Tri Widya Asrie https://telusuri.id/penulis/tri-widya-asri/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Mon, 29 Jul 2019 04:40:52 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 Tri Widya Asrie https://telusuri.id/penulis/tri-widya-asri/ 32 32 135956295 Kemping ala “Bushcraft” di Pantai Sandro Pole Sumbawa https://telusuri.id/pantai-sandro-pole-sumbawa/ https://telusuri.id/pantai-sandro-pole-sumbawa/#respond Fri, 15 Jun 2018 10:05:39 +0000 https://telusuri.id/?p=9164 Sepulang dari Pulau Moyo, motor-motor kami mengarah ke sebuah tanjung yang namanya unik—Tanjung Menangis—di Kabupaten Sumbawa Besar, Pulau Sumbawa. Sebelum trekking, kami minta izin kepada seorang bapak yang tinggal di sebuah rumah kayu agar diperbolehkan...

The post Kemping ala “Bushcraft” di Pantai Sandro Pole Sumbawa appeared first on TelusuRI.

]]>
Sepulang dari Pulau Moyo, motor-motor kami mengarah ke sebuah tanjung yang namanya unik—Tanjung Menangis—di Kabupaten Sumbawa Besar, Pulau Sumbawa.

pantai sandro pole

Pantai Sandro Pole/Tri Widya Asrie

Sebelum trekking, kami minta izin kepada seorang bapak yang tinggal di sebuah rumah kayu agar diperbolehkan melintasi pekarangannya, sekaligus meminta beberapa butir kelapa muda untuk dinikmati bersama nantinya.

Dari sana, kami kemudian mulai menyisir pantai panjang berpasir putih. Airnya bening namun karang-karangnya tajam.

Foto bareng kawan-kawan di Pantai Sandro Pole/Tri Widya Asrie

Kami menaiki bukit dan menerabas ilalang berduri. Sesekali kami istirahat. Tawa dan canda terus saja menemani kami berjalan ke tempat yang konon katanya istimewa dan seolah-olah tak bertuan itu.

Kemudian sampailah kami di sebuah teluk kecil. Kawan-kawan saya, para lelaki itu, mengatakan bahwa pantai ini bernama Sandro Pole. Pantainya putih dan airnya jernih—apik. Berlari tiga langkah saja dari bibir pantai, coral warna-warni dan bintang laut akan menyapamu. Matahari oranye yang hampir tenggelam bikin Pantai Sandro Pole makin menarik.

pantai sandro pole

Ikan karang/Tri Widya Asrie

Kemping ala “bushcraft” di Pantai Sandro Pole

Kami langsung sibuk membangun perkemahan. Ada yang mendirikan tenda, mencari kayu kering, membuat api unggun, menanak nasi, dan mencari bahan lauk untuk santap malam.

pantai sandro pole

Makan malam/Tri Widya Asrie

Kami kemping semi-bushcraft. Yang jadi bahan makanan malam itu adalah bulu babi, siput laut, dan ikan. Kami memasak dan makan dengan apa yang kami temukan di alam. Bambu kering kami jadikan pengaduk bumbu, kayu adalah sumpit, cangkang kerang besar jadi centong untuk mengaduk nasi.

Rasanya seperti berada dalam film Cast Away (2000) yang dibintangi oleh Tom Hanks. Bedanya, kalau Tom Hanks sendirian di salah satu pulau di Pasifik, saya melewatkan waktu bersama teman-teman di Pantai Sandro Pole.

pantai sandro pole

Api unggun di pinggir pantai/Tri Widya Asrie

Selain itu, kalau Tom Hanks harus berjuang melawan nyamuk di pulaunya, kami tak perlu repot-repot menghindari makhluk terbang itu di Pantai Sandro Pole. Meskipun terletak di balik bukit berlapis hutan, Pantai Sandro Pole tak bernyamuk.

Maka, setelah makan kami bisa leluasa menikmati angin yang hangat, jutaan bintang yang bertaburan di angkasa raya, dan—ehm—lagu dangdut di pojok Pulau Sumbawa itu.

pantai sandro pole

Menjaga api tetap menyala/Tri Widya Asrie


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Kemping ala “Bushcraft” di Pantai Sandro Pole Sumbawa appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/pantai-sandro-pole-sumbawa/feed/ 0 9164
4 Objek Wisata Takengon yang Bakal Bikin Kamu Jatuh Hati https://telusuri.id/4-objek-wisata-takengon/ https://telusuri.id/4-objek-wisata-takengon/#respond Sun, 22 Apr 2018 01:30:18 +0000 https://telusuri.id/?p=8212 Sabang barangkali adalah destinasi paling terkenal di Aceh. Tapi, selain Sabang, ternyata masih banyak lagi destinasi wisata di Aceh yang bisa kamu kunjungi, salah satunya Takengon. Ibukota Kabupaten Aceh Tengah yang berada pada ketinggian sekitar...

The post 4 Objek Wisata Takengon yang Bakal Bikin Kamu Jatuh Hati appeared first on TelusuRI.

]]>
Sabang barangkali adalah destinasi paling terkenal di Aceh. Tapi, selain Sabang, ternyata masih banyak lagi destinasi wisata di Aceh yang bisa kamu kunjungi, salah satunya Takengon.

Ibukota Kabupaten Aceh Tengah yang berada pada ketinggian sekitar 1.300 mdpl ini pasti bakal bikin kamu jatuh hati. Lalu, apa saja sih objek wisata Takengon yang bisa kamu telusuri?

1. Gunung Gayo

takengon

Trek Gunung Gayo/Tri Widya Asrie

Kalau suka trekking, kamu wajib banget datang ke objek wisata Takengon yang satu ini. Di sana kamu bakal bisa menikmati keindahan hutan pinus dan pohon-pohon raksasa.

Ditambah hujan rintik-rintik dan kabut, suananya bakal jadi syahdu. Pasti kamu mendadak bakal pengen ngeluarin kertas dan pulpen—bikin puisi. Aroma pegunungan yang lembap dan menyenangkan, udara yang bersih bukan main, ditambah pemandangan perbukitan bakal membuatmu terpesona.

2. Danau Lut Tawar

objek wisata takengon

Tepian Danau Lut Tawar/Tri Widya Asrie

“Danau Lut Tawar?! Nggak typo, tuh?” Jangan ngegas dulu, lah. Danau Lut Tawar dan Danau Laut Tawar intinya sama saja. Ejaannya saja yang berbeda. Sebutan pertama adalah ejaan lokal, sementara yang kedua adalah ejaan Indonesia. Jadi, nggak ada yang typo, yah.

Kamu mesti meluangkan waktu buat main ke objek wisata Takengon yang ini. Pasti kamu nggak akan nyesel melihat keindahan danaunya. Coba buktikan sendiri betapa menawannya Danau Lut Tawar, dengan rumah-rumah yang mengelilinginya, perbukitan hijau yang lerengnya berkabut, dan keramba-keramba ikan di tepian—semua terefleksikan di permukaan danau. Melihat Lut Tawar, perasaan damai akan terus bersamamu.

3. Pantan Terong

objek wisata takengon

Danau Lut Tawar dilihat dari Pantan Terong/Tri Widya Asrie

“Ini lagi. Pantan? Pantai kali?” Shh… Shh… Sabar dulu. Memang Pantan Terong, bukan Pantai Terong. Lagian mana ada pantai di terong? Eh, terong di pantai.

Objek wisata Takengon yang ini berada di puncak bukit. Dari sana kamu bakal bisa menyaksikan Danau Laut Tawar yang kelihatan kayak cawan raksasa yang menampung air hujan. Cantik sekali! Tapi, menurut saya perjalanan ke Pantan Teronglah yang justru terasa seru banget. Soalnya, kamu bakal meluncur di antara kebun kopi—kopi gayo!

4. Pabrik kopi gayo

objek wisata takengon

Kopi gayo sedang dijemur/Tri Widya Asrie

“Kopi? Topi kali?” Buat apa jauh-jauh ke Takengon cuma buat ke pabrik topi? Karena terletak di Dataran Tinggi Gayo, wajar saja kalau di Takengon banyak pabrik kopi gayo.

Main ke salah satu pabrik, kamu bakal bisa menyaksikan sendiri bagaimana kopi gayo dipilah dan dipilih dan dijemur. Ketika main ke salah satu pabrik kopi gayo, Oro Kopi Gayo, saya melihat 50 varian kopi yang sudah diberi label, baik dari jenis robusta maupun arabika. Gimana? Udah kecium aroma kopi gayonya?

Kalau saya sih rasanya berat banget buat meninggalkan Tanah Gayo. Nggak tahu kalau kamu.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post 4 Objek Wisata Takengon yang Bakal Bikin Kamu Jatuh Hati appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/4-objek-wisata-takengon/feed/ 0 8212
Pulang ke Ambon https://telusuri.id/pulang-kampung-ke-ambon/ https://telusuri.id/pulang-kampung-ke-ambon/#respond Sun, 15 Apr 2018 04:15:42 +0000 https://telusuri.id/?p=8073 Sudah 22 tahun lamanya aku tidak berada di tanah ini. Sepanjang jalan kucoba mengingat kembali memori-memori yang kupunya. Tukang ojek mengajakku bicara, dan dia tak percaya bahwa sudah selama itu aku tak pulang. Logat Ambon...

The post Pulang ke Ambon appeared first on TelusuRI.

]]>
Sudah 22 tahun lamanya aku tidak berada di tanah ini. Sepanjang jalan kucoba mengingat kembali memori-memori yang kupunya.

ambon

Ambon dari udara/Tri Widya Asrie

Tukang ojek mengajakku bicara, dan dia tak percaya bahwa sudah selama itu aku tak pulang. Logat Ambon milikku masih kental. Alamat rumahku masih kuingat dengan benar. Hangat dan aroma laut dari atas aspal ini masih sama, meskipun dulu jalan yang biasa kulalui tidak selebar dan terasa sesingkat ini.

Dulu, dari Bandara Pattimura Ambon ke Desa Galala, di mana rumahku berada, membutuhkan waktu sekitar dua jam. Sekarang, perjalanan tidak lebih dari 20 menit, sebab sudah ada Jembatan Merah Putih yang diresmikan Presiden Jokowi hampir dua tahun lalu yang memotong perjalanan panjang itu.

ambon

Patung Martha Christina Tiahahu/Tri Widya Asrie

Dan, ya, persis di bawah jembatan itulah rumahku, rumah pinggir pantai di teluk kecil di Desa Galala, Poka, Ruma Tiga.

Perahu-perahu layar hampir tak ada. Kalaupun ada, hanya satu-dua saja. Itu pun hanya perahu kecil dengan semang. Pantai depan rumahku pun sudah menjauh karena dikeringkan untuk dijadikan tempat menancapkan pilar-pilar gagah jembatan. Kapal-kapal ferry nasibnya sama saja. Bahkan ada beberapa yang kandas.

ambon

Kapal kandas/Tri Widya Asrie

Kenangan di bawah pohon ketapang

Pohon ketapang penuh kenangan tempatku bermain enggo lari dan benteng sudah sangat besar.

Penuh hangat dan kasih sayang, para tetangga memeluk kedatanganku. Seketika aku kembali menjadi Cornely van Capelle, nama kecil yang dulu diberikan kepadaku sebagai tanda bahwa aku sudah sepenuhnya menjadi anak Timur.

ambon

Anak-anak sedang memancing/Tri Widya Asrie

Masih seakan mimpi dapat bertemu mereka kembali. Teringat kembali “papa mamaku” di sini, yang mengantar, menjemput, dan menggendongku ke sekolah 20 tahun silam.

Saat lebaran tiba, empat mama akan sudi datang membantu memasak ketupat, opor, gulai untuk kami. Sebaliknya, menjelang Natal tiba, ibuku pun melakukan hal yang sama. Ia ganti ikut memasak di sebelah rumah. Walaupun kami berbeda keyakinan, tidak ada yang berubah, dan tidak ada yang berbeda dari cinta kami semua. Semua “Pela Gandong.”

keluarga

Foto bersama keluarga di Ambon/Tri Widya Asrie

Aku pindah ke Bali dua tahun sebelum kerusuhan Ambon. Papa dan mama bercerita tentang kerusuhan yang konon dipicu masalah SARA itu, sambil menunjukkan tempat-tempat bekas kebakaran yang mengharuskan mereka mengungsi ke Kodam di Halong.

Kisah-kisah itu sungguh tak bisa dinalar. Aku tahu betul bagaimana perbedaan justru bisa membuat kami terus bersaudara dan saling menyayangi.

gong perdamaian

Gong Perdamaian/Tri Widya Asrie

Pemulihan setelah kerusuhan juga cukup lama, termasuk untuk mengembalikan harmoni kehidupan. Kemudian, sepuluh tahun pascatragedi itu, dibangunlah Monumen Gong Perdamaian sebagai simbol berdirinya kembali toleransi di Indonesia.

Aku masih tak bisa membayangkan kerusuhan itu. Kenangan Ambon bagiku adalah memori tentang pohon ketapang tempatku berlarian bersama kawan-kawan.

ambon

Salah satu sudut Ambon/Tri Widya Asrie


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Pulang ke Ambon appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/pulang-kampung-ke-ambon/feed/ 0 8073
“City Tour” Gratis di Arborek https://telusuri.id/city-tour-gratis-di-arborek/ https://telusuri.id/city-tour-gratis-di-arborek/#comments Mon, 09 Apr 2018 03:13:17 +0000 https://telusuri.id/?p=7915 Langit dari Bandara Pattimura Ambon hingga Domine Eduard Osok Sorong begitu cerah hari itu. Keluar dari Bandara Sorong, bergegas kucari ojek di sekitar pintu kedatangan agar bisa mengejar kapal ferry di Pelabuhan Kota Sorong. Dari...

The post “City Tour” Gratis di Arborek appeared first on TelusuRI.

]]>
Langit dari Bandara Pattimura Ambon hingga Domine Eduard Osok Sorong begitu cerah hari itu. Keluar dari Bandara Sorong, bergegas kucari ojek di sekitar pintu kedatangan agar bisa mengejar kapal ferry di Pelabuhan Kota Sorong.

Dari sana, aku meluncur di atas lautan selama dua jam menuju Pelabuhan Waisai, gerbang masuk Raja Ampat. Tapi perjalananku tidak berakhir di situ—aku terus ke Arborek.

arborek

Bandara Domine Eduard Osok Sorong/Tri Widya Asrie

Sebagian besar penumpang yang hendak ke Arborek tak perlu memutar otak lagi mencari moda transportasi. Sebab, mereka telah ditunggu oleh para pemandu dan perahu-perahu cepatnya masing-masing di dermaga. Sementara aku masih harus mencari.

Aku mencari dan bertanya sana-sini lumayan lama. Akhirnya, sekitar jam setengah enam, aku menemukan pertolongan. Seorang bapak yang dinas di Koramil Sektor Raja Ampat mencarikanku sebuah boat yang akan membawa bahan makanan dan para penumpang asing ke Arborek.

arborek

“Golden sunset”/Tri Widya Asrie

Dua jam waktu yang dihabiskan untuk ke desa itu. Untuk membunuh waktu aku mengajak para penumpang lain untuk ngobrol. Selidik punya selidik, mereka harus mengeluarkan biaya Rp 1 juta/orang untuk sekali penjemputan ke Arborek. I am very lucky then; I don’t have to pay anything!

Plus aku dapat bonus golden sunset di atas laut lepas. Luar biasa sekali. Perjalanan dua jam itu pun masih terasa seperti mimpi.

arborek

Anak-anak berfoto di depan SD Inpres/Tri Widya Asrie

“City tour” Arborek dipandu anak-anak

Keesokan paginya, aku terbangun sambil tersenyum saat menyadari di mana aku berada. Atap kamarku terbuat dari daun. Tiang penyangganya dari kayu yang hanya diikat tali, tanpa paku.

Diajak ke pantai saat “city tour”/Tri Widya Asrie

Aku beranjak ke luar dan duduk di bawah pohon introm. Lalu, anak-anak Arborek mulai cari perhatian dan senyum-senyum padaku.

arborek

Kerang, “Bia,” dan ikan/Tri Widya Asrie

Kuajak mereka bercerita, bercanda, dan berbagi biskuit yang kubeli beberapa hari yang lalu. Kemudian mereka memanggil lebih banyak teman untuk duduk di depan kamarku. Tak berapa lama, sebelas orang anak setempat mengajakku “city tour.”

Bak pemandu profesional, mereka dengan semangat dan percaya diri menunjukkan kepadaku objek-objek penting di pulau itu, dari mulai sekolah, gereja, rumah-rumah mereka masing-masing, kemudian mengajakku memancing dan jalan ke jetty Arborek yang terkenal itu. Keceriaan mereka, ditambah langit biru, air jernih, udara yang hangat, membuat pagi itu terasa sungguh luar biasa!

Kegiatan sehari-hari anak-anak Arborek selain sekolah adalah menghabiskan waktu di pantai yang sedang surut untuk memancing. Tak ada alat-alat canggih ala Mancing Mania. Mereka memancing secara sederhana, hanya dengan tali nilon yang digulung pada botol, dan pisang atau nasi sebagai umpan. Jika tak membawa pancingan, mereka mencari kerang dan bia (siput laut) untuk dimakan.

arborek

Foto bareng anak-anak setempat/Tri Widya Asri

Melihat anak-anak kecil bermain dan bercengkerama dengan teman-temannya, rasa-rasanya aku enggan mengizinkan matahari mengakhiri hari indah di Arborek yang seperti mimpi itu.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post “City Tour” Gratis di Arborek appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/city-tour-gratis-di-arborek/feed/ 5 7915