jogja Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/jogja/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Mon, 06 May 2024 06:15:32 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 jogja Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/jogja/ 32 32 135956295 Rekomendasi Barang Bekas di Pasar Senthir Yogyakarta https://telusuri.id/rekomendasi-barang-bekas-di-pasar-senthir-yogyakarta/ https://telusuri.id/rekomendasi-barang-bekas-di-pasar-senthir-yogyakarta/#respond Mon, 06 May 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=41828 Joko Pinurbo pernah bilang, “Jogja terbuat dari rindu, pulang dan, angkringan.” Ucapan Pak Joko bak sihir yang menarik wisatawan untuk berkunjung (kembali) ke Jogja. Alasannya, karena banyaknya tempat wisata, tak ayal Jogja dijuluki sebagai “kota...

The post Rekomendasi Barang Bekas di Pasar Senthir Yogyakarta appeared first on TelusuRI.

]]>
Joko Pinurbo pernah bilang, “Jogja terbuat dari rindu, pulang dan, angkringan.” Ucapan Pak Joko bak sihir yang menarik wisatawan untuk berkunjung (kembali) ke Jogja. Alasannya, karena banyaknya tempat wisata, tak ayal Jogja dijuluki sebagai “kota wisata”.

Biasanya, Malioboro jadi pilihan utama. Pilihan kedua dan ketiganya, tentu jatuh pada Kraton Jogja dan tugu pal putih alias tugu Jogja. Sebab, tempat-tempat tersebut merepresentasikan sisi romantis, berbudaya dan keberagaman di Yogyakarta. 

Namun, tahukah Anda, masih banyak tempat wisata tersembunyi yang jarang diketahui orang?

Tempat itu adalah Pasar Senthir. Sebuah pasar yang tak biasa. Pasar ini menawarkan aneka barang bekas atau klithikan yang berasal dari berbagai penjuru dunia. Pasar Senthir berlokasi di dekat Taman Budaya Yogyakarta, hanya sepelemparan batu dari Pasar Beringharjo.

Pasar Senthir biasanya banyak dikunjungi oleh mahasiswa dan warga lokal. Mereka datang malam hari sekitar pukul enam sore—saat pasar mulai buka—dan pulang ketika pukul sepuluh malam ketika pedagang sudah mulai memberesi dagangnya. 

Pasar ini menjual berbagai barang bekas yang masih berfungsi elok. Tak hanya beragam barang bekas, jika beruntung, pengunjung juga bisa menemukan barang bermerek dengan kualitas kelas dunia. Barang-barang unik yang tak terduga pun bisa didapatkan di sana. Berikut daftar barang yang bisa Anda cari di Pasar Senthir.

1. Buku dan Majalah Bekas

Rekomendasi Barang Bekas di Pasar Senthir Yogyakarta
Lapak dagangan yang menjual buku dan majalah bekas/Aldino Jalu Seto

Jika kebanyakan pasar menjual hasil bumi, seperti sayur-mayur, di Senthir Anda tidak akan menemukannya. Anda malah lebih mudah menemukan penjual buku sejauh mata memandang. 

Rata rata penjual di sini menjual buku di lapaknya sendiri. Buku-buku yang mereka jual adalah buku bekas yang masih terbilang bagus. Genrenya pun beragam, seperti sastra, komik, politik, hukum, buku pelajaran sampai sejarah kerajaan dan dunia. Salah satu novel bagus dan masih asli yang pernah saya temui di Pasar Senthir yaitu Sampar karya Albert Camus. Karena bekas, buku tersebut dihargai kurang dari Rp50.000.

2. Kamera Bekas

Rekomendasi Barang Bekas di Pasar Senthir Yogyakarta
Kamera analog yang dijual di Pasar Senthir/Aldino Jalu Seto

Di pasar ini, tidak semua kamera yang dijual sudah rusak atau tak layak pakai. Masih banyak barang, yang walaupun bekas, kualitasnya tetap teruji. 

Kebanyakan kamera di sini bermerek Fujifilm. Kamera tersebut berjenis analog. Pemakaiannya menggunakan rol film yang harus dipasang terlebih dahulu sebelum mengambil gambar. Hasil jepretan dari kamera ini cukup bagus, efeknya mengingatkan dengan suasana foto tempo dulu. Tak terlalu mahal, harga dari kamera analog ini hanya berkisar kurang lebih 50.000–200.000 ribu rupiah.

Selain Fujifilm, kamera berjenis Sony keluaran lama pun banyak ditawarkan. Harga kamera digitalnya sekitar 500 ribu–1 juta rupiah. Saya sarankan, sebelum membelinya Anda bisa mengecek secara keseluruhan fitur dan tools dalam kamera tersebut. Setelah dirasa cocok, jangan ragu untuk menawar harga kepada penjual, Ini juga berlaku untuk membeli barang-barang yang lain.

3. Pakaian Bekas

Hampir segala jenis pakaian dan aksesoris bekas dijajakan di Pasar Senthir. Mulai dari pakaian untuk tubuh bagian atas, seperti baju, jaket, topi, kalung, sampai jam tangan. Kemudian jenis pakaian bagian bawah meliputi celana hingga sepatu.

Di Pasar Senthir, pakaian adalah barang paling dicari oleh para pengunjung. Hal ini dikarenakan pakaian, utamanya  baju, celana, dan sepatu, biasanya berasal dari barang impor bermerek dunia macam Adidas atau Nike. Merek-merek tersebut banyak ditemui di lapak-lapak yang sudah disortir barangnya. Harga yang ditawarkan oleh penjual yang relatif berbeda-beda, tergantung merek, kualitas, serta kondisi barang tersebut. Untuk mendapatkan harga yang murah, kuncinya tetap sama: menawar.

Rekomendasi Barang Bekas di Pasar Senthir Yogyakarta
Salah satu lapak penjual sepatu bekas/Aldino Jalu Seto

Pedagang yang memiliki barang bagus tidak selalu berada pada lapak yang sudah disortir barangnya. Biasanya terdapat pula lapak yang baju dan celananya tanpa ditata, atau kadang pakaian bekas yang belum dicuci. Pembeli harus mencari sendiri pakaian yang ia inginkan dalam tumpukan pakaian sembari berebut dengan pembeli lain. Cara semacam ini dikenal dengan nama awul-awulan.  

Setahu saya, nama awul-awul sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya berantakan. Kata awul-awul biasa saya dengar ketika baju di lemari yang semula sudah tertata rapi, berubah menjadi berantakan. Hal ini disebabkan karena saat mencari baju yang diinginkan, kita harus mengobrak-abrik semua baju yang ada di lemari. Lantas ibu saya memarahi saya menggunakan kata itu.

Golek klambi siji wae ndadak diawul-awul kabeh (mencari baju satu aja harus dibuat berantakan semua [bajunya],” ujar ibu saya.

Jika di lapak yang sudah disortir harganya masih lumayan tinggi, di lawak awul-awulan ini tentu harganya jauh lebih murah. Kualitas barangnya menggambarkan harganya, tetapi tidak menutup kemungkinan terdapat harta karun dalam gunungan pakaian tersebut.

4. Arsip Foto, Kartu Pos, dan Mainan Anak

  • Rekomendasi Barang Bekas di Pasar Senthir Yogyakarta
  • Rekomendasi Barang Bekas di Pasar Senthir Yogyakarta
  • Rekomendasi Barang Bekas di Pasar Senthir Yogyakarta

Tak lengkap rasanya jika berkunjung ke Pasar Senthir tanpa melihat koleksi foto yang dijual para pedagang. Koleksinya sangat beragam, tak hanya terbatas pada tema tertentu. Para pedagang mendapatkan foto-foto ini dari pedagang foto lain juga. Biasanya mereka mencari foto yang banyak disukai oleh pengunjung.

Di salah satu lapak saya menemukan kartu pos bergambar pesawat. Bagian belakangnya bertuliskan sebuah pesan yang bernada romantis. Kartu pos itu sepertinya milik sepasang kekasih yang sedang menjalani hubungan jarak jauh. Harga kartu pos tersebut Rp5.000.

Koleksi lain yang saya temukan adalah sebuah buku berisi arsip foto penjajahan di masa Jepang. Buku tersebut berisi foto-foto yang menunjukan kekejaman kolonial Jepang saat menduduki Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Terlihat salah satu foto masyarakat Hindia Belanda yang ditembak mati di jalan.

5. Piala Bekas

Rekomendasi Barang Bekas di Pasar Senthir Yogyakarta
Piala bekas yang dijual salah satu pedagang/Aldino Jalu Seto

Umumnya pasar tradisional akan menjual berbagai macam bahan pangan atau sentra industri rumahan yang tentu saja baru. Namun, Pasar Senthir justru menghadirkan hal tak biasa. Sesuatu yang unik karena tak dapat ditemui di pasar pasar pada umumnya,

Contohnya, piala juara buatan tahun 1975 ini. Meski tak diketahui pasti apa fungsinya, tetapi barang tersebut masih layak guna untuk dijual.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Rekomendasi Barang Bekas di Pasar Senthir Yogyakarta appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/rekomendasi-barang-bekas-di-pasar-senthir-yogyakarta/feed/ 0 41828
Yogyakarta: dari Tebing Breksi, hingga Malioboro https://telusuri.id/yogyakarta-dari-tebing-breksi-hingga-malioboro/ https://telusuri.id/yogyakarta-dari-tebing-breksi-hingga-malioboro/#respond Sun, 04 Dec 2022 17:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=36261 Suara alarm dari ponselku mendebarkan gendang telinga, membuatku meregangkan tangan ke udara.  “Ah, masih pukul lima pagi. Lima menit lagi,” gumamku dalam hati. Akhirnya, badan ini baru beranjak dari kasur tiga puluh menit setelahnya. Selama...

The post Yogyakarta: dari Tebing Breksi, hingga Malioboro appeared first on TelusuRI.

]]>
Suara alarm dari ponselku mendebarkan gendang telinga, membuatku meregangkan tangan ke udara.  “Ah, masih pukul lima pagi. Lima menit lagi,” gumamku dalam hati. Akhirnya, badan ini baru beranjak dari kasur tiga puluh menit setelahnya. Selama dua hari kedepan, aku akan mengikuti Familiarization Trip yang diselenggarakan oleh Java Promo dan Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Aku dan rekan-rekan lain akan menelusuri empat kabupaten di Yogyakarta.

Jujur saja, rasanya senang tapi takut. Senang, tentu karena aku akan mengunjungi banyak tempat baru dan belajar banyak hal. Tapi, sebagai orang yang punya jiwa introvert cukup tinggi, kegiatan ini akan membuatku bertemu banyak orang baru dan membuat mentalku cukup lelah. 

Setelah acara pembukaan dan sambutan dari penyelenggara, rombongan kami berangkat mengunjungi Tebing Breksi. Dari sini, kami berpindah ke armada lain karena akan mengunjungi beberapa destinasi dengan rute dan jalan yang sulit dilalui kendaraan 2WD. Mobil-mobil jip yang berjajar di depan lapangan parkir pun menyambut kami. Mereka siap mengantarkan petualangan hari itu. Beruntungnya, cuaca Jogja sangat cerah, padahal dua hari sebelumnya Jogja terus diguyur hujan dari pagi hingga malam.

Mobil Jip
Menumpang jip mengitari kawasan Tebing Breksi/Mauren Fitri

Pak Danu memandu mobil jip yang aku tumpangi bersama tiga rekan lain. Beliau dulunya bekerja sebagai pemandu wisata sebelum memutuskan berganti profesi menjadi pengemudi jip. Pak Danu memiliki pengetahuan yang luar biasa mengenai kondisi warga di sekitar Tebing Breksi dan juga sejarah dari destinasi yang akan kami kunjungi. Sepanjang jalan, beliau menceritakan banyak hal. Salah satunya, cerita tentang warga yang dulunya bekerja sebagai penambang batu kapur di Tebing Breksi, yang kini mendapatkan keistimewaan untuk memilih bidang usaha lain ketika aktivitas penambangan berganti dengan aktivitas wisata.

“Ada dua pilihan yang diberikan: membuka usaha [warung] atau memiliki jip yang akan disediakan oleh pihak pengelola—dengan catatan satu keluarga hanya boleh memilih satu jenis usaha saja,” terang Pak Danu.

Melihat Candi Barong dan Banyunibo

Di desa yang terhitung tidak terlalu luas ini, ada beberapa candi yang sedang dalam proses restorasi dan ada juga candi yang sudah mengalami restorasi.  Pak Danu, yang berjalan di depan kami, kemudian menerangkan perbedaan candi Hindu dan Buddha.

“Candi Hindu atapnya runcing, sedangkan candi Budha atapnya berbentuk kubah.” terangnya.

Ini merupakan sebuah pengetahuan baru bagiku. Awalnya, aku cukup sulit membedakan candi Hindu dan candi Buddha sampai aku melihat altar pemujaannya yang berisikan arca, semisal arca Ganesha, Siwa, dan Buddha.

Kami memasuki kawasan Candi Barong dari arah halaman belakang. Berkat penjelasan Pak Danu, aku sudah bisa menebak latar belakang candi ini hanya dari atapnya. Beberapa orang pekerja lalu-lalang sambil membawa batuan yang akan digunakan untuk merestorasi candi ini.

Menurutku, kondisi Candi Barong tidak cukup baik. Bangunan depan candi sudah tidak terlihat bentuk aslinya. Beberapa bongkah batuan andesit tersebar acak di permukaan tanah, mungkin dulunya batu-batu ini juga merupakan bagian dari Candi Barong. Setelah berjalan naik melewati tangga, aku bisa melihat bangunan candi yang lebih rapi dan sudah tertata.

Kami melanjutkan perjalanan ke Candi Banyunibo yang berada tidak jauh dari Candi Barong. Candi Banyunibo lebih rapi karena proses restorasi yang sudah usai. Tidak ada lagi batuan andesit yang berceceran, semuanya sudah bersatu dalam sebuah bangunan yang tampak liat. Penasaran akan nama Banyunibo yang bermakna “air jauh” dalam bahasa Jawa, saya kemudian bertanya kepada Pak Danu.

Candi Banyunibo
Candi Banyunibo/Azlina Fitri

“Namanya benar Banyunibo, Pak?”

Beliau lalu menjelaskan bahwa nama Banyunibo ini diambil karena daerah di sekitar candi ini memiliki pasokan air dan tanah yang cukup subur. Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa daerah atas atau lokasi tempat Candi Barong tadi dulunya tidak memiliki sumber air yang cukup baik atau relatif kering, maka dinamakan Banyunibo (air jatuh). Candi Banyunibo merupakan candi yang digunakan untuk pemujaan Dewa Siwa, beberapa Nandini (patung sapi) juga terlihat di candi ini sebagai representasi wahana Dewa Siwa.

Perjalanan menyusuri candi ini memberikan banyak sekali pelajaran baru dan kesenangan tersendiri.  Kebetulan, aku memang cukup suka dengan cerita para dewa Hindu.  Mendengar nama-nama familiar seperti Siwa, Brahma, dan Wisnu membuat hormon dopamin meningkat. Selanjutnya, aku juga mengunjungi tempat-tempat pembuatan kerajinan tangan di daerah Gunung Kidul. 

Melipir ke Desa Wisata Putat di Gunung Kidul

Tempat pertama yang aku kunjungi yakni Kerajinan Kayu Jati Eko Bubut yang merupakan pengolahan kayu jati menjadi alat-alat dapur seperti gelas, sumpit, piring, sendok, dan masih banyak lagi. Sebagai orang yang cinta barang-barang berbentuk dan berwarna aesthetic, aku membeli beberapa sebagai oleh-oleh.

Sambil memilih barang yang akan aku beli, telingaku mendengar Pak Eko yang sedang menceritakan usahanya ini. Ternyata, ia sudah menekuni Eko Bubut selama 14 tahun dengan total produksi bisa mencapai 10.000 item per hari. Hasil kerajinannya juga sudah diekspor ke mancanegara walaupun memang beliau masih menggunakan bantuan jasa eksportir.

Siang hari itu hujan turun cukup deras. Kami pun mengunjungi beberapa tempat kerajinan lainnya secara singkat—selain memang jadwal hari itu cukup padat. Dari tempat Pak Eko, kami menuju tempat pembuat topeng kayu di Joglo Batoer, Dusun Bobung, Desa Wisata Putat. Di desa wisata ini, dengan mudah kita menjumpai galeri dan workshop kerajinan kayu.

Aku mendapatkan kesempatan untuk membatik topeng kayu di sini. Proses pembatikan kayu kami lakukan di pada sebuah joglo terbuka. Di dalam joglo, berjajar beberapa kompor tradisional dengan wajan berisi lilin berdiri di atasnya. Penyelenggara kemudian membagi kami menjadi beberapa kelompok, satu kompor minyak kecil akan diisi sekitar 5-6 orang.  Selain itu, kami juga disambut penampilan bermain lesung oleh para ibu-ibu paguyuban Desa Wisata Putat.

Membatik menjadi hal yang cukup sulit untukku. Selain pergerakan tangan harus cepat, aku harus bersabar dan cekatan agar lilin panas yang sudah mencair tidak melebar ke bagian luar motif batik yang sudah di gambar sebelumnya. Karena tidak terbiasa, aku meneteskan beberapa lilin ke bagian luar dan membuat corak batik di topeng ku cukup berantakan. Tak apa, mungkin hasilnya tidak akan bagus? Tapi mungkin juga hasilnya akan jauh lebih menarik karena tetesan lilin yang tidak aku sengaja ini. Aku menerka-nerka bagaimana rupa topeng yang kubuat. Setelah proses pembatikan selesai, topeng akan diberikan pewarna dan dijemur selama beberapa jam hingga kering. 

  • Proses pewarnaan batik topeng
  • Membatik Topeng
  • Toko jati Pak Eko
  • lilin untuk membatik

Sambil menunggu hasil batik topeng, kami beranjak ke The Manglung makan untuk makan sore. Selain menikmati sajian sore, di sini aku bisa melihat Kota Yogyakarta dari ketinggian sembari berbincang dengan rombongan trip mengenai kegiatan hari ini. Tak lama kemudian, kami pun beranjak menuju ke penginapan karena hari sudah sore.

Jalan Kaki Sepanjang Malioboro

Hari kedua kegiatan Familiarization Trip berlanjut dengan mengitari salah satu jantung Kota Yogyakarta, yakni kawasan Malioboro dan Benteng Vredeburg. Sebagai orang yang tinggal di Jogja, mengunjungi Malioboro tentu bukan suatu hal yang asing. Cukup sering aku ke sini, apalagi saat ada teman dari luar kota berkunjung. Mereka, kebanyakan, memintaku menemani berkunjung ke sini entah hanya untuk jalan-jalan ataupun belanja untuk oleh-oleh.

Wajah Malioboro yang baru tampak familiar. 

Setelah diajak melihat-lihat teras Malioboro—tempat dimana para pedagang kaki lima yang tadinya berada di wilayah trotoar jalan Malioboro dipindahkan dan ditertibkan—kami kemudian mengunjungi Benteng Vredeburg. 

Ini adalah pengalaman pertamaku mengunjungi Benteng Vredeburg, yang membawa banyak sekali pengetahuan baru mengenai sejarah Indonesia dan khususnya Yogyakarta. Ada banyak diorama yang menggambarkan perjuangan kemerdekaan Indonesia, mulai dari kisah Yogyakarta yang dulunya sempat dijadikan ibu kota Indonesia karena Batavia pada masa itu dikuasai oleh sekutu.

  • benteng vredeburg
  • Diorama Benteng Vredeburg

Selama dua tahun terakhir, semenjak pandemi, aku jarang dan bahkan hampir tidak pernah berinteraksi dengan orang-orang baru. Oleh karenanya, dari perjalanan dua hari tersebut cukup membuatku merasa lelah secara mental. Meski begitu, perjalanan kali ini memberikan aku banyak pengetahuan baru yang membuat aku merasa lebih dekat lagi dengan kota yang baru aku tinggali selama kurang lebih satu tahun kebelakang ini.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Yogyakarta: dari Tebing Breksi, hingga Malioboro appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/yogyakarta-dari-tebing-breksi-hingga-malioboro/feed/ 0 36261
Hik yang Selalu Menjadi Penyaji Hidangan Istimewa Kami https://telusuri.id/hik-solo/ https://telusuri.id/hik-solo/#respond Sun, 16 Oct 2022 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=35453 Hik merupakan penyebutan pada warung sederhana yang dikenal oleh masyarakat sekitar Solo. Begitu sederhana, hanya menggunakan gerobak sebagai tempat menyajikannya hidangan, tempat makan para pengunjung, sekaligus sebagai tempat bakul meramu wedang. Meskipun terdapat berbagai guyonan...

The post Hik yang Selalu Menjadi Penyaji Hidangan Istimewa Kami appeared first on TelusuRI.

]]>
Hik merupakan penyebutan pada warung sederhana yang dikenal oleh masyarakat sekitar Solo. Begitu sederhana, hanya menggunakan gerobak sebagai tempat menyajikannya hidangan, tempat makan para pengunjung, sekaligus sebagai tempat bakul meramu wedang.

Meskipun terdapat berbagai guyonan yang mengatakan kalau istilah hik ini adalah kependekan dari Hidangan Istimewa Keluarga, Hidangan Istimewa Kampung, hingga Hidangan Istimewa Klaten, istilah hik sebenarnya bukan akronim dari beberapa kata. Walau dalam sejarah sang maestro campursari, Didi Kempot pernah menciptakan tembang yang berjudul “HIK” dengan menyematkan lirik “HIK…, H. I. K. Hidangan Istimewa Klaten”, namun bukan berarti dari sinilah asal mula penamaan HIK. 

  • HIK SOLO
  • HIK SOLO

Meski begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa sejarah adanya hik memang tidak jauh-jauh dari Klaten, kabupaten yang dulunya masuk di wilayah Karesidenan Surakarta dan berbatasan langsung dengan DIY. Konon cikal bakal penamaan hik bermula dari Mbah Pairo, seorang warga Klaten yang membuka angkringan sambil memikulnya dan berteriak “hiiik iyeeek” di sekitar Jogja. Oleh karena teriakan Mbah Pairo tersebut,  muncullah nama hik di kalangan masyarakat yang kini masih digunakan oleh warga Surakarta.

Hik menjadi hidangan yang selalu mendapat ruang lebih bagi masyarakat Solo Raya karena menjadi tempat yang pas untuk semua kalangan. Mau dari yang muda sampai yang tua, mereka menjadikan hik sebagai tempat nongkrong yang nggak kalah asik dengan kedai kopi. Kalangan pelajar dan mahasiswa juga menghabiskan waktu luang untuk sekedar ngobrol soal kehidupan masa muda yang penuh lika-liku atau luka karena cinta, maupun diskusi ala akademisi demi kemajuan negara dan bangsa di masa depan di sini.

HIK SOLO
Aneka gorengan di hik/Rosla Tinika S

Berbekal uang 10 ribu saja, kita bisa memanjakan diri dengan nasi kucing dan lauk pauk beserta wedangan favorit di warung hik. Ya gimana, wong sebungkus nasi kucing hanya seharga Rp2.000–Rp3.000, es teh Rp2.000–Rp3.000 (ada juga yang masih Rp1.000/Rp1.500), dan gorengan seperti bakwan, mendoan, tempe gembus, tahu  paling banter Rp2.000 sudah dapat 3 biji (sebelum harga minyak goreng naik, sebelumnya hanya dijual Rp500). Lalu gorengan yang lebih high class seperti sosis atau tahu bakso harganya hanya Rp1.500–Rp2.000. Sangat cocok bagi manusia-manusia, khususnya mahasiswa yang perlu manajemen keuangan dengan baik agar tidak harus puasa siang malam di akhir bulan.

Pengunjung hik berasal dari berbagai kalangan dan usia, dengan latar belakang yang berbeda tersebut, mereka membaur satu sama lain—antara pembeli dan penjual maupun antar pembeli sehingga acap kali beragam wawasan baru hadir di tengah-tengah santap bersama. Ya, di sini pengunjung saling bertegur sapa meski mereka tak saling kenal, tidak seperti ketika kita makan di restoran.

Antara Hik, Angkringan, dan Wedangan 

Belakangan ini, ada sebagian masyarakat yang menyebut hik sebagai angkringan dan wedangan. Penyebutan ini banyak hadir dari luar Solo Raya karena sekilas, hik tampak tak jauh beda dengan angkringan maupun wedangan.

Orang menyebut angkringan karena penjualnya menggunakan angkring sebagai lapak. Begitu pula dengan wedangan. Menu wedang atau minumannya lah yang menjadi highlight bagi para pengunjung.

Meski terlihat sama, hik dan angkringan sejatinya memiliki perbedaan meski tidak terlihat mencolok. Hal ini karena zaman yang semakin berkembang membuat selera dan budaya masyarakat Jogja–Solo saling membaur. 

Sega kucing alias nasi kucing merupakan makanan wajib yang dijajakan baik di hik maupun angkringan. Belum bisa disebut hik maupun angkringan kalau tidak menyediakan nasi kucing sebagai sajian utamanya. Tetapi perlu diketahui, kalau nasi kucing yang dijual di hik dan angkringan punya perbedaan pada lauk pendamping. Lauk nasi kucing di angkringan umumnya terdiri dari sambal teri, sedangkan bandeng dengan sambal tomat menjadi lauk utama nasi kucing yang dijual di hik.

Akan tetapi, karena hik dan angkringan pada zaman sekarang bertebaran di mana-mana dengan pemilik yang berbeda-beda pula, hal ini menjadi berpengaruh terhadap sajian menu yang hadir. Bisa saja, kita menemukan nasi dengan sambal teri di penjual hik, atau sebaliknya. Meski begitu, masyarakat Solo tetap menyebut nasi dengan lauk bandeng dan sambal tomat sebagai nasi kucing.

HIK SOLO
Nongkrong sore di hik Pasar Rakyat Sraten, Sukoharjo/Rosla Tinika S

Selain itu, jika melihat jam operasionalnya juga kita akan menemukan perbedaan. Saat berkeliling di wilayah bekas kekuasaan Mataram, khususnya Solo atau Jogja, kita akan menemukan bahwa warung hik buka dari sore hingga malam. Padahal, hik pada umumnya justru banyak yang—meskipun waktu favorit masyarakat berkunjung ke hik adalah menjelang malam hari.

Lain lagi jika bertandang ke Solo Raya. Warung-warung hik sudah buka sedari pagi. Bahkan di tengah kota, ada hik yang buka selama 24 jam. Namun, jam operasional tersebut bukan pakem resmi, jadi kalau ada angkringan atau hik yang buka hanya saat pagi atau malam saja, ya kembali lagi tergantung dengan penjualnya. Wong mereka mau libur sehari saja juga nggak apa.

Selain itu, sundukan alias lauk sate-satean di hik jauh lebih bervariasi. Ada telur puyuh, usus, ati ayam, keong, bahkan manisan kolang-kaling, dan sebagainya. Antara hik dan angkringan, punya bumbu khas masing-masing untuk lauk jenis ini. Kalau di Solo, sate usus hanya berbumbu pedas, sedangkan di Jogja berasa pedas manis. Namun sekali lagi, hal ini bukan menjadi pakem. Kembali lagi referensi siapa pemilik hik dan angkringan tersebut.

Perbedaan lain, juga nampak pada menu wedang. Di Solo, hik menyajikan teh racikan sendiri. Membuat rasa dan aroma teh menjadi khas. Ada yang rasanya sepat, warna pekat, punya aroma harum, hingga teh dengan rasa pahit yang kuat. Sementara itu, angkringan di Jogja menyajikan kopi jos lengkap dengan arang panas yang dimasukkan ke dalam gelasnya. Kalau kamu pesan kopi jos di hik, pastinya belum tentu kopi jos arang tersaji karena masyarakat Solo tidak familiar dengan sajian satu ini.

Jadi, kamu lebih sering makan di hik atau angkringan?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Hik yang Selalu Menjadi Penyaji Hidangan Istimewa Kami appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/hik-solo/feed/ 0 35453
Selasar Malioboro dan Perjalanan yang Berputar-putar https://telusuri.id/selasar-malioboro-dan-perjalanan-yang-berputar-putar/ https://telusuri.id/selasar-malioboro-dan-perjalanan-yang-berputar-putar/#respond Sat, 17 Sep 2022 02:48:00 +0000 https://telusuri.id/?p=35259 Selepas keluar dari Stasiun Tugu, kaki yang kurang lebih satu seperempat jam berdiri dalam kereta harus sesegera mungkin melangkah ke Kawasan Malioboro. Cuaca semakin terik. Pagi menjelang siang, Yogyakarta kala itu memang cukup menyengat. Orang...

The post Selasar Malioboro dan Perjalanan yang Berputar-putar appeared first on TelusuRI.

]]>
Selepas keluar dari Stasiun Tugu, kaki yang kurang lebih satu seperempat jam berdiri dalam kereta harus sesegera mungkin melangkah ke Kawasan Malioboro. Cuaca semakin terik. Pagi menjelang siang, Yogyakarta kala itu memang cukup menyengat. Orang lalu lalang, banyak yang terlihat sebagai pendatang dan wisatawan. Oksigen rasa-rasanya menipis.

Keluar dari Stasiun Tugu
Keluar dari Stasiun Tugu/Rosla Tinika S

“Kangelan ambegan,” (susah bernafas) ucap salah seorang kawan.

“Rebutan karo wong akeh ngene,” (rebutan [oksigen] sama banyak orang) sahut kawan saya yang lain. 

Mengingat bahwa perbekalan akan segera dingin, bergegaslah kami mencari tempat untuk menikmatinya. Tepat setelah berbelok ke kiri dari pintu keluar stasiun, ada tempat mumpuni untuk sekadar numpang istirahat, malah jauh lebih baik dari ekspektasi kami. Namun, baru berjalan beberapa langkah menuju ke sana, kami menjumpai deretan bangunan dengan warna putih yang lebih nyaman untuk tempat singgah. “Slasar Malioboro,” begitu nama tempat yang tertera pada sebuah pathok informasi jalan berwarna hijau.

Mampir di Slasar Malioboro

Jalan di ujung pedestrian Slasar Malioboro
Jalan di ujung pedestrian Slasar Malioboro/Rosla Tinika S

Kawasan Slasar Malioboro ini mengusung konsep heritage yang menunjukkan Jogja klasik. Perpaduan warna putih gading sepanjang bangunan merepresentasikan Yogyakarta tempo dulu, namun dengan sentuhan modern. Selayaknya arti namanya, Slasar Malioboro merupakan area transisi dari luar menuju Malioboro. Menjadi welcoming area para pengunjung serta sebagai penghubung antara stasiun terbesar di sini. Area yang berada di sebelah utara jantung Kota Yogyakarta ini juga asyik untuk nongkrong.

Sayangnya, karena banyak sekali pengunjung, kami agak kesulitan mendapatkan kursi. Apalagi saat ini banyak pengunjung yang sudah sepuh, jadi kami memprioritaskan kursi untuk mereka. Kami akhirnya duduk di emperan sebuah retail, dengan alas plastik wadah roti yang kami beli di stasiun.

Di sini ada pula Angkringan Kopi Jozz kang tansah kondang kaloka di Jogja, yang kini terlihat lebih estetik dan modern. Tetap eksis dengan setiap sajiannya, lumrah jika banyak pembeli yang sliwar-sliwer.

Slasar Malioboro hadir bersama 18 retail dan 30 UMKM dengan harapan mendongkrak perekonomian masyarakat. Selain itu, segala kebutuhan pengunjung Malioboro utamanya penumpang kereta bisa terpenuhi dengan adanya retail yang ada. Mulai dari makanan, minuman, buah tangan hingga kebutuhan lain. Oleh karenanya, setelah dua orang kawan saya sambat kehausan dan seret saat makan roti, saya anjurkan untuk membeli minuman di salah satu retail minimarket untuk membeli beberapa air mineral. Sementara saya yang sudah membawa botol minum berisi air yang bersumber dari kaki Gunung Lawu memilih menunggunya.

Kawasan yang memiliki luas 1.700 m2 ini memiliki jalur pedestrian dari sebelah timur pintu keluar hingga persimpangan arah Malioboro yang ditandai dengan Loko Coffee Shop Malioboro Yogyakarta. Kafe yang memiliki ikon tulisan Yogyakarta dengan nuansa kuning dan merah.

Sate yang dijajakan di sekitar Slasar Malioboro
Sate yang dijajakan di sekitar Slasar Malioboro/Rosla Tinika S

Trotoar di Slasar Malioboro juga ramai oleh pedagang kaki lima, beragam kuliner khas Yogyakarta pun bisa ditemui di sini. Ada sate, es kunir asem yang rasanya Jogja banget, hingga beragam oleh-oleh seperti bakpia, dodol, geplak, dan wingko babat. Di beberapa pojok area, ada live musik dari pengamen jalanan.

Kawasan yang dibuka pada 1 Maret 2021 lalu ini merupakan wujud program dari PT KAI yang tidak hanya fokus pada layanan transportasi, tapi juga kenyamanan para pelanggan. Upaya tersebut nampak dari adanya Shower Locker, sebuah tempat yang dapat menjadi tempat para penumpang kereta untuk mandi dan menitipkan barang bawaan. Letaknya berada di sisi timur pintu keluar stasiun. Shower Locker menerapkan transaksi non tunai sistemnya canggih yaitu smart locker.

Ngumbara di Kawasan Cagar Budaya Malioboro

Selepas menunggu kawan-kawan menghabiskan roti, kami berjalan ke Malioboro. Pedestrian tak seramai Slasar Malioboro tadi. Sejak adanya relokasi PKL, tidak ada lagi lapak-lapak yang memadati area pejalan kaki. Kebijakan ini dibuat salah satunya dengan tujuan mengembalikan fungsi Kawasan Cagar Budaya Malioboro sebagai lintasan para pejalan kaki. Fasilitas umum untuk teman difabel juga kembali berfungsi sebagaimana mestinya.

Walau terasa lebih lengang, himbauan para petugas keamanan agar para pengunjung menjaga tas, dompet, handphone, dan barang-barang berharga lain dari tindak kriminal tidak luput dari amatan. Dulu, banyak orang menyarankan untuk meletakkan tas di depan dada supaya aman dari copet. Kini, pun masih.

Setelah beberapa menit melangkah, seorang kawan meminta agar kami mampir ke Mall Malioboro, saya turut mengiyakan. Sesuai aturan, sebelum masuk mal, kami harus memindai sertifikat vaksin pada aplikasi PeduliLindungi.

Kami berputar-putar cukup lama di dalam mal untuk mencari headset, barang yang diinginkan kawan saya. Setelah bertanya salah seorang pegawai di mal, headset tersebut ternyata berada di lantai paling bawah. Setelah mencari eskalator turun selama kurang lebih setengah jam, barulah kami bertemu dengan retail yang menjual headset tersebut. Perjalanan yang panjang. Padahal “cuman” headset yang sebenarnya bisa di beli di mana saja.

Keluar dari mal, kami melanjutkan perjalanan dengan menyisir Kawasan Malioboro. Benar saja kata orang, jika Malioboro itu romantis. Romansa di Jogja pun mulai terlihat. Ada beberapa pasang manusia yang sedang kasmaran lalu lalang. Ada pula yang tengah melakukan swafoto lengkap dengan pakaian kejawen, ada pula yang sekadar jalan dan duduk di bangku yang tersedia. Jasa seorang fotografer nampak laris manis di sini.

Malioboro yang terbagi menjadi 5 zona kami susuri dari setiap jengkalnya. Bermula dari Zona 1 yakni sepanjang Grand Inna sampai dengan Mall Malioboro, berlanjut ke Zona 2 yang terbentang Mall Malioboro hingga Mutiara. Kemudian menuju pada Zona 3 yaitu Halte Transjogja 2 ke arah Suryatmajan, lalu ke Zona 4 dari Suryatmajan hingga Pabringan. Dan terakhir di Zona 5 sepanjang Pabringan sampai Titik Nol Kilometer Yogyakarta.

Pedagang es kencur murni
Pedagang es kencur murni/Rosla Tinika S

Pembagian zona ini awalnya bertujuan untuk mengatasi kepadatan wisatawan saat awal pandemi COVID-19. Kini pemerintah kota melengkapi zona-zona tersebut dengan fasilitas swafoto dan tidak ada lagi pendeteksi suhu tubuh  yang tergantung di tangan patung prajurit ikon setiap zona. Akan tetapi, informasi mengenai patung prajurit tersebut masih dapat dibaca jelas oleh pengunjung. Selain itu, pengunjung juga bisa memindai informasi tempat wisata yang tersedia dengan ponsel.

Pada musim liburan seperti sekarang ini, Jogja tampak padat. Bangku-bangku pedestrian penuh terisi, kecuali yang terkena panasnya sorot mentari. Oleh karenanya, para pejalan kaki harus ekstra berhati-hati dengan lalu lalang kendaraan bermotor.

Ada satu hal yang menarik dari alat transportasi di Jogja. Andong-andong di sini dikemudikan seorang kusir yang mengenakan setelan batik lengan panjang lengkap dengan blangkon khas lelaki Jogja. Selain itu, ada pula becak sepeda motor yang sebelumnya jarang ditemui di sini.

Sayangnya keindahan Kawasan Malioboro sedikit banyak terusik oleh sampah-sampah yang berserakan, meski tak jarang setiap sudut tersedia tempat sampah. Plastik bungkus es, kertas bungkus makanan, sedotan nampak awut-awutan bahkan tumpahan es yang terlihat jelas mengotori area pedestrian.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Selasar Malioboro dan Perjalanan yang Berputar-putar appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/selasar-malioboro-dan-perjalanan-yang-berputar-putar/feed/ 0 35259
Karimunjawa: Mulai dari Pabrik Besar, Karang, hingga “Penangkaran” Hiu https://telusuri.id/karimunjawa-mulai-dari-pabrik-besar-karang-hingga-penangkaran-ikan/ https://telusuri.id/karimunjawa-mulai-dari-pabrik-besar-karang-hingga-penangkaran-ikan/#respond Thu, 25 Aug 2022 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=34898 Karimunjawa, sebuah tempat yang memiliki keindahan wisata laut yang indah. Mayoritas topografi pulau ini masih dipenuhi dengan hutan, pemukiman warga pun cenderung berada di satu tempat yang sama, di pesisir pantai dan beberapa menyebar mengikuti...

The post Karimunjawa: Mulai dari Pabrik Besar, Karang, hingga “Penangkaran” Hiu appeared first on TelusuRI.

]]>
Karimunjawa, sebuah tempat yang memiliki keindahan wisata laut yang indah. Mayoritas topografi pulau ini masih dipenuhi dengan hutan, pemukiman warga pun cenderung berada di satu tempat yang sama, di pesisir pantai dan beberapa menyebar mengikuti jalan desa. Seperti layaknya penduduk yang berada di pulau, mayoritas penduduk bermata pencaharian nelayan sedangkan para generasi mudanya cenderung fokus ke arah pariwisata.

Karena sudah lama ingin mengunjungi Karimun, saya memutuskan untuk berkunjung selama tiga hari dua malam. Berangkat dari Yogyakarta dengan jalur darat, perjalanan ini memberikan banyak pengetahuan dan kesadaran baru bagi saya. Ini pertama kalinya saya melewati jalur pantura, melalui banyak pabrik-pabrik industri yang menghasilkan limbah dan polusi.

“Ah, jadi di sini “dosa-dosa” banyak perusahaan besar di Jakarta yang tidak terlihat dibuat, padahal di ibukota perusahaan tersebut membangun image yang baik,” pikirku. Tidak berapa lama dari pabrik-pabrik, saya melewati universitas dan rumah sakit, lalu saya jadi berpikir kembali berapa banyak warga sekitar yang masuk rumah sakit akibat dampak dari polusi yang dihasilkan industri ini dan berapa banyak dari mereka mendapatkan kompensasi yang sesuai. 

Setibanya di Karimunjawa saya disambut oleh Mas Angga, pemandu yang akan menemani saya selama tiga hari ke depan. Mas Angga adalah orang yang ramah dan siap sedia untuk selalu membantu dan menemani berkeliling kemana pun saya mau. Saya beristirahat sebentar untuk membersihkan badan, salat dan makan siang lalu langsung meneruskan jadwal hari pertama untuk snorkeling

Karimun Jawa
Karimunjawa/Azlina Fitri

Kali ini, Pak Dar memandu perjalanan laut saya. Kami berbincang sedikit banyak, beliau bercerita tentang putrinya yang belum lama ini lulus dari jurusan perawat. “Udah lulus, saya nggak mau tahu lagi dia mau kerja di mana,” katanya. Beliau sempat mengeluh sekarang anak-anak muda sulit untuk mencari pekerjaan apalagi selama dua tahun belakangan, kondisi pandemi memperburuk keadaan, maka dari itu ia tidak ingin membebani anaknya untuk bekerja di bidang tertentu. 

Karena jaraknya yang tidak begitu jauh, saya sampai di tempat snorkeling pertama. Ini merupakan pengalaman snorkeling pertama saya, tentunya perlu ada penyesuaian dan ketakutan tersendiri, tapi setelah melihat situasi di bawah laut, saya menjadi lebih tenang dan percaya diri. 

Kondisi terumbu karang di tempat ini masih sehat, berwarna-warni. Cerah sekali. Mungkin karena jarak terumbu karang dengan permukaan laut cukup tinggi sehingga terumbu karang tidak terkena ujung kapal, atau terinjak oleh wisatawan. Kondisi ini berbeda dari spot snorkeling kedua saya. Di sini, terumbu karang banyak yang rusak, terpotong, dan tercecer tidak terurus. Awalnya saya pikir mungkin memang seperti itu kondisinya, tetapi setelah saya konfirmasi ke pemandu di kapal, beliau membenarkan bahwa kondisi terumbu karang di spot kedua memang sudah rusak. Hal ini tentunya sangat disayangkan mengingat terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang menyumbang pasokan blue carbon terbesar untuk bumi. 

Snorkeling Pulau Menjangan Kecil
Snorkeling Pulau Menjangan Kecil/Azlina Fitri

Dari semua spot snorkeling yang saya kunjungi, saya paling suka lokasi snorkeling di Pulau Menjangan Kecil. Selain kondisi terumbu karang yang masih sangat bagus dan sehat,, posisi terumbu karang sangat dekat dengan permukaan air, sehingga tampak jelas keindahannya. Namun, kondisi ini justru mengakibatkan kaki saya beberapa kali tidak sengaja menginjak atau terkena terumbu karang. Kaki saya tergores cukup dalam, terumbu karang agak rusak.

Karena takut “makin merusak” dan memang goresannya terasa sakit, saya memutuskan untuk menjauh dari lokasi yang dekat dengan terumbu karang. Sambil berenang, saya sedikit berbincang dengan pemandu kapal. Ia bilang,  ada beberapa terumbu karang yang disebut terumbu karang api, jika terkena terumbu karang jenis tersebut, luka goresan dapat menyebar ke bagian tubuh disekitarnya. 

Pantai Ujung Gelam - Karimunjawa
Pantai Ujung Gelam, Karimunjawa/Azlina Fitri

Saya juga mengunjungi Pantai Ujung Gelam dan Pulau Cemara Besar. Dua spot di Karimunjawa yang sepertinya tak pernah terlewatkan oleh wisatawan. Pantai Ujung Gelam memiliki keindahan yang sangat luar biasa untuk lokasi sunset, sebagai orang yang tinggal di wilayah kota yang ramai dan stressful, pantai ini bisa membuat suasana hati saya menjadi tenang. 

Melihat matahari yang semakin lama semakin tenggelam sambil ditemani oleh air kelapa dan gorengan yang saya beli dari ibu penjual gorengan, membuat saya ingin berlama-lama atau mungkin tinggal di sini saja. Kalau orang kota tertarik dengan infinity pool di hotel-hotel mewah, Pulau Cemara Besar menawarkan definisi asli dari infinity pool, kedalaman pantai tidak bertambah walau saya sudah berjalan cukup jauh dari pesisir pantai, airnya kurang lebih hanya setinggi pinggang saya. 

Saya juga diajak untuk mengunjungi Pulau Menjangan Besar. Ada sebuah tempat yang terkenal dengan sebutan “penangkaran hiu”. Namanya penangkaran, saya pikir hiu-hiu yang ditangkar sedang dalam rehabilitas atau perlindungan untuk melestarikan populasi hiu tersebut. Namun setelah sampai di lokasi banyak pertanyaan yang muncul, “Apakah betul ini tempat penangkaran?” “Bagaimana bisa pemerintah membiarkan hiu yang ditangkar melakukan interaksi secara langsung dengan manusia?” pikir saya heran. 

Karena penasaran, saya kembali menanyakan hal ini kepada pemandu. Ia menjelaskan bahawa tempat“penangkaran” ini milik perorangan dan para hiu tidak akan dilepas dalam kurun waktu tertentu. 

Saya cukup terkejut dan merenung, “Hal ini seharusnya tidak boleh dilakukan dan dibenarkan, bukan?” Saya juga mendapatkan informasi tambahan dari salah satu penjual baju di Karimunjawa yang aktif menentang perbuatan ini bahwa para hiu diambil dari laut lepas dan diletakan di tempat “penangkaran”. Ia menambahkan bahwa para turis mancanegara biasanya tidak akan di bawa ke tempat penangkaran karena mereka akan marah melihat para hiu yang “dieksploitasi”.

Permasalahan ini sebetulnya sudah pernah ramai di perbincangkan pada tahun 2018 silam, dan tempat penangkaran pun sempat ditutup karena tidak mengantongi izin. Namun entah karena apa dan bagaimana tempat ini sekarang di buka kembali dan beroperasi seperti tidak terjadi apa-apa.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Karimunjawa: Mulai dari Pabrik Besar, Karang, hingga “Penangkaran” Hiu appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/karimunjawa-mulai-dari-pabrik-besar-karang-hingga-penangkaran-ikan/feed/ 0 34898
Cerita dari Kompleks Makam Raja Imogiri https://telusuri.id/kompleks-makam-raja-imogiri/ https://telusuri.id/kompleks-makam-raja-imogiri/#comments Thu, 04 Aug 2022 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=34710 Selain mendapatkan julukan sebagai Kota Pelajar, Daerah Istimewa Yogyakarta juga dikenal dengan sebutan Kota Budaya. Keberagaman budaya yang ada di sini menjadi magnet untuk wisatawan. Tak hanya itu, jejak-jejak sejarah juga menarik untuk ditelusuri. Beberapa...

The post Cerita dari Kompleks Makam Raja Imogiri appeared first on TelusuRI.

]]>
Selain mendapatkan julukan sebagai Kota Pelajar, Daerah Istimewa Yogyakarta juga dikenal dengan sebutan Kota Budaya. Keberagaman budaya yang ada di sini menjadi magnet untuk wisatawan. Tak hanya itu, jejak-jejak sejarah juga menarik untuk ditelusuri. Beberapa di antaranya bahkan menjadi kawasan wisata, riset, dan aktivitas sosial lain.

Sejarah Makam Raja Imogiri

Kompleks Makam Raja Imogiri merupakan kawasan makam raja-raja Mataram Islam yang terletak di perbukitan Imogiri, Bantul. Lokasinya  terletak kurang lebih 20 kilometer ke arah tenggara dari pusat Kota Yogyakarta, tepatnya di wilayah Desa Girirejo dan Desa Wukirsari, Kapanewon/Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, DIY. Saya harus melewati anak tangga yang berjumlah sekitar 409 buah saat mengunjunginya.

Masyarakat Jawa meyakini bahwa gunung atau bukit dapat menyimbolkan status, sekaligus merupakan upaya untuk lebih mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Makam yang didirikan pada masa pemerintahan Sultan Agung tersebut memang diperuntukkan untuk raja dan kerabat kerajaan Mataram Islam beserta keturunannya.

Ada sebuah kisah kenapa Sultan Agung memilih perbukitan Pajimatan Girirejo untuk membangun makam ini. Menurut juru kunci, sewaktu Sultan Agung sedang mencari tanah yang akan digunakan untuk tempat pemakaman khusus sultan dan keluarganya, ia melemparkan segenggam pasir dari Arab. Pasir tersebut dilempar jauh hingga akhirnya mendarat di perbukitan Imogiri. Atas dasar itulah selanjutnya Sultan Agung memutuskan membangun makam di Imogiri. 

Jadwal Kunjung Makam Raja Raja Imogiri
Jadwal kunjungan Kompleks Makam Raja Imogiri/Imam Bashtomi

Imogiri sendiri berasal dari kata hima dan giri. Hima berarti kabut dan giri berarti gunung, sehingga Imogiri bisa diartikan sebagai gunung yang diselimuti kabut. Pada tahun 1632 M, seorang arsitek bernama Kyai Tumenggung Tjitrokoesoemo membangun kawasan makam atas perintah dari Sultan Agung. Selang 13 tahun kemudian pada tahun 1645 Sultan Agung wafat, ia kemudian dimakamkan di Imogiri.

Hingga saat ini makam Sultan Agung sangat dikeramatkan, tidak sembarang orang bisa memasuki makamnya. Ada persyaratan yang harus dipenuhi bila berniat melakukan ziarah pada makam Sultan Agung yakni, para peziarah dilarang menggunakan alas kaki, membawa kamera, memakai perhiasan terutama dari emas, dan harus mengenakan pakaian khas Jawa atau peranakan.

Peziarah laki-laki harus mengenakan pakaian adat Jawa berupa blangkon, beskap, kain, sabuk, timang dan samir. Sedangkan peziarah perempuan harus memakai kemben dan kain panjang, dan untuk yang berhijab harus melepas hijabnya saat masuk ke makam Sultan Agung.

Di area makam dan hutan tersebut secara umum para pengunjung dilarang berbuat tidak sopan, berburu, memotong pohon, mengambil kayu dan mencabut atau merusak tanaman yang ada.

Kita bisa berkunjung pada hari Sabtu-Kamis pada pukul 10.00 hingga pukul 13.00 WIB dan hari Jumat pada pukul 13.00-16.00 WIB. Pada bulan puasa, kawasan makam ditutup selama satu bulan dan buka kembali pada tanggal 1 Syawal.

Ragam Tradisi dan Budaya 

Ada beberapa tradisi sakral yang masih dijalankan di sani yaitu kuthomoro dan nguras enceh. Kuthomoro adalah tradisi keraton mengirim doa di bulan Ruwah. Tradisi kirim doa tersebut ditujukan untuk para leluhur Keraton Yogyakarta yang telah dikebumikan di makam-makam Kagungan Dalem. Tradisi ini sudah ada sejak Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Tradisi nguras enceh dilaksanakan setiap hari Jumat Kliwon pada bulan Sura setelah jamasan pusaka (siraman pusaka) Keraton Yogyakarta—yang dilaksanakan pada setiap hari Selasa Kliwon pada bulan Sura. Nguras enceh yang dilakukan di dalam Komplek Makam Imogiri ini merupakan upacara penggantian (menguras air) di dalam enceh atau tempayan yang berukuran sangat besar, dulunya tempayan ini digunakan oleh Sultan Agung untuk berwudu.

Enceh tersebut sebenarnya adalah cinderamata dari kerajaan-kerajaan sahabat. Jumlahnya 4 buah, masing-masing diperoleh dari empat kerajaan yang berbeda. Enceh tersebut mempunyai nama Kyai Danumaya (dari Kerajaan Aceh), Nyai Danumurti (dari Kerajaan Palembang), Kyai Mendung (dari Kerajaan Rum, Turki), dan Kyai Syiem (dari kerajaan Siam, Thailand).

Enceh Kyai Danumaya
Enceh Kyai Danumaya/Imam Bashtomi

Makam ini terbagi dalam beberapa kompleks pemakaman yang disebut kedaton. Pembangunannya dilakukan secara bertahap. Masing-masing kedaton digunakan untuk memakamkan beberapa raja beserta keluarga terdekatnya. Selain itu karena adanya perjanjian Giyanti yang membagi wilayah kekuasaan Kesultanan Mataram menjadi Yogyakarta dan Surakarta, di makam ini juga dibagi menjadi 3 wilayah.

Pada bagian sebelah barat digunakan untuk memakamkan raja-raja Kasunanan Surakarta beserta keluarga terdekatnya. Pada bagian timur digunakan untuk memakamkan raja-raja Kasultanan Yogyakarta beserta keluarga terdekatnya. Untuk bagian tengah merupakan makam Sultan Agung beserta anak-anaknya. 

Kedaton Sultan Agungan adalah kedaton yang berdiri pertama, berfungsi untuk memakamkan beberapa raja, antara lain: Sultan Agung, Sunan Amangkurat II, dan Sunan Amangkurat III. Sedangkan pada ada Kedaton Bagusan/Kasuwargan, Kedaton Astana Luhur, dan Kedaton Girimulyo yang berisi makam dari keluarga kerjaan Kasunanan Surakarta. Sementara pada Kasunanan Yogyakarta terdapat Kedaton Kasuwargan, Kedaton Besiyaran, dan Kedaton Sapta Rengga.

Fasilitas di Makam raja-raja Imogiri cukup lengkap. Tersedia area parkir yang cukup luas, masjid, musala, toilet umum, pemandu wisata, dan tempat sewa pakaian adat untuk mengunjungi makam. Di sisi jalan menuju makam juga banyak pedagang yang menjual souvenir dan kuliner-kuliner khas Imogiri.

Jadi, kapan mau berkunjung?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Cerita dari Kompleks Makam Raja Imogiri appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/kompleks-makam-raja-imogiri/feed/ 2 34710
Mengobarkan Semangat Inklusivitas lewat ARTJOG 2022 ‘Expanding Awareness’ https://telusuri.id/artjog-2022-expanding-awareness/ https://telusuri.id/artjog-2022-expanding-awareness/#respond Fri, 15 Jul 2022 01:28:00 +0000 https://telusuri.id/?p=34560 Setelah pada tahun sebelumnya diadakan secara daring, ARTJOG kembali hadir pada 7 Juli-4 September 2022 di Jogja National Museum dengan format luring. Tahun ini, ARTJOG menampilkan karya dari 61 seniman individu maupun kelompok lintas generasi...

The post Mengobarkan Semangat Inklusivitas lewat ARTJOG 2022 ‘Expanding Awareness’ appeared first on TelusuRI.

]]>
Setelah pada tahun sebelumnya diadakan secara daring, ARTJOG kembali hadir pada 7 Juli-4 September 2022 di Jogja National Museum dengan format luring. Tahun ini, ARTJOG menampilkan karya dari 61 seniman individu maupun kelompok lintas generasi serta dibarengi berbagai program edukasi lain yang akan diadakan secara rutin selama penyelenggaraan festival berlangsung. 

Acara resmi dibuka pada tanggal 7 Juli 2022 lalu dengan pratinjau media dan tamu undangan, dilanjutkan dengan seremoni pembukaan di sore hari oleh Dolorosa Sinaga. Pembukaan ARTJOG tahun ini dihadiri oleh jajaran pemerintah pusat dan daerah; Bapak Restu Gunawan, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kemendikbud Ristek; Bapak Hafiz Agung Rifai, Koordinator Bidang Strategi dan Promosi, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan, Kemenparekraf; Ibu Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala Kundha Kabudayan DIY; Bapak Singgih Raharjo, Kepala Dinas Pariwisata DIY; sektor swasta, seniman, rekan dan kolega, serta awak media.

Pameran Karya Seni ARTJOG
Hutan Dilipat karya Nasirun yang ditampilkan dalam pameran ‘ArtJog’ di Jogja Nasional Museum, Yogyakarta, 7 Mei 2018 via TEMPO/Yovita Amalia.

Kurator ARTJOG, Agung Hujatnikajennong menjelaskan, “ARTJOG 2022 Expanding Awareness menutup rangkaian festival kami yang sejak 2019 tahun terakhir dibingkai dengan payung tema besar arts-in-common. Seleksi kuratorial dan perancangan program-program edukasinya mencakup spektrum yang selama ini eksis di luar ‘arus utama’ kesenian Indonesia, termasuk seni yang dipraktikkan oleh lingkaran-lingkaran anak-anak, remaja dan komunitas difabel. Kami percaya bahwa melalui kesenian, perluasan kesadaran dimungkinkan terjadi bukan melalui proses yang serba didaktik, linier dan searah, melainkan secara akumulatif dan resiprokal di antara karya-karya seniman dan khalayak, sehingga kesadaran tentang inklusivitas yang kami suarakan juga dapat berdampak meluas, di luar dunia kesenian.”

Selaras dengan hal tersebut, Heri Pemad, Direktur ARTJOG, menyampaikan dalam sambutannya, “Tahun ini, ARTJOG kembali hadir bersama seniman-seniman yang telah loyal bekerja keras menghadirkan karya terbaiknya, untuk menandai zaman dengan karya. Harapan saya, tentu ingin merawat semangat ini, semangat inklusivitas sebagaimana tema ARTJOG sekarang. Tema ‘perluasan kesadaran’ ini dapat menjadi pijakan dalam penyelenggaraan ARTJOG yang akan datang.” 

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta juga turut memberikan sambutannya yang disampaikan oleh Paniradya Pati Keistimewaan DIY Bapak Aris Eko Nugroho, “Saya mengapresiasi diselenggarakannya ARTJOG 2022 yang menyasar keterlibatan anak-anak, seniman dan kawan difabel dalam pagelaran seni. ARTJOG telah menunjukkan komitmennya sesuai Pasal 27 ayat (1) Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia: setiap orang tanpa terkecuali berhak untuk ikut serta dalam kegiatan kebudayaan. Saya berharap, ARTJOG terus dapat mewadahi seniman dan penikmat seni. Saya menyambut baik, mendukung, dan memberikan perhatian khusus atas penyelenggaraan ARTJOG tahun ini.

Pameran ARTJOG (Novrisa Briliantina)
Pameran ARTJOG/Novrisa Briliantina

Di dalam momen pembukaan ARTJOG diumumkan pula seniman yang menerima Young Artist Award ARTJOG MMXII: Arts in Common – Expanding Awareness yang dibacakan oleh seniman Titarubi. Terdapat 12 seniman yang mendapat nominasi Young Artist Award dengan ragam kriteria penjurian seperti eksplorasi medium, cara memaknai peristiwa dan benda-benda, pencarian dan penangguhan identitas diri, tegangan antara subjek dan objek, serta persinggungan dengan berbagai disiplin di luar seni atau praktik “non-seni” yang telah mengubah cara pandang atau klaim-klaim mengenai apa itu “seni”. 

Penilaian pemenang didasarkan pada kesesuaian tema, eksplorasi medium serta kebaruan dalam teknis dan penyajian. Berdasarkan perspektif tersebut, terpilih tiga seniman yang diunggulkan dan dimenangkan sebagai karya terbaik dalam kompetisi. Mereka adalah; Dzikra Afifah (Bandung) dengan karya The Principal within the Hollow – The Bardo – Living Revelation Series; Rizka Azizah Hayati (Yogyakarta) dengan karya Magical Crocodile; dan Timoteus Anggawan Kusno (Yogyakarta) dengan karya Ghost Light. Penjurian Young Artist Award tahun ini dilakukan oleh Hendro Wiyanto, Titarubi, dan tim kurator ARTJOG MMXXII.

Akhirnya, Dolorosa Sinaga, perwakilan seniman ARTJOG tahun ini memberikan sambutan sekaligus membuka ARTJOG MMXXII: Arts in Common Expanding Awareness dengan menyampaikan, “Tema tahun ini, tidak bisa hanya diterjemahkan sebagai ‘perluasan kesadaran’, tetapi harus diartikan sebagai ‘perluasan kepedulian’. Setelah kita mengalami pandemi Covid, kita di satu sisi merasakan kesesakkan karena banyak hal, tapi di sisi lain kita menjadi sadar pada nilai solidaritas. Di momen ini, saya meyakini ARTJOG sebagai institusi seni yang memberi dampak sosial yang begitu masif. Membuat kita perlu meyakini dan memegang teguh keyakinan bahwa: seni harus menjadi garda depan perubahan.”

ARTJOG diselenggarakan secara luring dengan menerapkan protokol kesehatan. Sebelum berkunjung, pengunjung diharap telah memenuhi syarat yakni:

1) Berada dalam kondisi sehat dan telah melaksanakan vaksin minimal dua kali untuk dewasa dan satu kali untuk anak usia 6-12 tahun; 

2) wajib mematuhi protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, mencuci tangan sebelum masuk galeri, dan menjaga jarak dengan pengunjung lain; 

3) Menggunakan aplikasi Peduli Lindungi saat akan masuk ke ruang galeri ARTJOG MMXXII. Pameran akan dibuka setiap hari pada pukul 10.00-21.00 WIB dan tiket bisa didapatkan langsung di lokasi.

Pameran berdurasi lebih dari delapan minggu ini mencakup beberapa program terjadwal seperti: Exhibition Tour, Meet the Artist, Weekly Performance, dan Lokakarya. Informasi rinci mengenai cara berkunjung dan jadwal kegiatan dapat diakses melalui website www.artjog.id dan semua kanal media sosial ARTJOG.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Mengobarkan Semangat Inklusivitas lewat ARTJOG 2022 ‘Expanding Awareness’ appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/artjog-2022-expanding-awareness/feed/ 0 34560
PSBK Art Week: Kolaborasi Indonesia – Belanda dalam Presentasi Tari Kolaboratif ‘Tjampoer’ https://telusuri.id/psbk-art-week-tjampoer/ https://telusuri.id/psbk-art-week-tjampoer/#respond Wed, 22 Jun 2022 11:48:10 +0000 https://telusuri.id/?p=34114 Sebagai bentuk representasi tari Indonesia dan pertemuan budaya lintas negara, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) kembali bekerja sama dengan Erasmus Huis dalam sebuah program berjudul Dance Collaboration Residency yang akan dilaksanakan di Yogyakarta. Program residensi...

The post PSBK Art Week: Kolaborasi Indonesia – Belanda dalam Presentasi Tari Kolaboratif ‘Tjampoer’ appeared first on TelusuRI.

]]>
Sebagai bentuk representasi tari Indonesia dan pertemuan budaya lintas negara, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) kembali bekerja sama dengan Erasmus Huis dalam sebuah program berjudul Dance Collaboration Residency yang akan dilaksanakan di Yogyakarta. Program residensi ini akan mempertemukan kelompok tari Danstheater asal Belanda dan Maharani Dance asal Indonesia. Acara ini juga akan menjadi ajang pertemuan para seniman seperti Louise Lucie Maria Bloemen (koreografer), Ali Zanad (penari), Rosanne Dominique Bakker (penari), Hans Adriaan Vermunt (musisi), Maharani Ayuk Listyaningrum (koreografer), Shakira Diva Dovendra (penari), Fachry Destyanto Matlawa (penari), dan Galih Nagaseno (musisi).

Kerja sama profesional antara PSBK dan Erasmus Huis terjalin semenjak Culture Development Program pada medio 2008-2011, yang memungkinkan pengembangan profesional seniman serta modul edukasi seni, serta beberapa program presentasi seni yang inklusif di panggung PSBK. Program Dance Collaboration Residency kali ini mewadahi konektivitas budaya melalui pertukaran artistik yang menjunjung tinggi pembelajaran bersama, tidak hanya bagi seniman tetapi juga bagi masyarakat. 

Erasmus Huis - PSBK Dance Collaboration Residency Media PSBK
Erasmus Huis – PSBK Dance Collaboration Residency Media PSBK

“Pertukaran budaya ini merupakan cara yang lebih baik untuk mengkoneksikan orang-orang. Karena ketika satu budaya bertemu dengan lainnya, hal-hal menarik terjadi. Tentu saja kita memiliki latar belakang yang berbeda. Belanda dan Indonesia memiliki masa lalu yang besar sekali, baik yang bagus maupun tidak bagus. Saya rasa kita dapat belajar dari masa lalu. Ketika kita dapat saling mengenal satu sama lain, kita dapat membangun masa depan yang baru. Saya harap Erasmus Huis dan PSBK dapat bekerja sama lebih lanjut pada program residensi seniman di masa yang akan datang. Ini adalah cara yang sangat bagus untuk mengkoneksikan orang.” – Yolande Melsert, Head Culture & Communication, Director of Erasmus Huis. 

“Kami sangat senang bahwa PSBK dapat memfasilitasi pertemuan kreatif penting antara seniman internasional dan lokal Indonesia yang menjunjung tinggi pembelajaran. Inti dari segala bentuk pertukaran artistik adalah konektivitas budaya yang memelihara tujuan hidup maupun profesional. PSBK menghargai kolaborasi yang benar-benar sesuai dengan misi bersama dan yang terbuka untuk saling menggali, memahami dan menginspirasi.” – Jeannie Park, Direktur Eksekutif Yayasan PSBK.

Presentasi tari kolaboratif: Tjampoer 

Residensi yang berlangsung selama sebulan ini memuat proses kolaborasi dan eksplorasi artistik diantara para seniman yang terlibat maupun penjelajahan mereka di sekitar tempat residensinya di Yogyakarta. Pada puncak program residensi ini, para seniman mempersembahkan sebuah presentasi tari kolaboratif berjudul ‘Tjampoer’ arahan koreografer Wies Bloemen (Belanda) dan Maharani Ayuk Listyaningrum (Indonesia). “Kami berusaha untuk memahami apa kepribadian kami di proyek ini dan mengetahui identitas masing-masing.” Maharani Ayuk Listyaningrum, koreografer Maharani Dance. “Orang-orang berbagi cerita hidupnya; hubungannya menjadi dalam ketika dapat mengekspresikan perasaan di dalamnya ke orang lain. Tentu saja kemudian bagaimana kita menarikannya, itulah yang kami berusaha tangkap.” Wies Bloemen, koreografer Danstheater AYA. Kolaborasi ini akan ditampilkan di dua tempat yaitu Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) Yogyakarta pada 23 Juni 2022 dan di Erasmus Huis Jakarta pada 28 Juni 2022.

Erasmus Huis - PSBK Dance Collaboration Residency Media PSBK

We are working together for a period of 1 month to find a form for the things that are happening, while at the same time sharing our lives and making discoveries about each other. We are making duets about getting to know each other -what makes us curious and what we want to know about each other (Indonesia-Holland). We are making dances from traditional dance material and taking it to another level. 

We are finding out what is typical of Indonesia and typical of Holland. So, we made a techno dance. We shared stories about our losses in life, our doubts and our dreams, and we made scenes to reflect this. We are investigating the concept of power. What is power? How does it feel and how can you dance ‘it’? 

The power of an Indonesian person may be different from the power a Dutch person. We are researching different forms of rituals from different religions and faiths. And making a dance with flowers from that. We are also looking at the comical, absurd, and painful images that we acquired from Colonialism – and formulating them into dance. 

Wies Bloemen & Maharani Ayuk Listyaningrum.

Acara dapat disaksikan pada Kamis, 23 Juni 2022 Pukul 19:30 WIB Di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK), Yogyakarta dan Selasa, 28 Juni 2022 Pukul 19:30 WIB Di Erasmus Huis, Jakarta dengan melakukan reservasi pada: www.psbk.or.id. Untuk info lebih lengkap mengenai PSBK dapat diakses melalui www.psbk.or.id, untuk Erasmus Huis dapat diakses melalui www.netherlandsandyou.nl/erasmushuis, untuk Danstheater AYA dapat diakses melalui www.aya.nl, dan untuk profil seniman yang terlibat pada pementasan ini dapat diakses melalui bit.ly/tjampoer.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post PSBK Art Week: Kolaborasi Indonesia – Belanda dalam Presentasi Tari Kolaboratif ‘Tjampoer’ appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/psbk-art-week-tjampoer/feed/ 0 34114
3 Tempat Ngabuburit Asyik di Jogja https://telusuri.id/kampung-ramadan-jogokaryan/ https://telusuri.id/kampung-ramadan-jogokaryan/#respond Thu, 14 Apr 2022 04:00:00 +0000 http://telusuri.org/dev/?p=441 1. Kampung Ramadan Jogokaryan Terletak dekat Krapyak yang merupakan kawasan santri, setiap Ramadan Kampung Jogokaryan selalu dipenuhi oleh para penjual ta’jil yang menjajakan makanan dan minuman di kanan-kiri jalan. Biasanya Kampung Ramadan Jogokaryan sudah mulai...

The post 3 Tempat Ngabuburit Asyik di Jogja appeared first on TelusuRI.

]]>
1. Kampung Ramadan Jogokaryan

Terletak dekat Krapyak yang merupakan kawasan santri, setiap Ramadan Kampung Jogokaryan selalu dipenuhi oleh para penjual ta’jil yang menjajakan makanan dan minuman di kanan-kiri jalan. Biasanya Kampung Ramadan Jogokaryan sudah mulai semarak sekitar pukul 3 sore dan keramaiannya akan memuncak menjelang berbuka puasa.

Kalau lagi bokek, kamu tinggal mampir ke Masjid Jogokariyan yang tiap hari selalu menyediakan hidangan berbuka puasa gratis. Kamu pasti tahu, semua yang gratis akan selalu banyak peminatnya. Maka supaya kamu nggak kehabisan takjil, datanglah lebih awal dan ikut pengajian sore. Lumayan, sekali mendayung dua-tiga pulau terlampaui. Kamu dapat ta’jil dengan bonus siraman rohani.

Kampung Ramadan Jogokaryan
Kampung Ramadan Jogokaryan/ardiankusuma

2. Pasar Sore Ramadan Kauman

Di bulan-bulan biasa, Pasar Sore Ramadan Kauman hanyalah gang kecil dengan rumah-rumah tua. Sekilas, suasananya mirip gang-gang di Kotagede. Tapi setiap sore di bulan puasa gang kecil itu menjadi riuh, penuh oleh para pedagang dan pembeli yang melakukan transaksi makanan dan minuman khas bulan puasa.

Karena sebagian besar pedagang di Kauman adalah pedagang musiman (warga setempat yang iseng berjualan untuk mencari uang tambahan) harga makanan di sini memang lumayan mahal jika dibandingkan dengan lapak-lapak di pinggir jalan. Tapi sebenarnya yang dijual di sini bukan makanan dan minuman, melainkan suasana: gang kecil, bangunan-bangunan tua, orang-orang yang lalu lalang… Nggak rugi deh main ke sini pas bulan puasa.

3. UGM

Dari zaman jebot, setiap bulan puasa wilayah sekitar UGM pasti akan dipenuhi oleh pedagang-pedagang kagetan. Tahun ini pasar kaget itu dipusatkan di sekitar Jalan Lingkar UGM yang baru rampung sekitar setengah tahun yang lalu, yang terletak di antara UGM dan UNY. Sebelumnya pasar kaget ini berada di wilayah Lembah, di sebelah timur Fakultas Filsafat, Hukum, Pertanian, Masjid kampus, dan D3 Ekonomi.

Dua hidangan yang paling banyak dijual di sini adalah pisang ijo dan sup buah. Namun akhir-akhir ini mulai banyak yang berinovasi dan berani untuk menjual makanan-makanan asing seperti sosis dan zuppa sup. Pasar kaget ini dari dulu adalah ladang bagi para mahasiswa untuk mencari uang jajan tambahan. Jadi, mau coba yang mana dulu?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post 3 Tempat Ngabuburit Asyik di Jogja appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/kampung-ramadan-jogokaryan/feed/ 0 441
Berkunjung ke Museum Dewantara Kirti Griya https://telusuri.id/berkunjung-ke-museum-dewantara-kirti-griya/ https://telusuri.id/berkunjung-ke-museum-dewantara-kirti-griya/#respond Sun, 12 Dec 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=30869 Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 di Pakualaman. Ia merupakan cucu Pangeran Paku Alam III. Namanya tentu tak asing, ia menjadi Menteri Pendidikan pertama...

The post Berkunjung ke Museum Dewantara Kirti Griya appeared first on TelusuRI.

]]>
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 di Pakualaman. Ia merupakan cucu Pangeran Paku Alam III. Namanya tentu tak asing, ia menjadi Menteri Pendidikan pertama di Indonesia dan mendapatkan gelar pahlawan nasional. Untuk mengenang jasa dan perjuangannya, kita bisa berkunjung ke Museum Dewantara Kirti Griya.

Pengunjung Mematuhi Protokol Kesehatan saat Pandemi
Pengunjung mematuhi protokol kesehatan saat pandemi/Imam Basthomi

Sejarah Singkat Museum Dewantara Kirti Griya

Museum Dewantara Kirti Griya (MDKG) merupakan museum memorial, berupa tempat atau rumah bekas kediaman seorang tokoh yang patut diabadikan dalam sejarah bangsa. Di dalam museum ini disajikan gambaran riwayat hidup dan sejarah perjuangan Ki Hajar Dewantara sebagai  bapak  pendidikan  dan pahlawan nasional Indonesia. 

MDKG dahulunya adalah rumah Ki Hajar dan keluarganya. Rumah tersebut dihuni sejak tanggal 16 November 1938, bertepatan dengan diresmikannya Pendapa Agung Tamansiswa (Monumen Persatuan Tamansiswa). Bangunan rumah tersebut bergaya Hindia—Belanda klasik.

Rumah ini menempati tanah yang dibeli atas nama Ki Hajar Dewantara, Ki Sudarminto, Ki Supratolo dari Mas Adjeng Ramsinah pada tanggal 14 Agustus 1935. Pada tanggal 18 Desember 1951, kepemilikan tanah dan bangunan tersebut dihibahkan kepada Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa.

Pada tanggal 3 November 1957, Ki Hajar pindah ke rumah yang diberikan para alumni dan pecinta Tamansiswa di Jl. Kusumanegara 131, Yogyakarta. Pada tahun 1958, Ki Hajar mengajukan permintaan kepada sidang Pamong Tamansiswa agar rumah bekas tempat tinggalnya yang berada dijadikan museum. Setelah Ki Hajar wafat pada tahun 1959, mulai tahun 1960, Tamansiswa berusaha untuk mewujudkan gagasan almarhum.

Setelah melewati beberapa proses, Museum Dewantara Kirti Griya diresmikan pada 2 Mei 1970. Hal itu bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Kata Dewantara diambil dari nama Ki Hajar Dewantara sedangkan Kirti berarti “pekerjaan”, dan Griya berarti “rumah”. Dengan demikian arti lengkapnya adalah Rumah yang berisi hasil kerja Ki Hajar Dewantara.

Alamat, Jam Kunjung Museum, dan Harga Tiket

Museum Dewantara Kirti Griya (MDKG) berlokasikan di Jalan Tamansiswa No. 31 Yogyakarta Kompleks Majelis Luhur Tamansiswa. Museum ini buka setiap hari Senin—Sabtu. Pada hari Sabtu—Kamis MDKG buka pada pukul 08.00—13.00 WIB dan pada hari Jumat MDKG buka pada pukul 08.00—11.00 WIB. MDKG tutup setiap hari Minggu dan hari besar (hari libur nasional).

Ketika pandemi seperti sekarang ini, MDKG menerima kunjungan dengan menerapkan protokol kesehatan dan dengan melakukan jumlah pembatasan pengunjung. Jumlah pengunjung maksimal 25 orang. MDKG saat pandemi juga melayani kunjungan ke museum secara virtual apabila ada pemberitahuan atau permintaan sebelumnya.

Edukator Museum Menjelaskan Koleksi Museum
Edukator menjelaskan koleksi museum/Imam Basthomi

Tiket masuk di MDKG yakni sukarela, namun jika menggunakan jasa edukator maka akan dikenai biaya Rp5000/orang. MDKG juga memiliki varian harga yang berbeda untuk yang memesan Program Paket Kunjungan. Untuk Paket A dikenai biaya Rp1000/orang, Paket B dikenai biaya Rp15.000/orang, Paket C dikenai biaya Rp35.000/orang, Paket D dikenai biaya Rp50.000/orang. Masing-masing paket menawarkan program dan fasilitas yang berbeda-beda.

Koleksi Museum Dewantara Kirti Griya

Jumlah koleksi Museum Dewantara sebanyak 3.257 buah yang terdiri dari koleksi historika (sebanyak 1.207) dan koleksi filologika (sebanyak 2.050). Dua jenis koleksi tersebut terbagi menjadi 3 hal yakni: 1) Bangunan, berupa rumah bekas tempat tinggal Ki Hajar Dewantara dan Pendapa Agung Tamansiswa; 2) Koleksi Realia, yakni koleksi berupa benda-benda yang berhubungan dengan Ki Hajar yang memiliki peran dalam peristiwa sejarah seperti naskah, perabotan, pakaian, alat-alat kerja, dan arsip; 3) Koleksi lainnya berupa foto, benda pecah belah, surat kabar, dan buku-buku.

Standing Banner Ki hajar di Museum
Standing banner Ki Hajar di museum/Imam Basthomi

Fasilitas dan Program Museum Dewantara Kirti Griya

Tata pameran di Museum Dewantara Kirti Griya dibagi menjadi enam ruangan. Keenam ruangan tersebut menggambarkan perjuangan Ki Hajar dari awal hingga akhir hayatnya. 

Ruang Pamer 1 merupakan ruang khusus milik Ki Hajar Dewantara. Di sana terdapat terdapat benda-benda yang pernah dimiliki dan digunakan olehnya. Ruang Pamer 2 berada tepat di bagian depan museum. Ruangan ini merupakan keluarga milik Ki Hajar Dewantara. Di dalamnya tersimpan koleksi berupa foto-foto dokumentasi, kursi goyang, lemari, jam, koleksi souvenir, dan lambang Tamansiswa.

Ruang Pamer 3 berada di sebelah kanan ruang keluarga. Ruangan ini dahulu merupakan ruang tamu. Di  ruangan  ini  terdapat  berbagai  benda peninggalan seperti meja kursi tamu, telepon, foto  dokumentasi, dan patung Ki Hajar Dewantara.

Sedangkan di Ruang Pamer 4, yang berada di sebelah kanan ruang tamu, dahulu dipakai sebagai ruang kerja. Di ruangan ini terdapat piano, meja kerja, foto dokumentasi, kumpulan buku, radio, piagam penghargaan, dan bendera Tamansiswa.

Ruang Pamer 5 dan Ruang Pamer 6 merupakan kamar tidur Ki Hajar Dewantara beserta keluarganya. Di Ruang Pamer 5 terdapat koleksi museum berupa meja rias Nyi  Hajar, foto Nyi Hajar, koleksi kebaya, dan kain Nyi Hajar beserta keluarga, serta perlengkapan Ki Hajar Dewantara beserta istrinya. Di Ruang Pamer 6 tersimpan lemari  pakaian,  foto  Ki  Hajar  Dewantara  beserta istri dan anaknya, tempat tidur, dan gamelan Tamansiswa.

Museum Dewantara Kirti Griya juga dilengkapi fasilitas-fasilitas penunjang lainnya seperti toilet, mushola, tempat parkir, dan perpustakaan. Perpustakaan Museum Dewantara Kirti Griya memiliki banyak koleksi yang bermanfaat. Koleksi unggulannya adalah koleksi langka yang terdiri atas koleksi majalah Pusara, manuskrip, dan lainnya. Museum Dewantara Kirti Griya juga menyediakan souvenir untuk dijadikan kenang-kenangan bagi para pengunjung. 

Museum Dewantara memiliki program-program unggulan yang digunakan untuk menarik para pengunjung. Dalam menjalankan program tersebut pihak pengelola museum bekerja sama dan berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti Komunitas Cakra Dewantara dan Majelis Luhur Tamansiswa. Beberapa programnya adalah kegiatan Paket Kunjungan (Paket A-D), Virtual Tour, Diskusi Daring, Pamong Pelopor Sariswara, dan Pekan Dewantara. 


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu
!

The post Berkunjung ke Museum Dewantara Kirti Griya appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/berkunjung-ke-museum-dewantara-kirti-griya/feed/ 0 30869