air terjun Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/air-terjun/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Thu, 23 Mar 2023 00:31:06 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 air terjun Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/air-terjun/ 32 32 135956295 Menyusuri Pelaruga di Langkat https://telusuri.id/menyusuri-pelaruga-di-langkat/ https://telusuri.id/menyusuri-pelaruga-di-langkat/#respond Thu, 21 Jul 2022 03:28:00 +0000 https://telusuri.id/?p=34624 Pagi itu, saya bersama dengan keenam teman indekos pergi meninggalkan Kota Medan, melaju menuju suatu tempat yang direkomendasikan Gina. Kebetulan rumah Gina berada di Kabupaten Langkat yang tak jauh dari lokasi yang ingin kami tuju...

The post Menyusuri Pelaruga di Langkat appeared first on TelusuRI.

]]>
Pagi itu, saya bersama dengan keenam teman indekos pergi meninggalkan Kota Medan, melaju menuju suatu tempat yang direkomendasikan Gina. Kebetulan rumah Gina berada di Kabupaten Langkat yang tak jauh dari lokasi yang ingin kami tuju yakni Pelaruga.

Dengan mengendarai sepeda motor, saya menikmati perjalanan selama satu jam lebih. Sebelumnya, saya dan teman-teman menjemput Gina di persimpangan jalan. Sesaat setelahnya, kami melipir ke tepi karena beberapa laki-laki menghentikan motor saya. Berbagai hal muncul di kepala, yang saya ingat hanya orangtua di kampung. Lalu merasa bersalah karena belum meminta izin terlebih dahulu kepada mereka.

Mujurnya, ada warga yang melihat saya dari kejauhan dan memberi isyarat untuk meninggalkan sekumpulan laki-laki tersebut. Saya dan teman-teman mulai panik dan mengikuti langkah warga tersebut. Beliau adalah tokoh masyarakat setempat. Dengan baiknya beliau mengakui saya dan teman-teman sebagai saudara yang ingin berkunjung ke rumahnya kepada sekumpulan laki-laki yang menghentikan sepeda motor tadi. Akan tetapi, tak semudah itu untuk menerima kebaikan orang yang baru dikenal, beberapa pertanyaan juga muncul di kepala saya, “Bisa saja beliau bagian dari sekumpulan laki-laki  yang mencegat kami di jalan, bukan?” Kemudian bantahan itu terpatahkan, sebab Gina mengenali si bapak. 

Perjalanan pun kami lanjutkan dengan rasa takut, senang, dan sedih yang bercampur menjadi satu. Sekitar lima belas menit dari kediaman si bapak, kami sampai di tujuan. Motor telah terparkir rapi, akan tetapi kolam abadi tak kunjung saya temui. Hanya ada sambutan hangat dari sablon ukuran besar yang bertuliskan “Mejuah juah Pelaruga”. Kata mejuah juah sendiri merupakan bahasa Karo yang berarti sejahtera. Biar saya beri tahu dahulu, saya bersama enam rekan lain. Mereka adalah Dina, Ade, Fitri, Lia, Wita, dan Gina. Tak ada satu pun laki-laki di antara kami.

Pemandu Alam Rumah Galuh
Pemandu Alam Rumah Galuh/Anggi Kurnia Adha

Seorang laki-laki kemudian menghampiri dan berkata “Mau ke Pelaruga, Kak?” serentak kami mengiyakan pertanyaannya. Ternyata ia adalah salah satu guide di Pelaruga, namanya Bang Asrul. Dengan membayar lima puluh ribu rupiah, sudah bisa menikmati keindahan Pelaruga. Biaya tersebut sudah termasuk parkir dan guide.

Bang Asrul menjelaskan peraturan selama di Pelaruga dan memberitahu kami untuk membawa satu ponsel saja menuju lokasi. Hal ini dilakukan agar meminimalisir hal-hal yang tak diinginkan. Sebab destinasi yang kami kunjungi adalah wisata air. Selain itu, Bang Asrul juga menjelaskan untuk tidak membuang sampah sembarangan dan berbicara kotor. Tentu saja, sebagai pengunjung kita wajib mematuhinya.

Bang Asrul, Guide di Pelaruga
Bang Asrul, guide di Pelaruga/Anggi Kurnia Adha

Setelah mengurus registrasi dan menitipkan barang-barang, saya dan teman-teman mengikuti langkah kecil Bang Asrul menuju lokasi pertama, “kolam abadi”. Perlahan langkah demi langkah menyusuri jalanan. Kanan dan kiri alam masih asri, hijau, pohon-pohon masih terus bertumbuh. Sesekali terdengar suara kicauan burung yang menjadi asupan energi  tersendiri.

Di tengah perjalanan, kami harus melewati titian yang terbuat dari bambu. Awalnya saya ragu karena takut jatuh, terlebih jika melihat ke bawah. Ada aliran air yang cukup deras. Namun, saya kumpulkan keberanian karena kami semakin dengan tujuan. Saya menandainya dengan suara gemericik air semakin keras, pertanda sumber air semakin dekat.

“Kolam Abadi” dengan airnya yang bening seperti kaca
“Kolam Abadi” dengan airnya yang bening/Anggi Kurnia Adha

Tak lama, kami sampai di sana. Dari kejauhan tampak “kolam abadi” dengan airnya yang bening seperti kaca. Warnanya biru, agak kehijauan. Kedalamannya mencapai hampir 3 meter. Karena sudah mengenakan pelampung, saya tak ragu untuk menceburkan diri, menikmati dingin dan segarnya kolam yang mulai terkenal setelah masuk dalam tayangan program travelling di salah satu stasiun televisi.

Dari sini, Bang Asrul kemudian mengajak saya dan teman-teman menuju titik “wisata” kami selanjutnya. Dengan pakain basah, kami menapaki jalanan naik dan turun untuk sampai tujuan. Ia membawa kami ke sebuah tempat yang lebih tinggi untuk bisa merasakan lompatan menuju aliran kolam. Tanpa berpikir panjang, satu persatu diantara kami pun mencobanya. Tentu saja bukan saya yang pertama mencoba, mengingat kaki baru saja pulih dari operasi.

Tak lupa, Bang Asrul memberi arahan untuk duduk di dalam air dengan saling mengulurkan kaki ke depan dan memegang erat kaki teman-teman. Dengan begitu tubuh kami membentuk seperti rel kereta api atau biasa disebut body rafting, siap melaju dengan arus air menuju Air Terjun Teroh-Teroh, lokasi berikutnya.

Saat mendekati air terjun, kami kembali trekking dengan medan yang cukup miring setelah keluar dari air. Lalu, kami menapaki anak tangga dengan tali yang tergenggam erat di tangan untuk sampai ke permukaan air terjun. Air tampak mengalir deras dari tebing-tebing bebatuan, tanda bahwa kami sudah tiba di Air Terjun Teroh-Teroh. 

Air terjun Teroh-Teroh
Air Terjun Teroh-Teroh/Anggi Kurnia Adha

Kami menepi di salah satu tumpukan kayu besar yang berada di dalam permukaan air. Dengan langkah penuh hati-hati dan saling menggenggam tangan satu sama lain, kami akhirnya bisa berdiri di atas bongkahan kayu besar. Dengan begitu, air dari Air Terjun Teroh-Teroh langsung mengalir dan menyentuh tubuh kami.

Setelah menyusun barisan dengan rapi di bongkahan kayu besar, Bang Asrul mengabadikan kebersamaan kami yang bagaikan tujuh bidadari penghuni air terjun. Sesekali saya dan teman-teman memijat bahu satu sama lain untuk menambah stamina yang sudah terkuras selama perjalanan. 

Sekitar lima belas menit berada di atas bongkahan kayu besar, Bang Asrul mengarahkan kami untuk turun kembali ke dalam air agar tidak terus menggigil kedinginan. Pun, hari semakin gelap. Pertanda kami harus berpisah dengan Air Terjun Teroh-Teroh. 

Anak tangga kembali kami naiki dengan sedikit beban yang semakin bertambah, yaitu baju saya dan teman-teman sudah basah. Sehingga tali kembali menjadi pacuan untuk bisa sampai ke atas. Saya dan teman-teman mengucapkan terima kasih dengan adanya Bang Asrul yang begitu mengayomi dan memaklumi  tingkah laku perempuan seperti saya, Dina, Ade, Fitri, Lia, Wita, dan Gina. 

Perjalanan menyusuri Pelaruga di Kabupaten Langkat akan menjadi perjalanan yang sangat dirindukan. Setelah sampai di posko awal, saya dan teman-teman berbenah diri dan kemudian berpamitan dengan Bang Asrul juga masyarakat setempat. Perjalanan pun kembali dilanjutkan menuju indekos di Medan. 


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menyusuri Pelaruga di Langkat appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menyusuri-pelaruga-di-langkat/feed/ 0 34624
Air Terjun Karawa, Pesona Wisata di Kabupaten Pinrang https://telusuri.id/air-terjun-karawa-pesona-wisata-di-kabupaten-pinrang/ https://telusuri.id/air-terjun-karawa-pesona-wisata-di-kabupaten-pinrang/#respond Sun, 17 Jul 2022 01:47:00 +0000 https://telusuri.id/?p=34557 Pada pertengahan bulan Mei, saat matahari belum sempurna naik di ufuk timur, saya bersama dua sepupu serta beberapa temannya memacu kendaraan dari Kota Pinrang menuju Jalan Poros Polman-Pinrang mendatangi salah satu wisata yang menjadi buah...

The post Air Terjun Karawa, Pesona Wisata di Kabupaten Pinrang appeared first on TelusuRI.

]]>
Pada pertengahan bulan Mei, saat matahari belum sempurna naik di ufuk timur, saya bersama dua sepupu serta beberapa temannya memacu kendaraan dari Kota Pinrang menuju Jalan Poros Polman-Pinrang mendatangi salah satu wisata yang menjadi buah bibir masyarakat Pinrang yakni Air Terjun Karawa.

Berteduh di daerah Leppangang
Berteduh di daerah Leppangang/Fatimah Majid

Rombongan kami berjumlah delapan orang, melaju dengan empat sepeda motor di jalan poros yang penuh sesak oleh kendaraan lain. Belum setengah perjalanan, hujan turun cukup deras. Kami berteduh di salah satu masjid di daerah Lepanggang. Setelah menunggu beberapa saat, kami memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan dalam kondisi hujan.

Harga Tiket Masuk Air Terjun Karawa

Air Terjun Karawa masih dikelola secara tradisional oleh masyarakat setempat. Untuk masuk ke objek wisata ini, dikenakan tarif relatif murah. Harga tiket anak-anak maupun orang dewasa sama. Begitu juga, tidak ada perbedaan harga untuk hari biasa dan akhir pekan. Harga karcisnya Rp5.000 per orang. Pendapatan dari HTM tersebut nantinya dikelola oleh masyarakat setempat untuk membersihkan sampah-sampah yang ditinggalkan pengunjung juga sebagai biaya perawatan kawasan.

Rute Menuju Air Terjun Karawa

Berdasarkan informasi dari Google Maps, Air Terjun Karawa terletak di Desa Betteng, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang. Membutuhkan waktu tempuh sekitar satu jam perjalanan dari Kota Pinrang. Perjalanan melewati Jalan Poros Polman-Pinrang yang dipadati kendaraan roda empat yang melaju kencang. 

Lokasi air terjun Karawa ini cukup strategis, dimana pada bagian selatan berbatasan dengan kota Pare-Pare, sebelah utara berbatasan dengan Tana Toraja, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) dan Enrekang, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Polmas.

Pagi itu, kami bertolak dari Kota Pinrang. Untuk bisa sampai di lokasi Air Terjun Karawa, pengunjung akan melewati lokasi PLTU Bakaru yang dapat dikatakan sebagai pintu masuk menuju kawasan wisata tersebut. Begitu belok ke jalan menuju Air Terjun Karawa, kami dibuat takjub dengan pemandangan pegunungan hijau yang berselimut kabut. Rumah-rumah warga tampak menyenangkan, hewan peliharaan mereka berlarian di pekarangan.

Rumah Warga yang Dilalui Menuju Air Terjun Karawa
Rumah warga kami lalui/Fatimah Majid

Setelah cukup lama berkendara, kami berhenti di salah satu rumah warga untuk memarkirkan kendaraan. Kondisi jalan masih becek karena hujan sehingga kendaraan kami tak bisa melewatinya. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan sejauh satu kilometer. Di sepanjang perjalanan kami menjumpai beberapa rumah warga, juga beberapa warung-warung kecil. Untuk biaya parkir di rumah warga dikenakan Rp3.000 untuk setiap kendaraan.

Karena harus berjalan kaki, kami jadi bisa menikmati perjalanan. Kondisi jalan yang masih tanah becek dan bebatuan, serta menanjak tak menyulut kami untuk menyerah. Susana desa begitu asri kami rasakan. Tak jarang, kami berinteraksi dengan masyarakat sekitar yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

Suasana Air Terjun Karawa

Air Terjun Karawa
Air Terjun Karawa/Fatimah Majid

Setelah berjalan sejauh kurang lebih satu kilometer, kami tiba di Air Terjun Karawa. Air terjun ini memiliki ketinggian mencapai 50 meter, berada di puncak Gunung Karawa. Air yang mengucur deras, dengan air terjun bertingkat, penuh bebatuan, serta dikelilingi dengan rerimbunan pepohonan besar benar-benar membayar habis perjalanan kami. Dengan ketinggian tersebut, kami bisa mendengar deru air yang turun dari kejauhan. Suasana sangat sejuk, suara kicauan burung merdu menggema. Kami bermain air terjun cukup lama.

Di sini sudah tersedia beberapa fasilitas seperti toilet, gazebo, tempat duduk, tempat ganti pakaian, serta warung makan. Hanya saja, warung makan tidak buka setiap harinya. Selain itu, fasilitas-fasilitas ini juga belum dikelola dengan maksimal oleh masyarakat sekitar.

Pukul 14.20 WITA, kami meninggalkan Air Terjun Karawa. Perjalanan kembali kami tempuh dengan berjalan kaki sejauh satu kilometer. Karena jalan sudah cukup kering dan menurun, perjalanan kami tempuh dengan lebih cepat.

Kami tiba di rumah warga tempat kami memarkirkan kendaraan. Sebelum beranjak pulang, kami membersihkan diri dan mengobrol satu sama lain. Lalu, pas perjalanan pulang, kami berhenti di salah satu warung makan untuk mengisi perut. Setelahnya, barulah kami pulang ke tempat masing-masing.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Air Terjun Karawa, Pesona Wisata di Kabupaten Pinrang appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/air-terjun-karawa-pesona-wisata-di-kabupaten-pinrang/feed/ 0 34557
Curug Leuwi Hejo, Destinasi Air Terjun Hijau Toska di Bogor https://telusuri.id/curug-leuwi-hejo-destinasi-air-terjun-hijau-toska-di-bogor/ https://telusuri.id/curug-leuwi-hejo-destinasi-air-terjun-hijau-toska-di-bogor/#respond Tue, 11 Jan 2022 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=31986 Bogor memang tidak ada habisnya kalau membahas soal curug, dari yang paling populer sampai yang masih sepi, semua ada. Salah satu yang cukup populer yakni Curug Leuwi Hejo yang berlokasi di Kampung Wangan, Cileungsi, Karang...

The post Curug Leuwi Hejo, Destinasi Air Terjun Hijau Toska di Bogor appeared first on TelusuRI.

]]>
Bogor memang tidak ada habisnya kalau membahas soal curug, dari yang paling populer sampai yang masih sepi, semua ada. Salah satu yang cukup populer yakni Curug Leuwi Hejo yang berlokasi di Kampung Wangan, Cileungsi, Karang Tengah, di Sentul, Bogor. Pamor curug ini sempat ramai diperbincangkan di dunia maya karena airnya berwarna toska (jika tidak hujan, tentunya) dan banyak pesohor yang berkunjung.

Pada akhir pekan, biasanya warga Jabodetabek berbondong-bongong memadati kawasan Curug Leuwi Hejo untuk sekedar menghabiskan hari dan bersantai. Maklum, curug ini juga berhasil dikenal oleh foto-foto dari pegiat media sosial yang memamerkan kebeningan aliran airnya. Oleh karenanya, kalau berniat mencari waktu kunjungan terbaik, datang saja pada hari kerja (Senin-Jumat).

Menuju Curug Leuwi Hejo

Waktu tempuh dari Jakarta ke Curug Leuwi Hejo bisa menyita waktu hingga 2 jam pada hari biasa, atau sekitar tiga jam pada akhir pekan.  Dari Jakarta, jarak tempuh menuju Curug Leuwi Hejo sekitar 50 km, untuk yang menggunakan kendaraan pribadi, kalian bisa langsung menuju Jalan Raya Bogor kemudian menuju ke Jalan Mayor Oking dan sampai ke Citeureup, ikuti Jalan Raya Citeureup hingga sampai ke Jalan Raya Tajur Leuwi Bilik; dari sini nanti kita akan mendapati plang yang akan membawa ke Jalan Cibadak Sukamakmur dan Jalan Kecil Badak.

Alternatif lainnya, dari Jalan Raya Bogor menuju Jalan Alternatif Sentul, kemudian lurus menuju Jalan Raya Citaringgul dan patokan yang paling mudah adalah JungleLand Adventure Bogor lurus terus hingga menuju Jalan Raya Babakan. 

Curug Leuwi Hejo juga berdekatan dengan curug-curug lainnya seperti Curug Leuwi Barong, Curug Leuwi Cepet, Curug Cibaliung, dan Curug Ciburial. Bahkan untuk menuju tempat yang lebih sepi, pengunjung dapat menuju curug yang lebih jauh sedikit namun masih satu kawasan yaitu Curug Hordeng dan Curug Mariuk. Biaya masuk satu curug adalah Rp15.000 per orang. Namun perlu diperhatikan, kadang ada kalanya pengunjung ditarik pungutan liar sebelum masuk ke kawasan.

Bermain Air

Sebelum memasuki kawasan, pengunjung akan sedikit trekking melalui jalan setapak yang di kiri kanannya menawarkan pemandangan hutan asri. Pada musim hujan, trek ini menjadi penuh dengan genangan air. Begitu pula dengan Curug Leuwi Hejo, airnya pun tercampur dengan tanah dan berubah warna menjadi coklat. Pada musim kemarau, air di sini tetap mengalir dengan lancar dan jernih

Salah satu kegiatan yang mengasyikkan di kala bermain air terjun adalah menikmati guyuran air. Meskipun tidak terlalu tinggi, Curug Leuwi Hejo kucuran air terjun yang mengalir sangat menyegarkan badan. Meskipun terlihat tidak berbahaya, curug ini mempunyai kedalaman sekitar 1,5 meter hingga 2 meter sehingga pengunjung harus tetap berhati-hati saat berenang. Kalau tidak mau berenang, pengunjung bisa bermain air di pinggiran curug. Namun tetap harus  hati-hati saat melangkah karena batu-batu yang licin.

Aliran air yang hanya setinggi 3 meter sebenarnya termasuk kategori air terjun “ramah”  dan tidak berbahaya, oleh karena itu Curug Leuwi Hejo menjadi destinasi curug favorit di Bogor. Ditambah pemandangan Gunung Gede dan Pangrango dari kejauhan, menambah kesan curug ini berada di tempat terpencil. 

Ada banyak warung di sekitar lokasi curug menyediakan kudapan untuk kamu yang merasa haus dan lapar. Harganya terjangkau. Ada juga tempat MCK untuk keperluan “mendadak” atau sekedar berganti baju usai bermain air.

Fasilitas dan Sampah di Sekitar Curug

Sayangnya, sampah-sampah dari pengunjung bertebaran di sepanjang jalan menuju curug maupun di sekitar curug. Entah kenapa masih banyak pengunjung yang suka membuang sampah sembarangan, padahal sudah ada himbauan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Oleh karenanya, jangan lupa, setelah mengunjungi Curug Leuwi Hejo bersihkan sampah dan buang ke tempat yang seharusnya karena kebersihan adalah hal terkecil yang dapat kita lakukan untuk menjaga bumi.

Meskipun curug ini bagus, banyak pengunjung yang mengeluhkan pengelolaannya yang terkesan serampangan karena banyaknya pungutan liar selama menuju ke sana. Beberapa ulasan negatif pun datang dari pengguna Google Maps yang mengeluhkan kondisi tersebut. 

Mungkin ada momen-momen tertentu yang diincar para penarik liar ini, semisal momen akhir pekan atau libur panjang. Semoga kedepannya pengelola dan warga setempat berbenah untuk kualitas pelayanan yang lebih baik.

Curug Leuwi Hejo memang menjadi salah satu tujuan wisata alam yang diminati oleh kalangan muda dan keluarga, karena jaraknya yang relatif dekat dengan ibu kota membuatnya seringkali ramai pada akhir pekan. Leuwi Hejo juga berdekatan dengan curug-curug lainnya yang masih satu aliran air yang membuatnya bisa berpindah dari satu curug ke curug lainnya dengan mudah.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Curug Leuwi Hejo, Destinasi Air Terjun Hijau Toska di Bogor appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/curug-leuwi-hejo-destinasi-air-terjun-hijau-toska-di-bogor/feed/ 0 31986
Cerita dari Air Terjun Gollae dan Permandian Alam Dewi Lamsang https://telusuri.id/dari-air-terjun-gollae-dan-permandian-alam-dewi-lamsang/ https://telusuri.id/dari-air-terjun-gollae-dan-permandian-alam-dewi-lamsang/#respond Fri, 05 Nov 2021 23:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=30880 Di akhir Juni, saat matahari bahkan belum naik sempurna di ufuk timur, saya dan beberapa teman sudah memacu kendaraan dari Kampus Universitas Hasanuddin di Perintis Kemerdekaan menuju Kabupaten Pangkep. Rombongan kami berjumlah empat orang, melaju...

The post Cerita dari Air Terjun Gollae dan Permandian Alam Dewi Lamsang appeared first on TelusuRI.

]]>
Di akhir Juni, saat matahari bahkan belum naik sempurna di ufuk timur, saya dan beberapa teman sudah memacu kendaraan dari Kampus Universitas Hasanuddin di Perintis Kemerdekaan menuju Kabupaten Pangkep. Rombongan kami berjumlah empat orang, melaju dengan dua sepeda motor di atas jalan yang masih tampak lengang. Jalanan yang biasanya ditempuh sekitar 45 menit kala jam sibuk, hanya ditempuh sekitar 20 menit pagi itu. Kami berhenti sementara di salah satu gerai minimarket tidak jauh dari Grand Mall Maros, dua orang kawan telah menunggu di sana. Setelah bertemu dan beristirahat sebentar, kami melanjutkan perjalanan menuju destinasi pertama, Air Terjun Gollae. Enam perempuan dengan tiga motor yang melaju beriringan.

View selama perjalanan
View selama perjalanan/Nawa Jamil

Rute menuju Air Terjun Gollae

Berdasarkan informasi di Google Maps, Air Terjun Gollae yang terletak di kaki Gunung Bulusaraung, tepatnya Desa Lanne, Kecamatan Tondong Tallasa ini membutuhkan waktu tempuh sekitar satu jam dari Kota Pangkep. Pagi itu, motor kami yang beriringan langsung putar balik tepat saat pigura bertuliskan ‘Selamat Datang Di Kota Pangkep’ dengan warna dominan kuning itu terlihat. Setelah memutar, motor kami pun langsung berbelok ke arah kiri, ke Jalan Poros Bontoa Siloro. 

Begitu berbelok ke jalan poros lokasi Kantor Pusat PT Semen Tonasa, kami dibuat takjub dengan deretan pegunungan karst yang menjulang tinggi. Letaknya yang begitu dekat dan hanya dipisahkan oleh ladang-ladang persawahan warga membuat perjalanan menuju lokasi air terjun tidak kalah menghibur.

Kami berkendara cukup lama. Panorama pun berganti, mulai dari rumah-rumah warga hingga persawahan luas, mulai dari pegunungan karst alami yang ditumbuhi pepohonan-pepohonan jarang, sampai gunung-gunung karst yang sudah diambil setengahnya, dijadikan tambang bahan baku semen, menyisakan sisa gunung karst yang tandus dan mobil-mobil besar yang keluar masuk daerah tambang.

Setelah melewati lokasi perusahaan semen tadi, jalanan mulai menanjak dan pemandangan gunung-gunung karst yang tandus berganti persawahan luas milik warga. Beberapa kali saya melihat tanaman yang tidak saya ketahui ditanam secara masif di sepanjang persawahan, juga berjumpa dengan sapi-sapi ternak warga serta beberapa anjing penggembala yang dibiarkan bersantai di pinggir jalan.  

Trekking menuju air terjun
Trekking menuju air terjun/Nawa Jamil

Suasana Air Terjun Gollae

Motor kami melaju di pinggir aliran sungai besar. Tidak jauh dari sana, jalanan yang semula berbeton mulus mulai berubah; ada lubang di sepanjang jalan, bebatuan kerikil, hingga kubangan yang cukup dalam sehingga kami harus lebih berhati-hati dan memperlambat laju kendaraan. Kami berkendara sekitar dua jam lebih untuk sampai ke parkiran Air Terjun Gollae, setelah kejadian mesin motor yang mati di Desa Tondong Kura, tidak jauh dari lokasi air terjun. Parkiran ini dijaga oleh seorang kakek tua. Beliau berkata, “Tarif parkirnya seikhlasnya saja,” serta mewanti-wanti kami untuk mengamankan helm di bagasi motor sebab beliau hendak mengerjakan hal lain pagi itu. 

Dari parkiran motor, kami melakukan trekking sekitar lima menit menuju lokasi air terjun. Medan yang cukup sulit dan masih sangat alami langsung terbayarkan begitu Air Terjun Gollae terlihat di depan mata. Air yang berwarna biru kehijauan dengan air terjun yang bertingkat tiga dan dikelilingi dengan rerimbunan pepohonan besar benar-benar membayar habis perjalanan jauh kami. 

Kami bermain di air terjun sampai tepat sebelum tengah hari. Dikarenakan wisata ini masih belum dikelola, maka belum ada toilet atau tempat ganti pakaian maupun fasilitas wisata lain. Saat hendak pulang, saya berinisiatif untuk berganti pakaian di satu-satunya rumah panggung di dekat lokasi parkir, yang ternyata adalah milik kakek yang kami temui pagi itu. Bersama dengan beberapa perempuan dari rombongan lain, kami saling bergantian memakai kamar mandi sederhana di sana sekaligus menunaikan salat.

Nenek yang tengah memisahkan kacang dari tanamannya di dekat lokasi air terjun
Nenek yang tengah memisahkan kacang dari tanamannya di dekat lokasi air terjun/Nawa Jamil

Begitu saya selesai, saya pun turun dari rumah panggung kosong itu, hanya ada beberapa lapis terpal dan ember-ember penuh kacang. Begitu turun, saya pun ikut bergabung dengan si kakek dan istrinya. Mereka tengah duduk di bawah rumah panggungnya, di antara tumpukan tanaman-tanaman kacang yang telah dipanen, sibuk memisahkan umbi kacang yang menggantung dari akan tanamannya. Ternyata tanaman yang saya jumpai di persawahan warga selama perjalanan tadi adalah kacang tanah. Beliau bercerita bahwa daerah ini merupakan salah satu penghasil kacang tanah di Kabupaten Pangkep. 

Beliau juga bercerita bahwa rumah ini memang bukan rumah tinggalnya. Mereka tinggal di salah satu kampung yang sempat kami lewati tadi. Siang itu kami tidak bercerita banyak sebab harus segera kembali. Di akhir perpisahan ketika kami berpamitan, beliau mengundang kami berkunjung saat hari raya ke rumahnya, bahkan memberikan kami sekantong kacang rebus dan sekantong kacang mentah, katanya “Untuk bekal di jalan pulang.”

Mampir ke Permandian Alam Dewi Lamsang

Kami kembali mengendarai motor menyusuri jalan pulang, melewati semua jalanan-jalanan ekstrim tadi. Setelah sampai di pertigaan Jalan Arung Kajuara, atau sekitar satu jam berkendara, kami memutuskan untuk makan siang di sebuah warung bakso tepat setelah pertigaan, sekaligus melepas penat selama berkendara.

Kami berenam berbincang santai setelah menghabiskan makanan masing-masing. 

“Setelah dari sini kita langsung balik ke Makassar atau bagaimana?” Tanya seorang teman. 

“Terserah saja. Tapi di sekitar sini juga ada banyak objek wisata. Bagaimana kalau kita mendatangi salah satunya sebelum pulang? Mumpung kita di sini.”  

Saya setuju-setuju saja. Saat itu waktu masih menunjukkan pukul tiga sore dan jarak Makassar dari lokasi kami sekarang sekitar satu setengah jam. Akhirnya setelah mencari dan menyeleksi beberapa wisata di sekitar, kami memutuskan untuk menutup jalan-jalan sehari ini dengan berkunjung ke Permandian Alam Dewi Lamsang yang terletak 2,5 km dari warung bakso tempat kami beristirahat, atau sekitar tujuh menit dengan berkendara. 

Permandian alam dewi lamsang
Permandian alam Dewi Lamsang/Nawa Jamil

Kami melintasi jalan-jalan kecil di dalam perkampungan warga untuk sampai ke Dewi Lamsang. Tidak butuh waktu lama, penanda jalan pertama sudah terlihat. Untuk para pengunjung yang hendak berkunjung ke sini, anda tidak perlu khawatir tersesat sebab rute menuju Dewi Lamsang dipenuhi banyak penanda jalan. Begitu sampai di gerbang permandian, kami membayar retribusi dana parkir sebesar Rp5.000 per motor. Permandian alam ini sudah dikelola oleh warga, dengan banyak bangunan gazebo, fasilitas tempat wisata, juga berbagai tenda-tenda yang menawarkan aneka kuliner.   

Keunikannya yakni tebing karst besar menjulang tepat di depan pengunjung. Kami berjalan melewati tenda-tenda yang menawarkan makanan, begitu pula dengan gazebo-gazebo yang mulai sepi. Permandian ini memiliki warna air biru kehijauan yang nampak segar. Saat kami tiba sore itu, masih banyak pengunjung khususnya anak-anak dan orangtua mereka yang menikmati berenang di pemandian alami itu. Sayang, saya melihat adanya masalah lingkungan khususnya kebersihan aliran sungai yang masih bersambung dengan permandian.

Mengingat hari sudah semakin sore, kami tidak terlalu lama di Dewi Lamsang, mungkin sekitar tiga puluh menit saja. Setelah cukup mengambil beberapa foto, kami pun langsung berkendara pulang setelah sempat singgah di salah satu SPBU di Pangkep yang menawarkan pemandangan pegunungan karst dan hamparan persawahan yang tidak akan pernah cukup untuk dinikmati. 


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu

The post Cerita dari Air Terjun Gollae dan Permandian Alam Dewi Lamsang appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/dari-air-terjun-gollae-dan-permandian-alam-dewi-lamsang/feed/ 0 30880
Mengunjungi Air Terjun Curug Sawer di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango https://telusuri.id/air-terjun-curug-sawer-taman-nasional-gunung-gede-pangrango/ https://telusuri.id/air-terjun-curug-sawer-taman-nasional-gunung-gede-pangrango/#comments Mon, 04 Oct 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=28767 Suka naik gunung, camping, atau menikmati guyuran air terjun? Kayanya tempat ini cocok bagi kamu deh! Curug Sawer merupakan air terjun yang terletak di Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat....

The post Mengunjungi Air Terjun Curug Sawer di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango appeared first on TelusuRI.

]]>
Suka naik gunung, camping, atau menikmati guyuran air terjun? Kayanya tempat ini cocok bagi kamu deh! Curug Sawer merupakan air terjun yang terletak di Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Curug ini merupakan salah satu wisata yang cukup terkenal karena suasananya yang asri dan sejuk, maka banyak stasiun televisi yang meliputnya. Selain itu, terdapat fasilitas untuk camping  baik secara individu ataupun kelompo.

Kawasan Curug Sawer juga merupakan salah satu area pendakian yang ditetapkan semenjak tahun 1980 dengan luas 21.975 hektar meliputi daerah Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Bila kamu berminat ke kawasan ini berikut hal-hal yang perlu kamu hadapi sebelum ke lokasi.

HTM Air Terjun Curug Sawer dan Situ Gunung Suspension Bridge

Kalau kamu ke sini, bisa borong wisata lho. Satu tiket masuk bisa digunakan untuk mengunjungi beberapa tempat sekaligus, termasuk ke wisata Curug Sawer. Berbicara tentang Curug Sawer, menurut masyarakat setempat, curug ini dulunya dianggap angker karena pernah dipakai sebagai tempat ritual. Ada pula yang bilang bahwa banyak hantu kawasan ini. Maka dari itu, warga setempat tidak berani ke curug tersebut.

Bukan tanpa sebab, ternyata masyarakat setempat berpikir demikian karena mereka meyakini legenda dibalik adanya curug ini. Dikisahkan, Curug Sawer bermula dari seorang yang dipercaya memiliki kesaktian tinggal di kaki gunung Ciremai, Kuningan Jawa Barat. Orang sakti ini seringkali melakukan ritual saweran di sekitar Sungai Cipada untuk mencari berkah. Bukan hanya itu, orang sakti ini juga melakukan pertapaan di daerah sekitaran air terjun hingga wafat.

Dari upacara yang sering dilakukannya inilah, nama Curug Sawer tercetus. Namun, ketika kamu bertanya kepada pengelola curug ini ternyata Curug Sawer diambil dari curahan air terjun yang mengalir sangat deras, sehingga cipratan dari air tersebut tersebar kemana mana atau dalam Bahasa Sunda (sawer).

Situgunung glamping/Riri Safitri

Bisa hiking dadakan, seperti tahu bulat!

Bagi kamu yang tidak suka olahraga atau nggak sempat melakukan aktivitas ini, perjalanan ke Curug Sawer akan sangat cocok. Untuk menuju ke sana, kamu harus berjalan kaki terlebih dulu. Melewati jalan setapak, agak terjal, dan naik turun. Jadi, meski kamu ke sini hanya untuk berfoto saja, pastikan untuk tidak salah kostum ya. Kenakan alas kaki yang ringan dan aman untuk dibawa jalan di atas medan yang cukup menantang.

Meski berjalan kaki cukup jauh, tapi tenang aja, suasana sepanjang perjalanan sangat menyenangkan. Penuh dengan tumbuhan hijau yang sangat menyegarkan.

Bertemu aneka ragam flora dan fauna

Selain menikmati pemandangan alam, kalau beruntung kita akan menemukan satwa yang hidup di kawasan ini. Menurut petugas, kurang lebih ada 250 spesies burung dan 100 jenis mamalia. Sebagian satwa ini bahkan bisa dibilang sudah langka, seperti owa Jawa, macan tutul, lutung surili, dan elang Jawa.

Curug Sawer/Riri Safitri

Dari camping, menyewa penginapan, hingga fasilitas pendukung lain

Kamu suka camping? Kalau iya, kawasan ini memfasilitasinya dengan cukup baik. Walaupun kamu tidak bawa tenda sendiri, kamu bisa menyewanya pada petugas. Atau bagi kamu ingin menyewa penginapan juga ada.

Di sini juga tersedia banyak warung. Mie rebus, aneka minuman, dan makanan lainnya dapat dengan mudah ditemukan. Kalau nggak bawa bekal, nggak perlu khawatir. Fasilitas pendukung lain juga termasuk lengkap. Ada musala, toilet umum, tong sampah, dan pusat informasi.

Tiba di lokasi hanya dalam 30 menit

Hal yang sudah kamu tunggu-tunggu telah tiba! Saatnya bermain air. Air terjun yang mempunyai tinggi kurang lebih 35 meter ini membentuk kubangan kolam dimana kedalamannya mencapai kurang lebih 10 meter. Namun, untuk alasan keamanan, pengunjung tidak diperbolehkan untuk berenang atau mandi dibawah air terjun ini. Walaupun begitu kamu masih bisa kok, bermain air di tepiannya yang membentuk sebuah sungai kecil. Segar sekali pokoknya!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Mengunjungi Air Terjun Curug Sawer di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/air-terjun-curug-sawer-taman-nasional-gunung-gede-pangrango/feed/ 1 28767
Wisata Bah di Bah-Biak, Sumatera Utara https://telusuri.id/wisata-bah-di-bah-biak-sumatera-utara/ https://telusuri.id/wisata-bah-di-bah-biak-sumatera-utara/#respond Wed, 14 Jul 2021 11:30:00 +0000 https://telusuri.id/?p=28688 Akhirnya libur semester tiba. Liburan ini kami gunakan untuk refreshing sekadar menenangkan pikiran dan jiwa. Sekian lama memikirkan tempat mana yang akan dikunjungi, akhirnya saya dan teman-teman memilih sepakat untuk pergi menikmati alam di tempat...

The post Wisata Bah di Bah-Biak, Sumatera Utara appeared first on TelusuRI.

]]>
Akhirnya libur semester tiba. Liburan ini kami gunakan untuk refreshing sekadar menenangkan pikiran dan jiwa. Sekian lama memikirkan tempat mana yang akan dikunjungi, akhirnya saya dan teman-teman memilih sepakat untuk pergi menikmati alam di tempat wisata terdekat dengan rumah kami. Kami pun pergi memilih tempat pemandian yang ada di Bah-Biak, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Alasan kami memilihnya selain karena dekat adalah tempat ini memiliki destinasi alam yang mampu memanjakan setiap mata pengunjung.

Tempat itu dikenal dengan Air Terjun Bah Biak, air terjun yang memiliki empat aliran jatuhnya air. Ada banyak jejak sejarah yang tertinggal di tempat itu. Mesin pompa air buatan Belanda untuk dialirkan ke rumah penduduk menjadi salah satu buktinya. Air yang langsung diperoleh dari akar pohon membuat tempat indah ini terlihat alami.

Mesin pemompa air buatan Belanda/Cici Silalahi

“Baik buruk itu selalu berdampingan” begitulah kata para warga sekitar jika mereka mendapati pengunjung yang mengeluh ketika hendak turun menuju air terjun. Ada 500 tangga yang harus dijalani untuk sampai ke bawah. “Menguras tenaga memang, itu buruknya tetapi baiknya adalah setiap 100 tangga terlewati, kita akan disuguhkan oleh keindahan alam yang sangat alami.” Begitulah ucap pemuda yang menjadi pemandu wisata tempat itu.

Pemandangan dari atas tangga dengan jumlah 300 anak tangga/Cici Silalahi

Ada banyak yang akan menyegarkan mata dan jiwa, dan didukung suasana hutan yang masih terlihat gelap semakin menambah keasriannya. Ketika tangga ke 200 dilewati, maka pengunjung akan disajikan oleh pemandangan hutan yang memiliki akar pohon berair. Artinya, dari akar pohon itulah sumber air yang akan jatuh menjadi air terjun wisata alam. Nah, sebelum mencapai tangga ketiga ratus, pengunjung akan kembali diperlihatkan oleh mesin pompa air buatan Belanda. Bentuknya yang unik dengan suara yang dihasilkan sangat meyakinkan para pengunjung untuk melihatnya.

Sebelum meninggalkan tangga-tangga ini, seharusnya pengunjung akan merasa kelelahan. Namun tidak pada akhirnya karena percikan air terjun menghilangkan rasa lelah dan membasahi kerongkongan yang kian terasa kering. Sesampainya di dasar, pengunjung akan menikmati suara jatuhnya air terjun dan kesegaran alam yang begitu luar biasa sensasinya.

Di depan air terjun terdapat pula sungai yang sangat jernih dan bersih hasil terusan mata air dari tempat tinggi sebelum daerah Bah ini. Banyak kebiasaan yang dilakukan para pengunjung maupun warga di tempat ini. Saya melihat ada banyak pondok yang didirikan tepat 25 meter dari depan air terjun. Pengunjung dapat menikmati pemandangan alam yang menyegarkan sambil bersantai ria di pondok milik warga. Harganya yang terjangkau dan makanan khas yang disajikan pun semakin mendukung jiwa travel yang meronta-ronta.

“Saya kagum dengan buatan Tuhan di tempat ini. Budaya yang berbeda-beda menjadi tim pengelola kebersihan, perancang, dan penjamin protokol kesehatan. Kekerabatan dan Kerjasama serta gotong royong masih sangat kental,” gumamku.

Sebagai warga yang berada di domisili sekitar destinasi ini, saya merasa bangga dengan sikap masyarakat yang sangat membudaya. Para warga yang sering melihat pengunjung dengan berbagai budaya tidak menjadi fanatik atau terkontaminasi. Salah satu teman saya yang turut mengambil bagian sebagai tim gugus COVID-19 mengarahkan saya untuk naik ke atas lewati tangga gelap. Ternyata ada jalan pintas yang bisa sampai ketempat yang dituju melalui melalui tangga gelap.

“Dekat sih, tapi gelap. Nggak ada yang bisa dilihat-lihat. Pantas saja warga sini berprinsip baik buruk itu selalu berdampingan,” ucap ku padanya.

Tangga gelap memberi pengajaran kepada siapa saja manusia yang mau berjuang dalam mencapai sesuatu. Saya menemukan dari tangga yang belum beraturan banyak tenaga yang harus terkuras. Namun untuk mendapatkan keinginan hati dan penyegaran jiwa, saya dan teman-teman  memilih untuk terus mendaki maupun menuruni tangga ini.

Air Terjun Bah Biak ini juga dikelilingi perkebunan teh milik perusahaan negara. Wisata ini ditutupi oleh bukit-bukit perkebunan sehingga menambah kesejukan alam yang masih sangat alami. Setiap pengunjung yang berasal dari berbagai daerah pasti akan mendapatkan sajian instan untuk menyegarkan pandangan. Bisa juga dikatakan sebagai “obat refreshing.”

Terdapat tim yang akan menyambut para pengunjung. Pengunjung akan membayar Rp10.000 untuk masuk ke daerah destinasi melalui tangga gelap. Alasannya untuk pembangunan tangga yang masih tanah dan akan licin jika hujan datang. Jadi dana yang diberikan pengunjung kepada pihak pemandu wisata sudah dialokasikan kepada pembangunan. Sebenarnya wisata ini sudah lama ingin dibuka hanya karena sebelumnya daerah ini dikelilingi lahan kopi masyarakat, sehingga masyarakat tidak akan mengira daerah ini dapat dijadikan tempat pencaharian.

Seiring berkembangnya zaman dan teknologi, banyak orang yang memiliki gawai melihat perkembangan wisata dan hal inilah yang menjadi pemicu masyarakat dan kepala daerah untuk memulai membuka dan mengembangkan tempat wisata walaupun di daerah terpencil. Menjadi kecil di tempat yang besar tidak masalah, asal tetap berusaha menyalakan pelita di tempat yang gelap dan cahaya itu sendiri yang akan memperkenalkan keistimewaannya. Demikianlah prinsip yang terus digunakan dalam budaya di daerah ini yang terdiri dari beberapa suku dan agama.

Jika hal kecil mampu memberikan peluang untuk menjadi sesuatu yang besar sekali pun proses yang dilakukan akan kontinu, mengapa kita harus memikirkan hal yang terlalu besar dengan proses yang belum kita ketahui bagaimana. Jika destinasi alam yang sederhana dapat menjadi sesuatu yang menghasilkan pembaharuan secara ekonomi, mengapa kita tidak terbuka untuk menjadi salah satu orang yang terlibat di dalamnya?

Wisata Bah di Bah-Biak memberikan tantangan kepada anak-anak muda untuk memikirkan hal-hal baru yang sederhana namun memberikan dampak yang besar bagi siapa saja yang menikmatinya. Salam kreatif anak muda yang senang mengembangkan ilmu dan wawasan dalam dirinya untuk negeri.

The post Wisata Bah di Bah-Biak, Sumatera Utara appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/wisata-bah-di-bah-biak-sumatera-utara/feed/ 0 28688
Coban Pelangi dan Kenangan Apik https://telusuri.id/coban-pelangi-dan-kenangan-apik/ https://telusuri.id/coban-pelangi-dan-kenangan-apik/#respond Tue, 11 May 2021 09:00:24 +0000 https://telusuri.id/?p=27939 Ketika berkunjung ke rumah seorang teman di daerah Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, saya dan dua orang teman sebenarnya tak memiliki rencana apa-apa. Hanya ingin sekadar sambang dan menumpang makan tidur dua hari semalam. Namun sang...

The post Coban Pelangi dan Kenangan Apik appeared first on TelusuRI.

]]>
Ketika berkunjung ke rumah seorang teman di daerah Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, saya dan dua orang teman sebenarnya tak memiliki rencana apa-apa. Hanya ingin sekadar sambang dan menumpang makan tidur dua hari semalam. Namun sang tuan rumah berinisiatif untuk mengajak kami ke salah satu air terjun terdekat yakni Coban Pelangi.

Katanya air terjun ini menjadi salah satu destinasi favorit selain Coban Rondo, Coban Talun, dan Coban Rais. Kami semua manut saja dengan sebuah tawaran yang dilontarkan. Air terjun yang dalam bahasa Jawa disebut coban ini, memiliki keunikan tersendiri. Apabila beruntung, kami akan menengok pelangi diantara gemercik air yang berhamburan. Karena itu, air terjun ini dikenal dengan nama Coban Pelangi.

“Semoga motornya kuat nanjak,” seru teman sekaligus pemilik rumah. Ya, kami menggunakan dua motor matic dengan masing-masing satu orang dibonceng. Segera kami mempersiapkan diri dan tidak lupa mengenakan jaket cukup tebal.

Perjalanan cukup menukik, benar saja kami harus menuju kepada ketinggian 1.400 mdpl. Selain melewati perumahan, kami juga berpapasan dengan deretan mobil Jeep di sepanjang jalan. Ternyata jalan yang kami lalui menjadi salah satu rute menuju Gunung Bromo. Tidak ketinggalan hutan rindang, perbukitan, dan jurang di kedua sisi jalan menemani perjalanan kami. Jalanan tak selalu mulus, ada tikungan tajam dan berkelok-kelok.

Coban Pelangi terletak di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Tepat pukul 11.00 WIB, kami telah tiba. Dengan harapan dapat menengok keindahan warna-warni cahaya pelangi saat matahari mulai aktif bekerja. Katanya muncul sekitar pukul 10.00 WIB hingga 14.00 WIB. Dengan bermodalkan tiket masuk sebesar Rp6 ribu per orang dan biaya parkir, yaitu lima ribu rupiah per motor. Kami bisa melenggang masuk menerobos gapura penyekat.

Jalur Perjalanan/Melynda Dwi Puspita

Kami melewati jalan setapak menurun membelah hutan sejauh kurang lebih 1,5 km. Kira-kira membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai ke air terjun. Cukup melelahkan memang, tetapi segala keindahan yang kami temui di sepanjang jalan lumayan membuat gairah tetap bergelora. Suasana sejuk cukup terasa, karena berbagai jenis pepohonan sangat bersemangat untuk berkembang. Suara burung berkicauan juga tidak luput dari indra pendengaran.

Tenda beragam warna juga nampak berdiri rapi diantara keheningan suasana hutan. Ada yang sedang melahap cemilan berbungkus plastik alumunium foil. Ataupun hanya memasrahkan diri terduduk di dalam tenda beralas terpal. Adapula yang terfokus melipat hamparan tenda roboh di atas tanah kecoklatan. Menandakan akhir dari perjalanan sebuah momen perkemahan.

Tidak banyak interaksi dan guyonan yang kami lontarkan di sepanjang perjalanan. Bukan hanya untuk menghemat tenaga yang tersisa. Namun juga karena rasa penat yang telah melanda.

Sesekali kami menghentikan langkah untuk mengabadikan momen terindah. Terlihat pula beberapa ekor kuda berjejer membentuk beberapa formasi. Kuda-kuda tersebut menjadi alternatif transportasi untuk bisa mencapai air terjun tanpa menguras energi. Dua sejoli yang asyik bersenda gurau di sebuah gubuk, seakan tidak ada lagi manusia selain mereka di dunia ini.

Jembatan Bambu/Melynda Dwi Puspita

Hingga tiba saatnya kami menemui jembatan bambu sederhana yang nampak kokoh. Banyak orang yang antre untuk sekadar mendapatkan beberapa foto terbaik. Kami enggan untuk mengekor menunggu jembatan menjadi kosong. Kami lebih memilih untuk melalui derasnya air sungai sembari mencoba mencicipi dinginnya air.Kami berusaha memilah dan memilih bebatuan yang nampak tak berlumut. Agar tidak terjadi sebuah insiden kemalangan. Ternyata, sungai tersebut tidak hanya menjadi sumber mata air warga sekitar namun juga menjadi arena rafting arung jeram para penggiat aktivitas petualangan.

Tidak ingin berlama-lama, kami menyudahi diri untuk segera bangkit melanjutkan perjalanan. Sudah banyak orang yang terlihat, hal ini menandakan air terjun semakin dekat. Kami percepat saja langkah kami walau letih telah memuncak. Suara air jatuh menghantam bebatuan sudah semakin jelas. Ingin rasanya segera membiarkan diri tergeletak tak berdaya terbawa air. Namun sayang, itu semua hanya impian tidak berdasar.

Aliran air/Melynda Dwi Puspita

Keberuntungan sedang tidak berpihak kepada kami, tidak ada tanda-tanda kemunculan gugusan cahaya pelangi. Tak mengapa, kami masih bisa mengamati air yang terus-menerus berguguran. Walau tak bisa menyentuhnya langsung karena terpisahkan oleh sebuah pagar bambu.

Berbagai jenis tumbuhan di sekitarnya tampak sumringah karena dialiri air yang tidak pernah surut. Riuh suara air benar-benar menyejukkan jiwa. Tak henti-hentinya bibir ini berucap syukur dan kagum atas salah satu keelokan ciptaan Tuhan. Sehingga tak ingin kami pergi meninggalkannya.

Berat rasanya raga ini untuk mengangkat kaki menjauhi air terjun. Bukan hanya karena keindahannya. Namun bayangan jalanan menanjak sejauh 1,5 km kembali harus kami lintasi.“Ayo rek, ndang mulih, maringene tak jak tuku bakso, sing terkenal enak ndek kene,” (ayo, cepat pulang, sebentar lagi aku ajak membeli bakso enak yang terkenal disini), sahut seorang teman berkerudung hijau. Membangkitkan semangat kami untuk lekas mengganjal perut.

The post Coban Pelangi dan Kenangan Apik appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/coban-pelangi-dan-kenangan-apik/feed/ 0 27939
Curug Malela, Niagara Mini di Jawa Barat https://telusuri.id/curug-malela-niagara-mini-di-jawa-barat/ https://telusuri.id/curug-malela-niagara-mini-di-jawa-barat/#respond Sat, 19 Dec 2020 08:44:29 +0000 https://telusuri.id/?p=25969 Curug Malela merupakan bagian dari aliran Sungai Cidadap yang mengalir di sela-sela batuan keras sisa-sisa gunung api purba.

The post Curug Malela, Niagara Mini di Jawa Barat appeared first on TelusuRI.

]]>
Semilir angin pegunungan berhembus membuat pucuk daun pepohonan menari-nari sewaktu kami bertiga sampai ke pelataran parkir kawasan Curug Malela, di Desa Cicadas, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat setelah menempuh perjalanan hampir empat jam dari Kota Bandung.

Suasana masih tampak lengang pagi menjelang siang hari itu. Setelah melepas lelah di sebuah warung sederhana, yang dikelola oleh salah seorang penduduk setempat, kami pun mulai melangkahkan kaki menyusuri jalan setapak yang menurun. Beberapa kali kami harus melangkah perlahan karena jalan yang kami lalui agak berlumpur dan menjadikan kondisi sedikit licin. 

Langit membiru. Tatkala berada pada ketinggian tertentu, kami melihat dengan jelas hamparan petak-petak sawah yang sangat khas. Dan nun jauh di bawah sana, terlihat aliran air terjun, yang menggoda kami untuk segera mendekatinya.

Saat tengah menuruni jalan setapak, kami sempat bertemu dengan sekelompok pesepeda yang sedang beristirahat. Mereka hendak pula menuju Curug Malela menggunakan sepeda jenis MTB. 

Setelah hampir empat puluh lima menit merayapi jalan menurun yang berkelok-kelok, akhirnya kami sampai juga ke areal Curug Malela. Beberapa muda-mudi tampak sedang asyik berfoto ria dengan latar belakang curug alias air terjun yang airnya tampak seputih kapas. 

Gunung Kendeng

Berdasarkan pada lokasi dan aliran airnya, Curug Malela merupakan bagian dari aliran Sungai Cidadap yang mengalir di sela-sela batuan keras sisa-sisa gunung api purba. Sumber airnya berasal dari kawasan Gunung Kendeng, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. 

Nama Malela kemungkinan besar diambil dari nama salah satu tokoh kerajaan di Tanah Pasundan yang hidup pada abad ke-14, yakni Prabu Resi Tajimalela. Konon, jasad Prabu Tajimalela dimakamkan di puncak sebuah bukit tidak jauh dari curug ini.

Curug Malela by DJOKO SUBINARTO

Curug Malela. Foto: Djoko Subinarto

Curug Malela memiliki ketinggian sekitar 60 meter dan lebar sekitar 70 meter. Struktur Curug Malela yang menyerupai struktur Air Terjun Niagara menjadikan Curug Malela kerap dijuluki sebagai Niagara mini. Ke arah hilir dari Curug Malela, kita bisa temui curug lain yaitu Curug Katumiri, Curug Manglid, Curug Ngebul, Curug Sumpel, Curug Palisir dan Curug Pameungpeuk.

Curug Malela merupakan salah satu air terjun terbesar di Jawa Barat dan menjadi salah satu program unggulan destinasi wisata di provinsi bermotto “Gemah Ripah Repeh Rapih” ini. Berada di Curug Malela, kami manfaatkan untuk berpose heboh-hebohnya. Kami bergiliran memotret dan dipotret. 

Puas berpose dan menikmati dari dekat keelokan Curug Malela, tiba waktunya kini kami harus kembali ke area parkir. Tentu saja, bagi kami yang tergolong remako (remaja kolot), lumayan berat rutenya lantaran terus menanjak. Namun, dengan modal semangat alon-alon waton kelakon, akhirnya sampai juga ke pelataran parkir.

Kami kemudian kembali melepas penat di warung tempat kami pertama kali beristirahat yang suasananya terlihat semakin ramai dipenuhi para pengunjung, baik yang hendak menuju Curug Malela maupun yang baru saja pulang dari Curug Malela.

Lokasi penyulingan by DJOKO SUBINARTO

Penyulingan minyak sereh wangi. Foto: Djoko Subinarto

Di saat kami tengah mengaso itu, salah seorang kenalan kawan kami, yang merupakan warga setempat, menawari kami untuk jalan-jalan ke Kampung Manglid, yang lokasinya tidak begitu jauh dari Curug Malela, untuk melihat proses pembuatan sereh wangi dan gula aren.

Karena hari belum begitu sore, tawaran itu pun langsung kami terima. Kami segera menuju tempat parkir dan kemudian ngacir menunggangi sepeda motor masing-masing menuju Kampung Manglid.

Yang pertama kami kunjungi adalah lokasi penyulingan minyak sereh. Di sini kami menyaksikan bagaimana sereh-sereh disuling sehingga menghasilkan minyak yang beraroma khas. Selama ini, minyak sereh dari Kampung Manglid dijual bukan hanya untuk memenuhi pasar domestik, tetapi juga untuk memenuhi pasar mancanegara.

Membuat gula aren by DJOKO SUBINARTO

Proses pembuatan gula aren. Foto: Djoko Subinarto

Selesai melihat-lihat penyulingan minyak sereh, kami melaju lagi ke lokasi lain untuk melihat proses pembuatan gula aren. Di sini, bukan saja kami bisa menyaksikan penduduk mengambil air nira dari pohon aren, tetapi juga sempat mencicipi langsung segar dan manisnya air nira.

Tidak itu saja. Kami pun sempat menyaksikan bagaimana air nira itu dimasak dalam wajan besar hingga mendidih sebelum dimasukkan ke dalam cetakan bambu untuk akhirnya menjadi gula aren.

Di ujung kunjungan, sembari pamitan kepada keluarga pembuat gula aren, kami sengaja membeli beberapa gandu gula aren sebagai oleh-oleh buat orang di rumah. Kami sempat ditawari untuk bermalam di rumah keluarga tersebut, namun tawaran itu kami tolak lantaran tidak membawa perlengkapan apa pun untuk menginap.

Diiringi tergelincirnya sang surya ke arah barat dengan sorot sinarnya yang keemasan, sepeda motor kami melaju beriringan ke arah timur untuk merayapi kembali jalan yang sebelumnya telah sempat kami lewati pagi hari.

Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Curug Malela, Niagara Mini di Jawa Barat appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/curug-malela-niagara-mini-di-jawa-barat/feed/ 0 25969
Singgah ke Air Terjun Banyumala, Wanagiri https://telusuri.id/singgah-ke-air-terjun-banyumala-wanagiri/ https://telusuri.id/singgah-ke-air-terjun-banyumala-wanagiri/#comments Wed, 09 Dec 2020 05:05:40 +0000 https://telusuri.id/?p=25773 Wanagiri adalah sebuah desa di Bali utara, tepatnya di kecamatan Sukasada, kabupaten Buleleng. Karena berada di daerah pegunungan, cuaca Wanagiri lebih sejuk. Di sini, juga banyak terdapat air terjun salah satunya Air terjun Banyumala atau...

The post Singgah ke Air Terjun Banyumala, Wanagiri appeared first on TelusuRI.

]]>
Wanagiri adalah sebuah desa di Bali utara, tepatnya di kecamatan Sukasada, kabupaten Buleleng. Karena berada di daerah pegunungan, cuaca Wanagiri lebih sejuk. Di sini, juga banyak terdapat air terjun salah satunya Air terjun Banyumala atau air terjun Kembar Banyumala (Banyumala Twin Waterfalls). Fakta menariknya adalah, Meskipun Wanagiri hanya desa kecil, namun jumlah wisatawan asing yang berkunjung lebih banyak daripada wisatawan lokal.

Jalan menuju air terjun Banyumala tidaklah sulit karena sudah teraspal rapi, mudah menjangkaunya dengan kendaraan. Namun, saya sarankan untuk tetap berhati-hati dan tidak ngebut selama berkendara, berhubung jalannya sempit dan curam.

Harga tiket masuk ke Banyumala sebetulnya sangatlah terjangkau, hanya Rp20.000 saja per orang. Tetapi, bila ingin menambah unsur petualangan yang memacu adrenalin, bermain swing (ayunan) dengan pemandangan hutan belantara dan sky bike (bersepeda di atas tali) bisa menjadi pilihan menarik dengan biaya tambahan sekitar Rp50.000.

Bahkan, kamu dapat mendekati air terjun dengan bermain flying fox selain berjalan kaki bila rela merogoh kocek Rp150.000. Terus terang saya tidak rela keluar uang ekstra. Apalagi, jangkauan flying fox sebetulnya hanya sampai di area loket untuk pembelian karcis, di mana selanjutnya saya tetap harus jalan kaki menuju air terjun. Sebagai catatan, posisi loket memang tidak langsung terlihat, baik di area parkir kendaraan maupun  permainan sky bike dan ayunan. 

Air Terjun Banyumala

Air terjun Banyumala/Nydia Susanto

Perjalanan menuju air terjun Banyumala

Saya memilih untuk sepenuhnya jalan kaki menyusuri jalan setapak berliku yang sudah diberi paving selama kurang lebih 30 menit untuk mencapai loket. Sesudah membayar tiket, saya menjumpai gerbang utama yang mengarah langsung ke objek utama dengan jalur yang lebih “dekat” ke alam karena masih berupa tanah.

Namun, pihak pengelola sudah membuatnya lebih mudah dan aman untuk dilalui sembari mempertahankan keindahan alam aslinya. Misalnya, permukaan tanah curam yang dibentuk tangga dengan penambahan railing dari batang pohon, jembatan bambu, dan jalan setapak yang ditanam batu atau ban bekas supaya tidak licin. Maka, Banyumala adalah pilihan tepat untuk kamu yang ingin menelusuri panorama alam dengan cara mudah.

Pemandangan penuh hijau-hijauan yang menyejukkan mata membuat saya menikmati setiap detik dari seluruh perjalanan yang ditempuh. Terlebih, kesegaran udaranya menambah energi dan semangat untuk melewati jalur-jalur menantang, mulai dari tanjakannya yang tinggi hingga yang licin. 

Sesampainya di air terjun, semua yang saya lalui terbayarkan. Menyaksikan pemandangan yang asri sambil mendengarkan suara gemuruh air terjun mampu menenangkan pikiran dan mengusir kejenuhan tinggal di kota besar yang penuh hutan beton. Nggak heran kalau Banyumala diminati wisatawan, di sini kita bisa berendam dan berenang karena selain arus airnya tidak deras, kondisi air terjunnya juga bersih dari sampah.

Kegiatan lain yang nggak kalah menyenangkan adalah duduk manis di atas tikar sambil menyantap bekal perjalanan. Kalau kamu suka berswafoto, cobalah mengambil gambar di jembatan bambu dengan latar belakang air terjun.

Air Terjun Banyumala

Toilet dan tempat ganti baju di air terjun Banyumala/Nydia Susanto

Air terjun Banyumala punya fasilitas cukup lengkap

Menurut pengamatan saya, fasilitas di kompleks air terjun Banyumala tergolong cukup lengkap dan nyaman. Toilet umum sederhana yang cukup bersih mudah ditemukan di sepanjang perjalanan. Ruang ganti baju juga banyak. Kamu pun nggak perlu khawatir kelaparan, karena di sini banyak pedagang yang menjual makanan dengan harga terjangkau dan ragam variasi menu. Ada nasi goreng seafood, ayam goreng dan sate ayam lontong hingga makanan barat, seperti chicken cordon bleu, pizza, dan spaghetti. Bahkan, fasilitas wi-fi gratis tersedia di salah satu restoran yakni, Palm Resto Bali. 

Untuk kamu yang akan berkunjung akhir tahun ini, ada hal-hal yang harus diantisipasi sebelumnya. Misalnya saja, waktu terbaik untuk kunjungan adalah pagi hari karena curah hujan di Wanagiri cukup tinggi setelah pukul 12 siang. Meski cuaca di sini cukup dingin, namun, tetap saja saya sarankan untuk menggunakan pakaian nyaman yang menyerap keringat bila beraktivitas dengan intensitas tinggi.

Air Terjun Banyumala

Restoran di air terjun Banyumala/Nydia Susanto

Gunakan pula alas kaki yang nyaman seperti sepatu olahraga atau sandal gunung supaya tidak mudah tergelincir. Jangan lupa untuk membawa jas hujan, baju renang, serta pakaian dan sandal cadangan bila ingin berenang atau berendam. 

Kalau punya waktu lebih, kamu juga bisa berkunjung ke perkebunan bunga emitirsalah satu jenis bunga yang banyak digunakan untuk persembahan sesajen umat Hindu di Bali. Aksesnya tak jauh dari gerbang  masuk ke Banyumala. 

Kunjungan ke Banyumala menyadarkan saya bahwa Bali tidaklah selalu identik dengan cuaca panas dan barisan pantai yang indah.

The post Singgah ke Air Terjun Banyumala, Wanagiri appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/singgah-ke-air-terjun-banyumala-wanagiri/feed/ 1 25773
5 Air Terjun “Instagrammable” Versi @beardpacker https://telusuri.id/5-air-terjun-instagrammable-versi-beardpacker/ https://telusuri.id/5-air-terjun-instagrammable-versi-beardpacker/#respond Sat, 09 Dec 2017 02:00:13 +0000 http://telusuri.id/?p=4344 Selain pantai dan gunung ada destinasi lain yang juga seru buat dikunjungin: air terjun. Nah, @beardpacker—yang jatuh hati sama air terjun sejak main ke Madakaripura—punya daftar air terjun instagrammable yang bakal memperindah feed Instagram kamu....

The post 5 Air Terjun “Instagrammable” Versi @beardpacker appeared first on TelusuRI.

]]>
Selain pantai dan gunung ada destinasi lain yang juga seru buat dikunjungin: air terjun. Nah, @beardpacker—yang jatuh hati sama air terjun sejak main ke Madakaripura—punya daftar air terjun instagrammable yang bakal memperindah feed Instagram kamu. Mana saja?

5. Sumber Pitu Pujon, Malang

air terjun instagrammable
Air Terjun Sumber Pitu Pujon via instagram.com/beardpacker

Meskipun debit airnya nggak terlalu besar—air terjun instagrammable satu ini cuma kayak kucuran doang—Sumber Pitu Pujon, Malang, lumayan spektakuler. Airnya terjun dari tempat yang lumayan tinggi. Untuk ke Sumber Pitu Pujon, kamu harus trekking dulu sekitar satu jam. Bikin pegel, sih. Kalau ke sini pas musim kemarau, kamu bakal dapat bonus debu yang mengepul! Tapi penderitaanmu dibayar lunas sama pemandangan sepanjang perjalanan. Ada dua air terjun lain yang bakal kamu temui di jalan, yaitu Sumber Telu dan Sumber Papat. Gimana? Siap buat trekking?

4. Cunca Rami, Labuan Bajo

air terjun instagrammable
Air Terjun Cunca Rami via instagram.com/beardpacker

Tahun 2016 kemarin, @beardpacker ke Labuan Bajo dan terkesan banget sama Air Terjun Cunca Rami. Soalnya, buat ke air terjun instagrammable itu butuh perjuangan berat. Waktu trekking lama, medan terjal dan berliku, hutan semua, pakai kehujanan pula. Tapi, setiba di sana, nggak ada orang lain di air terjun selain @beardpacker dan dua pemandu lokal. Pas @beardpacker mau pulang, seorang turis asing datang. Sebelum nyebur, sempet-sempetnya dia teriak: “MAN, THIS IS CRAZY!!! BEAUTIFUL WATERFALL!”

3. Curug Jenggala, Baturraden

air terjun instagrammable
Air Terjun (Curug) Jenggala via instagram.com/beardpacker

Baturraden punya banyak air terjun (curug dalam bahasa lokal), baik yang sudah terkelola maupun masih tersembunyi. Kamu bisa main air sampai klenger. Salah satu air terjun instagrammable di Baturraden menurut @beardpacker adalah Curug Jenggala. Air terjun ini sudah terkelola dengan baik, “wisatawan friendly.” Tapi, arus di sini cukup deras. Bahaya banget buat nyoba berenang ke pusaran air. Makanya pengunjung nggak dibolehin berenang di sini.

2. Leuwi Lieuk, Bogor

Air Terjun Instagrammable
Air Terjun Leuwi Lieuk via instagram.com/beardpacker

Soal air terjun, Bogor adalah saingannya Baturraden. Leuwi Lieuk, air terjun instagrammable yang namanya susah disebut ini, berada dalam kompleks Leuwi Hejo, tempat kamu bisa menemukan belasan curug. Curug paling atas bisa kamu capai setelah trekking dua jam! Serunya, curug-curug di sini bisa buat renang. Tips dari @beardpacker: ketenangan, kesegaran, dan kesyahduan air terjun ini bakal bisa dinikmati secara maksimal kalau kamu datang pas pagi, weekday, dan musim kemarau.

1. Tumpak Sewu, Lumajang

ais terjun instagrammable
Air Terjun Tumpak Sewu via instagram.com/beardpacker

Bagi @beardpacker, Tumpak Sewu adalah air terjun paling favorit. Air terjun instagrammable ini menawarkan semuanya pada para penikmat alam. Tapi mesti siap-siap; treknya bikin geleng-geleng kepala. Perjalanan ke Tumpak Sewu bakalan terasa seperti petualangan ke Jurassic Park, bikin kamu insecure sewaktu-waktu bakal dicaplok t-rex. Cuma…. rugi banget sih kalau nggak nyoba.

The post 5 Air Terjun “Instagrammable” Versi @beardpacker appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/5-air-terjun-instagrammable-versi-beardpacker/feed/ 0 4344