Imam Basthomi, Penulis di TelusuRI https://telusuri.id/penulis/imam-basthomi/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Wed, 25 Jun 2025 15:07:29 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 Imam Basthomi, Penulis di TelusuRI https://telusuri.id/penulis/imam-basthomi/ 32 32 135956295 Liburan Akhir Tahun ke AMEX 2024 Museum Sonobudoyo https://telusuri.id/amex-2024-museum-sonobudoyo-yogyakarta/ https://telusuri.id/amex-2024-museum-sonobudoyo-yogyakarta/#respond Tue, 11 Feb 2025 03:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=45604 Di Yogyakarta, selain Malioboro dan Keraton Jogja yang jadi destinasi wisata favorit turis, Museum Sonobudoyo juga sebenarnya tidak kalah menarik untuk dikunjungi. Apalagi setiap akhir tahun Museum Sonobudoyo mengadakan pameran yang bernama Annual Museum Exhibition...

The post Liburan Akhir Tahun ke AMEX 2024 Museum Sonobudoyo appeared first on TelusuRI.

]]>
Di Yogyakarta, selain Malioboro dan Keraton Jogja yang jadi destinasi wisata favorit turis, Museum Sonobudoyo juga sebenarnya tidak kalah menarik untuk dikunjungi. Apalagi setiap akhir tahun Museum Sonobudoyo mengadakan pameran yang bernama Annual Museum Exhibition (Amex).

Museum Sonobudoyo merupakan museum negeri di bawah naungan Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Museum ini mempunyai fungsi mengelola koleksi-koleksi sarat nilai budaya dan sejarah. Selain itu Sonobudoyo juga memiliki tugas untuk mengumpulkan, merawat, pengawetan, melaksanakan penelitian, pelayanan pustaka, bimbingan edukatif kultural serta penyajian benda koleksi. Lokasi museum berada di pusat kota Yogyakarta, tepatnya Jalan Trikora/Pangurakan No. 6, berdekatan dengan keraton dan Malioboro.

Museum Sonobudoyo menyimpan 10 jenis koleksi, yang meliputi: Koleksi Geologi, Koleksi Biologi, Koleksi Etnografi, Koleksi Arkeologi, Koleksi Numismatika, Koleksi Historika, Koleksi Filologika, Koleksi Seni Rupa, Koleksi Teknologika, dan Koleksi Keramologika. Museum buka setiap hari Selasa–Minggu pukul 08.00–21.00 WIB. Adapun harga tiket masih relatif terjangkau dan terbagi menjadi dua kategori. Tiket domestik dewasa Rp10.000 dan anak-anak Rp5.000, sedangkan wisatawan mancanegara Rp20.000.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika mengunjungi pameran AMEX 2024 lalu. Pertama, pameran menerapkan sistem “one way”, jadi para pengunjung tidak boleh keluar lewat pintu masuk. Kedua, para pengunjung harus menjaga kebersihan. Ketiga, dilarang untuk menyentuh setiap koleksi yang dipamerkan. Keempat, dilarang untuk mengambil gambar menggunakan kamera flash.

  • Liburan Akhir Tahun ke AMEX 2024 Museum Sonobudoyo
  • Liburan Akhir Tahun ke AMEX 2024 Museum Sonobudoyo

AMEX 2024

AMEX merupakan pameran tahunan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati hari jadi Museum Sonobudoyo, yang jadi wujud aksi museum dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya. AMEX 2024 bertajuk “Meet The Myth: From Mythology to Art and Sustainability” dan berlangsung pada 6 November–31 Desember 2024 di Gedung Pamer Saraswati selama jam operasional museum. Untuk melihat pameran hanya perlu menunjukkan tiket masuk museum.

AMEX kali ini berupaya mengeksplorasi figur-figur mitologi berupa makhluk yang eksistensinya dikisahkan dalam folklor, legenda, dan fabel. Figur mitologi tersebut dihadirkan dalam imajinasi dan dalam berbagai wujud karya seni baik klasik, kontemporer, maupun modern. Di dalamnya memuat aspek-aspek simbolik karena sering ada suatu mitos di dalamnya. Melalui pameran ini Museum Sonobudoyo menghadirkan berbagai bentuk visualisasi figur mitologi berdasarkan koleksi yang ada di dalam museum. 

Selain visualisasi figur mitologi dalam karya seni, AMEX 2024 juga bertujuan untuk mengajak pengunjung belajar mengenai peran, fungsi, dan nilai budaya mitologi yang mempunyai nilai-nilai simbolik dalam tatanan kehidupan masyarakat. Selain itu perlu digarisbawahi juga bahwa pameran ini menyinggung aspek “sustainability” yang menyangkut isu-isu ekologi dan kelestarian alam. Tanpa disadari, keberadaan mitos yang ada pada kehidupan masyarakat sering kali bertautan dengan pentingnya menjaga alam, lingkungan, dan kesinambungan hubungan manusia dengan alam. Dalam konteks “cultural sustainability”, pameran ini hadir sebagai sebuah upaya berkelanjutan untuk pemeliharaan dan pelestarian warisan budaya.

Pameran ini dihadirkan dengan konsep kekinian sehingga tidak akan membuat para pengunjung merasa bosan. Tata letak pameran diatur secara khusus dan beberapa ruang dilengkapi dengan teknologi proyeksi video mapping. Di setiap ruangan juga ada pemandu yang siap memberikan penjelasan lebih lanjut kepada setiap pengunjung.

Liburan Akhir Tahun ke AMEX 2024 Museum Sonobudoyo
Video mapping AMEX 2024/Imam Basthomi

Garuda dan Lambang Negara

Di ruangan pertama, tersaji figur mitologi burung garuda. Garuda merupakan figur mitologi yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena menjadi lambang negara. Berdasarkan infografis di pameran ini, dijelaskan bahwa garuda merupakan lambang dunia dan kelahiran. 

Pada berbagai karya seni garuda digambarkan berwujud setengah manusia dan setengah burung raksasa. Figur garuda ini juga banyak jenisnya, di antaranya Garuda Wisnu Kencana, Jatayu, dan Wilmana. Dalam perkembangannya, figur garuda memberikan pengaruh dalam hal kesenian di Indonesia. Kita dapat menemukan figur-figur garuda dalam berbagai macam bentuk kesenian, baik versi yang klasik maupun modern. 

Istana Garuda di IKN merupakan contoh nyata bahwa figur garuda dimanfaatkan dalam seni arsitektur di era modern seperti sekarang. Melalui AMEX kali ini, para pengunjung juga dapat belajar sejarah tentang perjalanan dan latar belakang Indonesia menggunakan garuda sebagai lambang negara dalam bentuk infografis yang menarik dan mudah untuk dipahami.

Liburan Akhir Tahun ke AMEX 2024 Museum Sonobudoyo
Lambang negara, Garuda Pancasila/Imam Basthomi

Mitologi Naga

Di ruangan berikutnya dipaparkan mengenai figur mitologi naga. Naga merupakan figur mitologi yang sering kali muncul dalam berbagai tradisi dan kebudayaan di dunia. Dalam konteks Nusantara, kisah naga banyak dijumpai dalam tradisi lisan (folklor) yang ada di masyarakat.

Dijelaskan bahwa figur naga dalam konteks Nusantara biasanya dipakai sebagai analogi morfologi alam. Dalam pengertian lainnya, naga dijadikan simbolisasi penyebab terjadinya peristiwa alam dan asal usul terjadinya suatu tempat (wilayah). Mitologi naga juga dijadikan alasan pelaksanaan ritual atau upacara tradisional masyarakat.

Kisah-kisah mengenai naga terkadang juga berisi pesan moral yang berkaitan dengan pedoman hidup masyarakat, termasuk dalam menjaga keseimbangan alam. Visual naga sendiri sering dijumpai dalam berbagai bentuk seni dan ornamentasi. Beberapa contoh yang ditampilkan antara lain Naga Antaboga, Naga Basuki, dan Naga Taksaka.

Ragam koleksi figur mitologi di AMEX 2024, di antaranya Ganesha, makara, dan naga/Imam Basthomi

Figur Zoomorfik dan Antropomorfik

Di ruangan berikutnya disajikan figur-figur mitologi selain garuda dan naga yang tertuang dalam karya seni lainnya. Figur-figur ini banyak ditemukan dalam folklor dan beberapa divisualisasikan dalam wujud hibridisasi. Contohnya saja makara yang biasanya ada pada bangunan candi. Makara berarti naga laut yang visualnya berupa wujud hibrida dari gajah-buaya-rusa dan di belakangnya berupa hewan air, seperti ikan atau naga. Peran makara pada bangunan candi dianggap sebagai tolak bala (musibah atau marabahaya).

Selanjutnya ada Ganesha yang dikenal sebagai dewa pengetahuan dan kecerdasan. Ganesha sering divisualisasikan bertubuh manusia dan berkepala gajah. Visual Ganesha tidak hanya dijumpai dalam seni arca atau patung, tetapi juga dapat dijumpai dalam lambang suatu institusi formal maupun nonformal.

Selain Ganesha dan makara, pameran ini juga menampilkan mitologi hibrida lainnya, seperti Rusa Bersayap, Singa Ambara, Paksi Naga Liman, Phoenix, Flying Mermaid, Barong dan Rangda, Malekat Lindhu, dan Bedawang Nala.

  • Liburan Akhir Tahun ke AMEX 2024 Museum Sonobudoyo
  • Liburan Akhir Tahun ke AMEX 2024 Museum Sonobudoyo

Mitologi sebagai Personifikasi dan Alegori

Dari AMEX 2024, para pengunjung bisa mempelajari bahwa figur mitologi sering dipakai untuk personifikasi atau penggambaran kekuatan atau fenomena alam. Selain itu juga bisa digunakan sebagai alegori atau sebuah simbol untuk menyampaikan pesan. Misalnya saja, ada figur Bedawang Nala yang berupa kura-kura raksasa, yang sering diasosiasikan dengan peristiwa gempa bumi dan tsunami.

Melalui pameran ini pengunjung juga dapat mengetahui bahwa mitos selalu berkaitan dengan isu-isu pelestarian alam, menciptakan harmoni dan kesinambungan antara warisan budaya dan tantangan lingkungan. Mitos secara tidak langsung menjadi media konservasi alam yang harus diperhatikan.

AMEX 2024 sukses menghadirkan instalasi artistik kontemporer berupa figur-figur mitologi sebagai bentuk reimajinasi dan reinterpretasi. Adanya ruangan dengan beberapa instalasi artistik juga menjadi media interaktif bagi para pengunjung. Para pengunjung di akhir ruangan juga bisa memproduksi hasil imajinasi atau fantasi mengenai figur mitologi dalam bentuk karya seni. 

Sebagai pelengkap acara, pihak Museum Sonobudoyo juga menghadirkan berbagai kegiatan pendukung, seperti seminar, workshop, talkshow, tur kuratorial untuk umum dan difabel, serta kelas kuratorial. 


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Liburan Akhir Tahun ke AMEX 2024 Museum Sonobudoyo appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/amex-2024-museum-sonobudoyo-yogyakarta/feed/ 0 45604
Menengok Wajah Baru Museum Benteng Vredeburg https://telusuri.id/menengok-wajah-baru-museum-benteng-vredeburg/ https://telusuri.id/menengok-wajah-baru-museum-benteng-vredeburg/#respond Mon, 23 Sep 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=42721 Museum dulunya identik dengan kata-kata “kuno”, “jadul”, dan “tua”. Memang benar museum mempunyai tugas menjaga dan merawat benda-benda yang mempunyai nilai sejarah. Namun, selain itu museum juga berfungsi sebagai pusat pendidikan, penelitian, dan pariwisata. Oleh...

The post Menengok Wajah Baru Museum Benteng Vredeburg appeared first on TelusuRI.

]]>
Museum dulunya identik dengan kata-kata “kuno”, “jadul”, dan “tua”. Memang benar museum mempunyai tugas menjaga dan merawat benda-benda yang mempunyai nilai sejarah. Namun, selain itu museum juga berfungsi sebagai pusat pendidikan, penelitian, dan pariwisata. Oleh karenanya saat ini banyak museum yang berbenah mengikuti perkembangan zaman, termasuk Museum Benteng Vredeburg.

Museum Benteng Vredeburg tidak pernah sepi pengunjung karena terletak di lokasi yang strategis, tepatnya Jalan Margomulyo No. 6, Yogyakarta. Berada di kawasan Titik Nol Jogja. Untuk memberikan pelayanan terbaik, Museum Benteng Vredeburg melakukan beberapa perbaikan dalam infrastruktur dan pelayanannya. Kini Museum Benteng Vredeburg berada di bawah naungan Indonesian Heritage Agency (IHA), yang merupakan Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kemendikbudristek. 

IHA mengelola 18 museum dan galeri, serta 34 cagar budaya yang ada di Indonesia. Agensi ini didirikan dengan tujuan mengimajinasikan ulang kekayaan sejarah dan budaya bangsa secara inklusif dan kolaboratif. IHA secara resmi diluncurkan ke publik pada Kamis, 16 Mei 2024. Acara tersebut berlokasi di Museum Benteng Vredeburg yang telah direnovasi, dengan dihadiri secara langsung oleh Mendikbudristek Nadiem Makarim, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, dan beberapa figur publik nasional lainnya.

Menengok Wajah Baru Museum Benteng Vredeburg
Halaman Museum Benteng Vredeburg (virtualtourvredeburg.id)

Sejarah Benteng Vredeburg Sebelum Menjadi Museum

Benteng ini menjadi saksi akan sejarah yang pernah terjadi di Yogyakarta. Pada awalnya benteng didirikan pada 1760 sebagai tempat istirahat para tentara kolonial dan pejabat kolonial beserta keluarga. Maka dahulu disebut sebagai Rustenburg yang berarti benteng peristirahatan. Lalu berubah nama menjadi Vredeburg yang berarti perdamaian, karena pihak kolonial bisa berdamai dengan Keraton Yogyakarta.

Niat awal pembangunan Benteng Vredeburg adalah untuk menjaga keamanan Keraton Yogyakarta. Namun, pada faktanya tujuan utamanya adalah untuk mengawasi pergerakan keraton dan menjadi benteng perlawanan terhadapnya. Peristiwa Geger Sepoy, Perang Jawa, dan konflik-konflik lainnya antara pihak kolonial dan Keraton Yogyakarta selalu melibatkan Benteng Vredeburg sebagai salah satu basis pertahanan pihak kolonial.

Ketika masa penjajahan Jepang, Benteng Vredeburg dijadikan markas Kempeitai (unit polisi Jepang), gudang mesiu, dan rumah tahanan bagi orang-orang Belanda dan Indo-Belanda serta kaum politisi RI yang menentang Jepang. Setelah kemerdekaan, benteng diambil alih oleh militer Republik Indonesia meski pada 1948 Belanda sempat menguasai lagi karena Agresi Militer Belanda II. Benteng Vredeburg baru dialihfungsikan sebagai sebuah museum setelah Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengizinkan pengadaan perubahan bangunan sesuai dengan kebutuhan. 

Di tahun 1987, museum Benteng Vredeburg baru dibuka untuk umum dan berdasarkan SK Mendikbud No. 0475/0/1992 tanggal 23 November 1992, Museum Benteng Vredeburg menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional. 

Menengok Wajah Baru Museum Benteng Vredeburg
Sudut foto di selatan Museum Benteng Vredeburg dengan pemandangan terbuka ke kawasan Titik Nol Yogyakarta/Imam Basthomi

Koleksi-koleksi Museum Benteng Vredeburg

Sebagai salah satu cagar budaya di Indonesia, koleksi utama adalah bangunan Benteng Vredeburg itu sendiri. Tidak seperti Benteng Vastenburg yang ada di Surakarta, Benteng Vredeburg masih terawat baik dengan ruang-ruang yang ada di dalamnya. Di dalam benteng kita bisa melihat bekas parit, jembatan, pintu gerbang benteng. Di sana juga masih berdiri bangunan-bangunan bekas kantor, barak tentara, tempat tinggal perwira, gudang senjata, kamar untuk tamu, dapur, tempat pengadilan, penjara, dan klinik.

Bangunan tempat tinggal perwira sekarang dimanfaatkan sebagai Diorama I dan II. Diorama I berisi koleksi realia dan minirama yang mengisahkan perjuangan dari masa Perang Diponegoro sampai kolonialisme Jepang. Sementara Diorama II berisi koleksi-koleksi yang menjelaskan peristiwa perjuangan pasca kemerdekaan hingga Agresi Militer Belanda I.

Di sebelah utara Diorama II adalah Diorama III yang dahulu merupakan barak para tentara. Di dalam diorama tersebut kita akan melihat koleksi-koleksi yang mengisahkan peristiwa sejarah dari Perjanjian Renville hingga adanya pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS). Beralih ke sisi timur Diorama III, ada Diorama IV yang dulunya tempat dansa atau hiburan para perwira. Di sana kita akan disajikan koleksi-koleksi yang merepresentasikan peristiwa sejarah sejak terbentuknya NKRI hingga masa Orde Baru.

  • Menengok Wajah Baru Museum Benteng Vredeburg
  • Menengok Wajah Baru Museum Benteng Vredeburg

Apa yang Baru dari Museum Benteng Vredeburg?

Setelah direnovasi dan dipugar, banyak hal baru di Museum Benteng Vredeburg. Sekarang museum memiliki parkir motor dan mobil yang berada di sisi selatan benteng. Dengan adanya parkir ini, para pengunjung tidak perlu bingung lagi untuk mencari tempat parkir kendaraan. Sementara di sebelah selatan juga ada spot taman dengan tempat duduk yang mana bisa menikmati suasana benteng, mengunjungi Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949, atau melihat gedung Bank Indonesia dan Kantor Pos Besar Yogyakarta.

Museum Benteng Vredeburg saat ini buka sampai malam. Hari Senin–Kamis buka dari pukul 08.00–20.00 WIB, lalu akhir pekan (Jumat, Sabtu, Minggu) museum buka sampai pukul 22.00 WIB. Pengunjung bisa masuk dengan mendapatkan tiket di loket lalu pindai barcode tiket untuk masuk ke lingkungan museum. Dari pintu masuk bagian barat kita bisa memilih untuk langsung ke dalam benteng atau minum cokelat dulu di Kafe Rustenburg. 

Ada beberapa hal yang baru pascarenovasi museum. Pertama, ada Souvenir Shop yang menggantikan ruang Mini Studio yang digunakan untuk memutar film-film dokumenter atau profil museum. Di Souvenir Shop kita bisa membeli oleh-oleh, seperti kaus, mug, gantungan kunci, tote bag, dan stiker. Kedua, di dalam museum kini juga ada kantin (minimarket), sehingga pengunjung yang merasa lapar dan haus setelah menjelajah seluruh museum bisa membeli makanan ringan dan minuman di kantin tersebut. Lokasinya berada di sebelah utara Diorama II.

Pada Diorama I-IV kini menggunakan pintu masuk otomatis. Koleksi-koleksi di dalamnya diatur dan ditata ulang, serta dilengkapi dengan papan-papan interaktif yang modern dan lebih canggih. Lalu selain membuat taman patriot yang tidak kalah menarik untuk dikunjungi, pihak museum juga merenovasi kids corner dan mengadakan dream corner untuk kebutuhan pengunjung dari kalangan anak-anak. Untuk hari Senin–Rabu, keduanya hanya dibuka sampai pukul 12.00 WIB.

Yang tak kalah seru, museum kini memiliki event pertunjukan Video Mapping dan Musikoloji. Keduanya hanya ada ketika hari Jumat, Sabtu, dan Minggu saja. Pengunjung dapat menikmati permainan musik-musik tradisional dan modern, serta dapat melihat metamorfosis perjalanan sejarah bangunan museum.

Menengok Wajah Baru Museum Benteng Vredeburg
Pertunjukkan Video Mapping saat malam/Imam Basthomi

Bagi pengunjung Museum Benteng Vredeburg, jangan lupa untuk tetap mematuhi aturan-aturan yang ada seperti berikut:

  1. Anak di bawah 10 tahun harus dalam pendampingan orang dewasa;
  2. Dilarang membawa senjata api, senjata tajam, dan obat-obatan terlarang;
  3. Dilarang membawa hewan peliharaan;
  4. Dilarang merokok dalam jenis apa pun;
  5. Dilarang menyentuh dan bersandar pada benda koleksi dan vitrin kaca;
  6. Dilarang makan dan minum di dalam ruangan;
  7. Dilarang membawa tas ransel besar di dalam ruang pamer. Tas bisa dititipkan di pos keamanan;
  8. Dilarang membawa mainan di dalam ruang pamer;
  9. Dilarang berlarian di dalam ruang pamer;
  10. Dilarang berbicara keras di dalam ruang pamer; dan
  11. Dilarang membuang sampah sembarangan.

Bagaimana, tertarik untuk berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg?

* * *

Museum Benteng Vredeburg
Jl. Margo Mulyo No.6, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55122
Instagram: @museum.benteng.vredeburg
Website: vredeburg.id

Jam operasional
Senin–Kamis: 08.00–20.00 WIB
Jumat–Minggu: 08.00–22.00 WIB

Harga tiket
Senin–Kamis (08.00–20.00 WIB)
Anak-anak (maksimal 12 tahun): Rp10.000
Dewasa: Rp15.000
Foreigner: Rp30.000

Jumat–Minggu (08.00–15.30 WIB)
Anak-anak (maksimal 12 tahun): Rp15.000
Dewasa: Rp20.000
Foreigner: Rp40.000

Jumat–Minggu (16.00–22.00 WIB)
Anak-anak (maksimal 12 tahun): Rp20.000
Dewasa: Rp25.000
Foreigner: Rp50.000


Foto sampul: Halaman Museum Benteng Vredeburg (virtualtourvredeburg.id)


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menengok Wajah Baru Museum Benteng Vredeburg appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menengok-wajah-baru-museum-benteng-vredeburg/feed/ 0 42721
Cerita dari Kompleks Makam Raja Imogiri https://telusuri.id/kompleks-makam-raja-imogiri/ https://telusuri.id/kompleks-makam-raja-imogiri/#comments Thu, 04 Aug 2022 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=34710 Selain mendapatkan julukan sebagai Kota Pelajar, Daerah Istimewa Yogyakarta juga dikenal dengan sebutan Kota Budaya. Keberagaman budaya yang ada di sini menjadi magnet untuk wisatawan. Tak hanya itu, jejak-jejak sejarah juga menarik untuk ditelusuri. Beberapa...

The post Cerita dari Kompleks Makam Raja Imogiri appeared first on TelusuRI.

]]>
Selain mendapatkan julukan sebagai Kota Pelajar, Daerah Istimewa Yogyakarta juga dikenal dengan sebutan Kota Budaya. Keberagaman budaya yang ada di sini menjadi magnet untuk wisatawan. Tak hanya itu, jejak-jejak sejarah juga menarik untuk ditelusuri. Beberapa di antaranya bahkan menjadi kawasan wisata, riset, dan aktivitas sosial lain.

Sejarah Makam Raja Imogiri

Kompleks Makam Raja Imogiri merupakan kawasan makam raja-raja Mataram Islam yang terletak di perbukitan Imogiri, Bantul. Lokasinya  terletak kurang lebih 20 kilometer ke arah tenggara dari pusat Kota Yogyakarta, tepatnya di wilayah Desa Girirejo dan Desa Wukirsari, Kapanewon/Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, DIY. Saya harus melewati anak tangga yang berjumlah sekitar 409 buah saat mengunjunginya.

Masyarakat Jawa meyakini bahwa gunung atau bukit dapat menyimbolkan status, sekaligus merupakan upaya untuk lebih mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Makam yang didirikan pada masa pemerintahan Sultan Agung tersebut memang diperuntukkan untuk raja dan kerabat kerajaan Mataram Islam beserta keturunannya.

Ada sebuah kisah kenapa Sultan Agung memilih perbukitan Pajimatan Girirejo untuk membangun makam ini. Menurut juru kunci, sewaktu Sultan Agung sedang mencari tanah yang akan digunakan untuk tempat pemakaman khusus sultan dan keluarganya, ia melemparkan segenggam pasir dari Arab. Pasir tersebut dilempar jauh hingga akhirnya mendarat di perbukitan Imogiri. Atas dasar itulah selanjutnya Sultan Agung memutuskan membangun makam di Imogiri. 

Jadwal Kunjung Makam Raja Raja Imogiri
Jadwal kunjungan Kompleks Makam Raja Imogiri/Imam Bashtomi

Imogiri sendiri berasal dari kata hima dan giri. Hima berarti kabut dan giri berarti gunung, sehingga Imogiri bisa diartikan sebagai gunung yang diselimuti kabut. Pada tahun 1632 M, seorang arsitek bernama Kyai Tumenggung Tjitrokoesoemo membangun kawasan makam atas perintah dari Sultan Agung. Selang 13 tahun kemudian pada tahun 1645 Sultan Agung wafat, ia kemudian dimakamkan di Imogiri.

Hingga saat ini makam Sultan Agung sangat dikeramatkan, tidak sembarang orang bisa memasuki makamnya. Ada persyaratan yang harus dipenuhi bila berniat melakukan ziarah pada makam Sultan Agung yakni, para peziarah dilarang menggunakan alas kaki, membawa kamera, memakai perhiasan terutama dari emas, dan harus mengenakan pakaian khas Jawa atau peranakan.

Peziarah laki-laki harus mengenakan pakaian adat Jawa berupa blangkon, beskap, kain, sabuk, timang dan samir. Sedangkan peziarah perempuan harus memakai kemben dan kain panjang, dan untuk yang berhijab harus melepas hijabnya saat masuk ke makam Sultan Agung.

Di area makam dan hutan tersebut secara umum para pengunjung dilarang berbuat tidak sopan, berburu, memotong pohon, mengambil kayu dan mencabut atau merusak tanaman yang ada.

Kita bisa berkunjung pada hari Sabtu-Kamis pada pukul 10.00 hingga pukul 13.00 WIB dan hari Jumat pada pukul 13.00-16.00 WIB. Pada bulan puasa, kawasan makam ditutup selama satu bulan dan buka kembali pada tanggal 1 Syawal.

Ragam Tradisi dan Budaya 

Ada beberapa tradisi sakral yang masih dijalankan di sani yaitu kuthomoro dan nguras enceh. Kuthomoro adalah tradisi keraton mengirim doa di bulan Ruwah. Tradisi kirim doa tersebut ditujukan untuk para leluhur Keraton Yogyakarta yang telah dikebumikan di makam-makam Kagungan Dalem. Tradisi ini sudah ada sejak Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Tradisi nguras enceh dilaksanakan setiap hari Jumat Kliwon pada bulan Sura setelah jamasan pusaka (siraman pusaka) Keraton Yogyakarta—yang dilaksanakan pada setiap hari Selasa Kliwon pada bulan Sura. Nguras enceh yang dilakukan di dalam Komplek Makam Imogiri ini merupakan upacara penggantian (menguras air) di dalam enceh atau tempayan yang berukuran sangat besar, dulunya tempayan ini digunakan oleh Sultan Agung untuk berwudu.

Enceh tersebut sebenarnya adalah cinderamata dari kerajaan-kerajaan sahabat. Jumlahnya 4 buah, masing-masing diperoleh dari empat kerajaan yang berbeda. Enceh tersebut mempunyai nama Kyai Danumaya (dari Kerajaan Aceh), Nyai Danumurti (dari Kerajaan Palembang), Kyai Mendung (dari Kerajaan Rum, Turki), dan Kyai Syiem (dari kerajaan Siam, Thailand).

Enceh Kyai Danumaya
Enceh Kyai Danumaya/Imam Bashtomi

Makam ini terbagi dalam beberapa kompleks pemakaman yang disebut kedaton. Pembangunannya dilakukan secara bertahap. Masing-masing kedaton digunakan untuk memakamkan beberapa raja beserta keluarga terdekatnya. Selain itu karena adanya perjanjian Giyanti yang membagi wilayah kekuasaan Kesultanan Mataram menjadi Yogyakarta dan Surakarta, di makam ini juga dibagi menjadi 3 wilayah.

Pada bagian sebelah barat digunakan untuk memakamkan raja-raja Kasunanan Surakarta beserta keluarga terdekatnya. Pada bagian timur digunakan untuk memakamkan raja-raja Kasultanan Yogyakarta beserta keluarga terdekatnya. Untuk bagian tengah merupakan makam Sultan Agung beserta anak-anaknya. 

Kedaton Sultan Agungan adalah kedaton yang berdiri pertama, berfungsi untuk memakamkan beberapa raja, antara lain: Sultan Agung, Sunan Amangkurat II, dan Sunan Amangkurat III. Sedangkan pada ada Kedaton Bagusan/Kasuwargan, Kedaton Astana Luhur, dan Kedaton Girimulyo yang berisi makam dari keluarga kerjaan Kasunanan Surakarta. Sementara pada Kasunanan Yogyakarta terdapat Kedaton Kasuwargan, Kedaton Besiyaran, dan Kedaton Sapta Rengga.

Fasilitas di Makam raja-raja Imogiri cukup lengkap. Tersedia area parkir yang cukup luas, masjid, musala, toilet umum, pemandu wisata, dan tempat sewa pakaian adat untuk mengunjungi makam. Di sisi jalan menuju makam juga banyak pedagang yang menjual souvenir dan kuliner-kuliner khas Imogiri.

Jadi, kapan mau berkunjung?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Cerita dari Kompleks Makam Raja Imogiri appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/kompleks-makam-raja-imogiri/feed/ 2 34710
Menelusuri Wisata Sejarah di Nganjuk https://telusuri.id/menelusuri-wisata-sejarah-di-nganjuk/ https://telusuri.id/menelusuri-wisata-sejarah-di-nganjuk/#respond Thu, 27 Jan 2022 11:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=32476 Berada di Jawa Timur, Nganjuk dikelilingi oleh enam Kabupaten. Kabupaten tersebut antara lain yakni Kab. Jombang (sebelah timur), Kab. Kediri (sebelah selatan dan sebelah timur), Kab. Tulungagung (sebelah selatan), Kab. Madiun dan Kab. Ponorogo (sebelah...

The post Menelusuri Wisata Sejarah di Nganjuk appeared first on TelusuRI.

]]>
Berada di Jawa Timur, Nganjuk dikelilingi oleh enam Kabupaten. Kabupaten tersebut antara lain yakni Kab. Jombang (sebelah timur), Kab. Kediri (sebelah selatan dan sebelah timur), Kab. Tulungagung (sebelah selatan), Kab. Madiun dan Kab. Ponorogo (sebelah barat), dan Kab. Bojonegoro (sebelah utara). Wilayah Nganjuk terbilang strategis karena menjadi jalur lintas selatan dari arah Surabaya menuju Solo, Yogyakarta, dan Jabodetabek. Masyarakat Nganjuk masih lekat dengan tradisi, budaya, hingga sejarah. Oleh karenanya, menjadi hal yang lumrah jika Nganjuk memiliki potensi wisata terkait dengan nilai-nilai tersebut.

Kalau ke Nganjuk, sempatkan diri singgah ke tempat bersejarah ini, ya!

Candi Lor
Candi Lor/Imam Basthomi

1. Candi Lor

Candi Lor terletak di sebelah selatan dari pusat Kota Nganjuk. Tepatnya di Desa Candirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk. Berdasarkan catatan sejarah, candi ini didirikan oleh Mpu Sindok pada tahun 859 Caka atau 937 M sebagai tugu peringatan kemenangan Sindok dari Melayu  dan sebagai penghargaan kepada rakyat Anjung Ladang atas dalam peperangan.

Menurut ahli sejarah, Candi Lor awalnya bertingkat dan bersifat Siwais. Candi Lor menghadap ke barat namun sekarang ini sudah tidak berbentuk lagi—sudah sangat rusak, tepatnya. Hal itu terjadi karena memang bangunan candi yang terbuat dari bata merah ini sudah tua, bahkan pohon Kepuh tumbuh di sekitar badan candi. 

Di bagian barat, terdapat arca, lingga, dan juga yoni. Ketiga dalam keadaan sudah rusak. Di sebelah baratnya lagi ada dua makam yang diyakini sebagai makam abdi kinasih Mpu Sindok yaitu Eyang Kerto dan Eyang Kerti.

Di komplek Candi Lor juga ditemukan sebuah prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Anjuk Ladang. Prasasti tersebut saat ini tersimpan di Museum Nasional. Secara garis besar, prasasti Anjuk Ladang berisi maklumat dari seorang pejabat tinggi kerajaan.

2. Candi Ngetos

Candi Ngetos terletak di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, sekitar 17 km arah selatan dari Kota Nganjuk. Berdasarkan bentuk bangunannya, candi ini diperkirakan berdiri pada abad XV. Candi ini juga diperkirakan berfungsi sebagai tempat pemakaman Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit.

Bangunan utama Candi Ngetos terbuat dari batu merah. Secara fisik, keadaannya tak jauh beda dengan Candi Lor. Tampak rusak. Candi Ngetos memiliki 4 relief, namun sekarang ini hanya satu yang masih dapat dilihat, tiga lainnya sudah rusak. Berdasarkan arca-arca yang ditemukan di sana, Candi Ngetos dikatakan sebagai Candi yang bersifat Siwa-Wisnu.

3. Masjid Al Mubaarok

Masjid Mubaarok merupakan masjid salah satu yang tertua di Nganjuk. Lokasinya berada di Berbek, sekitar 8 km arah selatan dari pusat Kota Nganjuk. Masjid ini dibangun di atas tanah yang cukup luas. Di sampingnya ada beberapa bangunan lainnya seperti yoni yang sekarang difungsikan untuk melihat waktu Salat (bencet).

Di sebelah kiri bagian depan sekarang ini didirikan bangunan untuk Kantor Urusan Agama (KUA) Berbek. Di bagian sebelahnya juga ada Taman Pendidikan Quran (TPA) dan Madrasah Ibtidaiyah. Di belakang masjid digunakan sebagai pemakaman dan sampai saat ini oleh masyarakat sering dikunjungi untuk wisata religi. 

4. Monumen Pahlawan

Nganjuk juga merupakan wilayah yang memiliki rekam jejak sejarah perjuangan para pahlawan Indonesia. Untuk mengenang dan mengingat jasa-jasa para pahlawan, maka dibuatkan sebuah monumen. Yang pertama adalah Monumen Kapten Kasihin. Monumen tersebut terletak di alun-alun Kota Nganjuk.

Monumennya berupa patung yang berdiri megah dan gagah yang menggambarkan Kapten Kasihin sedang memakai baju militer lengkap dengan pedangnya. Monumen ini dibangun untuk menunjukkan bahwa di daerah Nganjuk pernah terjadi perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Yang kedua adalah Monumen Jenderal Sudirman. Monumen tersebut dibangun di Desa Bajulan. Lokasinya sangat strategis, yaitu terletak di tikungan dekat jembatan yang agak panjang dan persis di sebelah barat SD bajulan 1.

Pada monumen ini Jenderal Sudirman digambarkan sebagai sosok yang utuh, berdiri tegak, dan memakai jas/mantel panjang dan memakai blangkon. Monumen ini dibangun di Desa Bajulan karena untuk mengenang perjuangan gerilya Jenderal Sudirman beserta pasukannya melawan pasukan penjajah.

Yang terakhir adalah Monumen Dokter Soetomo. Monumen ini terletak di Desa Ngepeh Kecamatan Loceret (7 km dari pusat Kota Nganjuk). Dibangun di sana karena merupakan tanah tempat kelahiran Dokter Soetomo. Secara keseluruhan monumennya berdiri di atas tanah seluas 3-4 ha.

Monumen Dokter Soetomo terdiri dari patung Dokter Soetomo, pendopo induk, dan bangunan pringgitan. Di monumen ini juga terdapat foto-foto kenangan dan kegiatan Dokter Soetomo baik pada masa kanak-kanak, masa muda, dan masa dewasa.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menelusuri Wisata Sejarah di Nganjuk appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menelusuri-wisata-sejarah-di-nganjuk/feed/ 0 32476
Berkunjung ke Museum Dewantara Kirti Griya https://telusuri.id/berkunjung-ke-museum-dewantara-kirti-griya/ https://telusuri.id/berkunjung-ke-museum-dewantara-kirti-griya/#respond Sun, 12 Dec 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=30869 Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 di Pakualaman. Ia merupakan cucu Pangeran Paku Alam III. Namanya tentu tak asing, ia menjadi Menteri Pendidikan pertama...

The post Berkunjung ke Museum Dewantara Kirti Griya appeared first on TelusuRI.

]]>
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 di Pakualaman. Ia merupakan cucu Pangeran Paku Alam III. Namanya tentu tak asing, ia menjadi Menteri Pendidikan pertama di Indonesia dan mendapatkan gelar pahlawan nasional. Untuk mengenang jasa dan perjuangannya, kita bisa berkunjung ke Museum Dewantara Kirti Griya.

Pengunjung Mematuhi Protokol Kesehatan saat Pandemi
Pengunjung mematuhi protokol kesehatan saat pandemi/Imam Basthomi

Sejarah Singkat Museum Dewantara Kirti Griya

Museum Dewantara Kirti Griya (MDKG) merupakan museum memorial, berupa tempat atau rumah bekas kediaman seorang tokoh yang patut diabadikan dalam sejarah bangsa. Di dalam museum ini disajikan gambaran riwayat hidup dan sejarah perjuangan Ki Hajar Dewantara sebagai  bapak  pendidikan  dan pahlawan nasional Indonesia. 

MDKG dahulunya adalah rumah Ki Hajar dan keluarganya. Rumah tersebut dihuni sejak tanggal 16 November 1938, bertepatan dengan diresmikannya Pendapa Agung Tamansiswa (Monumen Persatuan Tamansiswa). Bangunan rumah tersebut bergaya Hindia—Belanda klasik.

Rumah ini menempati tanah yang dibeli atas nama Ki Hajar Dewantara, Ki Sudarminto, Ki Supratolo dari Mas Adjeng Ramsinah pada tanggal 14 Agustus 1935. Pada tanggal 18 Desember 1951, kepemilikan tanah dan bangunan tersebut dihibahkan kepada Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa.

Pada tanggal 3 November 1957, Ki Hajar pindah ke rumah yang diberikan para alumni dan pecinta Tamansiswa di Jl. Kusumanegara 131, Yogyakarta. Pada tahun 1958, Ki Hajar mengajukan permintaan kepada sidang Pamong Tamansiswa agar rumah bekas tempat tinggalnya yang berada dijadikan museum. Setelah Ki Hajar wafat pada tahun 1959, mulai tahun 1960, Tamansiswa berusaha untuk mewujudkan gagasan almarhum.

Setelah melewati beberapa proses, Museum Dewantara Kirti Griya diresmikan pada 2 Mei 1970. Hal itu bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Kata Dewantara diambil dari nama Ki Hajar Dewantara sedangkan Kirti berarti “pekerjaan”, dan Griya berarti “rumah”. Dengan demikian arti lengkapnya adalah Rumah yang berisi hasil kerja Ki Hajar Dewantara.

Alamat, Jam Kunjung Museum, dan Harga Tiket

Museum Dewantara Kirti Griya (MDKG) berlokasikan di Jalan Tamansiswa No. 31 Yogyakarta Kompleks Majelis Luhur Tamansiswa. Museum ini buka setiap hari Senin—Sabtu. Pada hari Sabtu—Kamis MDKG buka pada pukul 08.00—13.00 WIB dan pada hari Jumat MDKG buka pada pukul 08.00—11.00 WIB. MDKG tutup setiap hari Minggu dan hari besar (hari libur nasional).

Ketika pandemi seperti sekarang ini, MDKG menerima kunjungan dengan menerapkan protokol kesehatan dan dengan melakukan jumlah pembatasan pengunjung. Jumlah pengunjung maksimal 25 orang. MDKG saat pandemi juga melayani kunjungan ke museum secara virtual apabila ada pemberitahuan atau permintaan sebelumnya.

Edukator Museum Menjelaskan Koleksi Museum
Edukator menjelaskan koleksi museum/Imam Basthomi

Tiket masuk di MDKG yakni sukarela, namun jika menggunakan jasa edukator maka akan dikenai biaya Rp5000/orang. MDKG juga memiliki varian harga yang berbeda untuk yang memesan Program Paket Kunjungan. Untuk Paket A dikenai biaya Rp1000/orang, Paket B dikenai biaya Rp15.000/orang, Paket C dikenai biaya Rp35.000/orang, Paket D dikenai biaya Rp50.000/orang. Masing-masing paket menawarkan program dan fasilitas yang berbeda-beda.

Koleksi Museum Dewantara Kirti Griya

Jumlah koleksi Museum Dewantara sebanyak 3.257 buah yang terdiri dari koleksi historika (sebanyak 1.207) dan koleksi filologika (sebanyak 2.050). Dua jenis koleksi tersebut terbagi menjadi 3 hal yakni: 1) Bangunan, berupa rumah bekas tempat tinggal Ki Hajar Dewantara dan Pendapa Agung Tamansiswa; 2) Koleksi Realia, yakni koleksi berupa benda-benda yang berhubungan dengan Ki Hajar yang memiliki peran dalam peristiwa sejarah seperti naskah, perabotan, pakaian, alat-alat kerja, dan arsip; 3) Koleksi lainnya berupa foto, benda pecah belah, surat kabar, dan buku-buku.

Standing Banner Ki hajar di Museum
Standing banner Ki Hajar di museum/Imam Basthomi

Fasilitas dan Program Museum Dewantara Kirti Griya

Tata pameran di Museum Dewantara Kirti Griya dibagi menjadi enam ruangan. Keenam ruangan tersebut menggambarkan perjuangan Ki Hajar dari awal hingga akhir hayatnya. 

Ruang Pamer 1 merupakan ruang khusus milik Ki Hajar Dewantara. Di sana terdapat terdapat benda-benda yang pernah dimiliki dan digunakan olehnya. Ruang Pamer 2 berada tepat di bagian depan museum. Ruangan ini merupakan keluarga milik Ki Hajar Dewantara. Di dalamnya tersimpan koleksi berupa foto-foto dokumentasi, kursi goyang, lemari, jam, koleksi souvenir, dan lambang Tamansiswa.

Ruang Pamer 3 berada di sebelah kanan ruang keluarga. Ruangan ini dahulu merupakan ruang tamu. Di  ruangan  ini  terdapat  berbagai  benda peninggalan seperti meja kursi tamu, telepon, foto  dokumentasi, dan patung Ki Hajar Dewantara.

Sedangkan di Ruang Pamer 4, yang berada di sebelah kanan ruang tamu, dahulu dipakai sebagai ruang kerja. Di ruangan ini terdapat piano, meja kerja, foto dokumentasi, kumpulan buku, radio, piagam penghargaan, dan bendera Tamansiswa.

Ruang Pamer 5 dan Ruang Pamer 6 merupakan kamar tidur Ki Hajar Dewantara beserta keluarganya. Di Ruang Pamer 5 terdapat koleksi museum berupa meja rias Nyi  Hajar, foto Nyi Hajar, koleksi kebaya, dan kain Nyi Hajar beserta keluarga, serta perlengkapan Ki Hajar Dewantara beserta istrinya. Di Ruang Pamer 6 tersimpan lemari  pakaian,  foto  Ki  Hajar  Dewantara  beserta istri dan anaknya, tempat tidur, dan gamelan Tamansiswa.

Museum Dewantara Kirti Griya juga dilengkapi fasilitas-fasilitas penunjang lainnya seperti toilet, mushola, tempat parkir, dan perpustakaan. Perpustakaan Museum Dewantara Kirti Griya memiliki banyak koleksi yang bermanfaat. Koleksi unggulannya adalah koleksi langka yang terdiri atas koleksi majalah Pusara, manuskrip, dan lainnya. Museum Dewantara Kirti Griya juga menyediakan souvenir untuk dijadikan kenang-kenangan bagi para pengunjung. 

Museum Dewantara memiliki program-program unggulan yang digunakan untuk menarik para pengunjung. Dalam menjalankan program tersebut pihak pengelola museum bekerja sama dan berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti Komunitas Cakra Dewantara dan Majelis Luhur Tamansiswa. Beberapa programnya adalah kegiatan Paket Kunjungan (Paket A-D), Virtual Tour, Diskusi Daring, Pamong Pelopor Sariswara, dan Pekan Dewantara. 


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu
!

The post Berkunjung ke Museum Dewantara Kirti Griya appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/berkunjung-ke-museum-dewantara-kirti-griya/feed/ 0 30869
Berwisata ke Museum Benteng Vredeburg https://telusuri.id/museum-benteng-vredeburg/ https://telusuri.id/museum-benteng-vredeburg/#respond Sun, 25 Jul 2021 01:22:00 +0000 https://telusuri.id/?p=28717 Yogyakarta sebuah kota yang konon katanya selalu meninggalkan kerinduan bagi siapa yang pernah ke sana. Yogyakarta memang terkenal sebagai kota pelajar dan budaya, maka sangat wajar sekali jika orang-orang baik dari luar kota, luar pulau,...

The post Berwisata ke Museum Benteng Vredeburg appeared first on TelusuRI.

]]>
Yogyakarta sebuah kota yang konon katanya selalu meninggalkan kerinduan bagi siapa yang pernah ke sana. Yogyakarta memang terkenal sebagai kota pelajar dan budaya, maka sangat wajar sekali jika orang-orang baik dari luar kota, luar pulau, dan bahkan dari mancanegara yang berkunjung ke sini. Yogyakarta memang selalu menjadi pilihan bagi para pelajar untuk mencari ilmu dan wisatawan untuk liburan atau berwisata. Salah satu tempat di Yogyakarta yang menyajikan tempat wisata sekaligus edukasi adalah Museum Benteng Vredeburg.

Lokasi dan Tiket Masuk

Letak Museum Benteng Vredeburg berada di kawasan nol kilometer pusat Kota Yogyakarta. Alamat lengkapnya ada di Jalan Margomulyo No. 6 Yogyakarta 55121. Museum ini dikelilingi beberapa bangunan bersejarah juga seperti: Gedung Agung (bekas rumah residen), Gereja Ngejaman (GPIB Margamulya), kantor BNI 1946, kantor Pos, dan kantor Bank Indonesia.

Museum Benteng Vredeburg buka setiap hari Selasa – Minggu dari jam 07.30 WIB – 16.00 WIB. Khusus hari jumat dibuka sampai pukul 16.30 WIB. Untuk harga tiket masuk sangat terjangkau dan variatif. Wisatawan mancanegara dipatok harga Rp10.000 sedangkan wisatawan domestik dipatok harga Rp3.000 untuk orang dewasa perorangan dan menjadi Rp2.000 jika masuk secara rombongan. Untuk anak-anak dipatok harga Rp2.000 dan menjadi Rp1.000 jika masuk secara rombongan.

Pengunjung foto di dalam Diorama Musuem Benteng Vredeburg/Imam Basthomi

Sejarah Singkat

Museum Benteng Vredeburg merupakan bangunan benteng yang termasuk bangunan cagar budaya yang harus dijaga dan dilestarikan eksistensinya. Benteng ini dibangun pada tahun 1760 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan pihak Belanda pada saat itu. Maksud pembangunan benteng tersebut adalah dengan dalih menjaga keamanan keraton dan sekitarnya, akan tetapi dibalik itu semua Belanda sebenarnya hanya ingin mengawasi dan mengontrol gerak-gerik dan perkembangan keraton. 

Pada awalnya Benteng dibangun secara sederhana. Benteng direnovasi untuk dipermanenkan keberadaanya pada tahun 1976. Renovasi selesai pada tahun 1787 dan diberi nama Rustenburg (benteng peristirahatan). Pada tahun 1867 terjadi bencana gempa bumi yang menyebabkan rusaknya beberapa bagian di benteng. Akhirnya benteng direnovasi lagi dan namanya diubah menjadi Vredeburg (benteng perdamaian).

Secara historis status kepemilikan dan fungsi benteng silih berganti. Pada tahun 1985 Sri Sultan HB IX mengijinkan dilaksanakannya perubahan bangunan untuk museum dan pada tahun 1987 barulah dibuka untuk masyarakat umum. Pemerintah melalui SK Mendikbud No. 0475/0/1992 secara resmi menetapkan benteng Vredeburg sebagai Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg.

Koleksi Museum

Jika kita melihat Museum Benteng Vredeburg dari atas maka bentuk benteng tersebut menyerupai bentuk kura-kura. Museum ini menempati tanah seluas 46.574 m2. Dengan tanah seluas itu Museum Benteng Vredeburg memiliki banyak koleksi-koleksi yang mana jika kita kunjungi semua bisa seharian penuh.

Denah Museum Benteng Vredeburg/Imam Basthomi

Jenis-jenis koleksi di Museum Benteng Vredeburg terbagi menjadi 4, yakni:

  1. Koleksi pertama adalah koleksi bangunan. Koleksi jenis ini terdiri parit, jembatan, tembok (benteng), pintu gerbang, dan bangunan-bangunan yang berada di dalam benteng seperti kantor, barak, penjara, gudang senjata dan lain sebagainya. 
  2. Koleksi kedua adalah koleksi Realia, yakni koleksi yang berupa benda material yang benar-benar ada (bukan tiruan) dan berperan langsung dalam peristiwa sejarah. Contohnya seperti peralatan rumah tangga, naskah-naskah, senjata, alat-alat dapur, dan lain sebagainya.
  3. Koleksi ketiga berupa koleksi foto, miniatur, replika, lukisan, atau benda-benda hasil visualisasi lainnya.
  4. Koleksi keempat adalah koleksi adegan peristiwa sejarah dalam bentuk minirama. Koleksi ini terbagi menjadi 4 diorama. Diorama 1 menggambarkan peristiwa sejarah periode perang Diponegoro sampai dengan masa pendudukan jepang di Yogyakarta (1825-1942). Diorama 2 menggambarkan peristiwa sejarah sejak proklamasi kemerdekaan dengan agresi militer Belanda I (1945-1947). Diorama 3 menggambarkan peristiwa sejarah periode Perjanjian Renville sampai dengan pengakuan Kedaulatan RIS (1948-1949) sedangkan diorama 4 menggambarkan peristiwa sejarah sejak terbentuknya NKRI sampai dengan masa Orde Baru (1950-1974).

Fasilitas

Kurator menjelaskan koleksi museum Benteng Vredeburg//Imam Basthomi

Pada dasarnya setiap museum memiliki fungsi sebagai tempat pendidikan dan rekreasi. Dalam upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat, Museum Benteng Vredeburg memiliki fasilitas-fasilitas umum yang dapat dimanfaatkan ke dalam berbagai kegiatan. Fasilitas tersebut antara lain:

  1. Halaman luar museum: Area Publik, Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949, dan Taman Luar.
  2. Halaman dalam museum: Anjungan, Bastion, Taman Dalam.
  3. Perpustakaan
  4. Coworking Space, Kids Corner, Ruang Laktasi, dan Ruang PPPK.
  5. Hotspot Area
  6. Ruangan-ruangan di dalam benteng yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang rapat, seminar, diskusi, dan pameran.

Selain fasilitas-fasilitas yang disebutkan diatas, Museum Benteng Vredeburg memiliki fasilitas baru. Fasilitas tersebut adalah Mini Studio sebagai ruang pengenalan untuk memutar film-film dokumenter atau pengenalan museum, Media interaktif berupa layar sentuh pada diorama 1 dan 2, dan ruang audio visual untuk pemutaran film perjuangan.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Berwisata ke Museum Benteng Vredeburg appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/museum-benteng-vredeburg/feed/ 0 28717