Bimo Padika https://telusuri.id/penulis/bimo-padika/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Sun, 12 Jul 2020 12:56:45 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 Bimo Padika https://telusuri.id/penulis/bimo-padika/ 32 32 135956295 Bermain dan Belajar bersama “Art For Children” di TBY https://telusuri.id/bermain-dan-belajar-bersama-art-for-children-di-tby/ https://telusuri.id/bermain-dan-belajar-bersama-art-for-children-di-tby/#respond Sun, 08 Dec 2019 01:00:08 +0000 https://telusuri.id/?p=19033 Taman Budaya Yogyakarta (TBY) adalah salah satu tempat dilaksanakannya kegiatan seni dan budaya di Yogyakarta, seperti pentas seni, pameran seni dan budaya, seminar-seminar seni dan budaya, workshop seni dan budaya, dan lain-lain. Art For Children...

The post Bermain dan Belajar bersama “Art For Children” di TBY appeared first on TelusuRI.

]]>
Taman Budaya Yogyakarta (TBY) adalah salah satu tempat dilaksanakannya kegiatan seni dan budaya di Yogyakarta, seperti pentas seni, pameran seni dan budaya, seminar-seminar seni dan budaya, workshop seni dan budaya, dan lain-lain.

Art For Children (AFC) salah satunya. Program TBY yang satu ini jadi tempat bagi anak-anak untuk berkreasi dengan seni. Ada beberapa kelas seni yang bisa diikuti di AFC, di antaranya teater, tari klasik, tari kreasi baru, melukis, olah vokal, dan musik.

Pada hari Minggu di bulan Februari yang lalu, orangtua mengenalkan saya pada AFC. Saya langsung tertarik dan didaftarkan untuk bergabung dengan kelompok seni teater AFC TBY.

Kami berlatih setiap hari Minggu. Setiap latihan, saya sangat bersemangat dan gembira karena saya bisa bertemu dengan teman-teman baru yang semuanya menyenangkan. Ada juga teman yang berkebutuhan khusus, yang dengan mereka kami tetap bisa kompak dan saling bekerja sama saat latihan. Usia teman-teman yang tergabung dalam teater ini bervariasi, mulai 6 hingga 15 tahun.

Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY) dengan poster Pekan Seni Art For Children 2019
Concert Hall TBY dengan poster Pekan Seni Art For Children 2019/Bimo Padika

Dalam teater, kami dilatih untuk tidak malu ketika tampil di depan orang banyak, berteman dengan baik, dan saling menjaga. Kami juga berlatih ekspresi dan olah vokal. Tidak jarang guru teater kami memberi tugas membuat dialog dan menciptakan karakter sendiri yang kemudian kami tampilkan di depan. Setelah tampil, kami akan dikritik soal apa saja yang masih kurang. Supaya tidak tegang dan malu, guru teater kami selalu menyelipkan candaan ditengah-tengah kritikannya.

Hampir setahun bergabung dan berlatih di teater AFC ini, saya menjadi semakin percaya diri dan berani tampil di depan orang banyak. Selain itu, saya juga dapat mengisi waktu libur sekolah dengan kegiatan bermanfaat.

Setelah berlatih setiap minggu, tibalah saatnya pentas pentas tahunan yang menurut tradisi diadakan di akhir tahun. Pentas ini adalah buah dari latihan kami selama hampir setahun. Dalam pentas ini setiap murid akan mendapatkan peran. Kali ini saya berperan sebagai “Sampah” dalam operet “Puteri Air.” Teman-teman saya yang lain berperan sebagai hewan-hewan hutan, Pohon, Bunga, Api, Raja Api, Pangeran Sampah, dan Puteri Air. Operet ini adalah kolaborasi semua kelas seni di AFC TBY.

Sebelum pentas, saya dan teman-teman dari kelas-kelas seni lainnya berlatih bersama hampir setiap hari. Sepulang sekolah, tanpa beristirahat, saya langsung berangkat berlatih operet. Kadang kami berlatih hingga malam. Memang ada rasa lelah, tapi saya dan teman-teman lebih merasa senang; kami berlatih serius tapi santai.

Opret Puteri Air sedang ditampilan AFC di Taman Budaya Yogyakarta (TBY)
Opret Puteri Air sedang ditampilan AFC/Istimewa

Kami akan pentas di Concert Hall TBY yang merupakan panggung besar bagi kami. Karena ini adalah pentas pertama saya, jelas saja ini pengalaman yang sangat berkesan. Saya merasa nervous tapi berusaha tampil dengan baik.

Hari Minggu, 17 November 2019, adalah hari besar bagi kami. Kami melakukan persiapan bersama, termasuk merias wajah dan memakai kostum sesuai karakter yang kami perankan. Pertunjukan dimulai dengan pembukaan, kemudian pertunjukan gamelan, tari-tarian dari kelas tari, pantomim, dan komedi, yang semua pelakonnya adalah anak-anak.

Ruang di Concert Hall TBY penuh sesak oleh penonton yang ingin menyaksikan pertunjukan “Puteri Air.” Untuk menghilangkan grogi, saya dan teman-teman kadang melontarkan candaan. Sebelum pentas, kami berdoa bersama sesuai dengan keyakinan masing-masing. Saat di panggung, adegan demi adegan kami tampilkan dengan sebaik mungkin. Pertunjukan berjalan dengan lancar dan kami mendapat tepuk tangan meriah dari penonton. Kami semua bersyukur.

Pertunjukan baru saja selesai tapi saya sudah rindu untuk pentas lagi, rindu proses yang kami jalani bersama, rindu dengan panggung pertunjukan. Mungkin terdengar lebay, tapi, serius, ini benar-benar proses yang menyenangkan dan berkesan. Saya bisa belajar sekaligus bermain dalam waktu yang bersamaan.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Bermain dan Belajar bersama “Art For Children” di TBY appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/bermain-dan-belajar-bersama-art-for-children-di-tby/feed/ 0 19033
Sarapan Sego Wiwit di Puncak Sosok https://telusuri.id/sarapan-sego-wiwit-di-puncak-sosok/ https://telusuri.id/sarapan-sego-wiwit-di-puncak-sosok/#respond Fri, 18 Oct 2019 08:47:57 +0000 https://telusuri.id/?p=18046 Hari Minggu kemarin saya mampir ke Puncak Sosok, salah satu destinasi wisata yang sedang terkenal di Jogja. Puncak Sosok berada di Desa Bawuran, Bantul, Yogyakarta. Lokasinya yang berada di atas bukit membuat jalan menuju ke...

The post Sarapan Sego Wiwit di Puncak Sosok appeared first on TelusuRI.

]]>
Hari Minggu kemarin saya mampir ke Puncak Sosok, salah satu destinasi wisata yang sedang terkenal di Jogja. Puncak Sosok berada di Desa Bawuran, Bantul, Yogyakarta. Lokasinya yang berada di atas bukit membuat jalan menuju ke sana menanjak dan berkelok-kelok. Itulah sebabnya tempat ini jadi salah satu destinasi favorit para goweser (pesepeda).

Berangkat pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit saya sudah tiba di sana. Untuk ke sana, saya mesti melewati jalan sempit yang akan lebih mudah dilewati dengan sepeda motor. Karena tempatnya agak tersembunyi, mungkin kamu bisa memanfaatkan aplikasi peta di ponsel.

puncak sosok
Suasana pagi di Puncak Sosok/Bimo Padika

Setiba di sana, belum banyak pengunjung yang datang. Udara pagi yang segar membuat saya merasa segar juga. Lelah akibat perjalanan seketika hilang. Lalu, matahari perlahan-lahan muncul di ufuk timur. Warna kuning keemasan yang memancar dari sang surya membuat saya makin bersemangat.

Saya menjelajahi setiap sudut Puncak Sosok. Meskipun hampir setiap sudutnya menarik, saya menemukan beberapa spot foto yang istimewa.

Rasa lapar muncul saat saya sedang mengelilingi Puncak Sosok. Untungnya, salah satu dari enam warung yang ada di sana sudah buka. (Sebagian warung buka sore hari untuk melayani pengunjung yang datang menjelang petang.) Karena pengunjung belum terlalu ramai, saya tidak perlu berebutan memesan makanan.

puncak sosok
Para “goweser” sarapan pagi di Puncak Sosok/Bimo Padika

Di warung itu, saya mengambil sendiri makanan yang saya inginkan. Saya memilih dua bungkus sego wiwit yang sudah dikemas kecil-kecil seperti nasi angkringan. Sebagai pelengkap, saya mengambil empat tempe mendoan dan dua tahu goreng. Harga makanan di sana ternyata sangat murah. Sebungkus sego wiwit hanya Rp2.500 dan sebuah gorengan cuma Rp1.000. Terjangkau sekali buat kantong bocah seperti saya.

Meskipun sego wiwit di Puncak Sosok disajikan dalam porsi yang kecil, rasanya tidak kalah dibandingkan sego wiwit di tempat lain. Lauk-pauknya sama—sayuran yang direbus sampai empuk; gereh atau ikan asin yang digoreng garing; sambal gepeng gurih-pedas yang terbuat dari campuran kedelai, kacang, dan cabe kering; juga telur dadar yang gurih.

Tempe mendoannya juga empuk dan enak. Campuran adonan yang pas dan durasi menggoreng yang tepat membuat mendoan itu tidak terlalu lembek dan tidak terlalu kering. Menurut saya, rasa mendoan di Puncak Sosok tak kalah juara dari camilan-camilan kekinian.

Setelah menyantap sego wiwit dan tempe mendoan yang mantap jiwa, saya menutup sarapan dengan menyeruput wedang jeruk yang hangatnya pas untuk tempat berhawa sejuk seperti ini.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Sarapan Sego Wiwit di Puncak Sosok appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/sarapan-sego-wiwit-di-puncak-sosok/feed/ 0 18046
Menyantap Urap di Pasar Beringharjo https://telusuri.id/menyantap-urap-di-pasar-beringharjo/ https://telusuri.id/menyantap-urap-di-pasar-beringharjo/#respond Sat, 21 Sep 2019 09:00:54 +0000 https://telusuri.id/?p=17465 Hari Minggu, pagi-pagi sekali saya sudah siap-siap menikmati liburan setelah enam hari sibuk berkegiatan di sekolah. Dalam perjalanan, saat melintasi Jalan Malioboro, perut saya keroncongan. Sambil berpikir mau makan apa pagi itu, tahu-tahu saya sudah...

The post Menyantap Urap di Pasar Beringharjo appeared first on TelusuRI.

]]>
Hari Minggu, pagi-pagi sekali saya sudah siap-siap menikmati liburan setelah enam hari sibuk berkegiatan di sekolah.

Dalam perjalanan, saat melintasi Jalan Malioboro, perut saya keroncongan. Sambil berpikir mau makan apa pagi itu, tahu-tahu saya sudah sampai di depan Pasar Beringharjo yang melegenda itu.

Pasar Beringharjo memang sudah terkenal sampai ke mana-mana. Wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta pasti mengunjungi pasar ini. Pasar terlengkap dan terbesar di Kota Istimewa ini menjual berbagai hal, mulai dari rempah-rempah, sayur-mayur, ikan dan daging, perabotan rumah tangga, makanan dan jajanan tradisional (misalnya bakpia dengan berbagai macam isi, entah kacang hijau, ubi ungu, keju, cokelat, dll.), pakaian berbagai corak dan motif, terutama batik, sampai suvenir.

pasar beringharjo
Sisi depan (barat) Pasar Beringharjo/Bimo Padika

Semakin siang, pasar ini semakin padat pengunjung, entah dari luar kota maupun luar negeri. Tujuan utama mereka sudah pasti berbelanja. Pasar ini memang jadi lokasi favorit untuk belanja barang-barang tradisional yang mungkin jarang dijumpai di kota lain. Lebih seru lagi, harga barang di Pasar Beringharjo rata-rata bisa ditawar.

Jika barang-barang bernuansa tradisional dijual di bagian dalam pasar, kuliner dijual di luar atau di sisi depan pasar. Banyak sekali pilihannya, dari mulai bakpia, geplak, putu, lupis, cenil, pecel, sate, gudeg, urap, jenang, es cendol, es dawet, wedang ronde, dll.

Bukannya di warung, para pedagang menggelar dagangan mereka di tenda-tenda kecil semacam stan yang berjajar sepanjang pinggir trotoar. Makanan diletakkan di meja, sementara pelanggan makan di tempat duduk yang berhadapan dengan meja itu.

blangkon dan surjan
Pakaian dan aksesori tradisional yang dijual di Pasar Beringharjo/Bimo Padika

Ragam kuliner tradisional yang tersedia bikin saya penasaran. Setelah saya amati satu per satu, akhirnya saya memutuskan untuk mencoba urap.

Mencicipi urap di depan Pasar Beringharjo

Urap ini terdiri dari sayur-mayur yang direbus. Bayam, kacang panjang, wortel, dan kecambah diaduk dengan kelapa parut yang sudah dibumbui untuk menambah rasa. Rasa urap cenderung pedas.

Makanan ini cocok untuk sarapan. Biasanya orang-orang makan nasi urap bersama lauk lain seperti telur rebus/dadar, ayam goreng, tempe/tahu goreng atau bacem, tempe mendoan, bergedel kentang, bakwan, dll.

stan kuliner pasar beringharjo
Stan kuliner di depan Pasar Beringharjo/Bimo Padika

Untuk menikmati seporsi urap, saya mesti berjuang mencari tempat duduk, sebab stan-stan kuliner di depan Pasar Beringharjo ini di siang hari boleh dikatakan tak pernah sepi pembeli. Tak jarang pembeli harus rela mengantre. Tak terkecuali siang itu. Karena semua kursi di stan kuliner yang saya datangi sudah terisi, saya mesti mencari tempat duduk di dekat trotoar.

Tapi, usaha untuk mencari tempat duduk itu terbayar lunas oleh rasa urap yang enak. Sebagai tambahan, saya memesan tempe mendoan. Rasa mendoan empuk yang gurih dan sedikit asin itu melengkapi rasa urap yang renyah dan manis-pedas.

Harga makanan yang murah dan bikin kenyang berjam-jam

Harga makanan di stan kuliner depan Pasar Beringharjo relatif murah. Dengan membayar Rp14.000 saya sudah mendapatkan sepiring nasi urap dan dua tempe mendoan yang bisa membuat perut kenyang selama berjam-jam.

Saran saya, jika ingin mengeksplorasi kekayaan kuliner di Pasar Beringharjo, sebaiknya datanglah pagi-pagi. Bagi saya, udara pagi yang masih sejuk membuat saya merasa nyaman meski harus mengantre. Di siang hari pengunjung semakin banyak dan sinar matahari juga semakin terik—apalagi jika tempat duduk di bawah tenda sudah terisi.

Jadi, selamat mencoba urap dan aneka kuliner tradisional lainnya di Pasar Beringharjo. Dijamin seru!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menyantap Urap di Pasar Beringharjo appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menyantap-urap-di-pasar-beringharjo/feed/ 0 17465
Ngulik Jajanan Tradisional di Pasar Tertua Yogyakarta https://telusuri.id/jajanan-tradisional-di-pasar-kotagede-yogyakarta/ https://telusuri.id/jajanan-tradisional-di-pasar-kotagede-yogyakarta/#respond Thu, 19 Sep 2019 09:00:48 +0000 https://telusuri.id/?p=17417 Nama Pasar Kotagede atau Pasar Legi tentu sudah tidak asing lagi bagi warga Yogyakarta. Pasar ini adalah pasar tertua di Yogyakarta. Dibangun pada zaman Kerajaan Mataram di abad ke-16, pasar yang terletak di Kecamatan Kotagede...

The post Ngulik Jajanan Tradisional di Pasar Tertua Yogyakarta appeared first on TelusuRI.

]]>
Nama Pasar Kotagede atau Pasar Legi tentu sudah tidak asing lagi bagi warga Yogyakarta. Pasar ini adalah pasar tertua di Yogyakarta. Dibangun pada zaman Kerajaan Mataram di abad ke-16, pasar yang terletak di Kecamatan Kotagede ini masih memiliki bangunan asli meskipun sudah mengalami perombakan di sana sini.

Pasar ini buka 24 jam. Pasar ini seperti memiliki pembagian waktu berdagang. Ketika pedagang pagi mulai mngemasi dagangan mereka, pedagang siang mulai menggelar dagangan. Tentu saja barang yang ditawarkan berbeda. Di pagi hari, pasar dipenuhi pedagang kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan pokok. Di siang hari, pasar dipenuhi pedagang jajanan, makanan, dan kebutuhan sekunder. Jajanan dan makanan yang dijual pun adalah jajanan dan makanan tradisional.

Minggu pagi kemarin saya jalan-jalan ke Pasar Legi Kotagede. Namanya pasar tradisional, pasti ramai pengunjung, apalagi jika di hari pasaran Legi.

kotagede
Suasana Pasar Legi Kotagede/Bimo Padika

Begitu masuk dari pintu depan, saya sudah disambut jejeran pedagang jajanan tradisional yang lapaknya memanjang dari pintu masuk hingga ke bagian tengah pasar. Panjang sekali, ‘kan? Bayangkan saja betapa banyak pilihan jajanan tradisional yang pastinya bikin bingung. Apalagi banyak dari jajanan itu yang sudah jarang dijual di tempat lain. Saya sendiri juga masih asing dengan beberapa bentuk dan rasa jajanan-jajanan itu.

Setelah saya perhatikan satu per satu jajanan-jajanan tradisional itu, saya tertarik mencoba beberapa:

Onde-onde

Jajanan ini bentuknya bulat, ada taburan wijen di kulitnya, dan terbuat dari tepung ketan sehingga menghasilkan tekstur yang kenyal. Onde-onde biasanya berisi kacang hijau yang manis dan gurih.

Sebagai salah satu jajanan tradisional paling digemari, onde-onde masih sering kita jumpai di beberapa tempat. Menurut saya, onde-onde bisa dibilang ratunya jajanan tradisional, sebab di mana ada jajanan tradisional di situ pula ada onde-onde.

jajanan kotagede
Lapak jajanan di Kotagede/Bimo Padika

Arem-arem

Sebenarnya saya sudah sering makan jajanan tradisional ini. Tapi, rasa gurih dipadu dengan isian yang manis pedas, biasanya berisi daging ayam yang disuwir, dan teksturnya empuk membuat saya tidak bisa bosan. Apalagi jajanan yang terbungkus daun pisang ini bisa membuat kenyang karena terbuat dari beras.

Lemper

Jajanan ini sejenis dengan arem-arem. Tapi, kalau arem-arem terbuat dari beras, lemper ini terbuat dari ketan sehingga teksturnya kenyal. Sama-sama mempunyai isi, isian lemper cenderung manis. Isian lemper berupa abon daging ayam atau abon daging sapi. Jajanan ini juga dibungkus daun pisang. Namun, kali ini lemper yang saya pilih rasanya ada pedas-pedasnya.

Jajanan-jajanan di Kotagede/Bimo Padika

Kipo

Dari semua jajanan tradisional yang saya beli, saya sangat penasaran dengan Kipo. Semula, saya mengira jajanan ini adalah pisang yang diberi warna hijau. Tapi, setelah saya coba, ternyata bukan pisang.

Kipo ini terbuat dari tepung ketan yang diberi pewarna hijau dan isian gula Jawa dicampur kelapa parut. Perpaduan rasa antara gula Jawa dan kelapa parut menghasilkan rasa manis dan gurih. Teksturnya kenyal dan empuk. Bentuknya juga unik, seperti jempol tangan orang dewasa. Jadi kue ini bentuknya memang kecil-kecil. Satu kemasan berisi lima kipo.

Cara memasaknya pun juga unik, yakni hanya diletakkan di atas daun pisang kemudian dipanggang. Aroma khas yang ditimbulkan dari proses memanggang membuat kue ini makin nikmat. Itulah beberapa jajanan yang saya coba di Pasar Legi Kotagede. Saran saya, jangan segan-segan bertanya pada pedagangnya supaya kita juga tahu bahan dan kandungan dalam jajanan-jajanan tradisional tersebut.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Ngulik Jajanan Tradisional di Pasar Tertua Yogyakarta appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/jajanan-tradisional-di-pasar-kotagede-yogyakarta/feed/ 0 17417