gunungkidul Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/gunungkidul/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Mon, 08 Apr 2024 10:24:01 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 gunungkidul Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/gunungkidul/ 32 32 135956295 Yang Bahaya dari Eksploitasi Pariwisata di atas Kawasan Karst Gunungkidul https://telusuri.id/yang-bahaya-dari-eksploitasi-pariwisata-di-atas-kawasan-karst-gunungkidul/ https://telusuri.id/yang-bahaya-dari-eksploitasi-pariwisata-di-atas-kawasan-karst-gunungkidul/#respond Wed, 27 Mar 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=41494 Akhir tahun lalu viral pemberitaan rencana Raffi Ahmad membangun bisnis vila, resor, dan beach club seluas 10 hektare (ha) dengan nama Bekizart Beach Club di atas kawasan karst Pantai Krakal, Gunungkidul, Yogyakarta. Pemerintah Kabupaten (Pemkab)...

The post Yang Bahaya dari Eksploitasi Pariwisata di atas Kawasan Karst Gunungkidul appeared first on TelusuRI.

]]>
Akhir tahun lalu viral pemberitaan rencana Raffi Ahmad membangun bisnis vila, resor, dan beach club seluas 10 hektare (ha) dengan nama Bekizart Beach Club di atas kawasan karst Pantai Krakal, Gunungkidul, Yogyakarta. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul, selaku pemangku wilayah, tampak menyambut gembira rencana investasi tersebut. Sebagaimana diberitakan Jawa Pos Radar Jogja (16/12/2023), Bupati Gunungkidul Sunaryanta hadir langsung dalam acara peletakan batu pertama proyek bersama pemilik RANS Entertainment itu.

Tentu saja sebagai seorang selebriti dan pemengaruh dengan puluhan juta pengikut di media sosial, langkah Raffi Ahmad menjadi sorotan banyak pihak. Pro kontra pun naik ke permukaan linimasa perbincangan warganet. Pihak pro—termasuk pemkab—beranggapan keberadaan bisnis perhotelan akan melengkapi daya tarik wisata pesisir selatan Gunungkidul, serta meningkatkan perekonomian daerah. Di pihak sebaliknya, begitu keras menolak karena dikhawatirkan berdampak pada keberlanjutan ekosistem karst Gunung Sewu, terutama wilayah Gunungkidul.

Langkah bisnis industri pariwisata di atas kawasan karst Gunungkidul bukan kali pertama terjadi. Beberapa tahun sebelumnya telah berlangsung pembangunan serupa di kawasan lindung untuk mata air dan pertanian tersebut. Sebut saja Drini Park, Stone Valley by HeHa, dan HeHa Ocean View, destinasi wisata kekinian yang juga membelah gunung karst. Terbaru, rencana 300 vila milik Raffi Ahmad. Sebagaimana dikutip dari Betahita.id (20/01/2024), WALHI Yogyakarta mengkritik penyalahgunaan tata ruang atas pembangunan tersebut.

Tangkapan layar akun Instagram Raffi Ahmad menampilkan rencana pembangunan vila dan beach club miliknya di area karst Pantai Krakal, Gunungkidul

Gunung Sewu: kawasan karst yang indah sekaligus rapuh

Mundur beberapa waktu ke belakang, Pemkab Gunungkidul pernah melakukan langkah—yang menurut saya blunder—dan menghebohkan kalangan aktivis hingga pemerhati lingkungan hidup. Dalam keterangan siaran pers WALHI Yogyakarta (01/11/2022), pada November kala itu pemkab mengajukan surat permohonan peninjauan ulang delineasi Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) Gunung Sewu, khususnya wilayah Kabupaten Gunungkidul, kepada Menteri ESDM melalui Kepala Badan Geologi.

Dalam permohonan itu, pemkab berencana mengurangi 51,19% luasan KBAK, dari yang semula 75.835,45 ha—Keputusan Menteri ESDM RI Nomor 3045 K/40/Men/2014 tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst Gunung Sewu—menjadi hanya 37.018,06 ha. Tujuannya agar pemkab memiliki keleluasaan untuk membangun infrastruktur, serta pengembangan pariwisata dan industri lainnya atas nama peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Sulit untuk tidak curiga sekaligus kesal pada langkah ngawur pemkab. Gunungkidul dianugerahi kawasan karst yang memiliki manfaat besar, tetapi seperti terlalu ngoyo untuk dikeruk demi kepentingan investasi—saya coba memperhalus frasa “disia-siakan”. Banyak pihak meminta Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubuwono X menolak keras usulan Pemkab Gunungkidul tersebut.

Penetapan kawasan karst Gunung Sewu (mencakup wilayah Kabupaten Pacitan, Wonogiri, dan Gunungkidul) sebagai Global Geoparks Network (GGN) oleh UNESCO pada 2015, karena keindahan warisan bumi serta fungsi krusialnya untuk alam dan masyarakat, tampaknya ditafsirkan ke jalan yang keliru. Status prestisius itu bisa saja sewaktu-waktu terancam dicabut, seperti dialami kaldera purba Danau Toba karena terjadinya penurunan kualitas alam dan pengelolaannya (Antara News, 09/10/2023). 

  • Yang Bahaya dari Eksploitasi Pariwisata di atas Kawasan Karst Gunungkidul
  • Yang Bahaya dari Eksploitasi Pariwisata di atas Kawasan Karst Gunungkidul
  • Yang Bahaya dari Eksploitasi Pariwisata di atas Kawasan Karst Gunungkidul

Setyawan dkk (2015) menyebut Gunung Sewu merupakan salah satu kawasan karst paling lengkap di Indonesia, baik dalam aspek geologi, ekologi, ekonomi, dan budaya. Gunung Sewu tidak hanya menjadi tempat hunian masyarakat, tetapi juga rumah bagi keanekaragaman hayati yang hidup di dalamnya. Salah satunya adalah kelompok Selaginella, tumbuhan herba sejenis paku-pakuan yang membutuhkan air sebagai media untuk fertilisasi. Sementara kita tahu bahwa ciri khas gunung karst adalah kawasan yang rentan mengalami kekeringan jika kantung-kantung penyimpanan air hilang.

Sari Bahagiarti Kusumayudha, pakar bidang hidrogeologi karst, menguatkan fakta tersebut. Seperti dikutip Harian Jogja (25/11/2022), ia mengungkap ancaman bencana yang bisa muncul jika luasan KBAK di Gunungkidul dikurangi. Salah satunya adalah kekeringan yang sangat identik dengan Bumi Handayani, sedangkan karst perlu dilestarikan untuk menjaga ketersediaan air.

Perusakan gunung karst akan berdampak multisektor, seperti geologi, geomorfologi, hidrogeologi, arkeologi, pertanian, perkebunan, peternakan, ekonomi, dan sosial-budaya. Lebih lanjut rektor UPN Veteran Yogyakarta periode 2014—2018 itu menyebutkan bahwa kerugian yang timbul akan ditanggung hingga anak cucu. Ikon Gunungkidul seketika lenyap hanya untuk kenikmatan ekonomi sesaat, sementara butuh waktu jutaan tahun agar terbentuk gugusan karst seperti sekarang ini.

Deretan kebijakan “membangkang” kaidah peraturan yang berlaku membuktikan tidak sinkronnya kebijakan antarlembaga pemerintahan di tingkat daerah maupun pusat. Tak ada kepastian hukum yang mengikat dan benar-benar terimplementasikan dengan baik. Benturan kepentingan bisa saja terjadi demi membuka lebar pintu investasi, yang sejatinya tidak ramah lingkungan bahkan tak berperikemanusiaan. Hal ini menunjukkan betapa pemangku kewenangan tampak malas untuk berpikir jernih, apalagi bekerja lebih keras demi meningkatkan kapasitas daerahnya tanpa harus merusak alam.

Yang Bahaya dari Eksploitasi Pariwisata di atas Kawasan Karst Gunungkidul
Wisatawan menikmati Pantai Krakal, Gunungkidul/Azhari Setiawan via Wonderful Images Kemenpar

Mendesak tata kelola pariwisata berkelanjutan

Saya tak yakin jika Raffi Ahmad—dan juga investor lainnya—maupun pemerintah benar-benar berpikir betapa sangat genting dan pentingnya nasib gugusan karst Gunungkidul. Padahal tak kurang-kurang pelbagai riset menyampaikan manfaat dan potensi karst yang dikelola dengan baik, sekaligus membeberkan bahaya-bahaya yang timbul jika tekanan pada karst tak terkendali.

Namun, semua kajian ilmiah itu seakan mental. Tak mempan membendung nafsu bisnis, yang lagi-lagi dilakukan atas nama peningkatan perekonomian; yang tidak semua lapisan masyarakat bisa menikmati. Tekanan-tekanan yang dihadapi bahkan tidak hanya tata kelola industri pariwisata yang serampangan, tetapi juga kegiatan penambangan batuan gamping yang mengancam fungsi karst untuk alam dan masyarakat Gunungkidul.

Pariwisata memang menjadi sektor andalan perekonomian daerah, bahkan nasional. Terlebih Gunungkidul, bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah lama dikenal dunia. Pariwisata memiliki potensi besar untuk mengangkat taraf kehidupan dan kesejahteraan masyarakatnya. Namun, semua itu tidak akan ada artinya jika alam maupun lingkungan—tempat destinasi itu terbangun—kian “lelah” dikeruk terus-menerus demi kepentingan ekonomi.

Di Gunungkidul, sejatinya pantai-pantai yang terbentang alami telah menjadi primadona tersendiri. Belum lagi liang-liang gua, aliran sungai, hingga kawasan hutan yang bisa diandalkan menjadi sumber perekonomian daerah, selama dikelola dengan baik dan berkelanjutan.

Jejak gunung api purba (kiri) dan bentang karst dengan tutupan lahan pertanian maupun hutan masyarakat di Nglanggeran, Gunungkidul (kanan). Nglanggeran termasuk berhasil mengelola sumber daya karst dan sektor pertanian-peternakan dengan kemasan desa wisata berbasis masyarakat dan ramah lingkungan/Rifqy Faiza Rahman

Apalah artinya miliaran rupiah dibanding bayang-bayang marabahaya karena alam yang terus diusik? Yakinlah, tidak akan sepadan. 

Pemkab Gunungkidul punya kekuasaan untuk menghasilkan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada masyarakat dan lingkungan. Akan tetapi, kenyataannya tak sesederhana itu. Tata kelola daya tarik wisata yang dimiliki tampak kurang terarah.

Padahal menurut Rudy dan Mayasari (2019), kunci pengembangan pariwisata yang tepat terletak pada pengelolaan terintegrasi, mulai dari perencanaan, kebijaksanaan penyelenggaraan, dan pemanfaatan sumber daya alam—secara berkelanjutan. Pariwisata mestinya dikelola dengan prinsip yang menekankan pada nilai-nilai kelestarian lingkungan alam komunitas, serta terjadi manfaat nilai-nilai sosial secara dua arah, yaitu untuk wisatawan dan masyarakat lokal.

Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan sudah mengatur dan menegaskan itu, bahwa seyogianya pariwisata justru memberikan perlindungan pada nilai-nilai budaya masyarakat dan kelestarian mutu lingkungan hidup. Walau pada faktanya, memang yang terjadi di lapangan acap bertolak belakang dari seharusnya. Dan ini bukan hanya berlaku untuk pemerintah Gunungkidul saja, tetapi juga lembaga pemerintahan lainnya; tak peduli di tingkat kabupaten/kota, provinsi, bahkan pusat.

Sudah banyak orang-orang baik yang telah meluangkan waktunya dan memberi “piweling” alias nasihat atau peringatan—lewat penelitian, kritik, surat terbuka maupun seruan keras—kepada pemerintah, Raffi Ahmad, hingga investor-investor lainnya. Saya berharap suara-suara itu didengar dengan saksama di sepasang telinga mereka, sebelum alam memberikan peringatan lebih keras dan menyakitkan.


Referensi

Antara News. (2023, 9 Oktober). Pemprov berjuang keras cabut status kartu kuning Geopark Kaldera Toba. Diakses pada 25 Maret 2024, dari https://www.antaranews.com/berita/3764520/pemprov-berjuang-keras-cabut-status-kartu-kuning-geopark-kaldera-toba.
Betahita.id. (2024, 20 Januari). Tiga Resor di Gunungkidul Diduga Langgar Kawasan Karst. Diakses pada 25 Maret 2024, dari https://betahita.id/news/detail/9776/tiga-resor-di-gunung-kidul-diduga-langgar-kawasan-karst.html?v=1705684145.
Budiyanto, Eko. (2018). Remote Sensing and Geographic Information System for Assess the Gunungsewu Karst Groundwater Vulnerability and Risk to Pollution in Gunungkidul District. [Doctoral Thesis Summary]. Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Harian Jogja. (2022, 25 November). Pakar Hidrogeologi: Kalau Karst Dipangkas, Kekeringan di Gunungkidul Bakal Makin Parah. Diakses pada 18 Januari, dari https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2022/11/25/512/1118719/pakar-hidrogeologi-kalau-karst-dipangkas-kekeringan-di-gunungkidul-bakal-makin-parah.
Rudy, D. G., & Mayasari, I. D. A. D. (2019). Prinsip-Prinsip Kepariwisataan dan Hak Prioritas Masyarakat dalam Pengelolaan Pariwisata berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. KERTHA WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa. 13 (2). Pp 73—84. https://doi.org/10.22225/kw.13.1.2019.1-5.
Setyawan, A. D., Sugiyarto, Susilowati, A., dan Widodo. (2015). Diversity of Selaginella in the karstic region of Sewu Mountains, Southern Java. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Surakarta, 28 Oktober 2023. Volume 1, Nomor 6, September 2015, hal. 1318-1323. https://doi.org/10.13057/psnmbi/m010610.
WALHI Yogyakarta. (2022, 25 November). Press Release: Koalisi Masyarakat Pemerhati Karst Indonesia Menolak Rencana Pengurangan Kawasan Bentang Alam Karst Gunung Sewu oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Diakses pada 18 Januari 2024, dari https://walhi-jogja.or.id/index.php/2022/11/25/press-release-koalisi-masyarakat-pemerhati-karst-indonesia-menolak-rencana-pengurangan-kawasan-bentang-alam-karst-gunung-sewu-oleh-pemerintah-kabupaten-gunungkiduldaerah-istimewa-yogyakarta/.
Yuwono, J. S. E. (2013). Karakter Geoarkeologis dan Proses Budaya Prasejarah Zona Poros Ponjong—Rongkop di Blok Tengah Gunungsewu. [Tesis]. Program Studi Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.


Foto sampul:
Restoran privat Horizon Terrace di area Heha Stone Valley, yang berdiri di atas kawasan KBAK Gunungkidul/Pancurajipost.com


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Yang Bahaya dari Eksploitasi Pariwisata di atas Kawasan Karst Gunungkidul appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/yang-bahaya-dari-eksploitasi-pariwisata-di-atas-kawasan-karst-gunungkidul/feed/ 0 41494
Serunya “Rock Climbing” di Tebing Pantai Siung https://telusuri.id/serunya-rock-climbing-di-tebing-pantai-siung/ https://telusuri.id/serunya-rock-climbing-di-tebing-pantai-siung/#respond Sat, 30 Dec 2023 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=40347 Matahari masih belum terbit ketika aku bangun tidur. Angin laut selatan menyambut. Begitu sejuk. Suasana masih terasa sunyi. Kali ini aku sedang berada di Pantai Siung, Desa Purwodadi, Tepus, Gunungkidul. Pantai ini selain populer dengan...

The post Serunya “Rock Climbing” di Tebing Pantai Siung appeared first on TelusuRI.

]]>
Matahari masih belum terbit ketika aku bangun tidur. Angin laut selatan menyambut. Begitu sejuk. Suasana masih terasa sunyi.

Kali ini aku sedang berada di Pantai Siung, Desa Purwodadi, Tepus, Gunungkidul. Pantai ini selain populer dengan keindahan lautnya dan pasir putihnya, juga dikenal kompleks tebingnya yang jadi tempat favorit para pemanjat. Masih bagian dari kawasan karst Gunung Sewu, tebing di Pantai Siung ini membentang luas. Memiliki 250 jalur panjat dengan ketinggian bervariasi, mulai dari 6 sampai 12 meter. Ada berbagai blok pemanjatan di sini yang diberi nama huruf abjad—dari A hingga K.

Akses Menuju Pantai Siung

Perjalanan ke Pantai Siung terbilang mudah karena jalannya sudah beraspal bagus. Aku bersama tim pemanjatan baru tiba di sana dini hari, setelah menempuh perjalanan empat jam dari Semarang. Kami sempat bergantian tidur sebentar usai briefing kegiatan pemanjatan dan menata peralatan untuk kegiatan esok hari.

Kami berencana melakukan pemanjatan selama dua hari. Selama waktu tersebut, kami menyewa salah satu rumah warga untuk dijadikan basecamp. Basecamp yang kami tempati cukup sederhana, berupa rumah panggung yang terbuat dari kayu. Kami diizinkan menggunakan ruangan tanpa dinding di sebelah warung pemilik rumah untuk menyimpan peralatan dan tempat tidur.

Prosedur berkegiatan panjat tebing di Pantai Siung terbilang mudah. Cukup memberikan surat izin ke pengelola setempat dan membayar biaya masuk kawasan wisata, seperti pengunjung pantai lainnya. Tarif wisata Pantai Siung sangat terjangkau. Per orang hanya perlu membayar Rp5.000, sedangkan biaya parkir roda dua dikenakan Rp3.000—5.000, dan roda empat Rp10.000—20.000. Dengan biaya tersebut, kami sudah bisa melakukan aktivitas pemanjatan sepuasnya.

Serunya Rock Climbing di Tebing Pantai Siung
Salah satu lokasi panjat tebing di Pantai Siung/Lya Munawaroh

Artificial Climbing di Tebing Pantai Siung

Setelah pemanasan di tepi pantai, kami bergegas menuju lokasi pemanjatan. Jaraknya sekitar 15 menit dari basecamp. Jalannya melewati sela-sela antara rumah warga. Lalu mendekati tebing berupa jalan setapak selebar satu meter dan sedikit menanjak. Aku tidak tahu pasti tebing yang kami gunakan di blok apa, tetapi di depannya terdapat campground yang cukup luas dan terapit oleh dua tebing. 

Hari pertama kami targetkan untuk pemanjatan artificial, yaitu teknik pemanjatan dengan memanfaatkan pengaman alam (natural anchor). Kami menggunakan alat pengaman sisip, seperti sling, prusik, stopper, hexa, dan friend sebagai tambatan atau tumpuan, dengan cara menyelipkan peralatan tersebut ke celah atau lubang yang ada pada tebing. Pemanjatan dengan cara ini memang cukup rumit daripada pemanjatan di tebing yang sudah terpasang pengaman buatan. Meskipun membutuhkan waktu yang lebih lama, tetapi sensasi yang didapat juga lebih menantang.

Salah satu dari kami memasang pengaman sisip lebih dahulu. Kemudian dua orang memasang pengaman tali yang akan kami gunakan untuk vertical photography. Sisanya menata peralatan dan memasang flysheet. Usai jalur pemanjatan dibuat, tiba giliranku mencoba jalur tersebut. Namun, tak semudah yang kukira. Aku hanya bisa sampai setengah jalur. Sembari aku memanjat, ada seorang yang bertugas memotret dari ketinggian menggunakan single rope technique (SRT), yaitu teknik meniti satu tali menggunakan alat ascending (alat untuk menaiki tali) dan descending (alat menuruni tali).

Serunya Rock Climbing di Tebing Pantai Siung
Pemanjatan artificial/Ferdian Restu Kelana

Setelah memanjat, kini giliran aku yang memotret. Akan tetapi, hasilnya kurang memuaskan. Temanku sempat mengomel karena foto saat dirinya memanjat tidak ada yang bagus. Aku memang belum bisa mengambil momen dengan baik.

Ketika vertical photography, aku harus menyesuaikan posisiku pada tali yang kunaiki, dengan posisi temanku yang sedang memanjat. Ketika itu posisiku lebih tinggi dan jaraknya lebih jauh dari temanku. Meskipun fitur zoom kamera bisa diatur, tetapi hasilnya malah terhalang tebing. Ya, memotret dari ketinggian tidaklah mudah. Selain membutuhkan keahlian memotret, juga harus lihai menyesuaikan diri pada tali lintasan.

Menunggu Hujan Reda

Karena bertepatan hari Jumat, menjelang Zuhur para personel laki-laki bersiap-siap melaksanakan salat Jumat. Masjid terdekat di daerah Pantai Siung jaraknya lumayan jauh, karena pantai ini sendiri terletak agak jauh dari jalan utama. Oleh sebab itu, mereka harus bersiap lebih awal. Sedangkan kami personel perempuan bertugas menjaga peralatan. Ada juga yang mengambil makan siang. 

Namun, tiba-tiba langit mendung dan tak lama kemudian hujan turun. Awalnya cuma gerimis, tetapi lama-lama menjadi deras. Aku bersama Ika berlindung di bawah flysheet dan mengamankan peralatan kami. Cukup lama kita berdua menunggu teman yang mengambil makan, sampai kemudian mereka datang dengan menggunakan jas hujan. Satu setengah jam berlalu, personel laki-laki sudah kembali dari salat Jumat. Hujan yang belum berhenti memaksa kami menghentikan sementara kegiatan pemanjatan. 

Beruntung sekitar pukul tiga sore hujan reda. Kami pun melanjutkan pemanjatan artificial bagi personel yang belum memanjat. Tepat pukul lima sore kami telah menyelesaikan target pemanjatan pada hari pertama. Kami bergegas kembali ke basecamp untuk mandi dan mempersiapkan pemanjatan esok hari. 

Serunya Rock Climbing di Tebing Pantai Siung
Proses menuruni tali setelah praktik SRT/Lya Munawaroh

Keindahan Pantai Siung dari Puncak Tebing

Malam hari setelah briefing, aku sudah dibikin overthinking dengan rencana senior kami. Dia menargetkan kami dapat melakukan pemanjatan alpine style, yaitu teknik pemanjatan yang tidak terhubung dengan basecamp. Jadi, seluruh peralatan harus dibawa saat memanjat.

Pasalnya teknik pemanjatan tersebut dilakukan secara berkelompok dan membutuhkan keahlian tali temali maupun memanjat yang baik. Aku takut tidak bisa mencapai target seniorku. Namun, akan jadi penyesalanku jika aku tidak berani mencoba. Sebab begitu mencoba rasanya di luar bayanganku dan tidak sesulit yang aku pikirkan.

Sebelum praktik di tebing langsung, kami diberi materi oleh senior kami mengenai cara-cara pembuatan simpul yang akan digunakan. Setelah itu, kami mencoba praktik di tebing bagian bawah, sekaligus simulasi teknis pemanjatan masing-masing tim. Tim pemanjatan sudah dibagi menjadi tiga kelompok kecil yang terdiri dari tiga orang. Aku tergabung di kelompok dua, terdiri dari aku, Lukman, dan Yulyas. 

Tiga orang dalam satu kelompok mempunyai peran masing-masing. Ada pemanjat pertama atau leader yang bertugas memasang pengaman, lalu pemanjat kedua bertugas mem-belay pemanjat ketiga, dan pemanjat terakhir bertugas melepas semua pengaman yang telah terpasang. 

Kelompok pertama sudah melakukan praktik lebih dulu, selanjutnya tiba giliran kelompokku. Lukman memasang pengaman sisip untuk membuat jalur pemanjatan lebih dulu. Setelah Lukman mencapai teras atau pitch pertama dan memasang anchor (pengaman), giliran Yulyas yang memanjat dengan di-belay oleh Lukman dari atas dan juga olehku dari bawah. Saat Yulyas sampai di pitch pertama, baru giliranku memanjat sekaligus melepas semua pengaman jalur panjat yang telah dipasang. 

Awalnya aku mengira akan sulit, karena kemarin saja aku tidak bisa menyelesaikan pemanjatan artificial. Namun, ternyata jalur yang ini cukup mudah. Aku jadi bersemangat sambil tersenyum kesenangan karena bisa memanjat dengan lancar.

“Lya, gimana jalurnya? Susah nggak?” tanya Ika dari bawah tebing ketika aku sampai di pitch pertama. 

“Wah, mudah sekali, Ka! Lebih mudah ini daripada manjat di wall climbing” teriakku dari atas. Memang dasar aku, dikasih mudah sedikit sudah merasa sombong.

Pemanjatan kelompokku berlanjut sampai di pitch kedua dengan menggunakan teknik yang sama seperti pitch pertama. Di pitch kedua ini, aku terpukau melihat hamparan lautan dengan ombak bergulung-gulung. Di ujung sana terlihat birunya langit menyatu dengan birunya laut. Sangat indah. 

Pemandangan dari puncak tebing tentu jauh lebih indah. Begitu sampai, aku tiada henti melihat ciptaan Tuhan yang sangat menakjubkan. Dari sini, aku bisa melihat deretan tebing-tebing lain yang mengelilingi Pantai Siung, gulungan ombak yang terpecah ketika menabrak tebing, juga deretan warung serta para pengunjung di tepian pantai. Ah, indahnya! Andai aku tidak harus kembali untuk menyerahkan alat kepada kelompok pemanjat ketiga, aku enggan untuk turun.

Serunya Rock Climbing di Tebing Pantai Siung
Tim pemanjat perempuan/Lya Munawaroh

Menjemput Senja

Menjelang sore, kelompok tiga baru mulai memanjat. Sembari menunggu mereka selesai, aku membereskan peralatan yang telah dipakai. Aku memutuskan berkeliling di sekitar tebing, karena aku bosan menunggu. Kawasan tebing Pantai Siung memang sangat luas. Banyak juga spot foto menarik di tepian tebing. Sekalipun tidak dari atas tebing, pemandangan yang terlihat sudah sangat memanjakan mata. 

Sekitar pukul lima sore, kelompok tiga sudah mencapai puncak tebing. Seorang senior mengajak, “Ayo, naik lagi. Foto bareng di atas.”

Lah, kok naik lagi? Lewat mana?” tanyaku.

“Jalur belakang, dong,” jawabnya.

Lho, ternyata ada jalur belakangnya, toh? Tadi kenapa susah-susah alpine style dari depan? Aku tertawa saja. Ternyata untuk jalur belakang, kami harus berjalan melalui salah satu celah tebing dahulu, lalu memanjat tebing yang tadi dipanjat dari sisi sebaliknya.

Sebenarnya tidak perlu menggunakan alat panjat sudah bisa karena jalurnya tidak sulit dan seperti menaiki batuan karang biasa. Namun demi keamanan, kami tetap memakai helm, harness, dan kostel. Kami juga tetap harus berhati-hati karena batuannya sedikit lancip.

Kalau dari sisi belakang, mungkin butuh waktu sekitar 10 menit untuk sampai puncak. Waktu kami tiba, kami sempat menikmati suasana senja sore itu sebentar. Sayangnya, langit kembali mendung sehingga kami buru-buru berfoto sebelum makin gelap. Syukurlah masih sempat dapat foto bagus.

Tebing Pantai Siung memang sangat cocok bagi penyuka kegiatan panjat. Banyak mahasiswa pencinta alam (mapala) dan klub panjat dari berbagai daerah mengunjungi Pantai Siung. Mereka menjadikan tebing ini sebagai tempat latihan rutin, karena banyaknya jalur pemanjatan yang memiliki ketinggian dan kesulitan bervariasi. Ditambah aksesnya yang mudah. Meskipun lumayan jauh dari pusat kota dan sangat sulit mendapat sinyal, tetapi justru itu membuat suasana terasa lebih tenang.

Referensi:

Alvina. (2021). Tebing Siung: Jalur Panjat dengan Bonus Pemandangan Indah. Diakses pada 7 November 2023, https://gegama.geo.ugm.ac.id.
Wikipedia. (2023). Pantai Siung. Diakses pada 8 Februari 2023, https://id.wikipedia.org/wiki/Pantai_Siung.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Serunya “Rock Climbing” di Tebing Pantai Siung appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/serunya-rock-climbing-di-tebing-pantai-siung/feed/ 0 40347
5 Pantai di Gunungkidul yang Asyik buat Kemping https://telusuri.id/5-pantai-di-gunungkidul-yang-asyik-buat-kemping/ https://telusuri.id/5-pantai-di-gunungkidul-yang-asyik-buat-kemping/#respond Fri, 29 Jun 2018 09:00:18 +0000 https://telusuri.id/?p=9367 Mau nyobain kemping di Jogja tapi masih bingung mau buka tenda di mana? Ini TelusuRI kasih 4 pantai di Gunungkidul yang asyik buat kemping: 1. Ngobaran Karena Pantai Ngobaran ini agak mblusuk (sekitar 2 km...

The post 5 Pantai di Gunungkidul yang Asyik buat Kemping appeared first on TelusuRI.

]]>
Mau nyobain kemping di Jogja tapi masih bingung mau buka tenda di mana? Ini TelusuRI kasih 4 pantai di Gunungkidul yang asyik buat kemping:

1. Ngobaran

pantai di gunungkidul yang asyik buat kemping

Pantai Ngobaran via SkyGrapher.id/Hilman Zhou

Karena Pantai Ngobaran ini agak mblusuk (sekitar 2 km dari Pantai Ngrenehan), lokasinya pas banget buat merenung. Saking cocoknya ini tempat buat nyari “inner peace,” ada beberapa tempat ibadah yang dibangun di areal Ngobaran, yakni pura dan masjid.

Pantai ini berupa teluk kecil yang terlindung dari angin dan gelombang. Di sana, kamu bisa beli kayu bakar sama warga setempat buat bikin api unggun. Jadi kamu nggak perlu repot-repot bawa kayu bakar dari Jogja. Tapi, karena ada beberapa bangunan sakral di Ngobaran (pura dan masjid tadi), sebaiknya kamu dan teman-teman agak-agak behave. Gitaran sambil nyanyi-nyanyi aja nggak masalah. Jangan kebangetan aja ngakaknya.

2. Sundak

pantai di gunungkidul yang asyik buat kemping

Pantai Ngandong (kiri) dan Sundak (kanan) via SkyGrapher.id/Ryan Firman

Sebelum pantai-pantai lain tenar, Sundak pernah menempati posisi teratas sebagai pantai di Gunungkidul yang asyik buat kemping akhir pekan. Terutama di kalangan mahasiswa. Dulu banget, sih, sebelum ada WhatsApp dan Instagram. Mereka bela-belain naik motor sekitar tiga jam dari Jogja cuma buat mendirikan tenda di atas pasir putih Pantai Sundak.

Untuk ke Sundak, caranya gampang banget. Kamu bisa lewat Panggang atau lewat Kota Wonosari. Di pertigaan mau ke Baron, kamu ambil jalan ke kiri (arah timur). Ikutin aja terus sampai kamu menemukan plang penunjuk jalan menuju Pantai Sundak. Ancer-ancernya, Sundak terletak antara Pantai Ngandong dan Pantai Indrayanti (Pulang Syawal).

3. Siung

pantai di gunungkidul yang asyik buat kemping

Warung di Pantai Siung/Fuji Adriza

Pantai Siung jadi istimewa karena punya puluhan jalur panjat tebing. Makanya Siung sering dijadiin lokasi diklat lanjutan (dikjut) kelompok-kelompok pencinta alam (KPA) di Jogja dan Jawa Tengah. Biasanya, KPA-KPA itu datang sehari sebelum dikjut, kemping semalam, baru kemudian manjat tebing keesokan harinya.

Kemping di Siung jadi asyik karena kamu nggak perlu repot-repot buat masak nasi. Lokasi kempingnya deket warung (cuma dibatasi sama lahan parkir). Oh, iya. Kamu mesti catat ini: kalau ke Siung kamu mesti nyicipin nasi rames ikan goreng plus sambel pedas yang bikin nagih!

4. Sedahan

pantai di gunungkidul yang asyik buat kemping

Pantai Sedahan/Fuji Adriza

Perlu usaha agak ekstra buat ke Pantai Sedahan yang terletak nggak jauh dari Wediombo ini. Soalnya buat ke pantai itu kamu mesti trekking dulu sekitar 15 menit. Sebentar kok itu. Trekkingnya juga lewat trek batugamping di tengah-tengah hutan jati. Instagenik banget pokoknya!

Sekalinya tiba di sana, kamu bakal terpana sama pemandangan Pantai Sedahan. Teluknya bahkan lebih kecil daripada teluk di Ngobaran. Yang bikin Sedahan istimewa adalah pantai ini sepi banget, soalnya nggak terlalu banyak orang yang tahu. Nggak banyak orang yang rela repot-repot jalan dan keringetan hanya buat ke pantai tersembunyi kayak gini. Makanya Sedahan masuk dalam daftar pantai di Gunungkidul yang asyik buat kemping.

5. Wediombo

pantai di gunungkidul yang asyik buat kemping

Pantai Wediombo kala hujan/Fuji Adriza

Dari Sedahan, kesandung aja kamu bakal nyampe di Wediombo. (Tapi jangan nekat jalan kaki. Naik motor aja.) Seperti yang bisa ditebak dari namanya (wedi: pasir, ombo: luas), Pantai Wediombo ini lebar banget, nggak kayak Sedahan yang mini.

Di Wediombo ada bumi perkemahan tempat kamu bisa mendirikan tenda. Jadi kamu nggak perlu ambil risiko kena air pasang dengan kemping di bibir pantai. Kalau kamu suka surfing, di Wediombo juga ada kelompok surfer yang markasnya di pinggir jalan antara pantai dan parkiran.

Itulah 5 pantai di Gunungkidul yang asyik buat kemping. Mau cobain kemping di semua pantai itu?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post 5 Pantai di Gunungkidul yang Asyik buat Kemping appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/5-pantai-di-gunungkidul-yang-asyik-buat-kemping/feed/ 0 9367
Buang Sampah Sembarangan di Pantai Indrayanti, Siap-Siap Kena Sanksi https://telusuri.id/pantai-indrayanti-gunungkidul-yogyakarta/ https://telusuri.id/pantai-indrayanti-gunungkidul-yogyakarta/#respond Sat, 20 Jan 2018 02:30:23 +0000 https://telusuri.id/?p=5857 Belakangan ini nama Pantai Indrayanti di Gunungkidul, DI Yogyakarta, makin tenar di kalangan traveler. Areal pantai yang putih bersih dan air lautnya yang jernih bikin Indrayanti jadi salah satu idaman wisatawan lokal maupun luar. Tapi,...

The post Buang Sampah Sembarangan di Pantai Indrayanti, Siap-Siap Kena Sanksi appeared first on TelusuRI.

]]>
Belakangan ini nama Pantai Indrayanti di Gunungkidul, DI Yogyakarta, makin tenar di kalangan traveler. Areal pantai yang putih bersih dan air lautnya yang jernih bikin Indrayanti jadi salah satu idaman wisatawan lokal maupun luar.

Tapi, cantik-cantik begini Pantai Indrayanti pernah memicu kontroversi. Dulu pernah ada salah paham antara pihak Keraton dengan pengelola pantai. Karena perseteruan tersebut, berhembus kabar bahwa Pantai Indrayanti akan ditutup. Nyatanya, sampai saat ini belum ada tindak lanjut. Aktivitas pengelola dan wisatawan pun tetap berjalan dengan normal.

Yang dipermasalahkan ada dua, yakni izin usaha dan penamaan pantai secara sepihak.

Polemik kedua ini yang menarik. Jadi, sebelum sepasang suami-istri bernama Indra dan Yanti membuka kafe dan restoran di sana, pantai ini bernama Pulang Syawal (belakangan ada yang menyingkatnya jadi Pantai Pulsa).

Karena dirasa susah diingat, Indra dan Yanti mengubah nama pantai ini jadi… Indrayanti. Nama Indrayanti jadi viral dan terlupakanlah Pulang Syawal.

Denda “ceban” buat yang buang sampah sembarangan

Kebersihannya bikin banyak wisatawan menyama-nyamakan keindahan Pantai Indrayanti dengan pantai-pantai keren di Bali. Yang bikin Pantai Indrayanti terjaga kebersihannya adalah diterapkannya aturan denda buat siapa saja yang buang sampah sembarangan di sini. Dendanya lumayan, Rp 10.000.

pantai indrayanti

Pantai Pulang Syawal tampak dari atas via SkyGrapher.id/Kuza Ery

Selain bersih, pantai ini punya fasilitas cukup lengkap. Di sini ada penginapan dengan harga terjangkau (antara Rp 100.000 hingga Rp 350.000), toilet, musala, dan wahana permainan anak yang bisa dipakai secara gratis oleh para pengunjung. Ada pula restoran dan kafe yang menyuguhkan kuliner khas dengan harga terjangkau.

Ini nih yang paling seru: kamu bisa main jetski di sini. Buat muter-muter sekitar 15 menit, kamu cuma perlu bayar Rp 250.000.

Dari Jogja, cuma perlu waktu sekitar dua jam untuk tiba di pantai ini. (Kamu bisa pilih, lewat Kota Wonosari atau lewat Panggang.) Letak persisnya di Desa Tepus, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta. Biaya retribusinya pun sangat murah, yaitu Rp 10.000. Kalau ke Jogja, jangan lupa telusuRI Pantai Indrayanti, ya!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

The post Buang Sampah Sembarangan di Pantai Indrayanti, Siap-Siap Kena Sanksi appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/pantai-indrayanti-gunungkidul-yogyakarta/feed/ 0 5857