Nur Nadya Nafis, Penulis di TelusuRI https://telusuri.id/penulis/nur-nadya-nafis/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Thu, 02 Feb 2023 07:17:21 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 Nur Nadya Nafis, Penulis di TelusuRI https://telusuri.id/penulis/nur-nadya-nafis/ 32 32 135956295 Jelang Julang: Aku, Kamu, Kita Setara https://telusuri.id/jelang-julang-aku-kamu-kita-setara/ https://telusuri.id/jelang-julang-aku-kamu-kita-setara/#respond Thu, 09 Feb 2023 04:00:56 +0000 https://telusuri.id/?p=37153 Di tengah gempuran pertanyaan “Kapan lulus?” yang sayangnya semangat untuk ke sana tak seambisius itu, saya menemukan informasi ada open recruitment volunteer dari sebuah pameran seni kriya tekstil di Malang. Adalah Pameran Seni Kriya Tekstil...

The post Jelang Julang: Aku, Kamu, Kita Setara appeared first on TelusuRI.

]]>
Di tengah gempuran pertanyaan “Kapan lulus?” yang sayangnya semangat untuk ke sana tak seambisius itu, saya menemukan informasi ada open recruitment volunteer dari sebuah pameran seni kriya tekstil di Malang. Adalah Pameran Seni Kriya Tekstil dan Sandang yang tahun ini menginjak penyelenggaraan kedua dan lebih terkenal dengan nama Pameran Jelang Julang. Jelang artinya menyambut dan julang artinya tinggi. Jelang Julang punya makna optimisme untuk selalu berkarya.

Jelang Julang diselenggarakan oleh Fikrah Ryanda, founder Hamparan Rintik—sebuah UMKM yang bergerak di bidang sandang, khususnya pada kain batik dan shibori. Tahun ini, mereka berkolaborasi dengan Omah Gembira—sebuah komunitas pemerhati penyandang disabilitas yang bergerak di Kota Malang—untuk memeriahkan  acara Jelang Julang 20222.

Jelang Julang 2022 terselenggara pada 30 September – 2 Oktober 2022 lalu di SO! Creative Hub Malang. Mengusung tema “Aku, Kamu, Kita, Setara”, Pameran Jelang Julang  2022  membawa makna bahwa semua manusia memiliki kedudukan yang setara, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Persiapan pameran berlangsung semenjak beberapa bulan sebelumnya, mulai dari pembuatan batik oleh teman-teman disabilitas yang akan dipamerkan saat acara, hingga penampilan panggung oleh teman disabilitas seperti fashion show. Lalu, ada juga dongeng dari teman tuli dan pertunjukan angklung dari teman disabilitas lainnya. Setiap penampilan menghadirkan seorang juru bahasa isyarat. Hal ini cukup efektif agar teman tuli bisa merasakan euforia acara.

Pameran Jelang Julang berlangsung dengan meriah. Sebagian besar pengunjung yang datang adalah teman-teman disabilitas beserta keluarganya. Perasaan semangat terpatri dari sorot mata mereka. Rasanya senang sekali bisa ikut andil dalam pemeran ini. Di antara sekian banyak teman disabilitas, mata saya tertuju pada satu teman daksa yang memiliki bakat istimewa. 

Razan Hafidz namanya, ia menjadi teman baru yang saya kenal saat pemeran. Hafidz terkenal sebagai sosok ceria dan penuh semangat. Berbeda dari teman lainnya, Hafidz memilih menyalurkan bakatnya melalui tulisan. Ia juga memiliki blog pribadi sebagai sarana penyaluran bakat. Hafidz adalah anak yang cukup kritis dan up to date. Dalam sebuah temu wicara dia mengatakan bahwa, “Kekurangan bukanlah sebuah bencana, hal itu bukan sebuah alasan untuk menyerah. Akan ada pelangi setelah hujan,” ucapnya dengan mata berbinar. 

Salah seorang narasumber lain berkata, “Kedudukan kita adalah sama di mata Tuhan, yang membedakan hanya kekurangan mereka nampak dan kita bisa melihatnya dengan jelas.”

Ada beberapa temu wicara lain yang terselenggara, beberapa di antaranya yakni mengarahkan bakat minat anak istimewa, diskusi bersama Islamic Disability Center, hingga kelas bahasa isyarat bersama BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia). BISINDO merupakan bahasa isyarat yang digunakan oleh teman-teman tuli dalam situasi non formal. Pada beberapa kesempatan, teman tuli menyatakan bahwa BISINDO lebih nyaman untuk digunakan. Sebagai pemula, saya pun merasa bahwa bahasa isyarat jenis ini juga lebih mudah untuk dipelajari, karena menggunakan isyarat dua tangan. Selain itu, isyaratnya pun juga tidak berbeda jauh dari huruf abjad.

Berbeda dengan BISINDO, ada juga jenis isyarat lain yaitu SIBI yang biasa digunakan saat kegiatan formal, seperti sekolah. SIBI cenderung lebih sulit untuk dihafalkan karena isyarat ini hanya menggunakan satu tangan saja. Sehingga isyarat yang digunakan cenderung lebih rumit. 

Saya mendapatkan beberapa insight baru di kelas bahasa isyarat, misalnya apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan saat berinteraksi dengan teman tuli. Dari sedikit waktu yang saya punya untuk berinteraksi dengan mereka, saya mengambil sebuah kesimpulan yakni untuk berkomunikasi dengan teman tuli, saya harus lebih ekspresif karena mereka juga cenderung ekspresif dalam berinteraksi. Pun, saat berkomunikasi juga sebaiknya tidak menggunakan masker atau penutup wajah lain agar teman tuli bisa melihat gerak bibir kita. Hal yang tak kalah penting yakni, ternyata teman tuli lebih suka dipanggil tuli daripada tuna rungu, sebab mereka merasa bahwa panggilan tuna rungu melambangkan perasaan kasihan dan sebagainya. Masyarakat cenderung menganggap bahwa julukan tuli itu kasar dan tidak sopan, padahal justru sebaliknya. 

Di Jelang Julang, saya bertemu dengan banyak teman disabilitas, mereka semua memiliki semangat juang tinggi. Mereka punya seribu senyum dan tawa bahagia menyambut saya datang pagi hari itu. Banyak cerita menarik tentang mereka dalam Pameran Jelang Julang, seluruhnya penuh makna. Satu kejadian menyentuh di malam terakhir Jelang Julang adalah saat seorang Ibu dari anak tuli memeluk saya dan mengatakan, “Terima kasih ya, Nak. Semangatnya sungguh luar biasa. Saya senang melihat anak saya bersemangat.”

Untuk semua hal baik yang telah dan akan saya dapatkan, besar harapan saya agar kisah-kisah baik ini akan menjadi bekal hidup untuk lebih mengerti dan merangkul orang lain. Aku, kamu, kita, setara.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Jelang Julang: Aku, Kamu, Kita Setara appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/jelang-julang-aku-kamu-kita-setara/feed/ 0 37153
Makan Roti Kaya di Toko Kopi Kongca https://telusuri.id/makanan-enak-di-toko-kopi-kongca/ https://telusuri.id/makanan-enak-di-toko-kopi-kongca/#respond Wed, 20 Jul 2022 01:35:00 +0000 https://telusuri.id/?p=34625 Akhir-akhir ini toko kopi menjadi satu dari sekian bahasan menarik untuk diperbincangkan dan juga diulik. Para penikmat kopi seakan bercita-cita untuk menyuarakan bahwa kopi memang berhak untuk menjadi minuman favorit semua orang. Toko kopi tersebar...

The post Makan Roti Kaya di Toko Kopi Kongca appeared first on TelusuRI.

]]>
Akhir-akhir ini toko kopi menjadi satu dari sekian bahasan menarik untuk diperbincangkan dan juga diulik. Para penikmat kopi seakan bercita-cita untuk menyuarakan bahwa kopi memang berhak untuk menjadi minuman favorit semua orang. Toko kopi tersebar di setiap sudut kota, bahkan hingga pelosok desa. Setiap toko kopi memiliki ciri khas tersendiri. Ada yang menonjolkan cita rasa kopi, bahan baku berupa biji-biji kopi pilihan, ragam varian minuman kopi, hingga yang sekadar menyuguhkan interior apik sehingga menarik pengunjung untuk foto OOTD atau outfit of the day. Kali ini, saya akan membawamu ke sebuah toko kopi legendaris: Toko Kopi Kongca.

Toko Kopi Kongca
Toko Kopi Kongca/Nur Nadya Nafis

Toko Kopi Kongca berada tidak jauh dari Stasiun Malang Kota Baru, tepatnya di Jalan Trunojoyo No. 23. Toko ini berada di ruko sederhana peninggalan Belanda. Empunya mendesainnya dengan nuansa Cina dan sentuhan klasik. Namun, meski ruko yang digunakan terbilang tidak terlalu luas, tempat ini cukup ramai setiap harinya. Bahkan pengunjung rela mengantri untuk bisa mencicipi menu minuman hingga makanannya. Saat jam makan siang, pengunjung Toko Kopi Kongca jauh lebih banyak dari jam-jam lainnya.

Jika kebanyakan toko kopi menyorot kopi sebagai bintang utama, maka berbeda dengan Kongca. Keunikannya justru datang dari hidangan pendamping kopi itu sendiri. Tapi katanya sih, ada salah satu menu kopi yang unik, enak, dan jarang ditemukan di toko kopi lain. Mereka menyebutnya butter coffee, kopi dengan campuran butter. Namun sayang sekali karena toko kopi ini lumayan ramai, stok kopi jenis ini sering habis.

Tidak perlu khawatir jika kehabisan butter coffee, kita bisa mencicipi beragam makanan andalan dari Kongc karena sebagian besar pengunjung memang datang ke sini buka untuk minum kopi. Iya, mereka datang untuk mengenyangkan perut dengan berbagai makanan enak dengan harga terjangkau. Semua varian kopi dan menu makanan bisa dinikmati dengan harga mulai dari sepuluh ribuan saja. 

Alih-alih membahas kopo, kali ini saya akan mengulas beberapa menu pendamping kopi yang bisa dibilang menjadi menu favorit di sini.

Menu Andalan kongca
Roti kaya menu andalan Kongca/Nur Nadya Nafis

Roti Kaya, Mendoan, Mantou, dan Bakmi

Roti kaya masuk dalam menu utama di Kongca karena menjadi salah satu menu favorit pengunjung. Roti kaya terbuat dari roti tawar lembut dengan isian selai srikaya kemudian dimasak dengan cara dipanggang sampai tekstur luarnya sedikit kering. Saat memakannya, rasa garing di luar, lembut dan manis di dalam. Roti kaya sangat cocok dimakan pagi hari sebagai makanan pendamping kopi.

Menu andalan lain yakni mendoan dan mantou. Nama mendoan mungkin sudah tidak lagi asing, makanan berbahan baku kedelai dan biasa kita sebut dengan nama tempe mendoan. Dimasak dengan cara digoreng menggunakan adonan tepung yang sudah diberi berbagai macam bumbu dan daun bawang untuk menambah cita rasa. Mendoan di Konca tidak jauh beda dengan mendoan di tempat lain, namun rasanya tentu berbeda. Rating delapan dari sepuluh adalah nilai yang pas untuk mendoan Kongca.

menu andalan kongca (3)
Roti mantou dan mendoan/Nur Nadya Nafis

Tak seperti mendoan, mantou kerap terdengar asing di beberapa telinga orang. Roti mantou sendiri berasal dari Tiongkok dan merupakan jenis roti polos kukus. Namun di Kongca, roti ini dibuat sedikit berbeda. Di sini, mantou digoreng dan diberi isian kacang-kacangan dengan sedikit taburan gula halus di atasnya. Rasanya cenderung manis dengan takaran yang pas dan sedikit gurih sehingga tidak menimbulkan sensasi bosan dan enek saat memakannya. Nilai sembilan dari sepuluh sangat pas diberikan karena rasanya sungguh mendekati sempurna.

Bintang selanjutnya adalah bakmi. Bakmi goreng dan kuah juga menemani roti kaya sebagai makanan andalan di menu utama. Bumbu bakminya kuat, rasanya begitu menggugah. Saya rekomendasikan bakmi Kongca untuk kamu yang suka dengan makanan manis. Iya, bakmi Kongca dominan rasa manis ketimbang asin dan gurih.

Patut kita akui bahwa Kongca adalah salah satu toko kopi yang unik dengan menunya yang khas. Sisi keunikan Kongca justru memberikan peluang untuk menarik pelanggan yang tidak suka kopi agar tetap datang. Jadi, kalau kamu ke Malang, jangan lupa mampir ya!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Makan Roti Kaya di Toko Kopi Kongca appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/makanan-enak-di-toko-kopi-kongca/feed/ 0 34625
Melihat Pameran Lukisan Self Matter di Galeri Raos https://telusuri.id/melihat-pameran-lukisan-self-matter-di-galeri-raos/ https://telusuri.id/melihat-pameran-lukisan-self-matter-di-galeri-raos/#respond Wed, 26 Jan 2022 05:45:41 +0000 https://telusuri.id/?p=32493 Manusia dengan segala kerumitannya menjadikan ia sebagai makhluk yang sangat istimewa. Bagaimana tidak? Manusia diberi wewenang untuk berpikir dengan waras. Berpikir tentang dunia, makhluk lain, terlebih tentang dirinya sendiri. Namun kini, semakin banyak manusia yang...

The post Melihat Pameran Lukisan Self Matter di Galeri Raos appeared first on TelusuRI.

]]>
Manusia dengan segala kerumitannya menjadikan ia sebagai makhluk yang sangat istimewa. Bagaimana tidak? Manusia diberi wewenang untuk berpikir dengan waras. Berpikir tentang dunia, makhluk lain, terlebih tentang dirinya sendiri. Namun kini, semakin banyak manusia yang hilang. Bukan raganya, tapi hilang jiwanya.

#SelfMatterExhibition merupakan tagar yang menjadi tema utama pameran lukisan di Galeri Raos. Pameran lukisan kali ini menekankan pada makna masalah diri sendiri. Masalah diri yang kompleks, masalah diri yang sukar diceritakan dengan orang lain, masalah diri yang harus dipecahkan sendiri. Karena memang sejatinya, manusia harus bisa hidup di atas kakinya sendiri.

Galeri Raos
Pameran Lukisan Self Matter di Galeri Raos/Nur Nadya

Pameran ini diselenggarakan di Galeri Raos tepatnya di Kota Batu. 21 seniman berhasil membuat sebuah karya yang sangat menakjubkan. Sebagian besar makna dari karya tersebut berisikan keresahan-keresahan yang menumpuk selama pandemi COVID-19. Manusia yang merasa kehilangan tujuan hingga maknanya sebagai manusia. Memang perlu diakui bahwa dampak dari pandemi tidak hanya pada ekonomi, namun juga mental manusia itu sendiri.

Pameran lukisan bertema Self Matter ini merupakan hasil karya dari Himaprodi Seni Rupa Murni Universitas Brawijaya. Universitas Brawijaya atau yang biasa disingkat UB adalah salah satu universitas favorit di Kota Malang. Tidak heran jika UB menghasilkan mahasiswa yang keren diberbagai bidang, termasuk seni rupa. Jadi bukan hal tabu jika karya-karya lukisan ini sangat menarik dan patut diapresiasi. 

Pengunjung galeri sangat antusias menikmati hasil karya para seniman. Lukisan-lukisan yang terpajang di dinding memang memiliki arti tersendiri, bahkan mungkin hanya empunya lukisan yang mengetahui makna tersembunyi dari sebuah karya tersebut. Namun, karya seni memiliki maknabagi penikmatnya. Hal itu pula yang membuat seni menjadi seru untuk ditelaah.  Tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar dari penafsiran suatu karya seni, sejatinya, karya tersebut dapat ditafsirkan sesuai dengan perasaan, bisa saja hari demi hari makna tersebut menjadi berbeda, karena manusia bisa dengan cepat berubah; perasaan, emosi, bahkan pikiran-pikirannya.

Selain lukisan, terdapat acara lain yang membuat pengunjung galeri semakin tertarik untuk berlama-lama, yaitu performance art atau pertunjukan seni. Pertunjukkan tersebut dilakukan di tengah galeri dan kelilingi pengunjung. Sungguh pertunjukan yang sangat menakjubkan. Mungkin memang ada beberapa alur yang sangat sulit untuk dimengerti, namun pengunjung tetap bersemangat memperhatikan para penampil. Terlihat dari sorot mata yang hampir tidak berkedip dari setiap cerita. Terdengar bisik-bisik pengunjung yang mencoba menebak arti dari pertunjukan tersebut.

Ada salah satu pertunjukan yang masih menjadi favorit hingga saat ini. Memang sangat sulit untuk diartikan. Pertunjukan tersebut dimainkan oleh kurang lebih 4-5 orang dengan satu perempuan. Perempuan tersebut berkeliling dan berinteraksi dengan pengunjung tanpa berbicara hanya menunjuk dirinya dan salah satu pengunjung. Sebelumnya pengunjung sudah diberi notes dengan tulisan “you” dan ditempelkan saat perempuan itu datang. Setelah itu, pemeran laki-laki menempelkan lakban di atas lukisan yang bertuliskan lafadz Allah, kemudian ada dua laki-laki yang bersujud di bawahnya sambil menangis tersedu-sedu.

Satu kalimat yang masih teringat adalah, “Pe’en dunyomu, Rek,” yang berarti adalah ambil duniamu. Kalimat tersebut seakan menjadi pengingat sekaligus menyindir manusia yang sangat sibuk dengan dunianya. Manusia yang selalu memikirkan kepentingan duniawi, sibuk kesana kemari mencari pundi-pundi yang dirasa adalah segalanya. Manusia lupa bahwa Tuhan sedang menunggu untuk sujud dan doanya.

Self Matter, sebuah acara seru untuk dihadiri. Sebagian besar pengunjung yang datang dari kalangan pelajar dan mahasiswa Rentang umur  remaja sering kali merasakan kehilangan diri sendiri, kehilangan keinginan diri, dan bentuk kehilangan yang tidak seharusnya dirasakan. Entah apa makna sesungguhnya dari tema, lukisan dan pertunjukan yang ditampilkan. Setiap orang bebas mengartikan tanpa perlu dinilai orang lain. 

Tidak salah jika tema ini diangkat di masa-masa sekarang. Hal yang dirasakan setiap individu semasa pandemi berlangsung. Entah bagaimana caranya kembali menjadi manusia yang sama seperti sebelumnya. Yang bisa melakukan segala hal tanpa cemas, yang dapat berguna bagi orang lain. Banyak manusia berpikir bahwa hidup di dunia ini harus melulu tentang membantu orang lain. Namun apakah sudah ditelisik lebih jauh tentang membantu diri sendiri?

Menengok ke dalam dan merasakan apa yang sedang dilalui. Mencoba mengerti tentang apa-apa yang dibutuhkan. Mengajak bicara diri sendiri mengenai rasa perih tanpa mengelak bahwa diri sedang tidak baik-baik saja. Karena hal terpenting dari proses mengobati luka diri adalah menyadari bahwa luka itu memang ada dan nyata meski tidak terlihat. Mari berdamai dengan diri sendiri, memeluk diri tanpa ada lagi kalimat menghakimi. Setiap diri memiliki hebatnya tersendiri yang tidak layak untuk disakiti dan dibandingkan dengan diri yang lain. 


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Melihat Pameran Lukisan Self Matter di Galeri Raos appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/melihat-pameran-lukisan-self-matter-di-galeri-raos/feed/ 0 32493