bondowoso Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/bondowoso/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Tue, 20 May 2025 14:06:49 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 bondowoso Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/bondowoso/ 32 32 135956295 Secuil Cerita Perjalanan dari Kawah Wurung https://telusuri.id/secuil-cerita-perjalanan-dari-kawah-wurung/ https://telusuri.id/secuil-cerita-perjalanan-dari-kawah-wurung/#respond Fri, 16 May 2025 03:12:00 +0000 https://telusuri.id/?p=47057 Berawal dari kebiasaan saling mengirim video-video perjalanan di media sosial, memantik keinginan saya dan Trisna, sahabat saya, untuk bermain kembali setelah bertahun-tahun terkungkung aktivitas yang monoton. Malam itu, dengan diskusi singkat pilihan kami mengerucut ke...

The post Secuil Cerita Perjalanan dari Kawah Wurung appeared first on TelusuRI.

]]>
Berawal dari kebiasaan saling mengirim video-video perjalanan di media sosial, memantik keinginan saya dan Trisna, sahabat saya, untuk bermain kembali setelah bertahun-tahun terkungkung aktivitas yang monoton. Malam itu, dengan diskusi singkat pilihan kami mengerucut ke Kawah Wurung. Kami berencana tidak hanya menikmati pemandangannya dari pos, tapi menyusuri jalan setapak yang masih belum jelas penanda arahnya menuju ceruk kawah. Tempat sapi-sapi dilepas dan dibebaskan di rimbunnya rerumputan. Kami akan berkemah semalam di sana. 

Kawah Wurung memberi hamparan sabana dikelilingi bukit-bukit mungil. Di sekitar Kawah Wurung juga menyimpan banyak pemandangan yang tak kalah memukau. Sejalur dengan Kawah Ijen, Kawah Ilalang, Kawah Hapera, dan Bukit Jabal Kirmit, membuat wisatawan bisa berkunjung ke pelbagai wisata alam dalam sekali jalan.

Kami memilih Kawah Wurung untuk menghindari keramaian dan bau belerang, khususnya dari Kawah Ijen. Menurut kami, ini sangat sesuai untuk seseorang yang mendamba sunyi.

Secuil Cerita Perjalanan dari Kawah Wurung
Pemandangan alam berupa sabana dan asap belerang Kawah Ijen saat perjalanan ke Kawah Wurung/Kriselda Dwi Ghisela

Tekad di Awal Perjalanan

Kami bertekad menjelajahi sisi lain dari wajah Kawah Wurung dan berkemah semalam di ceruk sabananya. Sebelumnya, saya sempat berkunjung ke Kawah Wurung bersama teman-teman lain dan hanya berhenti di posnya. Jika parkir di pos, kami hanya mendapatkan pemandangan Kawah Wurung saja. Sebab, terdapat jurang curam yang memisahkan antara pos dan Kawah Wurung itu sendiri. Menurut saya, kurang memuaskan. 

Maka pada saat itu, di pikiran saya, kami ingin mencoba sedekat mungkin untuk merasakan rumput di kawahnya yang hijau rimbun dan terlihat empuk itu. Ditambah lagi, saat kunjungan pertama di sana, siangnya kami disambut hujan dan salah satu teman mengusulkan agar segera turun dan pulang secepatnya. Alhasil semakin tidak memuaskan. Saya tidak jadi jalan-jalan di punggung bukit-bukit mungil itu. Luar biasa kecewanya. Sepulangnya dari sana, didorong oleh rasa penasaran yang kuat, saya berjanji untuk mengunjungi Kawah Wurung sekali lagi dan menjelajahi keindahan alamnya secara utuh. 

Pukul 14.00 WIB, kami memulai perjalanan dari Jember. Berbekal Google Maps, kami berangkat dengan perasaan membuncah dan yakin akan bisa menemukan ceruk sabana itu. Menyusuri rute Kecamatan Ijen, Bondowoso yang meliuk-liuk tajam. Memasuki gerbang pos Kawah Wurung, kami disambut penjaga loket untuk membayar tiket masuk sebesar Rp5.000/orang dan Rp15.000/tenda. 

Mengetahui kami hanya berdua dan sama-sama perempuan, bapak penjaga loket agak kaget. Ia berinisiatif menunjukkan arah jalan yang harus kami tempuh untuk menuju sabana. Arahan darinya sudah cukup jelas. Namun, lagi-lagi kami disambut kecewa. Sebab, melalui jalur tersebut, sepeda motor bebek kami jelas tidak bisa lewat karena terjalnya lereng sekitar kawah. Kami juga tidak mungkin meninggalkan motor di pos, sedangkan kami berkemah di bawah.

  • Secuil Cerita Perjalanan dari Kawah Wurung
  • Secuil Cerita Perjalanan dari Kawah Wurung
  • Secuil Cerita Perjalanan dari Kawah Wurung

Bertemu Penyelamat

Kami mencoba mengisi waktu dengan berfoto sebentar lalu mencari jalan alternatif, yakni jalan memutar dan mengelilingi kawah untuk sampai di sabana. Kami sempat kebingungan di antara ladang petani, sampai akhirnya bantuan datang juga. Bagai malaikat yang turun di siang bolong, ada seorang petani yang mau menunjukkan jalan. Ia juga mengantar sampai ke sabana karena rumahnya juga satu arah menuju sabana Kawah Wurung. 

“Mau lihat sapi, ya?” tanya bapak petani itu. Ya, di sabana Kawah Wurung memang terdapat beberapa ekor sapi milik warga yang sengaja digembalakan di sana. Dengan semangat kami mengangguk dan mengikutinya dari belakang.

Rutenya cukup mudah diingat, tapi sulit ditempuh. Jalannya tidak beraspal, agak berpasir, dan sangat bergelombang. Kami sarankan jika melalui jalur ini menggunakan motor bebek atau motor trail, karena jalannya tidak ramah untuk motor matic. Kita hanya perlu memilih belokan ke kanan terus sampai ke sabana. Jalan menuju sabana agak sulit ditemukan karena minimnya sinyal dan tidak ada plang penunjuk arah.

Waktu tempuh dari lereng curam menuju jalan landai ke Kawah Wurung sekitar 20 menit. Tentu saja ini terasa lebih singkat karena ada bantuan bapak petani, sang penunjuk jalan. Kami berterima kasih dan berpisah di pertigaan jalan terakhir menuju ceruk sabana. Tepat di depan pandangan kami, terbentang luasnya sabana, lengkap dengan sapi dan lereng curam yang tadi siang kami lihat. Kami berdua terpesona lebih lama dari perkiraan. Ketika cahaya matahari mulai redup dan kabut mulai turun, barulah kami bergegas membangun tenda.

Mendirikan Tenda di Ujung Senja

Di tengah sabana, terdapat pohon kecil yang tumbuh sendirian. Tepat di samping pohon itu kami memutuskan membangun tenda. Tidak ada masalah berarti ketika membangun tenda. Tanahnya cukup mudah ditembus pasak dan pohon mungil itu cukup berguna sebagai penghalang angin. Lalu lapar menyerang dan kami segera memasak setelah membersihkan dan menata barang kami di dalam tenda.

Awalnya hanya ada kami berdua di sabana. Sempat ada orang-orang yang sama kebingungannya seperti kami di punggung bukit. Suaranya menggema, bertanya ke salah satu temannya, bagaimana caranya bisa turun ke sabana. Sungguh, sama seperti yang kami pikirkan tadi siang. Kemudian beberapa orang memutuskan langsung turun ke bawah tanpa membawa motornya. Ketika hari mulai gelap, ternyata ada rombongan lagi yang berkemah di sabana lewat jalan yang sama seperti kami, memutar dan lewat jalan landai.

Ketika malam menyergap pun, di sabana masih tidak terlalu gelap. Di dekatnya, ada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) milik PT Medco Energi Geothermal yang menyumbang cahaya menyala kecil di balik punggung bukit. Didukung oleh udara yang bersih dan minim polusi, langit malam itu bertabur bintang. Kami bisa melihat dengan jelas hamparan bintang dengan latar langit pekat. Tanpa cahaya rembulan pun, pemandangan langitnya begitu memikat.

Kami mengeluarkan matras hanya untuk berbaring melihat bintang. Walaupun angin berembus dan hawa dingin menyerang, kami tetap bertahan sejenak menikmati pemandangan yang tidak bisa didapat ketika kami di kota. Usai bercerita dan melepas stres sebentar, kami merasa menggigil dan memutuskan untuk kembali ke tenda, berselimut sleeping bag yang hangat. Malam begitu hening dan tenang. Ini yang saya cari, ketika tidur di kos terasa memuakkan.

Secuil Cerita Perjalanan dari Kawah Wurung
Langit pagi di atas Kawah Wurung/Kriselda Dwi Ghisela

Pagi harinya, ketika kabut masih bergulung di dekat rumput, kami terbangun disambut udara dingin dan basah di luar tenda. Cahaya matahari masih minim di ufuk timur, tapi kami sudah bersiap keluar tenda. Berjalan-jalan menelusuri setiap lekuk bukit dan sesekali menanjak menuju punggung bukit, menangkap gambaran sabana dan bukit-bukit di sekitarnya.

Gerombolan sapi juga terlihat memulai aktivitasnya, mengunyah rerumputan dengan hikmat di dekat kaki mereka. Mereka terlihat tenang meski ada satu-dua orang yang melintas di dekatnya dan berusaha berfoto bersama. Puas berkeliling sabana, kami kembali ke tenda untuk memasak sarapan dan membuat minuman hangat. Setelah itu kami beres-beres dan bersiap pulang, karena hanya tinggal kami berdua saja di hamparan sabana.

Secuil Cerita Perjalanan dari Kawah Wurung
Gubuk terbengkalai di antara kebun bunga berwarna ungu/Kriselda Dwi Ghisela

Tersesat di Jalur Pulang

Di perjalanan pulang, lagi-lagi kami tersesat. Namun, sebelum menyadari jalur yang kami lewati berbeda dengan kemarin, kami menemukan kebun yang dipenuhi bunga berwarna ungu, yang belum kami ketahui namanya. Seluas mata memandang terlihat hamparan bunga ungu tersebut dan di tengah kebun terdapat gubuk tanpa atap. Tampak reyot, tapi enak dipandang, meskipun sudah tidak berfungsi. Kami menyempatkan berhenti dan berfoto sebentar di lokasi tersebut. Di kebun bunga itu kami bisa melihat bukit-bukit yang terlihat begitu dekat. Jalanan begitu sepi, hanya ada bapak-bapak dengan hasil rumputnya yang melewati jalanan itu.

Kami memutuskan untuk putar balik, sembari mengingat-ingat jalan kemarin. Ketika melihat tanda di tikungan, kami memilih jalan menukik tersebut. Diselingi rasa ragu kami meneruskan jalan, sampai bertemu bapak-bapak di ladang. Kami pun bertanya arah jalan menuju gerbang Kawah Wurung.

Beruntungnya, kami bertemu dengan bapak petani kemarin. Ya, orang yang sama, sekali lagi menunjukkan jalan pulang hingga akhirnya kami bisa sampai di gerbang Kawah Wurung. Di dekat area parkir, kami memilih ngopi dulu. Merebahkan rasa lelah dan gundah setelah tersesat beberapa saat, ditemani sinar matahari yang mulai menyeruak di balik bayang-bayang pepohonan.

Tak ada kata yang bisa menggambarkan hari itu, kecuali rasa puas yang merebak di hati. Hati kami terasa penuh. Pengalaman unik ini tak akan lekang begitu saja dimakan waktu.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Secuil Cerita Perjalanan dari Kawah Wurung appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/secuil-cerita-perjalanan-dari-kawah-wurung/feed/ 0 47057
Eksotisme Panorama Kawah Ijen https://telusuri.id/eksotisme-panorama-kawah-ijen/ https://telusuri.id/eksotisme-panorama-kawah-ijen/#respond Sun, 24 Dec 2023 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=40650 Kawah Ijen adalah salah satu destinasi wisata yang terletak di kawasan Geopark Ijen. Dapat diakses dari Bondowoso maupun Banyuwangi. Dengan ketinggian mencapai 2.386 meter di atas permukaan laut (mdpl), Gunung Ijen adalah tujuan pendakian yang...

The post Eksotisme Panorama Kawah Ijen appeared first on TelusuRI.

]]>
Kawah Ijen adalah salah satu destinasi wisata yang terletak di kawasan Geopark Ijen. Dapat diakses dari Bondowoso maupun Banyuwangi. Dengan ketinggian mencapai 2.386 meter di atas permukaan laut (mdpl), Gunung Ijen adalah tujuan pendakian yang ramah, bahkan untuk pemula yang belum pernah mendaki gunung sebelumnya. Perjalanan ke Kawah Ijen tergolong ringan dan aksesnya sangat mudah.

Dalam perjalanan kali ini, saya beserta delapan orang dalam satu rombongan memilih rute Bondowoso. Meskipun lebih panjang, tetapi lebih menantang dan kami lebih suka menggunakan sepeda motor daripada mobil. Total ada lima motor yang digunakan.

Kami memutuskan berangkat sore, dengan perkiraan sampai di Pos Paltuding sebelum pukul 20.00 WIB. Kemudian beristirahat di sana sampai loket pendakian dibuka pada pukul 02.00. Alasan kami memilih perjalanan malam adalah untuk menyaksikan fenomena blue fire di Kawah Ijen, yang hanya bisa dilihat pada dini hari hingga menjelang Subuh.

Eksotisme Panorama Kawah Ijen
Kami melakukan perjalanan ke Kawah Ijen melalui Kabupaten Bondowoso/Agus Miftahorrahman

Perjalanan ke Kawah Ijen via Bondowoso

Perjalanan kami dimulai dari pusat kota Bondowoso menuju Tapen dengan sepeda motor sekitar 30 menit. Setibanya di Tapen, kami berbelok kanan ke Jalan Ijen sampai tiba di minimarket terakhir. Letaknya di Desa Sumber Gading. Kami beristirahat sejenak dan membeli beberapa keperluan lain di minimarket tersebut. Setelah merasa cukup istirahat dan perbekalan kami lengkap, sekitar pukul 17.00 perjalanan kami lanjutkan menuju Pos Paltuding.

Kami mengambil belokan ke kiri di pertigaan minimarket Ijen, lalu mendaki jalan berkelok yang memakan waktu sekitar 45 menit. Jika Anda menggunakan sepeda motor, sebaiknya menggunakan sepeda motor bebek atau sport bike agar perjalanan terasa nyaman saat melewati tanjakan. Bagi yang menggunakan sepeda motor matic, disarankan membawa yang memiliki kapasitas mesin 150cc.

Perjalanan panjang menuju titik pemberhentian selanjutnya, yaitu Pos 1 Malabar terasa menyenangkan. Hijaunya pepohonan dan sinar senja dari ufuk barat menyertai perjalanan kami. Rute Bondowoso memang menawarkan lebih banyak destinasi tambahan dibandingkan dari arah Banyuwangi.

Matahari sudah terbenam dan suhu udara mulai menusuk tatkala kami tiba di Pos 1 Malabar. Untungnya, di sana ada api unggun yang selalu menyala setiap malam untuk menghangatkan badan. Saya yang sedang menyetir langsung menuju api unggun, sementara anggota rombongan lainnya mengisi buku tamu. Kami rehat sejenak 15 menit di sini

Bagi yang kehabisan bahan bakar kendaraan, tidak perlu khawatir. Di Pos 1 Malabar, Anda dapat membeli sebotol Pertalite dengan harga 10 ribu rupiah. Jadi, pastikan Anda memeriksa bahan bakar kendaraan sebelum meninggalkan pos tersebut.

Suasana pegunungan dan angin malam yang dingin benar-benar terasa. Tanpa pakaian hangat dan sarung tangan, kami merasa agak menggigil saat menyetir.

Usai melewati perkebunan kopi Jampit, kami tiba di Sempol. Kami menemukan permukiman warga yang unik dan menarik. Jalan satu-satunya ke Ijen diapit oleh rumah-rumah warga berdempetan. Di desa ini juga terdapat masjid, puskesmas, dan beberapa toko kelontong bagi yang ingin berhenti sejenak untuk membeli keperluan.

Selepas Sempol, Pos 2 Belawan jadi titik terakhir sebelum Paltuding. Sebenarnya, di semua pos yang kami lewati tidak perlu membayar biaya. Cukup mencatat nama rombongan di Pos 1 Malabar untuk menuju Paltuding.

Sekitar pukul 19.45 akhirnya kami menginjakkan kaki di Pos Paltuding. Kami segera memarkirkan sepeda motor dan mencari tempat mendirikan tenda. Ada biaya juga untuk “parkir” tenda sebesar 5.000 rupiah, sangat terjangkau.

Ketika mendirikan tenda, beberapa pedagang lokal menawarkan aneka aksesoris untuk naik ke Kawah Ijen. Ada sarung tangan 10 ribu rupiah per pasang, kupluk rajut 10 ribu rupiah, dan jas hujan plastik seharga 20 ribuan. Meskipun sedikit lebih tinggi dari harga biasa, kami putuskan buat beli jas hujan plastik karena lupa membawa dari rumah.

Kira-kira 15 menit kemudian tenda telah selesai dirakit. Kami membangun tenda dekat bangunan untuk menghindari hujan. Dan benar saja, beberapa saat kemudian gerimis turun dan membuat suasana Paltuding makin dingin.

Setelah kami mengisi perut dengan mi instan dan kopi, kami lekas tidur sembari menunggu loket pendakian buka. Kami menggunakan matras dan sarung untuk menangkal dinginnya malam.

Pendakian ke Puncak Kawah Ijen

Tidak terasa, dini hari tiba. Kami terbangun sekitar pukul 01.30. Salah satu kawan saya membangunkan anggota lainnya yang masih tertidur. Kami bangun setengah jam lebih awal dari jam buka loket supaya bisa mempersiapkan tubuh agar tidak kram selama pendakian. Beberapa dari kami bahkan menempelkan koyo ke hidung untuk mengusir dingin dan membantu pernapasan.

Setelah semua anggota rombongan siap, kami menuju loket pendakian yang sudah penuh pengunjung. Beruntung kami telah melakukan reservasi daring sebelumnya. Kami tidak perlu mengantre lama dan bisa langsung mendaki setelah mendapat tiket pendakian. Tarif tiketnya Rp20.000 per orang.

Biasanya, loket pendakian Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen buka mulai pukul 01.00. Kemudian berubah menjadi pukul 02.00 untuk menghindari penumpukan wisatawan.

Namun, Anda masih bisa memulai pendakian pada pukul 01.00, asalkan bersedia membayar biaya tambahan sekitar 2,3 juta rupiah per orang. Biaya tersebut diklaim oleh agen perjalanan untuk mengurus SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi) sehingga bisa masuk kawasan lebih awal. Dalam paket ini, Anda juga akan mendapatkan fasilitas, seperti taksi troli, senter, jas hujan, dan pemandu yang membantu membawa barang selama pendakian.

Hal menarik lain yang kami temui di Kawah Ijen adalah taksi atau ojek troli. Ini adalah kendaraan berbentuk troli yang dimodifikasi dengan tempat duduk sofa dan dioperasikan tiga orang. Dua orang menarik troli dari depan, dan satu orang mendorong dari belakang. Bagi yang tertarik untuk mencoba naik troli, Anda harus merogoh kocek sekitar 500 ribu rupiah untuk naik dan 300 ribu rupiah untuk turun.

Namun, kami memilih berjalan kaki. Selama masih bisa melakukannya, mengapa tidak?

Rute pendakian ke Kawah Ijen sepanjang 3,4 kilometer dapat saya anggap cukup ramah. Meskipun selama pendakian menemui beberapa kelokan dan satu tanjakan panjang. Ritme pendakian kami di separuh awal pendakian cukup stabil, meskipun tidak secepat wisatawan asing yang kami temui. Beragamnya latar belakang wisatawan yang berkunjung menunjukkan Kawah Ijen sudah dikenal banyak orang.

Sekitar setengah perjalanan, ritme kami melambat. Kelelahan mulai terasa. Keringat mengalir deras, menghilangkan rasa dingin dini hari. Selain itu, jalur yang basah akibat hujan semalam membuat pendakian kian sulit.

Kami berhenti sejenak. Salah satu anggota rombongan merasa mabuk gunung dan perlu beristirahat. Dengan perlengkapan dan P3K yang kami bawa, ia bisa pulih kembali. Kami melanjutkan pendakian dengan ritme yang lebih pelan agar tidak terpisah satu sama lain.

Kami sampai di pos terakhir sebelum puncak tepat saat azan Subuh berkumandang. Kami mendengar deringnya dari ponsel salah satu anggota rombongan. Sinyal internet sepanjang pendakian memang cukup baik, terutama Pos Paltuding dan puncak.

Akhirnya pada pukul 05.00, setelah mendaki hampir tiga jam, kami tiba di puncak Kawah Ijen.

Panorama Pagi di sekitar Kawah Ijen

Pemandangan dari puncak Kawah Ijen sangat memukau. Bagi saya, Kawah Ijen memberikan pengalaman yang sangat berbeda daripada gunung-gunung lain.

Ketika tiba di puncak, kami melihat Gunung Raung menyambut di sebelah barat daya. Tak hanya itu. Selain vegetasi hijau yang tumbuh di pegunungan, terlihat juga pohon-pohon yang terbakar akibat hawa panas dari uap belerang Kawah Ijen.

Pemandangan pohon gosong memberikan nuansa yang sangat khas. Di sisi lain dari puncak kawah, terdapat sabana hijau kecil yang tampak kontras dan memiliki keindahannya tersendiri.

Meskipun kami tidak bisa melihat fenomena blue fire secara langsung, karena hujan dan pendakian yang berjalan lambat, pemandangan kolam belerang berwarna toska tetap memukau. Menikmati keindahan alam seperti ini adalah pengalaman yang luar biasa.

Bagi yang ingin membawa pulang kenang-kenangan, tidak perlu khawatir. Di area puncak, beberapa pekerja tambang menjual kerajinan tangan yang terbuat dari belerang. Harganya mulai dari 10 ribu rupiah. Anda dapat memilih aneka suvenir, seperti miniatur keranjang penambang belerang dan berbagai bentuk lainnya.

Jika ingin melihat kolam belerang lebih dekat, Anda dapat turun ke area penambangan. Pastikan untuk mengenakan masker pelindung terlebih dahulu. Jika tidak memiliki masker, Anda dapat menyewanya dari penduduk setempat.

Puas menikmati keindahan Kawah Ijen, kami pun turun kembali ke Pos Paltuding. Di Paltuding, kami istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke rumah masing-masing.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Eksotisme Panorama Kawah Ijen appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/eksotisme-panorama-kawah-ijen/feed/ 0 40650
Berkunjung ke Pusat Informasi Megalitikum Bondowoso https://telusuri.id/berkunjung-ke-pusat-informasi-megalitikum-bondowoso/ https://telusuri.id/berkunjung-ke-pusat-informasi-megalitikum-bondowoso/#respond Wed, 04 Oct 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=39887 Sejarah manusia memang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Bahkan masa praaksara atau masa sebelum ada tulisan juga tak kalah menarik untuk dipelajari. Indonesia terkenal sebagai salah satu negara yang kaya akan peninggalan sejarah dari...

The post Berkunjung ke Pusat Informasi Megalitikum Bondowoso appeared first on TelusuRI.

]]>
Sejarah manusia memang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Bahkan masa praaksara atau masa sebelum ada tulisan juga tak kalah menarik untuk dipelajari. Indonesia terkenal sebagai salah satu negara yang kaya akan peninggalan sejarah dari masa praaksara. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki cukup banyak peninggalan sejarah dari masa megalitikum adalah Kabupaten Bondowoso. Daerah yang tidak memiliki garis pantai dan terkepung daratan di kawasan Tapal Kuda, Provinsi Jawa Timur.

Di Bondowoso, hampir seluruh kecamatan terdapat minimal satu situs bersejarah dari zaman megalitikum (batu besar). Benda-benda peninggalannya juga beragam. Ada menhir, dolmen, sarkofagus, batu kenong, arca, dan lain-lain. Saking banyaknya situs Megalitikum yang tersebar di Bondowoso, mungkin akan butuh banyak waktu untuk mengeksplorasinya satu per satu.

Berkunjung ke Pusat Informasi Megalitikum Bondowoso
Aneka temuan menhir dari desa-desa sekitar/Sigit Candra Lesmana

Tempat Penyimpanan Peninggalan Zaman Megalitikum

Bagi kalian yang ingin mengetahui sejarah masa megalitikum di Bondowoso, tetapi hanya punya sedikit waktu, tidak perlu khawatir. Sekarang sudah ada Pusat Informasi Megalitikum Bondowoso (PIMB). Sesuai namanya, tempat ini menyimpan banyak informasi mengenai keberadaan peninggalan zaman megalitikum di kabupaten yang terkenal dengan industri tape tersebut.

Tempat yang diresmikan oleh Bupati Bondowoso pada 2 Mei 2018 ini menyimpan banyak temuan peninggalan baru dari desa-desa yang berada di Kecamatan Grujugan. Di tempat ini, kalian bisa melahap ilmu sebanyak-banyaknya sekaligus melihat langsung benda-benda peninggalan zaman megalitikum.

Saat masuk, kita akan melihat langsung penampakan sebuah arca batu besar yang merupakan koleksi sekaligus ikon dari PIMB itu sendiri. Selain menjadi pajangan, arca batu ini juga menunjukkan bahwa peradaban Indonesia sejak zaman megalitikum sudah memiliki kebudayaan yang tinggi. Meskipun mungkin tidak terlalu terkenal daripada Patung Moai yang terletak di Pulau Paskah, tetapi patung di PIMB ini cukup ikonis. Bagi kamu yang suka memotret, arca ini sangat menarik untuk menjadi salah satu koleksi foto di galeri atau media sosial kamu.

Berkunjung ke Pusat Informasi Megalitikum Bondowoso
Salah satu koleksi sarkofagus/Sigit Candra Lesmana

Berisi Banyak Koleksi

Di belakang arca terdapat beberapa hasil temuan baru dari desa sekitar, antara lain batu kenong, dolmen, menhir, dan sarkofagus. Tempat ini memang sengaja dibangun untuk menghimpun semua informasi tentang peninggalan zaman megalitikum yang ada di Bondowoso. Jadi, bagi kalian yang tidak punya cukup waktu berkeliling dan menjelajahi setiap peninggalan megalitikum di Bondowoso, terutama para mahasiswa, peneliti, atau pencinta sejarah, PIMB cocok untuk jadi lokasi penelitian awal atau sekadar berwisata sejarah.

Susunan arca dan batu-batu peninggalan ini tidak tersusun secara acak. Semua dikelompokkan dan memiliki penjelasan sehingga pengunjung bisa mengerti nama dan fungsi masing-masing benda tersebut. Kalian yang bukan penyuka sejarah pun dapat mengerti tentang nama dan fungsi dari benda yang terpajang. Selain berbagai peninggalan besar yang terpampang di halaman, terdapat sebuah ruangan berupa museum mini yang memajang aneka peninggalan-peninggalan kecil, seperti peralatan batu, manik-manik, dan arca batu kecil.

Museum mini memiliki desain yang modern dan minimalis sehingga suasana ruangannya cukup nyaman. Sebagian besar koleksinya juga terletak di luar ruangan. Selain itu museum tersebut juga tidak terkesan mistis atau pengap macam yang biasa ditemukan pada museum lainnya. Hal ini juga bisa menjadi indikator bahwa museum ini terawat dengan baik. Selain memajang berbagai benda peninggalan tadi, di sini pun ada sejumlah foto dan lukisan bertema masa megalitikum.

Di museum mini juga tersedia selebaran atau brosur yang berisi informasi mengenai peninggalan megalitikum di Bondowoso. Lengkap dengan peta persebarannya. Brosur ini bisa kamu bawa pulang untuk dibaca sehingga bisa menambah pengetahuan tentang peninggalan pada masa batu besar lampau.

Jika kamu memiliki pertanyaan seputar peninggalan-peninggalan tersebut, ada beberapa petugas yang siap memandu kamu untuk berkeliling dan memberi penjelasan. Selain wisatawan, PIMB seringkali dikunjungi para pelajar dan mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas atau melakukan penelitian. Menurut penjaga yang bertugas, pengunjung PIMB dalam sebulan bisa mencapai 300 orang. Angka yang tidak terlalu besar sebenarnya, tetapi cukup menggembirakan ketika melihat warga yang cukup antusias dan peduli dengan peninggalan sejarah di daerahnya. Namun, tentu masih perlu promosi yang lebih masif lagi agar makin banyak masyarakat yang berkunjung.

  • Berkunjung ke Pusat Informasi Megalitikum Bondowoso
  • Berkunjung ke Pusat Informasi Megalitikum Bondowoso

Rute ke Lokasi dan Tiket Masuk

Bagi kamu yang penasaran ingin ke PIMB, langsung saja meluncur ke lokasi yang berada di Jl. Purbakala, Daringan Tengah, Pekauman, Grujugan, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Dari pusat kota atau alun-alun Bondowoso, ambil ke arah selatan menuju Jember sekitar 10 kilometer. Selanjutnya akan menemui pertigaan lalu belok kiri dari jalan utama melewati Pabrik Bondowoso Indah Plywood. Dari pabrik tersebut, PIMB hanya berjarak sekitar 350 meter lagi.

Karena bertujuan untuk kepentingan edukasi, maka tidak ada biaya sama sekali saat berkunjung ke PIMB. Tiket masuk dan parkir pun gratis. Tentu bisa jadi salah satu pilihan wisata hemat saat dompet sedang kering bukan?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Berkunjung ke Pusat Informasi Megalitikum Bondowoso appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/berkunjung-ke-pusat-informasi-megalitikum-bondowoso/feed/ 0 39887
Mengenang Para Pahlawan di Monumen Gerbong Maut Bondowoso https://telusuri.id/mengenang-para-pahlawan-di-monumen-gerbong-maut-bondowoso/ https://telusuri.id/mengenang-para-pahlawan-di-monumen-gerbong-maut-bondowoso/#respond Fri, 28 Jul 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=39467 Bagi para pecinta sejarah, berwisata ke tempat bersejarah bisa masuk ke daftar kunjungan wajib jika mendatangi suatu kota. Salah satu tempat yang bisa menjadi destinasi rujukan oleh para pencinta sejarah adalah monumen peringatan peristiwa tertentu...

The post Mengenang Para Pahlawan di Monumen Gerbong Maut Bondowoso appeared first on TelusuRI.

]]>
Bagi para pecinta sejarah, berwisata ke tempat bersejarah bisa masuk ke daftar kunjungan wajib jika mendatangi suatu kota. Salah satu tempat yang bisa menjadi destinasi rujukan oleh para pencinta sejarah adalah monumen peringatan peristiwa tertentu di masa lampau.

Mengunjungi monumen lebih dari sekadar berwisata. Datang ke monumen bersejarah bisa menapaktilasi peristiwa masa lalu yang melatarbelakangi pendirian bangunan tersebut. Selain itu juga bertujuan memupuk semangat patriotisme dan mengenang para pahlawan yang gugur mempertahankan kemerdekaan. Jasanya tak tergantikan dan hasilnya bisa kita nikmati bersama sampai saat ini.

Mengenang Para Pahlawan di Monumen Gerbong Maut Bondowoso
Pengendara melintas di jalanan sekitar Monumen Gerbong Maut di dekat alun-alun dan kantor bupati Bondowoso/Sigit Candra Lesmana

Mengenang Peristiwa Kelam

Kali ini saya akan mengajak pembaca untuk mengunjungi salah satu monumen sejarah yang ada di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Namanya adalah Monumen Gerbong Maut. Nama monumen ini memang terkesan seram karena menjadi tugu peringatan bagi kejadian memilukan yang terjadi di masa lalu. 

Peristiwa tersebut berkaitan erat dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan usai Proklamasi 17 Agustus 1945. Kala itu Republik Indonesia yang baru saja berdiri mendapat ancaman dari Belanda. Belanda melancarkan operasi Agresi Militer Belanda sebanyak dua kali dengan tujuan menguasai kembali wilayah Indonesia.

Sampai akhirnya pada 23 November 1947, terjadi sebuah peristiwa kelam yang menghentikan perjuangan heroik rakyat Bondowoso melawan penjajah. Dalam data arsip Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur (2011), setidaknya Belanda menangkap 100 orang karena bertindak subversif dan mengancam pemerintahan kolonial. Para pejuang tersebut diangkut dengan kereta api pukul 03.00 dini hari dari Stasiun Bondowoso menuju Stasiun Wonokromo, Surabaya untuk ditahan di Penjara Kalisosok.

Petugas keamanan menempatkan seratus orang itu ke tiga gerbong berbeda dalam keadaan tertutup rapat, yakni gerbong nomor GR 10152 berisi 30 orang, GR 446 berisi 32 orang, dan GR 5769 berisi 38 orang. Gerbong-gerbong itu berusia tua dan keropos. Suasana di dalam gerbong begitu menyiksa. Orang-orang berdesakan dan susah bernapas karena nyaris tanpa ventilasi udara. Suhu ruangan pun sangat panas akibat terik matahari sepanjang perjalanan. Ditambah kelaparan, kondisi tersebut akhinya menyebabkan korban berjatuhan. Sampai di Surabaya, sekitar 46 orang gugur. Sementara hampir separuhnya lagi mengalami sakit parah dan hanya sedikit yang tetap sehat.

Untuk mengenang perjuangan para pahlawan tersebut, pemerintah membangun Monumen Gerbong Maut di Jl. Amir Kusman, Potos, Kelurahan Badean. Tepat di sebelah selatan Alun-alun Bondowoso atau utara Kantor Bupati Bondowoso. Gerbong hitam tanpa ventilasi yang terpajang di monumen ini merupakan replika dari gerbong GR 10152, dengan ukuran panjang 3,5 meter, lebar 2,5 meter, dan tinggi 3 meter. Gerbong yang asli tersimpan di Museum Brawijaya, Kota Malang.

  • Mengenang Para Pahlawan di Monumen Gerbong Maut Bondowoso
  • Mengenang Para Pahlawan di Monumen Gerbong Maut Bondowoso

Monumen Gerbong Maut Saat Ini

Lebih lanjut dalam arsip Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, arsitektur monumen ini berupa pondasi berbentuk trapesium dengan panjang 9,5 meter, lebar 5,25 meter, dan tinggi 2,5 meter. Di sisi dinding terdapat relief yang menggambarkan pertempuran pejuang republik melawan Belanda. Adapun di bagian atasnya terdapat patung-patung pahlawan kita yang berjumlah 13 orang dan menunjukkan sikap menyerang lawan. Beberapa senjata yang terlihat antara lain panah, senapan, hingga bambu runcing. Monumen tersebut dikelilingi pagar beton berbentuk menyerupai bambu runcing bercat hijau.

Monumen Gerbong Maut terletak di lokasi yang strategis. Jika sedang berkunjung ke Bondowoso dan mampir ke alun-alunnya pasti bisa langsung melihat monumen ini. Selain karena ukurannya yang lumayan besar sehingga gampang menarik perhatian pengendara yang melewati jalanan tersebut. 

Beberapa tahun lalu sempat terjadi insiden yang menggegerkan Bondowoso. Terdapat sekelompok anak muda yang menggunakan gundukan monumen untuk bermain skateboard. Tentu saja membuat masyarakat geram. Peristiwa tersebut yang mungkin menyebabkan pintu pagar monumen akhirnya selalu dikunci. Meskipun begitu pengunjung atau wisatawan tetap bisa melihat dari trotoar yang mengitari monumen.

Tidak ada biaya tiket masuk untuk ke monumen ini dan dapat dikunjungi sepanjang waktu. Namun sebagai saran, sebaiknya datang saat pagi atau sore karena matahari tidak terlalu menyengat. Selain itu tetap harus berhati-hati dan memerhatikan arus lalu lintas di sekitar.

Untuk menjangkau lokasi Monumen Gerbang Maut dapat datang dari mana saja. Dari arah pusat Kabupaten Situbondo, jaraknya sekitar 35 kilometer atau 50 menit dengan mobil maupun motor. Sementara dari arah Jember berjarak kurang lebih 33,5 kilometer dengan durasi perjalanan yang hampir sama. Bagi yang membawa kendaraan pribadi, tersedia kantung parkir di area alun-alun. Alun-alun Bondowoso juga bisa menjadi tempat pelepas lelah setelah melihat monumen. Banyak penjual makanan dan minuman untuk mencicipi kuliner khas setempat.

Referensi

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur. (2011). Monumen Gerbong Maut. Pustaka Jawatimuran, https://jawatimuran.disperpusip.jatimprov.go.id/


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Mengenang Para Pahlawan di Monumen Gerbong Maut Bondowoso appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/mengenang-para-pahlawan-di-monumen-gerbong-maut-bondowoso/feed/ 0 39467
Belajar Sejarah Perkeretaapian di Museum Kereta Api Bondowoso https://telusuri.id/belajar-sejarah-perkeretaapian-di-museum-kereta-api-bondowoso/ https://telusuri.id/belajar-sejarah-perkeretaapian-di-museum-kereta-api-bondowoso/#respond Tue, 18 Jul 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=39330 Kereta api dan stasiun, tentu merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Berbeda dengan kendaraan lain yang bisa bebas melaju ke manapun, kereta harus bergerak tepat mengikuti arah rel. Justru jika sampai kereta keluar rel malah...

The post Belajar Sejarah Perkeretaapian di Museum Kereta Api Bondowoso appeared first on TelusuRI.

]]>
Kereta api dan stasiun, tentu merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Berbeda dengan kendaraan lain yang bisa bebas melaju ke manapun, kereta harus bergerak tepat mengikuti arah rel. Justru jika sampai kereta keluar rel malah justru akan menimbulkan bahaya. 

Bepergian menggunakan kereta api juga memberikan pengalaman yang berbeda. Rute rel kereta api yang seringkali melewati persawahan, ladang, atau bahkan hutan, akan menyajikan pemandangan khas perdesaan selama perjalanan. Melakukan perjalanan dengan kereta api menjadi pilihan terbaik bagi kalian yang lebih senang menikmati perjalanan daripada mengejar tempat tujuan.

Sejak Revolusi Industri, kereta api sudah menjadi bagian yang melekat dalam sejarah kehidupan manusia. Selain fungsinya, kereta juga memiliki bentuk yang menarik terutama pada era kereta uap. Karena bentuknya yang sangat klasik, maka tak heran jika sebagian orang sangat menyukai kereta api. 

Belajar Sejarah Perkeretaapian di Museum Kereta Api Bondowoso
Tampak depan bangunan museum/Sigit Candra Lesmana

Museum yang Berdiri di Bekas Stasiun

Buat kalian yang memiliki ketertarikan dengan kereta dan segala sesuatu yang menyertainya, baik itu mengenai sejarah kereta api, peralatan-peralatan, maupun diorama kereta, Museum Kereta Api Bondowoso bisa menjadi salah satu destinasi untuk dikunjungi.

Sesuai namanya, di museum ini terpajang aneka benda-benda yang berhubungan erat dengan kereta api. Bahkan bangunannya sendiri merupakan bekas stasiun kereta api Bondowoso. Stasiun Bondowoso dibangun pada tahun 1893, yang berarti saat ini usianya sudah mencapai 128 tahun. Fasadnya bergaya Eropa karena pembangunannya terjadi pada zaman kolonial Belanda.

Belajar Sejarah Perkeretaapian di Museum Kereta Api Bondowoso
Diorama kereta api/Sigit Candra Lesmana

Stasiun ini secara resmi tidak berfungsi lagi pada tahun 2004. Biaya operasional yang besar merupakan salah satu alasan stasiun ini berhenti beroperasi. Di samping kepemilikan kendaraan bermotor, seperti sepeda motor dan mobil yang semakin mudah, sehingga membuat masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Untuk perjalanan jarak jauh, masyarakat lebih memilih menggunakan moda transportasi bus atau sekalian pergi ke Stasiun Jember jika ingin menggunakan kereta api.

Pada tahun 2016, pihak berwenang memutuskan stasiun ini kembali “beroperasi”. Bukan sebagai stasiun kereta api, melainkan beralih fungsi menjadi museum. Tentu keputusan ini merupakan langkah yang tepat agar bangunan stasiun yang indah tidak terbengkalai dan rusak dimakan zaman. Selain demi menjaga kelestarian bangunan yang kaya nilai sejarah, pembukaan museum ini juga dapat mengedukasi masyarakat untuk lebih tahu tentang sejarah kereta api. Terutama di wilayah Kabupaten Bondowoso.

Dari tampilan luarnya, gaya arsitektur yang khas jelas terlihat sangat kental dengan ciri khas pintu-pintu dan jendela yang menjulang tinggi. Begitu masuk ruangan pertama, interior ala Eropa pada masa kolonial Belanda akan menyambut. Pembuatan atap bangunan yang tinggi memungkinkan sirkulasi udara berjalan dengan lancar. Tujuannya menciptakan suhu ruang yang sejuk.

Belajar Sejarah Perkeretaapian di Museum Kereta Api Bondowoso
Gerbong dan kursi klasik di peron (Sigit Candra Lesmana)

Menyajikan Kisah Sejarah dan Pajangan Benda-benda Kuno

Saat berada di ruangan pertama setelah pintu masuk, pengunjung harus mengisi buku tamu terlebih dahulu. Kalian akan mendapati sejumlah informasi yang terpampang tentang sejarah kereta api di Indonesia. Terdapat pula penjelasan singkat sejarah Kabupaten Bondowoso. 

Pada ruangan selanjutnya kita akan disuguhkan pajangan benda-benda kuno, seperti lampu penerangan, mesin, stempel, mesin tik, mesin hitung, dan miniatur lokomotif kereta uap. Selain itu terdapat infografis yang menjelaskan tentang tragedi Gerbong Maut, yang berangkat dari Stasiun Bondowoso menuju Stasiun Wonokromo, Surabaya. 

Beranjak ke bagian berikutnya, terpampang foto-foto lawas Stasiun Bondowoso. Di ruang sisi sebelah, museum menunjukkan beberapa hasil pertanian andalan Bondowoso berupa tembakau dan biji kopi. Adapun aneka benda lainnya, seperti gembok, kunci, kunci inggris, dan dongkrak, tersaji di seberang ruang utama.

Belajar Sejarah Perkeretaapian di Museum Kereta Api Bondowoso
Peralatan stasiun di masa lampau/Sigit Candra Lesmana

Layaknya stasiun yang lain, museum ini masih mempertahankan peron yang biasa digunakan untuk menunggu kereta datang. Peron ini juga kental dengan gaya arsitektur Eropa. Kalian yang suka fotografi tentu akan sangat suka berada di peron ini, karena bisa menjadi latar atau bahkan objek foto itu sendiri. Terdapat beberapa kursi bergaya klasik yang bisa dipakai untuk beristirahat. Sebuah gerbong di atas rel yang sudah tidak berfungsi juga menjadi salah satu suguhan menarik di area ini.

Penataan ruang yang bersih dan menarik, serta sirkulasi udara yang baik menjadikan suasana di museum ini nyaman. Jauh dari kesan museum yang lembap dan tidak teratur. Pengunjung bakal betah berlama-lama di museum, sembari membaca informasi dari setiap benda yang terpajang atau sekadar menikmati suasana. 

Akses menuju museum ini cukup mudah karena berada di pusat kota. Kalian langsung saja meluncur ke daerah Kademangan, Kecamatan Bondowoso. Letaknya sekitar satu kilometer dari alun-alun Bondowoso. Museum buka mulai pukul 09.00 sampai dengan 16.00 WIB. Biaya masuk gratis dan terdapat fasilitas memadai, seperti musala serta toilet.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Belajar Sejarah Perkeretaapian di Museum Kereta Api Bondowoso appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/belajar-sejarah-perkeretaapian-di-museum-kereta-api-bondowoso/feed/ 0 39330