Listya Dara Sunda Prabawa, Penulis di TelusuRI https://telusuri.id/penulis/listya-dara-sunda-prabawa/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Mon, 03 Jan 2022 12:36:28 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 Listya Dara Sunda Prabawa, Penulis di TelusuRI https://telusuri.id/penulis/listya-dara-sunda-prabawa/ 32 32 135956295 Kemah di Pantai Karang Papak, Garut https://telusuri.id/kemah-di-pantai-karang-papak/ https://telusuri.id/kemah-di-pantai-karang-papak/#respond Mon, 03 Jan 2022 12:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=31706 Beberapa waktu lalu, saya dan beberapa teman memutuskan untuk berkemah di tepi pantai, tepatnya pantai di selatan Garut. Bukan tanpa alasan, kami memutuskan berangkat usai melihat data kasus COVID-19 melandai. Begitu pula dengan penerapan protokol...

The post Kemah di Pantai Karang Papak, Garut appeared first on TelusuRI.

]]>
Beberapa waktu lalu, saya dan beberapa teman memutuskan untuk berkemah di tepi pantai, tepatnya pantai di selatan Garut. Bukan tanpa alasan, kami memutuskan berangkat usai melihat data kasus COVID-19 melandai. Begitu pula dengan penerapan protokol kesehatan di tempat wisata yang cukup ketat. Kami kemudian bergegas mempersiapkan daftar pantai yang menjadi tujuan perjalanan kali ini. Adalah Pantai Cijeruk, Pantai Karang Papak, dan Pantai Cidora yang berada di pesisir selatan Garut.

Sebelum berangkat, kami mempersiapkan perlengkapan seperti tenda, perlengkapan tidur, beberapa senter dan baterai cadangan, perlengkapan memasak dan makan, pakaian ganti, obat, alat salat, dan lain-lain. Tidak lupa bawa minyak kayu putih kami bawa juga mengingat banyak nyamuk di pinggir pantai. Ditambah seperangkat teleskop kecil dan kamera untuk mengamati langit malam. Horizon yang terbuka lebar ditambah pengalaman melihat langit bertabur bintang saat ekskursi di Pantai Santolo membuat saya makin yakin untuk bawa teleskop.

Tujuan Pertama: Pantai Cijeruk

Kurang dari 4 jam perjalanan dari Garut Kota, kami sampai di daerah selatan Garut. Ada banyak sekali pilihan pantai menarik di sana. Prioritas utamanya memilih pantai yang nyaman, relatif sepi, dan mudah mendapat akses air bersih. Setelah berdiskusi sepanjang jalan, akhirnya ada dua pilihan, yaitu Pantai Cijeruk dan Pantai Karang Papak.

Lokasi pertama yang kami datangi adalah Pantai Cijeruk di Desa Sagara, Pameungpeuk. Belum banyak pengunjung yang datang ke pantai ini sehingga menjadi tempat yang cocok untuk berkemah.

Pantai Cijeruk
Jasa penyebrangan kendaraan di Pantai Cijeruk/Listya Dara Sunda Prabawa

Dari parkiran mobil, kami berjalan kaki sedikit melewati rindangnya pepohonan untuk sampai di dekat pinggir pantai. Kami memilih bagian pantai yang menjorok ke dalam agak jauh dari laut lepas. Suasananya sangat tenang, namun sayang, akses menuju air bersih tidak terlalu dekat. Akhirnya kami mengurungkan niat untuk berkemah di sini dan hanya singgah untuk istirahat.

Sambil duduk menikmati suasana pantai, kami memperhatikan orang-orang di sekitar. Ada yang sedang memancing, berenang, dan yang paling mencuri perhatian adalah jasa perahu yang sedari tadi sibuk menyeberangkan orang dan kendaraan. Ternyata di seberang ada pemukiman, akses menuju ke sana hanya bisa memutar jauh lewat pantai atau menyebrang menggunakan perahu. Meskipun menyenangkan memperhatikan kegiatan di sana, kami harus melanjutkan perjalanan karena hari sudah menjelang sore.

Bermalam di Pantai Karang Papak

Pantai Karang Papak terletak di Cikelet. Sesuai dengan namanya, ‘Karang Mapak’ artinya sepanjang pantai ini dipenuhi oleh karang. Lokasi yang cocok untuk berkemah karena sepi dan konturnya naik. Kami datang tepat waktu karena air laut sedang surut. Deretan batu karang terlihat jelas.

Akhirnya kami memutuskan untuk memancing ikan-ikan kecil terlebih dahulu. Saat sedang memancing, tiba-tiba seorang anak datang menghampiri. “Kieu yeuh cara ngala laukna,” maksudnya “begini cara menangkap ikannya,” katanya sambil jeli melihat ikan di cekungan karang. Benar saja, tidak butuh waktu lama, si anak sudah dapat ikan kecil.

Selain ikan, saya juga mencari mata lembu, keong khas dari Karang Papak. Namun, mencarinya tidak semudah itu. Saya hanya sesekali menemukan cangkang tanpa isi.

Deretan Karang Pantai Karang Papak/Listya Dara Sunda Prabawa

Tidak terasa hari menjelang senja, air laut mulai naik. Kami sudahi kegiatan memancing dan mulai mencari tempat untuk berkemah. Si anak tadi juga dengan cepat pulang ke rumahnya.

Kami berkeliling menyusuri pantai, lalu memilih lokasi di dekat pohon yang tidak jauh dari warung serta lengkap dengan toilet umum. Setelah mengobrol dengan pemilik warung, kami pun mendirikan tenda. Untuk mengurangi hembusan angin, kami memasang tenda di antara mobil dan pohon. Lalu, ada halangan dari terpal di sisi lain yang juga ikut menghalau angin.

Api unggun mulai dinyalakan, malam makin larut. Teleskop sudah dikeluarkan, tapi sayang langit berawan malam itu. Alih-alih melihat bintang, kami mengarahkan teleskop ke cahaya lampu kapal di tengah laut. Belum rezeki.

Pagi Sibuk Para Nelayan

Pagi hari langit masih berawan. Kami putuskan main ke dekat karang mumpung air belum terlalu pasang. Dari kejauhan terlihat kapal nelayan satu persatu mulai pulang. Ada celah pantai yang tidak berkarang untuk akses keluar masuk perahu. Ketika perahu sampai di bibir pantai, orang-orang mulai membantu mendorong perahu. Dengan satu komando perahu perlahan bisa naik ke tempat ‘parkir’.

Pantai Karang Papak
Gotong rotong mendorong kapal nelayan/Listya Dara Sunda Prabawa

Beberapa dari kami ikut membantu. Mendorong satu perahu saja cukup membuat kewalahan. Hebat sekali para nelayan di sini. Kami menghampiri nelayan yang baru pulang untuk melihat hasil tangkapannya. Beberapa cumi ukuran besar akhirnya ikut pulang bersama kami. 

Setelah sarapan dan mandi, kami merapikan tenda. Selesai berkemas dan membersihkan semua sampah, kami pamit kepada pemilik warung.

Singgah ke Pantai Cidora

Dari Pantai Karang Papak, kami pergi ke Pantai Cidora. Lokasinya di Desa Purbayani, tidak jauh dari Pantai Rancabuaya. Sama seperti Pantai Karang Papak, di pantai ini pun terlihat banyak sekali batu karang. Air lautnya tampak cantik perpaduan warna hijau dan biru. Kami makan dan beristirahat di sana sebelum melanjutkan perjalanan pulang.

Pengalaman perdana kemah di tepi pantai ternyata sangat menyenangkan. Sepanjang hari ditemani deburan ombak dan mengamati kehidupan nelayan di sana. Apalagi ada banyak pantai yang bisa dikunjungi di daerah selatan Garut. Kemah di pinggir pantai bisa masuk ke dalam daftar liburan teman perjalanan. Selalu ingat untuk selalu waspada dan tahu waktu kapan air laut pasang agar traveling bisa tetap aman, ya!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu
!

The post Kemah di Pantai Karang Papak, Garut appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/kemah-di-pantai-karang-papak/feed/ 0 31706
Destinasi Wisata Sejarah di Sekitar Tegallega https://telusuri.id/destinasi-wisata-sejarah-di-sekitar-tegallega/ https://telusuri.id/destinasi-wisata-sejarah-di-sekitar-tegallega/#respond Sun, 07 Nov 2021 12:47:15 +0000 https://telusuri.id/?p=31282 Kota Bandung punya banyak tempat wisata yang menarik. Mulai dari wisata alam, wisata kuliner, sampai wisata sejarah semua ada di Bandung. Berbicara wisata sejarah, hampir setiap sudut Kota Bandung memiliki cerita yang berbeda-beda. Kali ini,...

The post Destinasi Wisata Sejarah di Sekitar Tegallega appeared first on TelusuRI.

]]>
Kota Bandung punya banyak tempat wisata yang menarik. Mulai dari wisata alam, wisata kuliner, sampai wisata sejarah semua ada di Bandung. Berbicara wisata sejarah, hampir setiap sudut Kota Bandung memiliki cerita yang berbeda-beda. Kali ini, kita akan coba kunjungi daerah selatan Bandung, tepatnya di sekitar Tegallega.

Nama Tegallega berasal dari dua kata yaitu “tegal” yang berarti lapangan dan “lega” berarti luas. Sesuai namanya, dahulu daerah Tegallega merupakan lapangan yang luas. Saat ini, Tegallega masih memiliki taman yang luas. Banyak pengunjung yang datang ke sana untuk sekedar jalan-jalan, belanja, sampai olahraga.

Ternyata, selain taman yang luas, ada beberapa destinasi wisata sejarah menarik di sekitar Tegallega. Penasaran? Simak ulasannya!

Monumen Bandung Lautan Api

Pada tahun 1946, rakyat Bandung membumihanguskan tempat tinggalnya sendiri agar tidak diduduki oleh sekutu. Saat itu Bandung merah menyala menjadi lautan api. Beberapa tahun berlalu, lagu “Halo-halo Bandung” dibuat untuk memperingati aksi tersebut. Tidak hanya itu, dibuat pula sebuah monumen besar dan sepuluh buah Stilasi Bandung Lautan Api. Stilasi tersebut tersebar di depan tempat bersejarah yang masih berkaitan dengan peristiwa Bandung Lautan Api. Sementara monumen berada di tengah-tengah lapangan Tegallega.

Monumen Bandung Lautan Api dibuat tahun 1984 oleh mantan dosen seni rupa ITB, yaitu Pak Sunaryo. Bagian atasnya berbentuk api yang sedang berkobar. Di bagian bawahnya dipasang lirik lagu “Halo-halo Bandung”. Agar lebih menarik, sekarang ditambahkan pula lukisan para pahlawan yang masih berkaitan dengan peristiwa Bandung Lautan Api, seperti Mohammad Ramdan dan Otto Iskandar Dinata.

Di sini kalian bisa sambil bersantai di taman teduh, hunting foto atau lari di lintasan yang sudah disediakan. Tidak hanya itu, dibuat juga sebuah taman tematik bernama Taman Lampion. Di sini juga ada berbagai instalasi berbentuk macam-macam dinosaurus dan telurnya. Sesuai namanya, instalasi ini merupakan lampion yang akan menyala di malam hari. Tiket masuk ke wilayah lapangan Tegallega sangat murah, hanya Rp1.000,- per orang.

Rumah Bersejarah Inggit Ganarsih

Tidak jauh dari lapangan Tegallega, ada sebuah jalan bernama Jalan Inggit Ganarsih. Siapakah beliau sehingga namanya dibuat jadi nama jalan?

Beliau adalah mantan istri Presiden Soekarno.

Inggit Ganarsih menemani Soekarno ketika masa-masa yang berat. Seperti diceritakan dalam buku Ku Antar Kau ke Gerbang karya Ramadhan KH, jalan hidupnya bukanlah jalan yang bertabur bunga. Mereka menikah pada tahun 1923, kemudian bercerai pada tahun 1943. Dalam rentang waktu tersebut banyak hal yang terjadi. Tak jarang diselingi beberapa peristiwa yang tidak menyenangkan seperti penangkapan Ir. Soekarno sampai ditahan di penjara Banceuy, pengasingan ke Ende, dan pengungsian ke Padang

Inggit dan Soekarno beberapa kali pindah rumah di Bandung. Rumah yang lain sulit untuk ditemukan. Hanya rumah di Jalan Ciateul Nomor 8 atau sekarang Jalan Inggit Ganarsih yang masih bisa dikunjungi. Itu pun bangunannya bukan rumah awal yang ditempati ketika mereka masih menikah, melainkan bangunan kedua yang dibuat lagi pasca mereka bercerai. Di sinilah Inggit tinggal sampai akhir hayatnya.

Perjalanan hidupnya penuh haru. Cerita lengkapnya akan lebih terasa berkesan ketika kalian datang ke rumah tersebut. Datanglah ke sana sekitar pukul 08.00 sampai 17.00 tanpa harus bayar tiket masuk. Petugas di sana akan dengan senang hati menemani kalian berdiskusi, menggali lebih jauh sejarah Inggit Ganarsih.

Museum Sri Baduga

Di sebelah selatan lapangan Tegallega, yaitu di Jalan BKR No. 185, terdapat sebuah museum yang berisi sejarah kehidupan di Jawa Barat. Bukan berisi sejarah peperangan yang terjadi di Bandung, tapi lebih menonjolkan sisi budaya.

Museum Sri Baduga terdiri dari 2 lantai utama. Di lantai bawah kalian bisa melihat replika dan koleksi peninggalan dari masa pra aksara sampai masuknya agama ke Jawa Barat, sejarah cekungan Bandung, beragam fosil dan satwa khas Jawa Barat, sampai replika berbagai prasasti kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri di Jawa Barat. Sementara di lantai dua berisi koleksi miniatur bangunan khas Jawa Barat, sejarah pendidikan, dan perkembangan kebudayaan meliputi alat musik, wayang, baju adat, batik, permainan tradisional, dan perkakas berbagai mata pencaharian.

Ada pula ruangan lain untuk pameran sementara dan ruangan kaca untuk kereta kencana, ditambah lagi ada beberapa replika prasasti, andong, dan delman yang dipajang di pekarangan museum.

Museum Sri Baduga buka setiap hari, kecuali hari senin dan hari libur nasional. Pada hari Selasa sampai Jumat buka dari pukul 08.00 sampai 16.00. Sementara pada hari Sabtu dan Minggu buka dari pukul 08.00 sampai 14.00. Harga tiket masuknya sangat murah, yaitu Rp2.000,- untuk TK, SD, SMP dan Rp3.000,- untuk SMA, mahasiswa, dan pengunjung umum.

Itulah tiga tempat yang kalian bisa kunjungi di sekitar Tegallega. Kunjungan akan sangat mengesankan karena bisa belajar banyak tentang sejarah khususnya sejarah Jawa Barat. Jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan dan tidak merusak barang koleksi selama di tempat-tempat tersebut.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu

The post Destinasi Wisata Sejarah di Sekitar Tegallega appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/destinasi-wisata-sejarah-di-sekitar-tegallega/feed/ 0 31282
Mengunjungi Museum Wolff Schoemaker di Kota Bandung https://telusuri.id/museum-wolff-schoemaker-bandung/ https://telusuri.id/museum-wolff-schoemaker-bandung/#comments Sat, 29 May 2021 01:59:00 +0000 https://telusuri.id/?p=28163 Bandung memiliki banyak bagunan bersejarah yang memiliki arsitektur khas. Salah satu arsitek di balik beberapa bangunan tersebut adalah Wolff Schoemaker. Dari mulai Gedung Merdeka sampai kubah teleskop di Observatorium Bosscha merupakan jejak karyanya yang masih...

The post Mengunjungi Museum Wolff Schoemaker di Kota Bandung appeared first on TelusuRI.

]]>
Bandung memiliki banyak bagunan bersejarah yang memiliki arsitektur khas. Salah satu arsitek di balik beberapa bangunan tersebut adalah Wolff Schoemaker. Dari mulai Gedung Merdeka sampai kubah teleskop di Observatorium Bosscha merupakan jejak karyanya yang masih berdiri tegak sampai saat ini. Tak banyak yang tahu, ternyata ada museum khusus tentang Wolff Schoemaker dan karya-karyanya. Namanya adalah Museum Wolff Schoemaker atau Museum Preanger.

Koleksi Foto Bangunan Karya Wolff Schoemaker/Listya Dara Sunda Prabawa

Ada di Lantai Dasar Hotel Prama Grand Preanger

Terletak di tengah hiruk pikuk pusat kota Bandung, tentu banyak orang yang tahu Hotel Padma Grand Preanger. Hotel ini terletak di persimpangan jalan Asia Afrika dan jalan Tamblong. Namun, hanya segelintir orang yang tahu hotel ini punya museum di lantai dasarnya. Biaya masuk museum terbilang sangat murah, yaitu gratis untuk tamu hotel dan Rp5.000 saja untuk pengunjung umum. Museum ini buka dari hari Senin sampai Sabtu jam 11.00 sampai 17.00. Lakukan registrasi di lantai 2, nanti kalian akan mendapat nota pembayaran dan kupon welcome drink. Kupon welcome drink bisa ditukar sebelum atau sesudah dari museum. Kalian akan mendapatkan segelas secang. Minuman tradisional ini disajikan dingin dengan rasa yang unik. Aroma cengkehnya kuat memberikan kesegaran di tengah lelah perjalanan. Lokasi minumnya pun bisa dipilih sesuka hati. Bisa di ruang makan, lobby, bahkan di pinggir kolam renang sambil menikmati pemandangan dan atmosfer khas Kota Bandung.

Staf hotel di sana sangat ramah. Mereka akan mengantar kalian menuju lokasi museum. Tak perlu sungkan bertanya berbagai hal tentang hotel dan museum selama di perjalanan. Terkadang tidak ada pengunjung lain, jadi kalian bisa puas menikmati museumnya sendirian. Rasanya seperti wisata eksklusif.

Museum Terdiri dari Dua Ruangan

Ada dua ruangan kecil di dalam museum. Ruangan pertama berisi berbagai hal tentang Hotel Prama Grand Preanger dan berbagai barang koleksi. Sementara ruangan kedua berisi penjelasan tentang Wolff Schoemaker.

Ir. Soekarno sampai Charlie Chaplin

Tokoh Terkenal yang Pernah Menginap di Museum/Listya Dara Sunda Prabawa

Ada banyak tokoh penting yang pernah menginap di Hotel Prama Grand Preanger. Tercatat beberapa pemimpin negara, termasuk Ir. Soekarno pernah menginap di sini. Selain itu, ada Charlie Chaplin. Bahkan kursi merah yang pernah diduduki Charlie masih tersimpan dan terawat dengan baik di museum. Ada juga Amelia Earhart, penulis dan tokoh pelopor penerbangan. Menurut dokumen, Amelia sempat singgah di Bandung untuk melakukan perawatan pesawat, sebelum akhirnya hilang di Samudera Pasifik pada tahun 1937.

Sejarah Hotel Prama Grand Preanger

Sejarah Hotel Prama Grand Preanger/Listya Dara Sunda Prabawa

Nama ‘Preanger’ sebenarnya berasal dari kata ‘Parahyangan/Priangan’. Singkat cerita pada tahun 1897 sebuah toko bangkrut dan akhirnya berubah menjadi Hotel Preanger. Kemudian pada tahun 1929 hotel ini mengalami renovasi yang dipimpin oleh C.P. Wolff Schoemaker dan dibantu oleh muridnya, Ir. Soekarno. Hotel ini menjadi tempat menginap orang-orang Belanda yang ingin berlibur pada saat itu. Bertahun-tahun setelahnya, hotel kembali mengalami renovasi, tapi bagian bersejarah dan ornamennya tetap dipertahankan sampai saat ini.

Siapa Wolff Schoemaker?

Selesai dari ruangan pertama, kalian masuk ke ruangan berikutnya. Ruangan kedua di museum ini didedikasikan untuk Charles Prosper Wolff Schoemaker. Seorang arsitek kelahiran Belanda yang namanya diabadikan untuk museum ini. Wolff Schoemaker pernah menjadi guru besar dan rektor di Technische Hoogeschool te Bandoeng atau Institut Teknologi Bandung pada saat ini. Beliau berperan besar untuk merancang berbagai bangunan di Bandung.

 Pada masa perang, beliau dan keluarganya pernah tinggal tak jauh dari Alun-alun Bandung. Jika berjalan-jalan di sekitar Braga, kalian akan menemukan rumah tersebut yang sudah berubah menjadi tempat makan hits, yaitu Hangover.

Karya Wolff Schoemaker Masih Berdiri Kokoh

Bangunan-bangunan karya Wolff Schoemaker masih digunakan sampai saat ini. Diantaranya ada Gedung Merdeka. Dahulu gedung ini menjadi tempat berkumpulnya orang kaya Belanda. Ada juga De Majestic yang menjadi bioskop pertama di Bandung. Sampai saat ini gedungnya masih digunakan untuk tempat pertunjukan. Jadi, tak heran mengapa di dalam Museum Preanger ada pemutar film tua. Ada juga Gereja Katedral, Villa Merah di Tamansari, Kantor sekaligus percetakan Van Dorp atau sekarang menjadi Landmark Braga, Villa Isola di UPI, Masjid Cipaganti, sampai Observatorium Bosscha. Selain itu, masih ada banyak bangunan-bangunan lain yang dirancang oleh Wolff Schoemaker.

Kubah Teleskop Zeiss di Observatorium Bosscha/Listya Dara Sunda Prabawa

Berkeliling Hotel Prama Grand Preanger

Setelah dari museum, kalian masih bisa berkeliling di dalam hotel. Ada banyak spot foto menarik di lorong dekat museum, lobby, dan kolam renang . Kalian juga bisa berfoto dengan mobil Vauxhall keluaran 1949 yang terparkir apik di depan hotel.

Itulah keseruan ketika berkunjung ke Museum Wolff Schoemaker. Banyaknya informasi bangunan yang dibuat oleh beliau bisa menjadi peta penting jika kalian ingin mengunjungi bangunan bersejarah lain di Bandung.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu
!

The post Mengunjungi Museum Wolff Schoemaker di Kota Bandung appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/museum-wolff-schoemaker-bandung/feed/ 1 28163