danau toba Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/danau-toba/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Thu, 10 Feb 2022 06:45:15 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 danau toba Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/danau-toba/ 32 32 135956295 Wisuda dan Wisata di Danau Toba https://telusuri.id/wisuda-dan-wisata-di-danau-toba/ https://telusuri.id/wisuda-dan-wisata-di-danau-toba/#respond Fri, 18 Feb 2022 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=32812 Sehari sebelumnya, aku menghadiri acara yudisium di temani ayah, ibu, dan juga adik-adikku. Keesokan harinya, dengan persiapan serba mendadak aku dan keluarga memutuskan pergi ke Danau Toba. Perkiraan waktu sampai ke lokasi pukul tiga sore sejak...

The post Wisuda dan Wisata di Danau Toba appeared first on TelusuRI.

]]>
Sehari sebelumnya, aku menghadiri acara yudisium di temani ayah, ibu, dan juga adik-adikku. Keesokan harinya, dengan persiapan serba mendadak aku dan keluarga memutuskan pergi ke Danau Toba. Perkiraan waktu sampai ke lokasi pukul tiga sore sejak berangkat  tepat pukul sepuluh pagi dari Kota Medan. Ternyata perkiraanku meleset jauh, mobil dengan  muatan sembilan orang itu mengalami kerusakan. Kaca mobil tak berfungsi, sehingga tak  bisa tertutup dan terbuka dengan baik. 

Aku yang tak mengerti tentang mobil hanya bisa memasang headset dengan memutar lagu-lagu kesukaanku sambil mengamati sekeliling. Sekitar kurang lebih tiga jam bergelut dengan bengkel yang berbeda, akhirnya mobil kembali dalam keadaan sehat dan  siap untuk melanjutkan perjalanan.

Sudah pukul sembilan malam, akhirnya aku dan keluarga beristirahat di homestay. Dengan  fasilitas dan harga terjangkau cukup memberi kenyamanan dan ketenangan malam itu. Namun, tiba-tiba terdengar lantunan musik dari belakang penginapan, ternyata ada sebuah kafe. Aku ke sana.

Beberapa permainan air juga tersusun rapi di tepi danau. Tempat yang kamu tuju telah di depan mata, aku dan keluarga  memilih Pulau Samosir untuk liburan kali ini, tepatnya di Pantai Pasir Putih Parbaba.

Mataku yang sudah tak bersahabat, ingin segera memejamkan mata. Berharap esok pagi  akan menikmati matahari terbit di tepi salah satu danau vulkanik terbesar di dunia tersebut. Aku kembali  ke penginapan dan mengambil selimut untuk menutupi seluruh bagian tubuh yang sudah menggigil kedinginan.  

Danau Toba
Danau Toba/Anggi Kurnia

Pagi hari di Danau Toba

Beberapa alarm terdengar, seakan memanggilku untuk keluar dari balutan selimut dan  menyambut matahari terbit. Namun ternyata, keinginanku melihat sunrise terkalahkan dengan  beratnya mata untuk terbuka. Akhirnya aku terbangun sekitar pukul setengah tujuh pagi. Aku  pun bergegas lari menuju tepi danau. Seperti mimpi melihat barisan bukit berdiri gagah di  depan mata. Aku lalu merasakan dinginnya air menyentuh kaki. Udara sejuk dengan tiupan angin menyapa tubuh letih menjadi bugar.  

Perlahan aku berlari kecil di tepian danau, olahraga ringan menyambut hari yang indah.  Beberapa patung ikan mas terlihat berdiri di tepi danau, mengingatkanku pada kisah ikan mas  yang identik dengan Danau Toba. Apakah itu hanya sebuah legenda untuk menidurkan seorang  bocah atau justru kisahnya nyata? 

Tepat di hari Jumat yang penuh berkah menjadi momentum aku akan menyandang status  baru yaitu menjadi seorang sarjana. Hari ini, universitas mengadakan wisuda yang ke-77.  Wisudanya diadakan secara daring. Tak pernah terpikir olehku akan wisuda bersamaan dengan  pandemi COVID-19. Sehingga dua tahun belakangan ini semua acara dilakukan secara daring, termasuk wisuda. Walaupun demikian, semua harus tetap dilanjutkan, bukan?

Danau Toba
Suasana wisata di Danau Toba/Anggi Kurnia

Jam di tangan sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, aku pun membuka laptop untuk  segera memasuki acara wisuda yang sedang berlangsung melalui sebuah tautan. Teman-teman yang mengenakan seragam lengkap terlihat antusias dengan riasan make up di wajahnya.

Aku  hanya tersipu malu dengan keadaan gamis yang setengah basah akibat main air. Meskipun demikian, beberapa kali aku mengarahkan kamera tertuju pada latar Danau Toba. Memang bukan Anggi namanya kalau tak jahil hingga salah satu dosen menegur melalui pesan di  WhatsApp, “Anggi hari ini wisuda.” Aku pun membalasnya dengan emoji tersenyum dan segera  kembali ke layar laptop.

Namun, tak sampai disitu, aku yang memang gemar bermain air tak tahan ingin segera berseluncur dengan beberapa mainan air di Danau Toba. Seperti banana boat. Tak hanya itu, sampan kecil yang siap membawa tubuh untuk berkeliling di danau vulkanik juga telah di depan mata. Aku pun mematikan kamera  di layar laptop dan menitipkannya dengan kakak ipar yang sedang sedang duduk di pondok.  

Setelah mendengarkan arahan dari Bang Togar, pemilik sampan dan memakai  pelampung akhirnya aku menaiki sebuah sampan kecil. Sampan ini hanya muat untuk dua orang, dengan tarif lima puluh ribu dan unlimited waktu penggunaanya. 

Untuk mendayung sampan, aku dan  adikku harus punya strategi mendayung secara bersamaan. Tapi, sudah dipastikan tak ada kekompakan di antara kakak dan adik, yang satu  mendayung ke kanan dan satunya lagi ke kiri. Bahkan ini sudah seperti latihan militer bagiku,  otot-otot tangan bergetar dan suara pun serak akibat tertawa dengan hebohnya.  

Danau Toba
Wisuda di Danau Toba/Anggi Kurnia

Rasanya seperti mimpi memakai toga di Danau Toba, berharap agar masa depanku juga  akan seindah Danau Toba. Aku kembali menghidupkan kamera di acara wisuda dengan pakaian  yang sudah basah. Hanya bertahan lima menit di depan layar, aku pun segera menaiki banana  boat bersama saudara lainnya. Bang Togar mengiringi dari depan dengan boat nya bersama ayah  dan ibu yang siap mengabadikan kebersamaan anak-anaknya. 

Permainan pun dimulai, sayup-sayup angin menghampiri tubuh dengan kecepatan rendah boat yang dibawa oleh Bang Togar.  Tak sampai sepuluh menit banana boat melaju dengan kecepatan tinggi, aku berteriak kencang, takut dijatuhkan mendadak. Benar saja, ketika boat yang dikendarai Bang Togar  membelok, dengan hitungan detik banana boat pun ikut terguling. Bersamaan dengan itu, aku  dan saudara-saudara jatuh ke Danau. Aku yang  terkejut dan berteriak sebelum terjatuh menelan banyak air, hingga batuk-batuk dan hampir  muntah. 

Meskipun demikian, detak jantungku tak bisa berbohong ketika Bang Togar memberikan aba-aba akan menjatuhkan untuk kelima kalinya.  Disaat itu, aku mengangkat tangan. Bang Togar pun paham dan menggagalkan aksinya.  

Setelah turun dari banana boat, aku dan keluarga bergegas membersihkan diri dan  berganti pakaian, karena kami sudah kedinginan. Ku lihat jam di dinding kamar sudah menuju pukul  setengah dua belas siang. Sekitar tiga jam lagi wisudawan dan wisudawati dari fakultasku akan  segera dilantik menjadi sarjana secara daring

Tepat pukul dua belas aku dan keluarga meninggalkan penginapan. Mobil melaju ke arah  jalan berkelok yang dinamakan” Kelok 8” atau sering juga disebut “Sibe-bea”.  


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Wisuda dan Wisata di Danau Toba appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/wisuda-dan-wisata-di-danau-toba/feed/ 0 32812
Sejenak Kembali ke Pangkuan Tanah Asal di Kawasan Toba https://telusuri.id/sejenak-kembali-ke-tanah-asal-di-kawasan-toba-sumatera-utara/ https://telusuri.id/sejenak-kembali-ke-tanah-asal-di-kawasan-toba-sumatera-utara/#respond Tue, 18 Jan 2022 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=32312 Sebagai seseorang berdarah Batak sepertinya tak mungkin jika belum pernah menginjak kaki di tanah asal, yakni di Sumatera Utara. Pendapat tersebut bisa dipatahkan oleh pengalaman saya sendiri. Benar, di tahun 2017 tepat umur saya beranjak...

The post Sejenak Kembali ke Pangkuan Tanah Asal di Kawasan Toba appeared first on TelusuRI.

]]>
Sebagai seseorang berdarah Batak sepertinya tak mungkin jika belum pernah menginjak kaki di tanah asal, yakni di Sumatera Utara. Pendapat tersebut bisa dipatahkan oleh pengalaman saya sendiri. Benar, di tahun 2017 tepat umur saya beranjak dua puluh enam tahun pertama kalinya bagi saya dapat merasakan tanah asal saya sendiri, yakni di Balige, sebuah kota di kawasan Toba, Sumatera Utara.

Hasilnya? Saya terpana menikmati alam yang dimiliki tanah darah asal saya tersebut. Ah, terlalu banyak bergaul dengan gedung-gedung pencakar langit memang saya ini hingga lupa akan keindahan asli alam dan adat yang dimiliki kampung sendiri.

Danau Toba
Pelabuhan Penyeberangan Ajibata/Ruth Stephanie

Menyusuri Beberapa Kawasan di Sumatera Utara untuk Tiba di Balige, dari Medan hingga Parapat

Mendarat dengan selamat di Bandara Kualanamu kerap membuat saya tersenyum, tentu saja karena bahasa yang sering terdengar adalah bahasa Ibu alias bahasa Batak. Ada sedikit rasa malu di diri ini untuk mengakui bahwa saya tidak bisa berbahasa Batak.

Saya malah lebih bisa berbicara menggunakan bahasa orang luar sana, karena tuntutan pekerjaan di ibu kota. Bandara Kualanamu bukan di Medan, pun sama faktanya dengan bandara Soetta yang bukan berada di Jakarta. Hal itu yang sudah saya ketahui, karena memang tahun 2017 lalu adalah perjalanan kedua saya ke Medan. 

Dari Deli Serdang ke kota Medan memang cukup menyita waktu, tapi saat itu saya bisa perkirakan bahwa saya akan tiba di ibu kota Sumatera Utara itu di jam makan siang. Di kepala saya sudah berlarian ide-ide menu makan siang yang akan saya santap. Setibanya di salah satu pool bus trayek Kualanamu-Medan, saya pun turun. Di dalam bus tadi, saya sempat bertanya kepada seorang Inang (Ibu) di mana restoran lokal terdekat dari pool bus ini. Beliau menjawab tentu saja dengan logat Batak yang kental, “Oh, banyaklah lapo di dekat situnya. Tinggal kau pilih. Atau mau bakmi siantar juga ada di sana, banyak.

Alhasil saya memilih bakmi siantar di salah satu rumah makan yang sederhana, tetapi begitu memasukinya terasa wangi rempah menjalar ke indera penciuman ini. Bakmi siantar yang disajikan juga sangat menggoda terlebih saat disantap siang hari. Setelah santap siang, hari ini saya akan bermalam terlebih dahulu di rumah salah satu saudara. Esok harinya akan saya lanjutkan perjalanan menuju Toba. 

Keesokan paginya, saya sudah siap untuk melanjutkan perjalanan. Dengan dilengkapi bekal dari sanak saudara, perjalanan berjam-jam ini pasti akan menyenangkan. Dari jendela mobil saya bisa melihat pemandangan tiap kawasan, seperti Lubuk Pakam, Tebing Tinggi, Pematang siantar, hingga tiba di Parapat. Di kawasan Parapat lah, Danau Toba dapat terlihat begitu menawan. Tentu saja, kesempatan seperti ini tidak akan saya buang begitu saja. Saya berencana untuk menginap satu malam di salah satu penginapan di Parapat.

Setelah selesai mengurus penginapan di salah satu hotel dengan akses langsung ke Danau Toba, saya cepat-cepat mencari apa yang menarik di sini dengan bertanya langsung dengan penduduk sekitar. Jawabannya tentu saja menunjuk ke Desa Wisata Tomok. Kemudian, saya pun bergegas ke Pelabuhan Penyeberangan Ajibata untuk bisa menaiki perahu menuju Tomok.

Di atas perahu berkali-kali saya mengambil gambar melalui kamera ponsel menangkap panorama danau vulkanik terbesar di dunia ini. Faktanya bahwa Danau Toba selain danau vulkanik terbesar di dunia, juga masuk ke dalam daftar 15 danau terbesar di dunia dan masuk ke dalam sepuluh besar danau terdalam di dunia. Bagaimana tidak jika kedalaman danau yang masuk ke beberapa kabupaten ini mencapai sekitar 500 meter.

Setibanya di Tomok, tentu saja saya tidak heran berbagai macam lapak buah tangan berada di sini. Desa Wisata Tomok sudah masuk ke dalam tujuan wisata di kawasan Toba. Di sini terdapat Museum Batak, hingga pertunjukkan boneka Sigale-gale menjadi daya tarik untuk para wisatawan. Di sana pun saya juga menyantap siang, tentu saja dengan makanan khas Batak, ada ikan arsik ditambah sambal tuktuk yang dapat menggoyang lidah para penikmatnya.

Danau Toba
Danau Toba/Ruth Stephanie

Perjalanan Kembali ke Tanah Asal, Balige

Keesokan paginya, setelah selesai menyantap lezatnya lampet dan teh manis hangat, saya akan melanjutkan perjalanan ke Balige. Katanya sih sudah tidak jauh lagi dari Parapat. Benar saja, kurang lebih dua jam saya melewati kawasan seperti Porsea dan Humbang Hasundutan, saya sudah tiba di Kota Balige. Sepanjang perjalanan, salah satu hal yang kerap saya dapatkan adalah bangunan makam dengan ukuran lumayan besar selalu ada di samping rumah penduduk.

Tepat di depan pasar tradisional Balige, saya turun dari mobil carteran yang telah mengantar saya ke sini dari Parapat. Musik khas Batak yang dipasang di dalam pasar jelas bisa saya dengar, ya dapat dikatakan menjadi backsound saat saya berjalan ke arah alamat sebuah rumah sederhana. Beberapa kali bertanya ke pejalan kaki di mana alamat tersebut, sepuluh menit kemudian saya telah tiba di depan rumah tanpa pagar. Ada anak kecil yang keluar masuk dari sana.

Butuh belasan jam menggunakan transportasi udara dan darat, melewati berbagai kawasan yang memiliki kekhasannya masing-masing untuk tiba di tempat ini. Tempat yang seharusnya saya katakan sebagai rumah. Sejenak saya pulang ke pangkuan tanah asal di mana orang tua saya dilahirkan dan dibesarkan, di Toba, Balige, Sumatera Utara.

“Horas!” Kata saya seraya langkah pertama memasuki rumah sederhana itu.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu!

The post Sejenak Kembali ke Pangkuan Tanah Asal di Kawasan Toba appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/sejenak-kembali-ke-tanah-asal-di-kawasan-toba-sumatera-utara/feed/ 0 32312
7 Hal yang Kamu Perlu Tahu sebelum Traveling ke Danau Toba https://telusuri.id/traveling-ke-danau-toba/ https://telusuri.id/traveling-ke-danau-toba/#respond Sun, 03 Sep 2017 17:15:35 +0000 http://telusuri.org/?p=1775 Danau Toba di Sumatera Utara adalah salah satu “Bali Baru” yang sekarang lagi gencar dipromosiin sama Kementerian Pariwisata. Tapi sebelum jalan-jalan ke sana, buat nambah-nambah info supaya itinerary kamu makin seru, kayaknya kamu perlu baca...

The post 7 Hal yang Kamu Perlu Tahu sebelum Traveling ke Danau Toba appeared first on TelusuRI.

]]>
Danau Toba di Sumatera Utara adalah salah satu “Bali Baru” yang sekarang lagi gencar dipromosiin sama Kementerian Pariwisata. Tapi sebelum jalan-jalan ke sana, buat nambah-nambah info supaya itinerary kamu makin seru, kayaknya kamu perlu baca 7 hal ini dulu:

1. Danau terluas di Indonesia

Danau Toba via goodnewsfromindonesia.id

Memandang dari tepiannya, kamu bakal susah nyari ujung danau ini. karena memang luas banget. Panjangnya sekitar 100 km, lebar 30 km, dan kedalamannya sekitar 505 m. Dimensinya ini nggak cuma menjadikannya sebagai danau terluas di Indonesia, tapi juga sekalian danau terluas di Asia Tenggara.

2. Danau Toba lebih luas dari Singapura

Danau Toba yang luasnya minta ampun via tobasatu.com

Habis baca fakta kedua soal danau ini, kamu pasti bakal makin sayang sama Indonesia dan nggak minder sama negara-negara tetangga di Asia Tenggara: dengan luas total 1.145 km2, satu negara Singapura yang luasnya cuma sekitar 719 km2 bisa masuk ke dalamnya. Jadi kalau seluruh warga Singapura mendadak pengen piknik buat berenang di sini, nggak masalah. Masih muat.. lebih malah.

3. Terbentuk karena erupsi hebat sekitar 74.000 tahun yang lalu

Kaldera Toba via rovicky.com

Lucu-lucu begitu, Danau Toba sebenarnya terbentuk oleh sebuah ledakan gunung berapi super alias supervolcano yang terjadi sekitar 74.000 tahun yang lalu. Ledakannya begitu dahsyat sampai-sampai—seperti yang diperkirakan oleh para ahli—populasi manusia berkurang 60 persen dan beberapa spesies makhluk hidup punah. Letusan itu ninggalin jejak di Bumi berupa danau raksasa.

4. Danau Toba punya pulau, yaitu Pulau Samosir

Pulau Samosir via indonesia.travel

Setelah Danau Toba terbentuk, magma yang terus berusaha buat nyari zona lemah supaya bisa keluar, akhirnya menemukan jalan ke permukaan bumi. Maka terbentuklah sebuah pulau di dalam Danau yang sekarang dikenal sebagai Pulau Samosir. Pulau seluas sekitar 640 km2 ini terletak pada ketinggian 1000 mdpl. Kalau kamu sudah pernah ke Gunung Rinjani, Danau Toba adalah versi raksasa dari Gunung Rinjani dan Gunung Baru Jari.

5. Pulau Samosir punya danau di atas danau

Danau Sidihoni via tutoba.com

Lucunya, Pulau Samosir yang terletak di dalam Danau ini juga punya danau kecil yang bisa kamu kunjungi. Nggak cuma satu, tapi dua, yaitu Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang yang dijuluki sebagai danau di atas danau. (Kalau danaunya punya pulau lagi, bakal jadi danau-ception tuh).

6. Menurut legenda, suku Batak berasal dari pinggiran Danau Toba

initempatwisata.com

Huta Bolon Simanindo via initempatwisata.com

Daerah sekitar sini adalah jantung budaya Batak, sebab menurut legenda yang dipercaya, nenek moyang suku Batak berasal dari Pusuk Buhit, Sianjur Mula Mula, sebelah barat Pangururan di pinggir danau. Makanya nggak heran kalau masyarakat yang menghuni kawasan Danau ini masih begitu memelihara budaya dan tradisi. Kalau mau tahu lebih banyak tentang budaya Batak, kamu bisa main ke Museum Huta Bolon Simanindo di Pulau Samosir. Atau kalau sempat datanglah ke Festival Danau Toba yang tahun ini diadakan pada awal September.

7. Kamu bisa sepedaan keliling-keliling Kaldera Toba

Bersepeda di pinggir Danau Toba

Bersepeda di pinggir Danau Toba via analisadaily.com

Kamu bisa menyewa sepeda untuk keliling-keliling Kaldera Toba, melewati Pulau Samosir, pinggiran Danau, dan desa-desa indah yang masih kental budaya Bataknya. Tapi pastikan dulu staminamu kuat dan tubuhmu sedang fit, sebab kamu akan menggowes di jalanan berbukit yang memaksamu melewati jalanan yang menanjak dan menurun. Seru, ‘kan?

The post 7 Hal yang Kamu Perlu Tahu sebelum Traveling ke Danau Toba appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/traveling-ke-danau-toba/feed/ 0 1775