saya berhenti untuk berfoto sebentar. Maklum, ini kali pertama kami ke Sumbawa, termasuk ke Pelabuhan Kayangan. Menjelang magrib kami langsung menyebrang menuju Sumbawa, tidak sampai 2 jam berada di atas kapal. Sore itu, ombak lumayan kencang hingga membuat sedikit pusing.

Pelabuhan Kayangan Lombok/Atmaja Wijaya

Kapal yang kami gunakan pun bersandar di Pelabuhan Poto Tano Sumbawa, tepat ketika hari sudah gelap, dan langit-langit sudah tak lagi dihiasi warna merah  bekas sinar matahari. Perjalanan terus dilanjutkan karena kami harus sampai di lokasi DIKSARNAS yang berjarak sekitar 130 km lebih dari pelabuhan. Dengan penerang lampu motor seadanya, kami menelusuri jalan menggunakan petunjuk Google Maps. Saya tidak biasa mengendarai motor dengan pelan, tapi kali itu terpaksa melakukannya karena keadaan.

Pertama, tentu karena tidak hafal jalan, sebab pertama kali ke Sumbawa. Kadang kaget dengan tanjakan tiba-tiba yang lengkap dengan tikungan. Kedua, sepanjang jalan, sepi luar biasa dan lampu penerang jalan yang sangat langka.

Sepanjang jalan saya berdiskusi dengan kawan yang saya bonceng di belakang sembari menghibur diri untuk mengusir rasa takut.. Diskusi kami soal kondisi Sumbawa yang ternyata jauh dari kemajuan. Bayangkan saja, sepanjang 130-an km lebih perjalanan, setelah melihat pada Google Maps, kamu baru tahu bahwa yang kami menelusuri jalan yang disebelah kirinya pantai dan di sebelah kanannya hutan belantara. Jalan ini menjadi satu-satunya jalan utama menuju Sumbawa Besar yang menjadi pusat kotanya.

Keragaman Destinasi Wisata

Selama hampir satu pekan di Sumbawa, saya banyak meresapi potensi besar pulau ini. Dari sejak menginjakkan kaki pertama hingga kapal kembali berlayar pergi. Salah satu potensi besar yang ada di Sumbawa adalah keragaman destinasi wisatanya.

Alamnya yang masih asri, banyak makam para wali yang bisa menjadi wisata religi, hingga situs bersejarah seperti Istana Dalam Loka, dibawah pimpinan Kesultanan Sumbawa pada masanya.

Lalu, inilah di antara beberapa tempat wisata yang berkesempatan saya kunjungi selama di Sumbawa.

Istana Dalam Loka/Atmaja Wijaya

Istana Dalam Loka

Istana ini berada di Pusat Kota Sumbawa Besar, dibangun pada Tahun 1885. Letaknya persis di sebelah Masjid Agung Nurul Huda. Penjaga Istana Dalam Loka ini menceritakan kepada kami bahwa, istana ini dibangun oleh masyarakat Sumbawa sebagai hadiah untuk Sultan Muhammad Jaluddin Syah III, Sultan Sumbawa pada waktu itu.

Istana ini dibangun dengan nilai-nilai Islam yang kental, tercermin dalam simbol serta punya landasan filosofis yang kuat. Ini bisa kita temukan dari jumlah tiang penyangga istana dalam bentuk panggung, dengan jumlah tiang 99 yang melambangkan nama-nama Allah SWT (Asma’ul Husna). 

Taman Wisata Liang Bukal/Atmaja Wijaya

Taman Wisata Liang Bukal

Taman Wisata Liang Bukal menjadi tempat dilaksanakannya DIKSARNAS Sumbawa, tempat yang menurut saya sangat strategis. Meski sinyal datang pergi, tetapi fasilitas yang nyaman membuat kami betah bermalam di sana.

Ada vila-vila kecil yang di sampingnya terdapat sebuah air terjun serta aliran sungai, pas menjadi tempat refreshing. Udara segar hutan tropis membuatnya menjadi sejuk, penuh keheningan dan ketenangan.

Taman ini dinamakan Liang Bukal yang berarti gua kelelawar, di belakang taman terdapat sebuah gua yang dihuni sang pemangsa malam yaitu kelelawar. Taman ini berlokasi di Desa Batu Tering, Kecamatan Moyo Hulu Kab, Sumbawa Besar. Jarak dari Kota Sumbawa sekitar 29 km.

Makam Dea Syeikh

Wisata religi yang sempat kami kunjungi salah satunya ialah Makam Dea Syeikh. Salah satu mubaligh penyebar Islam pertama di Sumbawa. Makamnya tidak jauh dari lokasi Taman Wisata Liang Bukal, sekira 1 km sebelum sampai Liang Bukal. Di sini terdapat plang yang memberi petunjuk ke arah makam yang berada 100 m lebih dari tepi jalan. 

Pantai Gelora/Atmaja Wijaya

Pantai Gelora 

Selesai acara DIKSARNAS, kami berangkat menuju Pelabuhan Poto Tano untuk menyebrang ke Lombok. Dalam perjalanan pulang, kami singgah ke Pantai Gelora untuk sekedar jalan-jalan, menyempatkan sholat Ashar terlebih dahulu, lalu menikmati kelapa muda dengan cukup membayar Rp10 ribu.

Suasana pantai tenang, bersih, cocok untuk untuk beriang-gembira. Dengan ombak yang pas-pas untuk anak-anak bermain air dan pasir pantai. Pantai Gelora baru diresmikan akhir tahun kemarin, oleh Ketua Umum Partai Gelora yaitu Anis Matta.

Setelah sekitar 30 menit menikmati suasana pantai, kami melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Poto Tano untuk menyebrang ke Lombok. Bagaimanapun juga, satu pekan di Sumbawa tetap memberikan kerinduan pada kampung halaman.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Sumbawa dan Keragaman Destinasi Wisata appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/sumbawa-dan-keragaman-destinasi-wisata/feed/ 1 28810
Monumen Kresek dan Kisahnya https://telusuri.id/monumen-kresek-dan-kisahnya/ https://telusuri.id/monumen-kresek-dan-kisahnya/#respond Sun, 18 Apr 2021 08:12:51 +0000 https://telusuri.id/?p=27581 Suatu hari, saya dan salah seorang kawan ditugasi untuk survei tanah wakaf yang ada di Madiun. Tanah ini akan digunakan untuk pembangunan Masjid Kampus Urup, Pusat Pembelajaran Gratis. Siang hari kami berangkat dari Malang menuju...

The post Monumen Kresek dan Kisahnya appeared first on TelusuRI.

]]>
Suatu hari, saya dan salah seorang kawan ditugasi untuk survei tanah wakaf yang ada di Madiun. Tanah ini akan digunakan untuk pembangunan Masjid Kampus Urup, Pusat Pembelajaran Gratis. Siang hari kami berangkat dari Malang menuju Nganjuk menggunakan bus. Meski dalam keadaan pandemi, bus masih beroperasi, mengantarkan kami yang hendak melakukan perjalanan. Tentu dengan menggunakan protokol kesehatan, seperti memakai masker, hand sanitizer, dan lain-lain. 

Kami sampai di Terminal Nganjuk sore hari, kawan saya langsung menelpon dua orang teman untuk menjemput kami dan dibawa ke rumahnya untuk beristirahat menunggu pagi tiba, rencana pagi harinya kami akan melanjutkan misi ke Madiun, kota yang lekat dengan guru bangsa Hos Tjokroaminoto. 

Berada di bus, dari Malang menuju Ngajuk/Atmaja Wijaya

Pagi harinya, setelah sarapan, kami pun bersiap-siap untuk mencari lokasi tanah wakaf tersebut. Bermodalkan Google Maps kami meluncur dengan motor Karisma yang sudah lumayan tua, sekira keluaran tahun 2000an. Motor Karisma tua itu melaju dengan kecepatan cukup kencang, berada diantara bus-bus yang berseliweran di jalan raya dari Nganjuk-Madiun. Setelah menempuh perjalanan 1 jam lebih dengan jarak 60-an km/jam, kami sampai di Madiun.

Jalan yang kami tempuh kebanyakan jalan kecil dan terjang, sekira sepanjang 15 km jalan sepi dan gersang. Kiri kanannya dipenuhi tanaman pohon jati. Konon, katanya pohon jati ini adalah proyek pemerintah yang suatu waktu tanah tersebut bisa di klaim menjadi milik pemerintah, itu salah satu pembicaraan kami di sembari mengendara sepeda motor.

Rasa haus dan ngantuk dengan perjalanan yang kami tempuh membuat kami memutuskan untuk beristirahat sebentar di warung milik warga, cukup minum es cappucino berharap rasa ngantuk kami hilang. Kami pun langsung melanjutkan perjalanan, menuju lokasi yang terlihat tinggal beberapa kilometer lagi pada layar Google Maps.

Sesampai di lokasi sesuai petunjuk, kawan saya menerima telepon bahwa tanah yang akan diwakafkan belum bisa di survei. Katanya tanah itu belum selesai dibicarakan dengan keluarganya. Jadilah kami tak tahu harus kemana lagi.

Mengunjungi Monumen Kresek

Beberapa menit kami menunggu di sebuah gubuk tepi sawah, kami pun diperintah untuk melanjutkan survei untuk mencari tempat DIKSARNAS atau Pendidikan Dasar Nasional, sebuah pendidikan bagi kaum muda dari Yayasan Peneleh Jang Oetama tempat kami dibina. Kami diminta melakukan survei ke Monumen Kresek.

Melihat lokasi yang tidak jauh dari tempat kami istirahat, kami langsung menuju ke sana, akan tetapi jalan yang ditunjukkan Google Maps ini tetap jalan kecil dan terjal, di kiri kanan hanya ada satu dua rumah warga dan jarak antar rumah yang satu dengan yang lain pun cukup berjauhan.

15 menit dalam perjalanan, kami sampai di Monumen Kresek, di Desa Kresek, Kecamatan Dungus, Kabupaten Madiun. Monumen Kresek dijadikan tempat wisata bersejarah, tak sedikit orang yang mengunjungi. Saat tiba, kami bertemu dengan orang-orang yang berduyungan datang pergi sekeluarga besar meski hanya untuk sekedar makan bersama. 

Tugu Monumen Keresek/Atmaja Wijaya

Monumen Kresek merupakan salah satu peninggalan bersejarah, menjadi saksi bisu atas kejadian pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948. Monumen ini dibangun dengan tujuan mengenang peristiwa tersebut dan juga mengenang jasa para korban.

Di sini terdapat rekam jejak para korban kekejaman PKI yang berjumlah 17 orang. Mulai dari TNI sampai pamong desa. Daftar nama-nama korban tertulis pada sebuah di area monumen yang dekat dengan sepasang gapura. Sedangkan tepat di depan tugu terdapat ornamen patung yang menggambarkan bagaimana PKI melukai para korban.

Monumen Kresek
Lorong keluar Area monumen/Atmaja Wijaya

Tak jauh dari tugu, terdapat sebuah pendapa berukuran sekitar 6 x 2 meter, berlantai keramik hitam. Di sini kami mengamati dua patung dengan makna yang berbeda. Untuk dapat melihat lebih dekat, kami harus menaiki tangga.

Patung tersebut menggambarkan kisah seorang kiai atau pemuka agama yang mengalami kekejaman oleh PKI. Diceritakan, PKI banyak menyerang pesantren dan membunuh kiai lantaran mereka tidak suka pada otoritas seorang kiai.

Di bawah patung terdapat aliran air langsung tersambung dengan kolam di bagian bawahnya. Dekat dengan area monumen terdapat taman-taman berisi gobuk-gobuk ramai diduduki pengunjung. Hiasan di jalan lorong jalan keluar area monumen menggunakan payung-payung gantung warna-warni. 

Selepas mengamati dan mempelajari sedikit cuplikan sejarah di Monumen Kresek ini, kami beranjak pulang ke Nganjuk, tempat kami menginap semalam. Sekira magrib, kami tiba di penginapan yang berjarak kurang lebih 60 km dari lokasi survei tadi.

The post Monumen Kresek dan Kisahnya appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/monumen-kresek-dan-kisahnya/feed/ 0 27581