barang bekas Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/barang-bekas/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Sun, 17 Nov 2024 08:12:56 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 barang bekas Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/barang-bekas/ 32 32 135956295 Menyusuri Lapak Pedagang Pasar Loak Jembatan Item Jakarta https://telusuri.id/menyusuri-lapak-pedagang-pasar-loak-jembatan-item-jakarta/ https://telusuri.id/menyusuri-lapak-pedagang-pasar-loak-jembatan-item-jakarta/#respond Wed, 20 Nov 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=43073 Kegiatan thrifting atau membeli barang bekas untuk digunakan kembali menjadi tren akhir-akhir ini. Kegiatan yang sudah banyak orang lakukan sejak lama, tetapi belakangan semakin ramai. Terutama di kalangan anak muda. Banyak yang berbondong-bondong mengubah lifestyle...

The post Menyusuri Lapak Pedagang Pasar Loak Jembatan Item Jakarta appeared first on TelusuRI.

]]>
Kegiatan thrifting atau membeli barang bekas untuk digunakan kembali menjadi tren akhir-akhir ini. Kegiatan yang sudah banyak orang lakukan sejak lama, tetapi belakangan semakin ramai. Terutama di kalangan anak muda. Banyak yang berbondong-bondong mengubah lifestyle dengan barang-barang bekas. Mulai dari pakaian, tas, sepatu, dan sandal.

Di Jakarta sendiri ada beberapa pasar barang bekas yang masyhur, seperti Pasar Ular (Jakarta Utara), Pasar Senen (Jakarta Pusat), Taman Puring dan Kebayoran (Jakarta Selatan), Pasar Tanah Abang (Jakarta Barat), dan Pasar Jembatan Item (Jakarta Timur). Meskipun sama menjual barang bekas, tapi setiap lokasi memiliki ciri khas masing-masing. Misalnya, Pasar Senen terkenal dengan pakaian-pakaian bekas, sedangkan Pasar Jembatan Item dicari sebagian besar warga Jakarta jika ingin mencari barang loak.

Di Pasar Loak Jembatan Item, dapat ditemukan berbagai jenis barang bekas atau disebut “palugada”, apa yang lu mau, gua ada. Mulai dari sepatu, tas, cincin, jam, ponsel, kaset, kamera, patung hias, piring, gelas, dan barang-barang lama yang antik.

Sekilas tentang Pasar Loak Jembatan Item

Tepat di dekat sebuah papan nama bertuliskan “Jl. Jatinegara Timur II”, saya menunggu kedatangan satu teman. Tiang ini tampak seperti baru terpasang beberapa hari atau minggu, karena warna dan tulisannya masih belum pudar. 

Kontras dengan nama di gapura, yang berada tepat di belakangnya, berukuran lebih besar persis di pintu masuk jalan. Selain karena tertutup dengan daun dan ranting pohon yang tumbuh di sampingnya, plang nama ini juga sudah penuh karat. Hanya kata “Item” yang terlihat lebih jelas dibanding kata lainnya. Namun, jika diperhatikan dengan saksama, tertulis “Pasar Loak Jembatan Item”.

Menurut cerita yang beredar, nama “Jembatan Item” berasal dari warna jembatan yang menghubungkan Kelurahan Rawa Bunga dengan Kelurahan Bali Mester di Jatinegara, Jakarta Timur. Sebelumnya, pasar loak ini berada di kawasan Jenderal Urip—tidak jauh dari lokasi sekarang. Pasar Loak Jembatan Item sudah dikenal sejak awal tahun 2000-an sebagai tempat mencari barang bekas atau barang antik dengan harga murah. 

Minggu pagi itu saya menemani teman saya yang berniat mencari barang-barang antik. Saat kami sampai di lokasi sekitar pukul 07.30, suasana pasar sudah sangat ramai. Ada yang tampak seperti kami, baru tiba, tetapi banyak pula pengunjung yang sudah menenteng kresek-kresek hasil buruan mereka dan berjalan menuju parkiran.

Utamanya, area pasar ini terdiri dari kios-kios pedagang yang berjejer di jalan sepanjang kurang lebih dua kilometer. Setiap hari pedagang menggelar dagangan mereka dari pukul 04.00 sampai sekitar pukul 11.00. Akan tetapi, ada pula para pedagang yang membuka operasional saat malam hari. 

Selain area utama, tidak sedikit pedagang yang menggelar lapak di trotoar, depan rumah atau warung yang belum buka, dan depan masjid. Pedagang di area tersebut lebih banyak menggelar dagangan di atas meja kecil atau spanduk bekas. Terlebih saat weekend atau hari libur, pedagang yang berjualan lebih banyak karena pengunjung akan lebih ramai dari biasanya.

Menyusuri Lapak Pedagang Pasar Loak Jembatan Item Jakarta
Lapak khusus buku-buku dan majalah bekas/Nita Chaerunisa

Sebuah Tips Pengunjung Pasar Loak Jembatan Item

Karena salah satu yang kami cari adalah jam tangan, maka kami selalu berusaha berhenti sejenak di lapak penjual yang memiliki dagangan tersebut. Tujuannya untuk melihat adakah jam tangan yang menarik.

Para pedagang tidak hanya menjual satu jenis barang, tetapi juga berbagai macam jenis barang di lapak mereka. Misalnya, dalam satu lapak ada mainan, perhiasan, dan alat elektronik. Maka, pembeli harus jeli melihat jenis barang incaran. Meskipun ada pula lapak yang menjual satu jenis barang saja.

Sebagai tips, jangan langsung gegabah saat ingin membeli suatu barang. Susuri pedagang-pedagang lain terlebih dahulu untuk mengetahui pilihan model atau membandingkan harga. Untung-untung dapat barang serupa dengan harga yang lebih murah. Namun, jika tidak menemukannya, segera kembali ke lapak awal supaya tidak cepat dibeli orang. Namanya saja barang bekas, pasti limited edition dan bisa disebut beruntung jika menemukan barang yang sama jenis sampai modelnya.

Seperti teman saya, yang tertarik dengan salah satu jam tangan di sebuah lapak. Namun, karena tidak ingin tergesa-gesa, kami berkeliling mengunjungi lapak-lapak lain. Setelah merasa tidak ada yang cocok di lapak lain, kami kembali ke lapak awal dan menawar barang incaran teman saya tersebut.

Saat itu sedang ada dua anak muda yang juga hendak membeli sebuah jam tangan. Terjadi tawar-menawar dengan pedagang, begitu pun yang kami lakukan. Kami berhasil mendapatkan jam tangan incaran dengan harga Rp75.000, dari harga awal Rp125.000. Mungkin bisa mendapat harga lebih murah jika bisa menawar lebih baik.

Ketika kami bergegas pergi, datang seorang perempuan yang sepertinya juga menaksir sebuah jam tangan di lapak tersebut. Padahal lapak tersebut lebih banyak menjual koleksi mobil mainan daripada jam tangan yang diletakkan di sudut bersama dengan aksesoris tangan dan beberapa kamera analog.

Menyusuri Lapak Pedagang Pasar Loak Jembatan Item Jakarta
Koleksi arloji bekas di antara dominasi mobil mainan/Nita Chaerunisa

Sama halnya dengan saya yang membeli sebuah gantungan kunci berisi mutiara berwarna merah. Letaknya di sebuah lapak hiasan rumah, kacamata, dan gelang. Saya sempat menemukan gantungan yang serupa di lapak lain, tetapi tidak sama persis. Sependek ingatan saya, hanya ada satu gantungan kunci di lapak tersebut—yang akhirnya saya beli.

Kami juga berhasil mendapatkan cincin, mobil mainan, dan lego. Untuk mainan lego, kami mendapatkannya bukan di lapak barang-barang bekas, melainkan pedagang yang menjual banyak mainan yang masih tersimpan dalam boks. Seperti mainan baru karena masih terbungkus rapi dalam kardus. Saya tidak paham apakah ini barang baru yang tidak layak jual di toko sehingga harga lebih murah, atau barang produksi yang sudah tertimbun lama. Entahlah. Namun, menurut saya mainan lego yang kami beli masih terbilang bagus dengan harga Rp10.000.

Dapat disimpulkan lapak-lapak di Pasar Loak Jembatan Item Jatinegara memang sangat beragam. Meskipun dominan penjual barang bekas, sedangkan penjual barang antik sudah jarang ditemukan. Pengunjung di sini pun beragam dari berbagai kalangan. Ada yang memang datang sebagai pemburu barang bekas dengan harga terjangkau, kolektor barang antik atau jenis barang tertentu, pengepul barang untuk dijual kembali, atau mungkin ada juga yang datang hanya ingin melihat-lihat.

Lokasi Pasar Loak Jembatan Item terbilang strategis. Berada di wilayah Jatinegara, pengunjung dapat memilih berbagai moda transportasi ke sini. Jika naik KRL Commuter Line, pengunjung turun di Stasiun Jatinegara, lalu berjalan sejauh satu kilometer. Jika naik Transjakarta, dapat turun di beberapa halte terdekat, seperti halte RS Premier Jatinegara dan Jatinegara Timur. Bisa juga dengan angkutan umum dan turun di Terminal Kampung Melayu. Bagi pengunjung yang ingin membawa kendaraan pribadi, sangat disarankan membawa motor saja karena parkir lebih mudah di sekitar pasar.

Pengunjung tidak perlu khawatir jika merasa haus atau lapar, karena banyak penjual makanan dan minuman di setiap sudut pasar. Seperti es selendang mayang yang sempat kami beli. Es selendang mayang merupakan salah satu minuman khas Betawi. Penjual es selendang mayang yang kami beli tepat berada di tengah pasar, di antara lapak para pedagang barang bekas.

Menyusuri Lapak Pedagang Pasar Loak Jembatan Item Jakarta
Lapak barang bekas yang menempati trotoar pejalan kaki/Nita Chaerunisa

Perlu Peran Pemerintah

Keberadaan Pasar Loak Jembatan Item sebenarnya sangat bagus sebagai salah satu cara menjaga lingkungan. Barang yang sebelumnya dianggap sudah tidak berguna, berubah di tangan orang lain yang menganggap barang tersebut masih memiliki nilai. Jadi, barang tersebut tidak terbuang sia-sia dan bisa saja merusak lingkungan. 

Meskipun secara ruang dan interaksi yang terbangun tampak seperti pasar informal, tetapi menurut saya pemerintah setempat harus memiliki andil. Kehidupan pasar sering kali mengganggu akses jalan utama maupun trotoar jalan. Bahkan bagi pengunjung seperti kami saja kurang nyaman dalam berbelanja, apalagi masyarakat umum yang tengah melintas area pasar. 

Pasar Loak Jembatan Item sudah ada sejak lama dan kini semakin berkembang. Alangkah baiknya pemerintah bertindak konkret agar pasar ini tertata, tetapi tetap mempertahankan ciri khasnya.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menyusuri Lapak Pedagang Pasar Loak Jembatan Item Jakarta appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menyusuri-lapak-pedagang-pasar-loak-jembatan-item-jakarta/feed/ 0 43073
Rekomendasi Barang Bekas di Pasar Senthir Yogyakarta https://telusuri.id/rekomendasi-barang-bekas-di-pasar-senthir-yogyakarta/ https://telusuri.id/rekomendasi-barang-bekas-di-pasar-senthir-yogyakarta/#respond Mon, 06 May 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=41828 Joko Pinurbo pernah bilang, “Jogja terbuat dari rindu, pulang dan, angkringan.” Ucapan Pak Joko bak sihir yang menarik wisatawan untuk berkunjung (kembali) ke Jogja. Alasannya, karena banyaknya tempat wisata, tak ayal Jogja dijuluki sebagai “kota...

The post Rekomendasi Barang Bekas di Pasar Senthir Yogyakarta appeared first on TelusuRI.

]]>
Joko Pinurbo pernah bilang, “Jogja terbuat dari rindu, pulang dan, angkringan.” Ucapan Pak Joko bak sihir yang menarik wisatawan untuk berkunjung (kembali) ke Jogja. Alasannya, karena banyaknya tempat wisata, tak ayal Jogja dijuluki sebagai “kota wisata”.

Biasanya, Malioboro jadi pilihan utama. Pilihan kedua dan ketiganya, tentu jatuh pada Kraton Jogja dan tugu pal putih alias tugu Jogja. Sebab, tempat-tempat tersebut merepresentasikan sisi romantis, berbudaya dan keberagaman di Yogyakarta. 

Namun, tahukah Anda, masih banyak tempat wisata tersembunyi yang jarang diketahui orang?

Tempat itu adalah Pasar Senthir. Sebuah pasar yang tak biasa. Pasar ini menawarkan aneka barang bekas atau klithikan yang berasal dari berbagai penjuru dunia. Pasar Senthir berlokasi di dekat Taman Budaya Yogyakarta, hanya sepelemparan batu dari Pasar Beringharjo.

Pasar Senthir biasanya banyak dikunjungi oleh mahasiswa dan warga lokal. Mereka datang malam hari sekitar pukul enam sore—saat pasar mulai buka—dan pulang ketika pukul sepuluh malam ketika pedagang sudah mulai memberesi dagangnya. 

Pasar ini menjual berbagai barang bekas yang masih berfungsi elok. Tak hanya beragam barang bekas, jika beruntung, pengunjung juga bisa menemukan barang bermerek dengan kualitas kelas dunia. Barang-barang unik yang tak terduga pun bisa didapatkan di sana. Berikut daftar barang yang bisa Anda cari di Pasar Senthir.

1. Buku dan Majalah Bekas

Rekomendasi Barang Bekas di Pasar Senthir Yogyakarta
Lapak dagangan yang menjual buku dan majalah bekas/Aldino Jalu Seto

Jika kebanyakan pasar menjual hasil bumi, seperti sayur-mayur, di Senthir Anda tidak akan menemukannya. Anda malah lebih mudah menemukan penjual buku sejauh mata memandang. 

Rata rata penjual di sini menjual buku di lapaknya sendiri. Buku-buku yang mereka jual adalah buku bekas yang masih terbilang bagus. Genrenya pun beragam, seperti sastra, komik, politik, hukum, buku pelajaran sampai sejarah kerajaan dan dunia. Salah satu novel bagus dan masih asli yang pernah saya temui di Pasar Senthir yaitu Sampar karya Albert Camus. Karena bekas, buku tersebut dihargai kurang dari Rp50.000.

2. Kamera Bekas

Rekomendasi Barang Bekas di Pasar Senthir Yogyakarta
Kamera analog yang dijual di Pasar Senthir/Aldino Jalu Seto

Di pasar ini, tidak semua kamera yang dijual sudah rusak atau tak layak pakai. Masih banyak barang, yang walaupun bekas, kualitasnya tetap teruji. 

Kebanyakan kamera di sini bermerek Fujifilm. Kamera tersebut berjenis analog. Pemakaiannya menggunakan rol film yang harus dipasang terlebih dahulu sebelum mengambil gambar. Hasil jepretan dari kamera ini cukup bagus, efeknya mengingatkan dengan suasana foto tempo dulu. Tak terlalu mahal, harga dari kamera analog ini hanya berkisar kurang lebih 50.000–200.000 ribu rupiah.

Selain Fujifilm, kamera berjenis Sony keluaran lama pun banyak ditawarkan. Harga kamera digitalnya sekitar 500 ribu–1 juta rupiah. Saya sarankan, sebelum membelinya Anda bisa mengecek secara keseluruhan fitur dan tools dalam kamera tersebut. Setelah dirasa cocok, jangan ragu untuk menawar harga kepada penjual, Ini juga berlaku untuk membeli barang-barang yang lain.

3. Pakaian Bekas

Hampir segala jenis pakaian dan aksesoris bekas dijajakan di Pasar Senthir. Mulai dari pakaian untuk tubuh bagian atas, seperti baju, jaket, topi, kalung, sampai jam tangan. Kemudian jenis pakaian bagian bawah meliputi celana hingga sepatu.

Di Pasar Senthir, pakaian adalah barang paling dicari oleh para pengunjung. Hal ini dikarenakan pakaian, utamanya  baju, celana, dan sepatu, biasanya berasal dari barang impor bermerek dunia macam Adidas atau Nike. Merek-merek tersebut banyak ditemui di lapak-lapak yang sudah disortir barangnya. Harga yang ditawarkan oleh penjual yang relatif berbeda-beda, tergantung merek, kualitas, serta kondisi barang tersebut. Untuk mendapatkan harga yang murah, kuncinya tetap sama: menawar.

Rekomendasi Barang Bekas di Pasar Senthir Yogyakarta
Salah satu lapak penjual sepatu bekas/Aldino Jalu Seto

Pedagang yang memiliki barang bagus tidak selalu berada pada lapak yang sudah disortir barangnya. Biasanya terdapat pula lapak yang baju dan celananya tanpa ditata, atau kadang pakaian bekas yang belum dicuci. Pembeli harus mencari sendiri pakaian yang ia inginkan dalam tumpukan pakaian sembari berebut dengan pembeli lain. Cara semacam ini dikenal dengan nama awul-awulan.  

Setahu saya, nama awul-awul sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya berantakan. Kata awul-awul biasa saya dengar ketika baju di lemari yang semula sudah tertata rapi, berubah menjadi berantakan. Hal ini disebabkan karena saat mencari baju yang diinginkan, kita harus mengobrak-abrik semua baju yang ada di lemari. Lantas ibu saya memarahi saya menggunakan kata itu.

Golek klambi siji wae ndadak diawul-awul kabeh (mencari baju satu aja harus dibuat berantakan semua [bajunya],” ujar ibu saya.

Jika di lapak yang sudah disortir harganya masih lumayan tinggi, di lawak awul-awulan ini tentu harganya jauh lebih murah. Kualitas barangnya menggambarkan harganya, tetapi tidak menutup kemungkinan terdapat harta karun dalam gunungan pakaian tersebut.

4. Arsip Foto, Kartu Pos, dan Mainan Anak

  • Rekomendasi Barang Bekas di Pasar Senthir Yogyakarta
  • Rekomendasi Barang Bekas di Pasar Senthir Yogyakarta
  • Rekomendasi Barang Bekas di Pasar Senthir Yogyakarta

Tak lengkap rasanya jika berkunjung ke Pasar Senthir tanpa melihat koleksi foto yang dijual para pedagang. Koleksinya sangat beragam, tak hanya terbatas pada tema tertentu. Para pedagang mendapatkan foto-foto ini dari pedagang foto lain juga. Biasanya mereka mencari foto yang banyak disukai oleh pengunjung.

Di salah satu lapak saya menemukan kartu pos bergambar pesawat. Bagian belakangnya bertuliskan sebuah pesan yang bernada romantis. Kartu pos itu sepertinya milik sepasang kekasih yang sedang menjalani hubungan jarak jauh. Harga kartu pos tersebut Rp5.000.

Koleksi lain yang saya temukan adalah sebuah buku berisi arsip foto penjajahan di masa Jepang. Buku tersebut berisi foto-foto yang menunjukan kekejaman kolonial Jepang saat menduduki Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Terlihat salah satu foto masyarakat Hindia Belanda yang ditembak mati di jalan.

5. Piala Bekas

Rekomendasi Barang Bekas di Pasar Senthir Yogyakarta
Piala bekas yang dijual salah satu pedagang/Aldino Jalu Seto

Umumnya pasar tradisional akan menjual berbagai macam bahan pangan atau sentra industri rumahan yang tentu saja baru. Namun, Pasar Senthir justru menghadirkan hal tak biasa. Sesuatu yang unik karena tak dapat ditemui di pasar pasar pada umumnya,

Contohnya, piala juara buatan tahun 1975 ini. Meski tak diketahui pasti apa fungsinya, tetapi barang tersebut masih layak guna untuk dijual.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Rekomendasi Barang Bekas di Pasar Senthir Yogyakarta appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/rekomendasi-barang-bekas-di-pasar-senthir-yogyakarta/feed/ 0 41828
Astana Anyar Bandung, Sentra Barang Bekas di Kota Kembang https://telusuri.id/astana-anyar-bandung-sentra-barang-bekas-di-kota-kembang/ https://telusuri.id/astana-anyar-bandung-sentra-barang-bekas-di-kota-kembang/#respond Tue, 25 Apr 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=38433 Di sela-sela deru mesin kendaraan bermotor, dengan penuh antusias dan semangat, tampak lelaki tua bertopi hitam berbicara kepada pria lain yang sama sepuhnya, Minggu pagi (16/4/2023), di kawasan Jalan Astana Anyar, Kota Bandung. “Lieur mikiran...

The post Astana Anyar Bandung, Sentra Barang Bekas di Kota Kembang appeared first on TelusuRI.

]]>
Di sela-sela deru mesin kendaraan bermotor, dengan penuh antusias dan semangat, tampak lelaki tua bertopi hitam berbicara kepada pria lain yang sama sepuhnya, Minggu pagi (16/4/2023), di kawasan Jalan Astana Anyar, Kota Bandung.

Lieur mikiran Persib mah. Maen terakhir kalah eleh deui. Geus nyaho back lawan jarangkung, hayoh we maen pepelentungan (Pusing mikirin Persib. Main terakhir malah kalah lagi. Sudah tahu back lawan berpostur tinggi, terus saja main dengan bola-bola lambung),” katanya kesal dan geregetan.

Mereka sedang membahas permainan Persib melawan Persikabo (15/4/2023), yang sekaligus menjadi laga pamungkas Persib di Liga 1 musim ini. Persib kalah telak dengan skor 1-4. Sebagian Bobotoh, suporter pendukung tuan rumah yang hadir di stadion pun marah. Suar meledak. Beberapa di antaranya menyerbu lapangan usai peluit akhir berbunyi.

Kedua orang itu termasuk di antara para pedagang kaki lima (PKL) yang mangkal di Jalan Astana Anyar. Sembari menunggu pembeli mendatangi jongkonya, kekalahan Persib jadi bahan obrolan pengisi waktu mereka.

Suasana Jalan Astana Anyar di Kota Bandung
Suasana Jalan Astana Anyar di Kota Bandung/Djoko Subinarto

Rute ke Astana Anyar Melalui Jalan Inggit Garnasih

Jalan Astana Anyar berada tak jauh dari Monumen Bandung Lautan Api dan Taman Tegallega. Di sepanjang jalan tersebut, kita dapat menjumpai para pedagang kaki lima. Sebagian besar menjual barang-barang bekas.

Salah satu akses untuk menuju Astana Anyar adalah melalui Jalan Inggit Garnasih (dulu bernama Ciateul).  Alasan penggantian tersebut adalah karena di jalan ini berdiri rumah yang jadi tempat tinggal Inggit Garnasih dan Bung Karno, yang ditempati sejak tahun 1926 sampai dengan pertengahan 1934.

Dari arah timur, rumah Inggit Garnasih berada di sisi kiri jalan. Dindingnya bercat putih dengan kusen pintu dan jendela berwarna coklat. Kini pemerintah menetapkan bangunan bersejarah itu sebagai bangunan cagar budaya.

Rumah tersebut dianggap memiliki nilai historis tinggi dan andil sangat besar bagi perjuangan Bung Karno membangun republik. Ketika Bung Karno harus mendekam di penjara Banceuy dan Sukamiskin, dari rumah itulah Inggit Garnasih berjuang sendirian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan suaminya. Ia mengerjakan apa pun, seperti menjahit baju, menjual pakaian perempuan, bedak, rokok, sabun, hingga cangkul.

Rumah Inggit Garnasih
Seorang warga melewati depan rumah Inggit Garnasih/Djoko Subinarto

Tatkala saya melewati rumah Inggit Garnasih, beberapa sepeda motor tengah terparkir di depannya. Persis di halaman rumah, berdiri sebuah tiang bendera lengkap dengan sang dwi warna di pucuknya.

Adapun kata ateul sendiri dalam bahasa Sunda bermakna gatal. Jadi, secara harfiah Ciaetul berarti air yang gatal. Adapun Astana Anyar bermakna pemakaman baru. Konon, penamaan Astana Anyar muncul setelah pemerintah Belanda memutuskan membuat kompleks pemakaman baru untuk kaum pribumi di kawasan ini.

Pusat Penjualan Barang Bekas Buruan Kolektor

Saya berjalan beberapa langkah ke arah barat dari rumah Inggit Garnasih. Di ujung jalan yang memasuki kawasan Astana Anyar, terlihat salah satu pedagang barang-barang bekas menggelar dagangannya di bahu jalan. Tanpa tenda.

Di atas terpal, ia menggeletakkan barang-barang jualannya. Ada kompor gas, sepatu, jok motor, knalpot, rantang stainless, blender, headphone, helm, amplifier, boneka anak, hingga traffic cone.

Album kaset lawas
Album kaset lawas, salah satu buruan utama para kolektor/Djoko Subinarto

Bergerak sedikit ke selatan, saya melihat dua pria sedang memelototi kaset-kaset bekas yang tersimpan di dalam beberapa kotak kayu dan plastik. Para kolektor album kaset lawas memang kerap menjadikan kawasan Astana Anyar—selain Cihapit—sebagai area berburu. Jika sedang beruntung, mereka bisa saja mendapatkan koleksi album kaset langka dari penyanyi atau grup band tertentu, baik domestik maupun mancanegara.

Dahulu, sekitar pertengahan tahun 1990-an, hampir setiap akhir pekan saya menyambangi Astana Anyar hanya untuk membeli sejumlah kaset musik jazz. Saat itu ada salah seorang penjual kaset yang mangkal di pojokan Astana Anyar. Ia menjual khusus kaset-kaset jazz dalam kondisi NOS (new old stock).

Kaset-kaset itu diperoleh dari pemilik toko kaset yang terpaksa gulung tikar setelah kalah main judi. Akibatnya, ia terpaksa melelang semua kaset di tokonya. Dari tangan penjual kaset itulah saya memperoleh rekaman album-album jazz dari sejumlah musisi kenamaan. Sebut saja Miles Davis, Art Blakey, Dizzy Gillespie, Jimmy Smith, Woody Herman, Stan Getz, Max Roach, Thelonious Monk, Sonny Rollins, Paul Desmond sampai dengan John Coltrane.  

Jongko pedagang barang bekas Astana Anyar
Beberapa bentuk jongko atau kios milik pedagang barang bekas di Astana Anyar/Djoko Subinarto

Koleksi Barang Bekas untuk Menghindari Sampah

Hingga sekarang, boleh dibilang Astana Anyar masih menjadi rujukan utama para pencari barang-barang bekas. Tidak hanya album musik lawas. Barang bekas apa pun, seperti onderdil sepeda, motor, dan lain-lain dapat dengan mudah kita dapatkan di sini.

Tidak usah khawatir kalaupun barang yang kita cari masih belum tersedia. Titipkan saja nomor kontak kepada sejumlah penjual. Saat barang yang dicari sudah ada, ia akan segera menghubungi balik.

Bagi mereka yang memiliki banyak barang dan sudah tak terpakai, Astana Anyar bisa menjadi opsi terbaik. Daripada barang yang nganggur itu terbuang percuma, menjadi sampah dan mencemari lingkungan.

Akan lebih baik jika kita menawarkan atau menghibahkan ke pedagang di Astana Anyar. Barang-barang bekas masih tetap bernilai dan mampu bermanfaat bagi orang lain.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Astana Anyar Bandung, Sentra Barang Bekas di Kota Kembang appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/astana-anyar-bandung-sentra-barang-bekas-di-kota-kembang/feed/ 0 38433