Ully Shara Tobing https://telusuri.id/penulis/shara-tobing/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Thu, 23 Mar 2023 01:34:21 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 Ully Shara Tobing https://telusuri.id/penulis/shara-tobing/ 32 32 135956295 Gudeg Yu Yah, Kuliner Malam Favorit Mahasiswa Jogja https://telusuri.id/gudeg-yu-yah-kuliner-malam-favorit-mahasiswa-jogja/ https://telusuri.id/gudeg-yu-yah-kuliner-malam-favorit-mahasiswa-jogja/#respond Tue, 24 Jan 2023 04:03:00 +0000 https://telusuri.id/?p=36932 Mampir ke Yogyakarta, tentu rasanya belum sah jika belum mencicipi kuliner yang satu ini: gudeg. Masakan yang terbuat dari cacahan nangka muda yang diolah dengan gula merah dan dipadukan dengan potongan krecek yang ditumis dengan...

The post Gudeg Yu Yah, Kuliner Malam Favorit Mahasiswa Jogja appeared first on TelusuRI.

]]>
Mampir ke Yogyakarta, tentu rasanya belum sah jika belum mencicipi kuliner yang satu ini: gudeg. Masakan yang terbuat dari cacahan nangka muda yang diolah dengan gula merah dan dipadukan dengan potongan krecek yang ditumis dengan potongan cabai, dan siraman kuah areh yang terbuat dari santan. Kuliner yang bercita rasa manis ini memang menjadi primadona makanan berat di Yogyakarta, dan menjadi salah satu opsi oleh-oleh khas daerah selain bakpia pathok. Meski awalnya lidah saya kesulitan untuk beradaptasi dengan makanan manis, namun setelah lima tahun tinggal di Yogyakarta dan mencicipi berbagai gudeg, saya mulai terbiasa dan menikmati cita rasanya.

Dalam banyak kesempatan, ketika harus menjamu teman-teman maupun keluarga dari luar pulau yang hendak main ke Yogyakarta, tak jarang saya mendapat komentar dari mereka yang mencoba gudeg untuk pertama kali. 

Wah, enak sih, tapi manis sekali!” 

Saya biasanya akan memberikan gambaran dulu kepada para tamu tentang cita rasa yang akan diperoleh dari mencicipi kuliner yang satu ini.

Setelah mencoba berbagai jenis gudeg, saya akhirnya paham bahwa makanan ini punya banyak varian. Gudeg yang paling populer biasanya kita sebut sebagai gudeg kering, disebut demikian karena seluruh lauk dan isiannya relatif kering tidak berkuah. Gudeg kering menjadi varian gudeg yang paling sering menjadi incaran utama wisatawan yang datang dan menjadi oleh-oleh khas untuk dibawa ke kota asal. Gudeg kering biasanya memiliki cita rasa yang relatif sangat manis, bisa jadi karena harus dimasak lama dengan banyak gula merah untuk mendapatkan tekstur yang sedemikian rupa. Sepanjang pengamatan saya, gudeg kering biasanya dijual dari pagi sampai malam hari. 

Seporsi Nasi Gudeg
Seporsi Nasi Gudeg/Ully Shara

Kalau penasaran dengan rasa gudeg kering, kamu dapat mengunjungi Gudeg Yu Djum ataupun Gudeg Bu Amad di Jalan Selokan Mataram ataupun langsung menuju Sentra Gudeg Yogya di Kampung Wijilan, yang mana sepanjang jalan terdapat berbagai kedai yang menjual gudeg. Gudeg kering juga tersedia dalam bentuk kemasan kaleng, sehingga aman dibawa sebagai oleh-oleh.

Jenis lainnya biasa disebut sebagai gudeg basah, yang saya amati banyak dijual justru di tengah malam hingga dini hari. Maka dari itu, gudeg basah bahkan bisa dibilang sebagai salah satu kuliner malam. Gudeg basah biasanya tidak terlalu manis dengan sajian krecek yang dimasak berkuah dan relatif lebih pedas. Kuah areh yang diberikan juga lebih gurih dan encer. 

Di beberapa tempat, biasanya pilihan lauknya akan lebih bervariasi dan sudah pasti pedas. Sebut saja gudeg mercon, yang menyajikan tumisan daging dan tetelan sapi berkuah yang sangat pedas, sehingga disebut sebagai ‘mercon’. Kalau saya boleh bilang, agaknya gudeg basah lebih cocok untuk teman-teman yang tidak terlalu suka rasa manis.

Jika tertarik mencicipi gudeg basah, kamu bisa datang ke Gudeg Yu Yah yang berlokasi di Jalan Magelang No. 129 A. Di sini, menyediakan 20 jenis lauk pauk yang bisa dipilih untuk mendampingi sensasi makan gudeg. Rata-rata lauk yang disajikan berupa tumisan yang tentunya memiliki banyak potongan cabai, sebut saja tumis mercon, tumis ikan teri, tumis jamur, ikan peda cabai. Kemudian ada juga baceman telur, tempe, tahu serta suwir ayam, telur sambal, dadar, gelatin kecap, hingga berbagai jenis sate seperti sate telur puyuh, sate usus, sate hati, sate brutu, dan berbagai jenis gorengan seperti tahu bakso, mendoan, dan lumpia. 

Memang mungkin rasanya jadi tidak sesuai dengan gudeg pada umumnya tetapi perpaduan cita rasa ini tidak kalah nikmat dari yang lainnya. Bagi saya justru membuat cita rasanya ini semakin komplit.

Makan gudeg tidak selalu identik dengan nasi di berbagai tempat—termasuk Gudeg Yu Yah—nasi  bisa diganti dengan bubur. Istilahnya bubur gudeg. Kadang kala juga banyak dijual di pagi hari sebagai opsi sarapan.

Gudeg Yu Yah cukup legendaris, apalagi bagi kalangan anak muda dan mahasiswa di Yogyakarta. Hanya buka di malam hari, mulai dari jam 20.00 sampai jam 03.30 dini hari, Gudeg Yu Yah jadi salah satu destinasi mahasiswa yang kelaparan tengah malam. 

Belum lagi mengingat harganya yang cukup murah, hanya sekitar 15.000-20.000 rupiah per porsi bergantung pada lauk-pauk yang kita pilih. Berbagai lauk khususnya tumisan dan sayur ini bisa kamu peroleh mulai dari harga Rp2.000 saja. Sedangkan berbagai jenis sate yang disajikan hanya dibanderol dengan harga Rp3.000.

Lokasi tempat makannya bisa dibilang cukup sederhana, berada di emperan beberapa ruko layaknya street food pada umumnya. Pengunjung nantinya dapat duduk di tikar-tikar yang digelar di bantaran ruko. Jangan heran kalau kuliner satu ini justru semakin malam akan semakin ramai, penuh dengan anak muda. 

Walaupun tempatnya sederhana, Gudeg Yu Yah ini relatif sangat bersih. Sensasi makan ini juga akan bertambah dengan iringan berbagai lagu yang dibawakan oleh para pengamen bersuara merdu. Tak jarang, banyak juga pengunjung yang akhirnya ikut me-request lagu, bernyanyi bersama, bahkan karaoke dengan diiringi lantunan musik. Secara suasana, cukup mirip dengan suasana makan di pinggiran Jalan Malioboro. 

Gudeg Yu Yah bisa dibilang favorit masyarakat lokal, belum banyak wisatawan yang tahu atau bahkan berkunjung ke sini. Kalaupun ada pendatang yang hadir, biasanya merupakan perantau yang dulunya berkuliah atau pernah tinggal di Yogyakarta. Tak jarang pula ada yang datang karena mendapat rekomendasi dari temannya. Menurut cerita si penjual, tempat makan inisendiri sudah buka dari tahun 2011, yang awalnya hanya berupa warung tenda kecil dengan pilihan lauk yang terbatas sampai terkenal dan ramai sampai sekarang,

Sudah bertambah satu nih daftar kuliner. Jadi kapan kamu ke Yogyakarta?

Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Gudeg Yu Yah, Kuliner Malam Favorit Mahasiswa Jogja appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/gudeg-yu-yah-kuliner-malam-favorit-mahasiswa-jogja/feed/ 0 36932
Ke Tangkahan tapi Tidak untuk Bertemu Nicholas Saputra https://telusuri.id/ke-tangkahan-tapi-tidak-untuk-bertemu-nicholas-saputra/ https://telusuri.id/ke-tangkahan-tapi-tidak-untuk-bertemu-nicholas-saputra/#respond Sat, 27 Aug 2022 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=34961 Jika kita mengikuti Nicholas Saputra di Instagram atau menonton video klip “Adu Rayu” pasti familiar dengan tempat ini. Video klip tersebut diambil di Tangkahan, sebuah kawasan ekowisata yang merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Leuser,...

The post Ke Tangkahan tapi Tidak untuk Bertemu Nicholas Saputra appeared first on TelusuRI.

]]>
Jika kita mengikuti Nicholas Saputra di Instagram atau menonton video klip “Adu Rayu” pasti familiar dengan tempat ini. Video klip tersebut diambil di Tangkahan, sebuah kawasan ekowisata yang merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Tangkahan sendiri dikenal sebagai tempat penangkaran gajah Sumatera dan merupakan habitat alami dari berbagai jenis satwa liar. Tidak hanya itu, lokasi ini juga merupakan pertemuan beberapa sungai yaitu Sungai Buluh, Sungai Batang Serang, dan Sungai Musam di bagian hilirnya. Selain sebagai tempat penangkaran satwa liar, masyarakat lokal juga mengelola wilayah ini sebagai tempat wisata alam dengan berbagai aktivitas seru di dalamnya. 

Jembatan dalam video Adu Rayu
Jembatan dalam video Adu Rayu/Shara Tobing

Lokasi ekowisata Tangkahan bisa dicapai dengan 3 jam berkendara dari Kota Medan dengan membawa kendaraan pribadi. Kalau enggan membawa kendaraan sendiri, kamu bisa juga mencoba kendaraan umum seperti mobil travel dari Pinang Baris. Tarifnya cukup murah, sekitar Rp30.000-Rp50.000 untuk satu kali jalan Dengan menggunakan travel, kamu akan diantarkan langsung sampai ke lokasi penginapan yang kamu tuju. Beberapa penginapan seperti Terarrio Tangkahan bahkan menyediakan jasa penjemputan langsung dari Bandara Kualanamu, Medan.

Ada banyak penginapan yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat lokal yang bisa kamu pesan baik langsung melalui pemandu wisata atau marketplace perjalanan. Sebelum masa pandemi, mayoritas masyarakat mengandalkan sektor pariwisata sebagai mata pencaharian utama. Namun karena pandemi COVID-19, banyak masyarakat yang harus beralih mata pencaharian menjadi pekerja di perkebunan sawit yang lokasinya berdampingan dengan wilayah ekowisata Tangkahan. Perubahan mata pencaharian ini diakibatkan oleh turunnya angka wisatawan asing dan lokal akibat dari dilakukannya pembatasan wilayah dan penutupan alur masuk penerbangan luar negeri. 

Berinteraksi langsung dengan para gajah
Berinteraksi langsung dengan para gajah/Shara Tobing

Salah satu aktivitas andalan di wilayah ekowisata ini adalah memandikan dan memberi makan gajah, serta rafting menyusuri sungai. Untuk memberikan makan dan memandikan gajah kamu perlu untuk merogoh kocek sebesar Rp100.000/orang. Kamu dapat berinteraksi langsung dengan beberapa gajah yang ada di penangkaran, memberi makan, berfoto bersama dan bisa pula ikut membantu para pawang memandikan gajah. Kegiatan memberi makan gajah ini dilakukan dua kali sehari di jam 08.00 dan jam 15.00, maka dari itu pastikan kamu datang tepat waktu ya. Semua kegiatan di sini tentunya dilakukan dibawah pengawasan, jadi kamu tidak perlu takut untuk berinteraksi langsung dengan para gajah di sini.

Tidak hanya memberi makan gajah, kamu juga bisa makan siang di tepi sungai sambil menikmati suasana hutan yang masih asri. Lengkap dengan gemericik air sungai, dan tentunya udara segar.

Masyarakat desa sekitar Tangkahan sangat peduli terhadap konsep pariwisata berkelanjutan. Pengelolaan dana retribusi lokasi ekowisata dimanfaatkan dengan sangat apik dan tentunya merata bagi setiap bagian masyarakat. Pengelolaan lokasi ekowisata dilakukan dengan memberdayakan setiap lapisan masyarakat yang ada. Para pemuda misalnya, tergabung dalam sebuah kelompok yang fokus terhadap penyediaan fasilitas ekowisata dan menjadi pemandu wisata bagi pelancong yang datang.

Kelompok perempuan, khususnya para ibu menjajakan makan siang dan jajanan ringan di sepanjang sungai khususnya pada spot yang ramai dengan wisatawan. Selain itu, beberapa pemuda dan kelompok ibu juga diberdayakan untuk melakukan kegiatan pembersihan di sepanjang sungai setiap sore hari untuk memastikan bahwa tidak ada sampah yang berserakan dan mengotori sungai. Selama perjalanan pula, para pemandu wisata tidak henti-hentinya mengingatkan para pengunjung untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Selain bertemu dengan gajah, kamu juga bisa mencoba beberapa kegiatan lain seperti rafting dan eksplorasi beberapa bagian sungai seperti air terjun, sumber air panas, hingga camping di tengah hutan. Dengan merogoh kocek sebesar Rp250.000/orang kamu akan dibawa menyusuri sungai dengan rafting, menuju beberapa spot pemandian yang indah serta makan siang di tepi sungai yang tentunya sangat instagramable.

Menuju Pantai Kupu Kupu setelah rafting
Menuju Pantai Kupu-kupu setelah rafting/Shara Tobing

Salah satu spot tersebut yakni Pantai Kupu-kupu. Sesuai dengan namanya, di kala siang hari akan ada banyak sekali kupu-kupu berterbangan di sekitar sungai. Menurut masyarakat sekitar, kupu-kupu ini tertarik dengan bau manusia jadi semakin ramai tempat tersebut maka akan semakin banyak pula kupu-kupu yang bertebangan di sekitar sungai. Oh iya, katanya juga spot ini menjadi tempat favorit Nicholas Saputra loh.

Berhubung lokasi ini ditempuh dengan melewati jalur sungai yang cukup berbatu dan berarus deras, pastikan bahwa kalian menggunakan pakaian dan sendal yang sesuai untuk mempermudah perjalanan. Perlu diingat pula bahwa untuk mengunjungi bagian ini kalian perlu untuk didampingi oleh para pemandu wisata yang paham betul akan kondisi alam. Maklum, kepercayaan lokal masih cukup kuat dipegang oleh masyarakat sekitar. Mereka akan membaca tanda-tanda alam yang menentukan apakah lokasi aman untuk dikunjungi. Jadi jangan sekali-kali iseng pergi sendiri ya. 

Selain mengunjungi Pantai Kupu-kupu, kita juga bisa mengunjungi sumber air panas yang berada di tengah celah tebing batu. Tempat ini terbilang cukup unik sebab hanya muat untuk tiga orang dewasa. Menurut masyarakat, pasir yang berada di air panas ini ampuh untuk mengobati berbagai penyakit kulit dan jerawat, jadi jangan kaget kalau ketika kamu datang ada banyak orang rela mengantre untuk berendam.

Pantai Kupu Kupu
Pantai Kupu-kupu/Shara Tobing

Perjalanan selanjutnya akan membawa kamu ke air terjun di pinggir sungai. Meskipun air terjun ini tidak terlalu tinggi, namun spot ini menjadi lokasi favorit bagi anak-anak kecil. Menariknya, lokasi sungai ini tidak hanya ramai oleh wisatawan, tetapi juga ramai oleh masyarakat sekitar yang menjadikannya lokasi pemandian sehari-hari. Di lokasi ini pula, pemandu wisata telah menyediakan makan siang yang didesain layaknya piknik tepi sungai. Setelah mengunjungi air terjun, kita bisa melanjutkan aktivitas dengan rafting kembali sekitar 15-20 menit melewati aliran sungai yang tenang dan jernih. 

Beberapa homestay milik masyarakat sengaja berlokasi di tengah hutan, masih berada dekat dengan aliran sungai. Tentunya menambah kesan asri. Pemandu wisata yang membawa saya dan keluarga mengatakan bahwa ada banyak sekali wisatawan asing yang memilih untuk menginap di Tangkahan selama berbulan-bulan. Mereka tidak hanya mencari tempat yang mungkin sulit didapatkan dari negara asal namun juga belajar mengenai konservasi hewan liar, hingga belajar budaya dan kultur masyarakat setempat. Tak sedikit yang akhirnya fasih bahasa Indonesia, bahkan bahasa masyarakat setempat setelah berbulan-bulan tinggal di sini. 

Meski belum banyak terdengar, dan bahkan belum menjadi destinasi prioritas di Indonesia, Tangkahan memiliki potensi luar biasa yang menurut saya perlu terus dikembangkan. Wisata edukatif, berbasis pengelolaan masyarakat setempat masih menjadi tantangan tersendiri di Indonesia.

Walaupun para pemandu wisata sangat mengharapkan adanya lonjakan pengunjung yang dapat berkontribusi positif terhadap ekonomi masyarakat setempat, mereka sempat pula mengeluhkan adanya potensi dampak negatif terhadap kondisi alam jika terlalu banyak pengunjung datang. Dengan demikian, mereka sangat mengharapkan adanya bantuan dan perhatian lebih dari pemerintah guna menemukan mekanisme yang tepat dalam pengelolaan pariwisata berkelanjutan di Tangkahan. Setelah mengarungi sungai, pengunjung akan sampai di lokasi terakhir, bagian sungai yang cukup landai dan berbatu. Dari sini pengunjung mobil off-road akan mengantarkan pengunjung kembali ke penginapan.

Perjalanan kali ini sangat bermakna untuk saya. Selain menyusuri alam yang masih sangat terjaga, masyarakat lokal sudah sadar pariwisata sehingga saat berjumpa dengan wisatawan, mereka akan menyapa dengan ramah. Jadi, kapan kamu akan berkunjung ke sini?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Ke Tangkahan tapi Tidak untuk Bertemu Nicholas Saputra appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/ke-tangkahan-tapi-tidak-untuk-bertemu-nicholas-saputra/feed/ 0 34961
Merasakan Ontbijtkoek di Toko Roti Jakarta, Yogyakarta https://telusuri.id/merasakan-ontbijtkoek-di-toko-roti-jakarta-yogyakarta/ https://telusuri.id/merasakan-ontbijtkoek-di-toko-roti-jakarta-yogyakarta/#respond Fri, 19 Nov 2021 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=31379 Sebagai penggemar garis keras roti dan olahan serupa, mencari toko roti legendaris sudah menjadi ritual pasti ketika datang ke daerah baru. Bagi saya, roti dan olahannya menyimpan cita rasa khas yang tentunya dipengaruhi oleh karakteristik...

The post Merasakan Ontbijtkoek di Toko Roti Jakarta, Yogyakarta appeared first on TelusuRI.

]]>
Sebagai penggemar garis keras roti dan olahan serupa, mencari toko roti legendaris sudah menjadi ritual pasti ketika datang ke daerah baru. Bagi saya, roti dan olahannya menyimpan cita rasa khas yang tentunya dipengaruhi oleh karakteristik unik dari setiap daerah. Apalagi kalau beruntung menemui toko roti lama yang masih mempertahankan cita rasa tempo dulu, wah rasanya saya menang banyak deh! Kalau-kalau sedang beruntung, ketika berkunjung ke lokasi dan bertemu langsung dengan pemiliknya, kita akan disuguhkan cerita mengenai asal mula resep atau toko tersebut. Cerita-cerita ini yang menurut saya sangat bernilai, dan tidak bisa diganti oleh apapun. 

Kalau sempat main ke Yogyakarta dan kebetulan pecinta wisata kuliner, kamu bisa mengunjungi wilayah Kranggan di daerah Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta. Wilayah ini terkenal dengan berbagai kuliner lawas seperti jajanan pasar, gudeg mercon Bu Tinah yang buka pada malam hari, hingga berbagai kuliner peranakan Tionghoa seperti sate babi kecap, bakpao, wedang tahu, dan wedang kacang yang dijual di sepanjang jalan daerah Kranggan. Bergerak sedikit dari jalan Kranggan, ada juga Pasar Kranggan yang berisi banyak kios makanan. Bisa dibilang wilayah Kranggan merupakan tempat dengan keberagaman kuliner.. 

Selama empat atau lima tahun tinggal di Yogyakarta, ada satu toko roti yang menurut saya cukup legendaris di Kranggan, namanya Toko Roti Jakarta. Saat ini Toko Roti Jakarta sudah memiliki dua outlet, salah satunya berlokasi di Jalan Jlagran Lor No. 7 yang lokasinya berada di wilayah Kranggan. Jika kamu ingin berkunjung, toko ini buka dari jam 07.00 pagi dan tutup di jam 21.00 malam.

Menurut catatan sejarah, toko roti ini sudah buka sejak zaman Belanda tepatnya sekitar tahun 1924 oleh The Joen Hien. Sejak saat itu, Toko Roti Jakarta selalu mempertahankan cita rasa dan resep aslinya, pengelolaannya pun dilakukan oleh keluarga secara turun- temurun. Baik logo dan konsep kemasannya juga masih mempertahankan karakteristik camilan tempo dulu yang simple namun khas.

Ada beberapa menu andalan yang disajikan, seperti roti daging, lapis legit, olahan roti manis, dan yang paling spesial dan juga favorit saya adalah roti ontbijtkoek yang manis dan wangi rempah. Pokoknya yang ini tidak boleh terlewat deh!

A picture containing text, sign

Description automatically generated
Toko Roti Jakarta/Ully Shara

Ontbijtkoek sendiri merupakan roti khas Belanda yang umum dikonsumsi untuk sarapan. Secara harfiah, ontbijtkoek sendiri berarti breakfast cake atau kue sarapan. Meskipun demikian, seiring berjalannya waktu, roti ini juga kerap menjadi  camilan. Dibuat dengan menggunakan banyak rempah-rempah seperti kayu manis, bunga lawang, kapulaga, jahe, pala cengkeh, dan vanili membuatnya terasa harum dan tentu saja lezat.

Menurut sejarah, ontbijtkoek awalnya sama sekali tidak menggunakan mentega atau lemak nabati sehingga dari segi tekstur cukup kering. Orang Belanda mengonsumsinya dengan memberikan olesan mentega di atasnya, layaknya roti tawar yang akrab kita konsumsi saat ini. Seiring berjalannya waktu, resep mengalami berbagai perubahan di berbagai wilayah, salah satu perubahan yang terasa di Indonesia adalah penambahan mentega atau margarin kedalam adonan untuk menambah cita rasa gurih dan mengubah tekstur menjadi lembut layaknya sponge cake.

Ontbijtkoek di Toko Roti Jakarta
Ontbijtkoek di Toko Roti Jakarta/Ully Shara

Jika merujuk pada resep asli, rasa manis ontbijtkoek berasal dari madu, maka dari itu kudapan ini dikenal juga sebagai honey cake. Beberapa resep lainnya menggunakan gula merah atau brown sugar sebagai pemanis, tetapi setiap negara jajahan Belanda memiliki kombinasi yang berbeda. Sebut saja di Indonesia, pemanis yang digunakan adalah gula Jawa yang turut menambah rasa dan wangi yang khas.

Beberapa resep juga menambahkan kacang-kacangan sebagai topping, untuk Toko Roti Jakarta sendiri menggunakan kacang tanah yang ditaburkan di atasnya. Modifikasi juga dilakukan atas lemak yang digunakan, jika resep asli menggunakan butter atau mentega, masyarakat Indonesia lebih memilih menggunakan margarin yang menambah cita rasa gurih yang khas. Hal ini juga dilakukan oleh Toko Roti Jakarta. Sekedar informasi, toko roti ini pernah menjadi juara 2 Nasional Master Oleh-Oleh yang diadakan oleh Blue Band, lho!

Kalau saat ini kita sudah akrab dengan budaya mengonsumsi roti sebagai kudapan minum teh, pengganti makanan pokok, ataupun untuk sarapan, menurut catatan sejarah,masyarakat Indonesia sebelumnya tidak mengenal budaya makan roti. Kebiasaan ini bermula saat kedatangan Belanda di Indonesia.

Awalnya, olahan roti dan kue hanya dapat dikonsumsi oleh orang Hindia Belanda, orang-orang kaya, dan para bangsawan pribumi sedangkan masyarakat dengan status sosial ekonomi bawah hanya mampu untuk mengonsumsi olahan tradisional dari beras, ketan atau umbi-umbian yang lebih mudah ditemui. Berbagai olahan tradisional ini yang kemudian kita kenal sebagai jajanan tradisional atau pasar. Dengan demikian, roti dan kue menjadi lambang akan status sosial dan ekonomi seseorang.

Masuknya pengaruh kuliner dari Belanda yang bertemu dengan keterbatasan masyarakat dalam mengaksesnya yang kemudian memunculkan berbagai inovasi kuliner baru dengan kearifan lokal. Ontbijtkoek misalnya, menginspirasi kemunculan roti gamblang atau dikenal juga sebagai roti ganjel rel. Roti ini pertama kali popular di Batavia, diberi nama gamblang karena bentuknya yang mirip dengan gambang kromong, sebuah alat musik tradisional.

Di wilayah Semarang, roti gamblang dikenal pula sebagai roti ganjel rel karena bentuknya yang mirip dengan bantalan rel kereta api. Berbagai inovasi ini terjadi guna mensiasati bahan baku utama yaitu tepung terigu, yang mahal sehingga digunakan alternatif yaitu tepung gaplek atau singkong yang jauh lebih murah dan mampu memangkas biaya produksi.

Selain ontbijtkoek, kamu juga bisa mencicipi beragam jenis roti seperti roti isi daging, kacang tanah, srikaya, hingga roti sisir berbagai rasa yang sama enaknya. Untuk ontbijtkoek sendiri dapat diperoleh dengan harga Rp11.000 saja per buah, sedangkan untuk roti lainnya dapat dibeli dengan harga mulai dari Rp8000 hingga Rp30.000 tergantung jenisnya.

Toko Roti Jakarta ini juga menjual berbagai jenis snack oleh-oleh khas Yogyakarta, bahkan menurut cerita pemilik toko, banyak lho yang menjadikan ontbijtkoek ini sebagai oleh-oleh alternatif selain gudeg dan bakpia. Jadi, sekiranya berkunjung ke Yogyakarta, jangan lupa untuk mengunjungi Toko Roti Jakarta dan merasakan sensasi berbagai kudapan tempo dulu yang super enak dan tentunya unik. 


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu

The post Merasakan Ontbijtkoek di Toko Roti Jakarta, Yogyakarta appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/merasakan-ontbijtkoek-di-toko-roti-jakarta-yogyakarta/feed/ 0 31379
Jalan-Jalan ke Pabrik Teh PTPN IV Bah Butong https://telusuri.id/jalan-jalan-ke-pabrik-teh-bah-butong/ https://telusuri.id/jalan-jalan-ke-pabrik-teh-bah-butong/#comments Sun, 18 Jul 2021 11:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=28676 Betul juga kata orang, jika tidak direncanakan, liburan justru akan lebih berkesan.  Kunjungan kami ke Sidamanik, sebuah kecamatan di Provinsi Sumatera Utara, bisa dibilang tanpa rencana. Memang, papa terlebih dahulu ada rencana pergi kesana karena...

The post Jalan-Jalan ke Pabrik Teh PTPN IV Bah Butong appeared first on TelusuRI.

]]>
Betul juga kata orang, jika tidak direncanakan, liburan justru akan lebih berkesan. 

Kunjungan kami ke Sidamanik, sebuah kecamatan di Provinsi Sumatera Utara, bisa dibilang tanpa rencana. Memang, papa terlebih dahulu ada rencana pergi kesana karena ikut dalam acara kumpul karyawan yang diadakan oleh kantor, katanya mau trabas-trabas, atau dalam bahasa gaulnya balapan, ala ala off-road.

Sambil mengemas baju, celana, sepatu dan helm khusus untuk off-road, papa kemudian bertanya, “Bagaimana kalau ikut ke Sidamanik saja besok Kak, sambil nonton Bapak trabas-trabas?”

Sejujurnya aku belum pernah ke Sidamanik, jadi langsung kubuka internet mencari tahu ada apa disana, maklum aku suka jalan-jalan jadi tawaran semacam ini memang agak sulit ditolak.

Melihatku masih asik memegang handphone, papa kemudian kembali berkata “Ayo ikut saja, acaranya di perkebunan teh, tempatnya bagus kok bisa foto-foto.” Pernyataannya membuatku tertawa. Akhirnya ajakan papa aku iyakan, dan kami berangkat ke Sidamanik di keesokan harinya. 

Perjalanan dari Kota Medan ke Sidamanik memakan waktu sekitar 4 jam menggunakan tol, maka dari itu kami berangkat pagi-pagi buta supaya bisa sampai di lokasi trabas-trabas pada pukul sembilan pagi. Sebelum ada jalan tol, perjalanan Medan – Siantar mungkin bisa memakan waktu 7 jam atau lebih.

Betul juga kata papa, lokasi perkebunan teh ini sangat keren, sepanjang mata memandang kita disuguhi dengan pepohonan teh yang hijau nan rapi dan terawat. Udara juga sangat sejuk, cocok sekali dinikmati sambil minum teh dan Indomie rebus.Sembari menunggu papa dan karyawan lainnya trabas-trabas, kami memutuskan untuk menyewa ATV untuk mengelilingi perkebunan teh. Rupanya, perusahaan perkebunan di sini memberikan izin bagi masyarakat untuk mengelola perkebunan sebagai objek wisata, maka tidak jarang pula pengunjung menemui saung, warung makan, dan penyewaan ATV di tengah-tengah perkebunan. Biaya sewa ATV ini pun terbilang murah, hanya Rp50.000 per 30 menit, sudah cukup untuk merasakan sensasi berkeliling kebun teh layaknya tuan tanah. Setidaknya itu yang aku bayangkan selama mengendarai motor.

Setelah puas mengelilingi kebun teh, kami pun memutuskan untuk kembali mencari tempat wisata lain di Sidamanik sambil menunggu rombongan offroad kembali ke pos. Belum sempat browsing tiba-tiba supir kami berkata “Ayo Shara, kita lihat pabrik teh, ada teman saya kerja di sana.”

Pas sekali pikirku, sudah lama aku penasaran melihat proses pembuatan teh. Maklum, setiap hari selalu dibuka dengan teh panas, tapi sama sekali tidak tahu proses pengolahannya. Untungnya, lokasi kami menuju pabrik teh tidak terlalu jauh, hanya sekitar 15 menit dengan menggunakan mobil. Lokasi yang kami datangi ini bernama pabrik teh Bah Butong yang merupakan salah satu anak usaha dari PT. Perkebunan Nusantara atau yang akrab disebut dengan PTPN. Perkebunan Bah Butong ini merupakan pusat pengolahan teh terbesar di Asia Tenggara, dengan kualitas teh berstandar dunia yang sayangnya hanya diekspor keluar negeri.

Proses bongkar muat hasil panen daun teh/Ully Shara

Ketika pertama kali memasuki wilayah pabrik, rasanya seperti membayangkan era kolonial dulu, bangunanya terbilang tua dengan banyak mesin-mesin besar. Memang sepertinya hari ini rejeki kami, baru saja kami memasuki wilayah pabrik, berdatangan truk-truk besar membawa hasil panen teh menuju tempat pengolahan. Selama kami di sana, ada sekitar 4 atau 5 truk berdatangan.

Menurut cerita salah satu pegawai pabrik yang kami temui di lokasi, dalam satu hari ada sekitar 70 ton daun teh basah yang dipanen dan diolah, bahkan sebelum masa pandemi, angka ini bisa mencapai 100 ton daun basah per hari. Biasanya, pabrik ini banyak dikunjungi oleh rombongan anak sekolah baik dari Kota Medan maupun daerah lainnya di sekitar Sidamanik, namun selama pandemi ini belum ada kunjungan rombongan lagi ke Pabrik Bah Butong. Setiap pengunjung akan dapat melihat proses pembuatan teh dari bentuk daun segar hingga bentuk teh yang biasa kita konsumsi. Karena sudah biasa menghadapi rombongan, para pekerja di Pabrik Bah Butong sangat edukatif dan komunikatif dalam menyampaikan informasi mengenai proses pembuatan teh. 

Tahapan pertama dalam proses pengolahan teh adalah tahap pelayuan, Hasil panen daun teh segar ini ditebar pada banyak meja untuk dilayukan terlebih dahulu selama satu malam. Dalam tahapan ini juga teh disortir secara manual untuk menghilangkan benalu, batang dan ranting yang mungkin ikut masuk dalam tumpukkan daun teh. Harap maklum, proses panen tidak lagi dilakukan secara manual, melainkan sudah dilakukan secara masif menggunakan mesin. 

Setelah dilayukan, tumpukan daun teh ini kemudian dimasukkan kedalam mesin perajang yang juga berfungsi sebagai alat sortir teh berdasarkan kualitasnya. Cacahan yang paling halus berarti kualitasnya tinggi karena murni berasal dari daun khususnya daun muda, semakin kasar hasil cacahan maka kualitasnya semakin menurun karena telah bercampur daun tua dan sedikit batang teh. 

Untuk menjamin kualitas teh, setelah dirajang dan dipisahkan, daun teh kembali melalui proses pengayakan guna memisahkan hasil rajangan. Baru, setelah dipisahkan teh kemudian masuk dalam tahapan fermentasi menjadi berbagai jenis teh, sesuai dengan permintaan konsumen.

Pabrik Teh Bah Butong ini memiliki banyak konsumen mancanegara khususnya pasar di Eropa dan Asia salah satunya Malaysia. Pabrik-pabrik ini tinggal memesan ke Pabrik Bah Butong sesuai dengan cara olah yang mereka inginkan, seperti lama fermentasi, derajat panas, lama penjemuran, Bah Butong akan mengolahnya sesuai dengan keinginan konsumen. Bahkan menurut cerita salah satu pegawai, banyak loh brand teh luar negeri memasok bahan bakunya dari pabrik Bah Butong, sayangnya ketika saya rayu untuk membocorkan nama brand-nya si Bapak enggan menjawab. “Rahasia perusahaan,” katanya. 

Proses pelayuan dan penyortiran daun teh/Ully Shara

Si bapak bercerita katanya kualitas teh yang dihasilkan di Bah Butong ini kualitas dunia, nomor satu di kelasnya. Lalu bagaimana dengan teh yang sering kita temui di supermarket? Si bapak menjawab “Ah itu mah kualitas paling akhir, yang banyak batang-batangnya, tidak laku di ekspor.” Sedih juga ya, sebagai negara produsen teh terbaik, justru rakyatnya tidak pernah merasakan teh kualitas dunia. 

Tetapi jangan sedih dulu pembaca, si bapak tetap memberikan informasi penting, khususnya bagi yang ingin merasakan teh kualitas dunia ini. Dalam beberapa tahun terakhir, pabrik teh Bah Butong memproduksi teh hitam kemasan dengan nama dagang Butong. Teh ini merupakan teh hitam berkualitas tinggi yang sayangnya masih diproduksi dan dipasarkan dalam jangkauan wilayah Sidamanik dan sekitarnya.

Saya sendiri membeli beberapa bungkus, untuk oleh-oleh dan konsumsi sendiri. Setelah di seduh, memang rasanya beda dari teh lain yang kita temui di supermarket. Warnanya lebih hitam, wanginya lebih harum dan rasanya lebih legit. Jadi, jika pembaca memiliki teman atau saudara yang kebetulan tinggal di Sidamanik, silahkan menitip pesan teh ini yang bisa didapatkan di Pabrik Bah Butong secara langsung. Atau, pembaca bisa mencarinya secara online melalui berbagai platform marketplace.

Teh Butong produksi Pabrik Bah Butong/Ully Shara

Yang terpenting, jika suatu saat datang ke Sumatera Utara, khususnya ke Sidamanik, jangan lupa mengunjungi Pabrik Teh Bah Butong, apalagi jika membawa banyak anak kecil. Saya yakin pengalaman mengunjungi pabrik teh ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga sangat informatif dan edukatif.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Jalan-Jalan ke Pabrik Teh PTPN IV Bah Butong appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/jalan-jalan-ke-pabrik-teh-bah-butong/feed/ 3 28676