indonesia Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/indonesia/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Thu, 14 Nov 2024 09:06:33 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 indonesia Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/indonesia/ 32 32 135956295 Menyoal Kesiapan Sektor Pariwisata Indonesia Menghadapi Ancaman Megathrust https://telusuri.id/menyoal-kesiapan-sektor-pariwisata-indonesia-menghadapi-ancaman-megathrust/ https://telusuri.id/menyoal-kesiapan-sektor-pariwisata-indonesia-menghadapi-ancaman-megathrust/#respond Thu, 14 Nov 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=43042 Isu soal gempa megathrust mencuat dan sempat menjadi perbincangan publik beberapa waktu lalu, menyusul pernyataan pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). BMKG menyebut adanya potensi gempa megathrust terjadi di Indonesia dan hanya tinggal menunggu...

The post Menyoal Kesiapan Sektor Pariwisata Indonesia Menghadapi Ancaman Megathrust appeared first on TelusuRI.

]]>
Isu soal gempa megathrust mencuat dan sempat menjadi perbincangan publik beberapa waktu lalu, menyusul pernyataan pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). BMKG menyebut adanya potensi gempa megathrust terjadi di Indonesia dan hanya tinggal menunggu waktu.

Hal tersebut dikemukakan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, ketika menyinggung kekhawatiran ilmuwan Indonesia soal seismic gap megathrust Selat Sunda dan megathrust Mentawai-Siberut. 

“Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata ‘tinggal menunggu waktu’ karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar,” ujar Daryono dalam keterangan resminya, Minggu (11/8/2024), sebagaimana dilaporkan laman Kompas.com.

Seismic gap adalah wilayah di sepanjang batas lempeng aktif yang tidak mengalami gempa besar atau gempa selama lebih dari 30 tahun. BMKG memperkirakan, megathrust Selat Sunda bisa memicu gempa dahsyat dengan kekuatan maksimal magnitudo 8,7 dan megathrust Mentawai-Siberut dengan kekuatan magnitudo 8,9.

Seperti diketahui, megathrust pada dasarnya adalah gempa bumi berukuran sangat besar yang terjadi di zona subduksi, di mana salah satu lempeng tektonik Bumi terdorong ke bawah lempeng tektonik lainnya. Kedua lempeng tersebut saling bersentuhan dan bergerak maju satu sama lain, sehingga menyebabkan penumpukan regangan melebihi gesekan antara dua lempeng sehingga menyebabkan gempa yang sangat besar.

Menyoal Kesiapan Sektor Pariwisata Indonesia Menghadapi Ancaman Megathrust
Wisatawan menjajal kapal motor milik nelayan di Palabuhan Ratu. Sektor wisata pesisir berpotensi terkena dampak megathrust/Djoko Subinarto

Daerah Rawan Gempa Megathrust di Indonesia

Sumber gempa megathrust ini biasanya terletak di bawah laut. Oleh karena itu, sangat  sulit untuk melakukan pengamatan secara rinci berdasarkan pengukuran seismik, geologi, maupun geodetik. Pelepasan energi yang sangat dahsyat selama gempa bumi megathrust—dan berpotensi menghasilkan tsunami yang dahsyat akibat pergerakan vertikal dasar laut yang besar yang terjadi ketika gempa berlangsung—dapat menimbulkan konsekuensi bencana bagi wilayah di sekitarnya. Termasuk potensi kerusakan yang sangat besar dari peristiwa seismik ini.

Gempa megathrust sangat berbahaya karena berpotensi menyebabkan kerusakan secara masif dan luas. Selain itu, gempa megathrust juga memiliki dampak jangka panjang. Pemulihan bisa memakan waktu bertahun-tahun, memengaruhi ekonomi, lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat.

Zona megathrust Indonesia sendiri berada di daerah subduksi aktif, seperti subduksi Sunda. Adapun wilayah subduksi Sunda meliputi Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba. Selain itu, terdapat daerah subduksi aktif lainnya, yaitu subduksi Banda, subduksi lempeng Laut Maluku, subduksi Sulawesi, subduksi lempeng Laut Filipina, serta subduksi Utara Papua. 

Daerah subduksi aktif di Indonesia dibagi menjadi beberapa segmentasi sumber gempa zona megathrust, yang mencakup segmen-segmen Aceh-Andaman, Nias-Simeulue, Kepulauan Batu, Mentawai-Siberut, Mentawai–Pagai, Enggano, Selat Sunda-Banten, Selatan Jawa Barat, Selatan Jawa Tengah, Selatan Jawa Timur, Selatan Bali, Selatan NTB, Selatan NTT, Laut Banda Selatan, Laut Banda Utara, Utara Sulawesi, dan Subduksi Lempeng Laut Filipina.

Berdasarkan kajian BMKG, potensi gempa megathrust diperkirakan mulai dari magnitudo 7,4 hingga magnitudo 9,2. Dengan potensi gempa sebesar itu, sudah bisa dibayangkan dampak kerusakan yang akan bisa ditimbulkan oleh gempa megathrust berikut berbagai implikasinya terhadap berbagai bidang kehidupan masyarakat.

Ada lima kawasan potensial terdampak gempa megathrust dan berisiko tinggi di Indonesia: (1) Sumatra, terutama di sepanjang garis lempeng megathrust yang berada di pesisir barat, seperti Padang dan Banda Aceh; (2) Jawa selatan, termasuk Yogyakarta dan Cilacap, yang berada dekat batas lempeng; (3) Bali, yang meskipun tidak langsung berada di jalur megathrust, tetap berisiko karena kedekatannya dengan zona subduksi; (4) Nusa Tenggara, terutama Sumbawa dan Flores yang juga terpengaruh oleh aktivitas seismik; dan (4) Maluku-Papua, yang memiliki potensi gempa cukup tinggi karena kompleksitas geologi.

Gempa Aceh pada 2021 lalu adalah salah satu contoh terbaru. Gempa yang memiliki magnitudo 6,2 ini terjadi di daerah yang dekat dengan jalur subduksi. Meskipun tidak sebesar gempa yang terjadi pada tahun 2004 dan mengakibatkan tsunami, kejadian ini tetap menunjukkan potensi risiko yang ada di wilayah tersebut.

Menyoal Kesiapan Sektor Pariwisata Indonesia Menghadapi Ancaman Megathrust
Gempa Aceh 2004 via VOA/Associated Press

Kesiapan Industri Pariwisata

Dengan kenyataan bahwa sebagian wilayah negara kita berada di zona megathrust, antisipasi dan strategi perlu benar-benar dipersiapkan. Semua sektor, termasuk industri pariwisata dan perjalanan, perlu mengantisipasi dan memiliki sejumlah strategi menghadapi potensi gempa megathrust. Dalam hal ini, industri pariwisata dan perjalanan setidaknya perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.

Pertama, protokol dan kesiapsiagaan. Bisnis pariwisata, termasuk sektor perhotelan, resor, dan layanan transportasi, harus mulai mengembangkan protokol kesiapsiagaan bencana secara menyeluruh, termasuk menyiapkan jalur evakuasi, akses logistik darurat, serta pelatihan bencana secara reguler untuk para stafnya.

Kedua, saluran komunikasi. Menyiapkan sistem komunikasi yang andal untuk memberi informasi kepada para wisatawan ihwal prosedur keselamatan dan update kondisi terkini secara real time jika sewaktu-waktu terjadi bencana.

Ketiga, infrastruktur tahan gempa. Berinvestasi dalam pembangunan gedung tahan gempa, terutama di zona berisiko tinggi, adalah langkah krusial. Hotel, bandara, dan infrastruktur utama lainnya harus dibangun atau direnovasi agar benar-benar tahan terhadap peristiwa seismik.

Keempat, penilaian risiko. Melakukan inspeksi dan evaluasi rutin terhadap infrastruktur yang ada untuk menilai kerentanan terhadap gempa, serta mengidentifikasi titik-titik evakuasi wajib dilakukan.

Kelima, asuransi dan mitigasi risiko. Penyedia jasa pariwisata dan perjalanan harus proaktif menawarkan opsi asuransi kepada wisatawan, dengan cakupan komprehensif untuk gangguan yang disebabkan oleh peristiwa seismik.

Keenam, rencana kontingensi. Operator tur dan agen perjalanan perlu pula mulai menyiapkan rencana kontingensi terkait pembatalan perjalanan, pengalihan rute, dan evakuasi darurat dalam hal terjadinya bencana.

Ketujuh, pertimbangan lingkungan dan geografis. Karena gempa megathrust dapat memicu tsunami, setiap destinasi pariwisata, terutama di kawasan pesisir, perlu mengembangkan sistem peringatan tsunami dan jalur evakuasi yang jelas.

Kedelapan, kolaborasi industri dan lembaga pemerintah. Para operator pariwisata perlu melakukan kerja sama dengan lembaga pemerintah, badan penanggulangan bencana, dan masyarakat lokal untuk memastikan upaya koordinasi dalam kesiapsiagaan dan respons bencana.

Menyoal Kesiapan Sektor Pariwisata Indonesia Menghadapi Ancaman Megathrust
Pembangunan kembali merupakan bagian penting dari proses pemulihan pascabencana/Djoko Subinarto

Kesembilan, rekonstruksi dan dukungan ekonomi. Setelah bencana gempa megathrust, sudah barang tentu perlu upaya-upaya pemulihan, sektor industri pariwisata dan perjalanan mesti siap dan mampu mengambil peran dalam revitalisasi ekonomi lokal lewat upaya rekonstruksi dan pemulihan pascabencana.

Kesepuluh, manajemen krisis. Sektor industri pariwisata dan perjalanan perlu pula memiliki strategi manajemen krisis yang andal untuk bangkit dan membangun industri untuk kembali menarik kembali wisatawan pascabencana.

Dengan mengambil langkah-langkah yang memang diperlukan, diharapkan sektor industri pariwisata dan perjalanan di negara kita bukan hanya tetap mampu tumbuh dan berkembang, melainkan juga siap dalam menghadapi potensi gempa megathrust.


Referensi:

Bilek, S.L. & Lay, T. (2018, 16 Juli). Subduction Zone Megathrust Earthquakes. GeoScienceWorld, https://pubs.geoscienceworld.org/gsa/geosphere/article/14/4/1468/541663/Subduction-zone-megathrust-earthquakes. Diakses pada 24 September 2024, pukul 19.13 WIB.
Channel News Asia. (2024, 23 Agustus). Just A Matter of Time’ Megathrust Earthquake Hits Indonesia, as Government Agency Urges Mitigation Efforts. https://www.channelnewsasia.com/asia/indonesia-megathrust-earthquake-mentawai-matter-time-japan-nankai-kyushu-4563476. Diakses pada 24 September 2024, pukul 19.16 WIB.
Ina, M.A. (2024, 15 Agustus). Apa Itu Gempa Megathrust?. RRI.co.id, https://www.rri.co.id/lain-lain/905458/apa-itu-gempa-megathrust. Diakses pada 24 September 2024, pukul 19.20 WIB.
Kenzu & Zulfikar, M. (2024, 5 September). Indonesia’s BNPB Urges Preparedness Against Megathrust Earthquakes. Antara News, https://en.antaranews.com/news/324859/indonesias-bnpb-urges-preparedness-against-megathrust-earthquakes. Diakses pada 24 September 2024, pukul 19.40 WIB.
Sanjaya, Y.C.A. (2024, 12 Agustus). BMKG Sebut Gempa Megathrust Indonesia Tinggal Menunggu Waktu, Bisa Capai M 8,9. Kompas.com, https://www.kompas.com/tren/read/2024/08/12/194500565/bmkg-sebut-gempa-megathrust-indonesia-tinggal-menunggu-waktu-bisa-capai-m-8?page=all#google_vignette. Diakses pada 24 September 2024, pukul 19.34 WIB..
Setyaningrum, P. (2024, 14 Agustus). 16 Lokasi Zona Megathrust di Indonesia, Kenali Potensi dan Sejarah Kegempaannya. Kompas.com, https://regional.kompas.com/read/2024/08/14/223209978/16-lokasi-zona-megathrust-di-indonesia-kenali-potensi-dan-sejarah?page=all. Diakses pada 24 September 2024, pukul 19.37 WIB.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menyoal Kesiapan Sektor Pariwisata Indonesia Menghadapi Ancaman Megathrust appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menyoal-kesiapan-sektor-pariwisata-indonesia-menghadapi-ancaman-megathrust/feed/ 0 43042
‘Nge-teawalk’ ke Takokak https://telusuri.id/ngetiwok-ke-takokak/ https://telusuri.id/ngetiwok-ke-takokak/#respond Thu, 22 Dec 2022 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=36422 Di antara lengkungan bukit-bukit dan gunung-gunung yang mengepung sebagian wilayah Cianjur Selatan, Jawa Barat, hamparan-hamparan kebun teh turut pula melengkapi panorama, memberikan nuansa hijau alami yang menyejukkan mata dan boleh jadi  menentramkan hati. Hamparan-hamparan kebun...

The post ‘Nge-teawalk’ ke Takokak appeared first on TelusuRI.

]]>
Di antara lengkungan bukit-bukit dan gunung-gunung yang mengepung sebagian wilayah Cianjur Selatan, Jawa Barat, hamparan-hamparan kebun teh turut pula melengkapi panorama, memberikan nuansa hijau alami yang menyejukkan mata dan boleh jadi  menentramkan hati. Hamparan-hamparan kebun teh itu bisa kamu temukan, misalnya, di kawasan Takokak dan Sukanagara. Keduanya adalah kecamatan yang berada di sisi selatan Kabupaten Cianjur.

Kalau kalian suka mbolang menikmati panorama alam pegunungan, dan juga suka teawalk, baik sendirian atau pun bareng kawan-kawan se-gank, boleh coba sekali-kali mblusuk ke Takokak atau Sukanagara. Dari pusat Kota Cianjur ke Takokak berjarak sekitar 54 kilometer.  Adapun jarak ke Sukanagara dari pusat Kota Cianjur adalah 48 kilometer.

kebun teh
Hamparan Teh di Takokak/Djoko Subinarto

Selain dari pusat Kota Cianjur, Takokak dan Sukanagara dapat diakses dari wilayah Sukabumi. Kawasan Takokak beririsan langsung dengan kawasan Nyalindung, Sukabumi. Dari Nyalindung menuju Takokak sekitar 10 kilometer. Sementara dari Takokak ke Sukanagara berjarak sekitar 29 kilometer. 

Kamis (3/11/2022) pagi lampau, saya mencoba menjajal rute Nyalindung-Takokak-Sukanagara. Untuk sampai Nyalindung, dari daerah Sukaraja, Sukabumi, saya terlebih dahulu harus menuju daerah Baros. Dari kawasan Baros inilah, jalan menuju Nyalindung terbentang.

Salah satu yang ikonik dan menjadi penanda penting kawasan Baros yaitu Jembatan Leuwi Lisung—sering juga disebut Jembatan Jubleg. Jembatan ini membentang di atas Sungai  Cimandiri. Sebagian angkot yang melayani trayek Jubleg-Nyalindung kerap ngetem menunggu penumpang di atas jembatan ini.

Jembatan Leuwilisung
Jembatan Leuwilisung/Djoko Subinarto

Dari Jembatan Leuwilisung ke arah Nyalindung, jalan cenderung menanjak tipis dan bekelak-kelok. Posisi jalan berada di punggung perbukitan. Secara umum, kondisi jalan relatif lengang. Cuma, permukaan jalannya tak seluruhnya mulus. Di beberapa titik, permukaan jalan didominasi batu dan tanah. Di pagi hari, saat jam masuk sekolah, tak jarang kita dapat menyaksikan sejumlah anak berjalan bareng-bareng menuju sekolah mereka.

Untuk mencapai Takokak dari arah Nyalindung, patokannya adalah Indomaret Nyalindung. Setelah Indomaret ini, ada jalan ke arah kiri. Di mulut jalan, terdapat plang penunjuk arah. Lurus: Sagaranten. Belok kiri: Takokak dan Sukanagara.

Maka, kita ambil jalan ke kiri jika tujuannya adalah perkebunan teh di Takokak dan Sukanagara.

Perbatasan Takokak-Nyalindung
Perbatasan Takokak-Nyalindung/Djoko Subinarto

Memasuki jalan yang menuju Takokak-Sukanagara, jalan tampak lebih sunyi jika dibandingkan dengan jalan Raya Baros-Nyalindung. Kanan-kiri penuh oleh lanskap hijau. Ada belukar, padang rumput, kebun, sawah, hutan, juga sejumlah permukiman penduduk, yang tak terlalu padat. Tak ada angkot di jalur ini. Satu-dua motor yang ditumpangi warga melaju kencang. Terkadang terlihat juga truk atau mobil bak terbuka.

Setelah beberapa kilometer merayapi jalan, akhirnya saya sampai di perbatasan Takokak-Nyalindung. Ada sebuah tugu sederhana yang menjadi batas wilayah. Di kanan depan saya, tampak sebagian perkebunan teh. Luas wilayah Kecamatan Takokak  adalah 14.216,47 hektare. Berada di ketinggian rata-rata 1.167 meter di atas permukaan laut. Dengan demikian, cukup ideal bagi budidaya tanaman teh.

Saya beristirahat sebentar tak jauh dari kebun teh, sembari memastikan posisi saya lewat fasilitas Google Maps. Dari fasilitas Google Maps pula saya ketahui  di depan saya, setelah Kantor Kecamatan Takokak, terdapat Danau Cigunung. Dan setelah Danau Cigunung, jika saya meneruskan perjalanan, saya akan sampai ke Perkebunan Teh Ciwangi, Sukanagara. 

Lantaran penasaran, dan melihat cuaca cerah, saya putuskan meneruskan perjalanan. 

Mendekati Kantor Kecamatan Takokak, denyut kehidupan tampak lebih terasa. Suasana lebih ramai. Ada sekolah, toko-toko, sejumlah instansi di kanan-kiri jalan yang saya lewati. Setelah melewati pusat Kecamatan Takokak, suasana kembali relatif sunyi. Sampai akhirnya saya tiba di depan Danau Cigunung. Lokasi danau ini berada di kiri jalan, jika datang dari arah Kecamatan Takokak. Luasnya lima hektare dan dikelilingi hutan pinus. Di seberang Danau Cigunung berjejer beberapa warung, yang pengunjung dapat mampir di danau untuk sekadar beristirahat sembari ngopi atau ngemil.

  • Danau Cigunung
  • Plang Perkebunan Ciwangi

Saya sempat ambil gambar Danau Cigunung beberapa kali, sebelum meneruskan perjalanan. Hutan kecil, kebun, rumah-rumah penduduk kembali saya lewati, hingga setelah sebuah mushala, saya mendapati sebuah plang agak kusam. Tertulis di plang itu: PT Lamteh. Perkebunan Ciwangi Cianjur. Gelondongan-gelondongan kayu teronggok di pinggir jalan kebun teh. Entah siapa empunya. Suasana hening.  Tidak ada aktivitas apa pun. 

Mereka yang suka keheningan atau mereka yang kepingin sedikit menjauh dari kebisingan maupun hiruk pikuk kota sembari memanjakan mata dengan menikmati lanskap hijau hamparan pohon teh, saya pikir kawasan kebun teh Ciwangi cocok untuk dijadikan pilihan. Setelah bergerak beberapa puluh meter memasuki perkebunan teh, saya berhenti sembari menjeprat-jepret kamera ponsel untuk ber-selfie dan mengambil gambar panorama sekitar.

Dari tengah-tengah kebun teh, saya arahkan pandangan ke sisi timur laut, menatap lapisan perbukitan nun jauh di depan saya. Perkiraan saya, di balik bukit-bukit itulah, pusat Kecamatan Sukanagara berada.

Kembali ke Google Maps, saya ketahui dari tempat saya berdiri menuju Kecamatan Sukanagara masih sekitar 20 kilometeran. Saya lihat langit di sisi timur, selatan, dan barat, yang semula cerah, terlihat mulai mendung. Saya khawatir terjebak hujan. dan memutuskan bergegas kembali ke Sukaraja, Sukabumi.

Di tengah perjalanan, beberapa kali saya mendengar nyaring suara halilintar. Saya berharap hujan tidak segera turun. Tapi, toh harapan tinggal harapan. Langit justru semakin gelap. Sekitar  17 kilometer sebelum Pasar Sukaraja, Sukabumi, hujan deras turun tak terbendung.

Saya buru-buru menepi untuk berteduh di sebuah emperan warung yang tutup. Dalam hati, saya mengucap syukur karena beruntung hujan deras itu tidak turun selagi saya tengah berada di kebun teh atau di tengah-tengah hutan.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post ‘Nge-teawalk’ ke Takokak appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/ngetiwok-ke-takokak/feed/ 0 36422
Yogyakarta: dari Tebing Breksi, hingga Malioboro https://telusuri.id/yogyakarta-dari-tebing-breksi-hingga-malioboro/ https://telusuri.id/yogyakarta-dari-tebing-breksi-hingga-malioboro/#respond Sun, 04 Dec 2022 17:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=36261 Suara alarm dari ponselku mendebarkan gendang telinga, membuatku meregangkan tangan ke udara.  “Ah, masih pukul lima pagi. Lima menit lagi,” gumamku dalam hati. Akhirnya, badan ini baru beranjak dari kasur tiga puluh menit setelahnya. Selama...

The post Yogyakarta: dari Tebing Breksi, hingga Malioboro appeared first on TelusuRI.

]]>
Suara alarm dari ponselku mendebarkan gendang telinga, membuatku meregangkan tangan ke udara.  “Ah, masih pukul lima pagi. Lima menit lagi,” gumamku dalam hati. Akhirnya, badan ini baru beranjak dari kasur tiga puluh menit setelahnya. Selama dua hari kedepan, aku akan mengikuti Familiarization Trip yang diselenggarakan oleh Java Promo dan Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Aku dan rekan-rekan lain akan menelusuri empat kabupaten di Yogyakarta.

Jujur saja, rasanya senang tapi takut. Senang, tentu karena aku akan mengunjungi banyak tempat baru dan belajar banyak hal. Tapi, sebagai orang yang punya jiwa introvert cukup tinggi, kegiatan ini akan membuatku bertemu banyak orang baru dan membuat mentalku cukup lelah. 

Setelah acara pembukaan dan sambutan dari penyelenggara, rombongan kami berangkat mengunjungi Tebing Breksi. Dari sini, kami berpindah ke armada lain karena akan mengunjungi beberapa destinasi dengan rute dan jalan yang sulit dilalui kendaraan 2WD. Mobil-mobil jip yang berjajar di depan lapangan parkir pun menyambut kami. Mereka siap mengantarkan petualangan hari itu. Beruntungnya, cuaca Jogja sangat cerah, padahal dua hari sebelumnya Jogja terus diguyur hujan dari pagi hingga malam.

Mobil Jip
Menumpang jip mengitari kawasan Tebing Breksi/Mauren Fitri

Pak Danu memandu mobil jip yang aku tumpangi bersama tiga rekan lain. Beliau dulunya bekerja sebagai pemandu wisata sebelum memutuskan berganti profesi menjadi pengemudi jip. Pak Danu memiliki pengetahuan yang luar biasa mengenai kondisi warga di sekitar Tebing Breksi dan juga sejarah dari destinasi yang akan kami kunjungi. Sepanjang jalan, beliau menceritakan banyak hal. Salah satunya, cerita tentang warga yang dulunya bekerja sebagai penambang batu kapur di Tebing Breksi, yang kini mendapatkan keistimewaan untuk memilih bidang usaha lain ketika aktivitas penambangan berganti dengan aktivitas wisata.

“Ada dua pilihan yang diberikan: membuka usaha [warung] atau memiliki jip yang akan disediakan oleh pihak pengelola—dengan catatan satu keluarga hanya boleh memilih satu jenis usaha saja,” terang Pak Danu.

Melihat Candi Barong dan Banyunibo

Di desa yang terhitung tidak terlalu luas ini, ada beberapa candi yang sedang dalam proses restorasi dan ada juga candi yang sudah mengalami restorasi.  Pak Danu, yang berjalan di depan kami, kemudian menerangkan perbedaan candi Hindu dan Buddha.

“Candi Hindu atapnya runcing, sedangkan candi Budha atapnya berbentuk kubah.” terangnya.

Ini merupakan sebuah pengetahuan baru bagiku. Awalnya, aku cukup sulit membedakan candi Hindu dan candi Buddha sampai aku melihat altar pemujaannya yang berisikan arca, semisal arca Ganesha, Siwa, dan Buddha.

Kami memasuki kawasan Candi Barong dari arah halaman belakang. Berkat penjelasan Pak Danu, aku sudah bisa menebak latar belakang candi ini hanya dari atapnya. Beberapa orang pekerja lalu-lalang sambil membawa batuan yang akan digunakan untuk merestorasi candi ini.

Menurutku, kondisi Candi Barong tidak cukup baik. Bangunan depan candi sudah tidak terlihat bentuk aslinya. Beberapa bongkah batuan andesit tersebar acak di permukaan tanah, mungkin dulunya batu-batu ini juga merupakan bagian dari Candi Barong. Setelah berjalan naik melewati tangga, aku bisa melihat bangunan candi yang lebih rapi dan sudah tertata.

Kami melanjutkan perjalanan ke Candi Banyunibo yang berada tidak jauh dari Candi Barong. Candi Banyunibo lebih rapi karena proses restorasi yang sudah usai. Tidak ada lagi batuan andesit yang berceceran, semuanya sudah bersatu dalam sebuah bangunan yang tampak liat. Penasaran akan nama Banyunibo yang bermakna “air jauh” dalam bahasa Jawa, saya kemudian bertanya kepada Pak Danu.

Candi Banyunibo
Candi Banyunibo/Azlina Fitri

“Namanya benar Banyunibo, Pak?”

Beliau lalu menjelaskan bahwa nama Banyunibo ini diambil karena daerah di sekitar candi ini memiliki pasokan air dan tanah yang cukup subur. Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa daerah atas atau lokasi tempat Candi Barong tadi dulunya tidak memiliki sumber air yang cukup baik atau relatif kering, maka dinamakan Banyunibo (air jatuh). Candi Banyunibo merupakan candi yang digunakan untuk pemujaan Dewa Siwa, beberapa Nandini (patung sapi) juga terlihat di candi ini sebagai representasi wahana Dewa Siwa.

Perjalanan menyusuri candi ini memberikan banyak sekali pelajaran baru dan kesenangan tersendiri.  Kebetulan, aku memang cukup suka dengan cerita para dewa Hindu.  Mendengar nama-nama familiar seperti Siwa, Brahma, dan Wisnu membuat hormon dopamin meningkat. Selanjutnya, aku juga mengunjungi tempat-tempat pembuatan kerajinan tangan di daerah Gunung Kidul. 

Melipir ke Desa Wisata Putat di Gunung Kidul

Tempat pertama yang aku kunjungi yakni Kerajinan Kayu Jati Eko Bubut yang merupakan pengolahan kayu jati menjadi alat-alat dapur seperti gelas, sumpit, piring, sendok, dan masih banyak lagi. Sebagai orang yang cinta barang-barang berbentuk dan berwarna aesthetic, aku membeli beberapa sebagai oleh-oleh.

Sambil memilih barang yang akan aku beli, telingaku mendengar Pak Eko yang sedang menceritakan usahanya ini. Ternyata, ia sudah menekuni Eko Bubut selama 14 tahun dengan total produksi bisa mencapai 10.000 item per hari. Hasil kerajinannya juga sudah diekspor ke mancanegara walaupun memang beliau masih menggunakan bantuan jasa eksportir.

Siang hari itu hujan turun cukup deras. Kami pun mengunjungi beberapa tempat kerajinan lainnya secara singkat—selain memang jadwal hari itu cukup padat. Dari tempat Pak Eko, kami menuju tempat pembuat topeng kayu di Joglo Batoer, Dusun Bobung, Desa Wisata Putat. Di desa wisata ini, dengan mudah kita menjumpai galeri dan workshop kerajinan kayu.

Aku mendapatkan kesempatan untuk membatik topeng kayu di sini. Proses pembatikan kayu kami lakukan di pada sebuah joglo terbuka. Di dalam joglo, berjajar beberapa kompor tradisional dengan wajan berisi lilin berdiri di atasnya. Penyelenggara kemudian membagi kami menjadi beberapa kelompok, satu kompor minyak kecil akan diisi sekitar 5-6 orang.  Selain itu, kami juga disambut penampilan bermain lesung oleh para ibu-ibu paguyuban Desa Wisata Putat.

Membatik menjadi hal yang cukup sulit untukku. Selain pergerakan tangan harus cepat, aku harus bersabar dan cekatan agar lilin panas yang sudah mencair tidak melebar ke bagian luar motif batik yang sudah di gambar sebelumnya. Karena tidak terbiasa, aku meneteskan beberapa lilin ke bagian luar dan membuat corak batik di topeng ku cukup berantakan. Tak apa, mungkin hasilnya tidak akan bagus? Tapi mungkin juga hasilnya akan jauh lebih menarik karena tetesan lilin yang tidak aku sengaja ini. Aku menerka-nerka bagaimana rupa topeng yang kubuat. Setelah proses pembatikan selesai, topeng akan diberikan pewarna dan dijemur selama beberapa jam hingga kering. 

  • Proses pewarnaan batik topeng
  • Membatik Topeng
  • Toko jati Pak Eko
  • lilin untuk membatik

Sambil menunggu hasil batik topeng, kami beranjak ke The Manglung makan untuk makan sore. Selain menikmati sajian sore, di sini aku bisa melihat Kota Yogyakarta dari ketinggian sembari berbincang dengan rombongan trip mengenai kegiatan hari ini. Tak lama kemudian, kami pun beranjak menuju ke penginapan karena hari sudah sore.

Jalan Kaki Sepanjang Malioboro

Hari kedua kegiatan Familiarization Trip berlanjut dengan mengitari salah satu jantung Kota Yogyakarta, yakni kawasan Malioboro dan Benteng Vredeburg. Sebagai orang yang tinggal di Jogja, mengunjungi Malioboro tentu bukan suatu hal yang asing. Cukup sering aku ke sini, apalagi saat ada teman dari luar kota berkunjung. Mereka, kebanyakan, memintaku menemani berkunjung ke sini entah hanya untuk jalan-jalan ataupun belanja untuk oleh-oleh.

Wajah Malioboro yang baru tampak familiar. 

Setelah diajak melihat-lihat teras Malioboro—tempat dimana para pedagang kaki lima yang tadinya berada di wilayah trotoar jalan Malioboro dipindahkan dan ditertibkan—kami kemudian mengunjungi Benteng Vredeburg. 

Ini adalah pengalaman pertamaku mengunjungi Benteng Vredeburg, yang membawa banyak sekali pengetahuan baru mengenai sejarah Indonesia dan khususnya Yogyakarta. Ada banyak diorama yang menggambarkan perjuangan kemerdekaan Indonesia, mulai dari kisah Yogyakarta yang dulunya sempat dijadikan ibu kota Indonesia karena Batavia pada masa itu dikuasai oleh sekutu.

  • benteng vredeburg
  • Diorama Benteng Vredeburg

Selama dua tahun terakhir, semenjak pandemi, aku jarang dan bahkan hampir tidak pernah berinteraksi dengan orang-orang baru. Oleh karenanya, dari perjalanan dua hari tersebut cukup membuatku merasa lelah secara mental. Meski begitu, perjalanan kali ini memberikan aku banyak pengetahuan baru yang membuat aku merasa lebih dekat lagi dengan kota yang baru aku tinggali selama kurang lebih satu tahun kebelakang ini.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Yogyakarta: dari Tebing Breksi, hingga Malioboro appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/yogyakarta-dari-tebing-breksi-hingga-malioboro/feed/ 0 36261
Meneropong Tren Pariwisata 2023 https://telusuri.id/meneropong-tren-pariwisata-2023/ https://telusuri.id/meneropong-tren-pariwisata-2023/#respond Sat, 03 Dec 2022 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=36442 Semarak kegiatan pariwisata sudah mulai kembali bergelora di Indonesia. Setelah PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) mulai dilonggarkan, tempat-tempat wisata yang sempat tutup sekian lama, kembali menerima pengunjung dan semakin ramai di kala hari libur. Di...

The post Meneropong Tren Pariwisata 2023 appeared first on TelusuRI.

]]>
Semarak kegiatan pariwisata sudah mulai kembali bergelora di Indonesia. Setelah PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) mulai dilonggarkan, tempat-tempat wisata yang sempat tutup sekian lama, kembali menerima pengunjung dan semakin ramai di kala hari libur. Di 2022, pariwisata Indonesia mulai bergerak cepat dari tahun sebelumnya, BPS mencatat kenaikan yang fantastis pada periode Januari-April 2022 sebesar 1.730.043 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, naik sebesar 2028,65 persen dibanding tahun lalu dalam periode yang sama. Demikian juga dengan Tingkat Penghunian Kamar Hotel (TPK), baik berbintang maupun non bintang mengalami kenaikan masing-masing sebesar 47,38 persen dan 23,69 (year on year).

Gunung Api Purba Nglanggeran
Pemandangan dari salah satu kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (TEMPO/Suryo Wibowo)

Dalam keterangan pers yang dilansir dari Antara dalam The Weekly Brief with Sandi Uno, Sandiaga Uno selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menargetkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2023 sebesar 3,5 juta-7,4 juta kunjungan, dua kali lipat dibanding target pada 2022. Meskipun resesi di depan matanya, dirinya akan menyiapkan rantai pasok dari sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dan memperkuat UMKM. 

Banyak laporan yang menunjukkan bahwa inflasi yang tinggi di beberapa negara akan menyeret negara-negara lainnya jatuh dalam jurang resesi, termasuk Indonesia. Sektor pariwisata menjadi salah satu yang terancam, namun Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif masih meyakini Indonesia tidak akan masuk ke jurang resesi. Caranya adalah dengan menargetkan membuka lapangan pekerjaan hingga 4,4 juta di 2024, termasuk di dalamnya adalah UMKM dan ekonomi kreatif.

“Konon pada 2023 ekonomi gelap, namun kita sudah beberapa kali melewati krisis, kita harus kembali kepada ekonomi dalam negeri, ekonomi kita dan yang harus didorong adalah ekonomi kreatif yang sudah terbukti pertumbuhannya meski pada masa pandemi, lebih tinggi dari ekonomi nasional,” ungkap Sandi, yang dilansir dari CNBC. Dukungan langsung dari pemerintah ini penting, sebab optimistis menyongsong tahun penuh ketakutan ini membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak.

Lalu, apa saja yang akan menjadi tren pariwisata pada tahun 2023?

Dilansir dari Booking.com, berdasarkan hasil survei mereka yang dilakukan di 32 negara bersama 24.179 orang, yang dilakukan secara daring untuk melihat apa saja creative reimagination of travel 2023. Ada beberapa hal yang bakal terjadi pada tren pariwisata 2023 seperti: preppers in paradise (liburan kembali ke keheningan), virtual voyagers (penjelajah wisata di metaverse), delight in discomfort zone (bepergian ke tempat yang benar-benar asing), glamorizing good the old days (perjalanan nostalgia), peace and pleasure pilgrimages (para penjelajah kedamaian), from daily grind to great company escape (berlibur sambil bekerja), saving to splurge (investasi untuk liburan). Dari daftar di atas, ada kecenderungan para wisatawan untuk memilih tempat yang anti mainstream yang mengusung konsep serenity, sustainability, spirituality.

ekowisata mangrove Bedul
Tempat yang sepi dan jauh dari gemerlap dunia turistik adalah kegemaran wisatawan zaman sekarang (TEMPO/Ika Ningtyas)

Senada dengan survei di atas, Hanif Andy, selaku co-founder Desa Wisata Institute, berpendapat bahwa pilihan destinasi pada 2023 akan mengerucut menjadi ekowisata; yang mengusung konsep keberlanjutan dan keseimbangan ekologi, juga destinasi dengan konsep integrasi alam, budaya, dan buatan seperti di desa-desa wisata. Adapun gaya berwisata di 2023 semakin menunjukkan ketertarikan orang-orang akan isu lingkungan.

“Berusaha untuk menjadi wisatawan yang bertanggung jawab, dengan membawa perlengkapan/alat yang ramah lingkungan dan menggunakan akomodasi yang mengusung konsep green architecture,” lanjutnya. 

Ditambah lagi dengan maraknya penggunaan dompet digital, yang akan meminimalisir interaksi dengan benda fisik atau less touch, juga banyak kelompok yang akan menghindari lokasi-lokasi yang bersifat mass tourism dan akan memilih menjadi kelompok-kelompok kecil guna mengurangi dampak negatif pada lingkungan. Meskipun lokasi-lokasi mass tourism bakal tetap banyak menarik minat pengunjung, tetapi kawasan-kawasan kecil yang lebih sepi akan mempunyai pangsa pasarnya tersendiri.

Digital nomad, sebagai bagian dari kelompok kecil para pejalan mandiri yang mulai merebak saat pandemi berlangsung, juga mulai dilirik oleh pemerintah untuk menarik magnet turis asing mengunjungi Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berencana menerbitkan visa khusus para digital nomad untuk memudahkan mereka bekerja dari Indonesia demi merealisasi target kunjungan wisatawan mancanegara.

  • Terumbu karang
  • Desa Ambulu
  • Ekowisata Bekantan

Tidak bisa dipungkiri bahwa dampak pemanasan global yang dirasakan semua orang, juga berdampak pada pola pikir para pejalan yang mulai semakin beralih kepada green travel; mulai dari hal-hal kecil seperti membawa peralatan makan dan minum sendiri, menghabiskan makanan, dan tebus emisi setelah berlibur. Tren pariwisata yang berkembang pada 2022 seperti wisata minat khusus maupun kunjungan ke desa-desa wisata, kemungkinan besar akan terus berlanjut dalam skala yang lebih besar pada tahun 2023.Hal ini kemudian diolah oleh banyak desa wisata untuk menawarkan paket wisata dengan kegiatan yang eco-friendly, yang menyajikan kegiatan yang menjurus kepada pemeliharaan lingkungan seperti penanaman mangrove, penanaman terumbu karang, pengolahan limbah rumah tangga, dan pengelolaan lingkungan tanpa sampah plastik.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Meneropong Tren Pariwisata 2023 appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/meneropong-tren-pariwisata-2023/feed/ 0 36442
Menyantap Tiram Bakar Khas Barru https://telusuri.id/menyantap-tiram-bakar-khas-barru/ https://telusuri.id/menyantap-tiram-bakar-khas-barru/#respond Mon, 28 Nov 2022 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=36275 Kabupaten Barru merupakan salah satu daerah pesisir yang berada di Sulawesi Selatan. Selain terkenal sebagai daerah penghasil ikan bandeng, juga terkenal sebagai penghasil tiram atau kerang laut yang menjadi kuliner khas. Kepopuleran makanan ini berhasil...

The post Menyantap Tiram Bakar Khas Barru appeared first on TelusuRI.

]]>
Kabupaten Barru merupakan salah satu daerah pesisir yang berada di Sulawesi Selatan. Selain terkenal sebagai daerah penghasil ikan bandeng, juga terkenal sebagai penghasil tiram atau kerang laut yang menjadi kuliner khas. Kepopuleran makanan ini berhasil mengundang orang-orang dari luar daerah maupun orang setempat datang berkunjung untuk sekadar mencicipinya.

  • Pembersihan tiram
  • Membakar Tiram

Di sini, masyarakat lokal menyebut olahan tiram dengan nama tireng atau tiram yang diolah dengan cara dibakar. Menariknya, untuk mencicipinya, kita tak perlu datang ke restoran atau warung. Pengunjung bisa menemukan para penjaja tireng di bawah rumah panggung mereka. Tak hanya satu atau dua, tapi ada puluhan penjaja tireng sehingga sebagai pengunjung, kita bebas memilih mau makan di mana. Tiram-tiram ini mereka dapatkan di muara Sungai Lajari. Biasanya, ketika laut sedang surut, ibu-ibu menyusuri sungai sampai ke tepi laut untuk mencari kerang.

Lokasinya berada di Desa Lajari, Kecamatan Barru. Berjarak sekitar 1,6 km dari Kota Kabupaten Barru yang bisa ditempuh sekitar 10 menit naik motor dan mobil. Sedangkan dari kota Makassar berjarak 99 km dengan jarak tempuh sekitar dua jam perjalanan. 

Selain dapat dinikmati secara beramai-ramai, tiram bakar ini relatif murah. Harga satu baskom hanya Rp25.000 lengkap dengan sambal jeruk yang berkuah. Pengunjung juga dapat memesan nasi seharga Rp10.000 per satu bakul. Menyantapnya bersama nasi, membuat tireng makin terasa lezat.

Jika membayar Rp10.000 lagi, maka pengunjung akan mendapatkan sambal andalan warga lokal yaitu recca pau atau sambal mangga yang memiliki cita rasa kecut, manis, dan pedas. Rasanya hampir sama dengan acar, bedanya terletak pada mangga yang digunakan sehingga rasa kecutnya alami tanpa cuka. Memesan tiga baskom tiram bakar sudah bisa dinikmati hingga 8-10 orang. 

Proses pembakaran tireng menggunakan daun kelapa kering, di atas tungku, dengan durasi waktu sekitar 10 menit sampai cangkang kerang terlihat gosong.

Pengunjung dapat menikmati tiram bakar di gazebo yang ada di depan rumah panggung mereka. Penyajiannya juga cukup unik yang mana tiram bakar dihambur kemudian para pengunjung mengelilinginya. Namun untuk sampai pada tahap memakannya perlu usaha dan tenaga terlebih dahulu. Namanya juga kerang, pasti memiliki cangkang. Penjual menyediakan batu dan besi sebagai alat pukul untuk membuka kerang sebelum menyantapnya.

Proses ini menjadi keasyikan tersendiri saat menikmati tiram bakar di kampung tersebut, yang mana kita akan mendengar dentingan pengunjung memukul kerang yang akan masuk ke perut.

Jadi ada tahapan memakan tiram bakar. Pertama, pengunjung terlebih dahulu memukul dan mengumpulkan isi kerang dalam piring, saat dirasa sudah cukup barulah disajikan dengan nasi dan sambalnya. Yang paling mahir memukul, maka ialah yang akan menikmati tiram bakar lebih banyak.

Perjuangan untuk menikmati makanan ini cukup melelahkan namun semua terbayar saat merasakan kenikmatannya. Lidah orang Bugis yang gemar makanan pedas juga menjadi satu cita rasa khusus saat menyantap makanan ini. Sensasi asam pedas selalu berhasil membuat liur menetes dan rasa itu menjadi godaan terberat saat proses membuka cangkang kerang. Membutuhkan cukup kesabaran sebelum memakannya dengan puas. 

  • Tiram Bakar
  • Sambal jeruk dan recca pao
  • Hidangan tiram bakar

Saya merekomendasikan kuliner ini untuk para penikmat seafood. Aroma tiram yang khas karena dibakar dengan daun kelapa kering ditambah sambal khas warga lokal sangat memuaskan lidah. Tekstur tiramnya kenyal, meski cangkangnya gosong, namun tidak membuat isinya hangus. Rasa tiramnya hampir sama dengan jenis olahan kerang lainnya namun karena tiram ini dibakar sehingga terdapat aroma tersendiri. Wajar saja setiap harinya tempat itu tidak pernah kosong pengunjung. 

Saat hari libur biasanya sangat ramai sehingga pengunjung sering antri untuk mendapatkan giliran. Agar tidak menunggu terlalu lama, pengunjung bisa memesan tiram bakar sebelum berangkat ke lokasi, supaya saat sampai di sana bisa langsung memakannya. Tempat ini buka mulai pagi sampai sore hari. 

Pengunjung jarang ada yang datang sendiri, kalau bukan bersama keluarga, ya bersama teman. Tireng memang lebih seru jika disantap secara beramai-ramai karena akan melihat berbagai ekspresi saat memukul membuka kerang sehingga gelak tawa kerap kali terdengar.

Kehadiran tireng berhasil menambah penghasilan warga setempat sehingga menjadi UMKM produktif yang bergerak di bidang kuliner. Penghasilan para suami sebagai nelayan terbantu oleh penghasilan para istri yang menjual tiram bakar di rumah mereka sehingga ekonomi keluarga lebih stabil.

Rasanya sayang jika kita berkunjung ke Barru tapi tidak menikmati satu makanan khas ini. Jika kamu tertarik ke sana, bisa datang ke samping Sungai Lajari dekat pantai. Di depan rumah warga, berjajar penjual tiram bakar. Suasana makan makin seru kala menyantapnya sambil menikmati pemandangan tambak yang menghampar luas di depan rumah para penjual.

Waktu senja akan terlihat jelas di tempat itu, sekaligus menjadi ajang mengabadikan momen di penghabisan hari.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menyantap Tiram Bakar Khas Barru appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menyantap-tiram-bakar-khas-barru/feed/ 0 36275
Dark Tourism: Apa, Mengapa, dan Bagaimana https://telusuri.id/dark-tourism-apa-mengapa-dan-bagaimana/ https://telusuri.id/dark-tourism-apa-mengapa-dan-bagaimana/#respond Fri, 25 Nov 2022 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=34952 Dark Tourism: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Sebagai salah satu bentuk pariwisata, pariwisata kelam atau dark tourism menawarkan pengalaman yang berbeda dibanding wisata sejarah biasa. Ada tragedi, air mata, dan darah dari masa lalu untuk dipelajari,...

The post Dark Tourism: Apa, Mengapa, dan Bagaimana appeared first on TelusuRI.

]]>
Dark Tourism: Apa, Mengapa, dan Bagaimana

Sebagai salah satu bentuk pariwisata, pariwisata kelam atau dark tourism menawarkan pengalaman yang berbeda dibanding wisata sejarah biasa. Ada tragedi, air mata, dan darah dari masa lalu untuk dipelajari, direnungkan, dan dipahami.

Dari tragedi sejarah yang saya pelajari di bangku sekolah, akhirnya saya menjejakkan diri ke Lubang Buaya, sebuah tempat di Jakarta Timur yang sarat dengan sejarah G30S/PKI. Bagaimana kawasan Lubang Buaya menjadi peristirahatan terakhir para pahlawan revolusi yang kematiannya memilukan. Di museumnya, saya melihat rentetan diorama peristiwa pada malam kejadian, ditambah dengan koleksi bekas pakaian para pahlawan revolusi yang masih menyisakan noda darah, bekas peluru, juga sobekan akibat penyiksaan. Di depan patung tujuh pahlawan revolusi yang menghadap langsung ke sumur tempat kejadian, saya termenung.

Apa yang saya kunjungi ketika berada di Lubang Buaya merupakan sebuah pengalaman menelusuri sejarah kelam bangsa kita. Ada aroma kengerian dan ketakutan ketika menyaksikan peristiwa tersebut dari tempat kejadian aslinya. Pengalaman yang saya lihat dan saya rasakan ini dalam istilah pariwisata modern disebut juga sebagai wisata kelam atau dark tourism.

Upacara Rambu Solo
Sejumlah warga mengarak jenazah dalam upacara adat pemakaman Rambu Solo di Sa’dan To’Barana, Rantepao, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, 27 Juni 2017. Ritual Ma’pasonglo merupkan ritual arak-arakan jenazah dari Tongkonan (rumah adat Toraja) ke Lakkian (tempat persemayaman jenazah) yang masih dalam rangkain upacara adat pemakaman Rambu Solo(TEMPO/Frannoto)

Istilah dark tourism muncul untuk memberikan definisi berbeda pada kunjungan ke tempat-tempat yang memicu perasaan takut, sedih, tidak nyaman akibat dari suatu peristiwa yang menyeramkan (pembantaian, kematian masal, bencana alam, dan sebagainya). Dalam sebuah buku berjudul Thanatourism: Witnessing Difficult Pasts istilah dark tourism juga disebut thanatourism yang secara definisi kurang lebih menjelaskan perjalanan jangka panjang dengan berbagai motivasi untuk melihat kematian dan penderitaan. Istilah ini populer dalam dua dekade terakhir, dimulai dari Dark Tourism karya Lennon dan Foley, Dissonant Heritage oleh Tunbridge dan Ashworth, Horror and Human Tragedy Revisited, dan The Dark Side of Travel  karya Sharpley dan Stone. Dark tourism sendiri masih menurut Lennon dan Foley adalah buah dari masyarakat modern yang menginginkan semuanya bisa dijual dan dikonsumsi. 

Kita tidak bisa menaifkan diri bahwa dari pariwisata ada pundi-pundi uang yang dihasilkan sehingga negara mendorong jauh pemanfaatan suatu tempat untuk menjadi tempat wisata. Termasuk diantaranya adalah wisata kelam, yang mana wisata kelam dikategorikan oleh Lennon ke dalam 7 bentuk antara lain: dark fun factories, dark exhibitions, dark dungeons, dark shrines, dark conflict sites, dark resting places, dan dark camps of genocide.

Tidak bisa dipungkiri, setiap tempat pasti memiliki banyak kisah untuk diceritakan, termasuk perkara kejadian menyedihkan dan membuat bulu roma berdiri. Sejarah tidak mengenal apakah itu peristiwa memilukan atau menyenangkan, sejarah akan tetap mencatat setiap peristiwa untuk kemudian diwartakan pada masa mendatang. Bagaimana bisa kita menghilangkan peristiwa sejarah yang kelam di suatu tempat, padahal nilai pembelajarannya ada di situ? 

Selalu ada yang tertarik dari segmen kelam dari sebuah tempat. Dalam Dark Tourism: Practice and Interpretation menuliskan, bahwa ketika dark tourism ditambahkan sebagai salah satu bentuk pariwisata, ada perkembangan yang secara potensi dapat membawa turis jenis baru–yang memiliki perhatian besar pada kelemahan dan kegagalan umat manusia.

Berdasarkan penelitian yang berjudul Dark tourism in South East Asia: Are Young Asian Travelers up for It? Mereka  melakukan penelitian kepada para wisatawan asal Asia Tenggara tentang apa yang menarik minat mereka untuk mengunjungi spot wisata kelam. Perhatian besar tercipta karena beberapa faktor: ketertarikan akan sejarah, ingin merasakan atmosfer yang membuat bulu kuduk merinding, ada ketertarikan terhadap budaya, nilai pendidikan, sebagai pengingat akan kejadian lampau, sebagai arena uji nyali, ingin melihat situs secara langsung, melihat atau mendengar peristiwa kematian yang telah lalu.

Namun, apakah dark tourism cukup etis untuk dipertontonkan dan dijadikan komoditi wisata?

Keetisan Dark Tourism sebagai Sarana Wisata

Ada banyak pro dan kontra yang menyelimuti dark tourism sebagai ajang pariwisata. Di satu sisi dark tourism mendatangkan keuntungan dari penyelenggaraanya seperti ekonomi, pendidikan, budaya, dan sejarah. Di sisi lainnya, dark tourism mengindahkan tragedi yang terjadi dan mempertontonkan kengerian dan sisi kelam suatu tempat, yang tentu berkaitan pada perasaan seseorang yang memiliki keterikatan akan tempat tersebut.

Pendapat dari Lennon dan Hooper bahwa dark tourism perlu diidentifikasi lebih jauh oleh akademisi dan pelaku industri soal menanggapi masalah etika yang muncul dalam manajemen dan pemasaran, perlu diskusi lebih lanjut bagaimana dark tourism dapat dimanfaatkan secara ekonomi dengan tidak terlalu mengeksploitasi trauma pada situs tersebut. 

Sharpley dan Stone dalam The Darker Side of Travel, dark tourism memberikan banyak pertanyaan mengenai definisi, namun menurut mereka, ada semakin banyak bukti kenaikan supply dan demand dan akhirnya mendeskripsikan studi mengenai wisata kelam ini sebagai ‘penting dan dapat dibenarkan’. Namun, Stone juga mengingatkan perlu pertimbangan lebih lanjut dan kehati-hatian dalam pemanfaatan situs dark tourism, karena hal ini tidak hanya melibatkan orang-orang yang masih hidup, tetapi juga untuk orang-orang yang telah tiada.

Kuburan Tebing Batu
Wisatawan asing mengambil gambar Tau-tau, patung boneka dari orang yang dikuburkan di tebing batu di kompleks kuburan tebing batu bangsawan suku Toraja di Suaya, Kecamatan Sanggala, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Selasa, 27 September 2016. Di kompleks kuburan tebing batu ini, Puang Sangalla yang merupakan raja pertama Tana Toraja dimakamkan.(TEMPO/Sakti Karuru)

Sedangkan Lovelock pada The Moralization of Flying: Cocktails in Seat 33G, Famine and Pestilence menyatakan bahwa dalam pariwisata ada agensi moral yang dikaburkan oleh konteks neoliberal yang menyajikan struktur di mana perilaku tak bermoral diharapkan muncul dan dihargai. Yang mana, berdasarkan pernyataan ini, Korstanje & George dalam Virtual Traumascapes and Exploring The Roots of Dark Tourism, sepakat bahwa dark tourism adalah hasil korespondensi antara dispositif neoliberal dalam sektor pariwisata.

Pemanfaatan situs wisata kelam tidak dapat dicegah karena pertumbuhan masyarakat modern yang semakin haus akan relaksasi dan pembelajaran. Standar moral bisa jadi berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Yang perlu diperhatikan dalam pro dan kontra mengenai adanya wisata kelam ini adalah kembali lagi pada niat kunjungan. Apabila ada penyelenggaraan wisata model ini, tentu sebelumnya ada kesepakatan oleh berbagai pihak. Terkait norma ketika berkunjung, gunakanlah sesuai standar yang berlaku universal (tidak merusak, tidak berbuat yang dilarang, patuhi semua aturan yang berlaku).

Dark Tourism di Indonesia

Dalam konteks besarnya, menemukan spot wisata kelam di Indonesia tidaklah susah. Penggolongan wisata kelam memang tidak umum dikenal, tapi barangkali sebagian besar dari kita sudah pernah mengunjunginya. Ide wisata kelam di Indonesia tidak sepenuhnya berangkat dari penyajian tempat-tempat menyeramkan sebagai atraksi utama, melainkan lebih menonjolkan sisi sejarah dan budaya yang ada di berbagai belahan Indonesia.

Coba kita tengok, beberapa atraksi wisata yang menampilkan kuburan/makam yang ada di Desa Trunyan, Batu Lemo, dan Passiliran. Kesemuanya menampilkan kuburan sebagai atraksi utama, namun yang lebih disorot adalah bagaimana Bali dan Tana Toraja mempunyai penghormatan yang unik pada orang yang telah meninggal. 

Atraksi wisata yang masuk dalam wisata kelam dengan konteks sejarah diantaranya ada Museum Lubang Buaya, Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Makam Juang Mandor, dan masih banyak lagi. Meskipun nuansa pembantaian dan juga kesedihan terasa ketika mengunjungi tempat-tempat di atas, tapi tempat-tempat tersebut lebih memiliki nilai jual sejarah yang tinggi dibanding nilai seramnya yang hanya menjadi pemanis saja.

Ada lagi tempat wisata yang dibangun sebagai peringatan untuk mengenang kejadian bencana  yang terjadi di negara kita. Semisal Museum Tsunami Aceh sebagai bentuk memoar bencana tsunami Aceh yang sempat menghebohkan dunia pada 2004, Bunker Kaliadem yang dibuat pada awalnya sebagai tempat untuk menyelamatkan diri, Monumen Bom Bali untuk mengenang korban-korban yang berjatuhan dari peristiwa Bom Bali, dan lain sebagainya. Selain sebagai pengingat, spot-spot tersebut dibangun untuk menandai peristiwa getir yang kedepannya harus ada antisipasi supaya tidak terulang.

Di beberapa tempat wisata populer seperti Lawang Sewu dan Kota Tua Jakarta juga menyimpan sejarah kelam dengan cerita penjara dan tempat eksekusi para tahanan masa kolonial, tetapi seringkali wisata kelamnya tidak banyak terekspos dibanding dengan arsitektur kolonialnya.

Bagaimana Seharusnya Pemanfaatan Situs Kelam

Hal yang paling sakral dalam mengidentifikasi suatu situs adalah harus melihat keletakkan situs tersebut pada lingkup tempat berdirinya. Semisal, apakah dia masih memiliki arti atau terbengkalai bagi masyarakat sekitar. Wajib hukumnya bagi pemangku kebijakan untuk memperhatikan dampak jangka panjang pariwisata pada masyarakat setempat. Apakah dengan adanya pariwisata khususnya yang merujuk pada wisata kelam akan memperburuk stigma tempat tersebut dengan anggapan ‘angker’, ‘mistis’, ‘horor’ sehingga nanti akan memunculkan narasi baru yang mungkin berimbas buruk pada tempat tersebut (dihancurkan/dirusak).

Ritual adat Ma'nene
Keluarga menyaksikan jenazah leluhur yang telah selesai dibersihkan dalam ritual adat Ma’nene di Kecamatan Panggala, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, 26 Agustus 2017. Ritual Ma’nene merupakan tradisi mengganti pakaian jenazah para leluhur sebagai rasa cinta dari keluarga yang masih hidup. (TEMPO/Sakti Karuru)

Hal yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah branding narasi yang digunakan untuk tidak lebih menonjolkan sisi mistis/horor dibandingkan konteks tempat tersebut (semisal budaya, sejarah, ritus agama, dan sebagainya) karena branding tempat tersebut akan mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap tempat wisata yang sebenarnya mengandung lebih banyak pembelajaran dibanding mitos. Semisal Gua Jepang di Bandung lebih terkenal dengan mitos “lada” daripada sebagai tempat barak tentara dan kerja romusha. Pendapat ini juga diutarakan oleh Muhammad Saddam dalam artikel sebelumnya sebagai bentuk kegelisahannya akan penurunan nilai suatu situs karena terdegradasi nilai horor.

Selebihnya, hal-hal lainnya yang perlu diperhatikan selayaknya sebuah tempat wisata adalah bagaimana memberdayakan masyarakat sekitar agar tidak menjadi penonton di rumah sendiri, pembangunan yang memperhatikan lingkungan agar tidak terjadi pemanfaatan yang berlebihan, dan tidak mengubah bentuk asli suatu benda cagar budaya agar tidak menghilangkan keotentikan dari benda tersebut.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Dark Tourism: Apa, Mengapa, dan Bagaimana appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/dark-tourism-apa-mengapa-dan-bagaimana/feed/ 0 34952
Setelah Traveling Menelusuri Indonesia, Kamu Bakal Sadar Hal-hal Berikut https://telusuri.id/setelah-keliling-indonesia/ https://telusuri.id/setelah-keliling-indonesia/#respond Tue, 11 Dec 2018 09:00:39 +0000 https://telusuri.id/?p=11209 Mengenal Indonesia itu nggak bisa hanya dengan membaca berita atau menonton televisi. Supaya bisa mengenal Indonesia, kamu mesti menjelajahinya. Nah, inilah beberapa hal yang bakalan kamu sadari setelah menjelajah negara besar bernama Indonesia ini: 1....

The post Setelah Traveling Menelusuri Indonesia, Kamu Bakal Sadar Hal-hal Berikut appeared first on TelusuRI.

]]>
Mengenal Indonesia itu nggak bisa hanya dengan membaca berita atau menonton televisi. Supaya bisa mengenal Indonesia, kamu mesti menjelajahinya. Nah, inilah beberapa hal yang bakalan kamu sadari setelah menjelajah negara besar bernama Indonesia ini:

1. Ternyata benar bahwa wilayah Indonesia sangat luas

Dari SD, kamu pasti udah dicekokin informasi kalau Indonesia itu luas. Pulau besarnya aja ada lima. Belum lagi pulau-pulau yang lebih kecil. Kalau dihitung-hitung, jumlah pulau di Indonesia ini banyak banget, sampai belasan ribu pulau.

Pas jalan-jalan, kamu bakalan membuktikan sendiri betapa luasnya Indonesia. Mau ke Papua dari Jakarta aja perlu waktu sekitar 6 jam perjalanan naik pesawat. (Naik kapal perlu waktu seminggu!) Itu baru tiga per empat panjang Indonesia. Luas banget ‘kan Indonesia?

2. Bentang alamnya beragam

Nggak peduli kamu bepergian lewat darat, laut, atau udara, kamu pasti bakalan melihat dengan mata sendiri bahwa Indonesia punya beragam bentang alam.

Negara ini punya pegunungan, padang rumput, hutan hujan tropis, pesisir, laut, bahkan sampai areal bersalju di Puncak Carstensz Pyramid sana. Tiap-tiap daerah punya ciri khasnya sendiri. Pastinya, perlu waktu yang lama banget buat menjelajahi semuanya.

3. Budayanya juga beragam

Setelah keliling Indonesia, kamu bakalan sadar bahwa negara yang luas ini dihuni oleh ratusan kelompok budaya atau suku bangsa. Mereka punya cara hidupnya sendiri-sendiri dan berkomunikasi dengan bahasanya sendiri-sendiri juga.

Tapi, meskipun demikian, kamu pasti bakalan bisa melihat sebuah benang merah dari kultur-kultur itu. Ada nilai-nilai tertentu yang sama-sama dianut oleh kelompok-kelompok budaya yang menghuni wilayah Indonesia.

4. Selalu terjadi perubahan

Kalau kamu pergi ke sebuat tempat lebih dari satu kali di Indonesia, kamu pasti bakalan melihat bahwa ada perubahan yang terjadi di sana.

Jadi, traveling juga bakalan memberikan kamu pemahaman bahwa perubahan selalu terjadi di Indonesia. Tempat-tempat yang dulunya nggak bisa diakses dengan kendaraan bermotor, sekarang sudah punya aspal mulus. Lokasi-lokasi yang dulunya belum dialiri listrik, sekarang sudah terang benderang tiap malam.

5. Apa yang biasa bagi kita, bagi orang lain bisa jadi luar biasa

Kamu bakalan kaget mendapati bahwa apa-apa yang bagimu biasa saja, bagi orang lain di Indonesia itu adalah sebuah kemewahan.

Contohnya soal fasilitas telekomunikasi. Kalau kita yang tinggal di kota bisa protes cuma gara-gara internet down selema beberapa menit, orang-orang di tempat-tempat lain di Indonesia sudah bersyukur sekali ketika di daerahnya sudah ada BTS.

Kalau kamu sendiri gimana, Sob? Apa pelajaran yang kamu dapat pas traveling keliling Indonesia?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Setelah Traveling Menelusuri Indonesia, Kamu Bakal Sadar Hal-hal Berikut appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/setelah-keliling-indonesia/feed/ 0 11209
Inilah “Seven Summits” Indonesia https://telusuri.id/puncak-gunung-tertinggi-di-indonesia/ https://telusuri.id/puncak-gunung-tertinggi-di-indonesia/#comments Tue, 08 Aug 2017 17:01:44 +0000 http://telusuri.org/?p=1507 Ceritanya kamu sudah lama menggeluti hobi naik gunung. Kondisi fisikmu sudah prima dan kamu sudah punya cukup skill untuk bertahan di hutan rimba. Gunung-gunung yang dekat sudah kamu datangi, bahkan berkali-kali. Kamu mulai jenuh dan...

The post Inilah “Seven Summits” Indonesia appeared first on TelusuRI.

]]>
Ceritanya kamu sudah lama menggeluti hobi naik gunung. Kondisi fisikmu sudah prima dan kamu sudah punya cukup skill untuk bertahan di hutan rimba. Gunung-gunung yang dekat sudah kamu datangi, bahkan berkali-kali. Kamu mulai jenuh dan ingin mencari tantangan baru. Mungkin inilah saatnya buatmu untuk bertualang mencapai puncak gunung atau “Seven Summits” di tiap-tiap pulau/kepulauan di Indonesia:

7. Bukit Raya (2.278 mdpl)

Pulau Kalimantan memang nggak punya gunung berapi. Tapi pulau ini punya banyak perbukitan yang ditutupi oleh rimba belantara yang jarang dijamah manusia. Makanya meskipun nggak punya gunung berapi, para penggiat alam bebas di Kalimantan punya “taman bermain” yang sangat luas dan masih asri.

Puncak Gunung Bukit Raya adalah titik tertinggi di Tanah Borneo. Letaknya di jantung Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Pintu gerbang menuju Bukit Raya ada dua, yaitu Rantau Malam, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, dan Kasongan, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Jalur yang paling umum dilewati pendaki adalah Rantau Malam (sekitar 400 mdpl). Pulang-pergi perlu waktu sekitar 5 hari.

Perjalanan ke Rantau Malam saja sudah seru, sebab kamu harus naik bis selama sekitar 9 jam dari Pontianak ke Nanga Pinoh di Kabupaten Melawi. Untuk tiba di Resor Rantau Malam, pintu gerbang pendakian, kamu harus naik kapal motor selama 6 jam menyusuri Sungai Melawi. Entah berlebihan atau tidak, banyak yang bilang kalau biaya pendakian Bukit Raya hampir menyamai pendakian Carstensz.

Gunung Binaiya via ai.stanford.edu

6. Binaiya (3.027 mdpl)

Gunung Binaiya di Taman Nasional Manusela adalah gunung tertinggi di Kepulauan Maluku. Uniknya, Gunung Binaiya adalah bagian dari pegunungan karst yang membentang di Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah.

Jika pendakian gunung biasanya dimulai dari ketinggian beberapa ratus meter dari permukaan laut (bahkan sekitar 1000 atau 2000 mdpl), pendakian Gunung Binaiya dimulai dari ketinggian 0 (via pintu selatan, Piliana) dan 186 (via pintu utara, Kanike).

Melewati segala jenis medan dari mulai hutan pantai, hutan rawa, hutan hujan dataran rendah, hutan hujan pegunungan, sampai hutan sub-alpin, pendakian Binaiya tidak main-main. Dari pintu utara (Kanike) pendakian memakan waktu sekitar 11 hari, sementara lewat selatan (Piliana) 8 hari. Gunung Binaiya bukan untuk main-main. Pastikan kamu siap dulu sebelum menerima ajakan buat naik gunung ini.

5. Latimojong (3.430 mdpl)

Gunung Latimojong adalah satu-satunya gunung dalam daftar tujuh puncak gunung tertinggi di Indonesia yang nggak masuk dalam Taman Nasional. Gunung ini juga bukan gunung vulkanik, melainkan sebuah pegunungan yang memiliki banyak puncak. Titik tertinggi Latimojong—yang berarti titik tertinggi di Pulau Sulawesi—adalah Puncak Rantemario (3.430 mdpl).

Terletak di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, perlu waktu sekitar 10 jam perjalanan dari Makassar menuju titik awal pendakian di Desa Karangan. Dari Desa Karangan, biasanya pendakian sampai ke Puncak Gunung Rantemario perlu waktu sekitar 10-11 jam melewati hutan tropis yang lebat dan jalur yang terjal.

Pendakian Gunung Latimojong akan terasa berbeda dibandingkan petualangan menggapai puncak-puncak gunung di Pulau Jawa. Kamu akan menjumpai vegetasi yang berbeda. Setelah Pos 6, misalnya, kamu akan menempuh jalur yang membelah hutan lumut yang sangat jarang dijumpai di Pulau Jawa. Kalau beruntung kamu juga bisa melihat anoa atau babirusa.

Matahari terbit di Ranu Kumbolo/Fuji Adriza

4. Semeru (3.676 mdpl)

Semeru sudah populer sejak dulu. Jauh sebelum cerita “5 cm” muncul dalam benak Donny Dhirgantoro, pada tahun 1994 Dewa 19 sudah membuat lagu berjudul “Mahameru” dan menjulukinya “Puncak Abadi Para Dewa.”

Gunung Semeru terletak di Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang dan berada dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Ranu Pani (Ranu Pane) yang menjadi base camp pendakian Semeru bisa dicapai lewat Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Dari Tumpang pendaki biasanya menyewa jip atau truk untuk ke Resor Ranu Pani.

Daya tarik utama gunung tertinggi di Pulau Jawa ini adalah Ranu Kumbolo, yaitu sebuah danau kecil yang berada di ketinggian sekitar 2.400 mdpl. Kawasan Ranu Kumbolo menjadi lokasi berkemah dan tempat mengisi ulang air bagi para pendaki yang akan melanjutkan pendakian. Semeru juga punya padang sabana Oro-Oro Ombo yang ditumbuhi Verbena brasiliensis yang sering disalahkaprah sebagai tanaman lavender.

Kawah Gunung Rinjani via instagram.com/failureproject

3. Rinjani (3.726 mdpl)

Cerita tentang Gunung Rinjani juga sudah diangkat ke layar lebar lewat film “Romeo Rinjani.” Tapi karena gunung tertinggi di Gugusan Sunda Kecil ini terletak lumayan jauh dari Pulau Jawa, dampak dari film itu nggak sehebat yang ditimbulkan film “5 cm” terhadap Gunung Semeru.

Gunung Rinjani berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dari Jakarta kamu bisa naik pesawat ke Bandara Internasional Lombok di Praya, biasanya transit sekali di Denpasar, Bali. Kalau punya waktu fleksibel, ngeteng juga seru: naik kereta api sampai ke Banyuwangi, menyeberang ke Bali lalu lanjut naik bis sampai ke Pelabuhan Padang Bai, kemudian disambung naik ferry ke Pelabuhan Lembar di Pulau Lombok. Dari Kota Mataram, Rinjani sudah dekat. Dari Terminal Mandalika (Bertais), naik elf dua kali sampai ke Desa Sembalun di Kabupaten Lombok Timur.

Rinjani yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani ini adalah salah satu gunung yang paling pas untuk didaki lintas jalur. Biasanya pendaki naik dari Sembalun dan turun lewat Senaru, atau sebaliknya. Satu jalur lagi yang sekarang semakin populer adalah Torean. Tiap-tiap jalur punya daya tariknya masing-masing. Sembalun punya padang rumput (sabana) yang luas, Senaru punya hutan tropis yang lebat, dan Torean punya jalur yang menantang. Daya tarik utama Gunung Rinjani adalah Danau Segara Anak yang berada di kawah dan Gunung Baru Jari yang menyeruak dari danau itu. Kemping di bumi perkemahan di pinggir Danau Segara Anak akan bikin kamu mager. Jadi sediakan waktu sekitar 6-7 hari untuk bertualang di Gunung Rinjani.

Puncak Gunung

Tugu Yuda Kerinci via ceritapejalan.wordpress.com

2. Kerinci (3.805 mdpl)

Untuk kategori gunung berapi, Kerinci adalah gunung yang tertinggi. Namun puncak gunungnya masih kalah tinggi dibanding Puncak Gunung Carstensz Pyramid di Papua. Berada dekat garis khatulistiwa, Gunung Kerinci dilapisi kanopi hutan yang basah dan lebat. Pendakiannya pun melewati jalur air yang disangga tangga-tangga alami yang dibentuk oleh jalinan akar pohon.

Gunung Kerinci terletak di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), yang wilayahnya masuk ke dalam dua provinsi, yaitu Sumatera Barat dan Jambi. Gerbang pendakian Gunung Kerinci adalah Desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro, Provinsi Jambi, yang bisa dicapai lewat Kota Padang atau Kota Jambi dengan menumpang bis kecil atau travel.

Untuk mendaki Gunung Kerinci perlu persiapan yang matang. Medannya yang berat perlu kondisi fisik yang prima. Perencanaan perjalanan juga harus matang. Kamu harus memperhitungkan di mana kamu akan berkemah tiap malam, sebab Gunung Kerinci juga adalah habitat salah satu hewan yang dilindungi, yaitu harimau sumatera. (Pos-pos tertentu berada pada jalur migrasi harian harimau sumatera.)

“Tyrolean traverse” dalam pendakian Carstensz Pyramid via mtnprofessionals.com

1. Puncak Gunung Carstensz Pyramid (4.884 mdpl)

Puncak Carstensz Pyramid adalah titik tertinggi di Pegunungan Sudirman, Taman Nasional Lorentz, Provinsi Papua. Selain jadi puncak tertinggi di Indonesia (dan yang namanya paling susah dieja), Puncak Carstensz yang tersusun dari batugamping (limestone) ini juga dikenal sebagai puncak tertinggi di Australasia dan salah satu puncak tertinggi di dunia (Seven Summits).

Puncak bersalju ini pertama kali digapai oleh Heinrich Harrer (Austria; lihat film “Seven Years in Tibet”), Philip Temple (Selandia Baru), Russel Kippax (Australia), dan Albertus (Bert) Huizenga (Belanda) pada tahun 1962. Sampai sekarang pendakian ke Puncak Gunung Carstensz Pyramid dianggap sebagai pendakian tersulit di antara semua Seven Summits.

Dua jalur yang umum digunakan pada pendakian Carstensz Pyramid adalah Ilaga (Kabupaten Puncak) dan Sugapa (Kabupaten Intan Jaya). Tapi sebelum naik Carstensz pastikan dulu kamu sudah punya cukup bekal ilmu memanjat dan tali temali, sebab pendakian Carstensz mutlak memerlukan kedua skil tersebut.

The post Inilah “Seven Summits” Indonesia appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/puncak-gunung-tertinggi-di-indonesia/feed/ 12 2224
Pulau Terluar Indonesia yang Namanya Belum Familiar di Telinga https://telusuri.id/10-pulau-terluar-indonesia/ https://telusuri.id/10-pulau-terluar-indonesia/#comments Fri, 04 Aug 2017 17:01:10 +0000 http://telusuri.org/?p=1466 Dilansir dari detik.com, menurut Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2017 ada 111 pulau yang terletak di beranda luar Republik Indonesia. Nah, inilah 10 di antara 111 pulau terluar Indonesia yang mungkin belum pernah kamu dengar...

The post Pulau Terluar Indonesia yang Namanya Belum Familiar di Telinga appeared first on TelusuRI.

]]>
Dilansir dari detik.com, menurut Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2017 ada 111 pulau yang terletak di beranda luar Republik Indonesia. Nah, inilah 10 di antara 111 pulau terluar Indonesia yang mungkin belum pernah kamu dengar namanya:

1. Pulau Ararkula

Pulau Ararkula via maps.google.com

Masuk ke dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Aru, Pulau Ararkula tidak berpenghuni sebab hanya berupa gundukan pasir, yang biasanya disebut gosong. Karena Ararkula menjadi lokasi transit bagi nelayan lokal yang tinggal di sekitar Desa Selmona, Kecamatan Aru Utara, di sini terdapat bangunan-bangunan kecil dari kayu dan beratap daun kelapa yang digunakan sebagai tempat berteduh sementara. Pulau terluar Ararkula berdekatan dengan Australia.

2. Pulau Fanildo

Pulau Fanildo via maps.google.com

Letaknya di Kabupaten Supiori, Provinsi Papua. Pulau seluas sekitar 0,1 km2 ini adalah salah satu dari beberapa pulau di Gugusan Atol Mapia. Uniknya, Pulau Fanildo penuh pohon kelapa. Pulau ini dapat dicapai dari Kota Biak, Kabupaten Biak Numfor, melalui perjalanan laut sejauh 150 mil yang ditempuh selama sekitar 6 jam menumpang kapal bermotor. Dengan dua kapal perintis yang hanya beroperasi sebulan sekali, perjalanan akan jadi lebih lama yaitu sekitar 25 jam. Fanildo hanya terpaut sekitar 390 mil dari Pulau Babelthuap di Republik Palau.

3. Pulau Intata

Pulau Intata via maps.google.com

Kosong tak berpenghuni, pulau terluar ini berada di Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara, dan berbatasan dengan Filipina. Pulau ini dapat dicapai dengan menumpang perahu bermotor dari Kota Melonguane, ibukota Kabupaten Kepulauan Talaud. Pohon kelapa tumbuh subur di pulau ini. Konon, menurut cerita setempat, Pulau Intata terbentuk akibat gempa dan tsunami dahsyat yang terjadi pada tahun 1628 M di Pulau Kakarotan. Sejak peristiwa itu Pulau Kakarotan terbagi menjadi tiga—Pulau Kakarotan, Pulau Intata, Pulau Malo. Pasir Putih di bagian selatan dan barat pulau adalah salah satu daya tarik utama Pulau Intata.

4. Pulau Kisar

Pulau Kisar via maps.google.com

Letaknya di Selat Wetar dan berbatasan langsung dengan Timor Leste. Pulau seluas 8.500 Ha ini dihuni oleh sekitar 18.425 penduduk dan masuk ke dalam wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Pulau Kisar sudah punya bandara, yakni Bandara John J. Bekker. Perjalanan udara ke pulau ini akan menjadi sebuah petualangan yang mendebarkan karena—sampai saat ini—kamu hanya bisa menumpang pesawat jenis Cassa 212 berkapasitas 18 orang.

5. Pulau Liki

Pulau Liki via maps.google.com

Berada di Kabupaten Sarmi, Papua, pulau ini berbatasan dengan Papua Nugini dan dihuni oleh suku Sobey. Dari Sarmi, Liki dapat dicapai menggunakan perahu rakyat yang berlayar seminggu sekali atau KM Marten Indeji yang berlayar dua minggu sekali.

6. Pulau Nongsa

Pulau Nongsa via maps.google.com

Dari Pelabuhan Sekupang, Batam, perlu waktu sekitar 1 jam untuk mencapai pulau ini dengan perahu bermesin. Saat laut pasang, dari kejauhan Pulau Nongsa akan tampak seperti tiga pulau yang terpisah. Namun ketika laut kembali surut, ketiga pulau itu akan kembali bertemu. Pulau yang berbatasan dengan Singapura ini lumayan menawan. Pasirnya putih dan dihiasi oleh tumbuhan perdu. Pada hari-hari tertentu pulau ini akan ramai oleh wisatawan dan para penjual kue dan minuman.

7. Pulau Panambulai

Pulau Panambulai via maps.google.com

Berada di sebelah timur Pulau Aru dan berbatasan dengan Australia, pulau yang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Aru ini lumayan besar. Luasnya mencapai 130,5 km2 dan dihuni oleh sekitar 240 jiwa. Sampai sekarang belum ada transportasi umum yang menghubungan Desa Warabal (satu-satunya desa di Pulau Panambulai) dengan Dobo, ibukota Kabupaten Kepulauan Aru. Dengan kapal sewaan, perjalanan laut dari Dobo ke Desa Warabal di Pulau Panambulai memakan waktu sekitar 6-7 jam.

8. Pulau Salando (Silando)

Pulau Salando (Silando) via maps.google.com

Terletak di Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah, pulau terluar ini hanya dihuni oleh beberapa orang petugas mercusuar dan keluarga mereka. Dari Desa Kapas di Tolitoli, kamu bisa mencapai Pulau Salando dengan menumpang perahu nelayan selama sekitar setengah jam. Pulau Salando berbatasan dengan Malaysia.

9. Pulau Sebetul

Pulau Sebetul via maps.google.com

Terletak di Laut Cina Selatan, Pulau Sebetul masuk ke dalam wilayah Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Pulau berbatu dan bertebing curam ini tidak berpenghuni. Untuk menuju ke sana pun belum ada transportasi umum. Dari Ranai, ibukota Kepulauan Natuna, kamu harus menyewa perahu motor dan melakukan perjalanan selama sekitar 7 jam. Tiba di Pulau Sebetul, kamu sudah dekat dengan Vietnam.

10. Pulau Sophialouisa

Pulau terluar

Pulau Sophialouisa via maps.google.com

Mendengar namanya kamu tak akan percaya kalau pulau terluar ini terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pulau yang disebut sebagai Pulau Sepatang oleh masyarakat lokal ini terletak sejauh 2,43 km (1,51 mil) dari ujung selatan Pulau Lombok bagian barat dan berbatasan langsung dengan Australia. Dunia internasional mengenalnya sebagai Sophialouisa Island, Sophialouisa Rock, atau Sophialouisa Rots.

 

The post Pulau Terluar Indonesia yang Namanya Belum Familiar di Telinga appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/10-pulau-terluar-indonesia/feed/ 1 1466
Kain-kain dari Indonesia yang “Instagrammable” https://telusuri.id/kain-tenun-yang-instagrammable/ https://telusuri.id/kain-tenun-yang-instagrammable/#respond Sat, 08 Apr 2017 00:50:25 +0000 http://telusuri.org/dev/?p=681 Kamu yang memantau media sosial dan suka jalan-jalan pasti ngeh kalau akhir-akhir ini di Instagram sedang banyak postingan foto orang yang dibalut kain tenun ala Indian berpose di depan air terjun, di puncak gunung, di...

The post Kain-kain dari Indonesia yang “Instagrammable” appeared first on TelusuRI.

]]>
Kamu yang memantau media sosial dan suka jalan-jalan pasti ngeh kalau akhir-akhir ini di Instagram sedang banyak postingan foto orang yang dibalut kain tenun ala Indian berpose di depan air terjun, di puncak gunung, di pinggir pantai, atau tempat-tempat menarik lain. Tapi tahukah kamu kalau Indonesia punya banyak kain tenun etnik yang tak kalah menarik dari kain-kain ala Native American itu?

1. Gringsing

Kain gringsing via tokopedia.com

Konon sebelum orang-orang Majapahit migrasi ke Bali, di Pulau Dewata sudah ada peradaban. Mereka tinggal di wilayah pegunungan dan punya kaitan erat dengan alam. Sekarang, beberapa desa purba itu masih tersisa dan disebut sebagai desa “Bali Aga.” Satu dari desa Bali Aga itu adalah Tenganan Pegringsingan di Karangasem yang masih memelihara tradisi. Sampai sekarang mereka pun masih melanjutkan tradisi menenun.

Tenunan ala Tenganan ini unik. Karena menggunakan teknik dobel ikat, pembuatan satu lembar kain bisa memakan waktu 2-5 tahun. Tapi apalah artinya 2-5 tahun kalau kain-kain yang dibuat oleh orang Tenganan itu memang dimaksudkan untuk bisa bertahan selama sekitar 100 tahun, untuk dipergunakan dalam upacara-upacara adat khusus. Kalau mampir ke Bali, jangan lupa ke Tenganan dan melihat-lihat kain gringsing. Serunya, di sini kamu juga bisa belajar menulis di daun lontar sama seniman-seniman lokal.

2. Ulos

Kain tenun ulos

Kain tenun ulos via tobadetour.com

Sumatera Utara ternyata tak hanya punya alam yang indah. Daerah yang terkenal dengan Danau Toba itu juga punya banyak warisan budaya yang indah. Salah satunya ulos. Ulos yang berarti kain dalam bahasa Indonesia pasti familiar di telinga kamu. Disampirkan di bahu, ulos menjadi asesoris di acara-acara adat suku Batak. Namun di masa kini ulos juga sudah mulai menyesuaikan diri dengan zaman dan dijadikan sarung bantal, ikat pinggang, tas, sampai gorden—barangkali karena motifnya yang cenderung minimalis, tidak ramai. Lumayan, nih, Sis, untuk dipakai mejeng atau kondangan teman.

Sedihnya, di masa kini sudah banyak motif ulos yang sudah punah karena tidak ada lagi orang yang membuatnya, seperti Ulos Raja, Ulor Ragi Botik, Ulos Gobar, Ulos Saput (ulos yang digunakan sebagai pembungkus jenazah), dan Ulos Sibolang.

3. Tais

Kain tenun tais

Kain tais via dhave.net

Pernah dengar kabar bahwa Timor Leste akan mendaftarkan kain tais ke Unesco sebagai warisan budaya? Sebenarnya sah-sah saja karena Timor Leste itu satu wilayah daratan dengan sebagian wilayah NTT, dan karenanya punya kebudayaan yang relatif mirip. Dan bagaimana kita mau protes sementara kita sendiri tidak tahu wujud kain tais itu seperti apa.

Dari sisi desain, gambar dan motif kain tais beragam. Biasanya tiap wilayah punya motif dan pola tersendiri berdasarkan mitos dan legenda lokal yang ada. Tapi yang sama di tiap tais adalah keberadaan pola-pola geometris yang disebut keif. Kain ini biasanya digunakan pada upacara-upacara adat, terutama pada saat menyambut tamu kehormatan dan karib kerabat.

4. Kain Tenun Songket

Kain songket via marcelinepress.com

Songket adalah kain tenun khas suku-suku yang berada dalam rumpun Melayu. Di Indonesia, kerajinan ini masih eksis dan terus dipelihara oleh etnis Minang dan Melayu Palembang, selain etnis-etnis lain yang mendiami Pulau Bali, Kalimantan, Sulewesi, dan Kepulauan Sunda Kecil. Sentra tenun terdapat di Sumatera Barat (Pandai Sikek dan Silungkang), Sumatera Selatan (Palembang), dan di Bali (Kabupaten Klungkung).

Songket sebenarnya masuk ke dalam kategori tenunan. Yang membedakannya dari tenunan lain adalah penggunaan benang-benang emas dan perak yang membuat kain ini tampak berkilau sehingga terkesan mewah jika dipakai dalam acara-acara resmi. Arti kata “songket” sendiri sebenarnya adalah mengait atau mencungkil. Sebab pada saat proses pembuatan, benang-benang emas dan perak itu diselipkan dan dikaitkan pada sejumput kain tenun.

5. Batik

Kain batik via the-patw.com

Ada yang kurang rasanya ketika membahas kain khas Indonesia tanpa menyertakan batik. Dalam salah satu novelnya, Pramoedya Ananta Toer pernah menyinggung sedikit tentang batik. Menurutnya, pembuatan batik adalah respon dari dimonopolinya Pelabuhan Semarang oleh Belanda. Akibatnya proses distribusi pakaian terhambat. Masyarakat Mataram yang semula mengimpor kain dari India terpaksa harus membuat kain sendiri. Entah benar atau tidak. Tapi jika benar, justru itulah yang sekarang menyebabkan banyak orang di wilayah Yogyakarta dan Solo bisa menyambung hidup dengan berkarya di industri batik.

Batik yang dulu terkesan oldies sekarang mulai diakrabi kalangan muda yang sudah pede saja memakai batik ke mana-mana. Selain baju dan celana, batik juga sudah merambah asesoris-asesoris seperti dompet, tas, tas laptop, dan lain-lain. Bagaimana, guys? Tertarik buat foto-foto ala Indian pakai salah satu dari kain-kain kebanggaan Indonesia di atas?

The post Kain-kain dari Indonesia yang “Instagrammable” appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/kain-tenun-yang-instagrammable/feed/ 0 681