Deffy Ruspiyandy, Penulis di TelusuRI https://telusuri.id/penulis/deffy-ruspiyandy/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Fri, 03 Mar 2023 13:26:39 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 Deffy Ruspiyandy, Penulis di TelusuRI https://telusuri.id/penulis/deffy-ruspiyandy/ 32 32 135956295 Mencicipi Nanas Prabumulih https://telusuri.id/mencicipi-nanas-prabumulih/ https://telusuri.id/mencicipi-nanas-prabumulih/#respond Tue, 14 Mar 2023 04:00:14 +0000 https://telusuri.id/?p=37648 Siang itu, cuaca terasa sedikit panas saat kaki menginjakkan di Kawasan Kabupaten Prabumulih, Sumatera Selatan. Tak kurang saya dan rekan melakukan perjalanan selama hampir 15 jam dari Kota Cimahi, Jawa Barat. Saya bersama rombongan selain...

The post Mencicipi Nanas Prabumulih appeared first on TelusuRI.

]]>
Siang itu, cuaca terasa sedikit panas saat kaki menginjakkan di Kawasan Kabupaten Prabumulih, Sumatera Selatan. Tak kurang saya dan rekan melakukan perjalanan selama hampir 15 jam dari Kota Cimahi, Jawa Barat. Saya bersama rombongan selain akan menghadiri pernikahan seorang rekan, juga hendak menggali tentang tempat kelahiran seorang tokoh yang pernah menjadi anggota legislatif yang bukunya tengah disusun. Ini merupakan pengalaman pertama saya mengunjungi Pulau Sumatera setelah menginjak usia 50 tahun.

Hampir 500 km jarak saya tempuh dengan mobil. Mulai dari menyeberangi Pelabuhan Merak menuju Pelabuhan Bakauheni, yang pada akhirnya mengantarkan saya dan rekan-rekan seperjalanan di sebuah kabupaten yang melahirkan juara Dangdut Academy 5, Sri Devi. Begitulah yang saya dengar dari sebuah kanal YouTube ketika hendak berangkat menuju Prabumulih.

Salah seorang pengurus ormas di sana pun membenarkan hal ini, bahwa Sri Devi memiliki suara yang bagus dan menjadi ikon Kabupaten Prabumulih di tingkat nasional. Walaupun belum bisa “mengangkat” kabupaten tersebut sepenuhnya, tetapi tetap saja: hal itu menjadi suatu yang membanggakan bagi masyarakat di sana.

Usai melaksanakan salat Zuhur, rejeki menjemput saya. Di luar dugaan, Ustaz Asram mengajak santap siang di RM Padang Sultan Batuah. Saya memilih kikil, daun singkong, dan bumbu rendang kesukaan. Setelah makan, es jeruk manis pun menjadi pemadam dahaga. Obrolan kami terus mengalir, hingga momen foto bersama usai. Kami akan melanjutkan perjalanan menuju perkebunan nanas.

Ustad Asram berkata silakan makan nanas sepuasnya di sana, syaratnya hanya satu: tak boleh membawa pulang buah tersebut dari kebun.

“Kira-kira jauh nggak perjalanan menuju kebun nanas ini?” tanya Haji Harun sembari meminta kami membayangkan rasa manis dari nanas Prabumulih.

Kebun ini berada di Desa Patih Galung, Kecamatan Prabumulih Barat, Kabupaten Prabumulih, Sumatera Selatan. Butuh waktu kurang lebih sekitar 20 menit untuk tiba di sana.

Semula, saya merasa heran karena suasana kebun tak terlihat perkebunan nanas. Tembok-tembok beton justru memenuhi pinggiran jalan. Pas agak masuk, barulah areal kebun lebih terlihat. Ribuan pohon nanas terhampar, sebagian besar belum dipanen saat kami tiba. Luasnya sekitar empat hektare. Sejauh mata memandang, saya hanya melihat pohon nanas saja.

Rupanya satu buah nanas dijual seharga Rp3.000 dengan distribusi ke Kabupaten Prabumulih, Kabupaten Palembang, wilayah Sumatera Selatan dan juga ke Pulau Jawa khususnya Jakarta dan Jawa Barat.

Seorang kawan lalu menunjukkan kepiawaiannya dalam mengupas buah nanas. Tak mengherankan jika dalam hitungan beberapa menit saja, buah nanas ini sudah terpotong rapi dan tersaji di atas wadah. Buru-buru saya menyantapnya. Rasanya manis, dan tidak menyebabkan gatal pada bibir.

“Tak sia-sia Riyadi ke Prabumulih. Pandai sekali mengupas nanas hingga kita bisa nikmati bersama,” kataku kepadanya yang ternyata sebelumnya kami pernah bertemu di Pangandaran dalam sebuah acara pelatihan dakwah.

“Ya kapan lagi saya bisa membahagiakan orang Bandung. Jarang juga kan, saya datang ke sini,” balas Riyadi.

“Tahun kemarin kita ke sini juga lho, tapi tak ada nanas yang menjadi jamuan. Saat itu kita singgah sebelum pulang ke Padang. Tak terasa satu tahun sudah berlalu,” ujar Husnul menambahkan.

 Tentu saja hal ini menjadi pengalaman menarik bagi saya. Kendati di Subang  banyak pohon nanas, tetapi baru kali ini saya mendatangi kebun nanas. Sayangnya, kami tak bisa membawa pulang nanas-nanas ini sebagai oleh-oleh karena telah diangkut oleh pembeli yang telah memborongnya.

  • Nanas Prabumulih
  • Nanas Prabumulih
  • Nanas Prabumulih

Selain rombongan saya, ada pula rekan-rekan mahasiswa yang sedang melakukan penelitian tentang budidaya nanas datang ke tempat ini. Mereka juga sedang melakukan penelitian tentang pemanfaatan daun nanas—yang dibuat serat—untuk dimanfaatkan menjadi pelbagai komoditas seperti kain, pakaian, bahan rompi anti peluru, hingga pembuatan uang dollar.

Saya pun baru mengetahui bahwa daun nanas dapat diolah menjadi banyak hal, lebih bernilai, dan tentu saja tidak sekedar menjadi sampah. Karena cukup menjanjikan, serat olahan daun nanas ini diekspor ke berbagai negara seperti Filipina, Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara lain. Tentu saja, hal tersebut menjadi bukti bahwa Prabumulih menjadi kecamatan yang memiliki potensi bisnis sangat baik.

Nah, untuk pengolahan daun nanas menjadi serat, ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Mulanya, petugas akan mengumpulkan daun nanas dari pohon nanas yang buahnya sudah dipanen. Panjang rata-rata dari daun tersebut harus sekitar 60 cm dan warnanya masih hijau, mulus tanpa ada warna hitam. Setelahnya, daun-daun tadi diproses secara khusus melalui sebuah mesin pengolahan.

Dalam satu hari, para pengolah bisa menghasilkan kurang lebih 20-30 kg serat daun nanas yang dijual dengan harga Rp200.000 per kg. Lumayan, bukan?

Kata Hais, seorang pengolah serat daun nanas, ini menjadi potensi ekonomi yang menjanjikan. Oleh karenanya, ia berusaha menyediakan serat-serat tersebut sebaik mungkin.

Jelang sore, kami berpamitan kepada pemilik kebun. Tentu saja kunjungan kali begitu menyenangkan, selain bisa mencicipi nanas langsung dari kebunnya, saya juga memetik pelajaran penting. Seyogyanya Tuhan telah memberikan alam yang begitu besar, tinggal bagaimana kita sebagai manusia berpikir untuk mengolahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Roda kendaraan kami lalu berputar perlahan, meninggalkan perkebunan dengan segala ceritanya. Kami menuju asrama tempat menginap dan segera istirahat sebab esok hari kami harus menghadiri pernikahan rekan di daerah Kabupaten Pali.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Mencicipi Nanas Prabumulih appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/mencicipi-nanas-prabumulih/feed/ 0 37648
Mengunjungi Ereveld Pandu, Komplek Pemakaman Belanda di Bandung https://telusuri.id/mengunjungi-pemakaman-pandu-memorial/ https://telusuri.id/mengunjungi-pemakaman-pandu-memorial/#respond Wed, 24 Nov 2021 14:11:31 +0000 https://telusuri.id/?p=30324 Ereveld Pandu adalah salah satu dari dua pemakaman Belanda di Jawa Barat, yakni selain Ereveld Leuwigajah yang terletak di Kota Cimahi. Lokasinya berada di pusat kota dan begitu dekat ke Bandara Husein Sastranegara, kurang lebih...

The post Mengunjungi Ereveld Pandu, Komplek Pemakaman Belanda di Bandung appeared first on TelusuRI.

]]>
Ereveld Pandu adalah salah satu dari dua pemakaman Belanda di Jawa Barat, yakni selain Ereveld Leuwigajah yang terletak di Kota Cimahi. Lokasinya berada di pusat kota dan begitu dekat ke Bandara Husein Sastranegara, kurang lebih jaraknya 1 km. Dinamai Ereveld Pandu karena berada di Jalan Pandu, Kota Bandung. Pandu adalah nama tokoh pewayangan yang dijadikan nama jalan di kawasan tersebut seperti tokoh Semar, Dursasana, Arjuna, Bima, Nakula, dan Sadewa.

Pintu Masuk Ereveld Pandu
Pintu masuk Ereveld Pandu/Deffy Ruspiyandy

Ereveld Pandu mengingatkan kita semua tentang sisi gelap dari sebuah peperangan. Komplek pemakaman khusus ini berada di dalam kawasan TPU Pandu namun keberadaannya terpisah dari pemakaman umum. Kedutaan Belanda yang mengelolanya. Di sini menjadi makam untuk orang-orang Belanda yang pernah hidup di Indonesia. Sebagian besar yang dimakamkan secara khusus di makam kehormatan ini adalah para korban perang.

Kupikir tak ada salahnya jika kali ini  mencoba melihat tentang sebuah ketenangan dan keabadian pada sebuah pusara. Jadi, aku berkunjung ke sana. Perjalanan kali ini termasuk perjalanan yang sedikit menantang. Siang itu cuaca begitu cerah, dengan terik  matahari yang menyengat tubuh.

Aku terus berjalan menyusuri jalan Pandu setelah turun dari angkutan kota ST Hall-Cimahi berwarna hijau di Jalan Pajajaran, Kota Bandung. Pepohonan yang rindang menghiasi jalan tersebut. Setidaknya suasana panas dapat dikurangi dengan kehadiran pohon-pohon tersebut. Adem.

Jalan menuju area pemakaman merupakan jalur strategis karena menghubungkan Jalan Pajajaran dengan Jalan Pasteur. Meski banyak orang melewati jalur ini, namun terbilang sepi. Orang melewati Jalan Pandu karena mempermudah akses daripada harus memutar arah. Tetapi, saat PPKM berlangsung akses ini ditutup bagi kendaraan bermotor kecuali untuk pejalan kaki.

Bukan hanya jenazah para tentara Belanda yang dikubur di sani, melainkan ada pula jenazah warga Indonesia, jenazah dengan beragam agama. Mereka adalah korban perang. Gerbangnya selalu dikunci dan tak sembarang orang masuk. Jika berkunjung, kita harus izin terlebih dulu. Biasanya yang datang berkunjung adalah anggota keluarga, atau ahli waris dari orang yang dimakamkan di sana.

Sebuah gereja Katolik di Jalan Pandu
Sebuah gereja Katolik di Jalan Pandu/Deffy Ruspiyandy

Sebelum memasuki kawasan Ereveld Pandu, tampak bangunan gereja dan sekolah yang berdiri kokoh. Rumah-rumah warga juga berjejer rapi di antara Jalan Pandu. Ereveld Pandu secara administratif termasuk pada Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung.

Ereveld Pandu memiliki luas sekitar 3,1 hektare. Tempat ini merupakan tempat peristirahatan terakhir bagi 4.000 korban perang pada rentang waktu 1942-1949. Sebagian besar korban tersebut merupakan tentara Belanda yang tergabung ke dalam Koninklijk Nederlands-Indisch Leger (KNIL). Adapun Ereveld Pandu sendiri diresmikan pada 7 September 1948.

Salah satu tokoh yang dimakamkan di TPU Pandu adalah seorang arsitek Belanda yang bernama Prof. Ir. Charles Prosper Wolff Schoemaker. Hasil karya yang kini dapat dinikmati di Kota Bandung adalah Gedung penjara Sukamiskin, Gedung Asia-Afrika, Masjid Cipaganti, Gereja Bethel, Gedung Isola di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Art Deco di Kota Kembang. 

Aku kemudian berjalan mendekati sisi pemakaman menuju Jalan Pasteur, suasananya terlihat lebih bergeliat. orang-orang berkumpul, santai, ngobrol satu sama lain. Dulu kawasan ini akan tergusur untuk jalan tembus dari Jalan Pajajaran menuju Jalan Pasteur demi mengurai kemacetan lalu lintas, tetapi sempat diprotes warga. Bahkan proyek pembangunan jalan tersebut hingga saat ini belum terlaksana.

Pemakaman dengan nisan salib dan nisan biasa
Pemakaman dengan nisan salib dan nisan biasa/Deffy Ruspiyandy

Aku mendapati gerbang ereveld yang pintunya terkunci rapat. Tentu aku tak bisa memasukinya. Setelah aku amati, penjaga makam juga tak tampak. Dari kejauhan aku melihat kalau pemakaman ini begitu rapi, tertata apik, dan sangat terawat. Tak heran jika kawasan makam ini jauh dari kata menyeramkan.

Aku tidak memaksakan diri untuk masuk ke sana. Langkah kakiku berlanjut memasuki TPU Pandu. Pekuburan Kristen tersebut memperlihatkan tembok-tembok kokoh yang dibangun di atas pusara tersebut.  Makam yang kulihat ada yang terawat tetapi banyak juga yang tidak terawat. Kawasan ini dikelilingi pula oleh rumah-rumah penduduk. Aku terus berjalan hingga akhirnya bisa keluar dari komplek pemakaman tersebut, lalu tak terasa sudah berada di jalan Pasteur.

Untuk kembali ke Ereveld Pandu, aku harus memutar melalui jalan Citepus. Kurang lebih aku berjalan 1,5 km hingga di daerah Jalan Baladewa, baru akhirnya aku menemukan ujung pemakaman ini yang terhalang oleh pagar.

Dari kejauhan tampak pemakaman dengan rumput yang hijau dengan nisan berbentuk salib bercat putih. Tampak pula nisan lain yang menandakan makam orang pemeluk agama Islam, dan menjadi korban perang.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu

The post Mengunjungi Ereveld Pandu, Komplek Pemakaman Belanda di Bandung appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/mengunjungi-pemakaman-pandu-memorial/feed/ 0 30324
Berburu Ikan Hias Pasar Muara Bandung https://telusuri.id/berburu-ikan-hias-pasar-muara-bandung/ https://telusuri.id/berburu-ikan-hias-pasar-muara-bandung/#respond Fri, 22 Oct 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=29860 Jika di Jakarta, aku mengenal Pasar Ikan Muara Angke untuk membeli ikan yang akan dikonsumsi, sedang di Kota Bandung aku mendapati Pasar Ikan Hias Muara. Kawasan ini adalah tempatnya para penikmat ikan hias karena menyediakan...

The post Berburu Ikan Hias Pasar Muara Bandung appeared first on TelusuRI.

]]>
Jika di Jakarta, aku mengenal Pasar Ikan Muara Angke untuk membeli ikan yang akan dikonsumsi, sedang di Kota Bandung aku mendapati Pasar Ikan Hias Muara. Kawasan ini adalah tempatnya para penikmat ikan hias karena menyediakan beragam ikan hias yang sudah ada sejak tahun 1980-an. Sementara pengambilan nama Muara, sesungguhnya diambil dari sebuah Komplek Perumahan Muara terletak di Jalan Peta, Kota Bandung.

Keindahan ikan-ikan itu terpampang di kolam, aquarium dan juga plastik-plastik yang berisi air dan di dalamnya. Ada pula yang ikan tergantung pada gerobak, berjejer di sepanjang jalan dan trotoar. Mengunjungi tempat ini sebaiknya mulai pukul 09.00 WIB karena para penjual ikan hias sudah siap menjajakan jualannya hingga sore hari.

Salah satu lapak yang menjual ikan hias
Salah satu lapak yang menjual ikan hias/Deffy Ruspiyandy

Aku merasa senang jalan-jalan ke tempat ini, selain tidak dipungut biaya, juga rasanya mengasyikkan melihat ikan-ikan hias yang ada. Lalu lalang orang yang melihat ikan-ikan itu menjadi sebuah potret yang kentara. Hal ini menjadikan Pasar Ikan Muara sebagai primadona, khususnya untuk mereka yang punya hobi memelihara ikan hias.

Jalan Peta sendiri tidak hanya menempatkan pasar ini sebagai pasar khas dan unik tetapi berjarak kurang lebih 1,5 km ke arah barat terdapat pula Pasar Burung Sukahaji. 

Aku mendengar kawasan ini dari teman-teman dan saudaraku serta kukenal juga saat berselancar di mesin pencari Google. Sebenarnya aku sering melewati dan melihat kerumunan orang yang asyik melihat jenis-jenis ikan yang akan dibelinya untuk dipelihara di rumah. Sekali lagi aku memang tidak sengaja untuk datang ke tempat itu karena tak ada hubungan dengan hobiku sendiri.

Ikan hias yang disimpan di kolam dari terpal
Ikan hias yang disimpan di kolam dari terpal/Deffy Ruspiyandy

Kali ini lain ceritanya. Aku memang sengaja mendatangi kawasan itu tetapi bukan untuk membeli ikan hias melainkan sekedar jalan-jalan saja menikmati hari libur. Tak mengherankan walaupun sedang diberlakukan PPKM Level 4 di kotaku, namun orang-orang yang hobi terhadap ikan hias tampak antusias memadati pasar khas yang ada di Kota Kembang ini. Kulihat tidak saja kaum pria, tetapi kaum wanita pun tampak lalu-lalang dan membeli ikan hias yang disukainya. Bisa mungkin ia sendiri penggemar ikan tersebut, mungkin bisa juga untuk anaknya atau memang ada suami isteri yang sama-sama penyuka ikan hias juga. 

Menariknya, di sini tersedia ikan-ikan hias yang sedang tren saat ini seperti ikan cupang, ikan koi, ikan koki, ikan arwana, ikan louhan, dan beberapa jenis ikan hias lainnya. Pembelinya bukan saja datang dari seputaran Kota Bandung tetapi mereka datang dari luar kota juga seperti Jakarta, Bogor, Depok atau Sukabumi bahkan dari luar Jawa barat pun ada yang sengaja datang mencari ikan sekaligus jalan-jalan di Kota Bandung. 

Harga-harga ikan yang ditawarkan di sini termasuk murah, dari harga Rp5000,- sampai Rp30.000,- untuk ikan-ikan hias biasa. Namun ikan-ikan hias yang ekslusif tentunya memiliki nilai harga yang terbilang jauh lebih mahal. Tak sekedar menyediakan ikan hias semata, tersedia pula pakan ikan, aquarium kaca, batu-batu untuk di aquarium, pohon penghias tempat menyimpan dan peralatan pendukung untuk mereka yang menggemari ikan-ikan hias itu. Aku yakin pasar ini mampu memenuhi kebutuhan mereka dan jika sudah datang ke sini maka mereka akan asyik melihat ikan-ikan hias di sepanjang jalan kurang lebih 300 meter.

Lapak penjualan ikas hias di trotoar
Lapak penjualan ikas hias di trotoar/Deffy Ruspiyandy

Letak Pasar Ikan Muara termasuk wilayah yang strategis. Tak jauh dari sana, siapapun bisa mendapati Museum Sri Baduga dan juga Taman Tegallega. Bahkan untuk menuju Terminal Leuwi Panjang pun cukup mengeluarkan uang Rp2.000,- dengan angkutan kota. Kawasan yang berada di Jalan Peta ini menjadi rangkaian sebuah jalan panjang dan lurus dengan mengambil nama yang terkait organisasi atau lembaga yang terkait perjuangan kemerdekaan di negeri ini. Dimulai Jalan Peta sendiri, kemudian ada Jalan BKR, Jalan Pelajar Pejuang dan berakhir di Jalan Laswi.

Ketenaran Pasar Ikan Hias Muara ini justru mampu mengalahkan nama Komplek Perumahan Muara itu sendiri. Jika ingin mengenal komplek tersebut maka cukup menanyakan pasar ikan hias ini karena dengan sendiri orang dari manapun akan diberi patokan pasar ikan tersebut. Bahkan selain kendaraan pribadi, banyak angkutan kota yang lewat ke kawasan ini. Aku pun bersyukur karena dengan menggunakan angkutan kota yang ongkosnya hanya Rp4.000,- saja. Kalau haus dan ingin membeli minuman, tinggal mencari Jalan Inhoftank. Ada Es Cendol Elizabeth di sana. Wah jadinya terasa komplit jalan-jalan kali ini.

Mengunjungi Pasar Ikan Muara Bandung hatiku sedikit terhibur. Terasa menyenangkan dan menyejukkan hati ketika melihat ikan-ikan hias itu hidup di air,  pemandangan yang tak kunikmati sebelumnya. Memang aku bisa melihat ikan-ikan hias di aquarium milik teman atau tetanggaku. Namun cerita menjadi lain ketika aku datang langsung ke tempat penjualan ikan hiasnya. Selain banyak ikan hias yang bisa kulihat juga menyadarkanku jika di Kota Bandung ternyata banyak tempat yang sungguh rugi jika dilewatkan begitu saja. Setelah puas, aku pun pulang ke rumah dengan menggunakan angkutan kota berwarna kuning.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Berburu Ikan Hias Pasar Muara Bandung appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/berburu-ikan-hias-pasar-muara-bandung/feed/ 0 29860
Menikmati Segelas Cendol Elizabeth di Hari Minggu https://telusuri.id/menikmati-segelas-cendol-elizabeth-di-hari-minggu/ https://telusuri.id/menikmati-segelas-cendol-elizabeth-di-hari-minggu/#respond Mon, 18 Oct 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=29778 Bandung memiliki minuman khas dengan nama yang khas pula. Ada bajigur, bandrek, es goyobod, lahang, dan juga cendol. Cendol legendari dinamai cendol Elizabeth. Perintisnya bukan Elizabeth melainkan H. Rohman. Ia mulai mengembangkan usaha ini tahun...

The post Menikmati Segelas Cendol Elizabeth di Hari Minggu appeared first on TelusuRI.

]]>
Bandung memiliki minuman khas dengan nama yang khas pula. Ada bajigur, bandrek, es goyobod, lahang, dan juga cendol. Cendol legendari dinamai cendol Elizabeth. Perintisnya bukan Elizabeth melainkan H. Rohman. Ia mulai mengembangkan usaha ini tahun 1972. Dulu H. Romahman berjualan di kawasan Jalan Otto Iskandar, Kota Bandung, dekat dengan toko tas Elizabeth yang pemiliknya bernama Eli—seorang keturunan Tionghoa. Maka kemudian  minuman yang satu ini terkenal dengan Es Cendol Elizabeth. Letaknya tak jauh dari Taman Tegallega kira-kira 500 meter ke arah utara. Bahkan sampai saat ini toko tas Elizabeth sendiri masih tetap ada.

Es Cendol Elizbeth yang terletak di jalan Inhoftank
Es Cendol Elizbeth yang terletak di Jalan Inhoftank/Deffy Ruspiyandy

Beberapa waktu lalu saat digelar Piala Eropa 2020 dengan Italia sebagai juaranya setelah mengalahkan Inggris, cendol ini ramai diperbincangkan dalam sebuah anekdot oleh masyarakat Kota Bandung jika Ratu Elizabeth—ratu keluarga Kerajaan Inggris—tak jadi membagikan cendol gratis karena negaranya kalah di Piala Eropa. Ah, aya-aya wae urang Bandung mah (Ah, ada-ada saja orang Bandung ini) karena memang tak ada hubungan Ratu Inggris dengan cendol Elizabeth.

Siang itu setelah berjalan-jalan di bawah cuaca yang panas dan ramai, aku memutuskan untuk menikmati es cendol di Jalan Inhoftank meski sebenarnya aku bisa membelinya di dekat Taman Tegallega.

Untuk menuju ke sana, aku harus berjalan satu kilometer ke arah selatan. Aku terpaksa berjalan karena tidak ada kendaraan yang melintas ke jalan tersebut. Lagi pula kupikir lebih baik jalan kaki saja, supaya ketika menikmati cendol Elizabeth rasanya makin terasa nikmat dan menyegarkan badan. Tentu saja dengan suasana yang sedikit panas, membuat selera minum menjadi naik. Aku pun membayangkan, segarnya butiran cendol ketika masuk ke tenggorokanku. Segar, pasti!

Pengunjung antre untuk memasan cendol dan makanan lain
Pengunjung antre untuk memasan cendol dan makanan lain/Deffy Ruspiyandy

Waktu menunjukkan pukul 11.30 WIB, tepat untuk menikmati segelas es cendol. Aku mencuci tangan di tempat yang disediakan kemudian mengantre ke bagian pemesanan dan selanjutnya dipersilakan mengambil tempat duduk dan meja yang telah disediakan. Lalu, ku buka dua masker yang kugunakan selama perjalanan.

Selain es cendol, di sekitar sini juga banyak pedagang kaki lima yang menjual makanan seperti mie bakso dan jenis makanan lainnya. Namun yang utama dan menjadi menu andalan tentu Es Cendol Elizabeth.

Aku pun memilih meja yang tersedia, sebelumnya sudah dibersihkan pramusaji. Kira-kira lima menit kemudian, pesanan es cendol disuguhkan kepadaku. Dalam gelas itu berpadu cendol, es batu, dan juga gula. Sebentar aku melihat perpaduan ketiganya, kuyakin sungguh menyegarkan! Warnanya kecoklatan, sungguh ingin segera meneguknya.

Terus terang baru kali ini aku bisa menikmati lagi Es Cendol Elizabeth. Kalau diingat-ingat, terakhir aku menikmatinya bersama dua rekanku beberapa tahun lalu. 

Segelas Es Cendol Elizabeth
Segelas Es Cendol Elizabeth/Deffy Ruspiyandy

Rasa manisnya memang khas, cendolnya kenyal, enak. Kupikir satu gelas sudah cukup membayar rasa dahaga. Harga pun relatif terjangkau, satu gelas hanya Rp6 ribu, tidak menguras kocek. Dengan harga yang relatif murah, aku bisa menikmati minuman yang enak, manis dan menyegarkan. Selain bisa dinikmati di tempat, cendol Elizabeth bisa kita bungkus untuk dinikmati di rumah.

Es condolnya sih murah, tapi kalau mau kulineran, jangan lupa menyiapkan bujet yang lebih. Batagor, mie bakso, dan juga es goyobod juga siap mengisi perut. Tinggal pilih saja mana yang sesuai selera. Murah meriah tetapi bagiku itu sungguh lebih dari cukup.

Selain rasa original, tersedia juga rasa nangka dan juga rasa durian. Harga perbungkus berkisar antara Rp20 ribu hingga Rp25 ribu.

Ternyata rahasia cendol Elizabeth ini selain karena pengolahannya yang cukup baik juga dalam proses pembuatannya memakai bahan yang berkualitas. Dari beberapa referensi yang ada, cendol ini menggunakan santan yang kental dan pembuatan santannya menggunakan kelapa yang telah dipilih secara baik.

Selain itu, bahan sagu untuk cendol tersebut sengaja didatangkan dari Kepulauan Riau untuk menjaga kualitasnya, serta gulanya pun sengaja didatangkan dari Cilacap, Jawa Tengah. Pantas saja manisnya benar-benar terasa nikmat di lidah yang menikmati es cendol ini. Juga tak ketinggalan daun suji yang dipakai pun diambil dari kawasan Ciparay, Kabupaten Bandung.

Es Cendol Elizabeth cukup terkenal, tak heran minuman satu ini menjadi salah satu ikon Kota Bandung. Hampir setiap orang yang ditanya soal cendol enak di Bandung, pasti kebanyakan dari mereka merekomendasikan Es Cendol Elizabeth. Maka kalau ke Bandung, mampirlah ke sini. 

Akhirnya kuputuskan untuk melanjutkan perjalanan setelah menikmati segelas es cendol. Setelah itu aku kemudian berjalan dan setelah mendapati jalan BKR aku naik angkutan kota nomor 23 jurusan Cikudapateuh-Ciroyom yang mengantarkanku sampai ke rumah.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menikmati Segelas Cendol Elizabeth di Hari Minggu appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menikmati-segelas-cendol-elizabeth-di-hari-minggu/feed/ 0 29778
Mengenang Perjuangan Kemerdekaan di Taman Tegallega https://telusuri.id/mengenang-perjuangan-kemerdekaan-di-taman-tegallega/ https://telusuri.id/mengenang-perjuangan-kemerdekaan-di-taman-tegallega/#respond Fri, 15 Oct 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=29790 Tak terasa PPKM Level 4 yang diterapkan di kotaku sudah berjalan sebulan. Sebenarnya tak ada agenda aku keluar rumah, terlebih hari itu jatuh di hari Minggu. Tapi tiba-tiba saja aku terpikir untuk mendatangi Taman Tegallega....

The post Mengenang Perjuangan Kemerdekaan di Taman Tegallega appeared first on TelusuRI.

]]>
Tak terasa PPKM Level 4 yang diterapkan di kotaku sudah berjalan sebulan. Sebenarnya tak ada agenda aku keluar rumah, terlebih hari itu jatuh di hari Minggu. Tapi tiba-tiba saja aku terpikir untuk mendatangi Taman Tegallega. Ide ini tiba-tiba saja muncul secara spontan. Kemudian aku berpikir, jangan-jangan taman itu ditutup dan masyarakat tak boleh masuk. Tetapi aku tetap memaksakan diri menuju ke sana. Biarlah walaupun ditutup mungkin aku bisa mengunjungi tempat lain. Semua itu kulakukan untuk membuang kejenuhan.

Dua masker aku kenakan sekaligus. Sebelum berangkat ke sana aku melihat Pak RT dan warga sedang memasang bendera merah putih di gang. Kemudian aku baru ingat kalau hari itu tanggal 1 Agustus 2021. Aku baru mengerti jika orang-orang mulai memasang bendera maka itu persiapan menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-76. Aku hanya bisa pamit dan tak bisa membantu mereka.

Gerbang Utama Taman Tegallega
Gerbang Utama Taman Tegallega/Deffy Ruspiyandy

Mengapa Taman Tegalega?

Sepertinya pikiranku terpengaruh dengan bendera merah putih yang berkibar di gang tadi. Di sini aku baru teringatkan jika ke taman tersebut, kita bisa mengenang tentang peristiwa pembakaran Kota Bandung. Orang mengenalnya dengan peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi 24 Maret 1946. Aku pun berdiri takjub kala melihat monumen yang berdiri kokoh itu. Terbayangkan saat itu betapa heroiknya semangat para pejuang.

Taman Tegalega merupakan sebuah taman kota, siapapun bisa datang ke sini. Tampak pohon-pohon rindang yang membuat suasana sejuk, kita bisa berteduh di bawah pohon tersebut. Tak hanya itu, tempat olahraga pun disediakan dan terdapat tempat khusus untuk anak-anak bermain. Fasilitas pendukungnya cukup banyak. 

Sekitar pukul 10.30 WIB aku tiba di Taman Tegallega. Pintu pertama ternyata tak dibuka dan aku masuk dari pintu samping. Aku beruntung sekali karena masih banyak pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar sini.

Prasasti Lagu Halo-Halo Bandung
Prasasti Lagu Halo-Halo Bandung/Deffy Ruspiyandy

Mataku kemudian tertuju kepada sebuah monumen yang berdiri kokoh yang tersorot oleh sinar matahari. Monumen Bandung Lautan Api. Mengingatkanku tentang peristiwa heroik TNI pejuang dan rakyat untuk melawan sekutu yang telah menduduki kota saat itu. Pengorbanan yang diperlihatkan TNI (TRI, saat itu) menjadi nilai tersendiri yang mestinya terpatri dalam setiap hati warga negara. Maka sesulit apapun kita tetap haruslah mampu berkorban pula untuk negeri dengan berbagai cara yang bisa dilakukan.  

Kulihat beberapa anak sedang bermain di dekat monumen, namun bisa jadi mereka tak sepenuhnya mengerti tentang makna berdirinya monumen ini. Kemudian aku melihat bait-bait lagu “Halo-Halo Bandung” yang tertulis pada sebuah prasasti di bawah monumen. Lagu yang diciptakan Ismail Marzuki itu adalah bukti penghargaan atas perjuangan yang telah dilakukan. Para pejuang rela mengorbankan nyawa demi kemerdekaan negeri ini. Karenanya, sejenak aku berdiam di sana terasakan suasana waktu itu, Kota Bandung dibakar bukan untuk merusaknya tetapi justru menjadi bentuk perlawanan kepada penjajah.

Tembok Bertuliskan Bandung Lautan Api
Tembok Bertuliskan Bandung Lautan Api/Deffy Ruspiyandy

Setelah itu aku menengok ke arah selatan, sebuah sudut yang menceritakan lebih detail peristiwa ini. Pada sebuah tembok tampak tergambar sosok-sosok yang menjadi peran utama dalam kisah heroik Bandung lautan Api. Mataku tertuju kepada gambar yang terlihat pertama kali. Sosok Mohammad Toha dan Mohammad Ramdan, figur pejuang yang menjadi sentral perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah di Bandung. Gambar Mohammad Toha tergambarkan jelas dengan wajahnya, namun gambar Mohammad Ramdan yang kulihat saat itu berbentuk siluet. Mohammad Toha dan Mohammad ramdan adalah sosok heroik yang membom Gudang mesiu Belanda di Bandung Selatan. Keduanya dinyatakan gugur pada peristiwa tersebut. 

Tak hanya gambar mereka yang ada di sana, ada pula gambar Jenderal AH Nasution yang saat peristiwa bandung lautan Api menjadi Panglima Kodam Siliwangi. Kemudian ada pula foto Ir Soekarno dan tokoh perjuangan di Tatar Pasundan, Otto Iskandar Dinata yang dikenal “Si Jalak Harupat”.

Monumen Bandung Lautan Api
Monumen Bandung Lautan Api/Deffy Ruspiyandy

Lengkap sudah  aku melihat tentang sejarah pada monument, prasasti, dan juga tembok yang bergambar para pahlawan itu. Tembok yang dibuat untuk mengenang jasa-jasa para mereka, para pahlawan. Karena mereka, saat ini kita tak mengalami harus memanggul senjata untuk melawan penjajah.

Baru kali ini aku mampu mengenang cerita perjuangan yang terjadi tahun 1946 di Bandung dengan penuh hikmah. Karena datang ke Taman Tegallega, aku pun bisa sejenak merenung. Aku sadar, kemerdekaan tidak diraih dengan cara yang mudah tetapi melalui perjuangan keras yang mengorbankan darah, nyawa dan mungkin juga cinta.

Awal Agustus 2021 membuatku menjadi pribadi yang yang harus selalu mengingat sejarah perjuangan bangsa ini. Kendati mungkin masa PPKM ini akan tetap berlangsung pada bulan ini. Namun semua itu takkan menghalangi bangsa ini untuk merayakan HUT RI di tahun ini walaupun tanpa perayaan yang meriah.

Intinya, semangat perjuangan itu harus diwariskan kepada generasi muda agar tidak lupa sejarah dan memotivasi mereka untuk terus berjuang dalam kebaikan bagi negeri ini.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Mengenang Perjuangan Kemerdekaan di Taman Tegallega appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/mengenang-perjuangan-kemerdekaan-di-taman-tegallega/feed/ 0 29790
Ketika Karnaval Peringatan HUT RI Masuk Gang https://telusuri.id/ketika-karnaval-peringatan-hut-ri-masuk-gang/ https://telusuri.id/ketika-karnaval-peringatan-hut-ri-masuk-gang/#respond Thu, 09 Sep 2021 06:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=30418 Kemeriahan HUT RI ke-76 memang sedikit berkurang ketika masih terjadi pemberlakuan PPKM Level 3 di Kota Bandung, namun hal itu tak menyurutkan warga untuk memperingatinya. Karena terjadi pelarangan melakukan karnaval di jalan raya, tentu saja...

The post Ketika Karnaval Peringatan HUT RI Masuk Gang appeared first on TelusuRI.

]]>
Kemeriahan HUT RI ke-76 memang sedikit berkurang ketika masih terjadi pemberlakuan PPKM Level 3 di Kota Bandung, namun hal itu tak menyurutkan warga untuk memperingatinya. Karena terjadi pelarangan melakukan karnaval di jalan raya, tentu saja karnaval masuk gang-lah yang menjadi pilihan. Hal itu muncul karena warga butuh hiburan setelah merasa peringatan HUT RI tahun 2020 terasa hambar walaupun ada lomba-lomba tetapi dilakukan secara terbatas.

Sebenarnya aku dan rekan-rekan panitia HUT RI tingkat RT sedang sibuk mengurusi persiapan lomba-lomba. Sang ketua RT memberitahu jika RT lain mengajak untuk bersama-sama melakukan karnaval. Kataku tak ada salahnya untuk berpartisipasi. Antusias warga masyarakat tak begitu kuat ketika aku menawarkan ke rumah-rumah bagi mereka yang akan mengikuti kegiatan karnaval itu. Kupikir mungkin hanya anak-anak saja yang akan mengikuti kegiatan itu.

Esok harinya seluruh panitia sibuk melaksanakan kegiatan HUT RI di RT kami. Panitia memang sepakat untuk melaksanakan lomba sampai pukul 15.00 WIB karena warga juga akan mengikuti karnaval. Seperti biasa, lomba-lomba pun digelar dengan segala keseruannya. Acara dibuka dengan lomba cerdas cermat tingkat SD yang sudah lama jarang dilaksanakan. Ada juga balap kerupuk, balap karung, balap memasukkan paku ke dalam botol, dan ada lomba giring balon dengan terong. Gang Ciroyom III hari itu benar-benar menyenangkan. 

Tiga orang anak berpose dengan gaya berbeda sebelum karnaval
Tiga orang anak berpose dengan gaya berbeda sebelum karnaval/Deffy Ruspiyandy

Ketika jeda acara lomba. Aku serta warga yang ada disuguhi dengan kenyataan unik yang membuat tersenyum bahkan boleh dikatakan sampai tertawa terpingkal-pingkal. Apa sesungguhnya yang menjadi kehebohan? Anak-anak memakai pakaian dengan beragam corak, bahkan ada anak yang sengaja dihias menjadi tuyul. Yang paling unik dan membuat tertawa adalah ketika sebagian laki-laki malah bertingkah sebagai perempuan dengan gaya khas dan itu membuat warga tertawa ketika melihatnya. Sungguh sebuah hiburan tak terduga yang membuat bahagia warga saat itu.

Jelas tak pernah terduga sebelumnya. Jika satu hari sebelumnya warga tak begitu antusias mengikuti karnaval, ternyata hari itu warga yang mau ikut karnaval lumayan banyak khususnya ibu-ibu yang ingin mendampingi anak-anaknya. Beruntung koordinator karnaval di RT-ku bisa mengatur secara baik sehingga kontingen karnaval itu bisa diatur sedemikian rupa. Maka setelah siap, rombongan itu diberangkatkan untuk bergabung dengan rombongan dari RT lain yang diiringi dengan musik dangdut.

Peserta karnaval wanita yang antusias pada momentum tersebut
Peserta karnaval wanita yang antusias pada momentum tersebut/Deffy Ruspiyandy

Warga yang tidak mengikuti kegiatan karnaval menyaksikan arak-arakan ini dari dalam gang. Saat itu kau membayangkan akan mengularnya seperti apa peserta karnaval tersebut. Aku sendiri sudah takjub dengan banyaknya peserta karnaval RT-ku yang begitu mengular maka dapat kubayangkan jika digabung dengan RT-RT lain maka rombongan akan semakin panjang.

Tatkala menunggu kedatangan peserta karnaval, banyak aktivitas yang dilakukan oleh warga. Mereka ada yang sengaja menyapu jalan karena banyak sampah ketika kegiatan lomba dilaksanakan, ada juga yang sengaja mengobrol sambil duduk-duduk, ada yang menyeduh kopi lalu menikmatinya bahkan ada yang tidur-tiduran di bangku mungkin karena merasa kecapekan setelah menjadi panitia lomba. Namun mereka tetap antusias menunggu kedatangan peserta karnaval..

Kurang lebih 30 menit lamanya aku dan warga lain menunggu kedatangan peserta karnaval itu. Tampak sekali warga sangat butuh hiburan. Anak-anak, remaja, dewasa bahkan mereka yang sudah disebut kakek dan nenek saja hadir ingin menyaksikan kegiatan itu. Betul saja, keramaian semakin memuncak ketika terdengar iringan musik yang terdengar keras. Tak lama arak-arakan itu muncul. Gang yang lebarnya sekitar 2 meter itu menjadi lautan manusia yang jelas membuat sesak mereka yang berada di dalamnya. Namun mereka tak mempedulikan itu. Semuanya Bahagia dan tak terlihat rasa cemas id wajah mereka. Ada yang berjoget ada pula yang sekedar berjalan saja.

Kontingen karnaval perwakilan sebuah RT
Kontingen karnaval perwakilan sebuah RT/Deffy Ruspiyandy

Arak-arakan yang memanjang hampir 100 meter itu semakin menarik ketika menampilkan peserta dengan kostum yang berbeda-beda. Ada yang sengaja membawa roda dengan terisi bayi besar sambal menyedot botol susu yang diperankan oleh orang dewasa. Ibu-ibu yang sengaja memakai seragam merah putih. Beberapa anak memakai seragam ulama, seragam polisi, tentara bahkan ada pula yang memakai pakaian yang terbuat dari karung goni. Semuanya berbaur menjadi satu dan semakin meramaikan suasana saat itu. Saat itu mereka semua bergembira dan senang walaupun mereka harus berdesak-desakkan.

Ternyata arak-arakan dengan begitu banyak orang membuat para peserta yang baru setengah jalan harus mundur dari kegiatan tersebut. Alasannya karena rupanya walaupun jaraknya dekat ternyata cukup menguras tenaga ketika ada banyak orang disekitarnya. Juga mereka yang tak melanjutkan arak-arakan karena merasa panas dan juga sedikit terasa sesak nafas. Namun yang masih kuat tetap meneruskan karnaval itu. Karena begitu panjangnya arak-arakan maka terjadi pula kemacetan yang mengular Panjang hingga melewati gang itu hampir dua puluh menit lamanya apalagi peserta karnaval di belakang malah berjoget-joget dengan lagu dangdut yang diputar.

Tentu saja momen ini sangat menghibur warga yang dilewati oleh peserta karnaval tadi. Tentu saja hal ini menciptakan kerumunan namun aku bersyukur tak terjadi apa-apa karena kudengar mereka yang mengikuti karnaval sehat semua. Dengan adanya kegiatan karnaval ini membuat acara lomba pukul balon bagi anak-anak di RT kami akhirnya urung dilaksanakan dan salah seorang peserta karnaval anak-anak di daerahku ternyata handphone miliknya hilang mungkin karena jatuh hingga sampai malam pun barang tersebut belum berhasil ditemukan.

Tetapi kejadian itu tak mengurangi kegembiraan semua orang dengan adanya acara karnaval masuk gang itu. Sebuah hiburan gratis yang mungkin selama ini sulit didapatkan. Semoga saja untuk peringatan HUT RI tahun depan acaranya semakin marak dan mudah-mudahan negeri ini sudah merdeka dari COVID 19. Kita berdoa, semoga hal itu benar-benar terwujud dan kita bisa melaksanakan kehidupan secara normal di masa adaptasi kebiasaan baru pada tahun 2022.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Ketika Karnaval Peringatan HUT RI Masuk Gang appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/ketika-karnaval-peringatan-hut-ri-masuk-gang/feed/ 0 30418
Sekumpulan Cerita dari Panti, Restoran, dan Kafe https://telusuri.id/cerita-dari-panti-restoran-dan-kafe/ https://telusuri.id/cerita-dari-panti-restoran-dan-kafe/#respond Mon, 06 Sep 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=29726 Masa pandemi menyebabkan siapapun menjadi terbatasi untuk pergi ke sebuah tempat, termasuk aku sendiri. Tetapi tentu saja ada celah dan kesempatan yang sesungguhnya bisa digunakan olehku untuk berkunjung ke tempat yang dituju. Tentu saja hal...

The post Sekumpulan Cerita dari Panti, Restoran, dan Kafe appeared first on TelusuRI.

]]>
Masa pandemi menyebabkan siapapun menjadi terbatasi untuk pergi ke sebuah tempat, termasuk aku sendiri. Tetapi tentu saja ada celah dan kesempatan yang sesungguhnya bisa digunakan olehku untuk berkunjung ke tempat yang dituju. Tentu saja hal itu dapat dilakukan namun dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang ketat agar tidak terpapar COVID-19.  Kesempatan mengunjungi tempat-tempat tertentu itu akhirnya dapat aku rasakan juga.

Mengunjungi panti asuhan, pergi ke restoran, dan berangkat bersama rekan atau saudara ke kafe menjadi pengalaman yang “mahal”. Tentu saja, apa yang terasa di hatiku jauh dari pengalaman yang sebelumnya telah dialami. Sebenarnya peristiwanya begitu-begitu saja. Namun karena di masa pandemi yang ada pembatasan, maka momentum semacam itu menjadi lain kurasakan karena menjadi lain dari biasanya. Setidaknya saat mau masuk diperiksa menggunakan thermo gun, disuruh mencuci tangan dan diminta pula duduk agak renggang. Semua tetap diikuti karena sudah menjadi ketentuan yang tak terbantahkan saat ini.

Kesempatan pertama bisa aku kunjungi dengan rekan-rekan adalah sebuah panti asuhan yang tidak jauh dari tempat tinggalku. Itu semua adalah inisiatif dari rekan-rekanku yang ingin berbagi dengan orang lain. Selama ini memang pembagian bantuan itu dalam dua tahun terakhir diberikan kepada warga sekitar di rumah. Namun Ramadan tahun ini justru ingin dibagikan kepada anak-anak yatim piatu. Mereka mempercayakan aku untuk mencari panti asuhan yang cocok untuk diberi bantuan. Bahkan rekan-rekanku justru baru mengetahui ada panti asuhan yang tak jauh dari kehidupan mereka.

Mereka datang ke sana dengan mengendarai mobil berisi bantuan, ada juga yang mengendarai motor karena mobil penuh. Mayoritas dari mereka adalah anak-anak muda.  Aku sendiri yang termasuk tua, hampir berusia 50 tahun. Meski sudah menikah tetapi aku tetap merasa muda bila bersama dengan mereka. Ternyata mengasyikkan juga kalau kumpul-kumpul dengan mereka hingga aku teringat dengan masa mudaku.

Bingkisan yang diberikan ke Panti Asuhan
Bingkisan yang diberikan ke Panti Asuhan/Deffy Ruspiyandy

Ketika aku dan rekan sampai di panti, ibu pengasuh sekaligus menjadi pimpinan di panti itu bercerita dengan beratnya perjuangan dirinya setelah ditinggal suaminya untuk bisa mengurus banyak anak yatim piatu serta mencarikan dana untuk kebutuhan mereka. Tetapi dia tak pernah mengeluh dan meminta-minta. Rupanya rezeki anak-anak itu tetap melimpah dan mereka tak kekurangan makanan. Adanya bantuan tersebut membuat ibu tersebut haru karena selama bulan suci itu banyak anak muda yang peduli kepada pantinya.

Bantuan pun diserahkan kepada ibu pengasuh tersebut. Secara jumlah semuanya dua juta rupiah namun kami serahkan dalam bentuk sembako dan makanan lainnya. Aku merasakan bahagia ketika bantuan itu telah sampai kepada mereka yang membutuhkannya. Tak begitu lama aku dan rekan-rekan segera pergi meninggalkan panti dan menuju ke sebuah rumah makan Sunda yang terletak di Kota Bandung, kami berbuka puasa di sana. Selepas membatalkan puasa ketika adzan Maghrib berkumandang, kami salat berjamaah lalu menikmati makan khas Sunda. Makanan ini membuat kenyang perut semua orang yang hadir di restoran ini. Hal ini kemudian kuanggap kesempatan kedua semuanya bisa berkumpul.

Kesempatan ketiga adalah mengunjungi kafe untuk menikmati kopi. Sayang setelah berbuka aku tak sempat mengikuti perjalan rekan-rekanku menuju kafe di kawasan Kota Cimahi karena ada hal yang harus aku kerjakan malam itu. Namun saat malam takbiran karena memang ada kesempatan, maka setelah menunaikan salat Isya, aku dan rekan-rekanku kemudian pergi menuju sebuah kafe di kawasan Kota Bandung bagian utara dengan menggunakan motor.

Menikmati Suasana Malam di Kafe di Kawasan Bandung sebelah Utara
Menikmati suasana malam di sebuah kafe di Bandung sebelah utara/Deffy Ruspiyandy

Tak disangka, malam itu di kafe kulihat ramai sekali.. Agar memiliki cerita yang asyik maka kami memilih area outdoor untuk menikmati kopi yang dipesan. Angin pun terasa menerpa pori-pori kulit, namun yang lebih kurasakan adalah—dari semua yang hadir terlihat jelas asyik dengan semuanya dan bahagia menikmati momentum tersebut.

Tentu saja, gelak tawa begitu terdengar. Sesekali pengelola kafe memanggil nama untuk bisa memberikan pesanan kepada kami. Jelas tak ada beban saat itu kurasakan, apalagi dengan menikmati segelas kopi dan sepiring olahan pisang manis. Suasananya semakin mengasyikkan. Yang lebih asyik lagi, semuanya gratis alias tidak bayar. Keriuhan berlanjut sampai akhirnya kami memutuskan pulang karena esok harus melaksanakan salat Idul Fitri.

Berkumpul di Kafe di kawasan Antapani, Kota Bandung
Berkumpul di kafe kawasan Antapani/Deffy Ruspiyandy

Selepas lebaran pun aku kembali mendapatkan kesempatan mengunjungi kafe yang tak lain pemiliknya adalah masih saudara di kawasan Antapani, Kota bandung. Kafenya kecil, namun ternyata asyik untuk tempat nongkrong. Menikmati segelas kopi di kafe ini terbilang murah. Meski begitu, pendapatan kafe ini terbilang lumayan dan bisa menutup biaya operasional serta memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah.

Lelaki itu bernama Anwar, ia bercerita ketika PSBB tahun 2020 diberlakukan, ia sempat kelimpungan karena sudah membeli bahan untuk beragam kopi. Betul saat itu yang dirasakannya adalah kepanikan tetapi kemudian muncul ide untuk membagikan kopi yang sudah diseduh dalam kemasan kepada para tenaga kesehatan di Kota bandung.

Tadinya ia menjanjikan 1000 cup tetapi yang mampu dipenuhinya hanya 800 cup dan itu pun tidak semua Puskesmas di Kota Bandung kebagian. “Benar kalau secara hitungan bisnis merugi. Namun saya mendapatkan kepuasan batin karena bisa berbagi dengan tenaga kesehatan sehingga kopi-kopi itu termanfaatkan secara baik,” terangnya pada kesempatan itu.

Bagiku, sesekali memang perlu menghibur diri saat pandemi dengan protokol kesehatan yang ketat demi keselamatan diri juga. Namun begitu, semasa corona pun rupanya menyimpan cerita-cerita yang indah dan berkesan dalam hati. Pengalaman itu membuat aku semakin yakin jika hari-hari ke depan pun akan indah seiring pandemi berakhir dan kita semua bisa menjalankan aktivitas itu tanpa ada rasa takut yang menghinggapi.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Sekumpulan Cerita dari Panti, Restoran, dan Kafe appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/cerita-dari-panti-restoran-dan-kafe/feed/ 0 29726
Indahnya Kebersamaan dalam Gang Kala Pandemi https://telusuri.id/indahnya-kebersamaan-dalam-gang-kala-pandemi/ https://telusuri.id/indahnya-kebersamaan-dalam-gang-kala-pandemi/#respond Wed, 11 Aug 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=29639 Pandemi  telah menimpa negeri ini, termasuk di daerahku. Dampaknya sangat terasa terhadap  semua yang ada. Banyak karyawan dan pelajar melakukan WFH serta belajar daring. Sopir angkot mengeluh tak ada penumpang hingga penghasilannya berkurang dan pedagang...

The post Indahnya Kebersamaan dalam Gang Kala Pandemi appeared first on TelusuRI.

]]>
Pandemi  telah menimpa negeri ini, termasuk di daerahku. Dampaknya sangat terasa terhadap  semua yang ada. Banyak karyawan dan pelajar melakukan WFH serta belajar daring. Sopir angkot mengeluh tak ada penumpang hingga penghasilannya berkurang dan pedagang pun merasa berjualan seperti formalitas belaka tetapi keuntungan yang didapat jauh dari harapan. Aku yang melihat kenyataan itu cukup miris tetapi tak bisa kusangkal karena semuanya proses demi menyelamatkan orang-orang untuk tidak menjadi korban COVID-19.

Bukan saja aku, warga lain pun terlihat panik dan terpukul dengan kenyataan yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Tetapi semua itu tak bisa dihadapi dengan cara mengeluh. Kami harus mencari cara, berusaha menggunakan segala kemampuan yang dimiliki untuk melakukan sesuatu yang paling mudah agar bisa bertahan. Harus diakui, mencari solusi sendirian tak mudah. Namun jika dilakukan secara bersama, maka perlahan tapi pasti membuahkan solusi yang bermanfaat.

Itu semua realita dan harus dihadapi. Benar, pemerintah tak berpangku tangan dan telah berusaha mengatasi persoalan yang ada. Namun kita pun tak bisa menutup mata jika ada hal-hal kecil di lapangan yang tak tersentuh. Tentunya kita tak mesti menyalahkan pihak manapun. Tetapi kemudian aku tersadarkan, ini adalah momentum kebersamaan agar bisa keluar dari masalah yang terjadi karena pandemi.

Kita memang terbatasi dengan keadaan dan kemampuan, tetapi semua itu sengaja harus dibuang jauh-jauh agar mampu bergandeng tangan untuk bisa memberi yang terbaik kepada masyarakat.

Penyemprotan Disinfektan ke rumah warga agar aman dari virus corona
Penyemprotan Disinfektan ke rumah warga agar aman dari virus corona/Deffy Ruspiyandy

Awal-awal pandemi ini (sekitar Maret, 2020) aktivitas masyarakat terbatas sehingga tak bisa keluar daerah begitu saja. Gerbang masuk gang sengaja ditutup hingga warga pun harus berputar mencari jalan jika ingin bepergian. Dan itu berlangsung tiga bulan lamanya. Tidak sembarang orang bisa masuk kawasan komplek. Begitu pula para pedagang yang berjualan. Jika ingin berjualan, pedagang harus memakai masker. Jika tidak memakai masker, kami sebagai warga menyediakan masker untuk mereka. Semuanya dilakukan karena semua harus mengikuti protokol kesehatan sesuai arahan dari pemerintah.

Pembagian masker kepada warga untuk menyukseskan pelaksanaan protokol kesehatan
Pembagian masker kepada warga untuk menyukseskan pelaksanaan protokol kesehatan/Deffy Ruspiyandy

Wilayah kami, Gang Ciroyom III, berdekatan sekali dengan kawasan Pasar Ciroyom. Tak mengherankan, dengan adanya penutupan gang ini menjadi kebiasaan yang sesungguhnya memberatkan para pedagang. Namun pada akhirnya penutup gang akhirnya digantikan dengan pintu gerbang yang terbuat dari besi. Kemudian aku dan rekan-rekan warga menyediakan tempat cuci tangan dua buah. Tentu saja semua ini dilakukan dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat. 

Penyediaan masker pun menjadi kisah unik. Awalnya aku dan seorang rekan berpatungan uang masing-masing sepuluh ribu rupiah untuk memancing warga lain. Lalu terkumpul uang sembilan puluh ribu rupiah. Kupikir uang segitu takkan cukup untuk memenuhi kebutuhan masker bagi warga satu RT. Akhirnya aku punya inisiatif membagikan kebutuhan masker ini ke beberapa rekan. Aku bersyukur karena masker yang terkumpul mencapai 500 buah dan bisa kami bagikan kepada warga saat awal Ramadan 2020. Sementara uang yang dikumpulkan tadi hanya terpakai dua puluh lima ribu rupiah. Itu pun hanya untuk ongkos ojol saja. Di kemudian hari, bantuan masker bertambah sampai seribu buah.

Penutup gang yang membuat warga tak bisa melewatinya (2020)
Penutup gang yang membuat warga tak bisa melewatinya/Deffy Ruspiyandy

Seringkali begitu ada problem terkait COVID-19 ini semuanya terkondisikan dalam sebuah gang. Sadar tidak sadar, kebersamaan pun tercipta yang dipicu oleh keadaan. Tentu saja hal itu tidak tercipta dengan sendirinya melainkan dipicu para inisiator-inisiator yang ingin memberikan sesuatu dan mampu berbuat untuk warga masyarakat.

Bukan sekedar itu, tetapi tugas yang cukup berat adalah mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak karena tidak semua masyarakat memahami dan mau mengikuti protokol kesehatan ini. Tak heran jika ada dari mereka yang lalai memakai masker dan mesti diingatkan. Mereka seringkali lupa cuci tangan dan tidak jaga jarak.

Rupanya pandemi juga menimbulkan masalah di kalangan masyarakat itu sendiri tatkala bantuan dari pemerintah belum tiba. Masyarakat mulai resah saat dilakukan PSBB. Aku tak menganggapnya biasa karena semua itu terkait urusan perut. Mereka dibatasi untuk bergerak, tetapi saat itu belum ada jaminan bantuan yang bisa membantu kesulitan mereka.

Saat itu kuyakinkan bersama rekan-rekan jika bantuan akan datang pada waktunya. Beruntung pihak RW pada awal PSBB memberikan bantuan beras, mie instan, dan minyak goreng sehingga membuat tenang sebagian masyarakat. Tetapi aku dan rekan tidak tinggal diam. Kami berusaha mencarikan bantuan lain untuk warga. Jelang lebaran tahun 2020, usaha kami membuahkan hasil. Aku sungguh bersyukur karena warga mendapatkan bantuan sekitar lima kali, ditambah bantuan dari pemerintah tadi.

Ternyata pandemi tak berakhir dalam waktu singkat. Oleh sebab itu haruslah ada usaha untuk saling menguatkan. Kulihat warga yang ada tidak sepanik dulu walau jelas kesulitan-kesulitan tak bisa dipungkiri menghinggapi mereka. Aku sangat menyadari, kebersamaan yang terbangun sejak saat itu kalaupun bila dikatakan optimal tetapi buahnya mulai dapat dirasakan. Manisnya kebersamaan mulai terasa hingga selalu memunculkan solusi walaupun tak bisa dipungkiri pula masih ada pula warga lain yang tak begitu antusias di dalam membangun kebersamaan ini. Tetapi aku dan rekan-rekan mengakui bahwa semua itu tak semudah membalikkan telapak tangan.

Kami bersyukur bahwa RT yang dihuni lima ratus jiwa lebih ini selama satu tahun lebih, hanya satu orang yang terpapar COVID-19. Itupun bukan warga asli sini, melainkan pendatang. Tetapi hal itu tak mengurangi kewaspadaan kami dalam berjuang melawan pandemi, agar tidak ada warga yang terpapar. Aku semakin paham dengan bersatu maka semuanya akan kuat dan dengan bersama akan banyak mengundang solusi bagi masalah yang terjadi. Aku, rekan-rekan dan juga warga berharap pandemi ini segera berakhir agar semuanya bisa hidup secara normal.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Indahnya Kebersamaan dalam Gang Kala Pandemi appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/indahnya-kebersamaan-dalam-gang-kala-pandemi/feed/ 0 29639
Menuntut Ilmu saat PPKM Darurat https://telusuri.id/menuntut-ilmu-saat-ppkm-darurat/ https://telusuri.id/menuntut-ilmu-saat-ppkm-darurat/#respond Tue, 10 Aug 2021 14:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=29513 Jika kamu adalah orangtua, bisa jadi selama satu tahun terakhir ini kamu menjadi saksi anak-anak belajar di ruang sunyi. Mereka hanya ditemani oleh sebuah ponsel yang jadi navigator bagaimana harus mengerjakan tugas pada hari itu....

The post Menuntut Ilmu saat PPKM Darurat appeared first on TelusuRI.

]]>
Jika kamu adalah orangtua, bisa jadi selama satu tahun terakhir ini kamu menjadi saksi anak-anak belajar di ruang sunyi. Mereka hanya ditemani oleh sebuah ponsel yang jadi navigator bagaimana harus mengerjakan tugas pada hari itu. Mereka hanyut dalam sepi dan sibuk menuntaskan pelajaran demi nilai dan tak ketertinggalan pelajaran yang bisa membuatnya menjadi sibuk dibanding hari-hari sebelumnya.

Hari-hari mereka tanpa teman dan kala itu ternyata mau tak mau harus mengedepankan ego, kecuali yang belajar dibimbing orang tuanya anak-anak SD. Tentu, semua itu bukan mereka yang mau, namun keadaan yang memaksa harus begitu.

Bukan hal yang mengasyikkan bagi anak-anak kita, namun itulah yang harus mereka terima. Hal yang tak pernah mereka pikirkan sebelumnya ternyata menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupannya.

anak SD belajar dengan menggunakan gadgetnya 2
Anak SD belajar dengan menggunakan gawai/Deffy Ruspiyandy

Belajar daring atau dalam jaringan tentu bukan hal yang nyaman bagi sebagian pelajar, entah itu pelajar SD, SMP, SMA, maupun mahasiswa. Setuju atau tidak, semua pelajar mesti menerima kenyataan pahit belajar di rumah dengan arahan yang terkadang tak mampu disimak secara baik, kendati ada Zoom Meeting. Karenanya, hanya anak-anak yang bermental baja dan pembelajar saja yang mungkin bisa mengubah kenyataan ini menjadi sebuah hal lumrah untuk dilakukan.

Tanpa ada teman, tanpa ada guru. Apa yang terlihat di layar tak sepenuhnya mengasyikkan hingga tentu saja mengerjakan tugas-tugas dengan cara sendiri lebih asyik dilakoni setiap hari. Sungguh menjenuhkan  tapi tak ada pilihan lain yang mesti dihadapi. 

Ketika sedang belajar daring, sesekali mereka rehat untuk bermain game atau sekedar nonton video di aplikasi TikTok. Bagi mereka, itu kebebasan yang takkan ada yang bisa melarang.

Jelas di sini kita tak bisa membahas lagi tentang apa itu kedisiplinan karena hal ini adalah nomor kesekian. Dua hal penting bagi anak-anak yang sekolah daring yakni, presesi dan mengerjakan tugas dari guru.

Tak jarang, saya dengar rekan-rekan guru curhat bahwa mereka sulit menerapkan kedisiplinan terhadap siswa didik karena siswa sering mengerjakan tugas pada malam hari. Pada akhirnya, guru harus meluangkan waktu ekstra untuk mendampingi dan mengoreksi tugas yang diberikan.

Tentu saja, perubahan yang terjadi telah membuat sebagian besar anak didik menganggap jika belajar di rumah jelas lebih longgar dibanding belajar di sekolah. Sebuah realita yang tak terbantahkan.

Kalaulah menjadi penulis, penyair, pelukis, dan kreator lainnya, ruang sunyi adalah keniscayaan yang tak terbantahkan untuk menghasilkan karya-karya besar. Tapi apa yang dialami anak-anak yang kini berstatus pelajar? Ruang sunyi bukanlah hal yang mengasyikkan malah telah banyak membuat mereka jenuh. Justru anak-anak yang merasa asyik belajar dalam sunyi untuk bisa meraih nilai yang baik, suasana seperti ini jelas menguntungkan mereka. Mereka yang tidak terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya jelas akan fokus dalam belajar. Anak-anak yang berpikiran seperti ini jelas mereka yang akan mampu belajar daring karena mereka tahu tugas mereka belajar, apapun kondisinya, mau belajar di sekolah atau di rumah, toh mereka tetap harus belajar. 

Tak kupungkiri, anak-anak kita sebenarnya jenuh menghadapi kenyataan seperti itu. Tapi apalagi yang bisa mereka tunjukkan sebagai kebanggaan selain belajar dengan baik. Benar memang, secara intelektual mereka yang asyik belajar dalam ruang sunyi akan terasah dan memiliki kemampuan tersendiri di dalam mengatasi persoalan belajar yang dilakukan secara mandiri. Tentu saja ini modal mereka yang tekun dan mau memanfaatkan momentum belajar daring karena mereka menjadi terlatih belajar tanpa bantuan guru, terserah mereka yang sekolah di negeri atau sekolah swasta.

Mereka sedikit berdebar ketika harus melakukan ujian tengah semester atau ujian akhir semester. Tentu saja untuk menuntaskan jawaban-jawaban yang menjadi soal ujian tidak sepenuhnya bisa menyontek dari bahan ajar yang pernah dipelajarinya. Tentu saja di sini pun mereka belajar tentang kejujuran karena walau bagaimanapun kejujuran memiliki peranan penting untuk kemajuan belajar.

Beruntung anak-anak kita selalu mengedepankan hal itu. Sungguh jika mereka menyontek maka akan rugi besar, nilai boleh besar tapi diraih dengan cara curang. Anak-anak itu telah belajar hal itu sejak kecil.

Ketika mereka telah selesai melaksanakan ujian pada akhirnya mereka mendapatkan selembar raport yang dikirim secara daring juga. Raut wajah kedua anak-anak kita gembira menerima kenyataan itu karena lelah mereka terbayar dengan nilai-nilai baik yang mereka dapatkan. Tentu saja selama satu tahun terakhir, jelas semua itu menguras tenaga dan pikiran mereka. Sementara kita melihat kali ini corona bukannya surut tapi makin menggila.

Rasanya pesimis jika bulan-bulan dekat ini sekolah akan segera dibuka.

Jelas banyak anak-anak yang tertinggal dalam proses pembelajaran ini, namun kemudian timbul pertanyaan, apakah akan mengutamakan keselamatan anak didik dengan tetap belajar di rumah atau belajar di sekolah tetapi ada kemungkinan anak-anak terpapar corona? Gamang juga akhirnya kita.

Saat ini anak-anak kita sedang menikmati masa liburannya. Sewaktu PPKM Darurat  diberlakukan jelas mereka tak bisa ke mana-mana. Mereka hanya bisa menikmati liburan di rumah saja dan paling ngusilin adik-adik mereka. Kita kadang berpikir sampai kapan anak-anak kita harus selalu belajar di ruang sunyi. Bukankah hal itu akan membuat mereka jenuh dan tak bisa bersosialisasi dengan teman sebayanya. Tapi sudahlah tak perlu diperdebatkan kita manut saja kepada Pemerintah. Belajar, bekerja dan beribadah dari rumah saja.

Aku dan juga banyak para orangtua yang berkeinginan agar anak-anaknya bisa kembali bersekolah. Tapi saatnya belum tepat anak-anak kita. Tenaga kesehatan masih berjibaku menyelamatkan para pasien yang terpapar COVID-19 dengan varian baru.

Sudahlah, kalian kembali saja belajar di ruang sunyi karena tugas kalian memang belajar.  Raihlah prestasi sebaik mungkin sampai kondisinya menjadi normal dan kalian bisa kembali bersekolah bersama teman-teman.

Kapan itu?

Ketika saatnya telah tiba.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menuntut Ilmu saat PPKM Darurat appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menuntut-ilmu-saat-ppkm-darurat/feed/ 0 29513
PPKM Darurat: Jalan Sepi, Pasar Tetap Ramai https://telusuri.id/sepi-di-jalanan-tetapi-pasar-tetap-ramai-saat-ppkm/ https://telusuri.id/sepi-di-jalanan-tetapi-pasar-tetap-ramai-saat-ppkm/#respond Wed, 04 Aug 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=29445 Hampir dua minggu ini kotaku jelas sepi. Kendati aktivitas orang-orang masih berseliweran mengendarai kendaraan dengan beragam kepentingan yang ada. Namun begitu, volume kendaraan yang ada tak sebanyak hari-hari sebelumnya. Semuanya nyaris tinggal di rumah. Penjual...

The post PPKM Darurat: Jalan Sepi, Pasar Tetap Ramai appeared first on TelusuRI.

]]>
Hampir dua minggu ini kotaku jelas sepi. Kendati aktivitas orang-orang masih berseliweran mengendarai kendaraan dengan beragam kepentingan yang ada. Namun begitu, volume kendaraan yang ada tak sebanyak hari-hari sebelumnya. Semuanya nyaris tinggal di rumah. Penjual makanan dan minuman tak berani untuk berjualan karena saat ini sedang PPKM Darurat.

Jika melanggar tentu saja akan dihukum dengan denda dan mungkin saja bisa mendapatkan kurungan. Sebagian toko ada yang tutup ada pula yang buka tetapi mereka pun malu-malu kalau buka sepenuhnya karena bisa menjadi bahan sorotan dari petugas yang hilir mudik mengawasi penerapan PPKM Darurat di berbagai tempat.

Sebenarnya aku sedih sekali melihat jalanan yang begitu lengang. Bandung itu kota yang menyenangkan hati, tetapi kali ini memang seharusnya mesti sepi. Ragam aktivitas orang-orang setidaknya harus bisa berkurang hingga 30% dari biasanya. Syukur-syukur bisa lebih supaya dianggap efektif untuk meredam penyebaran corona.

Sepi kali ini bukan sepi yang menakutkan. Sepi kali ini supaya orang-orang terhindar dari COVID-19. Apalagi tingkat hunian rumah sakit kini melonjak tajam, banyak banyak pasien yang harus dirawat. Sebuah realita yang begitu memprihatinkan.

Sebenarnya, jika tak terlalu penting-penting amat, aku malas untuk keluar rumah. Namun karena ada yang harus meminta bantuanku untuk masuk sekolah, maka aku beranjak keluar rumah.

Aku sesungguhnya lebih suka diam di rumah nonton kanal YouTube. Membaca buku atau surat kabar, mendengarkan musik atau yang mengasyikkan berkumpul dengan keluargaku sembari mendukung program pemerintah yang digencarkan untuk bekerja, belajar dan beribadah di rumah. Bukan aku banyak uang dan memiliki tabungan, tetapi sebagai mahluk hidup aku yakin Tuhan telah menjamin rezeki bagiku.

Suasana sebuah pasar saat pagi mulai beranjak
Suasana sebuah pasar saat pagi mulai beranjak/Deffy Ruspiyandy

Namun, hal berbeda terlihat saat aku melewati sebuah pasar. Rasa sepi itu tak tergambarkan sama sekali. Yang ada justru transaksi jual beli berjalan dengan cukup hangat. Bahkan terkadang social distancing tak berjalan sebagaimana mestinya. Tak hanya itu, banyak dari mereka tidak mengenakan masker.

Pasar memang tidak ditutup total selama PPKM. Hanya dibatasi waktu dan jumlah pengunjungnya saja karena termasuk dalam sektor kritikal. Setidaknya dengan tetap dibukanya pasar, roda ekonomi terus berputar meski lambat.

Pasar yang ramai ini membuat saya tertegun, seolah-olah keadaan berjalanan seperti biasa dan tak ada tanda-tanda corona hadir di sana. Tentu, karena aku sempat mendengar dan melihat beberapa pasar harus tutup karena penjual dan pembeli terpapar virus corona. Padahal, tentu jika ada orang yang terpapar corona datang ke sini—atau ke pasar lain— tanpa menerapkan protokol kesehatan, bukan mustahil orang lain akan tertular. Namun, pikiran tersebut kemudian kubuang jauh-jauh.

Ku doakan, semoga saja para penjual pembeli yang setiap hari bertemu semuanya selalu sehat dan diberi antibodi yang kuat agar tidak terpapar COVID-19.

Seorang pedagang tengah sibuk membereskan barang jualannya
Seorang pedagang tengah sibuk membereskan barang jualannya/Deffy Ruspiyandy

Jelas tak salah jika aku mengkhawatirkan hal itu karena pasar didatangi orang-orang dari berbagai tempat yang berbeda. Persoalannya bukan dari mana mereka datang melainkan yang jadi pertanyaan apakah mereka yang datang itu dipastikan benar-benar sehat dan tidak terpapar COVID-19? Namun mungkin yang paling penting sesungguhnya adalah bagaimana mereka semua tetap mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Tetapi yang kulihat ada sebagian dari penjual dan pembeli yang lalai terhadap hal ini. Seringkali begitu diingatkan, mereka tak peduli. Aku tak bisa memaksanya, tapi aku merasa sadar diri untuk mengingatkan mereka. Demi kesehatan orang banyak.

Harus diakui pula, pasar merupakan tempat yang menyenangkan dan mengasyikkan. Orang-orang yang datang ke pasar ternyata tidak hanya berbelanja kebutuhan sehari-hari. Bisa jadi mereka refreshing dari kepenatan dan rasa kesal setelah beberapa hari tinggal di rumah. Wisata belanja sungguh mengasyikkan walaupun harus menguras isi dompet.

Keadaan pasar tumpah sedikit lengang setelah sebagian telah pulang
Keadaan pasar tumpah sedikit lengang setelah sebagian telah pulang/Deffy Ruspiyandy

Tak bisa dipungkiri, pasar menjadi sentral aktivitas ekonomi masyarakat. Selain ada yang mencari keuntungan juga ada yang mencari barang kebutuhan pokok untuk kebutuhan sehari-hari. Sekali lagi, jika memang ingin beraktivitas jual beli di pasar, baiknya tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Menjadi hal unik karena selama satu tahun terakhir ini sejak diumumkannya pertama kali pada April 2020, hanya segelintir orang di pasar dekat tempat tinggalku yang terpapar virus corona. Namun, apakah pasar ini relatif aman walaupun bahaya virus tetap selalu mengancam?

Keberadaan pasar tetap dibutuhkan masyarakat untuk kebutuhan sehari-harinya. Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat juga bisa mampu mempertahankan roda ekonomi karena mereka yang berdagang masih bisa mencari nafkah untuk keluarganya. Sekali lagi, apapun kondisinya, yuk jaga pasar agar tetap aman dari corona.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post PPKM Darurat: Jalan Sepi, Pasar Tetap Ramai appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/sepi-di-jalanan-tetapi-pasar-tetap-ramai-saat-ppkm/feed/ 0 29445