Muhammad Ihsan Mulya Pratama, Penulis di TelusuRI https://telusuri.id/penulis/ihsanmulya/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Thu, 11 Feb 2021 04:57:37 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 Muhammad Ihsan Mulya Pratama, Penulis di TelusuRI https://telusuri.id/penulis/ihsanmulya/ 32 32 135956295 Harmonisasi Kehidupan Kampung Thintir Majapahit https://telusuri.id/harmonisasi-kehidupan-kampung-thintir-majapahit/ https://telusuri.id/harmonisasi-kehidupan-kampung-thintir-majapahit/#respond Sat, 13 Feb 2021 09:30:00 +0000 https://telusuri.id/?p=26970 Mendengar Gunung Lawu, yang terlintas dipikiran mungkin adalah pendakian, lanskap perkebunan teh, atau lanskap perbukitannya yang hijau. Baru-baru ini saya tahu, bahwa Lawu ternyata merupakan salah satu gunung purba di Indonesia. Selain keindahan alam, Lawu...

The post Harmonisasi Kehidupan Kampung Thintir Majapahit appeared first on TelusuRI.

]]>
Mendengar Gunung Lawu, yang terlintas dipikiran mungkin adalah pendakian, lanskap perkebunan teh, atau lanskap perbukitannya yang hijau. Baru-baru ini saya tahu, bahwa Lawu ternyata merupakan salah satu gunung purba di Indonesia. Selain keindahan alam, Lawu juga menyimpan harmonisasi kehidupan dari lingkungan dan masyarakat yang ada didalamnya. Sebutlah, Dusun Demping, Desa Anggrasmanis, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. Di sana, masyarakat masih memegang teguh adat istiadat, tradisi kuno, serta bersinergi dengan alam dalam kesehariannya.

Dusun Demping berdekatan dengan serangkaian candi yang menurut catatan sejarah merupakan bukti peninggalan kerajaan Majapahit—yang juga menjadi kompleks peribadatan umat hindu pada masanya. Dari jejak peninggalan yang dibangun sekitar abad ke–15 tersebut, terdapat mitos bahwasannya Desa Anggrasmanis merupakan tempat persinggahan terakhir Prabu Brawijaya V sebelum melakukan ‘moksa’ ke Gunung Lawu.

Mitos tentang persinggahan terakhir sebelum moksa Prabu Brawijaya V tersebut masih menjadi sebuah pertanyaan karena belum ditemukan bukti fisik sebagai simbol yang tercatat dalam catatan sejarah. Pun, hingga saat ini ada beragam versi cerita tentang moksa Prabu Brawijaya V di Gunung Lawu.

Mangku Jito, pemangku agama di Dusun Demping, Anggrasmanis menyerahkan kepercayaan terkait mitos tersebut kepada masyarakat untuk bagaimana menyikapinya.

  • Kampung Thintir Majapahit
  • Kampung Thintir Majapahit
  • Kampung Thintir Majapahit
  • Kampung Thintir Majapahit
  • Kampung Thintir Majapahit
  • Kampung Thintir Majapahit
  • Kampung Thintir Majapahit
  • Kampung Thintir Majapahit
  • Kampung Thintir Majapahit
  • Kampung Thintir Majapahit

Di tengah kawasan yang masih asri dengan udara sejuk dan kontur tanah yang tidak rata, beberapa meter setelah memasuki desa terlihat sebuah pura. Saat perjalanan menuju ke sana suasana magis begitu terasa, apalagi aroma dupa yang menyatu dengan aroma bunga tiba-tiba menyeruak hingga ke pangkal hidung. Ya, di sini terdapat beberapa situs sakral untuk sembahyang warga desa yang beragama Hindu maupun melakukan proses perjalanan spiritual bagi masyarakat setempat.

Meskipun pemangku agama menganggap moksa-nya Prabu Brawijaya V sebagai rahasia semesta, namun situs–situs yang berada di desa tersebut dipercayai sebagai tempat yang menjadi alur dari proses sebelum melakukan moksa pada zaman dahulu.

Keseharian masyarakat lokal yang kontras dengan modernisasi masyarakat perkotaan dan saat ini berkembang menjadi Kampung Thintir Majapahit dengan mayoritas penduduk beragama Hindu. Kehidupan yang sederhana serta kesadaran tinggi tentang pentingnya keberadaan alam, membuat masyarakat desa ini selalu bersinergi dengan alam dalam melakukan segala aktivitasnya, seperti halnya Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar.  

Seringkali desa tersebut menjadi tujuan para turis spiritual baik lokal maupun mancanegara. Mereka datang berkunjung dengan tujuan wisata spiritual.

Konsep wisata spiritual di desa ini menggunakan pendekatan agama Hindu yang juga tak lepas dari hubungan manusia tentang budaya dan alam. Pendekatan ini diterapkan masyarakat setempat serta berlaku untuk pengunjung yang disakralkan di tempat tersebut. Dalam wisata spiritual yang disebut dengan “Tirta Yatra” ini, pengunjung mempelajari dan terlibat langsung dalam proses spiritual yang dilakukan.

Sebelum dimulainya Tirta Yatra, masyarakat setempat menyiapkan sesaji yang berfungsi sebagai perantara dalam menghantarkan doa pada setiap prosesi yang akan dilaksanakan Sesaji tersebut kemudian dibawa dan diletakkan pada situs akan dikunjungi.

Perjalanan spiritual di desa ini dipimpin oleh Mangku Jito sebagai pemuka agama. Ia mengawali prosesi dengan perjalanan menuju ke Sendang Dasamala, situs pertama yang menjadi tujuan dalam tur spiritual tersebut, sembari membawa sesaji yang sudah dipersiapkan. Hal tersebut juga dikarenakan sebagai simbol pembersihan diri manusia. Kemudian menuju Sendang Cempaka, sedang ini punya makna sebagai simbol “Sang Hyang” pemberi kehidupan. 

Kampung Thintir Majapahit
Peserta tour spiritual “Tirta Yatra” melakukan prosesi doa di Sendang Cempaka/M. Ihsan Mulya Pratama

Terlepas dari wisata spiritual yang menambah ciri khas desa ini, masyarakat juga menjadi faktor penting dalam dalam menghidupkan desa tersebut. Kerukunan antar warga yang menjadi keselarasan sebuah kehidupan, gotong–royong menjadi gambaran keharmonisan masyarakat. Hal tersebut terlihat terutama pada saat masyarakat mengadakan acara yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan dan spiritual seperti pada saat Hari Raya Nyepi, Piodalan (ulang tahun pura), Upacara Tawur Agung, dan sebagainya. Tak hanya di tempat tersebut, terkadang  upacara keagamaan dilaksaksanakan di tempat lain. Misalnya saja, Upacara Melasti yang digelar di Telaga Madirda. Selain itu menjaga kelestarian dan hidup yang selalu berdampingan dengan alam membuat desa ini terasa harmoni.

Pemangku agama desa ini percaya bahwa ketiga unsur (agama, budaya, dan alam) tersebut saling bersinergi dan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan. Unsur–unsur  ini juga mengingatkan bahwa sebagai manusia kita sebaiknya belajar tentang hidup dalam kesemestaan dan lebih menghormati kehidupan.Sebuah lanskap kecil harmonisasi kehidupan yang seolah dapat menjadi gambaran ulang kerajaan Majapahit yang terbentuk dari keberadaan kelompok masyarakat di dalamnya—mereka diketahui masih menjunjung nilai adat istiadat dan tradisi kuno hingga saat ini.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Harmonisasi Kehidupan Kampung Thintir Majapahit appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/harmonisasi-kehidupan-kampung-thintir-majapahit/feed/ 0 26970
Geliat Produksi Kain Pantai Mojolaban https://telusuri.id/geliat-produksi-kain-pantai-mojolaban/ https://telusuri.id/geliat-produksi-kain-pantai-mojolaban/#respond Wed, 06 Jan 2021 08:01:43 +0000 https://telusuri.id/?p=26193 Mojolaban, kawasan yang berdekatan dengan sungai Bengawan Solo ini menawarkan lanskap warna–warni dari bentangan kain-kain pantai yang diproduksi masyarakat. Meski tidak berada di daerah pesisir pantai, Kecamatan Mojolaban eksis sebagai produsen kain pantai selama 20...

The post Geliat Produksi Kain Pantai Mojolaban appeared first on TelusuRI.

]]>
Mojolaban, kawasan yang berdekatan dengan sungai Bengawan Solo ini menawarkan lanskap warna–warni dari bentangan kain-kain pantai yang diproduksi masyarakat. Meski tidak berada di daerah pesisir pantai, Kecamatan Mojolaban eksis sebagai produsen kain pantai selama 20 tahun terakhir.

Pada 2018, Indonesia turut berpartisipasi pada pameran busana berskala internasional dengan mengikuti gelaran acara Intermoda Expo pada tanggal 16 – 18 Januari 2018 di kota Guadalajara, Meksiko. Di antara produk yang dibawa oleh kontingen Indonesia terdapat produk kain pantai buatan Mojolaban. Kerajinan tekstil ini kini mulai mendapatkan popularitas bukan hanya karena kualitasnya, namun juga proses produksinya yang mampu memikat perhatian wisatawan lokal maupun internasional.

Mojolaban sendiri merupakan daerah produktif. Selain memproduksi kain pantai, di sini juga terdapat sentra produksi rumahan lain yang juga sudah dikenal secara global seperti yakni Desa Wirun yang dikenal sebagai produsen kerajinan Gamelan. Selain itu, kawasan Mojolaban juga terkenal sebagai produsen alkohol atau etanol, salah satu industri dengan penjualan skala besar di Indonesia.

Proses penjemuran kain pantai sebelum proses. Foto: Muhammad Ihsan Mulya Pratama

Menilik proses pembuatan kain pantai Mojolaban

Proses pembuatan kain pantai atau yang disebut juga kain jumput ini ternyata cukup panjang, mulai dari pewarnaan, pencucian, hingga penjemuran. Bahan yang digunakan untuk pembuatan sarung pantai yaitu rayon putih dengan ukuran panjang 170–200 sentimeter dan lebar 115– 120 sentimeter.

Sebelum proses pewarnaan, kain putih dijemur terlebih dahulu lalu kemudian kain–kain panjang tersebut dibentangkan untuk diwarnai. Proses pewarnaan pun bervariasi, ada yang disablon, ada juga yang diwarnai secara manual hingga membuat pola sesuai dengan motif yang diinginkan.

Seorang pekerja mewarnai dan membentuk pola. Foto: Muhammad Ihsan Mulya Pratama

Sentra industri kain pantai Mojolaban ini menghasilkan sekitar 1800-2000 meter kain setiap harinya, terkecuali untuk musim hujan karena proses penjemuran membutuhkan waktu yang relatif lebih lama sehingga jumlah produksi dikurangi.

Setiap rumah produksi punya tempat penjemuran. Lahan-lahan kosong tadinya lapang hanya ditumbuhi rerumputan, dimanfaatkan sebagai tempat untuk menjemur kain. Kini lahan lapang tersebut jadi lebih berwarna dengan berbagai motif yang ada.

Pekerja menjemur kain pantai. Foto: Muhammad Ihsan Mulya Pratama.

Mojolaban jadi spot favorit fotografer

Saat musim kemarau, kain-kain pantai yang sudah diwarnai mulai dijemur sekitar pukul 8 pagi. Kalau pas musim hujan, ya tergantung dengan cuaca. Nah, tempat penjemuran kain pantai inilah yang akhirnya dijadikan spot hunting foto oleh para fotografer.

Jika ingin memotret, pastikan kamu datang di waktu terbaik yakni saat penjemuran kain di pagi hari pas musim panas. Di waktu tersebut, kamu bisa memotret bentangan kain warna-warni dengan baground langit berwarna biru.

Karena proses penjemuran dilakukan di tanah lapang dan di bawah sinar matahari langsung, jika berkunjung ke sini pastikan kamu mengenakan topi serta pakaian yang dapat menyerap keringat.

Pekerja mencuci kain pantai yang sudah diwarnai. Foto: Muhammad Ihsan Mulya Pratama

Belanja kain pantai di Mojolaban

Selain dapat menikmati proses pembuatan kain pantai, pengunjung juga dapat sekaligus berbelanja kain di sekitar tempat produksi. Harga kain pantai pun cukup terjangkau sekitar Rp15.000 hingga Rp30.000, tergantung motif dan ukurannya. Kain-kain ini biasanya dipotong oleh produsen dan dikirim ke perusahaan yang akan digunakan sebagai bahan baku untuk pakaian.

Produksi kain pantai dari Mojolaban tersebut dijual ke daerah Jogja dan Bali, tak hanya di Indonesia beberapa produsen pun  mampu menjualnya hingga ke luar negeri. Pembeli rata–rata pengusaha garmen yang fokus dalam memproduksi busana pantai, yang pada akhirnya kain tersebut menjadi baju maupun celana yang kemudian dipasarkan di berbagai daerah.

Seiring berjalannya waktu, kawasan ini kini menjadi ramai pengunjung baik yang sekedar ingin melihat proses pembuatan kain pantai, atau yang gemar berburu foto.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Geliat Produksi Kain Pantai Mojolaban appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/geliat-produksi-kain-pantai-mojolaban/feed/ 0 26193