Dewie Suwiryo https://telusuri.id/penulis/dewie-suwiryo/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Fri, 04 Dec 2020 02:57:57 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 Dewie Suwiryo https://telusuri.id/penulis/dewie-suwiryo/ 32 32 135956295 Noken Papua yang Serbaguna https://telusuri.id/noken-khas-papua-yang-serba-guna/ https://telusuri.id/noken-khas-papua-yang-serba-guna/#respond Wed, 31 Jan 2018 02:30:42 +0000 https://telusuri.id/?p=6193 Tiap daerah di Indonesia tentu punya kekhasan sendiri-sendiri, baik dari segi adat istiadatnya, pakaiannya, bahasanya, makanannya, dll. Tak terkecuali Papua yang terletak di sisi paling timur Indonesia. Di Papua orang-orang jarang membeli tas—mereka lebih suka...

The post Noken Papua yang Serbaguna appeared first on TelusuRI.

]]>
Tiap daerah di Indonesia tentu punya kekhasan sendiri-sendiri, baik dari segi adat istiadatnya, pakaiannya, bahasanya, makanannya, dll. Tak terkecuali Papua yang terletak di sisi paling timur Indonesia. Di Papua orang-orang jarang membeli tas—mereka lebih suka memakai noken.

Ada yang belum tahu apa itu noken? Orang yang suka traveling seperti kamu pasti sudah tidak asing lagi sama kata itu.

Noken adalah tas rajut khas Papua. Dipakai semua usia dan kalangan, tas rajut ini serbaguna. Ia bisa dibawa ke sekolah, ke kantor, bahkan juga bisa digunakan untuk menggendong anak. Ada juga yang memakainya untuk membawa barang.

noken khas papua

Masyarakat Papua memakai noken warna-warni/Dewie Suwiryo

Secara umum, ada dua jenis noken khas Papua: pertama, noken rajutan yang biasanya terbuat dari benang manila (mama-mama Papua menyebutnya benang manira); kedua, noken dari kulit kayu/akar kayu yang sudah dikeringkan.

Tidak seperti tas biasa yang umumnya hanya punya satu warna atau beberapa warna yang senada, noken khas Papua sangat menyolok dan warna-warni. Kombinasinya bertabrakan, misalnya merah dan hijau; oranye, merah, dan hijau; coklat dan oranye; kuning, biru dan hijau; dll. Kalau sedang di Papua, kamu akan kagum sendiri melihat orang-orang lalu-lalang menyunggi noken aneka warna.

Tapi, warna menyolok ini hanya ada pada noken rajutan saja. Noken kulit kayu biasanya mengikuti warna asli kayu asalnya.

Noken bisa dipakai untuk menggendong anak kecil

“Masa iya noken bisa untuk menggendong anak? Membawa barang-barang juga? Tas macam apa ini?”

Iya, benar. Itulah yang membedakan noken khas Papua dengan tas lain pada umumnya.

Pasti kamu bertanya-tanya, “Lho, noken ini ‘kan kelihatannya rapuh? Kok bisa dipakai untuk menggendong anak dan membawa barang?” Noken ini unik. Ia elastis tapi kuat. Rajutan talinya juga sangat padat. Itulah sebabnya tas rajut ini tahan lama, sampai bertahun-tahun.

Ukurannya tergantung peruntukannya. Noken untuk membawa barang biasanya adalah yang paling besar. Untuk menggendong anak, ukurannya sedikit lebih kecil dibanding noken barang. Yang paling kecil adalah untuk ke sekolah atau ke kantor.

noken khas papua

Menggendong anak dengan noken/Dewie Suwiryo

“Terus, bagaimana caranya menggendong anak dengan noken?” Caranya, sang anak dimasukkan ke dalam noken berukuran besar, kemudian diangkat, lalu talinya ditaruh di kepala. Tak lupa sang anak diselimuti dengan kain supaya tidak kepanasan. Kalau masih ada noken lain yang perlu diangkut, tinggal disangkutkan lagi di kepala, di atas noken untuk mengangkut anak.

Kalau yang dibawa barang atau sayuran, cara packing-nya lebih praktis lagi. Kamu cukup memasukkan semua barang yang perlu diangkut tanpa susah payah mengatur posisinya. Secara otomatis, tas rajut itu akan menyesuaikan ukurannya dengan volume barang yang dibawa. Setelah semuanya masuk, tinggal sangkutkan talinya ke kepala.

Cara membuat noken

Noken khas Papua ini dibuat secara manual oleh mama-mama sambil menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

Dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran untuk merajut noken. Prosesnya pun lumayan panjang. Untuk membuat noken benang manila, misalnya. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memindahkan benang dengan cara menggulungnya di kayu atau botol, kemudian mengurutkan sesuai warna yang diinginkan.

Setelah itu barulah proses merajut dimulai. Biasanya dimulai dari atas, yaitu bagian tali yang rajutannya padat dan kuat. Semakin ke bawah, rajutannya akan semakin melonggar.

noken khas papua

Memakai noken ke sekolah/Dewie Suwiryo

Proses pembuatan noken kulit kayu lain lagi. Kulit kayu yang diambil dari pohon sagu kemudian dikeringkan. Tahap selanjutnya, kulit kayu dipotong sesuai ukuran yang dikehendaki. Barulah kemudian kulit kayu itu mulai dirajut. Bentuk noken kulit kayu ini kaku, makanya biasanya hanya dipakai untuk sekolah, kerja, atau acara adat.

Bagaimana dengan noken khas Papua yang terbuat dari akar? Nah, kalau yang terakhir ini bahan bakunya diperoleh dari akar pohon yang sudah merambat ke atas. Dipilih yang kuat, dikeringkan, kemudian baru dirajut. Sama seperti yang terbuat dari kulit kayu, noken jenis ini biasanya hanya dipakai untuk sekolah dan kerja.

Waktu yg dibutuhkan untuk membuat sebuah noken khas Papua berbeda-beda tergantung ukurannya. Noken untuk sekolah dan kerja biasanya bisa selesai dalam waktu 3-5 hari. Sementara noken untuk menggendong anak dan membawa barang umumnya diselesaikan dalam waktu antara 10-30 hari.

Jadi kaka ada yang mau pu noken juga kah? Ko buat apa kah dan warna apa e?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Noken Papua yang Serbaguna appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/noken-khas-papua-yang-serba-guna/feed/ 0 6193
Beginilah Kehidupan di Rumah Perahu yang Hilir Mudik di Sorong Selatan https://telusuri.id/kehidupan-di-rumah-perahu-sorong-selatan/ https://telusuri.id/kehidupan-di-rumah-perahu-sorong-selatan/#comments Mon, 27 Nov 2017 02:00:34 +0000 http://telusuri.id/?p=3551 Melihat rumah perahu yang hilir mudik di sungai sekitar Distrik Kokoda, Sorong Selatan, kamu pasti bertanya-tanya. Bagaimana kehidupan di rumah perahu? Bagaimana mereka bisa bertahan hidup dalam kondisi seperti itu? Apa yang mereka lakukan jika...

The post Beginilah Kehidupan di Rumah Perahu yang Hilir Mudik di Sorong Selatan appeared first on TelusuRI.

]]>
Melihat rumah perahu yang hilir mudik di sungai sekitar Distrik Kokoda, Sorong Selatan, kamu pasti bertanya-tanya. Bagaimana kehidupan di rumah perahu? Bagaimana mereka bisa bertahan hidup dalam kondisi seperti itu? Apa yang mereka lakukan jika hujan lebat turun? Atau ada badai?

Dengan panjang kira-kira 3-4 meter dan lebar 2 meter, rumah perahu kecil saja. Wujudnya seperti kole-kole (perahu bercadik) yang dilengkapi dinding sepanjang 1-2 meter. Atapnya dari pelepah sagu atau rotan. Maka, jika hujan turun, mereka akan segera ke tepian.

kehidupan di rumah perahu

Sebuah rumah perahu sedang mengarungi sungai/Dewie Suwiryo

Di dalam perahu ada kasur lipat, bantal, selimut, serta perkakas dapur semisal piring, panci, dan tungku kayu. Alat pancing dan berburu juga ada. Tidak mewah memang, namun cukup untuk bertahan.

Kehidupan di rumah perahu, sesekali berhenti di pinggir sungai

Saat penghuni rumah perahu sedang melakukan perjalanan jauh, mereka biasanya akan berhenti di tepian sungai agak lama untuk mencari persediaan makanan. Dalam perjalanan jarak dekat, mereka tetap singgah di tepian, namun hanya sebentar. Bahan makanan yang mereka cari bermacam-macam, dari mulai sagu, pinang, petatas (ubi), kasbi (umbi talas), ikan, sayuran, serta kayu bakar untuk memasak.

Saat-saat menepi ini juga mereka manfaatkan untuk mengecek atap. Kalau ada yang perlu diperbaiki, mereka akan mencari bahannya di hutan. Selain mencari bahan makanan dan memperbaiki perahu, mereka juga melakukan aktivitas lainnya seperti mengambil dan memasak air, mencuci pakaian, dan mencari ikan.

kehidupan di rumah perahu

Rumah perahu sedang menepi/Dewie Suwiryo

Sebelum mencari ikan, mengambil air, dan mencuci, penghuni rumah perahu biasanya melepaskan bagian atas rumah perahunya dan meninggalkannya sejenak di tepian hutan dekat mereka menepi. Setelah bagian atas dilepas, rumah perahu itu berubah jadi kole-kole yang lebih mudah untuk didayung ke mana-mana.

Pembagian tugas dalam keluarga, antara ibu, ayah, dan anak, berbeda-beda tergantung kesepakatan tiap keluarga. Ada keluarga yang memberikan tugas kepada anak untuk menunggui bagian rumah perahu yang dilepas sambil menjaga stok makanan. Sementara, sang ibu dan ayah mengayuh kole-kole untuk mengambil air, mencuci pakaian, dan memancing ikan. Ada pula keluarga yang ayah dan anaknya mencari air dan ikan, sementara ibu mencari bahan makanan di hutan.

kehidupan di rumah perahu

Sedang melakukan aktivitas harian/Dewie Suwiryo

Akan tetapi ada juga keluarga yang tidak memberikan tanggung jawab spesifik pada setiap anggota keluarga dan melakukan semua aktivitas harian secara bersama-sama.

Menjual bahan makanan yang berlebih ke kampung terdekat

Jika bahan makanan yang diperoleh melimpah, mereka akan menjualnya ke kampung terdekat. Sagu, misalnya, bisa dijual dalam keadaan kering atau sudah dibakar. Hasil penjualan itu digunakan untuk membeli bahan makanan yang tak bisa diperoleh di hutan, misalnya minyak goreng, telur, atau rica (cabai).

Jika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya mereka hanya mengandalkan obat tradisional dari dedaunan berkhasiat yang mereka dapat di hutan.

kehidupan di rumah perahu

Sagu yang sudah dikeringkan/Dewie Suwiryo

Sederhana ‘kan cara mereka bertahan hidup? Kehidupan di rumah perahu mengajarkan banyak hal pada kita, yang tinggal di rumah “biasa.” Jika orang-orang rumah perahu saja bisa hidup tenang di atas air yang mengalir, kita juga pasti bisa bahagia tinggal di darat.

Kebahagiaan tak tergantung seberapa besar atau kecilnya rumahmu, namun seberapa bersyukur kamu atas karunia yang sudah diberikan oleh-Nya.

The post Beginilah Kehidupan di Rumah Perahu yang Hilir Mudik di Sorong Selatan appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/kehidupan-di-rumah-perahu-sorong-selatan/feed/ 2 3551
3 Tradisi Balapan Unik yang hanya Ada di Sumbawa https://telusuri.id/3-tradisi-balapan-unik-di-sumbawa/ https://telusuri.id/3-tradisi-balapan-unik-di-sumbawa/#respond Sun, 12 Nov 2017 02:00:33 +0000 http://telusuri.id/?p=3518 Kalau ngomongin Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, pasti yang langsung terpikirkan olehmu adalah Gunung Tambora. Tapi, selain Tambora, Sumbawa juga punya banyak hal lain yang menarik, termasuk tradisi balapan unik. Nggak percaya? Coba deh simak 3...

The post 3 Tradisi Balapan Unik yang hanya Ada di Sumbawa appeared first on TelusuRI.

]]>
Kalau ngomongin Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, pasti yang langsung terpikirkan olehmu adalah Gunung Tambora. Tapi, selain Tambora, Sumbawa juga punya banyak hal lain yang menarik, termasuk tradisi balapan unik. Nggak percaya? Coba deh simak 3 tradisi balapan unik di Pulau Sumbawa ini:

1. “Barapan kebo” alias karapan kerbau

tradisi balapan unik di sumbawa
Persiapan sebelum “barapan kebo”/Dewie Suwiryo

Barapan kebo (karapan kerbau) adalah hobi yang sudah turun temurun dilakukan orang Sumbawa dari zaman nenek moyang. Karapan ini biasanya diadakan sekali seminggu, pada hari Minggu, di tempat-tempat berbeda yang dipilih oleh panitia. Namun, biasanya karapan kerbau diselenggarakan di Lapangan Srading (Kab. Sumbawa), di Lapangan Srangin (Taliwang, Sumbawa Barat), dan di Lapangan Alas Barat (Kab. Sumbawa Barat).

Untuk mengikuti perlombaan, pemilik wajib membayar uang pendaftaran sebesar Rp 100.000. Hadiahnya lumayan: kambing, lemari, kain sarung, dan kipas angin. Sebelum karapan dilaksanakan, semua pemilik kerbau karapan se-Sumbawa—yang sudah terdata semua—berikut joki akan diundang oleh panitia.

Kerbau yang digunakan untuk karapan hanya kerbau jantan yang dipelihara secara khusus. Mereka hanya ditempatkan di kandang, diberi makan yang banyak, kemudian dilatih dua kali seminggu, yaitu hari Jumat dan Sabtu. Tujuannya supaya kerbau terbiasa berlari kencang dan terarah. Kerbau karapan juga diberi nama unik, seperti Manohara, Piring Terbang, atau Janda Udik.

tradisi balapan unik di sumbawa
Kerbau dan joki sedang beraksi/Dewie Suwiryo

Dalam karapan, kerbau-kerbau harus menjatuhkan kayu yang ada di tengah lapangan. Jika sudah menjatuhkan kayu tersebut, barulah dapat dikatakan berhasil—tentu saja kecepatannya juga diperhitungkan. Karapan dilakukan sampai tiga kali untuk mendapatkan juaranya. Sistem gugur berlaku; kalah, langsung tereliminasi.

Ada kelas-kelas tersendiri dalam karapan kerbau, sesuai ukuran kerbau yang dilombakan. Kerbau besar diadu dengan yang besar (kelas 1) dan yang kecil diadu dengan yang kecil juga (kelas 2). Kerbau tercepat biasanya mampu berlari sejauh 100 meter dalam 9 detik!

Sebelum lomba, prosesi khusus mesti dilakukan terhadap kerbau. Hewan itu dimandikan, didaraskan doa khusus, kemudian didandani dengan pita-pita lucu. Uniknya, kerbau karapan biasanya dijual dengan harga mencapai Rp 50-100 juta/pasang. Jika kerbaunya sudah terbukti kencang, harga bisa sampai di atas Rp 100 juta/pasang.

2. “Main jaran” alias pacuan kuda

tradisi balapan unik di sumbawa
Kuda-kuda mulai dipacu oleh para joki di “barapan kuda”/Dewie Suwiryo

Tradisi balapan unik di Sumbawa selanjutnya adalah main jaran (pacuan kuda). Setiap kali diadakan, acara pacu kuda akan diramaikan oleh anak-anak, remaja, dan orang tua. Pacuan kuda skala besar biasanya dilakukan dua kali setahun dan akan diikuti oleh joki dari seluruh Indonesia bagian tengah-timur mulai dari Lombok, Bima, sampai Sumba. Sementara, pacuan kuda skala kecil hanya dilakukan di daerah saja. Hari-harinya pun berubah-ubah tak menentu. Di Kabupaten Sumbawa, main jaran diselenggarakan di Lapangan Angin Laut, Desa Penyaring, Moyo Utara.

Pacuan kuda skala besar biasanya berlangsung 7 hari pada April atau Mei. Pacuan kuda biasanya dibagi menjadi tiga kelas. Biaya pendaftarannya berbeda, antara Rp 300-700 ribu. Kalau karapan ayam dan kerbau jokinya orang dewasa, pacuan kuda ini jokinya adalah anak kecil berumur antara 5-9 tahun.

tradisi balapan unik di sumbawa
Seorang joki cilik/Dewie Suwiryo

Para joki sudah dilatih sejak mereka usia 4 tahun. Sekali membawa kuda, mereka dibayar Rp 100-200 ribu/putaran. Semakin sering menunggangi kuda dalam satu event balapan, semakin banyak uang yang mereka kumpulkan. Makanya, meskipun risikonya jatuh dan patah tulang, mereka tidak jera. Mereka berani bawa kuda setinggi 100-150 cm, tak peduli meskipun mereka masih kecil.

Event pacu kuda besar biasanya berhadiah uang, kuda, sapi, televisi, kulkas, bahkan motor—tergantung sponsor. Sebelum mengikuti lomba, kuda-kuda harus dites kesehatannya oleh tim kesehatan yang disediakan panitia. Kuda akan dimandikan dan didandani oleh pemiliknya, lalu disiram dengan air cabe di bagian pantat supaya larinya makin kencang. Pacuan akan dimenangkan oleh kuda yang tercepat di tiap kelas. Yang kalah, seperti karapan kerbau, akan langsung tersingkir.

Kuda jantanlah yang dilombakan. Jika dijual, kuda pacuan bisa laku ratusan juta, apalagi kalau langganan juara. Kuda juga diberi nama unik, misalnya Thunder, Halilintar, Dewi Angin, Pencakar Langit, dan lain-lain.

3. “Barapan ayam” alias karapan ayam

sumbawa
Sepasang ayam yang akan dilombakan sedang dipamerkan/Dewie Suwiryo

Ayam yang dalam budaya lain disabung, di Sumbawa disuruh balapan. Barapan ayam (karapan ayam), salah satu dari tradisi balapan unik di Sumbawa ini, digemari oleh segala kalangan, dari mulai anak-anak, remaja, sampai orang tua. Karapan ayam skala besar biasanya dilakukan sekali seminggu, setiap Sabtu. Sedangkan penyelenggaraan skala kecil harinya tak tentu.

Karapan ayam biasanya diselenggarakan di Lapangan Desa Padak, Kecamatan Alas Barat, mulai pukul 15.00 WITA sampai selesai. Jumlah pesertanya bisa sampai 30. (Perlombaan skala besar biasanya mencapai 200.) Untuk mengikuti perlombaan, setiap peserta wajib mendaftarkan ayamnya dan membayar Rp 20.000.

Hadiah pertandingan ini biasanya kain, selimut, perkakas rumah tangga, dan lain-lain. (Pada perlombaan skala besar, hadiah utama biasanya kambing.) Undangan karapan ayam biasanya disampaikan secara lisan, sebab semua sudah tahu siapa saja yang biasanya ikut karapan.

barapan ayam sumbawa
“Barapan ayam”/Dewie Suwiryo

Ayam, seperti kerbau dan kuda jagoan yang ikut karapan, juga diberi nama yang unik oleh para pemiliknya, seperti Gadis Khayangan, Zulkarnain, dan lain-lain. Yang diperbolehkan ikut bertanding hanya ayam kampung jantan. Kelas yang dipertandingkan pun banyak, dari kelas 1 sampai 6, sesuai ukuran ayam. Kelas 1 adalah ayam yang paling besar.

Dalam karapan ayam, setiap pasangan ayam yang sudah diikat harus melewati daun lontar (saka) yang ada di tengah lapangan. Jika sudah melewati saka tersebut barulah ayam itu dapat dikatakan berhasil. Selanjutnya, untuk menentukan siapa pemenang, tentu waktu tempuhlah yang diperhatikan. Selain itu, di sisi kanan dan kiri juga dipasang rambu daun lontar. Apabila melewati daun lontar di samping, peserta dinyatakan gugur. Ayam yang menang langsung diumumkan di akhir perlombaan. Ayam karapan biasanya dijual seharga Rp 2-4 juta/pasang.

Gimana? Seru ‘kan 3 tradisi perlombaan unik di Sumbawa itu?

The post 3 Tradisi Balapan Unik yang hanya Ada di Sumbawa appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/3-tradisi-balapan-unik-di-sumbawa/feed/ 0 3518
Baca Ini Dulu sebelum Jalan-Jalan ke Sorong Selatan https://telusuri.id/baca-ini-dulu-sebelum-jalan-jalan-ke-sorong-selatan/ https://telusuri.id/baca-ini-dulu-sebelum-jalan-jalan-ke-sorong-selatan/#comments Sat, 07 Oct 2017 17:15:30 +0000 http://telusuri.id/?p=2704 Para pejalan pasti sudah sangat familiar dengan Sorong yang jadi gerbang menuju Raja Ampat. Tapi, bagaimana dengan Sorong Selatan? Pasti nama itu masih asing di telinga kamu. Sorong Selatan terletak di Provinsi Papua Barat dan...

The post Baca Ini Dulu sebelum Jalan-Jalan ke Sorong Selatan appeared first on TelusuRI.

]]>
Para pejalan pasti sudah sangat familiar dengan Sorong yang jadi gerbang menuju Raja Ampat. Tapi, bagaimana dengan Sorong Selatan? Pasti nama itu masih asing di telinga kamu.

Sorong Selatan terletak di Provinsi Papua Barat dan merupakan kabupaten pemekaran dari Sorong. Pemekarannya sendiri terjadi sudah agak lama, yakni pada tahun 2002 silam. Ibukota Kabupaten Sorong Selatan adalah Distrik Teminabuan. Selain Teminabuan, ada 14 distrik lain di kabupaten ini. Kalau mau ke sini dari Sorong, kamu bisa pilih salah satu: naik mobil, kapal, atau pesawat.

Terus, di Sorong Selatan ada atraksi wisata apa saja?

Tugu Trikora (Tri Komando Rakyat)

sorong selatan
Sejarah pembebasan Irian Barat yang tersimpan di Tugu Trikora/Dewie Suwiryo

Di Sorong Selatan, kamu bisa belajar sejarah. Mungkin nggak banyak yang tahu kalau Teminabuan adalah salah satu saksi bisu dari peristiwa pembebasan Irian Barat. Cerita singkatnya begini:

Pada tahun 1961, terjadi peningkatan ketegangan dalam konflik Indonesia-Belanda tentang status Irian Barat. Di pantai sebelah selatan Irian, bentrokan terjadi di mana-mana, seperti di Merauke, Kaimana, Fak-Fak, dan Sorong. Bentrokan di Sorong terjadi di Desa Wersar, Distrik Teminabuan, yang kemudian jadi Ibukota Kabupaten Sorong Selatan.

Tanggal 19 Mei 1962, sebagai bagian dari operasi pembebasan, langit Irian Barat tiba-tiba penuh parasut karena Angkatan Udara Republik Indonesi (AURI) menerjunkan satu kompi (80 orang) Pasukan Gerak Tjepat (PGT) yang sekarang disebut Kopaskhas TNI-AU. Tapi malang, 53 prajurit gugur dan 27 lainnya menjadi tawanan Belanda.

Prasasti di Tugu Trikora/Dewie Suwiryo

Kemudian untuk mengenang peristiwa bersejarah dalam usaha untuk membebaskan Irian Barat dari Belanda itu, dibuatlah monumen yang diberi nama Tugu Trikora. Pemerintah Sementara yang ditunjuk UNTEA, Alex Silas Onim, adalah salah seorang yang memprakarsai pembuatan kerangka tugu tersebut.

Pada Tugu Trikora, tertoreh nama para pahlawan yang gugur pada penerjunan Teminabuan itu. Sampai sekarang tugu itu masih terawat. Pemerintah Daerah Sorong Selatan pun menjadikan tempat ini sebagai salah satu destinasi wisata. Selain itu, setiap tahun juga diadakan acara untuk mengenang pengorbanan para pahlawan yang gugur dalam pembebasan Irian dari tangan Belanda.

Rumah Perahu

Selain atraksi wisata sejarah, Sorong Selatan juga punya atraksi wisata budaya unik yang bakal susah sekali kamu temukan di tempat lain, yaitu rumah perahu.

sorong selatan
Rumah perahu yang menepi di pematang sungai/Dewie Suwiryo

Di sepanjang sungai menuju Distrik Kokoda dan Kokoda Utara, kamu bakal menjumpai orang-orang yang tinggal di atas perahu. Nggak seperti rumahmu yang terbuat dari beton, rumah mereka adalah perahu!

Di atas perahu, mereka tinggal dan melakukan aktivitas sehari-hari, dari mulai memasak, makan, mandi, mencuci, sampai tidur. Mereka bertahan hidup dengan memancing ikan di sungai, berburu, atau mencari sagu serta sayuran di hutan. Untuk minum, makan, dan mandi, yang mereka gunakan adalah air sungai, begitu juga untuk mencuci pakaian dan buang air.

Kalau punya sagu, hasil berburu, atau memancing yang berlebih, biasanya mereka menjualnya ke distrik terdekat. Sesekali mereka juga pergi ke Teminabuan untuk membeli stok bahan makanan sehari-hari.

sorong selatan
Melaju di sungai/Dewie Suwiryo

Untuk melihat langsung kehidupan masyarakat yang tinggal di perahu itu, kamu mesti siap untuk melakukan perjalanan panjang. Perlu waktu 12 jam naik longboat untuk bisa tiba di Distrik Kokoda. Itu pun bukan menggunakan longboat publik, melainkan longboat sewaan. Kalau dihitung-hitung, perlu sekitar 1000 liter bahan bakar untuk melakukan perjalanan panjang ke Distrik Kokoda. Makanya, rencanakan matang-matang dulu sebelum kamu jalan-jalan ke sini.

Bagaimana? Tertarik buat ke Kabupaten Sorong Selatan?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Baca Ini Dulu sebelum Jalan-Jalan ke Sorong Selatan appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/baca-ini-dulu-sebelum-jalan-jalan-ke-sorong-selatan/feed/ 3 2704