joglosemar Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/joglosemar/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Wed, 06 Dec 2023 05:17:47 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 joglosemar Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/joglosemar/ 32 32 135956295 Kuliner Sate Terlezat Joglosemar: Sate Sapi Semarang (3) https://telusuri.id/kuliner-sate-terlezat-joglosemar-sate-sapi-semarang-3/ https://telusuri.id/kuliner-sate-terlezat-joglosemar-sate-sapi-semarang-3/#respond Wed, 10 May 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=38606 Semarang juga sangat kaya khazanah kuliner. Beberapa kuliner ikonis akan muncul di benak ketika menyebut kota yang pernah berjuluk “Venesia dari Timur” itu: lumpia, wingko babat, soto bangkong, mi kopyok, tahu bakso, dan tahu gimbal....

The post Kuliner Sate Terlezat Joglosemar: Sate Sapi Semarang (3) appeared first on TelusuRI.

]]>
Semarang juga sangat kaya khazanah kuliner. Beberapa kuliner ikonis akan muncul di benak ketika menyebut kota yang pernah berjuluk “Venesia dari Timur” itu: lumpia, wingko babat, soto bangkong, mi kopyok, tahu bakso, dan tahu gimbal.

Bila menyelisik lebih jauh, masih banyak lagi kuliner legendaris di Semarang. Salah satunya adalah Sate Sapi Pak Kempleng. Lokasinya memang bukan di jantung kota Semarang, melainkan berada di Ungaran, ibu kota Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Meski hanya kota kecil, lokasi Ungaran strategis karena berada di jalan utama Kota Semarang ke Solo dan Yogyakarta atau sebaliknya. Daerah yang terletak di kaki Gunung Ungaran ini populer dengan julukan “Kota Seribu Rumah Makan”. Banyak rumah makan yang menawarkan beragam menu bagi pejalan. Sate Sapi Pak Kempleng, menurut saya, termasuk yang paling menonjol karena sudah teruji oleh waktu.

Rumah Makan Sate Sapi Pak Kempleng 3 di Jalan Diponegoro 180, Ungaran
Rumah Makan Sate Sapi Pak Kempleng 3 di Jalan Diponegoro 180, Ungaran/Badiatul Muchlisin Asti

Asal Usul Nama “Kempleng”

Di kalangan penggemar satenya, setidaknya terdapat dua versi asal usul nama “Kempleng”. Versi pertama berasal dari kebiasaan Pak Sakimin, sang pendiri, memiringkan kepala (kempleng) saat jualan sate sapi dengan berkeliling di sekitar alun-alun Ungaran. Istilah itulah yang akhirnya melekat pada Pak Sakimin, yang di kemudian hari menjadi nama keberuntungan untuk usahanya. Termasuk mewariskannya ke anak-anak dan keturunannya.

Versi kedua mengacu pada cita rasa sajian satenya, yakni “sega ngampleng”. Istilah ini bermakna nasi dengan potongan daging sapi yang dibakar, dan rasanya seperti ngampleng (menampar) mulut saking lezatnya. 

Konon para pelanggan dari etnis Tionghoa susah melafalkan kata “ngampleng”. Mereka menyebutnya dengan kempleng”, yang berlanjut menjadi julukan Pak Sakimin.

Dua versi yang berkembang tersebut biasa menjadi bumbu cerita penghangat obrolan. Umumnya para penikmat sate Pak Kempleng tidak terlalu peduli. Mereka lebih tertarik dengan cita rasa sate sapi Pak Kempleng yang memang istimewa.

Seporsi sate sapi Pak Kempleng
Seporsi sate sapi Pak Kempleng/Badiatul Muchlisin Asti

Perkembangan Bisnis Sate Sapi Pak Kempleng

Pak Sakimin memulai usaha sate pada tahun 1946. Di masa-masa setelah kemerdekaan Republik Indonesia itu, Pak Sakimin menjajakan satenya secara berkeliling menggunakan pikulan. Ia berjualan malam hari di sekitar kota Ungaran.

Setiap malam, Pak Sakimin alias Pak Kempleng keluar masuk gang di sudut-sudut kota. Alun-alun Ungaran biasanya menjadi akhir perjalanannya. Rutinitas itu Pak Sakimin lakukan dengan tekun hingga akhir hayatnya pada 1972. 

Sepeninggal Pak Sakimin, hampir saja tidak ada generasi penerus yang melanjutkan usaha satenya. Padahal ketika itu nama “Sate Sapi Pak Kempleng” sudah cukup kondang. 

Beruntung akhirnya Sumorejo, salah seorang anak Pak Sakimin, mau meneruskan usaha sang ayah. Bermodal nama besar Pak Kempleng, Sumorejo jualan sate sapi secara berkeliling seperti ayahnya biasa lakukan. 

Kehadiran kembali Sate Sapi Pak Kempleng menjadi penawar rindu para penggemarnya, yang merasa kehilangan sejak Pak Sakimin wafat. Banyaknya pelanggan menjadikan usaha Sumorejo relatif lebih mudah dan tidak mendapatkan kendala berarti. Kelezatannya pun terjaga sehingga memiliki banyak pelanggan dari berbagai kalangan, termasuk etnis Tionghoa.

Pada tahun 1986, Sumorejo mampu menyewa sebidang lahan di pinggir jalan raya Ungaran untuk membuka warung sate. Saat ini generasi penerus sate sapi Pak Kempleng, meliputi anak-anak dan keponakannya, membuka rumah makan dengan nama Sate Sapi Pak Kempleng 1, 2, 3, 4, dan seterusnya. Semuanya berlokasi di ruas jalan yang sama.

Seorang pengunjung bersiap menyantap sate sapi Pak Kempleng pesanannya
Seorang pengunjung bersiap menyantap sate sapi Pak Kempleng pesanannya/Badiatul Muchlisin Asti

Cita Rasa Khas Sate Sapi Pak Kempleng 

Berbeda dengan sate klathak Yogyakarta dan sate buntel Solo yang anti mainstream, sate sapi racikan Pak Kempleng merupakan prototipe sate pada umumnya. Berupa potongan daging yang ditusuk sujen lalu dibakar. Namun, ketiganya sama-sama enak.

Sate sapi di warung Pak Kempleng bercita rasa manis yang agak mirip sate maranggi di Purwakarta dan Cianjur, Jawa Barat. Formula bumbunya mengandung gula aren dan bahan rempah lainnya. Ciri khas sate sapi di sini adalah proses pembuatannya, yaitu dengan cara merendam potongan daging terlebih dahulu dalam bumbu marinasi agak lama, sehingga dagingnya empuk dengan bumbu yang meresap. 

Saya sudah beberapa kali menyantap sate sapi Pak Kempleng sejak tahun 2016, ketika beberapa kali agenda lawatan ke Ungaran. Sejak awal mencicipi, saya langsung terpikat dengan kelezatannya. Maka setiap kali ke Ungaran, hampir pasti saya tidak akan melewatkan kesempatan mampir ke warung Pak Kempleng. 

Keistimewaan sate sapi Pak Kempleng adalah potongan dagingnya relatif besar, tetapi tetap empuk. Tingkat kematangannya medium well, yang membuat daging terasa kenyal dan juicy

Penyajian sate sapi Pak Kempleng umumnya bersamaan dengan saus kacang, irisan lombok dan bawang merah yang ditempatkan terpisah. Bumbu tambahan tersebut tidak langsung kita siramkan pada sate. Namun, karena sate sapinya sudah dibumbui sebelum dibakar, sebenarnya tanpa saus kacang pun rasanya sudah sangat lezat.

Selain daging, sate sapi Pak Kempleng juga memakai jeroan sapi, seperti babat, usus, dan paru. Namun, satu tusuk berisi satu jenis jeroan dan tidak bercampur. Satu porsi sate sapi Pak Kempleng sebanyak 10 tusuk bisa kita nikmati dengan sepiring nasi atau lontong sesuai selera.

Dalam peta kuliner Nusantara, sate sapi Pak Kempleng termasuk yang paling mendapat sorotan. Bango dalam buku 80 Warisan Kuliner Nusantara (2008) merekomendasikan Sate Sapi Pak Kempleng untuk kategori sate sapi manis.

Alamat: Jalan Diponegoro No. 180, Genuk, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang (klik di sini untuk membuka peta)
Jam buka: 09.00-21.00 WIB


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Kuliner Sate Terlezat Joglosemar: Sate Sapi Semarang (3) appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/kuliner-sate-terlezat-joglosemar-sate-sapi-semarang-3/feed/ 0 38606
Kuliner Sate Terlezat Joglosemar: Sate Buntel Solo (2) https://telusuri.id/kuliner-sate-terlezat-joglosemar-sate-buntel-solo-2/ https://telusuri.id/kuliner-sate-terlezat-joglosemar-sate-buntel-solo-2/#respond Tue, 09 May 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=38601 Seperti Yogyakarta, Solo juga merupakan pusat kebudayaan Jawa. Kota ini kaya potensi wisata, mulai dari sejarah, budaya, dan tak terkecuali kuliner. Banyak kuliner khas yang bisa kita jumpai di kota yang secara administratif bernama Surakarta...

The post Kuliner Sate Terlezat Joglosemar: Sate Buntel Solo (2) appeared first on TelusuRI.

]]>
Seperti Yogyakarta, Solo juga merupakan pusat kebudayaan Jawa. Kota ini kaya potensi wisata, mulai dari sejarah, budaya, dan tak terkecuali kuliner. Banyak kuliner khas yang bisa kita jumpai di kota yang secara administratif bernama Surakarta itu. Pada 2022 lalu, misalnya, Forum Budaya Mataram (FBM) mengukuhkan Solo sebagai “Kota Liwet”, karena memang masyhur dengan kuliner nasi liwetnya.

Setahun sebelumnya, terdapat enam kuliner khas Solo yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Keenam kuliner itu adalah timlo, serabi Notosuman, HIK, roti kecik, sate kere, dan sate buntel.

Khusus dua sate legendaris yang terakhir disebut, saya lebih memilih sate buntel. Tanpa bermaksud menafikan kelezatan sate kere, bagi saya sate buntel istimewa. Bukan kebetulan jika sate buntel masuk ke dalam daftar 80 Warisan Kuliner Nusantara versi Bango (2008) dan 100 Mak Nyus Makanan Tradisional Indonesia versi mendiang Bondan Winarno (2013).

Sate buntel khas Solo (Indonesia Kaya)
Sate buntel khas Solo/Indonesia Kaya

Asal Usul Sate Buntel Khas Solo

Secara historis, sosok yang pertama kali mengkreasi sate buntel adalah Lim Hwa Youe. Seorang etnis Tionghoa yang telah menetap di Solo itu membuat sate buntel pada tahun 1948.

Ide dasarnya adalah memanfaatkan bagian daging yang keras dan banyak terdapat pada kambing. Agar daging yang keras itu tetap dapat dinikmati, Lim Hwa Youe mencacah lembut daging tersebut dan menghilangkan semua ototnya. Hasilnya adalah sebuah inovasi sate kambing yang bertekstur empuk dan tidak prengus.

Sate kambing kreasi Lim Hwa Youe itu kemudian terkenal dengan nama sate buntel. Kata “buntel” dalam bahasa Jawa berarti “bungkus”, merujuk pada pembungkusan cacahan daging dengan lembaran lemak tipis dan selanjutnya dibakar. 

Beberapa waktu kemudian sejumlah pelaku usaha kuliner mengadaptasi sate buntel bikinan Lim Hwa Youe itu. Saat ini banyak kita jumpai warung makan yang menyuguhkan menu spesial sate buntel. Bahkan di luar Solo. Sampai sekarang, boleh dibilang kalau sate buntel adalah permata kuliner nusantara asal Solo yang memiliki bentuk dan penampilan menarik. 

Keunikan Sate Buntel Khas Solo

Bila Yogyakarta punya sate klathak, maka Solo punya sate buntel. Sama-sama sate berbahan daging kambing yang unik, khas, dan tak biasa. Sebagaimana sate klathak, sate buntel memiliki spesifikasi tersendiri dari aspek penampilan, teknik pembuatan, dan bumbu.

Penyajian sate buntel bukan dalam bentuk potongan daging yang ditusuk sujen, melainkan mencacah dan mencincang daging secara halus, membumbui, dan membungkusnya dengan lembaran lemak tipis (lemak jala). Baru kemudian menusuk daging dengan dua bilah bambu dan membakarnya hingga matang. 

Sekilas sate buntel ini mirip sosis atau sate lilit khas Bali. Sate buntel dihidangkan dengan cara meloloskan sate dari sujen atau tetap dengan tusuk bambu, kemudian menyiramnya dengan sambal kecap. Lengkap dengan irisan bawang merah, cabai rawit, kol, dan tomat.  

Tidak hanya dari bentuknya yang unik, tetapi juga cita rasa. Sate buntel menawarkan sensasi kelezatan sate kambing yang berbeda. Saat kita menggigit, lemak jala sebagai pembungkus daging terasa sedikit liat di mulut. Namun, daging kambing di dalamnya terasa empuk, lembut, dan juicy

Menurut mendiang Bondan Winarno dalam buku 100 Mak Nyus Makanan Tradisional Indonesia (2013), sajian seperti itu bernama kofta di Timur Tengah. Sebuah hidangan daging kambing cincang, yang terkepal pada sebilah besi panjang tanpa bungkusan lemak dan kemudian dibakar. Bedanya, menurut pakar kuliner nusantara itu, kofta berbentuk gepeng dan cenderung kering ketika dilepas dari bilah besinya. Adapun sate buntel lebih bulat seperti sosis dan terasa juicy, karena bagian dalamnya masih lembap.

Rekomendasi Warung Sate Buntel di Solo

Jika Anda sedang berwisata atau sekadar mampir ke Solo, berikut saya rekomendasikan warung sate buntel yang harus Anda kunjungi:

1. Sate Kambing Mbok Galak, Banjarsari, Surakarta

  • Pembakaran sate buntel di Warung Sate Kambing Mbok Galak Solo
  • Sajian sate buntel, tongseng, dan tengkleng di warung Sate Kambing Mbok Galak Solo

Popularitas sate buntel mengantar perjalanan kuliner saya ke daerah Banjarsari, Surakarta pada akhir September 2017. Tepatnya di Sate Kambing Mbok Galak. Ini adalah pengalaman pertama saya menyantap sate buntel dan ingin membuktikan kelezatannya.

Warung Mbok Galak telah eksis sejak tahun 1980. Bila saya bandingkan dengan sate buntel lainnya di kota Solo yang lebih legendaris, mungkin sate buntel Mbok Galak tergolong “pendatang baru”. Namun, sate buntel racikan Mbok Galak termasuk yang terkenal kelezatannya di kota Solo. Tak tanggung-tanggung, penggemarnya menjangkau hingga ke pejabat tingkat negara, seperti presiden dan menteri. 

Menurut informasi yang saya peroleh, dahulu presiden kedua RI Soeharto beserta keluarga sering memesan sate buntel saat singgah di Ndalem Kalitan, Solo. Begitupun presiden saat ini, Joko Widodo. Tatkala masih menjabat wali kota Solo, beliau sering mengajak anak-anak dan keluarganya menikmati sate buntel Mbok Galak. 

Di kalangan menteri, sosok yang tercatat pernah datang dan mencicipi sate buntel Mbok Galak adalah Harmoko (menteri penerangan era orde baru), Muhammad Nuh (menteri pendidikan era Susilo Bambang Yudhoyono), dan Andi Amran Sulaiman (menteri pertanian era Joko Widodo).

Keistimewaan sate buntel di warung Mbok Galak adalah penyajian sate yang masih utuh dengan tusuknya. Daging kambing yang terbungkus lemak jala terasa empuk dan tidak beraroma prengus. Bumbunya pun meresap, sehingga sangat nikmat saat saya menyantapnya dengan nasi putih.

Setelah mencari sejumlah informasi, salah satu rahasia kenikmatan sate buntel Mbok Galak adalah dagingnya berasal dari kambing pilihan. Dari sisi usia, pemilik warung memilih kambing yang berumur sekitar satu tahun. Daging dari kambing yang masih muda seperti itu relatif empuk dan dapat meminimalisasi bau prengus.

Alamat: Jalan Ki Mangunsarkoro No. 112, Sumber, Banjarsari, Surakarta (klik di sini untuk membuka peta)
Jam buka: 08.00-17.00 WIB

2. Sate Kambing “ASLI” Tambaksegaran, Banjarsari, Surakarta

  • Seporsi sate buntel Tambaksegaran
  • Proses pembakaran sate buntel

Lawatan saya ke Solo berikutnya adalah pada Desember 2017. Kali ini, saya mengagendakan singgah dan mencicipi sate buntel Tambaksegaran. Kata “Asli” menandakan bahwa di sinilah awal mula Lim Hwa Youe memelopori dan mengkreasi sate buntel. Nama Tambaksegaran berasal dari alamat warungnya, yaitu di Jalan Tambaksegaran 39 (kini Jalan Syahrir 149), Banjarsari, Solo. 

Saya datang ke warung Tambaksegaran sore hari, sekitar pukul 16.00. Suasana waktu itu tidak terlalu ramai pengunjung, karena bukan jam makan. Saya memesan seporsi sate buntel plus nasi putih, serta memilih minuman es beras kencur 

Di Tambaksegaran, penyajian sate buntelnya adalah dengan cara melucuti dagingnya dari sujen. Kita tinggal menyantap saja. Saat saya coba menggigit, lapisan lemak jalanya sedikit alot tetapi daging di dalamnya empuk dan juicy

Sate buntel di Tambaksegaran ini merupakan favorit mendiang Bondan Winarno. Menurut Pak Bondan, saat ini pengelola warung Tambaksegaran adalah generasi kedua, yaitu putri Lim Hwa Youe. Adapun adik laki-lakinya membuka sendiri sebuah warung cabang, yang menurut Pak Bondan kualitasnya lebih terjaga—khususnya dalam hal pembakaran. Warung satenya beralamat di Jalan Gajah Mada 93, Solo.

Alamat: Jalan Sutan Syahrir No. 149, Setabelan, Banjarsari, Surakarta (klik di sini untuk membuka peta)
Jam buka: 12.00-22.00 WIB

Selain sate buntel Mbok Galak dan Tambaksegaran, kita bisa menjumpai warung sate buntel khas Solo lainnya yang tak kalah lezat. Di antaranya yang cukup populer adalah Sate Kambing Bu H. Bejo yang terletak di Jalan Sungai Sebakung No. 10, Loji Wetan, Surakarta. Eksis sejak tahun 1971, sate buntel di sini merupakan favorit Presiden Joko Widodo.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Kuliner Sate Terlezat Joglosemar: Sate Buntel Solo (2) appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/kuliner-sate-terlezat-joglosemar-sate-buntel-solo-2/feed/ 0 38601
Kuliner Sate Terlezat Joglosemar: Sate Klathak Yogyakarta (1) https://telusuri.id/kuliner-sate-terlezat-joglosemar-sate-klathak-yogyakarta-1/ https://telusuri.id/kuliner-sate-terlezat-joglosemar-sate-klathak-yogyakarta-1/#respond Mon, 08 May 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=38566 Joglosemar adalah akronim dari “Yogyakarta, Solo, Semarang”. Singkatan ini sangat populer untuk menyebut tiga kota di bagian tengah Pulau Jawa. Ketiganya juga menyimpan khazanah kuliner yang sangat kaya. Bondan Winarno, dalam pengantar buku 100 Mak...

The post Kuliner Sate Terlezat Joglosemar: Sate Klathak Yogyakarta (1) appeared first on TelusuRI.

]]>
Joglosemar adalah akronim dari “Yogyakarta, Solo, Semarang”. Singkatan ini sangat populer untuk menyebut tiga kota di bagian tengah Pulau Jawa. Ketiganya juga menyimpan khazanah kuliner yang sangat kaya. Bondan Winarno, dalam pengantar buku 100 Mak Nyus Joglosemar (2016), menyatakan bahwa secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, Semarang-Solo-Yogya adalah kota-kota yang memiliki kekayaan kuliner luar biasa. 

Salah satu kuliner yang ikonis adalah sate. Hampir di setiap wilayah Joglosemar memiliki versi sate dengan ciri khusus tertentu dan cita rasa masing-masing, terutama ditinjau dari aspek bahan, bumbu, teknik pembuatan, dan pelengkapnya.

Dalam perjalanan kuliner saya, setidaknya ada tiga jenis sate terlezat di Joglosemar yang sudah masyhur dari sisi popularitas maupun kelezatannya. Menurut saya, ketiganya masing-masing “mewakili” kuliner sate di Yogyakarta, Solo, dan Semarang.

Saya akan coba mengulasnya satu per satu. Bagian pertama ini akan saya mulai di Yogyakarta, yang terkenal dengan sate klathaknya.

Sate klathak khas Jejeran, Yogyakarta via wonokromo.bantulkab.go.id
Sate klathak khas Jejeran, Yogyakarta via wonokromo.bantulkab.go.id/Pemerintah Kalurahan Wonokromo

Asal Usul Sate Klathak Khas Yogyakarta

Dari sisi historis, Hamzah atau Mbah Ambyah adalah orang pertama yang mengkreasikan dan mengenalkan sate klathak sejak tahun 1940-an. Di tengah profesinya sebagai kusir andong rute Bantul-Kota Yogyakarta yang dilakoni bertahun-tahun, suatu ketika tercetus ide di kepalanya untuk berjualan sate.

Tahun 1945, Mbah Ambyah mulai berjualan sate kambing di Pasar Jejeran, Bantul, menggunakan bumbu minimalis seperti kita kenal sekarang. Ia berinisiatif menggunakan jeruji sepeda sebagai sujen sate. Pertimbangannya adalah selain tidak mudah patah saat membakar sate, jeruji adalah penghantar panas yang baik sehingga kematangan daging sate lebih merata.

Sampai sekarang terdapat dua versi penamaan “klathak” yang tumbuh di kalangan penggemar sate tersebut. Versi pertama, berasal dari suara gemeretak seperti “thak thak” saat proses pembakaran sate. Bunyi itu timbul karena bara api dari arang yang beradu dengan jeruji. Versi kedua, berasal dari kata “nglethak” yang berarti “menggigit”. Orang makan sate biasanya dengan cara nglethak daging-daging kambing yang ditusuk sujen itu. 

Bagaimanapun versinya, sepertinya Mbah Ambyar tidak pernah ambil pusing dengan nomenklatur tersebut.

Karakteristik Sate Klathak Yogyakarta

Sate klathak khas Yogyakarta adalah prototipe sate kambing dengan penampilan, bumbu, dan pelengkapnya yang bisa saya bilang di luar kebiasaan sate kambing pada umumnya. Dalam buku saya yang berjudul Riwayat Kuliner Indonesia, Asal-usul, Tokoh, Inspirasi, dan Filosofi (2022), saya menyebut setidaknya ada empat karakteristik sate klathak yang membuatnya berbeda.

Pertama, tusuk sate atau sujen yang digunakan bukan berasal dari bambu pada umumnya, melainkan menggunakan jeruji sepeda. Kedua, dagingnya tidak dipotong dadu, tetapi dipotong melebar dan relatif lebih besar. Ketiga, karena potongannya besar, maka penyajian seporsi sate klathak cukup dua tusuk saja (isi 12-16 potong daging). Keempat, sate disajikan dengan kuah gulai. 

Satu lagi, yaitu bumbu sate klathak tergolong sederhana. Hanya bawang putih dan garam. Teknisnya, potongan daging kambing yang sudah ditusuk sujen, direndam dalam bumbu kemudian dibakar.

Meskipun bumbunya minimal, tetapi kelezatannya maksimal. Seporsi sate klathak biasanya disajikan dengan nasi hangat dan kuah gulai. Daging satenya yang empuk sangat cocok dicocol dengan kuah gulai yang gurih.

Ketenaran sate klathak membuatnya jadi salah satu bagian penting dalam khazanah kuliner Yogyakarta. Tak hanya penting, tetapi juga dirindukan banyak orang.

“Sate klathak bukan varian sate baru, melainkan asli dibikin buat memudahkan dan mengingatkan akan sesuatu yang suatu saat akan ngangeni (bikin rindu),” begitu ujaran Mbah Ambyah yang selalu terngiang di telinga Zabidi, anaknya, seperti dikutip oleh Syafaruddin Murbawono dalam bukunya yang berjudul Monggo Mampir, Mengudap Rasa Secara Jogja (2009).

Rekomendasi Warung Sate Klathak di Yogyakarta

Berdasarkan pengalaman saya, berikut saya rekomendasikan tiga warung sate klathak yang harus Anda kunjungi ketika berlibur ke Yogyakarta:

1. Sate Klathak Pak Bari, Pleret, Bantul

  • Proses pembakaran sate klathak di warung Pak Bari Pasar Wonokromo via Google Maps (Ilyas Qadafi)
  • Sepiring sate klathak Pak Bari Pasar Wonokromo via Google Maps (Bernida Goin)

Sate klathak Pak Bari adalah yang paling populer dan bisa menjadi tujuan kuliner wajib yang tak terhindarkan. Termasuk saya sendiri.

Sekitar bulan Desember 2018, saya bersama istri dan dua anak perempuan saya sedang liburan di Yogyakarta. Di tengah hujan yang sedang mengguyur kota, kami memutuskan untuk menjadikan sate klathak sebagai menu makan malam. 

Inginnya sih meluncur ke kawasan Pasar Jejeran, tempat dahulu Mbah Ambyah memulai usaha sate klathak. Lebih tepatnya di Pasar Wonokromo. Di sana terdapat Sate Klathak Pak Bari, generasi ketiga keluarga besar Mbah Ambyah. Sayang, karena hujan terlampau deras dan lokasinya cukup jauh dari tempat menginap, kami harus mengurungkan niat.

Jejak sejarah yang panjang dan melegenda membuat warung sate klathak Pak Bari menjadi buruan banyak orang. Termasuk seniman kawakan Butet Kartaredjasa. Tempat makan sederhana itu makin populer setelah film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) 2 yang dibintangi Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo syuting salah satu adegan di sana.

Alamat: Pasar Wonokromo, Jalan Imogiri Timur No. 5, Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta (klik di sini untuk membuka peta)
Jam buka: 18.30-00.00 WIB

2. Sate Klathak Pak JeDe, Depok, Sleman

  • Sajian sate klathak Pak Jede dengan nasi putih hangat dan kuah gulai
  • Berfoto dengan para pengelola sate klathak Pak Jede

Usai berselancar di internet dan mendapatkan beberapa alternatif, kami segera mengubah rute ke Sate Klathak Pak JeDe, Condongcatur, Sleman. Dari paviliun tempat kami menginap, kami menggunakan taksi daring menuju warung Pak JeDe.

Setibanya di lokasi, kami lekas masuk ke warung yang ternyata cukup luas. Saat itu sudah banyak pengunjung, tetapi masih ada beberapa meja yang kosong. Kami memesan beberapa porsi sate klathak. Inilah momen pertama kali saya menyantap sate klathak yang kemasyhurannya sudah lama saya ketahui.

Sate Klathak Pak Jede terhitung sebagai pendatang baru, karena baru eksis sejak tahun 2013. Letaknya memang tidak di kawasan Imogiri, Bantul, yang menjadi embrio awal kuliner ini. Namun, lokasi yang lebih dekat dengan pusat kota malah membuatnya strategis. Para pelancong tidak perlu pergi jauh ke arah selatan kota untuk menikmati sate klathak khas Jejeran.

Alamat: Jalan Nologaten No. 46, Nologaten, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta (klik di sini untuk membuka peta)
Jam buka: 10.00-23.00 WIB

3. Sate Klathak Pak Pong, Pleret, Bantul

  • Seporsi sate klathak Pak Pong
  • Proses perendaman daging kambing yang sudah ditusuk ke dalam bumbu, sebelum selanjutnya dibakar

Namun, perburuan saya terhadap sate klathak belum berhenti. Saya masih penasaran untuk menyantap sate klathak langsung dari daerah Mbah Ambyah. Ketika saya berkesempatan melawat kembali ke Yogyakarta sekitar tahun 2019, saya manfaatkan berburu sate klathak di sekitar Pasar Jejeran. Saya memilih Sate Klathak Pak Pong Pusat, karena saya berkunjung waktu siang.

Pilihan saya tidak salah. Sate Klathak Pak Pong juga sangat dikenal kelezatannya. Kedatangan saya yang bertepatan jam makan siang, membuat saya harus rela antre cukup lama. 

Namun, justru di sela-sela antre itulah saya bisa melihat dan merekam proses pembuatan sate klathak. Tentu dengan seizin pemilik warung. Saya mengabadikan beberapa tahapan, antara lain menusukkan sujen ke daging, perendaman daging ke dalam bumbu, dan pembakaran satenya.

Setelah pesanan saya tiba, saya pun menyantap dengan lahap seporsi sate klathak dan seporsi  thengkleng yang memang sungguh lezat. Pantas bila pengunjungnya banyak dan rela antre.

Alamat: Jalan Sultan Agung No. 18, Jejeran II, Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta (klik di sini untuk membuka peta)
Jam buka: 09.00-23.00 WIB


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Kuliner Sate Terlezat Joglosemar: Sate Klathak Yogyakarta (1) appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/kuliner-sate-terlezat-joglosemar-sate-klathak-yogyakarta-1/feed/ 0 38566