kapal Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/kapal/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Sat, 10 Sep 2022 08:34:13 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 kapal Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/kapal/ 32 32 135956295 Menuju Makassar dengan Kapal Pa’gae dari Pulau Pandangan https://telusuri.id/menuju-makassar-dengan-kapal-pagae-pulau-pandangan/ https://telusuri.id/menuju-makassar-dengan-kapal-pagae-pulau-pandangan/#respond Sat, 03 Sep 2022 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=34951 “Kapalnya sudah jalan sehabis subuh tadi Bang Syu,” ucap Hasan yang biasa kami panggil Pak Desa dengan suara lesu. Rencananya kami ingin pergi bersama menuju Pangkep. Setelah menghubungi beberapa warganya semalam, kami dijanjikan bisa ikut...

The post Menuju Makassar dengan Kapal Pa’gae dari Pulau Pandangan appeared first on TelusuRI.

]]>
“Kapalnya sudah jalan sehabis subuh tadi Bang Syu,” ucap Hasan yang biasa kami panggil Pak Desa dengan suara lesu. Rencananya kami ingin pergi bersama menuju Pangkep. Setelah menghubungi beberapa warganya semalam, kami dijanjikan bisa ikut menumpang kapal salah satu warganya jam sembilan pagi. Salah satu keresahan tinggal di pulau adalah seperti ini, tidak ada transportasi reguler. Semua serba tidak pasti. Hanya bisa mengharapkan tumpangan, ikut kapal-kapal warga.

“Saya coba carikan kapal lagi semoga hari ini ada yang pergi,” Pak Desa masih tetap berusaha meyakinkan saya. Kami berdua memang perlu ke Pangkep. Dia ada pertemuan di sana. Sedangkan saya mesti mencari sinyal dan listrik yang stabil.   Kondisi listrik di pulau sudah berbeda dengan 2 tahun lalu saat pertama saya tinggal di sini. Listrik di Kapoposang menggunakan solar panel terpadu yang dihubungkan ke tiap-tiap rumah. Dulu, jika kondisi cuaca bagus kami masih dapat menikmati dari pukul 6 sore hingga pukul 5 pagi. Sekarang dapat menyala 3 jam saja sudah bersyukur. Bagi warga pulau tidak menjadi masalah, tapi bagi saya yang mengandalkan listrik untuk menyalakan laptop ini menjadi persoalan. Laptop tua baterai penyimpanannya tak bisa diandalkan. Mau memakai genset boros di bensin.

Kapal Pagae
Kapal Pagae/Syukron

Langit cerah, laut tenang dan berita baik pun datang. Sejam setelah janji Pak Desa ucapkan kami mendapatkan info di Pulau Pandangan ada kapal pa’gae yang akan menuju Makassar pukul 2 siang nanti. Kapal pa’gae atau kapal pukat jaring memang selalu membawa hasil tangkapan ikan mereka dari laut menuju Makassar. 

Setelah makan siang, kami bersiap menuju kapal pa’gae yang berlabuh depan Pulau Pandangan. Wilayahnya masih satu desa dengan pulau Kapoposang jaraknya hanya 1,2 mll. Kapal yang kami tumpangi milik Haji Jafar, nama kapalnya Safa Marwah 03, Haji Jafar memiliki 4 kapal pa’gae, beliau memang salah satu tokoh di pulau Pandangan yang cukup sukses menjadi nelayan. Si empunya kapal belum tiba tapi kami sudah berada di kapalnya. Selain kami ada 6 orang lagi yang ikut menumpang ke Makassar. 

Kapalnya berwarna putih dengan bobot 30 GT, panjang 20 meter dan lebar 5 meter. Untuk ukuran masih relatif tidak jauh berbeda dengan kapal-kapal pa’gae lainnya. Tapi untuk urusan mesin boleh diadu, biasanya kapal lain memakai mesin dengan 6 silinder, kapal Safa Marwah 03 memakai mesin dengan 8 silinder. Otomatis waktu tempuhnya jadi lebih cepat daripada kapal lainnya. 

Haji Jafar datang tak lama kemudian. Dengan membawa istri dan 3 orang anak buah kapal. Tidak full team yang biasanya bisa sampai 11 orang jika saat mencari ikan. Setelah memberi aba-aba, pasukan kecil Haji Jafar ini dengan mudahnya menyalakan mesin, memutar haluan, dan mulai berlayar ke arah timur. Baru saya tahu kemudian kalau mereka ke Makassar hanya untuk membeli balok-balok es. Ada 250 balok es yang akan dibeli, Mereka akan menyimpannya dalam 5 kotak besar untuk persiapan menjaring ikan nantinya. 

Suasana dalam kapal
Suasana dalam kapal/Syukron

Para ibu dan anak-anak beristirahat dengan nyaman dalam ruang kemudi yang cukup lapang. Sedangkan kami para lelaki berkumpul minum kopi dan mengobrol lepas diayun ombak depan anjungan kapal.

Sebentar lagi tiba di Makassar
Sebentar lagi tiba di Makassar/Syukron

Dari obrolan itu saya jadi lebih mengenal sosok Haji Jafar, saya tak bisa membayangkan bapak tua berumur 60 tahunan, bertubuh kecil dengan peci kupluk, bercelana pendek dan memakai sendal jepit ini ternyata dibalik suksesnya menjadi nelayan ada juga jejak-jejak kelucuannya. Untuk urusan keluarga, tiap kali akan ke Makassar Haji Jafar selalu menyertakan istrinya untuk ikut serta. Kata Pak Desa kalau jaman sekarang istilahnya “bucin”.

Haji Jafar
Haji Jafar/Syukron

Haji Jafar juga ternyata orangnya sangat cuek, pernah ketika jalan di sekitar pelabuhan dan duduk depan salah satu supermarket dia diusir karena penampilannya yang dianggap kumal. Dan beliau dengan santainya pergi tanpa protes atau marah. Ada juga cerita soal Haji Jafar ternyata mempunyai mobil keluaran terbaru tapi tidak pernah dipakai. Alasannya lebih enak naik pete-pete (sebutan angkot di Makassar) tinggal sewa seharian bebas pergi kemana saja, ada yang nyupirin pula. Lalu mobil barunya? Dianggurin saja di rumah kenalannya.

Yang cukup membuat saya takjub adalah usaha dia selama ini tidak memakai pinjaman bank atau dari orang lain. Semuanya murni hasil jerih payahnya sendiri. “Jangan terlalu sombong pakai duitnya orang,” begitu ungkapnya. 

Obrolan kami berakhir saat kapal mulai masuk ke area Pelabuhan Paotere. Kami datang dengan berbagai teriakan penyambutan. Menyambut kedatangan kapal Haji Jafar seperti pulang dari medan perang. 

Saya berpamitan dengan Pak Desa dan Haji Jafar, mengucapkan terima kasih atas tumpangannya. Setelah keluar dari pelabuhan sembari menunggu jemputan saya melihat kesana kemari. Bergumam dalam hati “supermarket mana ya yang mengusir Haji Jafar?”


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menuju Makassar dengan Kapal Pa’gae dari Pulau Pandangan appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menuju-makassar-dengan-kapal-pagae-pulau-pandangan/feed/ 0 34951
KMP Sebuku: Mondar Mandir Membelah Selat Sunda https://telusuri.id/kmp-sebuku-mondar-mandir-membelah-selat-sunda/ https://telusuri.id/kmp-sebuku-mondar-mandir-membelah-selat-sunda/#respond Sun, 26 Sep 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=29319 “Kita naik kapal sore aja ya, biar bisa liat sunset,” Aydas berucap. Aku yang tidak begitu antusias, segera mengiyakan ajakannya. Sore ini aku, suamiku Aydas, dan putri kecilku Azzahra akan menyebrang melalui Selat Sunda mengendarai...

The post KMP Sebuku: Mondar Mandir Membelah Selat Sunda appeared first on TelusuRI.

]]>
“Kita naik kapal sore aja ya, biar bisa liat sunset,” Aydas berucap. Aku yang tidak begitu antusias, segera mengiyakan ajakannya. Sore ini aku, suamiku Aydas, dan putri kecilku Azzahra akan menyebrang melalui Selat Sunda mengendarai KMP Sebuku untuk kembali ke ibukota. Tiket kapal dipesan melalui aplikasi Ferizy di ponsel kami.

Ferizy adalah aplikasi yang diluncurkan oleh PT. ASDP untuk memudahkan penumpang memesan tiket. Di aplikasi ini sudah tertera waktu keberangkatan, kita bisa memilih sesuai yang kita inginkan. Dengan cara mengisi data penumpang, memilih jam berangkat, kendaraan lalu membayarnya secara online atau transfer ATM. Tiket elektronik pun siap untuk di-scan saat kita memasuki pelabuhan.

Harga tiket yang ditawarkan pun beragam. Mulai jadi jenis kapal yang ingin kita tumpangi, kendaraan yang kita gunakan serta perseorangan. Beruntungnya, jika kita berangkat dengan 1 minibus yang dihitung adalah harga mobilnya bukan jumlah orang yang ada didalamnya.

Semenjak adanya aplikasi Ferizy pemesanan tiket penyebrangan kapal semakin terasa mudah. Sementara bagi penumpang yang tidak ingin memesan tiket melalui aplikasi, di sepanjang jalan sebelum memasuki pelabuhan banyak agen-agen penjualan tiket. Mereka akan membantu penumpang untuk memesan tiket namun harga yang ditawarkan sedikit lebih tinggi dari harga yang dijual dari aplikasi.

Kami yang sebelumnya menghabiskan lima jam perjalanan melalui tol dari Palembang menuju Pelabuhan Bakauheni merasa lega karena satu jam sebelum keberangkatan tunggangan kami sudah siap untuk masuk lambung kapal. Namun, antrian penumpang yang baru saja merapat membuat kami harus menunggu sedikit lebih lama. Tak mengapa kami bisa melihat aktivitas pelabuhan sembari menyantap pempek yang sempat saya beli dulu di Palembang.

Aktivitas di pelabuhan bakauheni - atika amalia
Aktivitas di Pelabuhan Bakauheni – atika amalia

Mobil-mobil yang berada di depan kami mulai bergerak maju artinya satu persatu kendaraan sudah mulai memasuki lambung kapal. Pergerakan yang tidak begitu cepat membuat saya sempat mengabadikan beberapa moment, bidikan tiap bidikan mengarah ke semua aktivitas pelabuhan mulai dari truk yang baru saja turun, mal pelabuhan, mengantri kembali untuk pemeriksaan tiket dan akhirnya kami sampai di parkiran eksekutif.

Kendaraan berbaris rapi, mereka yang telah lebih dulu parkir sudah mulai bergegas naik ke atas dek kapal untuk menikmati pemandangan sore dari rooftop kapal. Kami pun tidak sabar untuk ikut melihat langit sore yang keunguan dan tidak lupa untuk selalu memakai masker juga mengantongi hand sanitizer.

Bergegaslah kami menaiki tangga kapal. Aku hampir tidak mengedipkan mata, pemandangan laut sore diatas kapal sangat memesona. Kamera pun mengarah ke semua penjuru, aku tak ingin kehilangan momen ini, semua hiasan alam sore itu aku abadikan melalui bidikan. Kelap kelip lampu dari dermaga menghiasi sore nan indah. Langit berwarna ungu, angin bertiup sedikit rapat, kami duduk menepi melihat kapal bergerak menjauhi pelabuhan.

Kapal yang kami tumpangi bernama KMP Sebuku. Dilansir dari laman website Departemen Perhubungan nama Sebuku diambil dari nama Pulau Sebuku, merupakan salah satu pulau terbesar di Selat Sunda yang memisahkan antara Pulau Jawa dan Sumatera. Pulau ini terletak di area Teluk Lampung atau di titik sekitar 2,5 km sebelah utara Pulau Sebesi dan 2,3 km di selatan Pulau Sumatera.

KMP Sebuku mempunyai fasilitas yang cukup lengkap. Aku melihat ruang tunggu yang bersih dengan bangku yang empuk juga terdapat Alfa Express didalamnya jika kita ingin berbelanja makanan ringan. Tidak perlu takut kelaparan, jika kita tidak ingin berbelanja di ruang tunggu tersebut kita bisa memilih untuk duduk bersantai di kantin yang disediakan kapal. Pilihan makanan tidak banyak, ada kopi sachet yang diseduh, mie instan juga camilan kecil lainnya. Selain itu juga ada pedagang kaki lima yang berkeliling.

Jangan kaget, mereka tidak membuka lapak sembarangan. Aku melihat mereka berseragam sepertinya ASDP telah memfasilitasi mereka agar tidak kehilangan mata pencaharian. KMP Sebuku juga dilengkapi dengan toilet umum yang cukup bersih serta sekoci yang tergantung di dinding kapal, jika saat kapal berlayar terjadi sesuatu, sekoci bisa dijadikan sebagai alat bantu darurat untuk penyelamatan.

kegiatan sholat magrib di musholla kapal - atika amalia
kegiatan sholat Magrib di musholla kapal/Atika Amalia

Aku juga berkeliling di area lain di atas kapal, tampak gel pembersih tangan terpasang di setiap sudut agar setiap penumpang yang berada di atas kapal dapat dengan mudah mencuci tangan untuk melindungi diri dari penularan COVID-19.

Adzan Maghrib telah berkumandang, langit semakin gelap. Pengharapan keselamatan hanya kepada Tuhan yang bisa kami lakukan. Selepas Maghrib, bangku-bangku kapal terisi penuh. Penumpang sepertinya sudah mulai lapar, banyak yang membuka masker untuk menyantap hidangan mereka. Demi keamanan dan kekhawatiran akan COVID-19 kami memilih untuk kembali ke parkiran dan berdiam diri di kendaraan hingga waktu berlabuh tiba.

Kapal mengayun, terasa lebih kuat dari saat baru berangkat. Sepertinya gelombang mulai tinggi. Kami mencoba mencari kesibukan untuk mengalihkan rasa takut. Saya melihat-lihat foto yang tadi saya bidik, Aydas membalas pesan singkat di pesan singkat WhatsApp dan Azzahra asyik menikmati kue. Waktu terasa berjalan sangat cepat, dari kejauhan tampak lampu-lampu kecil seperti menyapa.

“Sebentar lagi kita akan tiba di pelabuhan Merak!” Ujarku pada Aydas. Seperti tidak percaya, Aydas meletakan telepon genggamnya lalu berusaha mencari arah lampu yang aku maksud. “Oh iya, kita sudah hampir tiba,” ia menjawab penuh gembira. Sepertinya ia sudah membayangkan akan tidur pulas di rumah malam ini.Selama perjalanan hanya Aydas yang bertugas untuk membawa kendaraan sementara aku bertugas untuk mengurus logistik dan melayani Azzahra bermain agar dia mau terus berdiam di car seat-nya.

Aydas dan Azzahra menikmati pemandangan sore - Atika Amalia
Aydas dan Azzahra menikmati pemandangan sore/Atika Amalia

Langit sudah semakin gelap. Kami baru saja turun kapal. Bahagianya penyebrangan tadi berjalan dengan baik dan tidak ada kendala yang berarti. Aydas berkelakar, “Bagaimana, balik lagi nih kita ke Sumatera?” Saya pun melempar pertanyaan kepada Azzahra, “Gimana Za, balik lagi nih ke rumah Ama di Sumatera?” Azzahra hanya diam, tampak sedang asyik menikmati lampu jalanan. Selanjutnya kami sepakat untuk makan malam terlebih dahulu sebelum tancap gas menuju Jakarta.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post KMP Sebuku: Mondar Mandir Membelah Selat Sunda appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/kmp-sebuku-mondar-mandir-membelah-selat-sunda/feed/ 0 29319
Melihat Lebih Dekat Rupa Perjalanan dari Kupang ke Rote Kala Pandemi https://telusuri.id/kupang-rote-kala-pandemi/ https://telusuri.id/kupang-rote-kala-pandemi/#respond Wed, 28 Jul 2021 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=29344 Pertengahan bulan Juni lalu terjadi sebuah peristiwa penting yang mengharuskan saya untuk bertandang kesekian kalinya ke Pulau Rote. Saya yang merindukan Rote dan segala ceritanya, mulai bersiap-siap pada malam sebelum esok pagi-pagi buta berangkat. Saya...

The post Melihat Lebih Dekat Rupa Perjalanan dari Kupang ke Rote Kala Pandemi appeared first on TelusuRI.

]]>
Pertengahan bulan Juni lalu terjadi sebuah peristiwa penting yang mengharuskan saya untuk bertandang kesekian kalinya ke Pulau Rote. Saya yang merindukan Rote dan segala ceritanya, mulai bersiap-siap pada malam sebelum esok pagi-pagi buta berangkat. Saya menyiapkan pakaian atau barang apa saja yang perlu dibawa. Tidak lupa juga, saya membawa beberapa cemilan kecil untuk bekal selama di atas kapal.

Ya, kapal. Saya akan berangkat dengan menggunakan transportasi jalur laut. Jika berbicara jalur laut, maka sudah pasti perjalanan akan berlangsung cukup lama. Apalagi, yang saya tumpangi adalah kapal ferry lambat. Makanya, perlu untuk membawa cemilan sebagai teman agar tidak kelaparan nanti.

Saya berangkat dari rumah pukul 5 pagi karena, sesuai informasi yang didapat, kapal akan berangkat ke Pulau Rote pukul 8 pagi. Motor yang saya tumpangi membawa saya menuju Pelabuhan Bolok, Desa Nitneo, Kupang Barat. Pelabuhan penyeberangan ini, merupakan salah satu pelabuhan terkenal di Kota Kupang. 

Sesampainya di pelabuhan, saya melihat begitu banyak pengunjung yang sudah menunggu pembukaan loket untuk tes antigen dan juga GeNose. Bagi penumpang dengan tujuan Kupang—Rote (dan pastinya semua rute), memang diwajibkan untuk membawa surat bebas COVID-19. Sehingga, perjalanan akan tetap aman dan terlindung dari penularan COVID-19.

Antri GeNose
Antrian GeNose/Resti Seli

Saya memilih untuk mengikuti GeNose dikarenakan harganya lebih murah, cukup mengeluarkan uang sebesar Rp50.000. Karena inilah banyak penumpang yang juga memilih GeNose. Sangat banyak yang mengantri ditambah alat teknis yang masih belum stabil—kata petugas nakes—maka, saya mengantri cukup lama hingga kelelahan. Belum lagi terjadi desak-desakan dengan penumpang lain, membuat saya semakin geram karena mereka tidak menerapkan protokol kesehatan seperti menjaga jarak dengan tepat. Bahkan, ada juga pengunjung yang sempat-sempatnya melepas masker dengan alasan kepanasan. 

Satu hal yang cukup saya soroti saat menjalani tes GeNose ini adalah, tempat yang kita pakai untuk meniup udara berbahan dasar plastik. Saya melihat ada begitu banyak tumpukannya tepat di bawah meja si petugas. GeNose memang sangat membantu karena harganya yang terjangkau, tetapi ternyata juga menyumbang banyak sampah plastik. Namun, bagaimana lagi? GeNose memang lebih murah, jadi lebih banyak diminati para pejalan.

Tes GeNose
Tes GeNose/Resti Seli

Setelah selesai mengantri tes GeNose saya berlanjut untuk membeli tiket. Sebelum itu, saya mencuci tangan terlebih dahulu. Syukurlah, setiap sudut pelabuhan disediakan tempat mencuci tangan.

Pagi hari di pelabuhan sungguh hal yang patut dinikmati. Melihat lalu-lalang orang banyak dan melihat kapal-kapal berlabuh dan berlayar, memiliki daya tariknya sendiri. Salah satu fasilitas yang sangat menarik perhatian saya adalah jalan panjang khusus untuk penumpang yang berjalan kaki. Lumayan panjang sehingga cukup instagramable.

Yap, saya sudah diatas KM (Kapal Motor) Uma Kalada dan sepersekian menit kemudian, kapal mulai berlayar.

Suasana Diatas Kapal
Suasana di atas kapal/Resti Seli

Suasana di kapal sangat ramai. Ada musik yang diputar, ada yang makan, dan ada yang lalu lalang. Meskipun begitu, penumpang yang sedang tiduran di tempat tidur—yang sudah disediakan—tidak begitu terganggu. Jika dilihat, kapal ini tidak cukup rapi. Tentu selain karena kapal ini merupakan kapal tua yang berkarat, tidak sedikit penumpang yang membuang sampah sembarangan. Begitulah, memang sebagian penumpang abai akan kebersihan. Padahal, tempat sampau sudah disediakan.

Ah, sudahlah. Saya kembali menikmati cemilan yang saya bawa sambil menikmati indahnya pemandangan. Seperti biasa, perjalanan kurang lebih 4 jam untuk sampai ke Rote.

Pelabuhan Pantai Baru
Pelabuhan Pantai Baru/Resti Seli

Akhirnya, tiba juga di Pelabuhan Pantai Baru, Rote. Dari atas kapal sangat terlihat bahwa pelabuhan ini cukup tertata rapi dengan besi-besi besar warna kekuningan. Petugas ABK (Anak Buah Kapal) segera melemparkan tali besar ke seberang dermaga yang kemudian dikaitkan di dermaga. Mungkin untuk menahan agar kapal tidak terbawa gelombang air laut—walaupun saat itu laut sedang tenang. Terlihat juga penumpang yang ingin berangkat ke Kupang sedang menunggu kapal mereka.

Sebelum memasuki pelabuhan ini, kapal akan melewati pertemuan dua pulau yang menjadi pintu masuk dan keluar pelabuhan. Sungguh memanjakan mata. Apalagi laut yang tenang membuat pemandangan dari lantai atas kapal ini sangat menenangkan. 

Setelah turun kapal, para penumpang diminta untuk menunjukkan surat bebas COVID-19. Saya lalu berjalan keluar menuju tempat parkir untuk mencari tumpangan.Pelabuhan Bolok ini tidak begitu besar, tetapi, seperti yang saya sampaikan sebelumnya, pelabuhan ini ditata cukup rapi sehingga tidak sesak.

Perjalanan darat menuju Desa Lole, Kecamatan Rote Tengah pun dimulai.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Melihat Lebih Dekat Rupa Perjalanan dari Kupang ke Rote Kala Pandemi appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/kupang-rote-kala-pandemi/feed/ 0 29344
Perjalanan Menyusuri Pulau Rote https://telusuri.id/perjalanan-menyusuri-pulau-rote/ https://telusuri.id/perjalanan-menyusuri-pulau-rote/#respond Mon, 07 Jun 2021 01:13:00 +0000 https://telusuri.id/?p=28209 Perjalanan ini dilakukan pada Juni 2018. Saat itu sedang libur panjang, saya yang bertempat tinggal di Kupang memutuskan untuk berlibur sekaligus mengunjungi sanak-saudara di pulau selatan Indonesia, Rote Ndao tepatnya di Desa Sedeoen, Kecamatan Rote...

The post Perjalanan Menyusuri Pulau Rote appeared first on TelusuRI.

]]>
Perjalanan ini dilakukan pada Juni 2018. Saat itu sedang libur panjang, saya yang bertempat tinggal di Kupang memutuskan untuk berlibur sekaligus mengunjungi sanak-saudara di pulau selatan Indonesia, Rote Ndao tepatnya di Desa Sedeoen, Kecamatan Rote Barat dan di Desa Lole, Kecamatan Rote Tengah—yang tentunya masih termasuk dalam provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya berangkat dengan menumpangi kapal feri, kapal yang sering dijumpai jika ingin bepergian Kupang—Rote atau sebaliknya.

Kapal ini cukup besar, dan tidak hanya terdiri dari satu lantai saja, tetapi ada beberapa (entah saya lupa). Intinya, dalam kapal tersebut kita masih bisa bergerak leluasa, kesana-kemari menikmati indahnya perpaduan biru laut dan langit yang bersahaja, serta pulau-pulau kecil yang berjejer seakan menghantar saya menuju lautan lepas.

Diatas Kapal Ferry—Menuju Rote/Resti Seli

Hingga akhirnya, saya benar-benar ditengah lautan lepas. Kapal berjalan dengan tenang, walaupun ada beberapa kali kapal ini oleng akibat hantaman ombak besar. Sampai-sampai membangunkan penumpang lain yang sedang tidur. Beberapa penumpang terlihat panik, tetapi sebisa mungkin tetap tenang. Perjalanan ini cukup memakan waktu kira-kira 4 jam lamanya. Saya sampai ke daratan Pulau Rote sekitar pukul 15.30 WITA.

Setelah kapal bersandar, saya pun lekas turun dan menjumpai beberapa sanak keluarga yang sudah menunggu untuk menjemput saya. Tak butuh waktu lama, motor saya mulai melaju. Lelah sudah, tetapi sekali lagi. Alam Rote tidak pernah mengecewakan.  Sepanjang jalan, adakalanya saya ditemani pepohonan rimbun seperti hutan lalu tak lama kemudian, ladang luas dan cuaca panas menyapa kulit saya. 

Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan, saya tiba di Desa Sedeoen. Indah bukan main desa ini. Berada tepat di pesisir pantai, seluruh tanah di sini diselimuti pasir pantai. Di depan rumah saya berhadapan langsung dengan penginapan berbentuk rumah kecil beratapkan daun lontar, berjejer lurus di depan. Penginapan ini dibangun oleh orang asing yang membeli tanah di sini dan mendirikan usaha penginapan.

Potret Pantai Sedeoen/Resti Seli

Dibalik penginapan-penginapan ini terdapat pantai Sedeoen yang indah di belakangnya.  Untuk sampai ke pantai tersebut, saya berjalan sekitar 35 meter melewati lorong setapak kecil di sela-sela penginapan. Setapak itu menuntun langkah saya menuju pantai indah yang terbentang di ujung sana. Setapak itu terbentang sepanjang pantai, untuk memudahkan pengunjung atau siapa pun yang ingin menikmati keindahan pantai.

Pantainya bersih, pasirnya putih, beberapa perahu yang terparkir dengan baik, dan sinar matahari yang menyengat. Pantai ini juga terdapat rumah kecil atau pondok beratapkan daun kelapa. Tempat berteduh bagi siapa saja di pantai itu. 

Desa ini juga menjadi salah satu saksi menghantar mentari ke peraduannya. Itulah mengapa, senja terlihat sangat bersahaja di sini. 

Setelah beberapa hari di sini, saya pergi mengunjungi sanak-saudara lainnya di belahan Pulau Rote yang lain. Desa Lole, Kecamatan Rote Tengah. Tidak jauh berbeda, sepanjang perjalanan saya berjumpa dengan pepohonan rimbun kemudian, padang yang terbentang luas. Memakan waktu kurang lebih 1 jam.

Pemandangan yang berbeda ditemui di sini, bukan pantai. Tetapi, sawah hijau yang sangat luas. Persawahan ini terletak tepat di depan rumah saya. Sehingga, udara di sini sangat sejuk. Terdapat juga kolam ditengah sawah yang memanfaatkan masyarakat sebagai tempat menimba air minum dan tempat mandi. Namun jangan salah, ditengah kolam ini sudah dibangun tembok yang memisahkan air minum dan tempat mandi. Air di bagian atas atau yang berasal langsung dari mata air, akan dijadikan warga sebagai air minum. Setelahnya dibagian bawah, adalah tempat mandi atau berendam bagi siapa saja. 

Sawah di Desa Lole/Resti Seli

Saya bermalam di desa ini, ketika malam menjelang, suhu menjadi sangat dingin. Untuk menghangatkan tubuh dan memuaskan lapar di perut, saya bersama beberapa anggota keluarga lainnya, memilih untuk membuat api lalu membakar seekor babi kecil (kami non-muslim). Itu hal yang biasa bagi saya, setiap kali saya berkunjung kesini, pasti akan disuguhkan dengan membunuh ayam atau seekor babi kecil.

Sayangnya, waktu itu sama sekali belum ada listrik yang masuk di desa itu. Sehingga gelap gulita menutupi pandangan kami. Jadi, untuk melewati malam, kami bertukar cerita, sembari menikmati makan malam—daging babi bakar—ditemani remang-remang lampu ti’oek. Lampu tradisional yang menggunakan sumbu dan minyak tanah. Kemudian, kami pun tertidur pulas.

Selang beberapa hari lamanya, perjalanan saya telah usai. Saya diantar ke pelabuhan Ba’a tempat kapal dengan rute Rote—Kupang menjemput saya. Saya pergi dengan keindahan Pulau Rote yang membekas dihati, pantainya yang bersih dan menarik serta persawahan yang sejuk dengan kolam kecil di tengahnya, menambah kesan tersendiri bagi perjalanan saya kala itu.

Pantai Sedeoen dan Persawahan Desa Lole, hanyalah sebagian kecil dari sejuta keindahan yang ada di Pulau Rote, ini membuat saya ingin kembali suatu waktu, untuk menjelajahi dan menemukan kecantikan alam lainnya.

The post Perjalanan Menyusuri Pulau Rote appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/perjalanan-menyusuri-pulau-rote/feed/ 0 28209
5 Cara Mengatasi Rasa Bosan pas Mudik Naik Kapal https://telusuri.id/mengatasi-rasa-bosan-naik-kapal/ https://telusuri.id/mengatasi-rasa-bosan-naik-kapal/#respond Fri, 31 May 2019 16:00:53 +0000 https://telusuri.id/?p=14211 Waktu mudik naik kapal, ada masanya kamu bakal dilanda rasa bosan. Wajar saja, perjalanan sangat panjang namun ruang gerakmu sangat terbatas. Nah, supaya kamu nggak mati bosan, simak dulu nih lima cara mengatasi rasa bosan...

The post 5 Cara Mengatasi Rasa Bosan pas Mudik Naik Kapal appeared first on TelusuRI.

]]>
Waktu mudik naik kapal, ada masanya kamu bakal dilanda rasa bosan. Wajar saja, perjalanan sangat panjang namun ruang gerakmu sangat terbatas.

Nah, supaya kamu nggak mati bosan, simak dulu nih lima cara mengatasi rasa bosan pas mudik berhari-hari naik kapal.

Membaca buku via StockSnap

1. Baca buku

Cara pertama adalah baca buku. Membaca buku bakal menyedot pikiranmu ke dalam dunia yang digambarkan oleh buku itu sampai-sampai kamu akan jadi lupa waktu. Lagi asyik baca, eh tahu-tahu kamu sudah tiba di kampung halaman.

Supaya kegiatan baca buku pas mudik naik kapal bisa lebih seru, pastikan buku yang kamu bawa sesuai dengan seleramu. Kalau nggak suka sama buku yang kamu bawa, kemungkinan besar kamu nggak bakal minat buat baca.

2. Nonton di bioskop

Kapal Pelni dilengkapi dengan bioskop kecil tempat kamu bisa menonton film berbagai genre. Dalam sehari bakal ada beberapa kali “show” di bioskop kapal. Biasanya, sebelum mulai diputar, bakal ada pemberitahuan soal judul dan jadwal film lewat corong pengeras suara.

Tiket bioskop kapal Pelni juga nggak mahal, Sob. Jauh lebih murah ketimbang tiket bioskop di kota-kota besar. Tapi, kamu jangan berharap banyak soal fasilitas bioskop itu. Kamu bakal duduk di kursi yang lazimnya digunakan buat hajatan. Layarnya pun nggak gede-gede amat, cuma selebar layar proyektor, soalnya emang cuma layar proyektor.

rasa bosan
Ilustrasi kartu remi via pexels.com/Pixabay

3. Main kartu

Pas mudik naik kapal, jangan lupa siapkan satu-dua set kartu remi. Nggak usah khawatir nggak ada temen, soalnya kartu remi itu bakalan menarik perhatian banyak orang. Satu per satu para penumpang lain bakal gabung dengan kamu buat main remi.

Sambil main kartu, kalian bakalan ngobrol ngalor-ngidul soal apa pun. Sejam atau dua jam setelah memulai permainan, kalian bakal jadi temen akrab seolah-olah sudah kenal selama puluhan tahun.

4. Berdansa di “diskotek”

Di kapal Pelni juga ada diskotek. Oke, ini sebenernya bukan diskotek, tapi cuma kafe yang nyediain fasilitas electone di pojok lantai dansa. Kamu bebas buat joged-joged di lantai dansa itu. Kalau mau nyawer juga bisa.

Sayang sekali “diskotek” kapal Pelni tutupnya terlalu “pagi.” Menginjak jam 11 malam, para pengunjung—penumpang—bakal dipersilakan untuk meninggalkan venue.

Semburan sebelum matahari terbit/Bogitw

5. Lihat “sunset” dan “sunrise”

Nggak ada lokasi yang lebih pas buat lihat sunset dan sunrise selain di sebuah kapal yang lagi meluncur di tengah samudra. Buat lihat sunrise, kamu tinggal cus aja ke sisi kapal yang menghadap ke timur. Untuk menikmati sunset, kamu tinggal melongokkan kepala ke arah barat.

Nah, kalau kamu sendiri gimana? Punya jurus jitu buat mengatasi rasa bosan pas mudik naik kapal?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post 5 Cara Mengatasi Rasa Bosan pas Mudik Naik Kapal appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/mengatasi-rasa-bosan-naik-kapal/feed/ 0 14211
Wow! Ada Fasilitas Mewah di Kapal Pelni https://telusuri.id/wow-ada-fasilitas-mewah-di-kapal-pelni/ https://telusuri.id/wow-ada-fasilitas-mewah-di-kapal-pelni/#comments Sun, 21 Jan 2018 02:30:05 +0000 https://telusuri.id/?p=5887 Di Indonesia saat ini udah banyak banget pilihan moda transportasi, baik di darat, laut, maupun udara. Masing-masing moda punya kelas dan kualitas berbeda. Tentunya kamu bebas memilih sesuai dengan ketebalan kantong masing-masing. Karena Indonesia merupakan...

The post Wow! Ada Fasilitas Mewah di Kapal Pelni appeared first on TelusuRI.

]]>
Di Indonesia saat ini udah banyak banget pilihan moda transportasi, baik di darat, laut, maupun udara. Masing-masing moda punya kelas dan kualitas berbeda. Tentunya kamu bebas memilih sesuai dengan ketebalan kantong masing-masing.

Karena Indonesia merupakan negara kepulauan, jalur laut cukup diperhatikan oleh pemerintah demi terkoneksinya satu pulau dengan pulau lainnya.

kapal pelni

Makan di restoran kapal Pelni via facebook.com/Pelayaran Nasional Indonesia

Berbicara tentang layanan transportasi laut jarak jauh, kapal Pelni selalu menjadi pilihan utama. Faktor-faktor seperti kenyamanan, keamanan, serta fasilitas-fasilitas mewah yang ditawarkan di beberapa armadanya adalah yang bikin Pelni tetap jadi primadona.

Kamar mewah di KM Kelud, KM Sinabung, dan KM Kelimutu

kapal pelni

Interior kamar kelas 1 dan 1A via facebook.com/Pelayaran Nasional Indonesia

Istimewanya, fasilitas mewah di kapal Pelni ini bisa disetarakan dengan fasilitas hotel mewah!

Kamar kelas 1A di kapal Pelni ini menyediakan dua single bed yang bersih dan nyaman, lemari pakaian, meja tulis, serta kamar mandi yang dilengkapi dengan shower serta pilihan air panas dan dingin. Di kamar mandi kelas 1A ini juga tersedia wastafel, toilet duduk, plus sabun dan sampo.

Jangan khawatir kepanasan. Kamar kelas 1A full AC! Bosan lihat laut terus? Tenang, di kabin kamu juga tersedia TV kabel dengan acara yang nonstop! Penumpang kelas 1A akan mendapatkan layanan prioritas ketika makan di restoran.

Bosan nonton di kamar, kamu bisa nonton di bioskop mini. Mau nyanyi-nyanyi, ada  studio karaoke yang bisa diakses penumpang dari semua kelas.  Jangan heran kalau kamu mendapati minimarket terkenal Indonesia di dek kapal Pelni. Itu beneran, bukan ilusi.

Lengkap banget ‘kan fasilitas kapal Pelni?

Tapi, sayangnya fasilitas khusus kelas 1A ini baru tersedia di tiga kapal Pelni saja, yaitu KM Kelud, KM Sinabung, dan KM Kelimutu. Kamu harus cobain salah satunya! Siap buat telusuRI Indonesia lewat jalur laut? Berangkat!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

The post Wow! Ada Fasilitas Mewah di Kapal Pelni appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/wow-ada-fasilitas-mewah-di-kapal-pelni/feed/ 1 5887