Tasya Rahmawati, Penulis di TelusuRI https://telusuri.id/penulis/tasya-rahmawati/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Mon, 27 Jun 2022 15:04:47 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 Tasya Rahmawati, Penulis di TelusuRI https://telusuri.id/penulis/tasya-rahmawati/ 32 32 135956295 Menilik Janji Ibu Kota Nusantara https://telusuri.id/menilik-janji-ibu-kota-nusantara/ https://telusuri.id/menilik-janji-ibu-kota-nusantara/#respond Thu, 09 Jun 2022 01:29:34 +0000 https://telusuri.id/?p=34004 Wilayah Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur telah dipilih dari sekian pilihan daerah sebagai lokasi ibu kota negara baru Indonesia. Sesuai yang ditetapkan, nama ibu kota baru nantinya adalah Nusantara, yang disebut sebagai istilah yang dapat...

The post Menilik Janji Ibu Kota Nusantara appeared first on TelusuRI.

]]>
Wilayah Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur telah dipilih dari sekian pilihan daerah sebagai lokasi ibu kota negara baru Indonesia. Sesuai yang ditetapkan, nama ibu kota baru nantinya adalah Nusantara, yang disebut sebagai istilah yang dapat mewakili keseluruhan bangsa Indonesia serta telah dikenal di kancah dunia.

Konsep forest city akan diterapkan dalam pembangunan ibu kota Nusantara. Konsep forest city adalah pembangunan lahan dengan komposisi ruang terbuka hijau minimal 50% dari total luas area lahan tersebut. Bahkan ibu kota negara yang baru diklaim 75% wilayahnya dijadikan ruang terbuka hijau. Wilayah ini akan memiliki 135.000 hektare yang bila sesuai rencana dijadikan ruang terbuka hijau, mengingat total luas Nusantara adalah 180.000 hektare.

Dengan konsep ini, Nusantara kelak diharapkan mampu meringankan beban Jakarta sebagai ibu kota saat ini sekaligus pusat administrasi maupun ekonomi negara. Apalagi Jakarta juga dihantui isu-isu, seperti ancaman tenggelam karena penurunan  permukaan tanah, banjir, kemacetan, hingga polusi udara. 

Hutan di Penajam Paser/Unsplash-Barkah Wibowo

Proyek pembangunan ibu kota negara diperkirakan menelan anggaran senilai Rp501 triliun. Dilansir dari laman resmi IKN, pembiayaan diprioritaskan melalui sistem KPBU senilai Rp252,5 triliun (54,2% dari total biaya) serta investasi swasta maupun BUMN/BUMD senilai Rp123,2 triliun (26,4% dari total biaya). Sisa pembiayaan rencananya akan diambil dari APBN.

Pemerintah memang terkesan tidak main-main untuk proyek pemindahan ibu kota ini. Namun, tantangan serius pun dihadapi karena pembangunan ini tidak dapat dilepaskan dari dampak lingkungan yang akan timbul.

Degradasi Hutan

Wilayah yang akan jadi ibu kota baru dihadapkan dengan masalah degradasi hutan. Hal tersebut disebabkan pemanfaatan hutan atau alih fungsi lahan guna kegiatan non-kehutanan, seperti perkebunan, pertambangan, serta permukiman penduduk. Ditambah lagi, wilayah ibu kota baru ditujukan sebagai kawasan konservasi keanekaragaman hayati serta kawasan lindung dengan vegetasi hutan tropis sedikitnya 45% dari keseluruhan luas Pulau Kalimantan. Langkah itu dilakukan mendukung peran Kalimantan sebagai paru-paru dunia.

Maka, konsep forest city dalam pembangunan ibu kota negara harus memperhatikan dan mendukung pelestarian hutan maupun kawasan lindung guna melindungi keanekaragaman hayati. Selain itu, pembangunannya perlu memaksimalkan penyerapan karbon sekaligus mendukung pembangunan kota berkelanjutan sesuai yang digembar-gemborkan selama ini.

Orang Utan Kalimantan via Unsplash/Simone Millward

Ancaman bagi Rumah Satwa dan Tumbuhan

Wilayah ibu kota negara merupakan salah satu rumah keanekaragaman hayati utama di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya jenis satwa serta tumbuhan, bahkan beberapa di antaranya termasuk dalam kategori dilindungi. Keberlangsungan hidup satwa dan tumbuhan itu mulai terancam karena degradasi habitat yang sebenarnya sudah ada akibat alih fungsi lahan dan akan meningkat potensinya karena pembangunan ibu kota Nusantara.

Keterbatasan Air

Berdasarkan analisis KLHS Masterplan IKN, daya dukung air di wilayah ibu kota baru sudah terlampaui, tetapi realitanya akses penduduk ke air bersih masih rendah. Ketersediaan air di wilayah ibu kota negara baru terhitung rendah sebab kawasan ini merupakan daerah non-CAT (Cekungan Air Tanah). Daerah seperti ini mempunyai kapabilitas resapan air yang rendah sehingga dianggap tidak dapat mengandalkan air tanah untuk kehidupan masyarakatnya.

Salah satu solusinya yakni dengan pembangunan sumber daya air yang berfokus pada pengelolaan air berkelanjutan agar ketersediaan dan kualitas air di kawasan ibu kota terjamin mengingat ketersediaan air di wilayah tersebut terhitung rendah. Sumber daya air diperoleh dengan adanya penampungan air hujan maupun pemanfaatan air permukaan dari sungai. Tampungan air ini disertai dengan pemeliharaan daerah resapan air guna keberlanjutan ketersediaan air dengan melakukan pembangunan berbasis daerah aliran sungai serta perlindungan ruang terbuka hijau.

Rawan Banjir

Di sisi lain, wilayah ibu kota baru berpotensi tinggi banjir karena ada bagian daerahnya yang termasuk dalam kawasan rawan banjir, misalnya di Kecamatan Samboja, Sepaku, dan Muara Jawa serta daerah-daerah di sekitar aliran sungai (DAS).

Tahun 2018, Forest Watch Indonesia pernah mengkaji mengenai indeks bahaya banjir di pesisir Teluk Balikpapan yang masuk ke dalam kawasan ibu kota negara baru. Hasilnya, indeks bahaya banjir kawasan tersebut mencapai 0,75 di hulu Teluk Balikpapan yang dapat dikategorikan dalam zona bahaya tinggi banjir. Zona bahaya yang dimaksud mencakup ruang perkebunan, hutan produksi, kawasan industri, kawasan tanaman pangan dan hortikultura, Kawasan tambak, hingga pemukiman penduduk.

Guna menekan dampak lingkungan di atas, beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam pembangunan ibu kota baru adalah:

Teluk Balikpapan/Unsplash-Dony Wardhana J

Pembangunan Terkendali

Wilayah Nusantara memiliki ekosistem sensitif sehingga diperlukan pembangunan terkendali. Pembangunan ibu kota harus berbasis daya dukung maupun daya tampung lingkungan. Pembangunan terkendali ini disebut anti-sprawl development. Membangun permukiman yang kompak sehingga diharapkan mampu mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi yang otomatis meminimalkan potensi polusi. Selain itu, upaya tersebut dapat melindungi daerah periferi dan daerah hijau serta menyediakan akses ke fasilitas publik.

Salah satu pengendalian yang dapat dilakukan adalah membuat green belt (ruang terbuka hijau) mengelilingi kota guna membatasi perkembangan wilayah atau penggunaan lahan serta mempertahankan daya dukung dan meningkatkan kualitas lingkungan.

Konservasi Sumber Daya Alam

Pembangunan ibu kota sebaiknya meminimalkan kerusakan ekosistem alam bahkan dapat mempertahankan ekosistem tersebut yang merupakan habitat satwa dan tumbuhan. Selain itu, pembangunan juga hendaknya menjamin keberlanjutan hutan guna perbaikan kualitas lingkungan. 

Dengan fokus pembangunan ibu kota negara mengingat kawasannya mayoritas hutan, kota yang dibangun perlu memastikan tingkat kepadatannya menengah agar senyawa organik tetap menjelma jadi kanopi. Tentu hal itu untuk menjaga ibu kota baru tetap mempertahankan peran Kalimantan sebagai paru-paru dunia.

***

Pembangunan ibu kota negara baru, Nusantara, yang berkonsep forest city diharapkan terealisasi agar tercipta sebuah kota berkelanjutan. Hal tersebut berfungsi agar ekosistem alami di Kalimantan tetap terjaga bahkan mendukung perannya sebagai paru-paru dunia. Namun, ada sejumlah orang yang meragukan konsep pembangunan yang diusung karena seringkali hanya janji manis di awal. Meski pemindahan ibu kota baru ini digadang-gadang mampu meringankan beban Jakarta, ada golongan yang menganggap langkah itu percuma. Hal itu mengingat populasi Jakarta yang masih mungkin meningkat tiap tahunnya.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menilik Janji Ibu Kota Nusantara appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menilik-janji-ibu-kota-nusantara/feed/ 0 34004
Realita Pembangunan Kawasan Gunung https://telusuri.id/realita-pembangunan-kawasan-gunung/ https://telusuri.id/realita-pembangunan-kawasan-gunung/#respond Mon, 27 Dec 2021 08:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=31063 Kawasan gunung seperti Puncak, Bogor, sudah tak asing di telinga. Salah satunya karena menjadi tujuan wisata bagi warga ibu kota. Nyatanya tidak hanya Ada lebih dari 400 gunung yang membentang dari Sabang sampai Merauke, 100-an...

The post Realita Pembangunan Kawasan Gunung appeared first on TelusuRI.

]]>
Kawasan gunung seperti Puncak, Bogor, sudah tak asing di telinga. Salah satunya karena menjadi tujuan wisata bagi warga ibu kota. Nyatanya tidak hanya

Ada lebih dari 400 gunung yang membentang dari Sabang sampai Merauke, 100-an diantaranya masih aktif. Selain banyak gunung-gunung tinggi untuk didaki, ada juga kawasan gunung seperti Puncak, Bogor, sudah tak asing di telinga—dan menjadi kawasan tujuan wisata. Tidak hanya Puncak saja, banyak kawasan gunung lainnya yang kini menjadi tujuan wisata.

Lalu, apa yang terjadi ketika kawasan gunung dijadikan kawasan wisata? Bagaimana dengan dampaknya?

Gunung Bromo-Unsplash-Azkiya Alfaini
Gunung Bromo via Unsplash/Azkiya Alfaini

Manfaat Kawasan Gunung

Menurut KBBI, gunung merupakan bukit yang sangat besar serta tinggi, bahkan tingginya lebih dari 600 meter. Keberadaan gunung di kehidupan manusia menduduki beberapa peran, yakni penyedia pangan, penyedia bermacam sumber daya, rumah bagi masyarakat adat, sebagai daerah konservasi, serta tentunya untuk tujuan pariwisata.

Beberapa bahan makanan tertentu hanya bisa ditanam di dataran tinggi. Hal itu berarti gunung berfungsi untuk menjaga ketersediaan bahan pangan. Tidak hanya untuk wilayah sekitar, tetapi juga wilayah lain, termasuk daerah urban. Misalnya teh, kopi, sayur mayur, beragam jenis buah-buahan, dan sebagainya. Terkadang bukan tidak bisa ditanam di dataran rendah, tetapi bahan pangan tertentu lebih bermutu dan berkualitas bila ditanam di kawasan gunung. Bahkan, terdapat survei yang menunjukkan bahwa 30% jenis tanaman yang merupakan bahan pangan dunia berasal dari daerah dataran tinggi.

Gunung memasok 60-80 persen air tawar dunia. Sehingga, gunung adalah harapan bagi miliaran penduduk bumi. Sejumlah negara yang membutuhkan air untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air mengandalkan air dari pegunungan. Hal ini juga memunculkan anggapan bahwa lebih dari setengah populasi dunia bergantung pada ketersediaan air di kawasan gunung.

Tak sedikit masyarakat yang tinggal di kawasan gunung. Oleh karena itu, gunung pun menjadi rumah bagi masyarakat. Sebagian besar masyarakat ini juga menggantungkan hidup dengan bercocok tanam. Meskipun, kaum muda biasanya memilih pergi ke kota dengan angan kehidupan lebih baik. Di samping itu, komunitas masyarakat adat juga seringkali dijumpai di kawasan gunung. Merekalah yang berjasa melestarikan tradisi, budaya, maupun alam pegunungan. 

Beberapa gunung di dunia telah menjadi wilayah konservasi keanekaragaman hayati. Bahkan, gunung-gunung tersebut ada yang sudah dijadikan Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Gunung memiliki hutan yang merupakan tempat bagi 25% hayati dunia. Selain itu, hutan tersebut juga menjadi tempat bagi beragam makhluk hidup yang tidak bisa bertahan bila ditempatkan di lokasi lain. Pohon-pohon di hutan yang ada di pegunungan itu krusial untuk mengatur keseimbangan kehidupan. Misalnya menyerap air hujan maupun mencegah erosi.

Kawasan gunung menjadi destinasi wisata bagi masyarakat di sekitar. Pegunungan menarik 15-20% dari pariwisata dunia. Gunung yang dijadikan tujuan wisata pun mampu mendongkrak perekonomian masyarakat pegunungan. Besarnya kunjungan wisatawan dari dataran rendah menuju dataran tinggi menjadikannya primadona. Sehingga, peluang modernisasi kawasan gunung cukup tinggi. Pembangunan demi menunjang kebermanfaatan gunung untuk pariwisata tak bisa dihindarkan.

Panorama Gunung-Unsplash-Hamzah Hanafi
Panorama Gunung via Unsplash/Hamzah Hanafi

Pembangunan Masif dan Dampak Lingkungan

Demi menyokong sektor pariwisata, infrastruktur memadai sangatlah diperlukan. Hal tersebut agar wisatawan yang datang merasa nyaman. Pembangunan masif pun dijalankan. Mulai dari perbaikan sarana prasarana yang ada, sampai penyediaan sarana prasarana baru. Misalnya pembangunan penginapan, restoran, serta daerah wisata alam.

Namun dalam pembangunannya, dampak lingkungan sering dilupakan. Para pihak berpendapat bahwa pembangunan acap kali mengabaikan aspek kelestarian lingkungan, hanya mengejar tercapainya pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dapat terlihat dari kesalahan dalam AMDAL yang disusun. Di samping polemik AMDAL, pembangunan di kawasan gunung kerap menyebabkan alih fungsi lahan.

Pertama, kawasan hutan dipugar. Rusaknya kawasan ini dapat memicu bencana alam yang merugikan. Contoh saja erosi atau tanah longsor. Selain itu, hutan adalah tempat tinggal bagi tumbuhan maupun satwa. Hilangnya hutan berarti hilangnya tempat tinggal mereka. Satwa liar bisa saja masuk ke pemukiman warga.

Kedua, pohon yang ditebang untuk pembukaan lahan menyebabkan berkurangnya daerah resapan air. Banjir pun lebih mudah terjadi. Tata air tanah rusak, sehingga menyebabkan krisis air sebagai dampak terburuknya. Di samping itu, berkurangnya pohon berarti juga kualitas udara turun. Karbon dioksida tidak bisa diserap dengan baik. Kenaikan suhu udara mungkin terjadi. Perlu dicatat, pencemaran udara terus-menerus dapat mengancam kehidupan manusia.

Ketiga, lahan pertanian berkurang. Jika lahan pertanian berkurang, ketersediaan pangan pun turun. Tentunya akan merugikan masyarakat serta negara. Dampak terburuknya bisa saja negara sampai mengimpor bahan pangan yang seharusnya sudah tercukupi dari dalam negeri.

Pembangunan wisata terjadi di kawasan gunung, salah satunya Gunung Galunggung. Pembangunan guna pengembangan pariwisata di sana perlu dikaji baik-baik. Kalau tidak, alih fungsi lahan yang terjadi akan berakibat fatal. Hal tersebut karena kawasan wisata berada pada daerah aliran lahar dari Gunung Galunggung. Oleh karena itu, pengembangan wisata di Gunung Galunggung harus tetap menjaga kelestarian hutan dan mata air.

Restoran Konsep Tradisional-Unsplash-Mufid Majnun
Restoran dengan konsep tradisional via Unsplash/Mufid Majnun

Minimalisasi Degradasi Lingkungan

Pembangunan infrastruktur seharusnya berbasis lingkungan dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan. Pembangunan ini harus dipikirkan dengan cermat untuk mengembangkan potensi wilayah secara optimal. Beragam cara perlu diusahakan demi kelestarian alam. Namun, hal itu tentu harus disertai dengan kesadaran masyarakat.

Salah satu cara jitunya adalah dengan mengembangkan pariwisata berbasis ekologi di kawasan gunung. Ekowisata atau ekoturisme merupakan kegiatan pariwisata berwawasan lingkungan yang mengutamakan aspek konservasi alam, pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat lokal, serta pendidikan. Munculnya ekowisata ini diawali dari adanya kerusakan alam akibat pariwisata konvensional. Mulanya ekowisata ini dilakukan dengan membawa wisatawan ke objek wisata dengan cara ramah lingkungan.

Menurut The International Ecotourism Society, ada enam prinsip ekowisata. Pertama, ekowisata meminimalisasi dampak wisata massal terhadap lingkungan. Kedua, pengembangan ekowisata membangun kepedulian masyarakat atas lingkungan. Ketiga, ekowisata mampu memberikan pengalaman positif bagi wisatawan serta warga lokal. Keempat, ekowisata menunjang finansial untuk konservasi. Kelima, pengembangan ekowisata memberdayakan warga lokal. Terakhir, ekowisata meningkatkan sensitivitas terhadap iklim politik, sosial, maupun lingkungan pada negara tuan rumah.

Kaitannya dengan manfaat konservasi, penerapan ekowisata terbukti berkorelasi positif terhadap konservasi. Sehingga, efektif dalam melestarikan maupun melindungi warisan alam di bumi. Untuk tujuan ekonominya, ekoturisme dimaksudkan membuka lapangan kerja serta memberdayakan masyarakat lokal guna mengurangi angka kemiskinan. Dalam aspek pendidikan, ekowisata memperkaya ilmu alam serta meningkatkan kesadaran atas lingkungan. Kegiatan ekoturisme ini disertai pemahaman dan penghargaan untuk alam maupun masyarakat.

Contoh pengembangan ekowisata yang ada di Indonesia terjadi di Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Luas wilayahnya mencapai 7.003 hektare dengan jumlah penduduk 45.663 jiwa tahun 2018. Tawangmangu memang memiliki sejuta pesona, apalagi lokasi ini merupakan kawasan Gunung Lawu. Berdasarkan penelitian, terdapat beberapa daerah wisata yang dikembangkan jadi ekowisata, missal Grojogan Pringgodani, Puncak Lawu, Perkemahan Sekipan, Grojogan Sewu, hingga Sendang Cemplung.

Meskipun banyak destinasi wisata yang mengklaim diri sebagai ekowisata, tidak semua memenuhi ketentuan. Oleh karena itu, perlu usaha lebih demi mendukung pariwisata berbasis ekologi dengan pertimbangan aspek keberlanjutan untuk tetap melestarikan alam.

Kawasan gunung memang punya pesona tersendiri di mata masyarakat. Kunjungan wisata ke gunung pun mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi. Namun, bukan berarti pariwisata tersebut hanya semata-mata bertujuan komersial. Pelestarian alam di kawasan gunung dan kesejahteraan masyarakat lokal harus diperhatikan. Seyogyanya, pariwisata alam berjalan sejajar dengan upaya pelestarian alam. Pariwisata tumbuh, alam sembuh!


Gloria. (2018, Mei 25). Pelaksana Pembangunan Harus Perhatikan Dampak Lingkungan. Diakses dari https://ugm.ac.id/id/berita/16280-pelaksana-pembangunan-harus-perhatikan-dampak-lingkungan-hidup

Mardatila, Ani. (2021, Maret 12). 6 Manfaat Gunung bagi Kehidupan Manusia dan Lingkungan yang Jarang Diketahui. Diakses dari https://m.merdeka.com/sumut/manfaat-gunung-bagi-kehidupan-manusia-dan-lingkungan-yang-jarang-diketahui-kln.html

Mukhsin, Dadan. (2014). STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA GUNUNG GALUNGGUNG. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 14(1), 1-11 https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/planologi/article/view/2549

Rachmanto, E. & Aliyah, I. (2018). PARIWISATA DI DAERAH PEGUNUNGAN: PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN LINDUNG BERDASARKAN KEMAMPUAN LAHAN. Cakra Wisata, 19(1), 26-38 <https://jurnal.uns.ac.id/cakra-wisata/article/view/34116>Weisse, M. & Goldman, E. (2019, April 25).

Dunia Kehilangan Hutan Primer Seluas Belgia di Tahun 2018. Diakses dari https://wri-indonesia.org/id/blog/dunia-kehilangan-hutan-primer-seluas-belgia-di-tahun-2018


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu

The post Realita Pembangunan Kawasan Gunung appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/realita-pembangunan-kawasan-gunung/feed/ 0 31063
Proyek “Jurassic Park” Taman Nasional Komodo https://telusuri.id/proyek-jurassic-park-taman-nasional-komodo/ https://telusuri.id/proyek-jurassic-park-taman-nasional-komodo/#respond Sun, 05 Dec 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=30724 Proyek pembangunan kawasan pariwisata di Taman Nasional Komodo menyita perhatian publik. Anggapan bahwa pembangunan itu dapat mengancam keberlangsungan hidup komodo menyeruak di masyarakat. Tersebarnya foto komodo menghadap truk proyek membuat pembangunan Taman Nasional Komodo dijuluki...

The post Proyek “Jurassic Park” Taman Nasional Komodo appeared first on TelusuRI.

]]>
Proyek pembangunan kawasan pariwisata di Taman Nasional Komodo menyita perhatian publik. Anggapan bahwa pembangunan itu dapat mengancam keberlangsungan hidup komodo menyeruak di masyarakat. Tersebarnya foto komodo menghadap truk proyek membuat pembangunan Taman Nasional Komodo dijuluki “Jurassic Park”. Nama itu muncul karena komodo sebagai satwa langka yang mengingatkan publik terhadap dinosaurus di film dengan judul yang sama.

Taman Nasional Komodo sebenarnya adalah gugusan pulau di Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau Komodo merupakan bagian dari taman nasional tersebut bersama Pulau Rinca, Pulau Padar, serta sejumlah pulau kecil lainnya. Dikenal sebagai habitat asli komodo, pulau-pulau ini dinobatkan menjadi situs warisan dunia UNESCO.

Komodo merupakan spesies kadal terbesar di dunia dengan panjang 2-3 meter dan berat tubuh rata-rata 90 kilogram. Kini komodo sendiri termasuk satwa langka yang dilindungi. Berdasarkan data 2019, ada sekitar 3.022 komodo di pulau-pulau bagian dari Taman Nasional Komodo. Selain komodo, laut di sekitar taman nasional adalah rumah bagi ratusan jenis biota laut. Sehingga, keindahan bawah lautnya juga tak perlu diragukan lagi.

Keindahan alam dan bawah laut yang memukau berhasil menarik perhatian wisatawan untuk melancong ke Taman Nasional Komodo. Di pulau yang berbatasan dengan Nusa Tenggara Barat itu, para wisatawan dapat melihat kehidupan komodo di alam liar. Pesona yang dimiliki rumah bagi ribuan komodo itu telah menjadikannya salah satu destinasi wisata unggulan Indonesia, bersanding dengan Bali dan Raja Ampat.

Komodo Menghadang Truk-Instagram @gregoriusafioma
Komodo menghadang truk/Instagram @gregoriusafioma

Proyek Pengembangan Pariwisata

Pulau Rinca-Unsplash-Azis Pradana
Pulau Rinca via Unsplash/Azis Pradana

Pemerintah pun berusaha melakukan pembangunan, sehingga taman nasional ini tampak semakin apik. Salah satunya proyek pembangunan yang menghebohkan publik akhir-akhir ini. Pemerintah berujar bahwa kali ini merupakan pembangunan tempat wisata premium di kawasan Taman Nasional Komodo, NTT. Khususnya di Pulau Rinca yang difokuskan sebagai tujuan pariwisata massal.

Proyek pembangunan Taman Nasional Komodo sejak tahun lalu memang sangat gencar dilakukan. Bertujuan untuk pengembangan pariwisata, salah satu daerah yang dibangun secara signifikan adalah Loh Buaya, Pulau Rinca. Bahkan, wilayah ini sempat ditutup guna percepatan pembangunan dan penataan sarana serta prasarana di Resor Loh Buaya. Pembangunan kawasan wisata di Loh Buaya, meliputi dermaga, penginapan ranger dan pemandu alam, serta bermacam sarana pendukung pariwisata, dilakukan selama pandemi.

Pemerintah mengklaim sudah menugaskan beberapa polisi hutan guna mengawasi agar tidak ada komodo yang menjadi korban proyek tersebut. Nantinya, Pulau Rinca akan jadi tempat wisata (mass tourism) di Taman Nasional Komodo. Sehingga, turis-turis akan diarahkan ke Pulau Rinca. Lalu, Pulau Komodo dijadikan wilayah pusat konservasi para komodo yang membuat kunjungan ke sana akan dibatasi.

Peringatan UNESCO

Pembangunan yang dianggap mengganggu kesejahteraan komodo ini disoroti oleh berbagai lembaga dan organisasi nasional dan internasional. Bahkan, proyek ini pun mendapat peringatan agar dihentikan oleh UNESCO. Permintaan penghentian seluruh proyek di kawasan Taman Nasional Komodo tertuang data dokumen yang terbit usai konvensi tanggal 16-31 Juli 2021.

Menurut UNESCO, pembangunan itu dapat mempengaruhi Outstanding Universal Value (OUV) sebelum adanya peninjauan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) oleh Uni Internasional Konservasi Alam (IUCN). Komite Warisan Dunia UNESCO juga dibuat cemas dengan adanya undang-undang yang mengizinkan pembangunan infrastruktur tanpa AMDAL (UU Cipta Kerja).

Meskipun sudah diminta untuk dihentikan, ternyata pemerintah masih keukeuh melanjutkan pembangunan di kawasan Taman Nasional Komodo. Pemerintah berdalih bahwa proyek ini tidak akan memberi dampak lingkungan. Selain itu, pembangunan ini sudah sesuai konsep berkelanjutan yang sejak awal diusung.

Pemerintah juga mengatakan bahwa pembangunan di Taman Nasional Komodo bertujuan renovasi sarana dan prasarana yang sudah ada, tetapi tidak layak. Sarana dan prasarana tersebut akan diganti dengan yang berstandar internasional. Oleh karena itu, pembangunan daerah pariwisata tersebut dianggap tidak akan membahayakan satwa, terutama komodo sebagai aset berharganya.

Ramainya TN Komodo-Unsplash-Rizknas @rizknas
Ramainya TN Komodo-Unsplash-Rizknas @rizknas

Janji Pemerintah

Dengan adanya pengembangan itu, pemerintah secara berani menargetkan target kunjungan sebanyak 500.000 orang per tahun. Tentu hal ini menjadi perhatian khusus, sebagaimana diketahui jumlah kunjungan tahunan Taman Nasional Komodo berkisar 250.000 orang sebelum pandemi. Namun, lagi dan lagi pemerintah meyakinkan bahwa mereka tetap berfokus pada pariwisata berkualitas di kawasan Taman Nasional Komodo. Pariwisata berkualitas itu juga akan tetap menjunjung asas keberlanjutan.

Bagi masyarakat sekitar, pemerintah menambahkan bahwa mereka akan memaksimalkan potensi budaya maupun konten lokal sebagai kekuatan utama wisata di taman nasional tersebut. Masyarakat setempat akan dilibatkan hingga kesejahteraan mereka akan meningkat seiring pembangunan kawasan Taman Nasional Komodo. Pernyataan itu seolah-olah jadi jawaban atas desakan masyarakat untuk melaksanakan pengembangan pariwisata berbasis kerakyatan.

Namun, berbagai respons pemerintah dianggap belum mampu meyakinkan masyarakat. Bahkan, masyarakat sempat membuat petisi ditujukan kepada Pak Jokowi dan kementerian terkait. Isi petisi itu agar pembangunan di Pulau Rinca dihentikan. Hal tersebut karena proyek pembangunan kawasan pariwisata premium di Pulau Rinca merupakan ancaman serius. Masyarakat lokal, aktivis lingkungan hidup, hingga pemerhati alam tetap berharap pembangunan ini tidak dilanjutkan. Karena dampaknya tidak hanya lingkungan, tetapi juga satwa dan masyarakat sekitar.

Banyak masyarakat berpegang teguh pada perspektif bahwa Taman Nasional Komodo sebagai kawasan konservasi, bukan ladang bisnis. Meskipun adanya perdebatan tentang proyek “Jurassic Park” di Taman Nasional Komodo, semua lapisan masyarakat tetap berharap yang terbaik dan pemerintah tak ingkar dengan janji-janji yang telah dibuat.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu
.

The post Proyek “Jurassic Park” Taman Nasional Komodo appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/proyek-jurassic-park-taman-nasional-komodo/feed/ 0 30724
Nasib Kebun Binatang saat Pandemi https://telusuri.id/nasib-kebun-binatang-saat-pandemi/ https://telusuri.id/nasib-kebun-binatang-saat-pandemi/#respond Mon, 29 Nov 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=30578 Hampir dua tahun, Indonesia dan dunia telah hidup berdampingan dengan COVID-19. Pandemi tak hanya melumpuhkan aktivitas manusia, kebun binatang juga terdampak. Banyak satwa yang bernasib malang akibat pandemi yang memaksa kebun binatang menutup operasional.Penutupan ini...

The post Nasib Kebun Binatang saat Pandemi appeared first on TelusuRI.

]]>
Hampir dua tahun, Indonesia dan dunia telah hidup berdampingan dengan COVID-19. Pandemi tak hanya melumpuhkan aktivitas manusia, kebun binatang juga terdampak. Banyak satwa yang bernasib malang akibat pandemi yang memaksa kebun binatang menutup operasional.Penutupan ini tentu saja menyebabkan pemasukan penjualan tiket turun drastis. Bahkan, bisa disebut tidak ada pemasukan dari situ. Sejumlah kebun binatang di Indonesia pun harus memutar otak untuk tetap bertahan di masa pandemi. 

Di samping fungsi rekreasi, kebun binatang di Indonesia juga menjadi tempat untuk riset dan konservasi satwa. Menurut data survei internal Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI), terdapat 60 kebun binatang yang menjadi anggota organisasi profesi tersebut. Anggota PKBSI mengemban hajat hidup kurang lebih 5.000 jenis satwa dengan 70.000 individu satwa.

Harimau Sumatra-Unsplash-Rebecca Campbell
Harimau Sumatra via Unsplash/Rebecca Campbell

Nasib kebun binatang

Pandemi di Indonesia dimulai 2 Maret 2020 ketika dua orang terkonfirmasi positif COVID-19. Pada tanggal 9 April 2020, wabah tersebut sudah menyebar ke 34 provinsi. Pemerintah pun mengambil langkah sigap memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Kebijakan itulah yang menyebabkan banyak sektor penunjang kehidupan masyarakat berhenti beroperasi. Hanya sektor esensial dan kritikal yang boleh tetap berjalan dengan penerapan protokol kesehatan. Pemberlakuan kebijakan PSBB di Indonesia mengakibatkan sejumlah kebun binatang terpaksa tutup demi memutus mata rantai penyebaran COVID-19.

Sejak awal penutupan kebun binatang seluruh Indonesia, pihak PKBSI menyatakan bahwa hanya sekitar 10% anggota yang mampu memberi pakan selama satu hingga tiga bulan. 90% lainnya hanya bisa bertahan kurang dari satu bulan, bila tidak ada bantuan sama sekali. Bukan tanpa sebab, hal itu terjadi karena kebanyakan kebun binatang Indonesia mengandalkan pemasukan dari penjualan tiket ke pengunjung. Jika ditutup dan tidak ada kunjungan, pemasukan berkurang drastis.

Rusa di Kebun Binatang-Unsplash-Helene Nguyen
Rusa di Kebun Binatang via Unsplash/Helene Nguyen

Di sisi lain, kehidupan di kebun binatang harus terus berlanjut. Mulai dari biaya pakan ternak, biaya perawatan, maupun gaji para karyawan. Kebun binatang tidaklah sama dengan bisnis yang bisa ditutup dan merumahkan karyawan. Kebun binatang menyangkut kehidupan makhluk hidupnya. Belum lagi, sebagian satwa di kebun binatang merupakan satwa dilindungi, terancam punah, serta populasinya tak banyak di alam.

Upaya bangkit kembali

Permasalahan pakan memang jadi masalah utama saat kebun binatang tutup. Sehingga, manajemen kebun binatang perlu melakukan penyesuaian. Contoh saja upaya substitusi pakan, puasa satwa, maupun pengurangan porsi. Upaya substitusi pakan dilakukan oleh pengelola kebun binatang di berbagai daerah.

Pengelola kebun binatang semula memberi hewan karnivora pakan 50% ayam dan 50% daging sapi. Kini porsinya menjadi 75% daging ayam serta 25% daging sapi. Ada juga hewan herbivora yang pakannya diganti dengan kualitas standar, meski biasanya diberi pakan berkualitas tinggi.

Untuk dampak sendiri, manajemen berujar substitusi pakan dapat mempengaruhi bobot satwa di kemudian hari. Penurunan berat badan tidak bisa ditampik. Apalagi kalau bukan karena nutrisi, gizi, maupun serat yang terkandung di pakan pengganti berbeda dengan pakan aslinya.

Di beberapa kebun binatang, kebijakan puasa satwa diberlakukan. Maksudnya adalah terdapat satwa-satwa yang diberi makan dua hari sekali agar bisa bertahan dan menekan anggaran untuk pakan. Berkaitan dengan permasalahan pakan, sejumlah kebun binatang masih akan memantau kondisi satwa dengan menyiagakan dokter hewan. Perhatian lebih diberikan pada satwa yang masuk kategori rawan kepunahan.

Permasalahan berikutnya adalah soal karyawan yang bekerja di kebun binatang, misalnya zookeeper dan dokter hewan. Menurut data PKBSI, ada 22.000 pegawai di kebun binatang anggotanya. Upaya yang dilakukan pihak manajemen adalah memberlakukan shift kerja. Hal ini tentu memengaruhi upah karyawan yang akan dipotong karena durasi kerjanya pun berkurang. Meskipun demikian, ternyata permasalahan gaji karyawan masih jadi kendala karena kendala finansial yang dialami pihak kebun binatang.

Kemudian, terdapat permasalahan seputar pajak yang menghantui manajemen kebun binatang. Situasi pandemi ini, pajak di sejumlah daerah masih perlu dibayar penuh sama dengan sebelum pandemi melanda. Padahal, aliran dana dan pemasukan kebun binatang bisa dibilang surut. Ketika ada momen-momen yang seharusnya jadi kesempatan emas (peak season), kala itu pula kebun binatang ditutup. Momentum peak season yaitu libur tahun baru, libur semester, maupun libur lebaran. Manajemen tentu mengharap keringanan mengingat kondisi sekarang, seperti pembebasan pajak dan penghapusan denda.

Poster Donasi SOZ Benih Baik X PKBSI - Situs PKBSI
Poster Donasi SOZ Benih Baik X PKBSI/Situs PKBSI

Kontribusi masyarakat

Segelintir kebun binatang akhirnya berusaha mencari dana tambahan selain dari bantuan pemerintah setempat. Dana itu dapat diperoleh dari donasi masyarakat umum. PKBSI pun sempat menggalang dana untuk kesejahteraan satwa dan karyawan kebun binatang anggota di seluruh Indonesia. Di samping itu, pengelola beberapa kebun binatang aktif mengajak masyarakat untuk berpartisipasi demi keberlanjutan hidup satwa di kebun binatang. 

Gerakan galang dana itu diwujudkan dengan semisal masyarakat bisa membeli tiket yang temponya hingga beberapa bulan berikutnya. Selain itu, terdapat juga donasi dengan hadiah berupa masker bergambar satwa yang lucu. Bahkan, ide menarik lain juga muncul, yakni adopsi satwa. Bukan berarti satwa yang diadopsi akan diambil dan jadi milik pengadopsi. Namun, masyarakat dapat membantu memberi pakan pada satwa tertentu.

Segala upaya dilakukan guna menyiasati agar kebun binatang tetap “hidup” di era pandemi. Walaupun ada kebun binatang yang sudah boleh beroperasi kini, tetap saja ada tatanan yang berubah. Pembatasan jumlah pengunjung dan penerapan protokol kesehatan ketat jadi hal baru di kebun binatang. Belum lagi kalau kebijakan pemerintah berubah, sehingga kebun binatang terpaksa tutup kembali. Sejatinya tanggung jawab atas kesejahteraan makhluk hidup di kebun binatang tidak hanya di tangan pengelola, tetapi juga pemerintah dan masyarakat. Mari bantu selagi mampu!Bagi teman-teman yang ingin berdonasi demi membantu kehidupan satwa di kebun binatang, klik tautan berikut di sini atau langsung kunjungi akun Instagram PKBSI di sini.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu

The post Nasib Kebun Binatang saat Pandemi appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/nasib-kebun-binatang-saat-pandemi/feed/ 0 30578
Makna Jalanan Sekitar Rumah Nenek https://telusuri.id/makna-jalanan-sekitar-rumah-nenek/ https://telusuri.id/makna-jalanan-sekitar-rumah-nenek/#respond Wed, 25 Aug 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=28953 Beberapa minggu lalu, saya pergi ke rumah nenek di desa yang tentram, di daerah Boyolali. Bukan untuk liburan, tetapi saya harus mengurus sesuatu terkait tugas kuliah. Tiga hari di rumah nenek cukup menyenangkan. Hari pertama...

The post Makna Jalanan Sekitar Rumah Nenek appeared first on TelusuRI.

]]>
Beberapa minggu lalu, saya pergi ke rumah nenek di desa yang tentram, di daerah Boyolali. Bukan untuk liburan, tetapi saya harus mengurus sesuatu terkait tugas kuliah. Tiga hari di rumah nenek cukup menyenangkan. Hari pertama dan kedua, saya hanya habiskan untuk mengerjakan hal-hal mengenai tugas kuliah saya. Setelah selesai seluruh pekerjaan itu, saya berpikir untuk melakukan sesuatu di hari ketiga. Rasanya, sia-sia kalau tak memanfaatkan waktu untuk sedikit menyegarkan otak sebelum kembali ke kota. Namun, awalnya saya tak terpikirkan akan beraktivitas apa saja hari itu.

Hari ketiga di rumah nenek, saya bangun pagi macam biasanya. Saya melihat nenek duduk di teras depan, sedangkan kakek bersiap ke kebun. Pemandangan yang sama dengan kedua hari sebelumnya. Waktu saya memang cukup longgar. Setelah sedikit mengobrol renyah dengan nenek seputar masa kecil, akhirnya saya terpikir untuk jalan-jalan berkeliling di sekitar rumah nenek. Siapa sangka kalau ada makna-makna kehidupan dari jalanan sekitar rumah nenek.

Tembok kuning/Tasya Rahmawati

Pertama, tembok bercat kuning milik tetangga. Bagi orang-orang mungkin menganggap sebuah tembok hanya angin lalu belaka. Namun, tembok ini menarik mata saya untuk memandangnya sebentar. Temboknya dicat putih dan kuning dengan corak pagar kayu, bunga matahari, dan daun hijau di bagian bawah. Nuansa ceria begitu masuk ke dalam hati.

Saya teringat pada rumah Masha di kartun Masha and The Bear. Tawa ceria Masha melintas di benak saya dengan gambaran realis tentang pagar rumahnya. Jadilah tembok ini bermakna kebahagiaan menurut saya. Warna kuning cerah begitu mendamaikan. Kedamaian itu menyuntikkan sedikit energi bagi saya untuk melanjutkan petualangan mini pagi ini.

Ketika sedang berjalan, saya bertemu salah satu teman masa kecil yang tiba-tiba menyapa. Saya kaget karena jujur saja merasa tak familiar dengan wajahnya kini. Namun, dia menegaskan kalau masih ingat saya. Sebut saja namanya Risa.

Piye kabarmu, Ris?” Tanyaku.

(Apa kabar, Ris?)

“Alhamdulillah, suwe banget ora ketemu ya!” Ucapnya sambil tersenyum manis membawa plastik kresek.

(Alhamdulillah, lama sekali tidak ketemu ya!)

Dari percakapan itu, saya pun tahu bahwa Risa sudah bekerja setelah lulus SMK. Ya, saya memang pernah dengar cerita Risa dari nenek beberapa tahun lalu. Namun, saya tak pernah bertemu dengannya saat berkunjung ke rumah nenek. Baru kali ini. Mungkin karena kunjungan yang dapat dihitung jari serta jarak rumah yang tak terlalu dekat. Saya juga tidak pernah lama menetap. Di perempatan jalan, kami berpisah.

Beringin tua/Tasya Rahmawati

Saya melanjutkan langkah saya hingga bertemu satu beringin tua. Pohon itu berdiri kokoh sendiri meski terlihat dari raganya sudah berumur. Daun-daun mulai meninggalkan tiap rantingnya. Namun, si beringin masih menancap tak tergoyahkan. Kemandirian, itu yang terlintas di pikiran saya kala itu.

Kemandirian tidak hanya tentang melakukan apa-apa sendiri, tetapi juga mengandalkan diri sendiri sebelum menggantungkan hajat pada orang lain. Meskipun manusia adalah makhluk sosial, tetapi terlalu berpegang pada orang pun jatuhnya merepotkan saja.

Setelah disapa oleh pohon beringin, saya disambut sepetak tanah. Sayur mayur menghiasi tanah itu menjadi hijau dan lebih semarak. Awalnya saya tak terbersit apapun. Namun, seiring langkah saya menjauh, saya ingat dengan nilai kesabaran. Karena sayur itu tumbuh dengan kesabaran. Pekebun yang menunggu penuh harap untuk kesuburan tanah dan kelimpahan panen kelak. Mulai dari pembenihan, perawatan, hingga tumbuh dengan sehat. Semua fase dilalui para pekebun sebelum mendapatkan hasil terbaik.

Kebun mungil/Tasya Rahmawati

Itulah mengapa hidup harus dibersamai rasa sabar. Karena sabar akan menuntun ke sesuatu yang ditakdirkan pada waktu yang tepat tanpa terburu-buru. Nikmati proses hidup dari satu babak ke babak lainnya.

Berikutnya saya melihat sebuah jembatan kecil dibuat di atas parit. Pemandangan ini sangatlah biasa. Ketika saya melihat tiga batang kecil disejajarkan jadi jembatan, gambaran yang muncul adalah kesederhanaan. Sederhana sekali, batang muda ditata berjajar tanpa diikat. Hanya dirapatkan agar kaki orang yang melewatinya tidak terperosok. Dari posisi saya, terdengar percakapan dua petani seraya berdiri melihat satu sama lain.

Dina iki bakal panas, Yu,” ucap seorang bapak. (Hari ini akan cerah, Mbak.)

Iyo, yahmene uwis keroso,” balas si ibu yang diajak bicara. (Iya, jam segini sudah terasa.)

Di bawah parit itu, ada air yang mengalir tenang. Airnya yang masih bening, seperti menyegarkan, ibarat alur hidup yang selalu mengalir walau tak diminta. Kesederhanaan dalam menjalani suratan kehidupan adalah satu resep agar tak terjebak keglamoran yang acap kali membutakan mata.

Saya merasa sudah cukup perjalanan pagi itu. Keringat sudah mengucur di pelipis. Saya putuskan kembali ke rumah nenek, ketika matahari sudah tak malu lagi menampakkan sinar terang. Sesampainya di rumah nenek, saya duduk-duduk sejenak di teras sambil melihat pekarangan.

30 menit kemudian, saya masuk ke rumah dan membersihkan diri setelah berkeringat karena jalan-jalan pagi tadi. Kemudian, saya menyantap nasi soto buatan nenek. Saya pun mulai mengingat pesan hidup dari beberapa titik yang menarik tadi. Manusia itu perlu hidup bahagia yang diusahakan tercipta oleh mandirinya diri sendiri. Dalam hidup pula, manusia harus sabar dan sederhana atau tidak usah muluk-muluk, apalagi maruk.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Makna Jalanan Sekitar Rumah Nenek appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/makna-jalanan-sekitar-rumah-nenek/feed/ 0 28953
Catatan Penghujung Hari https://telusuri.id/catatan-penghujung-hari/ https://telusuri.id/catatan-penghujung-hari/#respond Wed, 16 Jun 2021 00:54:00 +0000 https://telusuri.id/?p=28338 Sore indah berkawan semburat matahari terbenam menjadi pemandangan memukau di teras rumah saya. Hampir tiap sore, saya duduk di bangku depan sembari memandang langit warna jingga nan mempesona. Waktu itu sebuah memori tentang insiden kecil...

The post Catatan Penghujung Hari appeared first on TelusuRI.

]]>
Sore indah berkawan semburat matahari terbenam menjadi pemandangan memukau di teras rumah saya. Hampir tiap sore, saya duduk di bangku depan sembari memandang langit warna jingga nan mempesona. Waktu itu sebuah memori tentang insiden kecil melintas di kepala. Saya yakin betul kala itu saya masih mahasiswa semester satu. Saya baru saja bisa mengendarai motor, belum mahir. Sehingga, saya pun tak heran insiden itu dapat terjadi.

Notifikasi muncul di ponsel saya. Ketika dibuka, ternyata pesan pengumuman bahwa saya diterima menjadi panitia acara yang diadakan komunitas mahasiswa di kota saya. Bahagia tak terkira. Sebagai mahasiswa baru, saya sedang semangat-semangatnya mengikuti kepanitiaan. Tak berselang rapat pertama dengan para panitia satu divisi pun di agendakan. Saya izin karena ada keperluan. Alhasil saya tidak datang untuk menyapa teman-teman baru. Lalu, rapat kedua diadakan seminggu kemudian. Saya pun tidak hadir karena ada kelas sore. Meskipun saya gemar menjalin relasi dengan berorganisasi atau ikut andil dalam kepanitiaan, saya tetap menaruh prioritas tertinggi pada kuliah.

Rapat ketiga berbeda. Saya datang. Saat itu saya pulang dari kampus sekitar pukul 14.30, padahal rapatnya pukul 15.30. Jeda waktunya memang satu jam, tetapi tentu saya perlu waktu untuk perjalanan, beribadah, rebahan sejenak, serta membersihkan diri. Usai mandi, saya sempat tengok layar ponsel yang menunjukkan pukul 15.45. Alangkah kaget saya. Belum lagi ada pesan dari ketua divisi untuk segera berkumpul. Kemudian, saya cepat bersiap dan meraih kunci motor di meja belajar. Saya pacu motor dalam kecepatan sedang karena tekstur jalan yang tak kenal kata bersahabat.

Unsplash/Ian Taylor

Sepanjang jalan, saya sebenarnya merasa tergesa-gesa meski tampak santai. Perasaan itu muncul karena tidak enak dengan teman lain yang sudah menunggu. Kita sama-sama selesai kuliah menjelang sore, tetapi mereka datang lebih awal. Jadi saya pikir jika keterlambatan itu adalah kurang cerdik membagi waktu. Pikiran negatif merasuk. Pikiran tentang mereka yang harus menunggu orang yang belum dikenal sebelumnya, pasti menyebalkan.

Teralihkan oleh pikiran-pikiran itu mengakibatkan konsentrasi pecah. Saya tiba di perempatan jalan. Saya berhenti sejenak dan sebuah mobil ada di belokan kanan. Mobil itu berhenti, sehingga saya beranikan diri maju lurus ke depan. Tujuan saya memang lurus, tidak berbelok. Hingga insiden itu terjadi. Entah saya salah melihat bahwa mobil itu berhenti atau pengemudi mobil yang salah perkiraan. Ketika saya melintas di depannya, mobil itu bergerak maju dan menyenggol bagian samping motor saya.

Unsplash-Tetiana Shevereva/tetti_yana

Waktu itu saya melaju pelan. Saya pun seketika terpelanting dan motor saya terjatuh. Beruntungnya saya tidak terpental jauh. Bengong. Itu reaksi pertama. Rasa terkejut paling membuncah di benak saya. Bahkan, saya sempat linglung sejenak sebelum beberapa orang mendekat untuk menolong saya.

Saya coba bangkit dan berjalan ke arah pinggiran. Bersama bapak yang meminggirkan motor saya. Si pengemudi pun keluar. Raut panik dan merasa bersalah jelas terbentuk di wajahnya. Sang istri pun turut keluar, lalu menanyakan keadaan saya. Apakah ada luka? Apa perlu ke klinik dahulu? Ketika itu, saya jawab saya baik-baik saja. Beliau pun mengulang pertanyaan.

Pasangan suami istri itu tanpa lupa meminta maaf secara mendalam karena sudah teledor. Saya katakan tidak apa-apa dan juga saya terima maaf mereka. Toh, kami sama-sama rugi. Motor saya lecet, mobil mereka juga. Semua berakhir damai. Mereka dipersilakan untuk pergi oleh orang-orang yang menolong saya. Saya berterima kasih kepada orang-orang yang telah menolong dan pamit melanjutkan perjalanan menuju tempat rapat.

Karena insiden tadi, saya mengendarai motor pelan melewati pinggiran jalan. Sampailah saya di tempat rapat, di danau kampus yang tersohor cantik dan nyaman dijadikan tempat kumpul para mahasiswa. Ternyata rapat belum dimulai. Saya cukup lega mendengar bahwa masih ada yang lebih ngaret timbang saya. Saya mulai membuka obrolan dengan beberapa teman panitia lain. Rapat dimulai 30 menit kemudian dengan agenda pembahasan yang lumayan banyak.

Waktu berjalan sangat cepat hingga tak terasa sudah pukul 17.30 dan azan Magrib berkumandang. Kami menutup rapat hari itu. Sesi rapat diakhiri dengan foto bersama. Setelah berfoto, beberapa dari kami langsung menuju tempat parkir. Saya hampiri motor saya dan mulai menyalakan mesin. Ada teman yang mendahului sambil mengucap hati-hati di jalan. Saya keluar dari tempat parkir. Saya memacu motor dengan kecepatan pelan karena trauma masih menghantui. Saya pun enggan terburu-buru. Prinsip saya adalah pelan asal sampai rumah selamat.

Selamat sampai rumah kala itu belum saya maknai apapun. Biasa saja. Namun, kini saya merenungi lagi peristiwa itu. Tergesa-gesa pembawa petaka yang berujung syukur hari ini. Benar saja rasa syukur memenuhi jiwa saya sore ini. Keselamatan waktu itu telah membawa saya pada masa sekarang. Nyatanya sesuatu yang tidak menyenangkan di masa lalu mampu menjadi sesuatu yang saya syukuri sekali kini. Sekarang saya juga lebih hati-hati berkendara, berusaha selalu fokus, serta berangkat lebih awal bila ada keperluan.

The post Catatan Penghujung Hari appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/catatan-penghujung-hari/feed/ 0 28338
Alam Bebas Sampah sebagai Esensi Kawasan Wisata https://telusuri.id/alam-bebas-sampah-sebagai-esensi-kawasan-wisata/ https://telusuri.id/alam-bebas-sampah-sebagai-esensi-kawasan-wisata/#respond Wed, 09 Jun 2021 01:09:00 +0000 https://telusuri.id/?p=28305 Tak dipungiri, Indonesia kaya akan tempat pariwisata yang memukau mata dan memikat hati. Daya tarik wisata ini kebanyakan adalah alam yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Wisatawan rela datang jauh-jauh, tak hanya dari lokal tapi...

The post Alam Bebas Sampah sebagai Esensi Kawasan Wisata appeared first on TelusuRI.

]]>
Tak dipungiri, Indonesia kaya akan tempat pariwisata yang memukau mata dan memikat hati. Daya tarik wisata ini kebanyakan adalah alam yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Wisatawan rela datang jauh-jauh, tak hanya dari lokal tapi juga dari mancanegara. Untuk sebagian wisatawan, menyusuri tempat baru dengan pemandangan indah adalah obat untuk kejenuhan serta lelah.

Air Terjun Kabut Pelangi via Unsplash/Mifanbima

Pesona wisata alam Indonesia memang begitu ajaib hingga mampu menjadi salah satu aspek yang diunggulkan negara di kancah dunia. Namun, tetap saja ada problema yang sulit sekali sirna dari beberapa kawasan wisata alam Indonesia. Permasalahan itu adalah tebaran sampah di sebagian daerah wisata Indonesia. Padahal sampah merupakan masalah besar yang tak jarang disepelekan oleh orang-orang, termasuk para wisatawan yang terkadang kurang peduli dengan lingkungan. Perilaku membuang sampah sembarangan di kawasan wisata bukan asing lagi. Hal yang mengejutkan adalah perilaku tersebut tidak hanya karena wisatawan luar negeri, tetapi juga wisatawan lokal yang justru tidak menyayangi tanah kebanggaan mereka sendiri. Akan tetapi, kembali lagi perilaku kurang terpuji itu sebenarnya hanya dilakukan segelintir orang yang kurang sadar betapa berharganya alam.

Daya Tarik Wisata

Lingkungan bersih menjadi faktor penting untuk keberlanjutan daerah wisata itu sendiri. Berbagai hal yang harus ditekankan adalah tentang dampak yang nantinya akan dirasakan, apabila daerah wisata alam tidak diperhatikan kebersihannya, terutama dari tumpukan sampah kecil yang mungkin menggunung kelak. Semua orang tidak bisa menampik bahwa keindahan alam merupakan daya tarik suatu daerah wisata. Keindahan alam digambarkan dengan kesejukan, keteduhan, dan kedamaian kala mata para wisatawan memandang sekitar. Jika suatu tempat wisata bebas sampah, tentunya tempat tersebut akan indah dipandang dan dapat memberikan perasaan sukacita. Selain itu, tempat wisata alam yang bersih tentu tidak akan mengecewakan para wisatawan yang mungkin telah melewati medan penuh rintangan untuk sekadar menuju tempat wisata tersebut. Suguhan alam bersih tanpa sampah benar-benar mengisi penuh kekosongan yang dirasakan.

Sampah Pantai via Unsplash/Oceancleanupgroup

Wisata alam bebas sampah pasti akan menarik wisatawan-wisatawan untuk datang. Bahkan, mereka tanpa segan datang berkali-kali karena merindukan nuansa yang tidak bisa dijumpai di tempat asal. Hal itu berlaku untuk para wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Semua orang tidak bisa mengelak bahwa nanti saat satu tempat wisata alam sudah tak indah, maka para wisatawan pun memalingkan wajah untuk kembali. Fakta tersebut berpeluang besar terjadi bila sampah dibiarkan berserakan begitu saja di tempat wisata, apalagi sampah yang sulit terurai oleh tanah. Jika sampai tempat wisata kehilangan pamor, maka akibatnya pun tidak hanya merugikan satu atau dua pihak saja.

Keberlanjutan Wisata

Sekarang ini sedang digembar-gemborkan optimalisasi sumber daya untuk pengembangan daerah wisata dengan tetap mempertimbangkan aspek keberlanjutan. Salah satu upaya dalam realisasi wisata berkelanjutan adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan di daerah wisata. Namun, segelintir orang masih belum menyadari bahwa dengan menjaga kebersihan daerah wisata dari sampah juga merupakan satu aksi bermanfaat jangka panjang.

Tindakan tidak membuang sampah sembarangan mempengaruhi kelestarian alam secara tidak sadar. Dengan terjaganya suatu daerah wisata alam, alam di sana pun akan lestari dan dapat mendatangkan kebaikan di masa mendatang. Satu manfaat yang akan dirasakan contohnya saat satu tempat wisata alam akan tetap menjadi tempat wisata di kemudian hari karena alamnya yang masih asri nan alami. Ketika tempat tersebut masih dapat dijadikan tempat wisata, masyarakat sekitar dapat menggantungkan hidup mereka di sana. Entah mereka bekerja sebagai pemandu wisata, penjual makanan, atau bahkan sesederhana tukang parkir.

Menjaga kawasan wisata tetap bersih tanpa sampah pun nyatanya tidak semudah mengedipkan mata. Untuk mewujudkan itu, partisipasi berbagai pihak sangat diperlukan. Para wisatawan tidak dapat memberatkan tugas semacam itu hanya pada pengelola dan pemerintah. Peran wisatawan dalam memastikan kawasan wisata alam yang mereka kunjungi tetap lestari sangat penting. Koordinasi antara pemerintah, pengelola, masyarakat, serta wisatawan memang harus terjalin baik agar mampu mewujudkan kawasan wisata alam yang lestari.

Di saat seperti ini sebenarnya sudah ada banyak wisatawan yang melek akan peristiwa ini. Mereka sudah mencintai alam dengan tidak membuang sampah, bahkan memungut sampah yang ada. Namun, angka wisatawan yang peduli masih lebih kecil daripada yang tidak peduli dan mementingkan diri sendiri. Mereka hanya belum merenungi bahwa sesungguhnya alam bersih merupakan suatu kebahagiaan besar, baik untuk generasi sekarang ataupun generasi masa depan.

Indonesia memang memiliki beragam kawasan wisata alam yang masyhur di jenjang internasional. Tidak hanya Bali maupun Raja Ampat, tetapi di Pulau Sumatra pun merupakan aset berharga pariwisata Indonesia. Akan tetapi, bukan berarti dengan banyaknya kawasan alam menjadikan manusia Indonesia mengesampingkan kelestarian dari salah satunya. Aksi kecil dengan tidak membuang sampah sembarangan cukup untuk membuat masa depan lebih baik. Alam telah memberi kita kehidupan, sehingga mari kita hargai alam sebelum menyesal kemudian.

The post Alam Bebas Sampah sebagai Esensi Kawasan Wisata appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/alam-bebas-sampah-sebagai-esensi-kawasan-wisata/feed/ 0 28305
Perjalanan Sederhana Melewati Merapi https://telusuri.id/perjalanan-sederhana-melewati-merapi/ https://telusuri.id/perjalanan-sederhana-melewati-merapi/#respond Thu, 18 Mar 2021 13:11:19 +0000 https://telusuri.id/?p=27426 Air masih membasahi wajahku. Cuci muka berhasil membuatku segar kembali. Sementara itu, tangan ini masih berkutat membuka media sosial di ponsel. Aku yang baru bangun dari berselancar mencari informasi-informasi di media sosial, seketika dikagetkan dengan...

The post Perjalanan Sederhana Melewati Merapi appeared first on TelusuRI.

]]>
Air masih membasahi wajahku. Cuci muka berhasil membuatku segar kembali. Sementara itu, tangan ini masih berkutat membuka media sosial di ponsel. Aku yang baru bangun dari berselancar mencari informasi-informasi di media sosial, seketika dikagetkan dengan berita tentang erupsi Gunung Semeru. Awal tahun ini penuh dengan kejadian tak terduga. Selain Semeru, aku juga menengok kabar terbaru Merapi yang juga mulai beraktivitas kembali.

Kubaca informasi-informasi itu dengan saksama, hingga kujumpai foto-foto lava yang keluar dari kawah Gunung Merapi. Memandangi Merapi yang tampak merah membuatku teringat tentang keindahannya kala terlelap. Sebuah kenangan manis nan sederhana tentang aku dan keluarga pernah tercipta di sisi Merapi.

* * *

Matahari bersinar cerah pagi ini. Sinarnya meringsek masuk melalui celah jendela di kamarku. Aku pun terjaga sembari mengeriyipkan mata karena sangat silau. Aku beranjak dari tempat tidur, membuka pintu kamar, dan menemui pemandangan kegaduhan ayah, ibu, dan kakakku yang sibuk mengemasi barang. Dalam hati aku bertanya apa yang mereka lakukan.

Dengan menyandarkan bahu pada pintu serta beberapa kali menguap karena masih mengantuk, aku berpikir sejenak. Benar saja, aku terlewatkan sesuatu pagi ini. Aku segera bergegas lari ke kamar mandi untuk mandi. Setelahnya, aku berjalan ke arah kamar orang tuaku, lalu bertanya jam berapa kami akan berangkat. Ibu yang sibuk melipat beberapa baju untuk dimasukkan dalam tas pun menjawab bahwa kami berangkat satu jam lagi. Hari ini aku sekeluarga berencana melawat kerabat ke daerah Candi Borobudur berada, Magelang.

Semua sudah siap. Segala keperluan telah ada di dalam bagasi mobil. Pakaian khas keluarga yang ingin piknik sudah kami kenakan. Aku sekeluarga masuk ke mobil, lalu ayah menyalakan mesin dan melaju dengan kecepatan sedang. Raut bahagia menghiasi wajah kami. Tanpa terasa satu jam sudah terlewat, ayah pun bertanya kita akan meneruskan lewat jalan raya lagi atau memilih medan pegunungan lewat Selo, Boyolali.

Aku menjawab, “Lewat gunung, Yah.”

Kakakku menambahkan, “Betul. Hawane adem, asri, segar juga.”

Ayah mengarahkan mobil ke daerah Selo. Kami melewati area dataran tinggi dengan pemandangan yang menghijau. Sampailah kami pada sebuah jalan yang diapit oleh Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Hawa dingin dipadu suasana khas pedesaan, membuatku bersemangat membuka kaca jendela. Aku turunkan kaca itu hingga seluruhnya. Angin khas dataran tinggi menerpa wajahku, membuatku memejamkan mata sejenak. Kutarik nafas dalam-dalam, membiarkan udara segar masuk ke dalam tubuhku.

Potret Merapi dari pemberhentian kami/Tasya Rahmawati

Ibu lalu mengingatkan ayah, kakak, dan aku untuk sarapan. Ibu memang selalu membawa bekal dari rumah untuk kami sarapan bila sedang dalam perjalanan pagi seperti ini. Ayah pun meminggirkan mobil ke bibir jalan. Posisi parkir kendaraan kami sangat pas, dari sini kami bisa melihat Gunung Merapi dengan jelas. Sesuatu, semacam asap keluar dari puncaknya.

Ibu dengan sigap mengambil bekal makanan dari bagasi belakang. Satu per satu tutup kotak makanan terlepas. Ternyata ibu telah menyiapkan nasi putih hangat ditemani lauk ayam goreng, ikan bandeng, dan tanpa lupa sambal terasinya. Sebuah termos berisi teh hangat pun berdiri tegak di sudut bagasi. Aku, ayah, dan kakak sigap mengambil piring masing-masing.

“Kalau makan begini kudu pakai tangan,” celetuk ayah pada anak-anaknya.

“Bener banget! Biar makin nikmat.. Bu, bawa air mineral ndak?” tanya kakak pada ibu yang sibuk menata bekal.

“Iya, ambil wae di belakang,” sahut beliau.

Kakakku langsung keluar membuka pintu bagasi dan mengambil sebotol air mineral 1500ml untuk cuci tangan. Ayah dan aku mengikutinya. Akhirnya kami makan lesehan di samping mobil. Angin sejuk berembus tiap detik membuat suasana semakin menyenangkan. Nasi hangat, ayam goreng, sambal, dan segelas teh hangat; sempurna! Sederhana, tapi kebersamaan bersama keluarga ini tak akan terlupa.

Sarapan selesai. Kakakku sibuk memotret pemandangan sekitar. Sedangkan aku yang tak suka berfoto, hanya duduk di jok depan sambil menghadapkan badan ke arah Merapi yang tampak agung di seberang. Aku menoleh pada sosok ayah yang merengkuh sesuatu di belakang mobil.

Setelah ayah melangkah mendekat mobil, beliau membawa sekantong plastik berisi sampah botol, gelas plastik, dan kemasan makanan ringan. Rupanya ayah memperhatikan ada beberapa sampah berserakan di sekitar kami. Beliau berkata bahwa sampah-sampah itu adalah sampah yang sengaja dibuang oleh orang yang melintas atau pernah singgah sejenak di tempat itu sebelum kami. Ibu mengikat plastik erat dan meletakkan di bagasi, tepat bersebelahan dengan kantong sampah kami. Tindakan ayah dan ibu membuatku alangkah bangga memiliki orang tua yang peduli pada lingkungan seperti mereka. 

“Ayo, Kak. Udah dulu foto-fotonya. Kita lanjut jalan daripada kesiangan nanti,” ajak ayah sambil berjalan ke pintu jok sopir sebelahku.

Kakak menghentikan aktivitas dan duduk tepat di jok belakangku. Dia tutup pintu perlahan. Aku dan ayah memasang sabuk pengaman. Kemudian, ayah mulai menginjak gas. Kami melanjutkan perjalanan menuju rumah kerabat. Selama kami melewati dataran tinggi, seluruh kaca mobil kami buka. Aku dan keluarga benar-benar merasakan udara segar berdampingan dengan embusan angin yang terkadang menusuk tulang.

Sementara ayah fokus menyetir, aku asyik memperhatikan sekitar. Kutengok jok belakang, kudapati ibu dan kakakku sedang mendokumentasikan perjalanan kami. Aku lempar senyum pada ibu yang tak sengaja melihatku. Beliau pun tersenyum balik padaku.

“Tolong rekam jalanan depanmu, Dik,” pinta beliau menyerahkan ponselnya.

Aku ambil alih ponsel ibu dan mulai merekam suasana jalan. Sebuah mobil sedan hitam, truk pasir merah, dan sepeda motor matic terlihat jelas di kamera. Aku kembalikan ponsel ibu saat muncul pemberitahuan bahwa memori penuh, sehingga tidak mampu merekam lagi.

Sepanjang perjalanan kami mengobrol, bersahut-sahutan dengan radio yang menyala cukup keras. Tanpa sadar, aku mengantuk dan terlelap dengan posisi kepala menyandar pada kaca mobil yang tertutup separuh.

Dan tak terasa, kami tiba di Magelang. Ayah menepuk pundakku dan membuatku tergugah kaget. Aku menegakkan badan dan segera turun dari mobil dan membantu yang lain membawa barang. Kerabatku bertanya perkara perjalanan kami, dengan antusias kuceritakan kepadanya! Kala itu, aku benar percaya jika kebahagiaan dapat datang dari hal-hal kecil tanpa duga, seperti sekedar melakukan perjalanan bersama keluarga, dan duduk manis menyantap sarapan di pinggir jalan.

The post Perjalanan Sederhana Melewati Merapi appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/perjalanan-sederhana-melewati-merapi/feed/ 0 27426