jagongan wagen Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/jagongan-wagen/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Sun, 28 Jun 2020 16:22:23 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 jagongan wagen Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/jagongan-wagen/ 32 32 135956295 Menonton “Kutu/Kota” di Jagongan Wagen Juni 2020 https://telusuri.id/menonton-kutu-kota-di-jagongan-wagen-juni-2020/ https://telusuri.id/menonton-kutu-kota-di-jagongan-wagen-juni-2020/#respond Sun, 28 Jun 2020 16:22:21 +0000 https://telusuri.id/?p=22708 Meskipun tak tahu akan menghadapi apa ketika menonton Jagongan Wagen Juni 2020, sebab tak sempat baca rilisnya, “Kutu/Kota” bikin saya terpana dari mula. Dari kegelapan, seseorang yang tampak sedang asyik memainkan sampler muncul. Sampel-sampel suara...

The post Menonton “Kutu/Kota” di Jagongan Wagen Juni 2020 appeared first on TelusuRI.

]]>
Meskipun tak tahu akan menghadapi apa ketika menonton Jagongan Wagen Juni 2020, sebab tak sempat baca rilisnya, “Kutu/Kota” bikin saya terpana dari mula.

Dari kegelapan, seseorang yang tampak sedang asyik memainkan sampler muncul. Sampel-sampel suara aneh tak-teridentifikasi terdengar. Saya hanya menduga-duga itu semua bunyi apa. Pertengkaran rumah tangga? Suara latar film-film horor ala The Conjuring? Kaleng Khong Guan yang bolak-balik dilempar? Entahlah.

Cahaya pucat yang semula hanya seluas lampu sorot semakin membesar, kamera semakin mundur, dan bingkai gambar bergerak itu ketambahan empat sosok lagi. Keempat orang itu melakukan macam-macam gerakan yang hanya mereka saja yang tahu. Dari mata saya yang tak tahu apa-apa, sepertinya salah seorang dari mereka bolak-balik rukuk, satu lagi mengarahkan leher dan pandangan mata berulang-ulang ke tempat itu-itu saja, dua lagi seperti sedang SKJ.

Tapi mereka semua seperti takluk pada tempo dan irama yang dikeluarkan sampler. Mereka berputar ke sana kemari, berlarian, dansa-dansi, mencari. Pada satu titik, dua orang di antara mereka naik ke panggung, mengambil gitar dan jimbe, lalu, bersama-sama sang pemain sampler yang menjelma sebagai pemain bas, jamming memainkan irama ala orkes dangdut. Dua orang yang tersisa di panggung tampak spontan berjoget, meliuk-liuk digendam alunan musik.

Di momen inilah saya mulai memaknai pertunjukan ini.

Tentang manusia (dan ketertundukannya) pada irama kota

Seni bagi saya adalah sebuah ruang luas yang memfasilitasi manusia untuk berefleksi. “Kutu/Kota” membuat saya merenung soal relasi manusia dan habitatnya.

Sebagai entitas yang membentuk kota, menjadi mengenaskan ketika manusia akhirnya dikuasai oleh ritme kota yang dibangunnya. Orang-orang ter-reifikasi, tak lagi punya kuasa terhadap geraknya sebagai manusia; mereka berubah menjadi objek dari kota yang mereka bangun—atau disubjugasi orang lain/kelompok yang punya kapital lebih besar.

Dokumentasi poduksi Jagongan Wagen edisi Juni 2020 via PSBK/Sito Adhi Anom

Tapi, “Kutu/Kota” juga seakan berusaha menyampaikan pada khalayak bahwa kemampuan (skill) adalah salah satu—sebab barangkali terlalu serampangan untuk mengatakan “satu-satunya”—perangkat yang bisa membuat manusia bisa (sekurang-kurangnya) menjadi “co-composer” dari irama kota, bukan sekadar pengikut atau pelengkap penderita. Hanya saja, persoalan muncul ketika sistem yang ada gagal membuat manusia-manusia, para warga kota, punya skill selain menyelesaikan persoalan-persoalan industrial. Jika sudah begini, selamanya mereka akan terombang-ambing dilamun nada-nada kota yang tak jarang sumbang.

Maka, tidak mudah untuk berganti peran seperti yang dilakukan dua penampil dalam “Kutu/Kota,” yang berubah dari penari pengikut nada menjadi seorang gitaris (yang mampu mengubah suasana dengan kord-kord yang dipetik) dan sesosok penabuh jimbe (yang mampu mengendalikan tempo). Berganti peran, mengembangkan hobi, adalah salah satu dari sedikit privilese yang harus disyukuri. Lagipula, tampaknya kini definisi seorang individu adalah pekerjaannya (sesuatu yang menghasilkan uang). Ini rasa-rasanya tak cuma berlaku bagi mereka yang menerima slip gaji setiap bulan, tapi juga mereka-mereka yang menerima invoice beberapa waktu setelah proyek usai.

Renungan saya di atas berakhir ketika adegan joget dangdut itu berakhir, saat di lampu sorot cuma ada seorang penampil yang tampaknya baru sadar bahwa jogetannya barusan hanya berlangsung dalam angan-angan.

Pertunjukan indah, tapi…

Babak berikutnya adalah bingkai-bingkai gambar bergerak di mana para seniman hanyut menonton klip-klip sudut Yogyakarta. Saya menonton orang sedang menonton. Lalu, usai menonton, mereka terjebak dalam krisis eksistensial; meracau, bergerak tak tentu arah, melakukan entah-apa terhadap kursi lipat masing-masing. Di ujung, mereka menyanyikan sebaris lirik yang nadanya mirip alunan Mazmur.

Dokumentasi poduksi Jagongan Wagen edisi Juni 2020 via PSBK/Sito Adhi Anom

Imajinasi saya makin dibungkam oleh pembingkaian dan pencahayaan yang apik. Jangan salah, saya menikmati pertunjukan ini. Tapi, sekali lagi, saya hanya merasa imajinasi saya benar-benar dibatasi oleh kepiawaian penata artistik dan para juru kamera. Saya merasa disuapi, tak seperti ketika menonton langsung di teater mini PSBK, di mana saya merasa demikian bebas untuk mencoba menginterpretasi.

Sampai akhir pertunjukan yang berlangsung selama setengah jam ini, saya terkesima. Memang saya telat menonton; saya baru mengklik tautan ke laman YouTube PSBK beberapa saat setelah pertunjukan “perdana” usai. Tapi saya menonton “Kutu/Kota” dalam sekali tegukan, tanpa memencet tombol pause, tanpa jeda sejenak ke kamar mandi. Produksi “Kutu/Kota” memang sekeren itu, meskipun…. ah, sudahlah… keadaan memang sedang tak memungkinkan untuk berkumpul ramai-ramai.

Saya cuma bisa berharap bahwa suatu saat pertunjukan-pertunjukan PSBK semasa corona ini bisa diulang, rerun. Hitung-hitung nostalgia.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menonton “Kutu/Kota” di Jagongan Wagen Juni 2020 appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menonton-kutu-kota-di-jagongan-wagen-juni-2020/feed/ 0 22708
Menonton Jagongan Wagen “Di Balik Pintu Rumah” di Balik Pintu Rumah https://telusuri.id/menonton-jangongan-wagen-di-balik-pintu-rumah-di-balik-pintu-rumah/ https://telusuri.id/menonton-jangongan-wagen-di-balik-pintu-rumah-di-balik-pintu-rumah/#respond Thu, 30 Apr 2020 00:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=21253 Sekitar pukul 20.00 malam Minggu (25/4) kemarin, saya mendapat surel dari PSBK berisi tautan untuk menonton Jagongan Wagen edisi April 2020. Dengan antusias saya mengkliknya. Saya memang sudah kangen sekali dengan Jagongan Wagen. Edisi Februari...

The post Menonton Jagongan Wagen “Di Balik Pintu Rumah” di Balik Pintu Rumah appeared first on TelusuRI.

]]>
Sekitar pukul 20.00 malam Minggu (25/4) kemarin, saya mendapat surel dari PSBK berisi tautan untuk menonton Jagongan Wagen edisi April 2020. Dengan antusias saya mengkliknya. Saya memang sudah kangen sekali dengan Jagongan Wagen. Edisi Februari saya tak menonton; edisi Maret (yang juga disiarkan di kanal YouTube PSBK) juga terlewat.

Jadi, ini adalah kali pertama saya menonton streaming Jagongan Wagen. Saya sama sekali belum punya gambaran bagaimana pertunjukan akan dilangsungkan. Menurut jadwal, penampilan akan dimulai jam 20.30. Berarti masih sekitar setengah jam lagi. Lalu, kalau saya masuk ke kanal YouTube PSBK sekarang, apa yang akan saya saksikan?

Ternyata saya langsung disambut oleh Jeannie Park, yang lalu memberikan pengantar mengharukan dalam bahasa Indonesia. Direktur PSBK itu berbicara dengan latar patung Alm. Bagong Kussudiardja sedang duduk santai bertelanjang dada.

Mendadak saya kangen teater mini PSBK.

Setelah sambutan Jeannie Park, saya kira layar akan kosong sebentar, atau lagu-lagu santai akan diputar—jazz barangkali, sambil menunggu jadwal dimulai. Jika menonton langsung di PSBK, ini adalah masa-masa penonton sedang tak sabaran menunggu pertunjukan dimulai; kasak-kusuk tapi tidak ribut. Panggung masih kelam dan awak PSBK serta para seniman sedang bersiap.

Ternyata saya tidak perlu menunggu. Pertunjukan langsung dimulai. Ini bukan streaming langsung ternyata, tapi pemutaran perdana pertunjukan yang sudah disyuting dan melewati proses pascaproduksi. Videonya sudah diunggah kemarin (24/4).

Tak ada basa-basi pembuka ternyata. Para penampil langsung mempertunjukkan karya mereka, sebuah pembacaan ulang dari cerita rakyat Jawa Timur, Keong Mas. “Di Balik Pintu Rumah” langsung mengucur. Babak-babak bergulir dan pergantiannya ditandai dengan sebuah artwork abstrak hitam-putih yang sekilas barangkali bisa disalahkaprah sebagai coretan-coretan iseng kreasi kolaborasi si absurd Pablo Picasso dan si surealis Salvador Dali.

Para penerima hibah Seniman Pascaterampil itu bergantian menyuarakan dialog, atau bergerak-gerak seperti menari—tunggal, berdua, ramai-ramai. Tiap-tiap bacaan yang mereka dendangkan seperti kutipan; keras dan menusuk dan kontemplatif. Dengan indah mereka menampilkan fragmen-fragmen konflik ketika sebuah keluarga berkumpul di ruang bersama, baik nyata maupun maya.

“Bekerja dari rumah; di rumah tidak bekerja. Bekerja dari rumah; di rumah tidak bekerja,” suara para seniman penampil pada suatu fragmen. Momen #dirumahaja semasa corona ternyata tak luput dari kritikan mereka.

Yang berbeda dari menonton pertunjukan lewat monitor

Jika menonton langsung di PSBK, saya pasti akan mengernyit berusaha memperhatikan gerak-gerik para penampil. Telinga saya juga pasti akan awas demi menangkap percakapan-percakapan yang terlontar. Tapi, menonton “Di Balik Pintu Rumah” dari balik pintu rumah membuat saya tak perlu repot-repot mengernyit dan memasang telinga.

Semuanya jelas. Kamera membingkai semuanya dengan jelas dan artistik. Detail-detail ditangkap dengan apik. Kalimat-kalimat terdengar sejernih aliran sungai kecil di celah-celah tebing Himalaya.

Tapi, entah kenapa, saya jadi merasa terlalu digiring. Saya merasa tak bebas memindai panggung—yang hanya berupa ruang kecil dikelilingi empat lampu yang hidup-mati-berubah warna sesuai nuansa cerita. Meskipun tempo pertunjukan ini naik turun seperti gelombang, yang saya hadapi di depan hanya layar datar.

Tiba-tiba saya jadi teringat pengalaman sekitar satu dekade yang lalu ketika menonton pertunjukan musik blues di sebuah panggung kecil di pedestrian Malioboro. Saya ingat betul duo yang sedang tampil itu, yakni seorang gitaris yang jarinya menari-nari di antara senar Stratocaster dan seorang keyboardist yang jarinya lincah memencet tuts piano elektrik itu.

Dilihat dari YouTube, barangkali penampilan mereka biasa saja. Tapi saya merinding ketika itu. Udara seolah-olah penuh oleh “percakapan imajiner” yang terjadi antara mereka berdua. Keringat yang menetes dari pelipis, senyum yang tersungging ketika sang gitaris atau pemain keyboard berhasil merampungkan semua nada, semuanya adalah bagian holistik dari pertunjukan. Dan saya punya zona pandang yang hanya dibatasi oleh kemauan menggerakkan leher. Saya bebas membingkai pertunjukan itu sesuka hati. Barangkali itulah pengalaman menonton pertunjukan seni yang paling berkesan bagi saya seumur-umur.

Itu tak saya dapat ketika menonton pertunjukan seni lewat monitor.

Bukan berarti “Di Balik Pintu Rumah” tidak apik. Pertunjukan ini apik sekali malah. Saya menontonnya sampai habis, sampai bagian ketika para penampil menyelesaikan syuting dan mengakhiri sesi dengan berfoto bersama. Saking menariknya, saya sampai dua kali memutar videonya. Usai menonton untuk kedua kalinya, saya bertanya-tanya dalam hati: “Kapan saya bisa kembali menonton Jagongan Wagen langsung di PSBK?”


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menonton Jagongan Wagen “Di Balik Pintu Rumah” di Balik Pintu Rumah appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menonton-jangongan-wagen-di-balik-pintu-rumah-di-balik-pintu-rumah/feed/ 0 21253
Jagongan Wagen April 2020: “Di Balik Pintu Rumah” https://telusuri.id/jagongan-wagen-april-2020-di-balik-pintu-rumah/ https://telusuri.id/jagongan-wagen-april-2020-di-balik-pintu-rumah/#comments Sun, 19 Apr 2020 12:29:25 +0000 https://telusuri.id/?p=21034 Tiap bulan, kecuali Januari dan bulan Ramadan, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) di Bantul, Yogyakarta, mengadakan acara Jagongan Wagen (JW). Di acara itu, kamu bisa menikmati berbagai macam seni pertunjukan, dari mulai musik, tari, teater,...

The post Jagongan Wagen April 2020: “Di Balik Pintu Rumah” appeared first on TelusuRI.

]]>
Tiap bulan, kecuali Januari dan bulan Ramadan, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) di Bantul, Yogyakarta, mengadakan acara Jagongan Wagen (JW). Di acara itu, kamu bisa menikmati berbagai macam seni pertunjukan, dari mulai musik, tari, teater, hingga kolaborasi semuanya.

Semasa corona ini, JW tidak vakum. Untuk mewadahi seniman dan penikmati seni, PSBK mengadakan pertunjukan yang bisa disaksikan secara daring. Pertunjukan daring edisi perdana bulan Maret kemarin berlangsung dengan sukses. Menurut rilis JW, sampai 17 April 2020, “[T]ayangan JW [edisi Maret 2020] telah dinikmati oleh 969 penonton dari penjuru daerah.”

Bulan April ini, JW akan kembali melangsungkan pertunjukan daring. Judul yang diusung adalah “Di Balik Pintu Rumah,” sebuah pertunjukan kolaborasi dari para peserta Seniman Pascaterampil PSBK 2020. Meskipun judulnya terdengar kontemporer, yang mereka tampilkan adalah pembacaan terhadap cerita rakyat dari Jawa Timur, Keong Mas.

Menariknya lagi, fokusnya adalah soal relasi kuasa dalam sebuah keluarga. Para seniman itu, menurut bocoran rilis, akan menggali fragmen-fragmen seperti “perkara hak milik atas barang atau ruang, perjodohan, arus informasi dan pengetahuan, sampai pada perkara pilihan profesi atau bahkan pilihan politik.” Tentu hal-hal di atas bakal jadi bahan perenungan bagimu saat #dirumahaja seperti sekarang.

Kalau tertarik menyaksikan JW edisi daring ini, kamu bisa langsung mendaftar di http://www.psbk.or.id/ mulai dari hari ini sampai pukul 17.00 WIB tanggal 25 April 2020. Setelah mendaftar, JW akan mengirimkanmu tautan untuk menonton pertunjukan yang bakal dimulai pukul 20.30 WIB.

Selamat menonton Jagongan Wagen April 2020, Sob!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Jagongan Wagen April 2020: “Di Balik Pintu Rumah” appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/jagongan-wagen-april-2020-di-balik-pintu-rumah/feed/ 1 21034
Jagongan Wagen Maret 2019, Memaknai “Ngesses” lewat Tari https://telusuri.id/jagongan-wagen-maret-2019/ https://telusuri.id/jagongan-wagen-maret-2019/#respond Sun, 24 Mar 2019 16:55:15 +0000 https://telusuri.id/?p=12658 Setiap orang punya cara masing-masing untuk mencari makna—atau memaknai—sebuah kata, istilah, atau ungkapan. Ada yang mungkin langsung beranjak ke rak buku terus membolak-balik kamus dan jurnal. Sebagian lain barangkali akan langsung mengajak kawannya nongkrong untuk...

The post Jagongan Wagen Maret 2019, Memaknai “Ngesses” lewat Tari appeared first on TelusuRI.

]]>
Setiap orang punya cara masing-masing untuk mencari makna—atau memaknai—sebuah kata, istilah, atau ungkapan. Ada yang mungkin langsung beranjak ke rak buku terus membolak-balik kamus dan jurnal. Sebagian lain barangkali akan langsung mengajak kawannya nongkrong untuk berdiskusi.

Tapi Putra Jalu Pamungkas, seorang seniman tari Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja (PLTBK), beda. Ia memaknainya lewat tari.

“Saya sering menjumpai ungkapan “ngesses” dilontarkan di lingkungan saya dengan merujuk pada perilaku yang negatif, padahal kata ngesses itu sendiri belum memiliki definisi yang mapan. Hal ini membuat saya menjadi gelisah dan kemudian ingin mengangkat isu ini ke dalam karya saya sebagai tawaran jawaban atas definisi ngesses yang saya temukan,” ungkapnya, dikutip dari siaran pers Jagongan Wagen Maret 2019 PSBK.

jagongan wagen maret 2019
Seniman tari di PSBK via PSBK/Sito Adhi Anom

Bersama tujuh seniman tari PLTBK lain, Putra Jalu Pamungkas akan mementaskan Pertunjukan Tari “Ngesess” di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja tanggal 30 Maret 2019 mendatang.

Agar lebih jeli melihat konteks peristiwa

Betapa mudahnya sekarang orang-orang bereaksi tanpa melihat sebuah persoalan secara utuh, bahkan sampai saling serang meskipun masing-masing pihak sebenarnya tak mengerti apa sedang mereka “diskusikan.”

Pertunjukan Tari “Ngesess” ini bukan sekadar merayakan seni. Ini adalah respon PLTBK PSBK terhadap kondisi sosial budaya terkini, ketika makna menjadi kabur dan masyarakat terpisahkan dari konteks.

jagongan wagen maret 2019
Poster Jagongan Wagen Maret 2019/PSBK

“Melalui karya ini PLTBK ingin mengajak masyarakat untuk lebih jeli melihat sebuah konteks peristiwa. Terutama saat menanggapi sesuatu yang belum jelas akar permasalahannya. Ini tantangan untuk kita semua agar dapat melihat sebuah peristiwa dengan lebih dalam dan perspektif yang lebih luas, tidak sekedar hitam dan putih,” demikian tertulis dalam rilis.

Menonton Jagongan Wagen Maret 2019 nanti akan mengajarkanmu cara baru untuk memaknai sesuatu. Bukan dengan amarah, tapi dengan gerakan-gerakan elok yang akan membuatmu terperangah.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Jagongan Wagen Maret 2019, Memaknai “Ngesses” lewat Tari appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/jagongan-wagen-maret-2019/feed/ 0 12658
Menonton Kaleidoskop Karya Jenar Kidjing dalam Pertunjukan Musik “Daras” https://telusuri.id/menonton-kaleidoskop-karya-jenar-kidjing-dalam-pertunjukan-musik-daras/ https://telusuri.id/menonton-kaleidoskop-karya-jenar-kidjing-dalam-pertunjukan-musik-daras/#respond Tue, 19 Feb 2019 11:07:05 +0000 https://telusuri.id/?p=11821 Seperti biasa, Januari kemarin Jagongan Wagen absen. Namun, Februari ini acara rutin Padepokan Seni Bagong Kussudiardja itu hadir kembali. Pertunjukan Februari adalah seni musik. Bukan musik “biasa,” tapi musik program. Musik program? Makhluk apa pula...

The post Menonton Kaleidoskop Karya Jenar Kidjing dalam Pertunjukan Musik “Daras” appeared first on TelusuRI.

]]>
Seperti biasa, Januari kemarin Jagongan Wagen absen. Namun, Februari ini acara rutin Padepokan Seni Bagong Kussudiardja itu hadir kembali. Pertunjukan Februari adalah seni musik. Bukan musik “biasa,” tapi musik program.

Musik program? Makhluk apa pula itu?

Sebagian dari kamu mungkin sudah tahu, tapi sebagian lain mungkin masih nge-blank. Menurut siaran pers PSBK, musik program adalah musik yang nggak berdiri sendiri melainkan dibuat untuk keperluan lain, entah untuk mengiringi tari, teater, dan film. Istilah ini dipinjam Jenar Kidjing, seniman musik program yang akan tampil, dari buku Imagi-nation karya Vincent McDermott.

Jenar Kidjing
Jenar Kidjing via PSBK/Sito Adhi Anom

Sebuah reinterpretasi karya

Konser musik ini diberi judul “Daras: Kaleidoskop Bunyi Jenar Kidjing.” Namanya kaleidoskop, kamu pasti bisa menebak bahwa dalam pertunjukan musik ini Jenar Kidjing bakalan “mengurasi dan menyusun ulang komposisi-komposisi musik dari tiap pertunjukan maupun musikalisasi puisi yang pernah dibuatnya dan membungkusnya dengan benang merah cinta dan kekuasaan.”

“’Membaca’ ulang (secara lantang) beragam pengalaman dalam kaleidoskop bunyi dengan medium instrumen yang seragam, DARAS adalah reintepretasi musikal dari beberapa teks sastra yang pernah bersinggungan dalam perjalanan saya menggeluti musik teater dan musik puisi,” demikian pernyataan Jenar Kidjing.

Interpretasi, kurasi, dan penyusunan ulang itu tentu saja bakal memberikan nuansa yang berbeda pada karya-karya Jenar Kidjing.

Poster “Daras”/PSBK

Yang lebih istimewa, dalam Jagongan Wagen edisi Februari 2019 alumni Program Seniman Pasca-terampil PSBK angkatan 2014 ini—yang selama ini lebih “dekat” dengan gamelan ketimbang instrumen-instrumen kontemporer—memutuskan untuk keluar dari zona nyamannya dan tampil dalam format band. Dalam Daras, Jenar Kidjing akan berproses bersama Dian Palupi, Ardhani Julian Krisna, Arphadya Mahardika, dan Ikhsan Prayogo.

Di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja Bantul

Pertunjukan musik Daras akan diadakan pada hari Sabtu, 23 Februari 2019 pukul 19.30 WIB di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, Ds. Kembaran RT 04-05, Tamantirto, Kasihan, Bantul, DIY.

Kabar baiknya, untuk menonton Jagongan Wagen, kamu nggak perlu bayar serupiah pun alias gratis.


Header: Sito Adhi Anom (PSBK)

Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menonton Kaleidoskop Karya Jenar Kidjing dalam Pertunjukan Musik “Daras” appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menonton-kaleidoskop-karya-jenar-kidjing-dalam-pertunjukan-musik-daras/feed/ 0 11821
Merespon Praktik Pendidikan lewat Tari di Jagongan Wagen Desember 2018 https://telusuri.id/merespon-praktik-pendidikan-lewat-tari-di-jagongan-wagen-desember-2018/ https://telusuri.id/merespon-praktik-pendidikan-lewat-tari-di-jagongan-wagen-desember-2018/#respond Wed, 12 Dec 2018 09:00:46 +0000 https://telusuri.id/?p=11300 Lagi kangen traveling tapi juga lagi kangen melihat pertunjukan seni? Kalau mau kamu bisa cus ke Jogja buat nonton Jagongan Wagen Desember 2018. Di edisi akhir tahun ini, Jagongan Wagen bakalan menghadirkan sebuah pertunjukan seru...

The post Merespon Praktik Pendidikan lewat Tari di Jagongan Wagen Desember 2018 appeared first on TelusuRI.

]]>
Lagi kangen traveling tapi juga lagi kangen melihat pertunjukan seni? Kalau mau kamu bisa cus ke Jogja buat nonton Jagongan Wagen Desember 2018. Di edisi akhir tahun ini, Jagongan Wagen bakalan menghadirkan sebuah pertunjukan seru yang akan menghibur sekaligus sulit dilupakan.

Sebuah respon terhadap dunia pendidikan di Indonesia

Tanpa diberi tahu pun, kita semua pasti sudah paham gimana kondisi dunia pendidikan di Indonesia. Di sana-sini, masih ada banyak hal yang perlu dibenahi. Hal-hal yang masih kurang itu tentu memerlukan kritik.

Tapi, jangan salah; kritik yang dimaksud di sini bukan hujatan, melainkan respon dalam bentuk pendapat dan, jika memungkinkan, saran yang akan membangun untuk praktik pendidikan di masa depan.

jagongan wagen desember 2018

Poster Jagongan Wagen Desember 2018/PSBK

Melalui sebuah karya tari bertajuk “Human?” sekelompok seniman, Hujan Hijau Dance-Lab merespon praktik pendidikan yang mereka lihat di berbagai daerah di Indonesia. Dilansir dari rilis, “Karya tari ini mengangkat fenomena fitnah dan pembunuhan karakter terhadap pendidikan yang terjadi akhir-akhir ini. Padahal pendidikan memberikan banyak ruang agar kita dapat menjadi manusia dan memanusiakan manusia.”

Tapi, menjadi ironi ketika “… kaum terdidik sendiri kadang melakukan hal melenceng dan dengan sengaja menggunakan kemampuannya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang justru tidak meninggikan harkat kemanusiaan.”

Sampai di sini, kamu pasti mulai penasaran: bagaimana sebuah respon—atau kritik—terhadap isu bisa disampaikan lewat tari?

Hari Jumat, 14 Desember 2018 di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja

Kalau kamu memang penasaran, datang saja hari Jumat, 14 Desember 2018, besok ke Padepokan Seni Bagong Kussudiardja. Lokasinya di Ds. Kembaran RT 04-05, Tamantirto, Kasihan, Bantul, D.I. Yogyakarta. Acaranya bakalan dimulai jam 19.30.

Istimewanya lagi, buat nonton pertunjukan Jagongan Wagen kamu nggak dipungut biaya sepeser pun. Bahkan, panita terkadang suka menyediakan makanan ringan dan teh hangat buat para penonton.

Jadi gimana? Tertarik buat nonton Jagongan Wagen Desember 2018?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Merespon Praktik Pendidikan lewat Tari di Jagongan Wagen Desember 2018 appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/merespon-praktik-pendidikan-lewat-tari-di-jagongan-wagen-desember-2018/feed/ 0 11300
Menjelajahi Bunyi di Jagongan Wagen Edisi November 2018 https://telusuri.id/jagongan-wagen-edisi-november-2018/ https://telusuri.id/jagongan-wagen-edisi-november-2018/#respond Tue, 20 Nov 2018 09:00:38 +0000 https://telusuri.id/?p=11278 Menurut kamu, apa yang membedakan suara dan musik? Lantas, kemudian, apa yang membuat suara tertentu jadi sinyal (yang diharapkan) dan lainnya menjadi noise (gangguan) yang tidak diharapkan? Terus, sebagai apa kita klasifikasikan suara-suara dalam tubuh,...

The post Menjelajahi Bunyi di Jagongan Wagen Edisi November 2018 appeared first on TelusuRI.

]]>
Menurut kamu, apa yang membedakan suara dan musik? Lantas, kemudian, apa yang membuat suara tertentu jadi sinyal (yang diharapkan) dan lainnya menjadi noise (gangguan) yang tidak diharapkan?

Terus, sebagai apa kita klasifikasikan suara-suara dalam tubuh, misalnya denging statis dalam telinga, kemeretak tulang, atau denyut nadi yang samar-samar namun memiliki fungsi yang teramat vital?

Kalau kamu belum bisa jawab pertanyaan itu, barangkali nggak ada salahnya buat mampir ke Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, Bantul, hari Sabtu, 24 November 2018 nanti untuk menyaksikan pertunjukan Jagongan Wagen edisi November 2018. Kita akan merenungkan pertanyaan di atas sama-sama.

Menjelajahi bunyi di Jagongan Wagen edisi November 2018

Pertunjukan kali ini akan menampilkan karya seorang komposer asal Padang Panjang, Sumatera Barat, yakni Indra Arifin, penerima Hibah PSBK 2018. Melalui karya berjudul Sua Suara, Indra Arifin akan membawa kita menjelajahi gelombang bunyi, melakukan ekskursi mandiri, dan merenungkan apakah tabir antara kebisingan dan keindahan itu benar-benar ada.

Alih-alih sekadar menghadirkan suara-suara yang dalam konstruksi peradaban dianggap sebagai alunan yang indah, Sua Suara akan mempersembahkan suara-suara yang kerap diabaikan namun sebenarnya dekat dengan kita. Sang seniman akan berusaha untuk keluar dari pakem-pakem yang disepakati lewat konvensi untuk kembali pada hakikat bunyi.

jagongan wagen edisi november 2018

Poster Jagongan Wagen edisi November 2018/PSBK

Jadi, siap-siap saja untuk mendengarkan sesuatu yang baru yang mungkin belum familiar dalam pendengaran kamu.

Menariknya, Indra Arifin takkan menampilkan karya bernuansa elektro akustik itu sendirian. Dalam Jagongan Wagen edisi November 2018, Indra Arifin akan berkolaborasi dengan dua seniman lain, yakni Rahmat Kurniawan dan Yolanda Reliansyah.

Kalau kamu penasaran dengan pertunjukan ini, jangan ragu-ragu buat mampir ke Padepokan Seni Bagong Kussudiardja di Ds. Kembaran RT 04-05, Tamantirto, Kasihan, Bantul, D.I. Yogyakarta, Sabtu, 24 November 2018 nanti. Untuk menyaksikan acara ini, kamu nggak akan dipungut biaya alias gratis.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menjelajahi Bunyi di Jagongan Wagen Edisi November 2018 appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/jagongan-wagen-edisi-november-2018/feed/ 0 11278
Ada “Bintang Kecil di Langit yang Biru” di Jagongan Wagen Agustus 2018 https://telusuri.id/jagongan-wagen-agustus-2018/ https://telusuri.id/jagongan-wagen-agustus-2018/#respond Thu, 23 Aug 2018 05:30:24 +0000 https://telusuri.id/?p=10340 Nama para peraih Hibah Seni PSBK 2018 sudah diumumkan, Sob. Sekarang waktunya bagi mereka buat mempresentasikan karya-karya terbaik di depan khalayak. Dalam Jagongan Wagen Agustus 2018 besok, seniman penerima Hibah Seni PSBK 2018 yang bakal...

The post Ada “Bintang Kecil di Langit yang Biru” di Jagongan Wagen Agustus 2018 appeared first on TelusuRI.

]]>
Nama para peraih Hibah Seni PSBK 2018 sudah diumumkan, Sob. Sekarang waktunya bagi mereka buat mempresentasikan karya-karya terbaik di depan khalayak.

Dalam Jagongan Wagen Agustus 2018 besok, seniman penerima Hibah Seni PSBK 2018 yang bakal unjuk karya adalah Agnes Christina. Seniman yang punya ketertarikan pada kerumitan hidup manusia itu kali ini bakal mempersembahkan sebuah pertunjukan teater.

Ada “Bintang Kecil di Langit yang Biru” di Jagongan Wagen Agustus 2018

Seni barangkali adalah salah satu medium paling pas untuk menyampaikan kritik. Ketimbang secara frontal—lewat debat, misalnya—kritik yang disampaikan lewat seni biasanya lebih merasuk sebab disuguhkan dengan cara yang elok dan elegan.

jagongan wagen agustus 2018

Poster Jagongan Wagen Agustus 2018 “Bintang Kecil di Langit yang Biru”/Padepokan Seni Bagong Kussudiardja

Lewat pertunjukan teater “Bintang Kecil di Langit yang Biru,” Agnes Christina bakal membahas persoalan peringkat sosial dalam struktur masyarakat kita. Menurut Teguh Hari Presetyo, penanggung jawab program, karya ini relevan, lazim ditemui, dan penting buat dipresentasikan.

Ia melihat bahwa setiap orang mendapat perlakuan yang berbeda sesuai dengan peringkat sosialnya. Orang yang peringkat sosialnya tinggi mudah saja mendapatkan bantuan dari “teman, keluarga, dan kolega” setiap kali dapat masalah. Mereka yang “biasa-biasa saja” tentu diperlakukan dengan cara yang lain lagi.

Dalam “Bintang Kecil di Langit yang Biru,” Agnes Christina yang juga sedang fokus dengan proyek Reading Centhini ini bakal jadi sutradara. Yang akan disorot lampu panggung adalah dua orang aktor muda berbakat Yogyakarta, yakni Irfanuddien Ghozali dan Alex Suhendra.

Kapan dan di mana pertunjukan Jagongan Wagen Agustus 2018 diadakan?

Jagongan Wagen Agustus 2018 akan diadakan pada Sabtu, 25 Agustus 2018 pukul 19.30 – selesai di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK), Ds. Kembaran RT 04-05, Tamantirto, Kasihan, Bantul, DIY. Kabar baiknya, untuk menonton Jagongan Wagen kamu nggak perlu bayar serupiah pun alias gratis.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Header: pexels.com/Sindre Strøm

The post Ada “Bintang Kecil di Langit yang Biru” di Jagongan Wagen Agustus 2018 appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/jagongan-wagen-agustus-2018/feed/ 0 10340
Terbius Adegan Pertama “Pertemuan Kita” di Jagongan Wagen April https://telusuri.id/pertemuan-kita-jagongan-wagen-april-2018/ https://telusuri.id/pertemuan-kita-jagongan-wagen-april-2018/#respond Mon, 16 Apr 2018 01:30:41 +0000 https://telusuri.id/?p=8089 Karena belum membaca cerita pendek Risda Nur Widia—”Wow! Ini Jadinya Jika Pria Menyembunyikan Kata Cinta Sendiri di Dunia”—yang menginspirasi drama dalam Jagongan Wagen edisi April, saya datang ke PSBK Jumat kemarin tanpa digelayuti ekspektasi apa...

The post Terbius Adegan Pertama “Pertemuan Kita” di Jagongan Wagen April appeared first on TelusuRI.

]]>
Karena belum membaca cerita pendek Risda Nur Widia—”Wow! Ini Jadinya Jika Pria Menyembunyikan Kata Cinta Sendiri di Dunia”—yang menginspirasi drama dalam Jagongan Wagen edisi April, saya datang ke PSBK Jumat kemarin tanpa digelayuti ekspektasi apa pun.

Tiba di padepokan lima menit menjelang acara dimulai, saya dan Nyonya melipir ke barisan belakang, ke sudut dekat jendela. Di balik jendela, Bagong Kussudiardja perak sedang khusyuk mengantisipasi pertunjukan malam itu.

pertemuan kita

Patung Bagong Kussudiardja/Fuji Adriza

Alunan lagu-lagu wajib nasional mengudara ketika kami tiba. Namun, menjelang pertunjukan dimulai, suara itu perlahan-lahan memudar. Bohlam-bohlam yang menyinari bangku penonton dipadamkan. Lampo sorot ditujukan hanya ke gelanggang. Lalu, suara pembawa acara memberi jalan pada masuknya kelima aktor Pertemuan Kita.

Perdebatan soal penghapusan kata “cinta”

Pada babak perkenalan, kelima aktor muncul satu per satu ke dalam ruangan membawa masalah mereka masing-masing. Tapi, fase “perkenalan” yang intens itu rasanya berakhir terlalu cepat. Sebentar saja, Pertemuan Kita langsung mengalami eskalasi tensi.

pertemuan kita

Sebelum acara dimulai/Fuji Adriza

Padahal, mereka sebenarnya hanya membahas apakah sebaiknya Peraturan Daerah (Perda) Penghapusan Kata “Cinta” dicabut atau tidak. Kamu pasti bertanya-tanya kenapa kata “cinta” mesti dihapuskan. Alasannya absurd: sebab, kata cinta dituduh menjadi biang kriminalitas. (Barangkali inilah cara para seniman muda tersebut menyindir kondisi sosial-budaya kontemporer di Indonesia.)

Semakin lama perdebatan kian sengit. Kelima tokoh kita—seperti yang sudah dapat diperkirakan dari susunan meja-kursi—terbagi menjadi dua kubu. Volume suara makin meningkat, suasana makin riuh.

pertemuan kita

Salah satu adegan awal Pertemuan Kita/Fuji Adriza

Semestinya pertunjukan itu bisa berakhir dramatis ketika kelima orang tokoh itu mendadak kehabisan kata sehingga suasana tiba-tiba hening—klimaks. Tapi, drama itu malah diperpanjang oleh kemunculan kru stasiun TV Kabar Kabur yang tiba-tiba muncul mewawancarai kelima tokoh drama itu satu per satu.

Lucu memang, dan satiris. Namun, akhir yang komikal ini menurut saya hanya menggoyahkan struktur Pertemuan Kita yang sudah telanjur kokoh. Bagi saya yang menonton, rasanya seperti dipaksa melakukan senam pendinginan ketika badan masih panas dihajar gerakan inti SKJ.

pertemuan kita

Tokoh Toro dan Ira/Fuji Adriza

Terbius adegan pertama

Dari keseluruhan drama Pertemuan Kita, yang paling saya sukai justru adalah adegan pertamanya.

Itu adalah adegan ketika tokoh Anna pertama kali muncul di ruang pertemuan yang masih kosong. Sambil memegang cangkir hijau, ia masuk dengan air muka gelisah. Semula, saya kira ia kesal karena keterlambatan para koleganya untuk datang ke pertemuan. Ternyata, ia hanya sedang banyak pikiran.

pertemuan kita

Perdebatan sengit sebelum klimaks/Fuji Adriza

Anna pun bermonolog. Banyak hal yang dibahasnya. Bahkan, ia sempat menyinggung soal Jean-Paul Sartre dan kebebasan manusia.

Lalu, kenapa adegan ini jadi mengagumkan? Sebab, belakangan saya paham bahwa monolog itu hanya terjadi dalam pikiran Anna. Pasalnya, ketika tokoh Toro sang ilmuwan muncul, Anna terkesan sudah sedari tadi melamun. Toro sampai sedikit berteriak menyapa Anna. Bagi saya, ini radikal—jenius.

Bukan “orang lain adalah neraka”

Karena judul drama ini adalah Pertemuan Kita dan di awal Anna menyentil Sartre, saya kemudian jadi menduga-duga bahwa yang akan ditonjolkan dalam drama ini adalah gagasan Sartre bahwa “orang lain adalah neraka.”

pertemuan kita

Didatangi kru TV Kabar Kabur/Fuji Adriza

Ternyata tidak. (Setidaknya tidak menurut saya.) Kalau memang pesannya adalah “orang lain adalah neraka,” tak mungkin perdebatan itu berlangsung biasa-biasa saja. Pasti akan ada sebuah kejutan yang akan mengombang-ambingkan pikiran penonton, yang akan membuat pemirsa tercenung dalam perjalanan pulang. Eksistensialisme Sartre ternyata hanya pelengkap.

Selain itu, yang saya sesalkan adalah tidak terbangunnya adegan imajiner yang menghipnotis dalam kepala saya sebagaimana yang muncul sewaktu menonton 12 Angry Men atau The Man from Earth.

Saat melihat 12 Angry Men, kekuatan dialognya berhasil membawa saya ke TKP pembunuhan. Ketika menyaksikan The Man from Earth, dalam kepala saya terbentuk deretan gambar bergerak tentang seorang manusia gua yang hidup belasan ribu tahun, dan ternyata adalah seorang tokoh dalam Bibel, meskipun film itu didominasi oleh monolog.

Satu-satunya adegan Pertemuan Kita yang berpotensi untuk menghipnotis adalah adegan tentang kemunculan Anna. Sayangnya, itu hanya adegan pembuka.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Terbius Adegan Pertama “Pertemuan Kita” di Jagongan Wagen April appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/pertemuan-kita-jagongan-wagen-april-2018/feed/ 0 8089
Jagongan Wagen Februari 2018, “12 Angry Men” ala Forum Aktor Yogya https://telusuri.id/jagongan-wagen-februari-2018/ https://telusuri.id/jagongan-wagen-februari-2018/#respond Fri, 23 Feb 2018 02:30:36 +0000 https://telusuri.id/?p=6907 Insan-insan artsy pasti heran dan bertanya-tanya: “Kok bulan kemaren ngga ada pengumuman sama sekali soal Jagongan Wagen, ya? Apa saya ketinggalan?” Nggak, kok. Kamu nggak ketinggalan. Jagongan Wagen memang selalu absen pas Januari dan bulan...

The post Jagongan Wagen Februari 2018, “12 Angry Men” ala Forum Aktor Yogya appeared first on TelusuRI.

]]>
Insan-insan artsy pasti heran dan bertanya-tanya: “Kok bulan kemaren ngga ada pengumuman sama sekali soal Jagongan Wagen, ya? Apa saya ketinggalan?” Nggak, kok. Kamu nggak ketinggalan. Jagongan Wagen memang selalu absen pas Januari dan bulan Ramadan.

Tapi, bukan berarti karena Januari nggak ada aktivitas terus Padepokan Seni Bagong Kussudiardja diam saja. Di sana tetap ada kegiatan, yakni persiapan buat pertujukan Jagongan Wagen Februari 2018, Jagongan Wagen perdana tahun ini.

Jagongan Wagen Februari 2018 menghadirkan Forum Aktor Yogya

Penampil pada Jagongan Wagen Februari 2018 adalah Forum Aktor Yogya (FAY). (Namanya forum aktor, pasti kamu sudah bisa nebak kalau mereka nggak bakalan “ngeband.”)

FAY sudah sejak tahun 2011 jadi wadah berkumpulnya para aktor, sebuah perkumpulan tempat para seniman peran mengulas ide kreatif berdasarkan kesenangan sekaligus kegelisahan mereka.

Sejak terbentuk, FAY sudah tampil berkali-kali. Pertunjukan mereka antara lain “Biar Kutulis Untukmu Puisi Jelek yang Lain” (Naskah Andre Nur Latif, 2014), “Bertiga Bukan Dara, Menghias Kenyataan Hidup” (2015), “Bank Pasar Rakyat” (2016), “Sulamin Bibir Saya, Dong!” (2017), dan “Identity Project” (2017). Nggak cuma itu, mereka ternyata juga pernah jadi mitra penyelenggara Indonesia Dramatic Reading Festival (IDRF) tahun 2016 dan 2017.

jagongan wagen februari 2018

Poster Jagongan Wagen Februari 2018/PSBK

“12 Angry Men” ala Forum Aktor Yogya

Pertunjukan FAY di Jagongan Wagen Februari 2018 ini berjudul “D>S /D<S; Invisible Costs (Part I).” Kalau sudah pernah nonton film 12 Angry Men yang dibintangi sama Henry Fonda, kamu pasti bakal mengangguk-angguk dan tersenyum sendiri waktu nonton pertunjukan “D>S /D<S; Invisible Costs (Part I)” ini.

Terinspirasi dari film itu, FAY berusaha “membawa” gagasan-gagasan di film itu ke ranah riil, ke alam nyata yang sekarang kita lihat, dengar, dan rasakan. (Siap-siap mendengar dialog yang mengalir cepat.) Menonton pertunjukan ini bakal membuatmu merenungkan soal kebenaran. Soalnya, kamu akan disuguhkan ilustrasi bahwa dalam banyak kesempatan orang-orang menilai sesuatu berdasarkan pandangan mayoritas. Padahal benar menurut orang banyak bukan berarti benar menurut kebenaran itu sendiri.

Yang bakal menyutradarai pertunjukan “D>S /D<S; Invisible Costs (Part I)” ini adalah B. Verry Handayani. Ia akan mengarahkan enam pemain (Alex Suhendra, Elisabeth Lespirita Veani, Hardiansyah Yoga Pratama, Febrinawan “Jayen” Prestianto, Siti “Ozy”  Fauziah, Veronika Erlina H.) dengan dibantu oleh lima awak pendukung (Febrianus Anggit, Penata Artistik; Robby Ramadhan, Stage Manager; Miranda Harlan, Penulis Naskah; Nesia Putri Amarasthi, Pencatat Proses; dan M. Habib “Ipung” Syaifullah, Pimpinan Produksi.)

Kapan dan di mana?

Jagongan Wagen Februari 2018 akan diadakan pada Sabtu, 24 Februari 2018 pukul 19.30 – 22.00 di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK), Ds. Kembaran RT 04-05, Tamantirto, Kasihan, Bantul, DIY.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Jagongan Wagen Februari 2018, “12 Angry Men” ala Forum Aktor Yogya appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/jagongan-wagen-februari-2018/feed/ 0 6907