Nur Ainun, Penulis di TelusuRI https://telusuri.id/penulis/nur-ainun/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Sun, 24 Dec 2023 17:59:54 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 Nur Ainun, Penulis di TelusuRI https://telusuri.id/penulis/nur-ainun/ 32 32 135956295 Cerita Kebersamaan di Pantai Pacar Tulungagung https://telusuri.id/cerita-kebersamaan-di-pantai-pacar-tulungagung/ https://telusuri.id/cerita-kebersamaan-di-pantai-pacar-tulungagung/#respond Sun, 31 Dec 2023 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=40749 Bicara soal tempat wisata, alam tak pernah gagal menyuguhkan pesonanya bagi para penikmatnya. Alam memiliki segala sisi keindahan di setiap sudutnya yang tak ada habisnya. Tidak terkecuali pantai. Hamparan pasir dan deburan ombaknya seakan berhasil...

The post Cerita Kebersamaan di Pantai Pacar Tulungagung appeared first on TelusuRI.

]]>
Bicara soal tempat wisata, alam tak pernah gagal menyuguhkan pesonanya bagi para penikmatnya. Alam memiliki segala sisi keindahan di setiap sudutnya yang tak ada habisnya. Tidak terkecuali pantai. Hamparan pasir dan deburan ombaknya seakan berhasil menyihir siapa pun dalam lamunannya. 

Berkemah atau camping belakangan ini menjadi pilihan kegiatan mengisi waktu luang ketika berlibur. Ide berkemah pun juga terlintas di pikiran saya dan teman-teman saat itu. Selepas bermain badminton bersama, kami berembuk dan sepakat mengisi momen liburan yang sebentar lagi tiba dengan berkemah di pantai. Namun, rencana yang terbilang mendadak membuat tidak banyak teman kami yang bisa ikut serta. Alhasil kami berangkat dengan personel lima orang saja.

Diskusi pun masih berlanjut. Beberapa nama tempat wisata sempat terucap. Masing-masing menyumbangkan idenya untuk memberikan opsi. Setelah menimbang-nimbang beberapa hal, mulai dari akses jalan, rute, suasana, jarak tempuh, hingga harga tiket masuk, kami sepakat pada satu suara, yaitu Pantai Pacar.

Sekilas Pantai Pacar Tulungagung

Pantai Pacar terletak di Desa Pucanglaban, Kecamatan Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung. Meskipun berjarak cukup jauh dari pusat kota Tulungagung, tetapi Pantai Pacar menjadi destinasi wisata yang cukup diminati akhir-akhir ini, khususnya oleh masyarakat Tulungagung dan sekitarnya, karena keasrian dan kebersihannya masih terjaga cukup baik.

Keunikan pantai ini adalah lokasinya yang berada di bawah tebing. Tidak seperti pantai kebanyakan, yang mana kita akan langsung berhadapan dengan bibir pantai. Ketika tiba di Pantai Pacar, kita harus menuruni anak tangga yang sudah dibangun agar bisa menikmati langsung keindahan pantai dari dekat.

Tidak hanya itu. Di pantai ini juga terdapat air terjun kecil yang mengalir dari atas tebing dengan ketinggian kurang lebih tiga meter. Air terjun ini pun menjadi spot foto yang memiliki keunikan tersendiri bagi pengunjung. Tak jarang pengunjung menggunakannya sebagai tempat untuk membilas dan membersihkan diri dari pasir pantai.

Akses jalan menuju pantai pun sudah dibangun dengan baik. Kelak pantai ini bisa ditempuh lewat Jalur Lintas Selatan (JLS) yang menghubungkan beberapa provinsi, mulai dari Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, hingga Jawa Timur. Namun, pembangunan jalan tersebut belum sepenuhnya selesai, sehingga beberapa akses jalan belum berfungsi secara maksimal.

Sambutan Hangat Menjelang Petang

Kami memulai perjalanan menuju Pantai Pacar pada Rabu sore (31/05/2023) dengan tiga sepeda motor. Kami membagi rata barang-barang bawaan kami, termasuk tenda dan tikar. Cuaca yang cerah sejak pagi membuat kami optimis tidak akan turun hujan hingga esok hari.

Jarak sejauh 30 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih satu setengah jam tidak terasa melelahkan. Kami disuguhkan pemandangan alam yang indah dan menakjubkan sepanjang perjalanan, seperti rindangnya pepohonan, perkebunan yang asri, dan birunya laut selatan. Rasa penat seketika terbayar meskipun harus melewati jalanan yang cukup menanjak dan turunan curam di beberapa titik sebelum Pantai Pacar.  

Cerita Kebersamaan di Pantai Pacar Tulungagung
Mulusnya aspal Jalur Lintas Selatan (JLS) menuju Pantai Pacar Tulungagung/Nur Ainun

Sesaat sebelum sampai, sempat kepikiran bakal takut karena sepinya pengunjung. Namun, ternyata saya salah. Menjelang petang pun masih cukup banyak pengunjung di pantai ini. Suasana sore dengan sunset yang bersembunyi di balik awan menyambut kedatangan kami.

Seorang petugas yang ramah mengarahkan kami untuk memarkir motor di tempat yang telah disediakan. Bagi pengunjung yang akan berkemah di area Pantai Pacar dikenakan tarif sebesar Rp15.000 per orang untuk satu malam. Sudah termasuk biaya parkir dan fasilitas toilet. Jangan khawatir bila tidak memiliki peralatan untuk berkemah, seperti tenda, tikar, dan kompor. Di sini juga terdapat tempat penyewaan alat yang cukup lengkap.

Usai memarkir motor, kami sepakat untuk turun terlebih dahulu. Berkeliling di sekitar pantai sambil berfoto-foto menunggu momen matahari terbenam.

Kami berjalan ke arah timur. Di sana terdapat batu-batu karang dan air terjun yang mengalir cukup deras dari atas tebing. Jernihnya laut menambah pemandangan di pantai ini terasa sangat menyegarkan dan menenangkan. Ketika berjalan ke arah sebaliknya, kami menjumpai banyak bebatuan besar yang tersebar di sepanjang bibir pantai. Gelapnya langit sebagai tanda menuju malam tidak menjadikan pantai ini lantas ditinggalkan pengunjung. Saya melihat ada beberapa orang yang masih bertahan untuk menikmati sunset di Pantai Pacar.

Kebersamaan yang Mengisi Malam

Selepas matahari benar-benar tenggelam dari pandangan, beberapa pengunjung mulai mendirikan tendanya di area camp. Kami juga membangun tenda sambil bergantian melaksanakan salat Magrib.

Pengalaman nol membangun tenda membuat saya dan seorang teman saya merasa agak kepayahan. Setelah memakan waktu sekitar empat puluh menit dengan segala kebingungan, akhirnya dua buah tenda berhasil kami dirikan. “Lumayanlah, ya. Enggak jelek-jelek amat, yang penting bisa buat tidur,” pikir saya.

Kami pun bergegas menata barang-barang bawaan dan selanjutnya berkumpul. Duduk bersama di atas tikar yang kami tata menghadap ke arah pantai. Segala perbekalan dan camilan satu per satu dikeluarkan dari dalam tas sebagai amunisi perut kami malam itu. Mulai dari canda tawa, perbincangan ringan hingga serius menemani kami berlima. Bermodalkan makanan, kartu UNO, minuman hangat, dan pemandangan malam yang cantik dari Pantai Pacar menghanyutkan kami dalam kebersamaan yang hangat.

Cerita Kebersamaan di Pantai Pacar Tulungagung
Suasana tempat perkemahan Pantai Pacar saat malam/Nur Ainun

Perut kenyang, main kartu pun bosan. Kayaknya masih ada yang kurang. Kalau suasana sudah seperti itu, rasanya tidak afdal kalau tidak ada rahasia yang terbongkar.

Kami berkreasi. Permainan truth or dare pun berubah menjadi truth or truth kali ini. Benar adanya jika makin malam makin jujur. Situasi deep talk pun tak terelakkan di antara kami. Obrolan demi obrolan mengalir, sehingga tanpa sadar masing-masing mulai memasang posisi nyaman dan berbaring di atas tikar.

Tanpa terasa malam kian larut. Beberapa dari kami mulai mengantuk dan memutuskan untuk menyudahi permainan. Kami pindah ke dalam tenda terpisah untuk perempuan dan laki-laki.

Suara deburan ombak, embusan angin nan tenang, dan dinginnya udara yang menerpa kulit dengan sopan; adalah definisi pengantar tidur yang sempurna bagi kami. Malam yang cukup singkat, tetapi mengesankan.

Nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Cerita Kebersamaan di Pantai Pacar Tulungagung appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/cerita-kebersamaan-di-pantai-pacar-tulungagung/feed/ 0 40749
Sejenak Singgah ke Dendy Sky View https://telusuri.id/sejenak-singgah-ke-dendy-sky-view/ https://telusuri.id/sejenak-singgah-ke-dendy-sky-view/#respond Wed, 02 Feb 2022 11:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=32527 Memasuki libur akhir tahun, PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) di daerahku mulai longgar seiring dengan menurunnya kasus penyebaran COVID-19. Beberapa tempat wisata kembali membuka diri. Aku dan ketiga temanku—yang dengan uang pas-pasan tapi ingin berwisata—bersepakat...

The post Sejenak Singgah ke Dendy Sky View appeared first on TelusuRI.

]]>
Memasuki libur akhir tahun, PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) di daerahku mulai longgar seiring dengan menurunnya kasus penyebaran COVID-19. Beberapa tempat wisata kembali membuka diri. Aku dan ketiga temanku—yang dengan uang pas-pasan tapi ingin berwisata—bersepakat untuk menghabiskan waktu bersama ke Dendy Sky View.

Dendy Sky View terbilang ramai kunjungan sejak hari pembukaan pertamanya. Lokasinya berada di Jalan Raya Waduk Wonorejo, Bantengan, Mulyosari, Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung. Masih berada di dalam lingkar Waduk Wonorejo.

Rencana kami untuk berangkat pukul 2 siang terpaksa mundur dikarenakan langit yang sedari pagi cerah tiba-tiba meredup. Air hujan pun mulai mengguyur. Mau tidak mau kami harus bersabar untuk menunggu hujan berhenti. Sekitar pukul 3 sore setelah Asar, hujan berhenti dan kami memutuskan untuk berangkat saat itu juga. 

Suasana mendung masih tertinggal. Takut kalau hujan akan turun lagi, sempat membuat kami ragu untuk berangkat. Kami mengendarai motor sore itu, melakukan perjalanan singkat dari rumahku yang berlokasi di pusat Kota Tulungagung.

Dendy Sky View
Pemandangan dari rumah kaca Dendy Sky View/Nur Ainun

Memasuki kawasan Kecamatan Pagerwojo, kami disambut dengan udara yang terasa cukup berbeda dengan ketika berada di dataran rendah. Jalan berkelok-kelok dan tidak jarang menemui aspal berlubang menjadi tantangan tersendiri bagi saya yang bisa dibilang masih pemula dalam mengendarai motor. 

Tak perlu khawatir tersesat, Google Maps akan memandu perjalanan menuju ke sana. Selain itu juga terdapat papan-papan penunjuk arah menuju Dendy Sky View yang sangat membantu sampai tujuan. 

Alam menyuguhi kami dengan pemandangan yang indah. Sepanjang perjalanan. Udara sejuk khas selepas hujan juga menenangkan. Meskipun Dendy Sky View terletak di desa namun jalan yang dilalui ini tidak pernah sepi, selalu ada kendaraan yang lalu-lalang di karena daerah ini merupakan kawasan wisata. 

Jalanan yang mulai melandai dan di sisi kanan kiri yang bermunculan tempat parkir menandakan perjalanan akan segera tiba. Setelah tiba di lokasi dan memarkirkan motor, kami disambut dengan patung-patung kuda yang berjejer dan gapura bertuliskan “Dendy Sky View”. 

Pengunjung tidak perlu membayar tiket masuk untuk memasuki area wisata Dendy Sky View. Mengingat pandemi yang masih belum usai, syarat masuknya adalah seluruh pengunjung wajib mematuhi protokol kesehatan yang berlaku dan melakukan pengecekan suhu tubuh sebelum memasuki area wisata. 

Yang terlintas di kepalaku saat pertama kali memasuki Dendy Sky View adalah vibes atau suasana perkampungan ala Texas. Sebelum memilih tempat duduk kami antre untuk memesan minuman dan makanan. Tidak hanya berpusat di satu tempat, masih banyak stan yang menjual minuman, makanan, dan kudapan lainnya seperti sosis bakar, gorengan, es krim, dan popcorn.

Setelah selesai memesan makanan, pramusaji memberikan sebuah alat dengan alarm kecil yang berdering dan bergetar sebagai penanda bahwa pesanan sudah siap untuk diambil. Semua makanan dan minuman yang dijual di sini tergolong murah, tidak banyak merogoh kocek. Mulai dari tujuh ribu rupiah saya sudah bisa menikmati minuman es coklat ikonik milik Bu Dendy.

Pelbagai macam sudut, mulai dari lesehan dilengkapi bantal duduk, kursi-kursi yang mengarah langsung ke pemandangan Waduk Wonorejo, hingga yang berada di paling ujung yakni kursi-kursi di dalam rumah kaca bisa dipilih. Sentuhan live music yang berlangsung semakin mendukung suasana healing kami.

Tempat ini menjadi lebih ramai ketika akhir pekan. Ada fasilitas penunjang seperti musala dan toilet yang memadai membuat tempat ini family friendly. Pengunjung tidak hanya anak muda saja namun juga mereka yang sudah berkeluarga.

Dendy Sky View
Lampu di salah satu sudut Dendy Sky View/Nur Ainun

Cuaca mendung yang masih tersisa membuat suasana sore itu sangat sejuk dan menenangkan. Setelah mengambil pesanan, kami memutuskan untuk duduk di bagian paling ujung yaitu rumah kaca. Kami bercengkrama mengenai banyak hal ditemani dengan makanan dan minuman pesanan kami serta pemandangan Waduk Wonorejo.

Beberapa saat kemudian hujan perlahan kembali turun. Para pengunjung yang duduk di area “terbuka” perlahan meninggalkan tempat dan mencari tempat untuk teduh. Dan tentu saja rumah kaca tempat kami duduk menjadi ramai seketika.

Para karyawan tempat wisata yang bertugas segera membereskan bantal-bantal duduk dan mengumpulkannya menjadi satu untuk kemudian ditutup menggunakan [semacam] kain/terpal agar tidak basah. 

Setelah puas mengobrol dan menikmati santapan, mengingat waktu yang juga semakin larut, menjelang Maghrib kami memutuskan untuk pulang. Terakhir sebelum pulang, aku dapat melihat dengan jelas sunset, langit yang mulai merah merekah.

Dendy Sky View buka mulai dari pukul 9 pagi hingga pukul 9 malam. Jangan lupa jaga protokol kesehatan ketika berkunjung ya!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Sejenak Singgah ke Dendy Sky View appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/sejenak-singgah-ke-dendy-sky-view/feed/ 0 32527