helobagas, Penulis di TelusuRI https://telusuri.id/penulis/helobagas/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Tue, 29 Mar 2022 08:16:11 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 helobagas, Penulis di TelusuRI https://telusuri.id/penulis/helobagas/ 32 32 135956295 KA Prameks Solo-Jogja dan Kisah Sebelum Berpisah https://telusuri.id/ka-prameks-solo-jogja-dan-kisah-sebelum-berpisah/ https://telusuri.id/ka-prameks-solo-jogja-dan-kisah-sebelum-berpisah/#respond Wed, 17 Feb 2021 10:53:08 +0000 https://telusuri.id/?p=27094 Menjadi mahasiswa rantau di Surakarta dengan profesi penulis muda membuatku kerap bolak balik ke Jogja untuk bertemu penerbit. Awalnya aku asing dengan Stasiun Balapan, sebab Tirtonadi dan Senja yang menawan masih jadi pilihan. Bus antarkota...

The post KA Prameks Solo-Jogja dan Kisah Sebelum Berpisah appeared first on TelusuRI.

]]>
Menjadi mahasiswa rantau di Surakarta dengan profesi penulis muda membuatku kerap bolak balik ke Jogja untuk bertemu penerbit. Awalnya aku asing dengan Stasiun Balapan, sebab Tirtonadi dan Senja yang menawan masih jadi pilihan. Bus antarkota yang menurutku tidak terlalu rumit untuk dipesan. Langsung datang dan berangkat lalu sampai di tujuan. Paling-paling hanya saat ngetem untuk cari penumpang yang harus memangkas ekspektasi jam kedatangan.

Malas saja kalau harus mengantri tiket lebih awal lalu pulang lagi ke kosan, atau mengunduh aplikasi kemudian bayar di minimarket terdekat. Aku memang anak yang nggak mau ribet. Makanya masih pilih untuk naik bus.

Aku senang dengan perjalanan sore menuju malam karena sesampainya di Jogja bisa jumpa malam dan lampu-lampu yang temaram. Namun saat esok harinya aku mendadak ada tugas kuliah yang harus dikumpulkan di hari Senin, aku harus segera balik lagi ke kosan untuk bisa lekas mengerjakan.

Aku adalah tipikal orang yang mudah gugup dan selalu kepikiran sesuatu yang belum terselesaikan. Tim dari penerbit bukuku, Kak Tri pun mengantarku ke Stasiun Lempuyangan untuk memesankan tiket Prameks. Di sana, untuk pertama kalinya kisah ini dimulai. 

“Saya balik ke Solo dulu Kak, terima kasih buat wejangannya,” aku menyalami tangan pemimpin redaksi yang sudah membawaku ke industry buku ini dengan senyuman.

Kalau bukan karena kebaikannya mungkin aku tidak bisa ada di titik sekarang.

“Kalau sudah sampai kabari Gas.” 

Prameks via Rizku Bagaskara
Prameks via Rizky Bagaskara

Aku mengangguk dan bergegas melangkah ke gerbong itu. Melempar pandangan ke sekitar untuk mencari kursi yang masih kosong. Entah kenapa aku suka untuk duduk di samping jendela. Kebiasaan ini sudah berlangsung lama, sejak aku kecil—saat naik mobil, bus, KRL Jakarta Tangerang, juga pesawat.

Duduk di samping jendela, aku bisa mengabadikan momen dan bercerita tentang perasaanku kepada rumput-rumput yang berlalu begitu cepat, sudut-sudut kota, café dan segala gelap-terangnya yang memikatku untuk mampir tapi rasa lelah masih jadi pemenangnya.

Mulai Berkenalan dengan KA Prameks

Mulai dari hari itu, aku terbiasa untuk menggunakan Prameks saat bertolak ke Jogja, begitu juga sebaliknya. Tidak hanya untuk ke kantor penerbit saja, saat ada acara festival buku, jalan-jalan ke Gramedia Jogja, ke ISI Jogja, juga saat perhelatan JAFF. Atau hanya sekadar ingin menikmati Malioboro dan membaur dengan rasa tenang yang Jogja sediakan.

Saking lelahnya, aku pernah sampai ketiduran dan baru bangun saat sudah di Stasiun Balapan. Iya, gerbong-gerbong mimpi itu, aku menyebutnya. Gerbong yang menjadi saksi bisu atas segala perasaan yang kadang sulit untuk kudeskripsikan. Dari senyum malu-malu saat berhasil menyapa seorang perempuan, bahagia karena bisa dikasih bunga saat bertemu dengan pembaca, juga tentang air mataku yang membasahi pipi saat hidup terlalu berat namun semua ini harus tetap dilanjutkan. Sampai ketika aku kelelahan dan tertidur. Semuanya masih ku ingat dengan sangat jelas.

Detik-detik peluncuran buku menjadi momen paling menyenangkan selama perjalananku bolak balik Solo-Jogja. Gembira yang tak terkira saat menyembunyikan dan mempersiapkan kejutan untuk pembaca.

Kusadari, aku menjadi dekat dengan Jogja karena gerbong itu. Jajan ke Malioboro saat mendapat insentif dan mentraktir sahabatku di perantauan. Bahkan saat mengetik tulisan ini aroma serta rasa makanan yang aku hampiri itu masih terasa lezatnya. Kemudian dilanjutkan duduk-duduk santai sambil tenggelam dengan isi kepala masing-masing.

Berlari-lari dari Malioboro menuju Stasiun Tugu saat jam pulang sudah mendekati keberangkatan Pramkes ke Solo, juga berdesak-desakkan di GrabCar hanya untuk sampai di kosan. Aku tidak pernah membayangkan akan besar di sana. Solo dan Jogja, dua kota yang menjadi tempat singgah saat aku bingung mencari arah. Karena ku kira semua hidupku akan selalu tentang Jakarta dan gedung-gedung tingginya. Namun ternyata tidak.

Dan sekarang yang aku bisa lakukan hanya rindu. Iya, hanya rindu. Sebab saat kubuka linimasa ramai orang membicarakan Prameks sudah tidak beroperasi lagi. Iya, video Tiktok dari akun alras13 yang berisi upacara pelepasan Prameks terakhir pada hari Selasa, 9 Februari 2021 lalu ramai direspons orang.

Banyak komentar haru dan pilu menyambut perpisahan. Ternyata pun aku baru tau kalau gerbong mimpi ini sudah beroperasi selama 27 tahun. Waktu yang sangat lama untuk ukuran sebuah transportasi. Entah sudah berapa banyaknya kenangan pahit serta manis, sebuah cerita hidup yang magis, Prameks sudah terpatri dan punya tempat sendiri di hati. Jangan tanya mengapa bisa beberapa waktu lalu sempat trending di Twitter, juga meramaikan linimasa. Karena memang ada banyak cerita di sana.

Serta menggetarkan hatiku untuk membagikan sedikit kisahku bersama Prameks. Seperti di awal, sekarang aku hanya bisa rindu. Hanya itu.

The post KA Prameks Solo-Jogja dan Kisah Sebelum Berpisah appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/ka-prameks-solo-jogja-dan-kisah-sebelum-berpisah/feed/ 0 27094
Menjadi ‘Aesthetic’ Sambil Mengurangi Sampah Kita https://telusuri.id/menjadi-aesthetic-sambil-mengurangi-sampah-kita/ https://telusuri.id/menjadi-aesthetic-sambil-mengurangi-sampah-kita/#respond Tue, 02 Feb 2021 08:58:00 +0000 https://telusuri.id/?p=26772 Terhitung sejak 12 hari yang lalu aku bersama dengan temanku bepergian sebentar untuk mencari keperluan guna menunjang pekerjaan. Singkat cerita, karena ada meeting bersama klien kuputuskan menepi dan duduk sebentar di salah satu kedai kopi...

The post Menjadi ‘Aesthetic’ Sambil Mengurangi Sampah Kita appeared first on TelusuRI.

]]>
Terhitung sejak 12 hari yang lalu aku bersama dengan temanku bepergian sebentar untuk mencari keperluan guna menunjang pekerjaan. Singkat cerita, karena ada meeting bersama klien kuputuskan menepi dan duduk sebentar di salah satu kedai kopi ternama. Aku sangat suka dengan suasananya, tercium aroma kopi dan terdengar alunan musik menenangkan; tidak terlalu keras dan memekakkan telinga. 

“Sudah lumayan lama juga gak duduk-duduk di sini ya,” gumamku.

Pasalnya, minum kopi-kopi seperti ini saat pandemi biasanya ku lakukan dengan layanan pesan antar melalui aplikasi ojek online. Senang bisa berkunjung kembali!

Aku kemudian memesan vanilla frappuccino sedangkan temanku memesan green tea matcha. Dua-duanya memakai whip cream dan juga ekstra caramel.

Ketika sedang asyik ngobrol tentang pekerjaan kami—yang mana aku masih sibuk mengelola Instagram dan rekanku membuat artwork untuk podcast milikku, namaku disebut oleh pramusaji. Lalu, datanglah dua cup minuman enak ini bersama dengan dua piring camilan yang juga sudah ku pesan.

Aku yang sudah tak sabar mencicipi  suguhan tadi terpaksa menahan diri karena ada panggilan masuk dari klien. Rekanku hanya tertawa sambil memberikan jempol pertanda semangat, ia lalu terlihat lahap menyeruput green tea matcha.

“Akhirnya bisa minum juga,” ucapku sembari menghela napas.

  • Paper Straw Starbucks
  • Paper straw Starbucks
  • Stainless Straw

Dan saat membuka sedotannya lalu tersenyum sendiri, “Eh kok unik banget?”

“Dari paper based kan, Gas? Sensasinya beda ya?” 

Aku mengangguk dan mulai meneguk. Rasanya enak, ada sensasi seperti tengah menggigit sebuah astor rasa vanilla. Sebuah terobosan dan langkah yang baik untuk bisa mengurangi sampah plastik meski jalan yang ditempuh dimulai dari hal sederhana: sedotan.

Bicara tentang sedotan, aku sebenarnya punya pengalaman agak memalukan. Aku kerap mengabadikan momen dalam bentuk foto, tak sedikit di antaranya makanan dan minuman kucoba. Dan komentar yang selalu kuingat dalam benak ialah: “Kak, gak mau coba pake stainless straw? Kakak kan public figure bisa jadi contoh lho buat audience Kakak yang lain.”

Deg! Lewat komentar itu aku jadi kepikiran terus. Akhirnya saat ini aku sudah termasuk pengguna stainless straw yang selalu kubawa pergi ke manapun. Apalagi di era pandemi seperti ini, rasanya jadi lebih tenang dan higienis kalau bawa peralatan makan dan minum sendiri dari rumah. Dan hal yang menjadi penting di sini ialah, meminimalisir produksi sampah kita.

“Enak gak vanilla-nya?” Suara temanku menyadarkanku dari lamunan dan suara meeting klien.

Terpecah antara informasi yang didapat juga bertabrakan dengan segala ideation atas banyak hal yang ingin segera kubuat. “Enak banget lah woi,” jawabku semangat.

Sehabis dari kedai kopi kami pergi ke lantai dua, menuju ke Gramedia. Ada sebuah notes dan buku juga pulpen yang ingin kubeli. Kebetulan stock di rumah juga sudah habis. 

Paper Bag Gramedia
Paper Bag Gramedia/Helobagas

Saat membayar di kasir ternyata mereka sudah tidak menyediakan plastik lagi, “Maaf ya Kak saat ini Gramedia tidak menyediakan kantong plastik—” ditambah sebuah informasi bahwa mereka menyediakan paper bag yang sangat aesthetic sebagai gantinya.

Paper bag ini kalau gak salah harganya berkisar antara Rp3 ribu. Memang jauh lebih mahal dibanding kantong plastik gratis bahkan jika pun harus masuk dalam struk belanja hanya dinilai Rp500-an saja.

Sederhana memang, tapi dampaknya besar.

Kebayang gak sih kalau ada banyak sekali konsumsi sampah [plastik] yang kita lakukan dalam jangka waktu sehari? Apalagi sebulan? Apalagi setahun? Lantas untuk menghancurkannya dan menguraikannya tidak pernah sesederhana yang kita kira, kan?

Oke baik cerita tentang kedai kopi dan toko buku berakhir di sini ya. Aku akan membawamu ke next case. Mungkin kamu juga sudah tahu kalau minimarket seperti Indomaret dan Alfamart yang mereka juga sudah tidak lagi menyediakan kantong plastik untuk pengunjung yang berbelanja.

Dari hal-hal yang tampak sederhana tersebut, aku kini mulai membiasakan diri untuk selalu membawa totebag—yang saat dulu kupakai dipanggil “Bocah indie” atau “Anak Senja”. Kalau ingat-ingat yang begitu memang membikin flashback jaman SMA.

Sambil membayar belanjaan juga beberapa titipan ibu, kasir memasukkan barang-barang belanjaan ke totebag milikku. Terlihat sangat aesthetic belanja ke minimarket dekat dengan rumah seperti ini.

Dan untuk panggilan tadi “Bocah Indie” atau “Anak Senja” itu, aku sama sekali tidak tersinggung kok. Justru aku senang banget kalau mereka—teman-temanku sudah mengenalku sedalam itu. Lagipula playlist Spotify tidak jauh dari musik indie kok.

Sebelum tulisan ini berakhir, aku ingin berterima kasih untuk teman-teman pembaca yang bahkan sudah melakukan hal-hal yang kusebutkan di atas lebih dulu dibanding aku. Terima kasih ya sudah sayang dan turut menjaga rumah kita bersama—bumi. Sampah kita, tentu saja konsekuensi dan tanggung jawab kita juga. Selamat mencoba! Jikalau belum, hal-hal aesthetic juga bermanfaat buat bumi.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menjadi ‘Aesthetic’ Sambil Mengurangi Sampah Kita appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menjadi-aesthetic-sambil-mengurangi-sampah-kita/feed/ 0 26772
Mendaki Carstensz di Usia Remaja, Khansa Syahlaa Menemukan Pelajaran https://telusuri.id/mendaki-carstensz-di-usia-remaja-khansa-syahlaa-menemukan-pelajaran/ https://telusuri.id/mendaki-carstensz-di-usia-remaja-khansa-syahlaa-menemukan-pelajaran/#comments Tue, 26 Jan 2021 07:40:21 +0000 https://telusuri.id/?p=26625 Buat sebagian orang, mendaki gunung menjadi kegiatan outdoor yang menantang sekaligus menyenangkan. Bukan hanya soal bersenang-senangnya, ternyata dengan mendaki gunung seseorang bisa belajar dari alam menemukan proses pendewasaan. Minggu lalu tepatnya tanggal 17 Januari 2021,...

The post Mendaki Carstensz di Usia Remaja, Khansa Syahlaa Menemukan Pelajaran appeared first on TelusuRI.

]]>
Buat sebagian orang, mendaki gunung menjadi kegiatan outdoor yang menantang sekaligus menyenangkan. Bukan hanya soal bersenang-senangnya, ternyata dengan mendaki gunung seseorang bisa belajar dari alam menemukan proses pendewasaan.

Minggu lalu tepatnya tanggal 17 Januari 2021, TelusuRI berkesempatan ngobrol bareng melalui Instagram Live dengan pendaki termuda Gunung Carstensz dari Indonesia yakni Khansa Syahlaa.

Untuk kamu yang ketinggalan Instagram Live-nya, simak rekapnya berikut ini. Ada banyak hal-hal menarik bisa dikulik dari kecintaan Khansa dengan pendakian.

khansa syahlaa

Khansa Syahlaa/Istimewa

Dari mana sih Khansa kenal pendakian?

Saat ini Khansa tengah duduk di bangku SMP kelas 9, ia sedang sibuk-sibuknya belajar karena ingin masuk SMA favorit. Saat ditanya kenal pendakian dari mana, ia menjawab kenal dari sang Ayah yang dulu sering sekali naik gunung.

Khansa mendaki gunung pertama kali saat usianya masih lima tahun. Kala itu, dia diajak ikut serta ke Gunung Bromo. Mendaki gunung di usia dini tentunya diselimuti rasa takut dan penasaran. Takut nanti dingin, takut nanti akan bertemu satwa liar, dan sebagainya. Namun saat sudah sampai di puncak semua lelah dan rasa takut hilang. Dari sanalah Khansa mulai mengenal pendakian dan mulai menyukai kegiatan ini. Setelahnya ia melakukan hal serupa di Gunung Rinjani.

Kalau ada banyak tempat lain, kenapa harus gunung?

Khansa bilang mendaki gunung sebagai cara pembentukan karakter dirinya. Karena saat berada di alam Khansa semakin banyak belajar. Belajar untuk lebih mandiri, belajar untuk lebih bisa mengambil banyak keputusan, juga belajar untuk lebih bisa berserah diri kepada Tuhan.

Selain itu Khansa juga menuturkan bahwa ia dapat banyak pengalaman baru dan teman-teman baru. Sehingga dari semua itu lama-kelamaan kepribadian Khansa jadi lebih baik, dia juga jadi bisa untuk melihat sudut pandang lain yang nggak cuma tentang kota atau pedesaan saja. Singkatnya, “alam semesta mengajarkan banyak hal terutama gunung.”

Bagaimana rasanya menjadi pendaki Gunung Carstensz termuda di Indonesia?

Khansa sangat bersyukur kepada Allah SWT karena sebelumnya ia mempersiapkan segala sesuatunya dengan maksimal. Misalnya saja seperti latihan selama empat bulan penuh sebelum pendakian ke Carstensz.

Selain itu, Khansa juga melakukan try out ke bukit-bukit karena Carstensz punya karakteristik berbeda dengan gunung-gunung lain di Indonesia. Puncak Carstensz ini dikenal dengan keekstriman dan teknikal.

Lot of emotion dan tangis haru juga senang karena bisa sampai di puncak Carstensz,” ucapnya. Juga pengalaman yang nggak akan terlupakan.

Gimana sih awalnya masuk dan mengikuti rangkaian 7 Summit Indonesia?

Khansa bilang, semua berjalan secara tidak terduga. Mulanya, saat itu ia sedang berada di pameran buku dan kemudian melihat buku 7 Summit Indonesia. Khansa yang sedang tertarik terhadap pendakian pun langsung membeli dan membacanya. Tak berapa lama, ia pun memutuskan mengikuti rangkaian 7 Summits Indonesia dengan banyak curahan semangat dari orang-orang terdekatnya.

Khansa Syahlaa/Istimewa

Pendakian Puncak Carsternsz/Khansa (Instagram)

Apa sih yang dirasakan Khansa naik gunung?

Khansa bilang kalau gunung itu sebagai proses healing dan memperkenalkannya akan hal-hal baru yang membuat jauh lebih tenang. Khansa menambahkan bahwa ia banyak belajar tentang makna pertemanan yang sebenarnya dari pendakian.

Kalau di gunung semuanya itu teman dan nggak boleh saling meninggalkan. Ada banyak kasus pendaki hilang karena dirinya dikuasai oleh ego. Misalnya nih, naik bareng, tapi turun nggak bareng. Itu nggak baik karena akan merugikan diri sendiri juga merugikan orang lain.

Perubahan apa sih yang dirasakan Khansa setelah mengenal pendakian?

Pendakian mengajarkan Khansa untuk nggak egois dan hanya memikirkan diri sendiri. Hal ini supaya kecelakaan saat pendakian bisa diminimalisir. Menurut Khansa, gunung itu selain ramah juga terkadang mencekam. Nggak akan pernah ada yang tahu apa yang akan terjadi di gunung, jadi jangan berlaku egois.

“Jangan ambil apapun kecuali foto, jangan bunuh apapun kecuali waktu, dan jangan tinggalkan apapun kecuali jejak.”

Karena hakikat pendakian itu pulang dengan selamat.

Selama pandemi apakah pernah naik gunung?

Iya, ada tiga gunung yang sudah Khansa daki yaitu Gunung Fatah, Gunung Abang, dan Gunung Batur. Hal yang membedakan mendaki gunung saat pandemi ialah adanya protokol kesehatan yang harus ditaati, misalnya saja sebelum mendaki gunung harus menjalani rapid test terlebih dulu.

Di masa pandemi ini, sejumlah gunung juga memberikan kuota pendakian. Jumlah pendaki dibatasi hingga 50% dari kuota biasanya. “Setidaknya, gunung juga butuh healing,” sambungnya.

Selama pandemi, mengisi waktu dengan kegiatan apa aja?

Khansa mengisi waktu dengan beragam kegiatan, mulai dari workout, baca buku, nonton film bahkan sampai belajar masak. Khansa juga menyempatkan untuk riset-riset tentang gunung apa yang ingin didaki setelah pandemi selesai.

* * *

Khansa juga memberikan sebuah semangat untuk menutup sesi ngobrol bareng sore itu.

“Tinggalkan gadgetmu, keluar dari rumahmu, keluar dari zona nyamanmu dan lihatlah keindahan Indonesia dari puncak-puncak gunung.” – Khansa Syahlaa


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Mendaki Carstensz di Usia Remaja, Khansa Syahlaa Menemukan Pelajaran appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/mendaki-carstensz-di-usia-remaja-khansa-syahlaa-menemukan-pelajaran/feed/ 1 26625
Perjalanan Bersama Bapak di Senja Hari https://telusuri.id/perjalanan-bersama-bapak-di-senja-hari/ https://telusuri.id/perjalanan-bersama-bapak-di-senja-hari/#respond Tue, 19 Jan 2021 04:31:20 +0000 https://telusuri.id/?p=26461 Semasa Corona, ada banyak hal berubah dalam denyut kehidupan kita. Ada banyak sekali perasaan senang—yang dulu dapat dengan mudahnya ada dan bisa dicari dimana-mana, kini seringkali enggan dan sulit dilakukan. Yaitu bepergian. Banyak sekali kejenuhan,...

The post Perjalanan Bersama Bapak di Senja Hari appeared first on TelusuRI.

]]>
Semasa Corona, ada banyak hal berubah dalam denyut kehidupan kita. Ada banyak sekali perasaan senang—yang dulu dapat dengan mudahnya ada dan bisa dicari dimana-mana, kini seringkali enggan dan sulit dilakukan. Yaitu bepergian.

Banyak sekali kejenuhan, sepi, sunyi, dan sendiri yang dulunya kerap dibenci namun justru keadaan berbalik saat ini. Yang mau tidak mau, suka tidak suka, diri sendiri pun perlahan mulai menganggap mereka—keadaan—sebagai teman. 

Dulu dengan mudah kita bisa pergi keluar rumah dan makan di tempat kesukaan saat suasana hati tidak nyaman. Namun sekarang, tentu banyak sekali pertimbangan yang harus diperhitungkan sebelum memutuskan untuk beranjak dari rumah.

Sering-sering saya mengelus dada sambil menghela napas berat, “baik-baik ya sama diri sendiri.”

Bepergian, melakukan perjalanan

Perjalanan Sore Bersama Bapak

Perjalanan kali ini saya sebut dengan nama “perjalanan tanpa tujuan”. Berdua bersama Bapak, kami melangkah dari rumah menuju Karawaci atau Tangerang kota. Kemudian, tanpa ada berhenti, kami pulang kembali ke rumah.

Meski hanya sebuah rute pendek, tapi perjalanan kali ini membawa saya menemukan apa-apa yang sebelumnya sudah lama hilang.

Mengapa Tangerang kota? Jujur saya ingin melihat lagi keramaian. Ingin sekali melihat gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Jakarta terlalu jauh untuk ditempuh. Dan juga sepertinya saya belum siap untuk kembali lagi ke sana. Oleh karenanya, untuk mengobati rasa rindu yang ada, Tangerang menjadi pilihan perjalanan kali ini.

Tangerang, meski tak begitu banyak gedung-gedung tingginya, tapi tetap membuat dua bola mata saya terpana.

Dalam perjalanan sore itu—yang meskipun saya hanya duduk diam di mobil, rasanya cukup menyenangkan dilakukan daripada suntuk di dalam rumah dan menerbangkan pikiran entah kemana jauhnya.

Refreshing tipis-tipis ini pun bukan hanya sekadar jalan. Dalam perjalanan ini, saya seperti diajak kembali bertemu dengan diri saya yang dulu.

Perputaran waktu yang melambat

Perjalanan Sore Bersama BapakAdalah waktu, yang saya sadari pertama kali kala itu. Hiruk-pikuk kendaraan serta perjalanan yang dilakukan saat jam pulang kantor  membuat ritme perjalanan berjalan lebih lambat. Waktu yang terasa melambat ini membawa saya untuk berpikir dan merenungi apa yang selama ini berjalan dan pada akhirnya terbuang dengan percuma.

“Masih macet juga, ya?” pikir saya sembari melihat beberapa motor yang berjalan tersendat-sendat di belakang truk dan bus. Bukti bahwa banyak yang WHF atau fenomena work from home hanya dirasakan oleh sebagian pekerja kantoran saja.

Perjalanan sore hingga petang bersama Bapak, sering kami isi dengan obrolan-obrolan sederhana. Seringkali kami berbincang tentang hidup, sesekali tentang berita yang sedang hangat-hangatnya di hari itu, kami berbincang apapun ditemani alunan kaset DVD kesukaan Bapak saat berpadu kasih dengan Ibu saat masa lalu.

Dari dalam mobil, saya terpana dengan senja sore yang menghias langit dengan indahnya. Beberapa jepretan saya ambil dengan kamera ponsel, mengabadikan perjalanan sore bersama Bapak kala itu.

Saya begitu bersyukur, meskipun belum leluasa untuk bepergian setidaknya dengan cara seperti ini saya bisa untuk menjaga ‘kewarasan’, tentunya dengan tetap taat pada protokol kesehatan.

Melihat pohon-pohon pinggiran jalan, awan yang berpindah halus kesana-kesini, obrolan yang dilakukan dengan suasana baru, rasanya cukup membawa angin segar, dan saya bisa pulang dengan perasaan lebih bahagia dari sebelumnya.

Dunia berubah cepat

Perjalanan Sore Bersama Bapak

Perjalanan Sore Bersama Bapak

Saat memasuki jalan bebas hambatan, mobil pribadi dan bus kota mendominasi. Mereka melaju cepat di lajur kanan untuk saling mendahului. Mendadak saya tersadar, bahwa apa yang ada di kolong langit ini begitu cepat berubah dan sifatnya hanya sementara.

Karena sejatinya memang, begitu kan?

Saat saya sedih, kecewa, hancur, dan banyak perasaan gelap lainnya. Dunia akan tetap berjalan. Tidak peduli tentang seberapa gelap serta gemuruhnya hati saya. Meratapi dan gelisah tentu bukan pilihan terbaik. Karena semua itu hanya akan membuang waktu.

Lalu, menangis? Tentu saja sebagai manusia menangis adalah pasti. Tidak apa-apa karena sedih juga akan berdampingan bahagia nantinya.

Perjalanan sore tanpa tujuan ternyata membuat saya sadar bahwa yang hilang ternyata bisa ditemukan. Saya pun kemudian melihat raut wajah Bapak yang fokus menyetir sembari menanggapi pertanyaan saya yang masih abu-abu dan merasa kecil terhadap dunia, saya tersenyum sendiri.

Jadi, sampai di sini, apa yang ingin kamu temukan saat sudah banyak kehilangan datang?

Dan apa yang kembali saat sudah tidak kamu harapkan lagi?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.  

The post Perjalanan Bersama Bapak di Senja Hari appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/perjalanan-bersama-bapak-di-senja-hari/feed/ 0 26461
Refleksi Hidup Untuk 2021 yang Lebih Baik Lagi https://telusuri.id/refleksi-hidup-untuk-2021-yang-lebih-baik-lagi/ https://telusuri.id/refleksi-hidup-untuk-2021-yang-lebih-baik-lagi/#respond Thu, 07 Jan 2021 03:32:01 +0000 https://telusuri.id/?p=26252 Hai, gimana harinya? Bagaimana awal Januari dan tahun barunya? Apakah sudah lebih baik dari hari-hari sebelumnya? Tahun 2020 memang bukanlah tahun yang mudah untuk dihadapi. Ada banyak rintangan yang datang silih berganti. Rasanya baru bahagia...

The post Refleksi Hidup Untuk 2021 yang Lebih Baik Lagi appeared first on TelusuRI.

]]>
Hai, gimana harinya? Bagaimana awal Januari dan tahun barunya? Apakah sudah lebih baik dari hari-hari sebelumnya?

Tahun 2020 memang bukanlah tahun yang mudah untuk dihadapi. Ada banyak rintangan yang datang silih berganti. Rasanya baru bahagia dan senang sebentar, eh kesedihan sudah datang lagi. Tapi bukankah dua fase besar dalam hidup adalah bahagia dan sedih, ya? Jadi meskipun sulit, meskipun sakit, mau tidak mau suka dan tidak suka harus diiyakan dan diterima hadirnya.

Banyak lika-liku hidup yang mengajarkan kita menuju proses pendewasaan. Apapun itu pasti alasannya adalah tidak lain dan tidak bukan untuk membuat kita semakin dewasa. Untuk setiap yang datang, pergi, dan bertahan. Dan untuk setiap perjalanan pulang ataupun pergi. Berikut adalah refleksi hidup untuk 2021 yang lebih baik lagi.

helobagas

1. Bangun di Pagi Hari

Bangun di pagi hari untuk masa-masa pandemi yang bersama kita lewati memanglah hal yang lumayan sulit. Kebiasaan tidur malam untuk menghabiskan drama korea atau film kesukaan kita memang membuat jam tidur jadi lumayan terganggu. Belum lagi tentang bagaimana pikiran kita yang di kala malam jadi semakin riuh. Namun percayalah, dengan bangun di pagi hari ada banyak sekali hal-hal yang bisa kamu lakukan dengan lebih baik lagi. Menyusun hari ini akan melakukan apa saja dan bisa menyempatkan untuk jalan-jalan pagi keliling sekitar tempat tinggal.

2. Memaafkan Orang Lain

Memaafkan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, apalagi harus memaafkan kesalahan yang rasanya masih sulit untuk dihilangkan rasa sakitnya. Tapi, mau sampai kapan dirimu sendiri dihantui oleh perasaan berat dan bersikeras untuk menyimpan dendam? Mau sampai kapan kamu menutup diri dengan segala rasa benci terhadap seseorang? Karena dengan memaafkan, semua yang terikat dan bikin sesak jadi terasa lebih lega.

3. Mengurangi Ekspektasi

Mungkin banyak dari kita yang sudah mengetahui bahwa berekspektasi sama saja bersiap untuk harus menerima rasa kecewa yang akan datang di kemudian hari. Berharap yang terbaik tidak selamanya salah. Namun ada baiknya untuk tidak terlalu menaruh harapan, apalagi kepada orang lain. Selalu ingat bahwa, membahagiakan dirimu sendiri adalah kewajiban dirimu, bukan orang lain. 

4. Perbanyak Eksekusi

Hei, sudah berapa kali mimpi yang kemudian jadi sekadar mimpi begitu saja, hanya karena kamu tidak segera memulai Langkah pertama? Tahun 2020 memang sulit, namun akan selalu terbuka jalan dan pintu yang lebar untuk orang-orang yang berani mencoba. Jadi jangan lagi takut dengan omongan orang lain yang justru tidak sepenuhnya tahu tentang diri kita. Udah jalan aja dulu. Nanti mereka juga tahu dengan sendirinya kalau kamu sudah berhasil.

5. Jangan Malu untuk Belajar dan Bertanya

Jangan pernah takut merasa bodoh apabila banyak bertanya. Justru karena adanya ketidaktahuan maka pertanyaan itu ada sebagai cara untuk dapat jawaban. Jangan malu juga untuk belajar banyak hal. Percayalah, dunia yang bergerak sedemikian cepatnya juga butuh kamu yang ingin berkembang dan terus belajar. Jadikan tahun 2021 ini sebagai tahunmu untuk bisa lebih memahami apa yang kamu ingin, dan terus mengejar apa yang ingin kamu tuju.

6. Beri Sejenak Waktu untuk Ngobrol dengan Diri Sendiri

Terkadang yang membuat diri merasa capek dan mudah lelah akan semua hal adalah, karena kita seringnya terlalu banyak memaksakan sesuatu. Bekerja terlalu keras sampai lupa dan memperhatikan diri sendiri. Biasanya yang membuat jenuh adalah terus melakukan sesuatu hal yang tidak hati dan diri sendiri inginkan. Bukan bermaksud cengeng, namun…  bekerja dengan hati akan terasa lebih indah dan nyaman. Beri waktu untuk ngobrol tentang apa yang harus terus diperjuangkan dan apa yang harus dilepas agar tidak terus menerus menjadi beban. Jadi, coba untuk ngobrol sama diri sendiri ya.

7. Lebih Banyak Lihat Alam daripada Lihat Kehidupan Orang Lain

Kalau lihat kehidupan orang lain mungkin rasanya hidup kita akan selalu merasa kurang. Bagai rumput tetangga yang jauh lebih hijau, mungkin kita tidak pernah tahu pasti bagaimana keadaan aslinya. Terus melihat ke atas apabila jadi motivasi dan inspirasi sangat baik, namun bagaimana kalau jadi timbul rasa iri? Membandingkan dengan yang orang lain punya tapi diri sendiri tidak? Padahal jika berbincang tentang kepemilikan, kita juga punya kok. Mungkin saja dalam bentuk yang berbeda. Untuk mengurangi rasa iri itu, bisa dengan jalan-jalan lihat alam, atau dimasa-masa seperti ini bisa dengan jalan-jalan sore keliling komplek. Lihat pepohonan, rumput dan daun yang jatuh, matahari yang sinarnya berubah menjadi jingga, dan banyak lagi.

8. Jangan Insecure Lagi Ya!

Percaya deh kamu itu keren dan unik. Jangan biarkan perkataan mereka, standar mereka, justru jadi mengekang apa yang kamu inginkan. Terus berjalan dan terus bersinar dengan caramu sendiri. Karena kalau kita tahu apa yang kita lakukan, tujuan, serta mimpi yang akan diraih. Itu akan menambah value kita sebagai manusia. Jadi gak semuanya selalu tentang fisik ya.

9. Terus Jadi Orang Baik

Jadi orang baik memang capek, sulit, dan kadang dikecewakan. Tapi percayalah bahwa tidak ada yang sia-sia dari berbuat baik itu sendiri. Karena dengan berbuat baik, akan mempertemukan kita dengan niat, kesempatan, dan orang-orang baik juga. Dunia butuh banget orang kayak kamu, jadi jangan sampai ada alasan sedikit pun untuk jadi jahat ya!

The post Refleksi Hidup Untuk 2021 yang Lebih Baik Lagi appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/refleksi-hidup-untuk-2021-yang-lebih-baik-lagi/feed/ 0 26252