corona Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/corona/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Sat, 03 Dec 2022 09:22:49 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 corona Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/corona/ 32 32 135956295 Nasib Kebun Binatang saat Pandemi https://telusuri.id/nasib-kebun-binatang-saat-pandemi/ https://telusuri.id/nasib-kebun-binatang-saat-pandemi/#respond Mon, 29 Nov 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=30578 Hampir dua tahun, Indonesia dan dunia telah hidup berdampingan dengan COVID-19. Pandemi tak hanya melumpuhkan aktivitas manusia, kebun binatang juga terdampak. Banyak satwa yang bernasib malang akibat pandemi yang memaksa kebun binatang menutup operasional.Penutupan ini...

The post Nasib Kebun Binatang saat Pandemi appeared first on TelusuRI.

]]>
Hampir dua tahun, Indonesia dan dunia telah hidup berdampingan dengan COVID-19. Pandemi tak hanya melumpuhkan aktivitas manusia, kebun binatang juga terdampak. Banyak satwa yang bernasib malang akibat pandemi yang memaksa kebun binatang menutup operasional.Penutupan ini tentu saja menyebabkan pemasukan penjualan tiket turun drastis. Bahkan, bisa disebut tidak ada pemasukan dari situ. Sejumlah kebun binatang di Indonesia pun harus memutar otak untuk tetap bertahan di masa pandemi. 

Di samping fungsi rekreasi, kebun binatang di Indonesia juga menjadi tempat untuk riset dan konservasi satwa. Menurut data survei internal Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI), terdapat 60 kebun binatang yang menjadi anggota organisasi profesi tersebut. Anggota PKBSI mengemban hajat hidup kurang lebih 5.000 jenis satwa dengan 70.000 individu satwa.

Harimau Sumatra-Unsplash-Rebecca Campbell
Harimau Sumatra via Unsplash/Rebecca Campbell

Nasib kebun binatang

Pandemi di Indonesia dimulai 2 Maret 2020 ketika dua orang terkonfirmasi positif COVID-19. Pada tanggal 9 April 2020, wabah tersebut sudah menyebar ke 34 provinsi. Pemerintah pun mengambil langkah sigap memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Kebijakan itulah yang menyebabkan banyak sektor penunjang kehidupan masyarakat berhenti beroperasi. Hanya sektor esensial dan kritikal yang boleh tetap berjalan dengan penerapan protokol kesehatan. Pemberlakuan kebijakan PSBB di Indonesia mengakibatkan sejumlah kebun binatang terpaksa tutup demi memutus mata rantai penyebaran COVID-19.

Sejak awal penutupan kebun binatang seluruh Indonesia, pihak PKBSI menyatakan bahwa hanya sekitar 10% anggota yang mampu memberi pakan selama satu hingga tiga bulan. 90% lainnya hanya bisa bertahan kurang dari satu bulan, bila tidak ada bantuan sama sekali. Bukan tanpa sebab, hal itu terjadi karena kebanyakan kebun binatang Indonesia mengandalkan pemasukan dari penjualan tiket ke pengunjung. Jika ditutup dan tidak ada kunjungan, pemasukan berkurang drastis.

Rusa di Kebun Binatang-Unsplash-Helene Nguyen
Rusa di Kebun Binatang via Unsplash/Helene Nguyen

Di sisi lain, kehidupan di kebun binatang harus terus berlanjut. Mulai dari biaya pakan ternak, biaya perawatan, maupun gaji para karyawan. Kebun binatang tidaklah sama dengan bisnis yang bisa ditutup dan merumahkan karyawan. Kebun binatang menyangkut kehidupan makhluk hidupnya. Belum lagi, sebagian satwa di kebun binatang merupakan satwa dilindungi, terancam punah, serta populasinya tak banyak di alam.

Upaya bangkit kembali

Permasalahan pakan memang jadi masalah utama saat kebun binatang tutup. Sehingga, manajemen kebun binatang perlu melakukan penyesuaian. Contoh saja upaya substitusi pakan, puasa satwa, maupun pengurangan porsi. Upaya substitusi pakan dilakukan oleh pengelola kebun binatang di berbagai daerah.

Pengelola kebun binatang semula memberi hewan karnivora pakan 50% ayam dan 50% daging sapi. Kini porsinya menjadi 75% daging ayam serta 25% daging sapi. Ada juga hewan herbivora yang pakannya diganti dengan kualitas standar, meski biasanya diberi pakan berkualitas tinggi.

Untuk dampak sendiri, manajemen berujar substitusi pakan dapat mempengaruhi bobot satwa di kemudian hari. Penurunan berat badan tidak bisa ditampik. Apalagi kalau bukan karena nutrisi, gizi, maupun serat yang terkandung di pakan pengganti berbeda dengan pakan aslinya.

Di beberapa kebun binatang, kebijakan puasa satwa diberlakukan. Maksudnya adalah terdapat satwa-satwa yang diberi makan dua hari sekali agar bisa bertahan dan menekan anggaran untuk pakan. Berkaitan dengan permasalahan pakan, sejumlah kebun binatang masih akan memantau kondisi satwa dengan menyiagakan dokter hewan. Perhatian lebih diberikan pada satwa yang masuk kategori rawan kepunahan.

Permasalahan berikutnya adalah soal karyawan yang bekerja di kebun binatang, misalnya zookeeper dan dokter hewan. Menurut data PKBSI, ada 22.000 pegawai di kebun binatang anggotanya. Upaya yang dilakukan pihak manajemen adalah memberlakukan shift kerja. Hal ini tentu memengaruhi upah karyawan yang akan dipotong karena durasi kerjanya pun berkurang. Meskipun demikian, ternyata permasalahan gaji karyawan masih jadi kendala karena kendala finansial yang dialami pihak kebun binatang.

Kemudian, terdapat permasalahan seputar pajak yang menghantui manajemen kebun binatang. Situasi pandemi ini, pajak di sejumlah daerah masih perlu dibayar penuh sama dengan sebelum pandemi melanda. Padahal, aliran dana dan pemasukan kebun binatang bisa dibilang surut. Ketika ada momen-momen yang seharusnya jadi kesempatan emas (peak season), kala itu pula kebun binatang ditutup. Momentum peak season yaitu libur tahun baru, libur semester, maupun libur lebaran. Manajemen tentu mengharap keringanan mengingat kondisi sekarang, seperti pembebasan pajak dan penghapusan denda.

Poster Donasi SOZ Benih Baik X PKBSI - Situs PKBSI
Poster Donasi SOZ Benih Baik X PKBSI/Situs PKBSI

Kontribusi masyarakat

Segelintir kebun binatang akhirnya berusaha mencari dana tambahan selain dari bantuan pemerintah setempat. Dana itu dapat diperoleh dari donasi masyarakat umum. PKBSI pun sempat menggalang dana untuk kesejahteraan satwa dan karyawan kebun binatang anggota di seluruh Indonesia. Di samping itu, pengelola beberapa kebun binatang aktif mengajak masyarakat untuk berpartisipasi demi keberlanjutan hidup satwa di kebun binatang. 

Gerakan galang dana itu diwujudkan dengan semisal masyarakat bisa membeli tiket yang temponya hingga beberapa bulan berikutnya. Selain itu, terdapat juga donasi dengan hadiah berupa masker bergambar satwa yang lucu. Bahkan, ide menarik lain juga muncul, yakni adopsi satwa. Bukan berarti satwa yang diadopsi akan diambil dan jadi milik pengadopsi. Namun, masyarakat dapat membantu memberi pakan pada satwa tertentu.

Segala upaya dilakukan guna menyiasati agar kebun binatang tetap “hidup” di era pandemi. Walaupun ada kebun binatang yang sudah boleh beroperasi kini, tetap saja ada tatanan yang berubah. Pembatasan jumlah pengunjung dan penerapan protokol kesehatan ketat jadi hal baru di kebun binatang. Belum lagi kalau kebijakan pemerintah berubah, sehingga kebun binatang terpaksa tutup kembali. Sejatinya tanggung jawab atas kesejahteraan makhluk hidup di kebun binatang tidak hanya di tangan pengelola, tetapi juga pemerintah dan masyarakat. Mari bantu selagi mampu!Bagi teman-teman yang ingin berdonasi demi membantu kehidupan satwa di kebun binatang, klik tautan berikut di sini atau langsung kunjungi akun Instagram PKBSI di sini.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu

The post Nasib Kebun Binatang saat Pandemi appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/nasib-kebun-binatang-saat-pandemi/feed/ 0 30578
PPKM Diperpanjang Kebun Nanas menjadi Pilihan https://telusuri.id/ppkm-diperpanjang-kebun-nanas-menjadi-pilihan/ https://telusuri.id/ppkm-diperpanjang-kebun-nanas-menjadi-pilihan/#respond Fri, 08 Oct 2021 01:23:00 +0000 https://telusuri.id/?p=30862 Semasa corona, pasien COVID-19 terus bertambah, ekonomi semakin turun, dan kebutuhan hidup terasa menjadi mahal. Semua masyarakat dipukul rata dengan keadaan yang kala itu terus mencekam. Tidak sedikit yang mengalami rasa takut untuk sakit yang...

The post PPKM Diperpanjang Kebun Nanas menjadi Pilihan appeared first on TelusuRI.

]]>
Semasa corona, pasien COVID-19 terus bertambah, ekonomi semakin turun, dan kebutuhan hidup terasa menjadi mahal. Semua masyarakat dipukul rata dengan keadaan yang kala itu terus mencekam. Tidak sedikit yang mengalami rasa takut untuk sakit yang berujung pada kematian. Untuk itu pemerintah melakukan berbagai upaya untuk meredam penyebaran COVID-19. Mulai dari social distancing, PSBB, dan sekarang PPKM. 

PPKM pertama kali diberlakukan sejak tanggal 11-25 Januari 2021 untuk wilayah DKI Jakarta dan 23 Provinsi lainnya yang memiliki risiko tinggi penyebaran COVID-19. Namun, solusi ini dianggap belum efektif dan akhirnya muncul  PPKM mikro yang mulai 9-22 Februari 2021 yang berlaku untuk tujuh provinsi.

Pada bulan Juli PPKM diberlakukan lagi dengan sebutan PPKM darurat yang berlaku mulai tanggal 3-20 Juli 2021, khususnya wilayah Jawa-Bali. Namun, seiring kasus yang terus meningkat PPKM darurat terus diperpanjang hingga saat ini. Seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring, mal/swalayan/pusat perdagangan ditutup total, tempat wisata ditutup dan tidak boleh makan di restoran (dine-in).

Bagi kami seorang mahasiswa yang suka me-refresh pikiran disela-sela kesibukan kuliah terasa bosan dan sumpek. Mal, restoran, dan tempat wisata yang biasa dikunjungi tutup total. Bertemu dengan teman sekelas pun hanya bisa tatap muka secara daring. Tidak ada tawa renyah saat duduk di taman depan kelas sambil menunggu dosen. Kami hanya bisa berdoa wabah pandemi segera berakhir.Kesibukan yang tidak pernah usai walau hanya via daring, tapi membuat rasa jenuh semakin membara. Lalu bagaimana harus menghibur diri? Baca novel, nonton drama korea, dan bermain game online menjadi kebiasaan baru kami. Nyatanya itu semakin membuat beban menumpuk. Sedangkan untuk kondisi sekarang kita harus tetap bahagia supaya bisa meningkatkan iman dan imun.

Buah nanas
Buah nanas/Dwi Wigati

Kami orang desa yang memiliki mayoritas mata pencaharian sebagai petani menjadikan sawah sebagai tempat hiburan utama. Mulai dari menanam padi, jagung, tembakau, sayur-mayur, hingga buah-buahan. Salah satunya menanam buah nanas. Menanam nanas ini menjadi salah satu mata pencaharian pokok masyarakat Desa Ponggok, Kabupaten Blitar untuk memenuhi kebutuhan. Untuk itu, mayoritas lahan yang dimiliki masyarakat penuh dengan tanaman nanas. Anehnya hanya tanaman ini yang bisa tumbuh hingga berbuah dengan baik. 

Meskipun jalanan sawah yang kecil dan berliku tidak menyurutkan rasa bahagia kami yang mendapat hiburan sederhana. Bentuk unik dari pohon nanas, daun hijau yang runcing dan bergerigi pada sisi-sisinya, serta buah yang ada daunnya runcing menjadi pengetahuan baru bagi kami, khususnya saya. Ini adalah pengalaman pertama yang saya dapat. Selama ini suka dengan buah nanas tetapi tidak mengetahui wujud dari pohonnya.

Susur
Sungai dikelilingi pohon besar/Dwi Wigati

Tepat pada sawah paling bawah terdapat sungai kecil yang dikelilingi pohon-pohon besar. Saat turun ke bawah kami harus melewati jalan berkelok dan tertutupi daun nanas juga. Namun, membuat kami semakin penasaran dan tertantang. Sedikit demi sedikit melewati jalan yang licin dan menurun. Teman-teman yang ada di belakang saya harus bersabar dan perlahan menunggu antrian melalui jalan kecil. 

Sungai itu dikelilingi pohon besar yang sedikit rimbun. Walaupun sungainya kecil seperti tidak berpenghuni, di dalamnya juga ada ikan-ikan kecil dan kepiting sungai yang hidup. Bebatuan yang besar menjadikan mereka mudah untuk berlindung dari hujan dan panas. Airnya tidak begitu dalam, sehingga kami berani memanfaatkannya untuk menghibur diri dengan bermain air. Air-air yang mengalir dengan mudahnya membawa daun-daun yang berserakan di atasnya. Sungai ini sepi dan berada paling bawah, tetapi tidak membuat kami takut dan menyurutkan rasa ingin tahu kami untuk bermain air dan berfoto ria di tengah rasa panas dari matahari yang menyengat. 

Tempat yang sederhana itu tidak kalah estetis dengan tempat wisata lainnya. Sederhana tapi angelnya dapat. Matahari pun mau berkongsi dengan kamera ponsel Android sederhana milik Ila, teman saya. Pohon-pohon besar yang mengelilingi sungai juga tidak mau menghalangi sinar surya yang menerpa. Warna pastel dari jilbab dan jaket Levi’s warna hitam yang saya pakai mendukung background sekitar. 

Nanas yang berbuah manis dan segar ini biasanya dibuat rujak buah. Dan, ternyata satu buahnya memiliki harga yang sangat murah dari petani. Per biji yang lumayan besar hanya senilai Rp2 ribu. Bahkan harganya seperti makanan gorengan yang terdapat pada pinggir jalan. Padahal buah nanas ini memiliki banyak manfaat, loh. Salah satunya memiliki kandungan vitamin C yang berguna untuk meningkatkan imunitas tubuh. Sedangkan gorengan memiliki banyak lemak yang bisa memicu kolesterol.

Pernahkah teman-teman membayangkan kalau harga hasil panen petani tidak sesuai dengan jerih payah mereka? Mulai dari menanam hingga menunggu hasil panennya yang paling cepat sekitar sepuluh bulan. Jika mereka menanam yang berjenis madu hingga 24 bulan baru bisa dipanen buahnya. Belum hitungan seberapa banyak biaya pupuk yang mereka keluarkan. Bisa rugi yang mereka dapatkan. Inilah hal yang sangat disayangkan juga selama pandemi. Penghasilan menurun dari banyak segi termasuk pertanian. Sedangkan bahan makanan pokok semakin mahal.

Siangnya pada salah satu rumah masyarakat, kami diberi suguhan buah nanas yang sudah dipotong, cilok, kerupuk sambal, semangka, dan es sirup segar. Suguhan ringan tetapi menggiurkan. Rasa asam, manis, dan segar dari nanas cocok dimakan dengan cilok bersaus dan kerupuk sambal. Begitulah indahnya sikap dan nuansa desa yang tidak terlupakan.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post PPKM Diperpanjang Kebun Nanas menjadi Pilihan appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/ppkm-diperpanjang-kebun-nanas-menjadi-pilihan/feed/ 0 30862
Sepinya Aktivitas di Boyolali saat PPKM https://telusuri.id/sepinya-aktivitas-di-boyolali-saat-ppkm/ https://telusuri.id/sepinya-aktivitas-di-boyolali-saat-ppkm/#respond Wed, 01 Sep 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=29637 Tepat dihadapanku, terpampang sebuah kertas berisi angka. Sebuah kertas yang seringkali dibagikan ketika tahun baru telah datang. Ya, apalagi jika bukan sebuah kalender yang telah penuh dengan coretan agenda. Sekarang angka tepat berada di barisan...

The post Sepinya Aktivitas di Boyolali saat PPKM appeared first on TelusuRI.

]]>
Tepat dihadapanku, terpampang sebuah kertas berisi angka. Sebuah kertas yang seringkali dibagikan ketika tahun baru telah datang. Ya, apalagi jika bukan sebuah kalender yang telah penuh dengan coretan agenda. Sekarang angka tepat berada di barisan bawah, menandakan bulan baru akan segera menyapa. “Tanggal 29, hmmm,” aku bermonolog dengan pikiran yang mulai berkelana. Hari ini, tepat sebulan setelah aku pulang dari kampung halaman. 

Mungkin bagi sebagian orang, hal ini akan terdengar biasa saja. Namun, bagiku tidak. “Secuil kisah terukir dibalik setiap perjalanan,'”sebuah kalimat yang selalu aku percaya. Termasuk perjalananku kali ini, dimana aku harus membelah jalan di tengah-tengah situasi corona yang tengah merebak. Parahnya lagi, tepat di tanggal ini sebuah regulasi telah diberlakukan. Apalagi kalau bukan PPKM, yang menyebabkan beberapa jalan harus ditutup dengan sengaja. 

Jika kau berpikir aku adalah seorang pelanggar, dapat dipastikan itu salah besar. Tak ada niat setitikpun untukku tak mematuhi sebuah aturan, hal ini terjadi sebab rasa ketidaktahuan. Mungkin, akibat dari kurangnya aktivitas kehidupan televisi di dalam rumah. Hingga pada akhirnya informasi menjadi minim untuk didapatkan. 

Persawahan di daerah Pengging, Kecamatan Banyudono, Boyolali via TEMPO/Denny Sugiharto

Sedikit menantang adrenalin, sungguh. Awal perjalanan sepeda motor ini terus melaju. Lancar, tanpa ada kemacetan yang mengganggu. Sehingga kupikir “Ah akhirnya masyarakat bisa sadar untuk tidak bepergian terlebih dahulu.” Namun, kesenggangan jalan semakin membuatku bingung. Barulah jawaban atas pertanyaan di otak terjawab ketika melihat jalan yang ditutup. 

Jalan yang ditutup tersebut ditemukan ketika memasuki kota Boyolali. Akhirnya tanpa pikir panjang, aku membawa sepeda motor ini untuk mencari jalan lain. Melalui jalan kampung dan menjauhi jalan alternatif. Bermodalkan sebuah kata nekat, walau tidak tau arah, aku segera mengikuti motor dan mobil lain dengan percaya diri. Walau di dalam hati sedikit berdoa agar tidak nyasar ataupun tertangkap polisi. 

Setelah mengekor sedikit lama, akhirnya jalur yang kulalui menemukan sebuah titik terang. Dengan kata lain, ibuku—yang membonceng motorku—paham dan memastikan bahwa tersesat. Kami tiba di pasar Sunggingan. Melihat sekitar, aku menemukan sesuatu yang berbeda. Pasar ini ditutup, dan tak ada satupun toko atau warung yang berani untuk membuka tendanya. Sangat berbanding terbalik dengan yang ada di Semarang. Di sini benar-benar patuh akan peraturan. Tidak adanya kehidupan di pasar, membuat keadaan jalanan kembali lenggang. 

Patung Pahlawan di jalan menuju pintu masuk kawasan kompleks terpadu perkantoran Pemerintah Kabupaten Boyolali via TEMPO/Rizki Putra

Setelah beberapa belokan dan kembali menelusuri jalan desa, akhirnya aku menemukan alasan di balik patuhnya masyarakat di sini. Beberapa mobil sedang terparkir dengan rapi. Bukan sembarang mobil, melainkan mobil polisi yang tengah berpatroli. Ditambah lagi, terdapat sebuah tank dengan cairan desinfektan sebagai isi. Terlihat pula beberapa polisi dan TNI sedang memantau para pengendara dengan mata yang sedikit menelisik. Dan tentu saja kembali harap kulantunkan dalam hati. “Semoga tidak ada razia untuk kami.” 

Lagi-lagi Tuhan mendengarkan suara hatiku, dan mereka, para penjaga jalan tidak mengusik bahkan mengganggu. Beberapa pengguna sepeda juga meluncur dengan tersenyum. Menikmati lenggangnya jalan dengan oksigen bersih mengalir menuju paru-paru. Sungguh, seperti inilah suasana kota yang kuinginkan sedari dulu. Aman, nyaman, tidak bising, dan jauh dari asap bahkan debu yang dapat membuat kesehatan menurun. Kecepatan motor saat ini selalu dibawah angka enam puluh. Sengaja, ingin berlama-lama menelusuri jalan di bawah pohon-pohon yang teduh. Lagipula ibuku tak suka jika aku mengebut.

Menempuh perjalanan yang bisa dibilang cukup panjang, akhirnya kami berdua sampai di tempat tujuan. Berusaha tetap menjaga jarak, menjauhkan orang tersayang dari virus yang sedang marak. Menjaga rindu yang tertahan, agar seluruh rumah merasa aman. Semoga saja, kedatangan kami di sini tak membuat suasana menjadi bermuram durja. 

Ibu segera masuk ke salah satu kamar, untuk menyelesaikan beberapa urusan. Sedang aku hanya menunggu di kursi luar sembari menatap mereka dari kejauhan. Ditemani dengan secangkir teh hangat, dengan beberapa mangkuk buah disampingnya. Sesekali keponakan selalu berusaha untuk mendekat. Seperti dulu bermain bersama tanpa adanya sebuah sekat. Untung saja aku mampu menahannya, berusaha menghindarkan mereka dari virus yang mungkin saja aku bawa. “Huft, ya sudahlah pasrah,” ucapku dengan menghela nafas. 

Kurang lebih keperluan mendesak tersebut selesai dalam waktu dua jam. Tentu saja ada kegiatan pengisi perut sebagai jeda. Hitung-hitung sebagai energi tubuh untuk perjalanan pulang. Bertujuan agar aku dan ibu bisa selamat sampai rumah dengan keadaan sehat wal afiat. Begitu kata bibiku dengan kalimat yang sungguh perhatian. Berat hati kami berpamitan dan memutuskan untuk pulang. Dengan rasa yang sedikit berbeda tentunya. 

Terlepas dari kejadian di desa, perjalanan pulang kali ini juga membuatku sedikit tercengang. Sepanjang jalan dari desa hingga memasuki Kota Boyolali, benar-benar hanya sedikit kendaraan yang kutemui. Bahkan, toko-toko di sepanjang sisi jalan juga terlihat sudah tidak beraktivitas. Para karyawan mereka pulang tepat pukul 16.00. Jelas berbeda dengan Semarang yang masih melonggarkan jamnya hingga setelah adzan Maghrib berkumandang. Salut dan haru mulai menyeruak, kupikir masyarakat telah jenuh karena pandemi terlalu lama dan memilih untuk bertindak gegabah. Nyatanya, masih banyak warga yang taat aturan dan tidak egois dalam menuruti hawa nafsunya. 

Warga mencari ikan di Waduk Cengklik, Kecamatan Ngemplak, Kota Boyolali via TEMPO/Denny Sugiharto

Semoga dengan usaha yang seperti ini, dapat mengurangi angka pasien terjangkit. Dan doa paling serius yang kupanjatkan, semoga kasus COVID-19 cepat berakhir. 

Aamin.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Sepinya Aktivitas di Boyolali saat PPKM appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/sepinya-aktivitas-di-boyolali-saat-ppkm/feed/ 0 29637
Menuntut Ilmu saat PPKM Darurat https://telusuri.id/menuntut-ilmu-saat-ppkm-darurat/ https://telusuri.id/menuntut-ilmu-saat-ppkm-darurat/#respond Tue, 10 Aug 2021 14:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=29513 Jika kamu adalah orangtua, bisa jadi selama satu tahun terakhir ini kamu menjadi saksi anak-anak belajar di ruang sunyi. Mereka hanya ditemani oleh sebuah ponsel yang jadi navigator bagaimana harus mengerjakan tugas pada hari itu....

The post Menuntut Ilmu saat PPKM Darurat appeared first on TelusuRI.

]]>
Jika kamu adalah orangtua, bisa jadi selama satu tahun terakhir ini kamu menjadi saksi anak-anak belajar di ruang sunyi. Mereka hanya ditemani oleh sebuah ponsel yang jadi navigator bagaimana harus mengerjakan tugas pada hari itu. Mereka hanyut dalam sepi dan sibuk menuntaskan pelajaran demi nilai dan tak ketertinggalan pelajaran yang bisa membuatnya menjadi sibuk dibanding hari-hari sebelumnya.

Hari-hari mereka tanpa teman dan kala itu ternyata mau tak mau harus mengedepankan ego, kecuali yang belajar dibimbing orang tuanya anak-anak SD. Tentu, semua itu bukan mereka yang mau, namun keadaan yang memaksa harus begitu.

Bukan hal yang mengasyikkan bagi anak-anak kita, namun itulah yang harus mereka terima. Hal yang tak pernah mereka pikirkan sebelumnya ternyata menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupannya.

anak SD belajar dengan menggunakan gadgetnya 2
Anak SD belajar dengan menggunakan gawai/Deffy Ruspiyandy

Belajar daring atau dalam jaringan tentu bukan hal yang nyaman bagi sebagian pelajar, entah itu pelajar SD, SMP, SMA, maupun mahasiswa. Setuju atau tidak, semua pelajar mesti menerima kenyataan pahit belajar di rumah dengan arahan yang terkadang tak mampu disimak secara baik, kendati ada Zoom Meeting. Karenanya, hanya anak-anak yang bermental baja dan pembelajar saja yang mungkin bisa mengubah kenyataan ini menjadi sebuah hal lumrah untuk dilakukan.

Tanpa ada teman, tanpa ada guru. Apa yang terlihat di layar tak sepenuhnya mengasyikkan hingga tentu saja mengerjakan tugas-tugas dengan cara sendiri lebih asyik dilakoni setiap hari. Sungguh menjenuhkan  tapi tak ada pilihan lain yang mesti dihadapi. 

Ketika sedang belajar daring, sesekali mereka rehat untuk bermain game atau sekedar nonton video di aplikasi TikTok. Bagi mereka, itu kebebasan yang takkan ada yang bisa melarang.

Jelas di sini kita tak bisa membahas lagi tentang apa itu kedisiplinan karena hal ini adalah nomor kesekian. Dua hal penting bagi anak-anak yang sekolah daring yakni, presesi dan mengerjakan tugas dari guru.

Tak jarang, saya dengar rekan-rekan guru curhat bahwa mereka sulit menerapkan kedisiplinan terhadap siswa didik karena siswa sering mengerjakan tugas pada malam hari. Pada akhirnya, guru harus meluangkan waktu ekstra untuk mendampingi dan mengoreksi tugas yang diberikan.

Tentu saja, perubahan yang terjadi telah membuat sebagian besar anak didik menganggap jika belajar di rumah jelas lebih longgar dibanding belajar di sekolah. Sebuah realita yang tak terbantahkan.

Kalaulah menjadi penulis, penyair, pelukis, dan kreator lainnya, ruang sunyi adalah keniscayaan yang tak terbantahkan untuk menghasilkan karya-karya besar. Tapi apa yang dialami anak-anak yang kini berstatus pelajar? Ruang sunyi bukanlah hal yang mengasyikkan malah telah banyak membuat mereka jenuh. Justru anak-anak yang merasa asyik belajar dalam sunyi untuk bisa meraih nilai yang baik, suasana seperti ini jelas menguntungkan mereka. Mereka yang tidak terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya jelas akan fokus dalam belajar. Anak-anak yang berpikiran seperti ini jelas mereka yang akan mampu belajar daring karena mereka tahu tugas mereka belajar, apapun kondisinya, mau belajar di sekolah atau di rumah, toh mereka tetap harus belajar. 

Tak kupungkiri, anak-anak kita sebenarnya jenuh menghadapi kenyataan seperti itu. Tapi apalagi yang bisa mereka tunjukkan sebagai kebanggaan selain belajar dengan baik. Benar memang, secara intelektual mereka yang asyik belajar dalam ruang sunyi akan terasah dan memiliki kemampuan tersendiri di dalam mengatasi persoalan belajar yang dilakukan secara mandiri. Tentu saja ini modal mereka yang tekun dan mau memanfaatkan momentum belajar daring karena mereka menjadi terlatih belajar tanpa bantuan guru, terserah mereka yang sekolah di negeri atau sekolah swasta.

Mereka sedikit berdebar ketika harus melakukan ujian tengah semester atau ujian akhir semester. Tentu saja untuk menuntaskan jawaban-jawaban yang menjadi soal ujian tidak sepenuhnya bisa menyontek dari bahan ajar yang pernah dipelajarinya. Tentu saja di sini pun mereka belajar tentang kejujuran karena walau bagaimanapun kejujuran memiliki peranan penting untuk kemajuan belajar.

Beruntung anak-anak kita selalu mengedepankan hal itu. Sungguh jika mereka menyontek maka akan rugi besar, nilai boleh besar tapi diraih dengan cara curang. Anak-anak itu telah belajar hal itu sejak kecil.

Ketika mereka telah selesai melaksanakan ujian pada akhirnya mereka mendapatkan selembar raport yang dikirim secara daring juga. Raut wajah kedua anak-anak kita gembira menerima kenyataan itu karena lelah mereka terbayar dengan nilai-nilai baik yang mereka dapatkan. Tentu saja selama satu tahun terakhir, jelas semua itu menguras tenaga dan pikiran mereka. Sementara kita melihat kali ini corona bukannya surut tapi makin menggila.

Rasanya pesimis jika bulan-bulan dekat ini sekolah akan segera dibuka.

Jelas banyak anak-anak yang tertinggal dalam proses pembelajaran ini, namun kemudian timbul pertanyaan, apakah akan mengutamakan keselamatan anak didik dengan tetap belajar di rumah atau belajar di sekolah tetapi ada kemungkinan anak-anak terpapar corona? Gamang juga akhirnya kita.

Saat ini anak-anak kita sedang menikmati masa liburannya. Sewaktu PPKM Darurat  diberlakukan jelas mereka tak bisa ke mana-mana. Mereka hanya bisa menikmati liburan di rumah saja dan paling ngusilin adik-adik mereka. Kita kadang berpikir sampai kapan anak-anak kita harus selalu belajar di ruang sunyi. Bukankah hal itu akan membuat mereka jenuh dan tak bisa bersosialisasi dengan teman sebayanya. Tapi sudahlah tak perlu diperdebatkan kita manut saja kepada Pemerintah. Belajar, bekerja dan beribadah dari rumah saja.

Aku dan juga banyak para orangtua yang berkeinginan agar anak-anaknya bisa kembali bersekolah. Tapi saatnya belum tepat anak-anak kita. Tenaga kesehatan masih berjibaku menyelamatkan para pasien yang terpapar COVID-19 dengan varian baru.

Sudahlah, kalian kembali saja belajar di ruang sunyi karena tugas kalian memang belajar.  Raihlah prestasi sebaik mungkin sampai kondisinya menjadi normal dan kalian bisa kembali bersekolah bersama teman-teman.

Kapan itu?

Ketika saatnya telah tiba.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menuntut Ilmu saat PPKM Darurat appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menuntut-ilmu-saat-ppkm-darurat/feed/ 0 29513
PPKM Darurat: Jalan Sepi, Pasar Tetap Ramai https://telusuri.id/sepi-di-jalanan-tetapi-pasar-tetap-ramai-saat-ppkm/ https://telusuri.id/sepi-di-jalanan-tetapi-pasar-tetap-ramai-saat-ppkm/#respond Wed, 04 Aug 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=29445 Hampir dua minggu ini kotaku jelas sepi. Kendati aktivitas orang-orang masih berseliweran mengendarai kendaraan dengan beragam kepentingan yang ada. Namun begitu, volume kendaraan yang ada tak sebanyak hari-hari sebelumnya. Semuanya nyaris tinggal di rumah. Penjual...

The post PPKM Darurat: Jalan Sepi, Pasar Tetap Ramai appeared first on TelusuRI.

]]>
Hampir dua minggu ini kotaku jelas sepi. Kendati aktivitas orang-orang masih berseliweran mengendarai kendaraan dengan beragam kepentingan yang ada. Namun begitu, volume kendaraan yang ada tak sebanyak hari-hari sebelumnya. Semuanya nyaris tinggal di rumah. Penjual makanan dan minuman tak berani untuk berjualan karena saat ini sedang PPKM Darurat.

Jika melanggar tentu saja akan dihukum dengan denda dan mungkin saja bisa mendapatkan kurungan. Sebagian toko ada yang tutup ada pula yang buka tetapi mereka pun malu-malu kalau buka sepenuhnya karena bisa menjadi bahan sorotan dari petugas yang hilir mudik mengawasi penerapan PPKM Darurat di berbagai tempat.

Sebenarnya aku sedih sekali melihat jalanan yang begitu lengang. Bandung itu kota yang menyenangkan hati, tetapi kali ini memang seharusnya mesti sepi. Ragam aktivitas orang-orang setidaknya harus bisa berkurang hingga 30% dari biasanya. Syukur-syukur bisa lebih supaya dianggap efektif untuk meredam penyebaran corona.

Sepi kali ini bukan sepi yang menakutkan. Sepi kali ini supaya orang-orang terhindar dari COVID-19. Apalagi tingkat hunian rumah sakit kini melonjak tajam, banyak banyak pasien yang harus dirawat. Sebuah realita yang begitu memprihatinkan.

Sebenarnya, jika tak terlalu penting-penting amat, aku malas untuk keluar rumah. Namun karena ada yang harus meminta bantuanku untuk masuk sekolah, maka aku beranjak keluar rumah.

Aku sesungguhnya lebih suka diam di rumah nonton kanal YouTube. Membaca buku atau surat kabar, mendengarkan musik atau yang mengasyikkan berkumpul dengan keluargaku sembari mendukung program pemerintah yang digencarkan untuk bekerja, belajar dan beribadah di rumah. Bukan aku banyak uang dan memiliki tabungan, tetapi sebagai mahluk hidup aku yakin Tuhan telah menjamin rezeki bagiku.

Suasana sebuah pasar saat pagi mulai beranjak
Suasana sebuah pasar saat pagi mulai beranjak/Deffy Ruspiyandy

Namun, hal berbeda terlihat saat aku melewati sebuah pasar. Rasa sepi itu tak tergambarkan sama sekali. Yang ada justru transaksi jual beli berjalan dengan cukup hangat. Bahkan terkadang social distancing tak berjalan sebagaimana mestinya. Tak hanya itu, banyak dari mereka tidak mengenakan masker.

Pasar memang tidak ditutup total selama PPKM. Hanya dibatasi waktu dan jumlah pengunjungnya saja karena termasuk dalam sektor kritikal. Setidaknya dengan tetap dibukanya pasar, roda ekonomi terus berputar meski lambat.

Pasar yang ramai ini membuat saya tertegun, seolah-olah keadaan berjalanan seperti biasa dan tak ada tanda-tanda corona hadir di sana. Tentu, karena aku sempat mendengar dan melihat beberapa pasar harus tutup karena penjual dan pembeli terpapar virus corona. Padahal, tentu jika ada orang yang terpapar corona datang ke sini—atau ke pasar lain— tanpa menerapkan protokol kesehatan, bukan mustahil orang lain akan tertular. Namun, pikiran tersebut kemudian kubuang jauh-jauh.

Ku doakan, semoga saja para penjual pembeli yang setiap hari bertemu semuanya selalu sehat dan diberi antibodi yang kuat agar tidak terpapar COVID-19.

Seorang pedagang tengah sibuk membereskan barang jualannya
Seorang pedagang tengah sibuk membereskan barang jualannya/Deffy Ruspiyandy

Jelas tak salah jika aku mengkhawatirkan hal itu karena pasar didatangi orang-orang dari berbagai tempat yang berbeda. Persoalannya bukan dari mana mereka datang melainkan yang jadi pertanyaan apakah mereka yang datang itu dipastikan benar-benar sehat dan tidak terpapar COVID-19? Namun mungkin yang paling penting sesungguhnya adalah bagaimana mereka semua tetap mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Tetapi yang kulihat ada sebagian dari penjual dan pembeli yang lalai terhadap hal ini. Seringkali begitu diingatkan, mereka tak peduli. Aku tak bisa memaksanya, tapi aku merasa sadar diri untuk mengingatkan mereka. Demi kesehatan orang banyak.

Harus diakui pula, pasar merupakan tempat yang menyenangkan dan mengasyikkan. Orang-orang yang datang ke pasar ternyata tidak hanya berbelanja kebutuhan sehari-hari. Bisa jadi mereka refreshing dari kepenatan dan rasa kesal setelah beberapa hari tinggal di rumah. Wisata belanja sungguh mengasyikkan walaupun harus menguras isi dompet.

Keadaan pasar tumpah sedikit lengang setelah sebagian telah pulang
Keadaan pasar tumpah sedikit lengang setelah sebagian telah pulang/Deffy Ruspiyandy

Tak bisa dipungkiri, pasar menjadi sentral aktivitas ekonomi masyarakat. Selain ada yang mencari keuntungan juga ada yang mencari barang kebutuhan pokok untuk kebutuhan sehari-hari. Sekali lagi, jika memang ingin beraktivitas jual beli di pasar, baiknya tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Menjadi hal unik karena selama satu tahun terakhir ini sejak diumumkannya pertama kali pada April 2020, hanya segelintir orang di pasar dekat tempat tinggalku yang terpapar virus corona. Namun, apakah pasar ini relatif aman walaupun bahaya virus tetap selalu mengancam?

Keberadaan pasar tetap dibutuhkan masyarakat untuk kebutuhan sehari-harinya. Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat juga bisa mampu mempertahankan roda ekonomi karena mereka yang berdagang masih bisa mencari nafkah untuk keluarganya. Sekali lagi, apapun kondisinya, yuk jaga pasar agar tetap aman dari corona.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post PPKM Darurat: Jalan Sepi, Pasar Tetap Ramai appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/sepi-di-jalanan-tetapi-pasar-tetap-ramai-saat-ppkm/feed/ 0 29445
Vaksinasi COVID-19 Massal di Stadion Gelora 10 November https://telusuri.id/vaksinasi-massal-di-stadion-gelora-10-november-surabaya/ https://telusuri.id/vaksinasi-massal-di-stadion-gelora-10-november-surabaya/#respond Fri, 30 Jul 2021 00:45:00 +0000 https://telusuri.id/?p=29412 Apakah kamu sudah menjalani vaksinasi COVID-19? Seperti yang kita tahu, pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya menyelenggarakan vaksinasi massal kepada seluruh lapisan masyarakat sebagai salah satu upaya untuk meredam penyebaran COVID-19. Berbagai program vaksinasi pun dilakukan. Salah...

The post Vaksinasi COVID-19 Massal di Stadion Gelora 10 November appeared first on TelusuRI.

]]>
Apakah kamu sudah menjalani vaksinasi COVID-19? Seperti yang kita tahu, pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya menyelenggarakan vaksinasi massal kepada seluruh lapisan masyarakat sebagai salah satu upaya untuk meredam penyebaran COVID-19. Berbagai program vaksinasi pun dilakukan. Salah satu bagian dari program ini juga turut saya rasakan.

Awalnya, saya mendaftarkan vaksinasi melalui website yang disediakan Pemkot Surabaya. Satu minggu kemudian, saya mendapatkan SMS konfirmasi yang akan terhubung ke aplikasi Halodoc. Setelahnya saya harus konfirmasi appointment di Puskesmas tempat saya tinggal.

Kala itu, saya mendapatkan jadwal vaksinasi pada 8 Juli 2021 di Puskesmas Tenggilis Mejoyo, Surabaya. Tetapi sehari sebelumnya, saya mendapatkan SMS kembali bahwa lokasi vaksinasi dialihkan ke Stadion Gelora 10 November, Tambaksari, Surabaya. 

Saya berpikir, wah lumayan jauh nih dari rumah. Saya mencari informasi di internet, ternyata Pemkot Surabaya sedang mengadakan vaksinasi massal untuk semua warga Surabaya mulai tanggal 7-11 Juli 2021. Jadi, semua yang mendapatkan jadwal vaksin di Puskesmas pada tanggal tersebut, lokasinya dialihkan ke Stadion Gelora 10 November. 

Saya ragu-ragu, melihat pemberitaan di media. Banyak sekali warga yang menyerbu Stadion Gelora 10 November. Apakah akan aman jika saya vaksinasi di sana?

Bukankah malah memicu kerumunan dan berpotensi menularkan COVID-19?

Setelah bertanya ke teman-teman yang sudah mendapatkan vaksinasi lebih dulu di sana, mereka bilang bahwa protokol kesahatan diberlakukan cukup ketat. Pun, selama persyaratan kita lengkap, pasti akan mendapatkan vaksin.

Dengan mantap saya menyiapkan formulir yang saya unduh melalui website Pemkot. Saya cetak, kemudian mengisi data diri. Kemudian saya menyiapkan fotokopi KTP sebagai pelengkap syarat. Untuk warga yang dengan alamat KTP di luar Surabaya, mereka harus mencantumkan surat keterangan domisili dari RT dan RW. Kalau tidak disertakan, tidak bisa mendapat vaksin. 

Bersama kakak, saya berangkat ke lokasi. Sampai di sana sekitar pukul 10.00. Saya bertanya ke petugas parkir, “Mas, ini antrean yang cepet sebelah mana ya?” Ia menjawab, ”Lewat pintu yang samping ini aja Mbak, kalo yang sana antrenya panjang.”

Saya menerima saran tersebut. Dan ternyata benar! Hanya 5 menit saya antre di depan gate, setelah itu berjalan masuk dan duduk di tribun.

Relawan dan Satpol PP berjaga di beberapa titik tribun. Mereka akan menegur orang-orang yang duduknya tidak teratur atau bergerombol. Alurnya adalah, kita akan duduk secara teratur dari tribun atas sampai bawah. Bagian baris paling depan akan dipanggil petugas untuk berjalan ke tengah lapangan dan diarahkan ke tenda screening

Warga Duduk di Tribun
Masyarakat duduk di tribun/Izzatul Mucharrom

Ada banyak tenda dengan ratusan tenaga medis dan relawan yang akan membantu proses vaksinasi. Setelah satu baris paling depan berjalan ke lapangan, baris atasnya akan turun 1 tingkat. Begitu seterusnya. Tapi, yang namanya juga vaksinasi massal—ada ribuan orang berpartisipasi, jadi saya menunggu di tribun kurang lebih 2 jam.

Selama saya menunggu, banyak sekali kejadian lucu dari orang-orang di sekitar. Kebetulan, saya dikelilingi orang tua. Minim anak muda seumuran. Saya mendengar beberapa perbincangan mereka. Ada yang bergosip, ada yang sedang membicarakan para petugas vaksin, hingga perbincangan seputar tetangga yang terpapar COVID-19 dan mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah. “Nah iya gimana sih? Kalau dibuat PPKM lagi, suami saya sepi jualannya. Modal nggak balik.” Celetuk  seorang ibu di samping kiri saya. 

“Aduh panas banget, ingin sehat kok ya gini banget perjuangannya.” Suara perempuan yang entah di mana letak duduknya. Saya Cuma senyum-senyum sendiri mendengarkan keriuhan ini. Mau bagaimana lagi, namanya juga masyarakat, pasti memiliki banyak keresahan yang disampaikan dengan cara-cara sederhana. 

Antrian Rapi Vaksinasi
Antrian rapi vaksinasi/Izzatul Mucharrom

Tidak sedikit yang berusaha curang dengan mendahului orang di depan atau di sampingnya, kalau istilah jawanya “nyerobot” lah. Ada juga yang belum giliran masuk lapangan, tapi nyelonong gitu aja. Alhasil, dia ditarik petugas dan harus mengulang duduk di tribun bagian atas. 

Banyak warga yang sudah terlanjur lama mengantre, tapi harus pulang kembali karena tidak membawa surat keterangan domisili dari RT dan RW. Sayang sekali kan? Padahal sudah menunggu berjam-jam lamanya. 

Saya salut dengan kesabaran petugas dan relawan. Setertib-tertibnya warga, tetap saja jumlahnya banyak. Pasti ada saja hal aneh yang mereka lakukan. Petugas pun tidak henti-hentinya menegur mereka yang tidak tertib, baik secara langsung atau melalui megaphone.

Antri Penyuntikan Vaksin
Antri penyuntikan vaksin/Izzatul Mucharrom

Akhirnya sekitar jam 12 siang, saya mendapat giliran. Screening aman. Saya tidak punya riwayat penyakit yang dapat menghambat proses vaksinasi. Lanjut ke penyuntikan vaksin. Saya kira akan sakit, ternyata malah nggak kerasa apa-apa. Nggak ada sakit sama sekali. Oke, mission completed

Setelah vaksinasi, jantung ini berdebar cukup kencang. Sedikit pusing dan serasa ada yang mengalir ke seluruh bada. Orang Jawa menyebutnya, “kemerenyeng.” Tapi saya baik-baik saja. Sekitar jam 1 saya sudah tiba di rumah. Malam harinya, lengan kiri saya terasa sakit, tapi esok paginya sudah kembali normal.

Alhamdulillah, saya tidak merasakan efek menggigil atau sakit yang lain seperti yang disebutkan orang-orang. Setelah vaksinasi, saya tetap bisa bekerja seperti semestinya. Vaksin kedua saya dijadwalkan tanggal 7 Agustus 2021. Tak sabar.

Satu minggu kemudian, saya mendapatkan SMS notifikasi sertifikat vaksin bisa dilihat dan diunduh pada laman atau aplikasi pedulilindungi.id. Sertifikat ini banyak dijadikan syarat bepergian, entah di dalam kota atau di luar kota. 

Kalau kalian gimana, sudah vaksin? 


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Vaksinasi COVID-19 Massal di Stadion Gelora 10 November appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/vaksinasi-massal-di-stadion-gelora-10-november-surabaya/feed/ 0 29412
Melihat Lebih Dekat Rupa Perjalanan dari Kupang ke Rote Kala Pandemi https://telusuri.id/kupang-rote-kala-pandemi/ https://telusuri.id/kupang-rote-kala-pandemi/#respond Wed, 28 Jul 2021 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=29344 Pertengahan bulan Juni lalu terjadi sebuah peristiwa penting yang mengharuskan saya untuk bertandang kesekian kalinya ke Pulau Rote. Saya yang merindukan Rote dan segala ceritanya, mulai bersiap-siap pada malam sebelum esok pagi-pagi buta berangkat. Saya...

The post Melihat Lebih Dekat Rupa Perjalanan dari Kupang ke Rote Kala Pandemi appeared first on TelusuRI.

]]>
Pertengahan bulan Juni lalu terjadi sebuah peristiwa penting yang mengharuskan saya untuk bertandang kesekian kalinya ke Pulau Rote. Saya yang merindukan Rote dan segala ceritanya, mulai bersiap-siap pada malam sebelum esok pagi-pagi buta berangkat. Saya menyiapkan pakaian atau barang apa saja yang perlu dibawa. Tidak lupa juga, saya membawa beberapa cemilan kecil untuk bekal selama di atas kapal.

Ya, kapal. Saya akan berangkat dengan menggunakan transportasi jalur laut. Jika berbicara jalur laut, maka sudah pasti perjalanan akan berlangsung cukup lama. Apalagi, yang saya tumpangi adalah kapal ferry lambat. Makanya, perlu untuk membawa cemilan sebagai teman agar tidak kelaparan nanti.

Saya berangkat dari rumah pukul 5 pagi karena, sesuai informasi yang didapat, kapal akan berangkat ke Pulau Rote pukul 8 pagi. Motor yang saya tumpangi membawa saya menuju Pelabuhan Bolok, Desa Nitneo, Kupang Barat. Pelabuhan penyeberangan ini, merupakan salah satu pelabuhan terkenal di Kota Kupang. 

Sesampainya di pelabuhan, saya melihat begitu banyak pengunjung yang sudah menunggu pembukaan loket untuk tes antigen dan juga GeNose. Bagi penumpang dengan tujuan Kupang—Rote (dan pastinya semua rute), memang diwajibkan untuk membawa surat bebas COVID-19. Sehingga, perjalanan akan tetap aman dan terlindung dari penularan COVID-19.

Antri GeNose
Antrian GeNose/Resti Seli

Saya memilih untuk mengikuti GeNose dikarenakan harganya lebih murah, cukup mengeluarkan uang sebesar Rp50.000. Karena inilah banyak penumpang yang juga memilih GeNose. Sangat banyak yang mengantri ditambah alat teknis yang masih belum stabil—kata petugas nakes—maka, saya mengantri cukup lama hingga kelelahan. Belum lagi terjadi desak-desakan dengan penumpang lain, membuat saya semakin geram karena mereka tidak menerapkan protokol kesehatan seperti menjaga jarak dengan tepat. Bahkan, ada juga pengunjung yang sempat-sempatnya melepas masker dengan alasan kepanasan. 

Satu hal yang cukup saya soroti saat menjalani tes GeNose ini adalah, tempat yang kita pakai untuk meniup udara berbahan dasar plastik. Saya melihat ada begitu banyak tumpukannya tepat di bawah meja si petugas. GeNose memang sangat membantu karena harganya yang terjangkau, tetapi ternyata juga menyumbang banyak sampah plastik. Namun, bagaimana lagi? GeNose memang lebih murah, jadi lebih banyak diminati para pejalan.

Tes GeNose
Tes GeNose/Resti Seli

Setelah selesai mengantri tes GeNose saya berlanjut untuk membeli tiket. Sebelum itu, saya mencuci tangan terlebih dahulu. Syukurlah, setiap sudut pelabuhan disediakan tempat mencuci tangan.

Pagi hari di pelabuhan sungguh hal yang patut dinikmati. Melihat lalu-lalang orang banyak dan melihat kapal-kapal berlabuh dan berlayar, memiliki daya tariknya sendiri. Salah satu fasilitas yang sangat menarik perhatian saya adalah jalan panjang khusus untuk penumpang yang berjalan kaki. Lumayan panjang sehingga cukup instagramable.

Yap, saya sudah diatas KM (Kapal Motor) Uma Kalada dan sepersekian menit kemudian, kapal mulai berlayar.

Suasana Diatas Kapal
Suasana di atas kapal/Resti Seli

Suasana di kapal sangat ramai. Ada musik yang diputar, ada yang makan, dan ada yang lalu lalang. Meskipun begitu, penumpang yang sedang tiduran di tempat tidur—yang sudah disediakan—tidak begitu terganggu. Jika dilihat, kapal ini tidak cukup rapi. Tentu selain karena kapal ini merupakan kapal tua yang berkarat, tidak sedikit penumpang yang membuang sampah sembarangan. Begitulah, memang sebagian penumpang abai akan kebersihan. Padahal, tempat sampau sudah disediakan.

Ah, sudahlah. Saya kembali menikmati cemilan yang saya bawa sambil menikmati indahnya pemandangan. Seperti biasa, perjalanan kurang lebih 4 jam untuk sampai ke Rote.

Pelabuhan Pantai Baru
Pelabuhan Pantai Baru/Resti Seli

Akhirnya, tiba juga di Pelabuhan Pantai Baru, Rote. Dari atas kapal sangat terlihat bahwa pelabuhan ini cukup tertata rapi dengan besi-besi besar warna kekuningan. Petugas ABK (Anak Buah Kapal) segera melemparkan tali besar ke seberang dermaga yang kemudian dikaitkan di dermaga. Mungkin untuk menahan agar kapal tidak terbawa gelombang air laut—walaupun saat itu laut sedang tenang. Terlihat juga penumpang yang ingin berangkat ke Kupang sedang menunggu kapal mereka.

Sebelum memasuki pelabuhan ini, kapal akan melewati pertemuan dua pulau yang menjadi pintu masuk dan keluar pelabuhan. Sungguh memanjakan mata. Apalagi laut yang tenang membuat pemandangan dari lantai atas kapal ini sangat menenangkan. 

Setelah turun kapal, para penumpang diminta untuk menunjukkan surat bebas COVID-19. Saya lalu berjalan keluar menuju tempat parkir untuk mencari tumpangan.Pelabuhan Bolok ini tidak begitu besar, tetapi, seperti yang saya sampaikan sebelumnya, pelabuhan ini ditata cukup rapi sehingga tidak sesak.

Perjalanan darat menuju Desa Lole, Kecamatan Rote Tengah pun dimulai.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Melihat Lebih Dekat Rupa Perjalanan dari Kupang ke Rote Kala Pandemi appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/kupang-rote-kala-pandemi/feed/ 0 29344
Mungkin Tuhan yang Beri Jalan Dokter ke Urbinasopen, Raja Ampat https://telusuri.id/operasi-kecil-di-kampung-urbinasopen-raja-ampat/ https://telusuri.id/operasi-kecil-di-kampung-urbinasopen-raja-ampat/#respond Fri, 04 Dec 2020 05:31:39 +0000 https://telusuri.id/?p=25702 Evelin, seorang warga Kampung Urbinasopen, Waigeo Timur, Raja Ampat tampak lemas. Sambil memegang tangan kirinya, ia seperti menahan sakit. Sudah dua minggu telunjuk tangan kiri Evelin terkena mata ikan, sejenis kutil (plantar warts) yang disebabkan...

The post Mungkin Tuhan yang Beri Jalan Dokter ke Urbinasopen, Raja Ampat appeared first on TelusuRI.

]]>
Evelin, seorang warga Kampung Urbinasopen, Waigeo Timur, Raja Ampat tampak lemas. Sambil memegang tangan kirinya, ia seperti menahan sakit. Sudah dua minggu telunjuk tangan kiri Evelin terkena mata ikan, sejenis kutil (plantar warts) yang disebabkan oleh human papillomavirus (HPV).

Daging tumbuh itu sebenarnya bukan penyakit serius asal ditangani secara tepat. Tapi perempuan berumur 19 tahun itu belum terpapar informasi bagaimana menangani mata ikan secara tepat. Selama ini ia hanya mengobati mata ikan tersebut dengan ramuan yang diracik dari dedaunan. Kondisinya bukan membaik, namun makin lama mata ikan itu terasa kian menyakitkan. Telunjuknya sudah membengkak, hitam, dan bernanah. Area sekitar jari tangannya pun gatal. Dalam kondisi seperti itulah tim medis menjumpai Evelin.

Selain kegiatan sosialisasi COVID-19 dan ketahanan pangan, EcoNusa Response COVID-19 Expedition juga mengadakan pemeriksaan kesehatan di Kampung Urbinasopen. Kegiatan itu digelar di depan Gereja Immanuel.

Kampung Urbinasopen, Raja Ampat

Kampung Urbinasopen, Raja Ampat/Istimewa

Dokter Lalu Rahmat Yuanda Aji, yang akrab disapa Nanda, salah seorang tenaga medis anggota ekspedisi, menemukan bahwa kondisi jari telunjuk Evelin sudah parah. Mata ikan itu juga bukan tak mungkin akan menyebar ke jari-jari lain. Perlu penanganan segera. Jika tidak, terpaksa amputasi harus dilakukan. 

Dibantu perawat, Destyana, Dokter Nanda melakukan operasi kecil dengan peralatan yang sudah dipersiapkan tim ekspedisi. Kedua insan medis itu menghilangkan jaringan-jaringan yang sudah mati (debridement) pada telunjuk sang pasien, kemudian mensterilkannya dan memberikan salep Gentamicin di sekitar jari Evelin. 

Walaupun sudah diberikan bius lokal sebelum tindakan operasi, Evelin nyatanya masih meringis kesakitan. Namun tekad yang kuat untuk sembuh membuatnya rela menahan rasa sakit itu sampai operasi selesai. Baginya, lebih baik sakit sebentar ketimbang harus terus-menerus tertekan karena memikirkan kondisi telunjuk tangan kirinya itu. Apalagi saat ini ia sedang dalam periode menyusui anak pertamanya.

“Mungkin Tuhan sudah memberikan jalan [agar] dokter ke sini,” ujarnya.

Kampung Urbinasopen, Raja Ampat/M. Syukron

Kampung Urbinasopen, Raja Ampat/Istimewa

Dokter di Urbinasopen adalah pemandangan langka

Dokter adalah pemandangan langka di Urbinasopen. Warga kampung hanya mengandalkan mantri dan puskesmas jika mengalami masalah kesehatan. Untuk penanganan lebih lanjut yang membutuhkan pertolongan dokter, pasien mesti naik perahu selama sekitar tiga jam ke Waisai atau Sorong.

“Terakhir [kali] dokter datang ke pulau itu sepertinya lebih dari setahun yang lalu,” ungkap Evelin. “Apalagi dengan kondisi COVID-19 seperti ini,” imbuhnya. “[Dokter lebih jarang datang karena] mau keluar-masuk kampung orang sudah berhati-hati.” Jadi, begitu mengetahui ada rombongan yang hendak datang ke kampung dan menggelar pemeriksaan kesehatan, ia langsung menuju gereja dan mendaftarkan diri.

Menurut Dokter Nanda, setiap puskesmas seharusnya minimal mempunyai dua dokter umum dan dua dokter gigi serta perawat. Tapi, untuk daerah-daerah terpencil seperti Urbinasopen, kondisi ideal seperti demikian tentu saja terlalu utopis. Puskesmas dan mantri yang tersedia sudah cukup membuat penduduk bersyukur, apalagi ketika mereka sadar bahwa banyak kampung yang bahkan tak punya seorang pun petugas kesehatan.

Pentingnya edukasi tentang “sakit” kepada masyarakat

Selain infrastruktur, Dokter Nanda juga mengatakan bahwa pola pikir masyarakat tentang “sakit” juga harus terus diedukasi. Belum lagi soal kesadaran kesehatan masyarakat. Masyarakat masih cenderung menyepelekan penyakit. Padahal, jika bisa mengenali gejalanya sejak dini, penanggulangan penyakit akan menjadi lebih mudah. Ia mengambil contoh kasus Evelin. Seharusnya mata ikan itu bisa disembuhkan tanpa operasi. Namun, karena mata ikan itu dicoba ditangani sendiri, kondisinya jadi lebih parah.

Kampung Urbinasopen, Raja Ampat/M. Syukron

 Tim EcoNusa Response COVID-19 Expedition/Istimewa

Tim medis memeriksa 31 pasien di Urbinasopen. Menurut Dokter Nanda, orang dewasa di Urbinasopen rata-rata terkena osteoarthritis, penyakit yang biasanya dialami manusia berusia 50-an, bersifat degeneratif, yang diakibatkan oleh berkurangnya cairan sendi. Biasanya yang terkena adalah sendi-sendi besar seperti lutut. Yang cukup mengejutkan, ada pula warga yang sudah mengalami osteoarthritis pada usia yang baru sekitar 30-an. Dokter Nanda menyimpulkan bahwa itu terjadi karena aktivitas berlebihan dalam mengangkat beban.

Sementara itu, yang dialami anak-anak umumnya adalah gatal-gatal pada badan, terutama kaki. Penyebabnya adalah bakteri Gram-positif yang menjangkit karena gaya hidup kurang bersih dan tidak memakai alas kaki. Nyatanya, di Kampung Urbinasopen anak-anak memang bermain tanpa menggunakan alas kaki.

Menurut Dokter Nanda, “Kaki yang terluka sangat rentan terkena penyakit terluka apalagi di lingkungan yang tidak higienis, seperti mata ikan itu.”


Pada September 2020, M. Syukron dari TelusuRI mengunjungi beberapa lokasi di Raja Ampat untuk melihat langsung dampak pandemi COVID-19 di wilayah tersebut dalam ekspedisi bersama EcoNusa.  Tulisan ini merupakan bagian dari seri catatan perjalanan itu. Nantikan terus kelanjutannya di TelusuRI.id. 

The post Mungkin Tuhan yang Beri Jalan Dokter ke Urbinasopen, Raja Ampat appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/operasi-kecil-di-kampung-urbinasopen-raja-ampat/feed/ 0 25702
Bicara Corona di Arefi Timur https://telusuri.id/bicara-corona-di-arefi-timur/ https://telusuri.id/bicara-corona-di-arefi-timur/#respond Thu, 03 Dec 2020 03:30:33 +0000 https://telusuri.id/?p=25664 Setelah perjalanan 6 jam dari Sorong dengan Kurabesi, tim ekspedisi EcoNusa COVID-19 Response Raja Ampat tiba di perhentian pertama yakni Kampung Arefi Timur yang berada di Distrik Batanta Utara, Kabupaten Raja Ampat. Pagi itu, kami...

The post Bicara Corona di Arefi Timur appeared first on TelusuRI.

]]>
Setelah perjalanan 6 jam dari Sorong dengan Kurabesi, tim ekspedisi EcoNusa COVID-19 Response Raja Ampat tiba di perhentian pertama yakni Kampung Arefi Timur yang berada di Distrik Batanta Utara, Kabupaten Raja Ampat. Pagi itu, kami disambut oleh Fraim Dimara, Wakil Ketua Badan Musyawarah Kampung.

Sambil menunggu Samuel Wospakrik dan Matheos Yacobus Rayar, tim pendahulu yang menemui pemerintah kampung dan mempersiapkan kebutuhan kegiatan di lapangan, tim penyuluh pertanian mulai menyisihkan bantuan yang akan diberikan. Ada pupuk organik—pupuk Petro Bio, pupuk karung, pupuk cair, beragam benih sayuran, alat pertanian—cangkul, sprayer, gunting tanaman, sepatu bot, caping/topi petani, polybag, gerobak sorong, serta masker kain. Sementara itu, tim kesehatan menyerahkan bantuan berupa baju hazmat, masker medis, face shield, dan sarung tangan.

Tiba di Kampung Arefi Timur/Istimewa

Selama pandemi, aktivitas wisata di Raja Ampat lumpuh. Banyak homestay rusak karena tidak pernah ditempati. Oleh karenanya, EcoNusa pun berinisiatif memberdayakan masyarakat Arefi Timur dengan membuat 1.000 unit atap dan dinding dari daun bobo (daun nipah). 200 unit di antaranya dimanfaatkan oleh penginapan-penginapan di Arefi Timur, sedangkan sisanya dibagikan ke beberapa wilayah di Raja Ampat melalui Asosiasi Homestay Raja Ampat.

Penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan

Waktu menunjukkan pukul 8.30 WIT ketika masyarakat di Arefi Selatan dan Arefi Timur berkumpul di sebelah kantor kampung untuk mengikuti penyuluhan kesehatan. Dokter Lalu Rahmat Yuanda Aji (Dokter Nanda) dibantu oleh Destyana (perawat) menjelaskan tentang COVID-19 serta pentingnya menjaga kebersihan diri dalam situasi pandemi. Cara mencuci tangan dan alasan menggunakan masker pun dijelaskan secara sederhana agar dapat diterima oleh seluruh elemen masyarakat Arefi Timur.

Antusiasme warga tercermin dari banyaknya pertanyaan yang mereka ajukan seputar COVID-19. Di antara banyak pertanyaan itu, ada dua yang paling menarik. Pertama, ada yang bertanya soal kebenaran informasi bahwa berjemur di bawah matahari adalah anti-corona alami. Kedua, ada yang menanyakan apakah COVID-19 adalah penyakit dari Rusia. Semuanya dijawab secara jelas oleh Dokter Nanda.

Pengecekan bantuan kesehatan/Istimewa

Menurut Verson Rumbewas, salah seorang warga yang ikut serta dalam penyuluhan kesehatan, kegiatan ini belum pernah ada di Kampung Arefi Timur. Masyarakat mendapat informasi tentang bahaya corona hanya dari berita-berita dan pemberitahuan yang mereka terima ketika sedang berkunjung ke Sorong. Namun, penjelasan rinci terkait corona masih minim sekali.

Usai penyuluhan kesehatan, EcoNusa COVID-19 Response Expedition menggelar pemeriksaan kesehatan secara gratis. Kantor pemerintah kampung disulap menjadi klinik kesehatan dan apotek.

Menurut Dokter Nanda, masyarakat Arefi dominan terkena low back pain (LBP) atau sakit punggung akibat sering membawa beban terlalu berat. Selain itu banyak juga yang terkena ISPA (infeksi saluran pernapasan atas) akibat sering menghirup asap kayu bakar. 

Maikel Rumaseb, mantri Puskesmas Yensawai, bercerita bahwa ISPA dan COVID-19 sempat membingungkan masyarakat sebab gejala keduanya serupa. Namun, sosialisasi terus-menerus yang diupayakan oleh pihak puskesmas membuat masyarakat mulai memahami dan waspada.

Arefi Timur Raja Ampat
Pemandangan udara Arefi Timur/Istimewa

Bertukar informasi soal pertanian organik

Sementara itu, Jemima Desi Wamna dan Utreks Hembring bertukar informasi tentang macam-macam teknik bertani dengan masyarakat Arefi Timur.

Pada dasarnya, Masyarakat Arefi Timur sudah menerapkan pertanian organik. Selama ini mereka menanam tanpa menggunakan pupuk dan bahan kimia buatan lainnya. Hanya saja, metode yang diterapkan, dari mulai pembibitan sampai pemanenan belum terstruktur. Di Arefi Timur sendiri hampir semua dari 249 jiwa (88 kepala keluarga) penduduk berkebun. Semenjak COVID-19 menyapa dan menghentikan aktivitas pariwisata, mereka makin giat berkebun.

“Semoga peralatan pertanian ini bisa dipakai dengan rasa sayang sehingga apa yang ditanam bisa membahagiakan bapak-ibu semua,” ungkap Matheos Yacobus Rayar.

Matahari hampir tenggelam ketika kami kembali menaiki Kurabesi untuk melanjutkan perjalanan menuju Pulau Urbinasopen. Kira-kira, apakah perjalanan selanjutnya akan semulus hari ini?


Pada September 2020, M. Syukron dari TelusuRI mengunjungi beberapa lokasi di Raja Ampat untuk melihat langsung dampak pandemi COVID-19 di wilayah tersebut dalam ekspedisi bersama EcoNusa. Tulisan ini merupakan bagian dari seri catatan perjalanan itu. Nantikan terus kelanjutannya di TelusuRI.id. 

The post Bicara Corona di Arefi Timur appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/bicara-corona-di-arefi-timur/feed/ 0 25664
Menilik Dampak Pagebluk di Raja Ampat https://telusuri.id/menilik-dampak-pagebluk-di-raja-ampat/ https://telusuri.id/menilik-dampak-pagebluk-di-raja-ampat/#comments Tue, 01 Dec 2020 05:30:45 +0000 https://telusuri.id/?p=25650 Perjalanan kali ini memang terasa berbeda. Bukan untuk sekadar menelusuri wilayah Raja Ampat, keberangkatan kami ada di bawah “payung” ekspedisi.

The post Menilik Dampak Pagebluk di Raja Ampat appeared first on TelusuRI.

]]>

Sorong, Papua Barat, adalah tujuan pertama untuk menuju Raja Ampat. Di kota ini, September lalu, tampak sekilas bagaimana warga setempat merespons pagebluk alias pandemi COVID-19 yang sedang terjadi. 

Su dikasih denda 500 ribu kalau tra pake masker, tetap saja tra ngaruh,” ujar Rezky, sopir usaha rental mobil yang mengantar ke hotel dari bandara Domine Eduard Osok, Sorong, Papua Barat. 

Rezky mengeluhkan respons warga terhadap COVID-19. Menurutnya, masyarakat Kota Sorong masih cenderung abai terhadap pandemi. Protokol kesehatan yang digaungkan pemerintah daerah seperti belum masuk ke dalam perhatian mereka. Masyarakat beraktivitas seolah-oleh wabah corona tidak ada. 

Padahal, kasus COVID-19 di Sorong tidak bisa dikatakan rendah. Menurut laman Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, per 9 September 2020 terdata sebanyak 120 suspek di Sorong, dengan 4 orang diisolasi dan 116 suspek discarded

Sejak kemunculannya di Indonesia awal Maret 2020, belum ada tanda-tanda jika pagebluk COVID-19 akan segera mereda. Sebaliknya, semakin ke sini statistik kian menunjukkan peningkatan.

Di laman kawalcovid19.id, per 10 September 2020 (saat tulisan ini dibuat) sudah 203.342 orang yang terpapar COVID-19 dan 8.336 di antaranya telah meninggal. Kasusnya pun sudah tersebar merata ke 34 Provinsi di Indonesia, termasuk Provinsi Papua Barat. Menurut catatan Satuan Gugus Tugas Covid-19 Papua Barat, per 9 September 2020 telah ada sekitar 1720 kasus suspek dan 1.149 kasus positif dengan 41 orang meninggal dunia.

Wabah ini tentu saja takkan bisa diatasi jika yang bertindak hanya satu pihak saja. Pemerintah tentunya tidak bisa menekan penyebarannya jika kita sebagai masyarakat tidak disiplin dalam mentaati protokol kesehatan. Idealnya memang semua stakeholder harus terlibat, termasuk masyarakat sendiri. Namun, entah apa sebabnya, penanganan COVID-19 ini masih jauh panggang dari api.

Sama seperti  yang terjadi di kota-kota lain di Indonesia, efek dari COVID-19 ini pun mulai benar-benar terasa. Pekerja dirumahkan, usaha wisata mulai banyak yang tutup, transportasi logistik antardaerah menjadi sulit. 

Menurut informasi dari seorang narasumber di bandar udara, Susi Air bahkan menutup penerbangan dari dan menuju Bintuni karena kuncitara (pembatasan) diberlakukan di sana.

Ekspedisi ke Raja Ampat

Perjalanan kali ini memang terasa berbeda. Bukan untuk sekadar menelusuri wilayah Raja Ampat, keberangkatan kami ada di bawah “payung” ekspedisi bersama EcoNusa, sebuah organisasi pengelolaan sumber daya alam dan masyarakat adat Indonesia timur, Tujuannya, menjadi bagian dari upaya memberikan dukungan kesehatan, ketahanan pangan, dan penguatan pelaku wisata yang terdampak pandemi. 

Tim ekspedisi berencana mengitari perairan Kepulauan Raja Ampat selama 15 hari, mulai tanggal 10 September sampai 25 September 2020 dengan sebuah kapal live on board sepanjang 23 meter keluaran tahun 2015, Kurabesi. 

Kegiatan ini menyasar 13 wilayah yakni Arefi, Saukabu, Selpele, Arborek, Sawingrai, Kri, Sapokren, Waisai, Urbinasopen, Mayaifun, Kalyami/Kaliam, Solol, dan Amdui. 

Cory Adriani Kapa bertugas jadi pemimpin proyek (project leader) ekspedisi ini. Dalam technical briefing ia menjelaskan tiga poin agenda ekspedisi ini. Mulai dari penyuluhan kesehatan, penyuluhan pertanian organik dan sosialisasi ekowisata. 

Rencananya, dari aspek kesehatan akan termasuk pemberian bantuan puluhan baju alat pelindung diri (APD), ribuan masker kain, ratusan masker medis, ratusan pelindung wajah (face shield), dan puluhan alat tes cepat (rapid test), t-shirt, dan buku saku tentang COVID-19.

Sedangkan untuk pertanian organik, Cory berharap ini bisa mendukung ketahanan pangan.  Tim menyiapkan 3.500 benih tanaman, 645 kemasan pupuk, dan 100 alat pertanian (cangkul, gerobak, spray, dll.).

Dan untuk ekowisata, bersama dengan asosiasi homestay Raja Ampat, tim menyiapkan atap daun sagu (300 unit) dan dinding (250 unit) untuk keperluan renovasi penginapan yang rusak di enam wilayah.

Seusai technical meeting, awak ekspedisi bergerak ke Pelabuhan Usahamina untuk memulai perjalanan. Tak bisa dihindari, muncul pertanyaan ini: Apakah ekspedisi ini akan “semanis” dugaan kami di awal atau justru malah lebih “pahit” dari perkiraan? 

Catatan Redaksi: Pada September 2020, M. Syukron dari TelusuRI mengunjungi beberapa lokasi di Raja Ampat untuk melihat langsung dampak pandemi COVID-19 di wilayah tersebut dalam ekspedisi bersama EcoNusa. Tulisan ini merupakan bagian dari seri catatan perjalanan itu. Nantikan terus kelanjutannya di TelusuRI.id.

The post Menilik Dampak Pagebluk di Raja Ampat appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menilik-dampak-pagebluk-di-raja-ampat/feed/ 11 25650