Cimahi Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/cimahi/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Mon, 13 May 2024 07:36:00 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 Cimahi Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/cimahi/ 32 32 135956295 Meriahnya Perayaan Hari Tari Sedunia di Cimahi https://telusuri.id/meriahnya-perayaan-hari-tari-sedunia-di-cimahi/ https://telusuri.id/meriahnya-perayaan-hari-tari-sedunia-di-cimahi/#respond Mon, 13 May 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=41902 Jalan Gandawijaya merupakan salah satu jalan utama di Kota Cimahi, Jawa Barat. Membentang dari selatan ke utara, jalan ini mengarah langsung ke Jalan Raya Bandung–Cianjur dan ke Alun-alun Cimahi. Boleh dibilang Jalan Gandawijaya tak pernah...

The post Meriahnya Perayaan Hari Tari Sedunia di Cimahi appeared first on TelusuRI.

]]>
Jalan Gandawijaya merupakan salah satu jalan utama di Kota Cimahi, Jawa Barat. Membentang dari selatan ke utara, jalan ini mengarah langsung ke Jalan Raya Bandung–Cianjur dan ke Alun-alun Cimahi. Boleh dibilang Jalan Gandawijaya tak pernah sepi disesaki kendaraan bermotor sepanjang pagi, siang, petang, hingga malam.

Di kanan-kiri Jalan Gandawijaya berderet toko-toko yang menawarkan berbagai jenis barang. Di ujung selatan berdiri Cimahi Mall, satu-satunya mal yang berada di Kota Cimahi.

Ahad (28/4/2024) pagi lampau, tak jauh dari Taman Segitiga yang menjadi salah satu ikon Kota Cimahi, beberapa petugas dinas perhubungan dan anggota kepolisian tampak berjaga. Mereka mengarahkan para pengendara untuk tidak memasuki Jalan Gandawijaya. Para pengendara yang hendak menuju Padalarang maupun Kota Bandung via Jalan Gandawijaya diarahkan untuk menggunakan Jalan Sisingamangaraja. 

Meriahnya Perayaan Hari Tari Sedunia di Cimahi
Para penari pentas di tengah kerumunan penonton/Djoko Subinarto

Merayakan Hari Tari

Meski pagi itu Jalan Gandawijaya ditutup untuk semua jenis kendaraan, toh jalan tersebut sama sekali tidak lengang. Persis di depan toko emas yang masih dalam keadaan tutup, seorang penari tampak tengah berdandan. Di seberangnya, tiga penari lainnya sedang dirias. Mereka adalah sebagian dari para penari yang dijadwalkan tampil pagi itu dalam event “Cimahi Ngibing Kiwari 2024”. Acara ini diselenggarakan untuk merayakan Hari Tari Sedunia yang jatuh setiap 29 April.

Di halaman depan Cimahi Mall, yang menghadap ke arah timur, keriuhan dan kesibukan lebih kentara. Sebagian besar penari melakukan persiapan di depan mal ini. Tampak dua orang penata tari sedang membantu memakaikan kostum burung pada seorang penari, yang berdiri persis di depan tangga masuk mol. 

Di ujung selatan halaman mal, tepatnya dekat pos satpam dan anjungan tunai mandiri, sekelompok penari yang telah beres berdandan menyempatkan diri untuk melakukan sesi foto bersama.

Tak lama, terdengar pengumuman lewat pelantang suara yang meminta agar para penari segera bersiap, membentuk barisan sesuai kelompok dan nomor urutan yang telah ditetapkan. Mereka berbaris menghadap ke arah utara. Di depan barisan para penari, bejejer rapi para mojang dan jajaka Kota Cimahi.

Sementara itu, warga terus berdatangan menyesaki trotoar Jalan Gandawijaya. Tak sedikit yang menyempatkan foto bersama para penari. Pembawa acara beberapa kali mengingatkan penonton agar tetap berada di trotoar.

Meriahnya Perayaan Hari Tari Sedunia di Cimahi
Nayaga atau para penabuh gamelan mengiringi lantunan sang sinden/Djoko Subinarto

Suara gamelan Sunda yang dimainkan secara live dari sebuah panggung berkarpet kelir merah mulai terdengar menggelegar. Terlihat ada kemenyan yang dibakar di atas dupa kecil di ujung panggung sisi belakang.

Bunyi gamelan lantas berhenti. Pembawa acara meminta para penari bersiap. Sejurus kemudian, bunyi gamelan kembali bergema mengiringi seorang pesinden. Acara pun resmi dimulai dengan tarian prosesi pembuka, yang dilanjutkan dengan tarian kolosal massal bertajuk Cimahi Ngibing.

Para penonton yang membawa ponsel sontak mengabadikan momen para penari yang tengah beraksi. Beberapa di antaranya bahkan melakukan tayangan live di kanal media sosial mereka.

Tak kurang dari 1.600 penari ikut terlibat dalam acara ini. Mereka berasal dari puluhan sanggar tari yang ada di Cimahi, perwakilan organisasi perangkat daerah (OPD) Pemkot Cimahi, unsur Forkopimda, dan instansi vertikal seperti BPJS, kejaksaan, serta para pelajar di kota tersebut.

Meriahnya Perayaan Hari Tari Sedunia di Cimahi
Konvoi mojang-jajaka Cimahi turut meramaikan Cimahi Ngibing Kiwari 2024/Djoko Subinarto

Pentingnya Seni Tari

Acara “Cimahi Ngibing Kiwari 2024” yang digelar pemkot dan diinisiasi Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Cimahi ini lumayan menyedot atensi masyarakat Cimahi. Terbukti, warga menyemut di sepanjang Jalan Gandawijaya hingga Alun-alun Cimahi. Selain menampilkan tarian kolosal massal, “Cimahi Ngibing Kiwari 2024” juga menyuguhkan 23 tarian dari 23 provinsi di Indonesia.

Dalam sambutannya, Penjabat (Pj) Wali Kota Cimahi, Dicky Saromi, menyampaikan bahwa “Cimahi Ngibing Kiwari 2024” digagas untuk memperingati Hari Tari Sedunia, sekaligus merupakan terobosan dari pemerintah daerah untuk mendukung sanggar-sanggar kebudayaan di wilayahnya.

“Cimahi Ngibing menjadi satu inovasi supaya kita semua ikut bangga melestarikan budaya di Indonesia, khususnya kebudayaan tari di Cimahi. Acara ini juga sekaligus memberi ruang bagi sanggar, seniman, dan budayawan supaya punya ruang berekspresi,” kata Dicky Saromi.

Ketua Panitia Cimahi Ngibing Kiwari 2024, Dikdik Nugrahawan, yang juga Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cimahi, dalam laporannya yang disampaikan di Alun-alun Cimahi, menegaskan bahwa acara “Cimahi Ngibing Kiwari 2024” adalah event pertama yang digelar di Cimahi dalam rangka merayakan Hari Tari Sedunia.

“Acara ini dimaksudkan untuk menjaga dan melestarikan budaya untuk diwariskan kepada generasi muda, sekaligus perhelatan ini menjadi upaya untuk menikmati universalitas bentuk seni,” sebut Dikdik.

Hari Tari Sedunia sendiri pertama kali digagas oleh Komite Tari Institut Teater Internasional (ITI), yang merupakan mitra utama Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) untuk bidang seni pertunjukan.

Pertama kali dirayakan pada tahun 1982, tujuan Hari Tari Sedunia adalah menegaskan nilai dan pentingnya seni tari, di samping juga untuk menggugah pemerintah, politisi, dan lembaga yang belum mengakui manfaat tari bagi masyarakat dan individu, serta belum menyadari potensinya untuk pertumbuhan ekonomi. ITI memilih tanggal 29 April sebagai Hari Tari Sedunia untuk menghormati Jean-Georges Noverre, tokoh balet modern, yang lahir pada 29 April 1727, di Paris, Prancis.


Foto sampul:
Parade penari membelah kerumunan penonton di festival Cimahi Ngibing Kiwari 2024/Pemkot Cimahi


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Meriahnya Perayaan Hari Tari Sedunia di Cimahi appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/meriahnya-perayaan-hari-tari-sedunia-di-cimahi/feed/ 0 41902
Mengikuti Prosesi Adat Tutup Taun Ngemban Taun Sunda di Kampung Cireundeu https://telusuri.id/mengikuti-prosesi-adat-tutup-taun-ngemban-taun-sunda-di-kampung-cireundeu/ https://telusuri.id/mengikuti-prosesi-adat-tutup-taun-ngemban-taun-sunda-di-kampung-cireundeu/#respond Mon, 18 Sep 2023 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=39843 Jarum jam belum sepenuhnya menunjukkan tepat pukul tujuh pagi, tatkala kawan saya, Zelphi, menjemput saya pada Sabtu lalu (5/8/2023). Malam sebelumnya, kami memang sudah janjian untuk menyaksikan prosesi Tutup Taun 1956 dan Ngemban Taun 1...

The post Mengikuti Prosesi Adat Tutup Taun Ngemban Taun Sunda di Kampung Cireundeu appeared first on TelusuRI.

]]>
Jarum jam belum sepenuhnya menunjukkan tepat pukul tujuh pagi, tatkala kawan saya, Zelphi, menjemput saya pada Sabtu lalu (5/8/2023). Malam sebelumnya, kami memang sudah janjian untuk menyaksikan prosesi Tutup Taun 1956 dan Ngemban Taun 1 Syura 1957 Saka Sunda di Kampung Adat Cireundeu. Zelphi sepakat untuk menjemput saya di rumah adik saya yang berada di kawasan Cimahi Tengah, tempat saya biasa ikut numpang menginap apabila sedang berada di Cimahi.

Zelphi maupun saya kerap berbagi informasi mengenai acara-acara seni dan budaya. Jika pas kebetulan saya sedang berada di Cimahi, maka kami sering membuat janji untuk pergi bersama, seperti hari Sabtu itu.

Dari tempat tinggal adik saya, pagi itu, kami segera meluncur berboncengan menunggang sepeda motor menuju Cireundeu via Jalan Cibeber–Cangkorah–Kerkof. Jarak yang kami tempuh menuju Cireundeu lumayan dekat, sekitar 6,7 kilometer.

“Parkirnya di sebelah sana saja, Kang!” kata petugas parkir berbusana hitam-hitam. Ia mengarahkan kami sambil menunjuk area parkir di sisi selatan, begitu kami tiba di kantung parkir Kampung Cireundeu.

“Biar di sini saja karena nanti mau cepat pulang,” jawab Zelphi sembari memarkirkan sepeda motornya di sisi utara. Tak jauh dari jalan masuk ke area parkir.

“Oh, siap, Kang!” balas petugas parkir itu.

Kami segera berjalan ke arah gapura Kampung Cireundeu, yang kontur jalannya cenderung menurun. Di sebelah kanan dan kiri gapura tampak terpasang janur kuning. Tak ketinggalan pula dua tandan pisang dan kelapa menghiasi kedua sisi bagian dalam gapura. Tentu tidak saban hari janur kuning, tandan, serta kelapa itu terpajang di sisi gapura.

Secara administrasi, Kampung Cireundeu berada di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Jawa Barat. Lokasinya tidak jauh dari Ereveld Cimahi, kompleks pemakaman korban Perang Dunia II yang dibangun pada 20 Desember 1949. Pengelolanya adalah Yayasan Oorlogsgravenstichting yang berkantor pusat di Den Haag, Belanda. 

Geliat Warga sebelum Acara Puncak

Hari itu, warga Cireundeu bersiap merayakan puncak acara Tutup Taun 1956 dan Ngemban Taun 1 Syura 1957 Saka Sunda. Beberapa pria terlihat hilir mudik membawa sejumlah peralatan tata suara. Mereka hendak menggunakannya dalam penyambutan para tamu di depan gapura Kampung Cireundeu. 

Dari depan gapura, Zelphi dan saya lantas menyusuri jalan kecil beraspal mulus menuju Bale Saresehan, yang merupakan balai pertemuan warga Kampung Cireundeu. Ini adalah tempat warga Cireundeu biasa melangsungkan doa bersama pada acara Tutup Taun Ngemban Taun.

Beberapa anak usia sekolah dasar terlihat keluar dari mulut gang. Yang laki-laki mengenakan baju pangsi kuning-kuning dan juga hitam-hitam. Adapun yang perempuan mengenakan kebaya putih dan jarit. Mereka berlari kecil ke arah gapura untuk bersiap-siap mengikuti acara penyambutan tamu.

Mengikuti Prosesi Adat Tutup Taun Ngemban Taun Sunda di Kampung Cireundeu
Merias untuk persiapan prosesi adat di Kampung Cireundeu/Djoko Subinarto

Sementara itu di depan sebuah rumah warga, dua pria dewasa sedang merias dua anak. Zelphi langsung mendekat dan mengabadikan mereka menggunakan kamera DSLR kesayangannya.

“Kita lihat rumah adat dulu,” ajak Zelphi usai memotret. Tanpa banyak bicara saya segera mengikuti langkahnya. 

Sembari berjalan menuju rumah adat, beberapa kali kami berhenti untuk mengambil beberapa gambar yang kami anggap perlu untuk bahan dokumentasi.

Rumah adat Cireundeu berupa rumah panggung khas Sunda. Bahan kayu dan bilik mendominasi rumah adat tersebut. Atapnya dari ijuk.

Mengikuti Prosesi Adat Tutup Taun Ngemban Taun Sunda di Kampung Cireundeu
Rumah adat Cireundeu/Djoko Subinarto

Seperti di gapura, di depan rumah adat itu terpajang dua tandan pisang. Terlihat beberapa perempuan tengah sibuk di tepas rumah adat menyiapkan sejumlah penganan yang akan dibawa dalam prosesi arak-arakan sebelum doa bersama berlangsung. 

Di seberang rumah adat, sebuah dupa menyala. Asapnya menari-nari tertiup bayu, menebarkan aroma kemenyan yang menyengat.

Zelphi kembali sibuk dengan kameranya. Menggunakan lensa pendek, ia mengabadikan momen demi momen di depan rumah adat.

Rangkaian Inti Tutup Taun Ngemban Taun

Acara penyambutan tamu tampaknya akan segera mulai. Para perempuan yang tadi sibuk menyiapkan penganan di tepas rumah adat segera berhamburan menuju tempat penyambutan tamu. Kami berdua pun bergegas meninggalkan rumah adat untuk kembali ke depan gapura pintu masuk Kampung Cireundeu.

Puluhan anak yang membawa angklung dan perkusi sudah berkumpul di tempat penyambutan tamu. Petugas protokol terdengar menginformasikan lewat pelantang suara bahwa acara bakal segera dimulai. Ia meminta hadirin bersiap dan memberi ruang untuk para tamu.

Tak begitu lama, tamu undangan pun datang. Mereka adalah perwakilan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Wali Kota Cimahi dan pejabat pemerintahan lainnya, sejumlah tokoh kewilayahan, tokoh lintas agama, tokoh dari kampung adat lain, dan sejumlah budayawan. Mereka berdiri berjajar menghadap gapura.

Abah Widi, sesepuh Kampung Cireundeu, berdampingan dengan beberapa tokoh lainnya duduk bersila menghadap tamu undangan. Sebuah kendi kecil berisi air kembang mawar berhias daun hanjuang merah berada di hadapan mereka.

Mengikuti Prosesi Adat Tutup Taun Ngemban Taun Sunda di Kampung Cireundeu
Prosesi penyambutan tamu/Djoko Subinarto

Sejenak Abah Widi tampak menunduk. Barangkali ia merapalkan doa-doa. Tak lama, ia mengambil kendi dan mengempaskannya. Kendi itu pecah menjadi beberapa keping. Air bunga mawar yang ada di dalamnya terlihat berceceran. 

Acara Tutup Taun Ngemban Taun pun resmi dimulai. Para tamu dipersilakan menuju Bale Saresehan. Mengiringi para tamu, angklung dan perkusi dimainkan, yang diikuti oleh arak-arakan jampana berisi aneka makanan tradisional dan hasil bumi. 

Sebelum para tamu akhirnya memasuki Bale Saresehan, mereka duduk beristirahat di sebuah saung yang ada di seberang balai tersebut. Sembari beristirahat, mereka menikmati hiburan berupa penampilan seni Angklung Buncis, tarian Bapa Tani, dan dolanan Oray-orayan yang ditampilkan oleh anak-anak Kampung Cireundeu.

Usai penampilan seni, barulah para tamu memasuki Bale Saresehan untuk mengikuti acara doa bersama, yang didahului dengan pemaparan singkat ihwal sejarah Kampung Cireundeu oleh salah seorang tokoh muda Cireundeu. Setelah itu para tamu dan para hadirin lainnya mencicipi aneka penganan yang tersaji, yang bahannya sebagian besar terbuat dari ketela pohon alias singkong.

Mengikuti Prosesi Adat Tutup Taun Ngemban Taun Sunda di Kampung Cireundeu
Sejumlah tokoh dan tamu undangan serta warga Cireundeu berkumpul di Bale Saresehan/Djoko Subinarto

Kampung yang Mandiri Pangan Berkat Singkong 

Jika kampung-kampung adat lainnya di Jawa Barat—seperti Kampung  Ciptagelar (Sukabumi), Kampung Cikondang (Pangalengan), Kampung Naga (Tasikmalaya), maupun Kampung Cigugur (Kuningan)— menggapai kemandirian pangannya dengan mempertahankan leuit (bangunan khusus untuk menyimpan padi), maka Kampung Cireundeu sebaliknya. Pasalnya, warga Cireundeu menjadikan singkong alias ketela pohon sebagai makanan pokok mereka. Barangkali inilah salah satu yang menjadi pembeda.

Maka tak berlebihan jika singkong adalah sama dan sebangun dengan Cireundeu. Tradisi menjadikan singkong sebagai makanan pokok berawal tatkala bencana kekeringan dahsyat melanda sawah-sawah di kampung ini pada tahun 1920-an. Haji Ali, salah satu tokoh masyarakat Cireundeu kala itu lantas meminta warga menanam singkong untuk menggantikan padi.

Mengikuti Prosesi Adat Tutup Taun Ngemban Taun Sunda di Kampung Cireundeu
Sebagian hasil bumi Kampung Cireundeu/Djoko Subinarto

Sejak itulah warga Cireundeu membuat singkong sebagai pengganti beras dan berhasil mereka pertahankan hingga kini. Karena tidak bergantung pada beras, Cireundeu kemudian mendapat julukan sebagai Dewi Tapa, singkatan “Dari Desa Wisata Ketahanan Pangan.”

Luas Kampung Cireundeu sekitar empat hektare. Terdapat 70 kepala keluarga dengan total 340 jiwa. Hingga saat ini mereka masih tetap setia merawat tradisi leluhur. Salah satunya menyelenggarakan prosesi tradisi Tutup Taun Ngemban Taun Saka Sunda, yang berlangsung tiap setahun sekali. 

Inti pokok tradisi Tutup Taun Ngemban Taun adalah mengungkapkan rasa syukur setelah berhasil melewati tahun sebelumnya. Seraya berharap bahwa tahun yang baru membawa lebih banyak kebaikan dan keberkahan, baik bagi sesama maupun alam semesta.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Mengikuti Prosesi Adat Tutup Taun Ngemban Taun Sunda di Kampung Cireundeu appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/mengikuti-prosesi-adat-tutup-taun-ngemban-taun-sunda-di-kampung-cireundeu/feed/ 0 39843
Kenangan Pasar Antri yang Melekat di Memori Warga Cimahi https://telusuri.id/kenangan-pasar-antri-yang-melekat-di-memori-warga-cimahi/ https://telusuri.id/kenangan-pasar-antri-yang-melekat-di-memori-warga-cimahi/#respond Mon, 01 May 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=38485 Seperti kota-kota lainnya, Cimahi memiliki sejumlah landmark (tengaran). Sayang, kini beberapa di antaranya telah musnah. Mungkin hanya tersisa imaji kenangan, yang sebagian mulai terkubur oleh perjalanan waktu.  Seperti halnya makhluk hidup, sebuah kota juga mengalami...

The post Kenangan Pasar Antri yang Melekat di Memori Warga Cimahi appeared first on TelusuRI.

]]>
Seperti kota-kota lainnya, Cimahi memiliki sejumlah landmark (tengaran). Sayang, kini beberapa di antaranya telah musnah. Mungkin hanya tersisa imaji kenangan, yang sebagian mulai terkubur oleh perjalanan waktu. 

Seperti halnya makhluk hidup, sebuah kota juga mengalami proses tumbuh-kembang. Tak jarang berbagai perubahan harus dilakoni dan membawa konsekuensi berupa hilangnya sejumlah tengaran penting kota.

Merriam Webster Dictionary memberi batasan landmark sebagai: [1] an object or structure on land that is easy to see and recognize (objek atau struktur di atas tanah yang mudah dilihat dan dikenali), [2] a building or place that was important in history (bangunan atau tempat yang penting dalam sejarah)dan [3] a very important event or achievement (peristiwa atau pencapaian yang sangat penting).

Ini pula yang dialami Kota Cimahi, Jawa Barat. Beberapa landmark, yang identik dan menjadi penanda penting kota sekarang telah musnah. Salah satunya adalah Pasar Antri.

Pasar Inpres Sriwijaya kala itu, yang dibangun sebagai pendamping Pasar Antri Cimahi
Pasar Inpres Sriwijaya kala itu, yang dibangun sebagai pendamping Pasar Antri/Djoko Subinarto

Pasar Antri yang Dahulu

Sebagai sebuah tengaran, Pasar Antri bukan saja merupakan sebuah struktur bangunan yang mudah terlihat. Melainkan juga tempat yang memiliki posisi penting dalam perjalanan sejarah Cimahi.

Dahulu, sebelum menjadi sebuah daerah otonom, Cimahi konon hanyalah sebuah pos penjagaan di masa kolonial Belanda. Kemudian meningkat statusnya menjadi sebuah kecamatan dan bagian dari Kabupaten Bandung.

Berjarak sekitar 1,7 dari Alun-alun Cimahi ke arah selatan, Pasar Antri menjadi satu-satunya pasar besar di daerah berjuluk “Kota Militer” tersebut. Selain Jalan Sisingamangaraja, akses masuk ke pasar bisa melalui Jalan Gandawijaya. Di sepanjang jalan hingga ujung selatan sebelum pasar, berjejer toko-toko yang menawarkan berbagai jenis barang: makanan, minuman, pakaian, perabot rumah tangga, obat-obatan, sampai dengan perhiasan emas.

Selama berpuluh-puluh tahun, Pasar Antri menyediakan beragam keperluan bagi penduduk Cimahi dan sekitarnya. Termasuk para tentara yang sedang bertugas atau menempuh pendidikan di kota ini.

Menurut sejarah, Cimahi memang menjadi markas sejumlah pusat pendidikan dan markas kesatuan militer sejak masa kolonial Belanda. Di sebelah selatan Pasar Antri, terbentang lapangan terjun yang orang kenal sebagai Lapangan Sriwijaya. Kemudian di sisi baratnya berdiri dua markas batalyon artileri medan, yakni Yon Armed 9 dan Yon Armed 14.

Taman Segitiga Cimahi
Taman Segitiga Cimahi, yang pada masanya sempat menjadi tempat mangkal bandar judi unyeng/Djoko Subinarto

Fasilitas Umum di Sekitar Pasar Antri

Tak jauh dari Pasar Antri dan Lapangan Sriwijaya, terdapat sebuah area publik bernama Taman Segitiga. Dahulu, sebagian delman maupun becak biasa mengetem di depan taman tersebut menunggu para penumpang. 

Sekitar tahun 1970-an, delman dan becak telah menjadi transportasi paling populer di sekitar Pasar Antri. Orang-orang selepas berbelanja—terutama dalam partai besar—hampir pasti menyewa moda transportasi lokal tersebut untuk mengantar barang-barang mereka sampai ke depan pintu rumah.

Sementara itu jika masuk lebih jauh, di bawah pohon nan teduh, di antara sejumlah tukang loak dan sol sepatu, hadir pula bandar judi unyeng (sintir). Permainan sejenis memutar dadu. Jika kondisi aman terkendali, para bandar judi tersebut akan mangkal dari pagi sampai menjelang siang.

Pada pertengahan tahun 1970-an, untuk mendampingi Pasar Antri, pemerintah membangun Pasar Inpres Sriwijaya. Lokasinya berada di area paling utara Lapangan Sriwijaya. Kehadiran pasar baru saat itu membuat bandar judi unyeng beralih tempat dan lebih memilih “buka praktik” di bagian belakang Pasar Inpres Sriwijaya.

  • Pasar Antri Baru Cimahi
  • Jalan Gandawijaya saat ini

Pasar Antri Kini

Seiring dengan peningkatan status Cimahi menjadi kota otonom tahun 2001, beberapa perubahan mulai terjadi sedikit demi sedikit. Pasar Antri, yang telah melegenda dan berdiri selama puluhan tahun, harus dihancurkan. Setali tiga uang dengan Pasar Inpres Sriwijaya.

Tak pelak, para pedagang di kedua pasar lawas itu pun menentang keras. Gelombang protes pedagang mewarnai situasi yang panas. Beberapa kali mereka bentrok dengan aparat pemerintah. Namun, pengelola Kota Cimahi telah membuat keputusan. Para petugas tak surut untuk membongkar kios dan jongko milik pedagang, sampai pada akhirnya Pasar Antri dan Pasar Inpres Sriwijaya rata dengan tanah.

Berselang tak lama kemudian, pihak berwenang meluncurkan sebuah proyek pembangunan pusat perbelanjaan modern. Pasar Antri bersalin rupa menjadi mal megah, dengan lahan bekas Pasar Inpres Sriwijaya menjadi tempat parkirnya. Tampaknya virus “mal-isasi” turut menghinggapi Cimahi, kota seluas kurang dari 4.023,73 hektare dan hanya memiliki tiga kecamatan.

Namun, nama Pasar Antri tidak sepenuhnya lenyap. Pasalnya setelah pembongkaran pasar tersebut, di sebagian lahan Lapangan Sriwijaya kemudian telah terbangun pasar kembali, yang diberi nama Pasar Antri Baru. 

Kendati demikian, bagi penduduk asli Cimahi, Pasar Antri bisa jadi akan selalu terpatri di dalam ingatan mereka. Pasar yang selama puluhan tahun tidak hanya sekadar menjadi tengaran kota. Lebih dari itu. Ia adalah saksi penting sejarah perjalanan Cimahi dan penduduknya, walau pada akhirnya harus rela tunduk terhadap perubahan zaman.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Kenangan Pasar Antri yang Melekat di Memori Warga Cimahi appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/kenangan-pasar-antri-yang-melekat-di-memori-warga-cimahi/feed/ 0 38485
Moncong Meriam di Taman Perjuangan dan ‘Dar’ ‘Der’ ‘Dor’ di Gunung Bohong https://telusuri.id/moncong-meriam-di-taman-perjuangan-dan-dar-der-dor-di-gunung-bohong/ https://telusuri.id/moncong-meriam-di-taman-perjuangan-dan-dar-der-dor-di-gunung-bohong/#respond Fri, 09 Sep 2022 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=35181 Sebuah panser Saladin FV601 terparkir di salah satu sudut Taman Perjuangan, di kawasan Baros, Kota Cimahi, Jawa Barat. Moncong meriam panser itu mengarah ke sisi barat.  Panser Saladin merupakan kendaraan tempur untuk pasukan infanteri. Panser...

The post Moncong Meriam di Taman Perjuangan dan ‘Dar’ ‘Der’ ‘Dor’ di Gunung Bohong appeared first on TelusuRI.

]]>
Sebuah panser Saladin FV601 terparkir di salah satu sudut Taman Perjuangan, di kawasan Baros, Kota Cimahi, Jawa Barat. Moncong meriam panser itu mengarah ke sisi barat. 

Panser Saladin merupakan kendaraan tempur untuk pasukan infanteri. Panser ini buatan Inggris. Beratnya 11,6 ton.  Dengan kemampuan kecepatan melaju maksimal sekitar 72 kilometer per jam, panser ini mempunyai satu senjata utama yaitu meriam L5A1 kaliber 76 mm dan satu senjata pendukung berupa senapan mesin kaliber 7,62 mm.

Para pengendara mobil yang akan menuju jalan Tol Baros dapat langsung mengenali keberadaan panser Saladin tersebut karena posisinya yang persis berada di median jalan, sekitar 350 meter sebelum pintu Tol Baros .

Taman Perjuangan
Taman Perjuangan/Djoko Subinarto

Sementara itu, di ujung timur Taman Perjuangan, terparkir tank Amx 13 Apc, buatan Prancis. Ini adalah jenis tank ringan, diproduksi oleh Perancis sejak tahun 1953 hingga 1985, dan telah diekspor ke lebih 26 negara. 

Panser Saladin dan tank Amx tersebut berada di Taman Perjuangan Cimahi sejak tahun 2019 lalu. Taman perjuangan bukan satu-satunya tempat publik di Cimahi yang sengaja dijadikan lokasi mangkalnya peralatan tempur militer. Di beberapa taman lainnya di Cimahi, kita bisa saksikan meriam, panser, dan juga tank.

Panser Saladin
Panser Saladin/Djoko Subinarto

Di Taman Adiraga, yang tak jauh dari kampus Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), terdapat pula panser Saladin. Lalu, ke sebelah utara, di Taman Segitiga, yang berdekatan dengan Cimahi Mall, mangkal tank Amx 13 Apc. Sementara di sebelah barat, yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, terdapat sebuah meriam jenis M 48, yang moncongnya mengarah ke Jalan Raya Barat. Meriam juga ditempatkan di Taman Kartini dan, tentu saja, di Taman Meriam.

Meriam M48
Meriam M48/Djoko Subinarto

Keberadaan alat-alat tempur militer di tempat publik di Cimahi itu tentu saja kian menegaskan kota seluas 40,47 kilometer persegi ini sebagai Kota Militer.

Pusat Komando Militer

Lembar-lembar sejarah menunjukkan Cimahi memang difungsikan sebagai pusat komando militer oleh pemerintah kolonial Belanda.  Cimahi dipilih karena posisinya demikian strategis, berada persis di jalur Grote Postweg yakni Jalan Raya Pos Besar, yang menghubungkan Batavia dan Bandung. Selain itu, Cimahi berada pula di jalur utama kereta api, yang juga menghubungkan Batavia dan Bandung.

Pemerintah Belanda membangun beragam fasilitas militer di sini. Mulai dari sejumlah markas/tangsi militer, pusat pendidikan militer, rumah sakit militer, penjara militer, lapangan latihan menembak militer, padang rumput untuk pakan kuda militer, hingga kompleks perumahan perwira militer. Sampai tahun 1885, terdapat sekurangnya tiga batalyon militer Belanda di Cimahi, yakni infanteri, zenie, dan artileri.

Setelah masa penjajahan Belanda serta Jepang berakhir, dan Indonesia menjadi sebuah negara kesatuan yang berdaulat, posisi Cimahi sebagai pusat militer boleh dibilang tidak berubah.

Hingga hari ini, Cimahi masih menjadi pusat sejumlah pendidikan militer. Sebut misalnya Pusdik Armed, Pusdik Pom, Pusdik Pengmilum, Pusdikhub, Pusdik Bekang, dan Pusdikjas. Cimahi juga menjadi pusat kesenjataan artileri medan dan pusat kesenjataan artileri pertahanan udara. 

Gunung Bohong
Gunung Bohong/Djoko Subinarto

Lapang tempat latihan militer di Cimahi juga masih berfungsi hingga saat ini. Lokasinya di kawasan Gunung Bohong, sebelah barat rumah sakit militer Dustira, tak begitu jauh dari Jalan Tol Padaleunyi. 

Dulu, bunyi desing peluru yang nyasar ke permukiman bukan hal yang aneh bagi penduduk sekitar Gunung Bohong, terutama yang berada di sisi utara lapang tembak. Adanya peluru yang nyasar dimungkinkan karena tanggul tempat untuk latihan menembak saat itu tidak terlalu tinggi. Sekarang, sejak posisi tanggul ditinggikan, tak lagi terdengar bunyi desing peluru-peluru nyasar.

Namun, dar der dor bunyi senapan, baik laras pendek maupun laras panjang, masih dapat kita dengar dengan nyaring ketika para tentara sedang melakukan latihan menembak, dan di saat kita berada di sekitar Gunung Bohong.

Di masa lampau, sekitar tahun 1970-an, anak-anak kampung di sekitar Gunung Bohong terbiasa mencari selongsong dan proyektil peluru bekas latihan menembak para tentara.

Selongsong yang terkumpul, kemudian mereka jual kepada pengepul barang-barang bekas. Untuk proyektil peluru, setelah terkumpul tidak langsung dijual. Melainkan harus dipanaskan terlebih dahulu. Caranya dengan merebus proyektil menggunakan air. Setelah air mendidih, timah yang ada dalam proyektil akan mencair. Timah inilah yang nanti dikumpulkan dan dijual ke pengepul.

Wisata Militer

Taman Meriam
Taman Meriam/Djoko Subinarto

Dengan peninggalan maupun fasilitas militer yang dimilikinya, Cimahi sesungguhnya memiliki modal kuat untuk menjadi sebuah kota wisata militer. Di sejumlah negara, konsep wisata militer sudah lazim dipraktikkan dan terbukti cukup berhasil mengundang minat para wisatawan. Di Amerika Serikat (AS), misalnya, terdapat kawasan wisata militer bernama Isaac Potts House di daerah Valley Forge, Pennsylvania, yang dulunya merupakan markas besar pasukan Jenderal George Washington.

Di Belgia, ada kawasan wisata militer Arlon, yang merupakan kota pertama yang pernah diduduki pasukan Jerman di masa Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Di kota kecil yang letaknya sekitar 40 kilometer dari perbatasan Jerman ini berdiri sejumlah tugu dan monumen militer berikut rumah sakit tentara peninggalan masa perang yang ternyata mampu menyedot minat para wisatawan untuk berkunjung ke kota ini.

Lantas di Rusia, sejumlah kawasan di Moskow menawarkan sejumlah paket wisata militer yang cukup menarik, mulai dari kunjungan ke kawasan bekas medan-medan pertempuran semasa perang, melihat bunker dan berbagai bangunan bekas markas tentara hingga paket berlatih menembak dan naik kendaraan lapis baja militer.

Di Ho Chi Minh (dulu bernama Saigon), Vietnam, juga ada daerah khusus wisata militer. Salah satunya yang terkenal adalah Chu Chi, yang merupakan jaringan terowongan bawah tanah yang menjadi markas pasukan Viet Cong ketika berjuang melawan tentara AS di masa Perang Vietnam. Terowongan sepanjang 121 kilometer itu kini menjadi kawasan wisata militer yang banyak dikunjungi turis asing. Selain menyusuri terowongan dan menikmati berbagai menu makanan khas pasukan Viet Cong, para wisatawan yang berkunjung ke Chu Chi juga dapat berlatih menembak menggunakan beragam jenis senapan yang dulu pernah digunakan selama Perang Vietnam.

Mampu Diandalkan

Ditilik dari aspek kekhasan, bangunan dan tempat-tempat bersejarah di Kota Cimahi tampaknya cukup mampu diandalkan untuk menarik minat para wisatawan yang hendak melakukan wisata militer ke Cimahi. Apalagi dalam waktu dekat ini Cimahi kabarnya akan mendirikan pula sebuah museum militer.

Bahkan, untuk membuat paket wisata militer seperti berlatih menembak sebagaimana yang biasa ditawarkan di Moskow, Rusia, dan di Chu Chi, Vietnam, tidaklah terlalu sulit dilakukan karena Cimahi memiliki areal latihan menembak untuk tentara yang cukup memadai.

Kini tinggal bagaimana pengelola Kota Cimahi, pihak militer serta para pemangku kepentingan lainnya dapat bersinergi dengan sebaik-baiknya untuk membuat program dan terobosan-terobosan kreatif dalam upaya memajukan sektor pariwisata Kota Cimahi, khususnya yang terkait dengan aktivitas wisata militer.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Moncong Meriam di Taman Perjuangan dan ‘Dar’ ‘Der’ ‘Dor’ di Gunung Bohong appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/moncong-meriam-di-taman-perjuangan-dan-dar-der-dor-di-gunung-bohong/feed/ 0 35181
Taman Kartini, Taman Kota Cimahi Warisan Kolonial Belanda https://telusuri.id/taman-kartini-taman-kota-cimahi-warisan-belanda/ https://telusuri.id/taman-kartini-taman-kota-cimahi-warisan-belanda/#respond Sat, 17 Jul 2021 01:20:00 +0000 https://telusuri.id/?p=28618 Kulangkahkan kakiku menyusuri jalan dan trotoar sepanjang jalan raya itu. Diantara berjejernya gedung-gedung bernuansa kemiliteran yang ada di Jalan Baros Kota Cimahi, aku melihat kerumunan orang-orang ada di sana. Kenyataan yang membuatku jadi penasaran karenanya....

The post Taman Kartini, Taman Kota Cimahi Warisan Kolonial Belanda appeared first on TelusuRI.

]]>
Kulangkahkan kakiku menyusuri jalan dan trotoar sepanjang jalan raya itu. Diantara berjejernya gedung-gedung bernuansa kemiliteran yang ada di Jalan Baros Kota Cimahi, aku melihat kerumunan orang-orang ada di sana. Kenyataan yang membuatku jadi penasaran karenanya. Pantas saja seperti itu karena ada sebuah taman yang rindang dengan pepohonan layaknya sebuah taman human kota. Hari itu minggu tidak mengherankan banyak orangtua yang mengajak anak-anaknya untuk sekedar berjalan-jalan menikmati suasana pagi menuju siang. Aku pun rehat di sana beristirahat setelah berjalan sejauh satu kilometer.

Aku sedikit heran karena setelah melihat keadaan di sana semakin membuat keningku mengerut. Sungguh taman yang seharusnya enak untuk dipandang mata, tapi ternyata ada bagian tidak terawat dan terkesan kumuh. Padahal Taman Kartini sudah ada sejak zaman Belanda, taman ini dulunya bernama Taman Wilhelmina. Aku tidak terlalu mempersoalkan hal itu karena kulihat wajah penuh keceriaan orang-orang di sana. Mereka tampak menikmati keseruan liburan.

Taman Kartini/Deffy Ruspiyandy

Bagi mereka dari luar kota yang masuk ke Cimahi melalui pintu tol Baros, tentu akan mudah menemukan taman Kartini karena lokasinya tidak terlalu jauh dari Pusat Pendidikan Artileri Medan (Pusdik Armed). Taman ini bisa dijadikan sebagai transit karena berada di lokasi strategis serta memiliki lahan parkir cukup luas. Tidak itu saja, jika ingin mengisi perut atau sekedar menikmati minuman, di sana ada banyak pilihan. Bagi orang Cimahi sendiri, taman ini merupakan destinasi wisata yang dapat dikunjungi setiap saat. Tak ada biaya untuk memasukinya.

Saat masuk taman, patung RA Kartini akan menyambut. Pemilihan nama taman yang memakai nama pahlawan emansipasi wanita asal Jepara ini lebih meng-Indonesia dibanding Ratu Wilhelmina. Tentunya, Kota Cimahi adalah saIah satu kota yang memberi taman dengan nama Kartini karena di beberapa kota di Pulau Jawa terdapat pula Taman Kartini yang lain. Meski kalah pamor dengan Alun-Alun Kota Cimahi, namun taman Kartini tetaplah menjadi kebanggaan masyarakat kota. Aku senang saja berdiam di taman itu dan beberapa saat berjalan pula mengelilinginya.

Arena Bermain Anak/Deffy Ruspiyandy

Rasa-rasanya Taman Kartini cocok dikunjungi oleh semua kalangan umur khususnya untuk anak-anak. Berada di sini akan membuat mereka betah karena sarana bermain cukup mendukung perbagai macam permainan. Fasilitas bermain tersebut diantaranya gelayutan, alat jungkit anak dan alat permainan lainnya. Selain itu, ada pula penyewaan motor khusus anak, memancing dengan miniatur ikan juga yang tak bisa dilewatkan adalah odong-odong.

Di sini pun aku melihat beberapa orang remaja bermain skateboard, teradapat arena bermainnya juga. Kelihaian mereka bermain skateboard membuat decak kagum orang-orang yang melihatnya. Menjadi hiburan juga untukku. Ada beberapa tempat swafoto juga di sini, dulu mungkin terlihat indah. Namun sekarang terbengkalai tak terawat. Aku sendiri begitu menikmati suasananya, padahal aku tak sengaja hadir di sini.

Arena Skateboard/Deffy Ruspiyandy

Dulu, di tengah-tengah taman itu terdapat kolam air berbentuk lingkaran (pond) lengkap dengan air mancurnya. Tapi sekarang taman tersebut mengalami sejumlah perubahan, kolam air mancur kini tidak ada dan kolamnya pun tidak terisi oleh air. Dulu pada pagi dan siang hari taman didominasi oleh pengunjung anak-anak dan orangtuanya. Namun ketika malam tiba terlihat lebih banyak anak muda yang berkunjung ke taman tersebut.

Aku lalu menyusuri area yang ada di sana. Kulihat beberapa orang anak sedang bermain air kotor di kolam tersebut. Mereka tertawa-tawa tetapi sungguh kurang menyenangkan karena kolamnya tak terurus, tampak terbengkalai. Belum lagi sampah dedaunan berserakan dan dibiarkan. Aku yang melihatnya hanya bisa mengeluh tanpa melakukan apapun.

Aku pun berguman, “Harusnya taman ini bisa lebih diperhatikan. Taman Kartini menjadi salah satu aset berharga dan menjadi tempat rekreasi sederhana masyarakat sekitar. Jika seandainya aku yang memiliki taman itu, maka aku akan merenovasi taman itu daripada dibiarkan terbengkalai. Aku bukan orang berlebih uang dan aku hanya orang biasa yang berharap jika kelak kembali ke taman itu aku bisa melihat taman itu semakin indah dan terpelihara.”

The post Taman Kartini, Taman Kota Cimahi Warisan Kolonial Belanda appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/taman-kartini-taman-kota-cimahi-warisan-belanda/feed/ 0 28618
Menyusuri Jejak Militer di Kota Cimahi https://telusuri.id/menyusuri-jejak-militer-di-kota-cimahi/ https://telusuri.id/menyusuri-jejak-militer-di-kota-cimahi/#respond Sun, 11 Jul 2021 01:52:00 +0000 https://telusuri.id/?p=28611 Kota Cimahi adalah sebuah kota kecil yang menarik untuk dikunjungi. Bangunan cagar budaya yang ada begitu banyak sehingga tak salah jika menyimpan kenangan dan sejarah yang takkan terlupakan dari masa perjuangan. Saat berkunjung ke kota...

The post Menyusuri Jejak Militer di Kota Cimahi appeared first on TelusuRI.

]]>
Kota Cimahi adalah sebuah kota kecil yang menarik untuk dikunjungi. Bangunan cagar budaya yang ada begitu banyak sehingga tak salah jika menyimpan kenangan dan sejarah yang takkan terlupakan dari masa perjuangan. Saat berkunjung ke kota satu ini, ia akan menyuguhkan pelbagai bangunan-bangunan bersejarah yang rata-rata kebanyakan bergaya militer. Oleh karenanya, Cimahi dapat dikatakan sebagai kota garnisun atau kota militer.

Seantero nusantara sudah dapat dipastikan mengenal kota ini, apalagi mereka yang putra-putrinya menjadi tentara dan mengikuti pendidikan militer di sini. Mendatangi kawasan militer ini merupakan sebuah keasyikan tersendiri karena siapapun yang datang benar-benar merasakan suasana militer yang kental, terlebih rindangnya pohon-pohon yang mengelilingi pusat-pusat pendidikan militer di sana.

Jika kita mengunjungi kota-kota lain yang juga mungkin memiliki pusat kegiatan militer dan bangunan militer zaman penjajah, rasanya takkan seberapa lengkap jika dibandingkan dengan Kota Cimahi. Bahkan kantor Polres Cimahi yang sekarang pun dulunya adalah pabrik senjata milik penjajah Belanda.

Memang tidak sedahsyat seperti peristiwa Bandung Lautan Api, namun tak bisa dianggap kecil  perjuangan tokoh-tokoh pejuang di Kota Cimahi pun mencatatkan catatan sejarah yang tak bisa dilupakan begitu saja. Banyak tokoh yang kini diabadikan sebagai nama jalan. Kota Cimahi memiliki sejarah indah yang turut menopang perjuangan merebut kemerdekaan. Tak salah bagi mereka yang tertarik dengan wisata militer tentu tak salah jika memutuskan berkunjung ke kota ini. Bahkan Pemerintah Kota Cimahi pun berinisiatif pula membangun Museum Sejarah MIliter yang menjadi produk unggulan wisata di kota ini.

Kodiklat TNI Angkatan Darat/Deffy Ruspiyandy

Cimahi dikelilingi oleh pusat-pusat pendidikan kemiliteran. Tak mengherankan jika kita berjalan dari Jalan Gatot Subroto, Jalan Baros sampai jalan Sriwijaya kita akan melihat  nuansa kegiatan kemiliteran yang begitu kentara. Belum lagi menembus ke sebelah selatan ada kawasan Brigif 15 Kujang II Kota Cimahi. Lanjut ke Jalan Warung Contong berderet pula asrama-asrama tentara bekas peninggalan tentara Belanda dan tentara Jepang. Berkunjung kemari, selain akan melihat bangunan cagar budaya juga akan disuguhi dengan bangunan-bangunan yang berbasis kemiliteran.

Dari utara kita menuju ke arah selatan, baik ke Jalan Baros atau Jalan Pasir Kumeli tak luput dari pesona kegiatan militer. Di area depan ada kantor Kodim dan Datasemen Polisi Militer, Pusdikpal, Pusdikjas, Pusdikhub di Jalan Kalidam, Pusdikbekang, Pusdik Armed, Pusdikpom dan  Pussen Arhanud di Jalan Sriwajaya Kota Cimahi yang berdekatan dengan Pasar Antri Baru. Hal ini menunjukkan jika Kota Cimahi merupakan salah satu kota yang banyak menyimpan sejarah kemiliteran sejak zaman dulu sampai masa sekarang.

Pussen Arhanud/Deffy Ruspiyandy

Menariknya, sepanjang Jalan Pasir Kumeli dipadati para pembuat bordir yang menawarkan jasa membuat logo atau lambang kemiliteran. Mendekati RS Dustira juga banyak yang berjualan peralatan militer seperti seragam, sepatu, jaket, dan juga alat-alat lainnya. Ada banyak sekali dukungan kemiliteran, tentunya ini mempermudah tentara di sana untuk mendapatkan barang-barang yang sering digunakan.

Uniknya, lapangan-lapangan yang dimiliki TNI di pusat-pusat pendidikan ini sendiri kerap digunakan latihan oleh Persib Bandung juga oleh tim-tim lain yang bertanding di Piala Menpora 2021. Kondisi rumput lapangannya bagus dan terjaga. Lapangan ini terpelihara dengan baik karena tidak sembarang orang bisa menggunakannya tanpa izin pengelola.

Menyusuri kawasan militer dengan cara berjalan kaki pada trotoar dan jalanan aspal benar-benar menguras tenaga. Perjalanan dua jam tak cukup untuk mengetahui semuanya, terlebih jika ingin melihat ke dalam gedung. Barangkali bisa membutuhkan waktu sehari penuh untuk melakukannya.

Suasana ini sungguh menarik untuk mereka yang datang ke sini dari Jalan Tol Purbaleunyi. Cukup strategis karena mereka yang datang dari luar kota bisa keluar dari Pintu Tol Baros. Dari sana hanya membutuhkan beberapa menit saja untuk menemukan gedung-gedung bergaya militer sepanjang jalan yang dilewati. Tentu saja hal ini telah dirancang jauh-jauh hari untuk memudahkan semua ini.

Kawasan militer ini sendiri memang zaman dulu telah dirancang sedemikian rupa oleh mereka yang membangunnya yang tiada lain adalah pihak kolonial. Hal ini tergambar jelas dengan adanya. Penjara khusus militer di Jalan Poncol dekat Lapangan Rajawali, ada Kolam Renang Tirta Yudha yang dikhususkan untuk kepentingan para tentara, ada pula gedung The Historich yang juga dikenal sebagai gedung Soedirman, Rumah Sakit Dustira untuk perawatan tentara, Stasiun Kereta Api Cimahi untuk mengangkut para tentara lapangan untuk latihan menembak di Gunung Bohong serta bagi para tentara Belanda yang mati sekalipun, saat itu ada pemakaman khusus bagi mereka yaitu Kerkhof (Ereveld) di Leuwigajah, Kota Cimahi. Kesemuanya semakin mempertegas jika Cimahi menyimpan sejarah tentang dunia kemiliteran.

Rumah Sakit Dustira/Deffy Ruspiyandy

Kendati dikelilingi oleh pusat-pusat pendidikan militer ternyata di seputaran itu berdiri pula universitas dan sekolah-sekolah tinggi yang diperuntukkan untuk masyarakat umum tetapi tetap dengan nama bernuansa ketentaraan yaitu Universitas Jenderal Ahmad Yani. Universitas ternama satu-satunya di kota ini. Ada pula Stikes Unjani serta STKIP Siliwangi yang berdiri di sana.

Tak salah jika Kota Cimahi bisa menjadi pilihan destinasi wisata sejarah yang aroma kemiliterannya cukup kental. Bagi anak muda kota ini bisa mengingatkan mereka tentang arti perjuangan meraih kemerdekaan RI dari tangan penjajah. Kota Cimahi semoga menjadi tempat yang menarik bagi siapapun, apalagi yang ingin menjadi tentara. Maka berkunjung ke Kota Cimahi dapat melihat lebih dekat tentang dunia ketentaraan itu sendiri dari berbagai aspek.

The post Menyusuri Jejak Militer di Kota Cimahi appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menyusuri-jejak-militer-di-kota-cimahi/feed/ 0 28611
Festival Air, Kampanye Peningkatan Kesadaran Menjaga Sumber Air lewat Produk Seni dan Budaya https://telusuri.id/festival-air-kampanye-peningkatan-kesadaran-menjaga-sumber-air/ https://telusuri.id/festival-air-kampanye-peningkatan-kesadaran-menjaga-sumber-air/#respond Wed, 07 Jul 2021 02:11:00 +0000 https://telusuri.id/?p=28600 Produk seni dan budaya dapat menjadi wahana dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih menjaga sumber air dan sekaligus menggunakan air secara lebih bijaksana. Menilik namanya, Cimahi, kota seluas 40,47 kilometer persegi yang terletak sekitar 16...

The post Festival Air, Kampanye Peningkatan Kesadaran Menjaga Sumber Air lewat Produk Seni dan Budaya appeared first on TelusuRI.

]]>
Produk seni dan budaya dapat menjadi wahana dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih menjaga sumber air dan sekaligus menggunakan air secara lebih bijaksana.

Menilik namanya, Cimahi, kota seluas 40,47 kilometer persegi yang terletak sekitar 16 kilometer sebelah barat Kota Bandung, mestinya tidak pernah kekurangan air. Dalam bahasa Sunda, kata ci, kependekan dari cai, bermakna air. Sedangkan mahi artinya cukup. Jadi Cimahi, secara harfiah berarti cukup air atau airnya cukup. Tidak lebih. Tidak kurang. 

Sekitar 30-40 tahun silam, masalah air di Kota Cimahi—yang kerap pula dijuluki sebagai Kota Militer karena menjadi markas sejumlah instansi dan pusat pendidikan militer—sama sekali tidak menjadi persoalan bagi segenap warga Cimahi. Sumber-sumber air permukaan bukan hanya melimpah, tetapi juga relatif bersih. Di sejumlah kawasan, sumber mata air dapat mudah kita temukan. Menggali sumur cukup berkedalaman 5-7 meter sudah mengeluarkan air. Itu dahulu.

Namun, seiring dengan pesatnya laju pembangunan yang dibarengi dengan alih fungsi lahan serta industrialisasi secara masif, sumber-sumber air permukaan di Cimahi mulai berkurang. Banyak sumber mata air hilang. Sekarang ini, mustahil untuk menggali sumur di Cimahi karena perlu kedalaman hingga puluhan meter barulah air mulai keluar.

Antri Air/Djoko Subinarto

Kini, seperti sejumlah kota lainnya di Indonesia, Kota Cimahi mulai mengalami defisit air. Lebih-lebih saat musim kemarau. Sebagian besar warga Cimahi selalu menjerit kekurangan air. Sementara tatkala musim penghujan tiba, banjir tak pernah absen menerjang beberapa kawasan kota ini gara-gara air lebih banyak tidak segera terserap ke dalam tanah.

Nah, dalam upaya menggugah kesadaran warga ihwal pentingnya menjaga, merawat dan melindungi sumber-sumber air, Komunitas Budaya Bandoengmooi dan Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC) menggelar acara “Ngalokat Cai Cimahi” yang merupakan bagian dari Festival Air yang melibatkan seluruh kelurahan se-Kota Cimahi.  

Acara ini mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kota Cimahi melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga (Disbudparpora), Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi serta Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

“Ngalokat Cai merupakan sebuah prosesi penyatuan air dari tiap-tiap kelurahan di Kota Cimahi. Jadi, air dari masing-masing kelurahan di seluruh Cimahi disatukan dalam sebuah tempayan. Ini sebagai lambang bahwa kita harus tetap menjaga satu tanah dan satu air,” beber Hermana HMT, Ketua Komunitas Budaya Bandoengmooi. Lebih jauh, Hermana menjelaskan bahwa acara “Ngalokat Cai Cimahi” merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Festival Air 2020, yang pelaksanaannya sudah dilakukan sejak tanggal 26 September 2020 silam. 

Kegiatan Festival Air 2020 Kota Cimahi ini diawali dengan menyuguhkan seni pertunjukan teater, tari kreasi baru, musik kolaborasi etnik, reog Sunda, permainan tradisional, visualisasi manuskrip, pencak silat dan dongeng bertema air. Untuk tahun ini, sebagian kegiatan  dilakukan secara daring (online). Selain itu, tambah Hermana, digelar pula kegiatan melukis bersama.

Sebanyak sepuluh perupa Kota Cimahi menuangkan gagasan bersama tentang air ke kanvas. Acara ini pun dilakukan secara daring. Tak ketinggalan digelar pula kompetisi kirab budaya Ngarak Cai dengan peserta seluruh kelurahan yang ada di Kota Cimahi serta gabungan beberapa komunitas budaya di Cimahi. Acara Ngarak Cai dilangsungkan pada Sabtu (24/10/2020) di tiap-tiap kelurahan.

Kirab Budaya/Djoko Subinarto

Awalnya, kirab budaya Ngarak Cai akan digelar di arena Car Free Day (CFD) Kota Cimahi, di depan kompleks kantor Walikota Cimahi, di kawasan Jati, Cihanjuang, Cimahi. Namun, untuk meminamilisir kerumunan demi menjaga kesehatan masyarakat dari ancaman virus Corona (COVID-19), maka kegiatan kirab budaya Ngarak Cai dilaksanakan di masing-masing kelurahan tempat peserta kirab. Hermana menyatakan bahwa tujuan utama Festival Air adalah berkampanye lewat seni dan budaya untuk senantiasa menjaga air dan lingkungan hidup.

Peduli lingkungan

Kita tentu saja perlu mengapresiasi apa yang dilakukan Komunitas Budaya Bandoengmooi dan Dewan Kebudayaan Kota Cimahi, yang telah menjadikan seni dan budaya sebagai sarana untuk menggelorakan kesadaran masyarakat agar peduli lingkungan, khususnya dalam hal menjaga sumber air.

Jujur harus kita akui, sumber-sumber air di sekitar kita sekarang ini kian banyak yang terdegradasi. Pada saat yang sama, tak sedikit dari kita yang dengan mudahnya pula menghambur-hamburkan air untuk sejumlah aktivitas yang kurang begitu penting. Air adalah kebutuhan vital bagi kita semua—di mana pun dan sampai kapan pun. Hidup kita bergantung sepenuhnya kepada air.

Kita dapat bertahan hidup tanpa makanan selama beberapa hari atau bahkan lebih lama lagi. Tapi tanpa air, mustahil kita mampu bertahan cukup lama. Jika dirata-rata, setiap orang membutuhkan air antara 20-50 liter setiap hari untuk aneka keperluan, seperti untuk minum, memasak, mandi, mencuci pakaian dan keperluan lainnya. 

Para seniman dan budayawan, lewat berbagai produk seni dan budaya yang diciptakannya, dapat ikut berkontribusi dalam ikhtiar meningkatkan kesadaran masyarakat ihwal perlunya menjaga sumber air dan menggunakan air secara lebih bijaksana.

The post Festival Air, Kampanye Peningkatan Kesadaran Menjaga Sumber Air lewat Produk Seni dan Budaya appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/festival-air-kampanye-peningkatan-kesadaran-menjaga-sumber-air/feed/ 0 28600