arborek dive shop Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/arborek-dive-shop/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Thu, 17 Dec 2020 02:52:53 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 arborek dive shop Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/arborek-dive-shop/ 32 32 135956295 Situasi di Arborek Tanpa Wisata, Mau Bikin Apa? https://telusuri.id/situasi-di-arborek-tanpa-wisata-mau-bikin-apa/ https://telusuri.id/situasi-di-arborek-tanpa-wisata-mau-bikin-apa/#respond Wed, 16 Dec 2020 09:44:45 +0000 https://telusuri.id/?p=25889 “Kam tra tau corona ka? Ada corona malah datang ke pulau. Mau bikin apa?” tanya seorang mama yang sedang membantu suaminya membersihkan kapal di pantai kepada rombongan Ekspedisi Raja Ampat yang berjalan di dermaga kayu...

The post Situasi di Arborek Tanpa Wisata, Mau Bikin Apa? appeared first on TelusuRI.

]]>
Kam tra tau corona ka? Ada corona malah datang ke pulau. Mau bikin apa?” tanya seorang mama yang sedang membantu suaminya membersihkan kapal di pantai kepada rombongan Ekspedisi Raja Ampat yang berjalan di dermaga kayu Pulau Arborek, kampung wisata di Raja Ampat yang menjadi salah satu tujuan para penyelam.

Dengan kikuk, kami pun bergegas ke balai desa yang berada tepat di depan Gereja Eben Haezer. Kalau saya perhatikan, sepanjang perjalanan dari dermaga menuju balai desa, tak ada papan informasi COVID-19.

Sesampainya di Balai Desa Arborek, kami disambut oleh beberapa orang. Mereka mempersilahkan untuk melaksanakan dua agenda yang telah direncanakan, yakni sosialisasi COVID-19 kepada pemilik/pengelola homestay, pemeriksaan kesehatan, dan pemberian dinding daun nipah kepada anggota asosiasi homestay.

Kampung wisata Arborek

Kampung wisata Arborek/Istimewa

Sebelum pandemi, Kampung Wisata Arborek cukup ramai oleh wisatawan, baik mereka yang hanya singgah ataupun menginap di penginapan-penginapan di pulau. Dulu,wisatawan asing yang lalu-lalang di jalan-jalan kecil Arborek adalah pemandangan lazim.

Ketika kami berada di Arborek, kampung itu terlihat sepi. Tak banyak aktivitas di sana. Alhasil, tak banyak pula yang datang ketika kegiatan pemeriksaan kesehatan dilakukan. Menurut Dokter Nanda, pasien yang diperiksa tidak sampai 20 orang. Padahal, di desa-desa sebelumnya jumlah pasien bisa mencapai 30 orang sampai-sampai kami mesti membatasi kuota. Namun, meskipun kegiatan pemeriksaan itu sepi, masyarakat tetap saja tertib melaksanakan protokol kesehatan. Mereka benar-benar menjaga jarak.

Ketika melakukan penyuluhan COVID-19 kepada pemilik/pengelola homestay yang tergabung dalam Perjampat (Perkumpulan Penggerak Usaha dan Penghidupan Masyarakat Asli raja Ampat), kami juga mendapati bahwa warga sudah cukup sadar mengenai pandemi COVID-19. Mereka bahkan tak segan-segan menolak kunjungan wisatawan, meskipun dulu pernah keluar anjuran dari pemerintah daerah untuk membuka kembali pariwisata Raja Ampat. 

Rasa-rasanya tidak berlebihan untuk menyebut bahwa Arborek sudah sadar tentang COVID-19. Sebelum tim ekspedisi datang untuk sosialisasi COVID-19, mereka sudah menjalankan protokol kesehatan secara mandiri.Kampung wisata Arborek

Kembali bercocok tanam

Menurut Naftali Mambrako, pemilik homestay Mawar, COVID-19 mengubah kondisi Arborek. Sebelum ini, hampir semua kegiatan yang mereka lakukan tak terpisahkan dari wisata. Bahkan, ketersediaan bahan makanan di kampung juga tergantung pada arus keluar-masuk wisatawan ke pulau. Jika hendak menjemput tamu, misalnya, mereka biasanya menyempatkan untuk membeli kebutuhan beras dan sayur di Sorong atau Waisai. Sejak bulan Februari, pariwisata tak lagi bisa menjadi sumber pendapatan utama. Homestay Mawar yang dahulu menjadi sumber pendapatan utama Naftali kini sepi.

“Kalau sudah begini, kami kembali lagi ke aktivitas sebelumnya, melaut dan berkebun,” ujar Naftali sambil menghela napas. 

Mereka berkebun di pulau seberang. Di sana, mereka menanam kasbi, betatas, dan sayuran. Karena jarak tempuh dari Arborek ke pulau seberang cukup jauh—perlu 20 liter bensin untuk perjalanan pulang-pergi—mereka membuat rumah-rumah sementara untuk ditinggali di sana dalam proses bercocok tanam.

“Pulau Arborek kecil dan berpasir, susah untuk menanam,” ungkap Naftali.Kampung wisata Arborek

Mama Regina Sauyai, salah seorang warga senior Arborek, merasa ia tak terlalu merasakan dampak COVID-19, khususnya terkait terhambatnya proses distribusi makanan.

Su biasa makan kasbi. Kasih ikan saja cukup,” ujarnya. Ia justru merasa kasihan pada anak-anak muda di pulau. Terbiasa menyantap beras dan makanan instan, mereka tentu perlu uang untuk mengisi perut.

Kenyataan bahwa masyarakat Arborek kembali berkebun dan melaut seperti sekarang, bagi Mama Regina, adalah bukti bahwa sebenarnya warga Arborek bisa hidup mandiri. Selama ini, kehidupan masyarakat Arborek seolah terlalu bergantung pada Sorong dan Waisai.


Pada September 2020, M. Syukron dari TelusuRI mengunjungi beberapa lokasi di Raja Ampat untuk melihat langsung dampak pandemi COVID-19 di wilayah tersebut dalam ekspedisi bersama EcoNusa. Tulisan ini merupakan bagian dari seri catatan perjalanan itu. Nantikan terus kelanjutannya di TelusuRI.id. 

The post Situasi di Arborek Tanpa Wisata, Mau Bikin Apa? appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/situasi-di-arborek-tanpa-wisata-mau-bikin-apa/feed/ 0 25889
Githa Anathasia: Memberdayakan Masyarakat Arborek untuk Pariwisata Berkelanjutan https://telusuri.id/githa-anathasia-memberdayakan-masyarakat-arborek-untuk-pariwisata-berkelanjutan/ https://telusuri.id/githa-anathasia-memberdayakan-masyarakat-arborek-untuk-pariwisata-berkelanjutan/#respond Thu, 12 Mar 2020 15:50:28 +0000 https://telusuri.id/?p=20111 Masih dalam rangka #TelusuRIHariPerempuan, kali ini TelusuRI ngobrol dengan seorang perempuan asli Jawa yang sekarang menetap di Arborek, Raja Ampat. Namanya Githa Anathasia. Ia adalah penggiat Kampung Wisata Arborek. Awalnya, Githa menjadi volunteer pada program...

The post Githa Anathasia: Memberdayakan Masyarakat Arborek untuk Pariwisata Berkelanjutan appeared first on TelusuRI.

]]>
Masih dalam rangka #TelusuRIHariPerempuan, kali ini TelusuRI ngobrol dengan seorang perempuan asli Jawa yang sekarang menetap di Arborek, Raja Ampat. Namanya Githa Anathasia. Ia adalah penggiat Kampung Wisata Arborek.

Awalnya, Githa menjadi volunteer pada program pengembangan destinasi wisata berbasis komunitas. Ia lalu memutuskan menjalankan program sendiri, mengembangkan pariwisata berkelanjutan di Arborek dan membuka Arborek Dive Shop bersama suaminya. Misinya sederhana, melakukan empowering terhadap masyarakat Arborek.

“Awalnya cuman mikir gimana caranya bisa empowering orang-orang di sini. Meski sudah jadi kawasan wisata, tapi potensinya harus terus digali. Waktu itu udah ada homestay, tapi belum yang kayak sekarang. Mereka masih kayak yang, ya ada tamu syukur, nggak juga nggak apa. Jadi semua serba apa adanya,” Gita bercerita.

Ia juga aktif sebagai CEO Kitong Bisa Learning Center Raja Ampat yang berfokus pada sustainable entrepreneurship. Di program ini, Githa mengajak masyarakat untuk tidak hanya fokus pada pendapatan, tetapi juga bisa bertanggung jawab terhadap bisnis, keluarga, dan lingkungan.

“Di Arborek Dive Shop, diving bukan sekedar diving doang,” jelas Gita. “Tapi ada edukasi-edukasi ke masyarakat misalnya kenapa kita harus melindungi pari manta dan apa alasannya. Kita juga sering kasih kelas-kelas edukasi ke masyarakat.”

Kalau dihitung-hitung, sudah sekitar 7 tahun Githa tinggal menetap di Arborek. Tentunya dampak dari program-program yang dijalankan Githa mulai memperlihatkan hasil. Dari situ, aktivitasnya mulai dapat penghargaan dari masyarakat dan orang sekitar, dan satu per satu penghargaan mulai datang. Tahun 2017, misalnya, ia mengantar dan men-support kampung Arborek jadi kampung terbersih tingkat provinsi se-Papua Barat. Katanya, “Kebayang nggak, sih, kampung kecil gini tiba-tiba menang se-provinsi pula. Gilak ‘kan?”.

Nah, yuk simak perbincangan TelusuRI dengan Githa lebih lanjut!

Jadi, Githa sudah memutuskan untuk tinggal dan membantu masyarakat Arborek?

Iya, memang pada awalnya ada yang bilang, “Ah elu tinggal di Arborek pasti gara-gara dapet duit kan?” Mungkin iya, pas baru beberapa bulan di sini. Tapi lama-lama setelah beberapa bulan, it’s not about money. Di sini, orang Jawa-nya kan sedikit, hanya ada dua orang. Nah, saya kepikiran untuk belajar banyak dari masyarakat asli supaya bisa hidup serba cukup, nggak lebih nggak kurang, jadi bener-bener cukup. Yang bikin aku senang ya bisa membantu sana sini, dan sekarang punya dive shop juga.

Salah satu program dari dive shop-ku yakni, mengajarkan bahasa Inggris kepada masyarakat, supaya ketika ada turis berkunjung, mereka sudah siap. Nggak cuman itu, ada juga training diving. Saya juga mengerjakan banyak project salah satunya dengan Kitong Bisa.

Di Kitong Bisa ini kita ada kelas satu minggu sekali dengan anak-anak. Nama kelasnya, Marine Conservation Entrepreneur. Di situ kita melatih dan empowering anak-anak masyarakat Arborek untuk jadi entrepreneur di masa depan untuk bidang kelautan dan konservasi.

Bentuk kelasnya dari kelas presentasi tentang manta yang selalu kita ulang-ulang, kita ajak mereka snorkeling untuk melihat manta, pengangkatan bintang laut berduri, kelas sampah, dan yang lainnya.

Apa, sih, makna pemberdayaan perempuan untuk Githa?

Ya bagaimana kita bisa saling support satu sama lain. Misalnya, nih, di sini ada ibu-ibu yang bikin Kapowen, tas yang mirip kayak Noken tapi dibuat dari pandan laut. Nah, kita support kasih masukan ke mereka terkait desain/modelnya sehingga ada inovasi, lalu support ke pemasarannya juga.

Apalagi di sini kan jauh dari kota, biasanya ada yang beli kalau pas ada tamu dateng aja. Nah, tapi kalau ada tamu dan mereka nggak beli, dari Arborek Dive Shop ngasih ke tamu-nya sebagai suvenir. Jadi kita tetep beli dari ibu-ibu ini, untuk kita kasih ke tamu. Jadi kayak program CSR-nya kita gitu.

Pada akhirnya, kerajinan kapowen ini tetep bisa jalan terus di sini.

Gimana pendapat Githa terkait dengan perempuan harus bisa menjadi leader?

Sangat penting untuk perempuan harus bisa menjadi seorang leader. Kalau dilihat profilnya, I am the only one di sini. Jadi pemimpin perempuan harus bisa sabar, banyak legowo, bekerja pakai hati tapi nggak boleh dibawa perasaan. Tetap disiplin, tegas, bisa ngasih contoh, dan cerewet itu juga jadi satu keharusan.

Menjadi leader nggak semata-mata hanya memimpin, menjadi leader juga harus bisa menjadi teman. Lebih banyak ngobrol supaya pekerjaan ini terorganisir dan terencana dengan baik. Sebagai leader, kita nggak bisa berada di depan mereka, tetapi harus bisa berjalan bersama-sama. Kalau mereka kerja, yang kita kerja. Kalau mereka capek, ya kita seharusnya lebih capek dari mereka. Susah senang harus bisa sama-sama.

Satu lagi, sih. Kalau perempuan menjadi leader itu harus bisa fleksibel, tapi nggak menganggap semua hal jadi gampang. Semua bisa dikerjakan, saya bisa bilang ya, tapi ada waktunya saya untuk bilang tidak.

Siapa, sih, role model kamu? Kenapa?

Perempuan yang dijadikan role model buat saya yakni Ibu Kartini dan Christina Martha Tiahahu. Kalau Christina Martha Tiahahu ‘kan memimpin perang, tapi yang perang adalah laki-laki sedangkan dia ada di garis depan. Sedangkan, Ibu Kartini, dengan kelembutan hatinya, dia bisa menjadi pelopor pendidikan dan dia seorang perempuan. Misinya sederhana: Ibu Kartini ingin perempuan nggak terbelakang secara pendidikan. Saya juga nggak pengen orang-orang yang ada di tempat saya terus terbelakang.

Pokoknya, mereka berdua itu buat saya itu “ini gue nih!”

Ada pesan untuk teman perempuan lain yang masih merasa takut untuk berkarya?

No, jangan takut untuk berkarya!

Satu, never give up. Jangan takut berkarya. Kedua, kita sebagai perempuan harus punya self confidence dalam arti … saya tau perempuan di luar sana merasa “Saya ini perempuan jadi gue harus di belakang.” Enggak. [ Dan sebenarnya] perempuan tidak harus [pula] di depan, tapi harus sejajar … Kalau punya ide, dicatet, bikin flowchart untuk gimana caranya bisa dieksekusi. Ide itu gampang, eksekusi-nya yang kadang susah. Dan kita sebagai perempuan juga harus bisa menemukan support system yang tepat untuk mencapai mimpi dan tujuan kita.


Dalam rangka Hari Perempuan Sedunia 8 Maret 2020, TelusuRI mempersembahkan #TelusuRIHariPerempuan, sebuah kampanye untuk menceritakan perempuan-perempuan inspiratif dari berbagai bidang yang berkarya dan memberikan inspirasi bagi masyarakat.

The post Githa Anathasia: Memberdayakan Masyarakat Arborek untuk Pariwisata Berkelanjutan appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/githa-anathasia-memberdayakan-masyarakat-arborek-untuk-pariwisata-berkelanjutan/feed/ 0 20111