kafe Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/kafe/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Fri, 03 Feb 2023 09:36:18 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 kafe Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/kafe/ 32 32 135956295 Meramu Kepingan Masa Lalu di Canteng Mok https://telusuri.id/meramu-kepingan-masa-lalu-di-canteng-mok/ https://telusuri.id/meramu-kepingan-masa-lalu-di-canteng-mok/#respond Mon, 20 Feb 2023 04:00:41 +0000 https://telusuri.id/?p=37279 Matahari pertama Makassar selayaknya hadiah terbaik di akhir tahun 2022 setelah seminggu lebih hujan dan sendu. Dari dalam Canteng Mok, saya bisa melihat tumpukan besi dan jendela-jendela kaca raksasa 31 Sudirman Suites, bangunan pencakar langit...

The post Meramu Kepingan Masa Lalu di Canteng Mok appeared first on TelusuRI.

]]>
Matahari pertama Makassar selayaknya hadiah terbaik di akhir tahun 2022 setelah seminggu lebih hujan dan sendu. Dari dalam Canteng Mok, saya bisa melihat tumpukan besi dan jendela-jendela kaca raksasa 31 Sudirman Suites, bangunan pencakar langit mewah yang belum resmi buka. 

Di tengah kota ini, seorang teman mengajak saya menghabiskan sisa tanggal 31, hari terakhir di tahun 2022 untuk mengunjungi sebuah kafe dengan konsep unik, back to the past. Kafe dengan beragam potongan-potongan dari masa lalu ini terletak di tengah Kota Makassar, tepatnya di Jalan Kijang, Maricaya. Kami mengunjungi kafe ini saat siang, setelah singgah sebentar di Bontolempangan. 

Tampak depan, Canteng Mok seperti rumah tempo dulu pada umumnya. Bangunannya membawa kesan tua, kerangkanya tidak begitu tinggi, rumahnya bergaya semikolonial, dengan atap genteng coklat tua. Pagarnya pun masih model tua, besi seluruhnya yang dicat putih tetapi banyak sisinya yang telah terkelupas dan berkarat. Tidak sampai sepuluh motor bisa parkir di halaman depannya yang punya luas terbatas. Sebuah tulisan kapital dengan ukuran cukup besar berwarna coklat ‘Canteng Mok’. Selain itu, sebuah motor besar tua juga terparkir tepat sebelum area dalam kafe.

Canteng Mok
Pengunjung Canteng Mok/Nawa Jamil

Tampilan dalamnya dirancang sewarna dengan luar kafe ini. Tidak ada tambahan lampu agar ruangannya terang, justru mengandalkan pencahayaan matahari lewat bukaan depannya yang cukup besar. Lantainya menggunakan  ubin tegel coklat dengan sebagian sudut yang tampak lebih gelap dan sedikit tegel dengan retakan, seolah mengutarakan banyaknya masa yang terlewati. 

Begitu tiba, saya dan teman langsung menuju sudut dengan seorang pegawai. Tempat pengunjung memesan makanan ini terhubung langsung ke area dapur, menampilkan dua orang pegawai lainnya yang tampak cukup sibuk. Saya memesan teh lemon dan roti bakar jadul, sementara Amel—teman kunjungan saya hari ini—memesan semangkuk Indomie telur dan susu anggur mint hangat. 

Meramu Kepingan Masa Lalu 

Kami duduk di ruang tengah kafe, di atas sepasang sofa usang dengan kondisi nyaris rusak tetapi tetap nyaman digunakan. Di sini, setiap sudutnya terpajang barang-barang penuh masa lalu. Di sudut kirinya, sebuah lemari putih usang, dihiasi koper awal 60-an dengan kondisi berdebu. Telepon tempo dulu beserta tempat dudukannya berada di sisi lain, beserta pajangan-pajangan kristal tua, persis seperti milik almarhumah nenekku.

  • Canteng Mok
  • Canteng Mok
  • Canteng Mok
  • Canteng Mok

Di salah satu dinding, terlihat satu pajangan utuh yang terdiri atas empat kolase. Tiga foto Ka’bah dan satu kartu ucapan manis “Kuucapkan selamat hari raya Idhul Fitri 1 Syawal 1396 H. Mohon maaf lahir dan bathin. Untuk temanku Prita Bradabumi di Bulak Sumur Blok D.”

“Dari Soraya Amani.”

Selain kolase foto tersebut, Sebagian besar dinding-dinding di Canteng Mok dihiasi dengan banyak poster-poster jadul, seperti kolase koran-koran, poster-poster film 80-an, dan banyak lainnya. Kata salah seorang pengunjung di sini, Canteng Mok telah buka sejak 2021, cukup baru, dengan beragam dekorasi kafe yang diambil dari salah seorang kolektor barang-barang jadul di Makassar. Teman saya mengambil sebuah Walkman yang terpajang, memasukkan kaset musik bergambar band awal tahun 2000-an, Radja. Di luar dugaan, walkman dan kaset musiknya masih berfungsi dengan sangat baik. 

Suasana Menyenangkan

Banyak hal yang tidak dapat ditemui di kafe-kafe lain di sini. Selain desain kafe yang seolah membawa pengunjungnya ke masa lalu, suasana dan lingkungan kerja di sini juga cukup menyenangkan. Para pengunjungnya terlihat nyaman dengan kesendirian mereka, sementara tiga orang pekerjanya terdengar saling bercanda. 

  • Canteng Mok
  • Canteng Mok
  • Canteng Mok
  • Canteng Mok
  • Canteng Mok

Daftar putar lagunya membawa saya ke masa-masa nostalgia sewaktu sekolah dasar. Mulai lagu barat tahun 2000-an seperti Avenged Sevenfold, Avril Lavigne, soundtrack film Twilight, hingga deretan lagu Maroon 5, dan lainnya. Dari lagu-lagu berbahasa Inggris, kafe ini lanjut memutarkan soundtrack film-film kartun yang dinikmati generasi 90-an tiap hari minggu, seperti Spongebob, Captain Tsubasa, Doraemon, bahkan Sinchan. 

Suasananya menjadi semakin menyenangkan. Orang-orang—termasuk saya—ikut bernyanyi mengikuti alunan lagu yang begitu mereka nikmati sewaktu kecil. Sesekali pekerjanya usil dengan menghentikan alunan lagu saat mencapai reff-nya. Mereka juga tampak begitu akrab dan dekat dengan pengunjung—mengenakan baju-baju rumahan biasa, tanpa tema, saling bercengkrama, dan tentu saja menyapa kami dengan suasana hati yang begitu gembira

Sajian Makan dan Minuman Sederhana ala Canteng MokSederhana   

Canteng Mok
Indomie telur yang saya pesan/Nawa Jamil

Seperti namanya ‘Canteng Mok’ yang berarti ‘gelas minum’, canteng atau gelas untuk minuman hangat di kafe ini bermotif belang-belang hijau-putih berbahan besi. Canteng bare (motif) yang bisa ditemui di setiap rumah-rumah di masa lalu, sekitar 80 hingga 90-an. 

Sewaktu pertama datang dan langsung memesan, saya cukup terkejut melihat betapa aneka makanan dan minuman di sini relatif lebih murah dibandingkan harga makanan dan minuman kafe-kafe lain di Makassar. Makanan bisa dipesan mulai Rp5.000/porsi, bahkan kue basah bisa dipesan mulai Rp2.500/kue. 

Untuk minumannya, kafe ini mematok harga yang juga relatif murah, Rp8.000-Rp13.000/porsinya. Meskipun dengan harga yang cukup murah, tetapi rasanya tetap enak, serta porsi yang standar. 

Canteng Mok dengan cangkir loreng autentiknya tidak hanya menyajikan suasana yang berbeda dari kafe lainnya, melainkan pengalaman nongkrong yang menyenangkan dan sajian dengan resep tempo dulu yang membangkitkan ingatan. Selain suasana yang menyenangkan, kafe ini juga cocok untuk mengerjakan tugas sekolah maupun pekerjaan yang belum sempat selesai di kantor dengan koneksi internetnya yang bisa diandalkan.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Meramu Kepingan Masa Lalu di Canteng Mok appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/meramu-kepingan-masa-lalu-di-canteng-mok/feed/ 0 37279
Nuansa Khas Pedesaan Surabaya di Kayoene https://telusuri.id/nuansa-desa-surabaya-di-kayoene/ https://telusuri.id/nuansa-desa-surabaya-di-kayoene/#respond Wed, 13 Oct 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=28775 Surabaya selalu identik dengan berisik. Di tengah hiruk pikuknya, di wilayah perumahan Graha Family, tepatnya di Jalan Raya Graha Family Barat, Kecamatan Wiyung, Kota Surabaya terdapat sebuah kafe dengan konsep artistik dominasi kayu yang menonjolkan...

The post Nuansa Khas Pedesaan Surabaya di Kayoene appeared first on TelusuRI.

]]>
Surabaya selalu identik dengan berisik. Di tengah hiruk pikuknya, di wilayah perumahan Graha Family, tepatnya di Jalan Raya Graha Family Barat, Kecamatan Wiyung, Kota Surabaya terdapat sebuah kafe dengan konsep artistik dominasi kayu yang menonjolkan suasana khas pedesaan. Manipulasi suasana desa semakin sempurna dengan keberadaan sungai bening di samping kafe dengan ikan-ikan yang hidup di sana. Kafe tersebut bernama Kayoene.

Suasana Kafe Koyoene/Akhmad Idris

Suasana Kayoene

Kafe ini beroperasi mulai dari pukul 11.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Kayoene menamai tempatnya dengan sebutan Café and Gallery, karena selain menyediakan tempat untuk nongkrong, juga terdapat beberapa bentuk kerajinan seperti kendi, pot, dan sejenisnya. Oleh sebab itu, kafe ini cocok untuk siapapun yang hobi mengoleksi benda-benda kerajinan unik yang terkesan artistik.

Kali pertama memasuki area kafe, siapapun mungkin akan tidak percaya bahwa lokasinya terletak di kota yang terkenal padat dan bising. Suasananya cenderung sepi dan sunyi, sangat jauh dari kesan metropolitan yang telah melekat sejak lama untuk Surabaya.

Desain bangunan kafe yang semuanya terbuat dari kayu serta gaya bangunan selayaknya gubuk-gubuk di pedesaan, seolah benar-benar tampak mustahil berada di tengah kota. Belum lagi yang letaknya di tengah-tengah area perumahan, sehingga menambah kesan sunyi karena jauh dari keramaian. Notabenenya perumahan memang hadir untuk siapapun yang lebih menikmati kesunyian daripada keramaian.

Keberadaan tempat yang artistik tentu saja akan menarik antusiasme generasi milenial. Tempat yang asing bagi masyarakat Surabaya ini akan memicu rasa ingin tahu siapapun yang melihatnya di unggahan media sosial. Kafe seolah ‘dipaksa’ untuk tak hanya menyuguhkan kelezatan makanan, tetapi juga harus menyediakan suasana sekaligus tempat yang nyaman serta kekinian.

Kabar baiknya, kelezatan makanan dan tempat-tempat kekinian itu berhasil dipenuhi oleh Kayoene. Rasa menu makanan di sini menjunjung tinggi cita rasa nusantara, sehingga kemungkinan besar tak akan menyisakan rasa kecewa. Area indoor dengan nuansa coklat kekuningan, area outdoor dengan suasana segar penghijauan, dan sudut-sudut olah kreasi kerajinan memberikan kesan berbeda.

Dan tentu saja ada rupa, ada harga. Kita bisa membeli minuman dengan harga mulai Rp28 ribu dan makanan mulai Rp30 ribu ke atas.

Daftar menu/Akhmad Idris

Harga Makanan dan Minuman

Hampir semua menu yang tersedia adalah makanan dan minuman khas pedesaan. Sebut saja seperti nasi campur dengan harga Rp55 ribu per porsi, tahu telor dengan harga Rp30 ribu per porsi, oseng ikan asap pedas dengan harga Rp38 ribu per porsi, oseng kikil pedas dengan harga Rp55 ribu per porsi, dan dan ayam bedong ukep dengan harga Rp150 ribu untuk ayam utuh dan Rp80 ribu untuk ayam setengah ekor.

Di antara makanan-makanan tersebut, menu yang paling saya rekomendasikan adalah nasi campur karena nasi campur tersaji lengkap dengan tiga buah lauk sekaligus di dalamnya yakni oseng ikan asap, oseng kikil, dan rendang.

Sajian olahan makanan khas pedesaan alias makanan tradisional ini kiranya menjadi pilihan yang tepat ketika ditawarkan di wilayah metropolitan seperti Surabaya. Hal ini karena saya berasumsi dasar bahwa wilayah perkotaan cenderung didominasi oleh kuliner-kuliner modern. Sehingga menyajikan olahan makanan tradisional akan menarik perhatian sekaligus rasa penasaran. Selain itu, Kayoene bisa menjadi solusi untuk masyarakat Surabaya yang rindu makanan desa, tetapi tidak memiliki waktu untuk melancong sejenak ke wilayah pedesaan.

Makanan di kafe Koyoene/Akhmad Idris

Sementara untuk varian minuman yang tersedia adalah kopi rempah dengan harga Rp32, wedang vitalitas dengan harga Rp38, floral tea dengan harga Rp36, teh serei dengan harga Rp33, olahan blended dengan harga Rp40, kopi ndeso dengan harga Rp28, dan teh tarik dengan harga 38.000 rupiah.

Di antara sekian banyak varian minuman, menu yang paling saya reekomendasikan adalah kopi ndeso untuk para pecinta kopi, dan olahan blended untuk para pecinta minuman dingin. Sebagaimana olahan makanan, sajian minuman di sini juga mayoritas adalah minuman khas nusantara.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Nuansa Khas Pedesaan Surabaya di Kayoene appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/nuansa-desa-surabaya-di-kayoene/feed/ 0 28775
Barn Event Hire, Kafe dengan Konsep Taman Terbuka di Surabaya https://telusuri.id/barn-event-hire-surabaya/ https://telusuri.id/barn-event-hire-surabaya/#respond Sat, 09 Oct 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=28801 Berbicara tentang Surabaya, kota ini identik sebagai kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta yang dipenuhi gedung-gedung tinggi, dijejali bising lalu lintas tiada henti, hingga jajaran pemukiman padat penduduk yang sudah kehilangan kesegaran alami. Dengan...

The post Barn Event Hire, Kafe dengan Konsep Taman Terbuka di Surabaya appeared first on TelusuRI.

]]>
Berbicara tentang Surabaya, kota ini identik sebagai kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta yang dipenuhi gedung-gedung tinggi, dijejali bising lalu lintas tiada henti, hingga jajaran pemukiman padat penduduk yang sudah kehilangan kesegaran alami. Dengan julukan metropolitan pada kota berlambang Sura dan Buaya, anggapan-anggapan tersebut memang tak bisa dipersalahkan. Namun anggapan-anggapan tersebut juga tidak sepenuhnya benar, karena di beberapa sudut Kota Surabaya ada tempat yang menawarkan suasana berbeda dan dipenuhi dengan pepohonan. Satu diantaranya adalah Barn Event Hire yang berlokasi di kawasan Bumi Marinir Gunung Sari Surabaya atau lebih tepatnya di Jalan Golf 1, Surabaya.

Seolah bukan di Surabaya

Kali pertama memasuki area Barn Event Hire, kesan pertama yang ditangkap adalah pertanyaan “Benarkah ini masih di kota Surabaya?” Sebab kafe ini dikelilingi pepohonan rindang dengan luas sekitar 4.500 meter persegi. Kamu bisa membayangkannya bukan seperti apa menariknya tempat ini?Barn Event Hire merupakan sebuah tempat yang disewakan untuk mengadakan acara pernikahan dan sejenisnya dengan konsep garden party atau taman terbuka, namun pihak pengelola juga menyediakan coffee shop yang dibuka mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB untuk para pelanggan yang sekadar ingin menikmati sajian makanan, minuman, maupun berfoto di sini.

Gaya rustic/Akhmad Idris

Selain konsep taman terbuka, Barn Event Hire juga mengusung tema rustic. Gaya rustic sejatinya adalah desain interior yang memfokuskan pada kesan alami dari bahan-bahan yang tidak dihaluskan alias dibiarkan sebagaimana adanya (unfinished). Di Indonesia, gaya rustic biasanya dipakai dalam rumah-rumah yang bergaya tradisional yang ingin mengusung nuansa pedesaan. Di era modern seperti ini, gaya tradisional justru menjadi primadona karena sebagian besar rumah sudah dibangun dengan gaya modern.

Kini, generasi milenial cenderung lebih memburu hal-hal yang jarang ada daripada hal-hal yang telah ada, agar terasa berbeda dengan yang lainnya. Gaya seperti inilah yang dijadikan tema Barn Event Hire.

Bangunan-bangunan yang dijadikan tempat untuk transit catering, make up, rest room, small coffee shop, dan tenda venue terbuat dari kayu-kayu lawas dengan kualitas yang masih bagus sehingga ada kesan klasik, artistik, sekaligus futuristik di setiap bangunan yang ada.

Suasana kafe/Akhmad Idris

Keberadaan tempat dengan tema-tema rustic tersebut juga membuka ruang bagi generasi milenial yang ingin memenuhi beranda media sosialnya dengan foto-foto Instagramable maupun Facebookable. Sementara untuk di area taman terbukanya disediakan meja-meja memanjang untuk pengunjung yang datang gerudukan dan meja-meja bundar kecil untuk pengunjung yang datang dengan pasangan maupun yang sedang berusaha menjadi pasangan. 

Duduk bersantai bersama keluarga sesekali diperlukan untuk tetap menjaga kewarasan di tengah tekanan kota metropolitan. Kesibukan bekerja sering kali membuat manusia abai sekaligus lalai bahwa sejauh mana pun manusia pergi, keluarga adalah sebaik-baik tempat kembali.

Penghujung senja Surabaya juga menjadi momen yang romantis untuk sekadar bercerita tentang dunia yang tak lagi sama kepada orang terkasih, sembari membicarakan tentang masa depan yang dilukis bersama. Sesekali menyeruput es kelapa muda di tengah-tengah percakapan akan menjadi pengalaman tak terlupakan yang dapat dijadikan sebagai dongeng untuk anak-anak di masa depan.

Suasana malam/Akhmad Idris

Karena berkonsep taman terbuka, mengunjungi Barn Event Hire di saat kondisi cuaca sedang panas-panasnya sangat tidak dianjurkan, kecuali bagi pengunjung yang memang hobi memanaskan diri seperti turis-turis di Bali. Meskipun begitu, juga disediakan area indoor dengan gaya retro klasik yang membuat pengunjungnya terjaga dari terik sinar matahari. Ada spot mobil VW klasik di area indoor yang membuat suasana semakin asyik bagi para kawula muda yang doyan menghasilkan karya-karya fotogenic.

Waktu yang paling direkomendasikan untuk mengunjungi Barn Event Hire adalah waktu petang menjelang senja datang. Sebuah waktu batas pergantian waktu dari petang menuju malam yang menenangkan pagi pengagum senja dan romantisme.Pada waktu malam, lampu-lampu bulat kecil berwarna kuning akan menghiasi langit-langit taman dengan iringan live acoustic pada hari Sabtu dan Minggu. Beragam pilihan menu yang ditawarkan juga bervariasi, mulai dari makanan ringan; pancake; rice bowl; olahan soup; makanan berat; hingga minuman dingin dan minuman hangat.

Pada waktu malam, lampu-lampu bulat kecil berwarna kuning akan menghiasi langit-langit taman dengan iringan live acoustic pada hari Sabtu dan Minggu. Beragam pilihan menu yang ditawarkan juga bervariasi, mulai dari makanan ringan; pancake; rice bowl; olahan soup; makanan berat; hingga minuman Harga yang dipatok juga tidak jauh berbeda dengan harga menu di kafe-kafe Surabaya lainnya. Pada akhirnya, akan menjadi perpaduan yang sempurna ketika alunan musik favorit disenandungkan; pesanan makanan datang; beserta orang-orang tersayang dipertemukan dalam suatu tempat yang mengagumkan. Akhir kata, selamat menikmati Surabaya dengan suasana yang berbeda. 


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Barn Event Hire, Kafe dengan Konsep Taman Terbuka di Surabaya appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/barn-event-hire-surabaya/feed/ 0 28801