karimunjawa Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/karimunjawa/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Fri, 05 Jul 2024 07:33:52 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 karimunjawa Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/karimunjawa/ 32 32 135956295 Eksplorasi Mengulik Keunikan Pulau Nyamuk di Karimunjawa https://telusuri.id/eksplorasi-mengulik-keunikan-pulau-nyamuk-di-karimunjawa/ https://telusuri.id/eksplorasi-mengulik-keunikan-pulau-nyamuk-di-karimunjawa/#respond Fri, 05 Jul 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=42281 Setelah empat hari kami mengeksplorasi keindahan bawah laut Pulau Karimunjawa, masih dalam rangkaian Ekspedisi Layar Biru Karimunjawa, pada Selasa (19/10/2021) kami melanjutkan perjalanan menuju Pulau Nyamuk. Dua instruktur tetap mendampingi untuk aktivitas penyelaman kami. Kami...

The post Eksplorasi Mengulik Keunikan Pulau Nyamuk di Karimunjawa appeared first on TelusuRI.

]]>
Setelah empat hari kami mengeksplorasi keindahan bawah laut Pulau Karimunjawa, masih dalam rangkaian Ekspedisi Layar Biru Karimunjawa, pada Selasa (19/10/2021) kami melanjutkan perjalanan menuju Pulau Nyamuk. Dua instruktur tetap mendampingi untuk aktivitas penyelaman kami.

Kami berangkat dari dermaga Pulau Karimunjawa menggunakan KM Bawana Nusantara 98. Kapal ini berlayar setiap pukul 13.00 WIB pada hari Senin, Selasa, Jumat, dan Sabtu, dengan rute Pulau Karimunjawa–Pulau Parang–Pulau Nyamuk. Adapun jadwal rute sebaliknya adalah hari Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu setiap pukul 17.00. Meski tidak terlalu besar, kapal dengan harga tiket Rp37.000 per orang ini memiliki fasilitas tempat duduk, toilet, televisi, dan ruang kargo untuk barang penumpang.

Eksplorasi Mengulik Keunikan Pulau Nyamuk di Karimunjawa
Tampak depan ruang nakhoda kapal KM Bawana Nusantara 98 yang mengantar kami ke Pulau Nyamuk/Lya Munawaroh

Perjalanan ke Pulau Nyamuk memakan waktu selama tiga jam. Untuk menghilangkan kejenuhan, aku berpindah ke bagian depan kapal yang merupakan area terbuka. Sewaktu akan duduk, seorang bapak paruh baya menyapaku. Setelah bertegur sapa menanyakan asal daerah dan tempat tujuanku, kami pun berbincang agak lama. 

Bapak itu bercerita kalau ia berasal dari Pulau Parang. Saat ini bekerja sebagai pegawai negeri dan sedang ingin pulang kampung. Katanya, ia sering melakukan perjalanan laut seperti ini sewaktu sekolah dulu. Cuma bedanya dahulu perjalanan keluar pulau masih sulit dan perlu biaya besar, apalagi transportasi macam kapal KM Bawana Nusantara 98 belum ada. Berdasarkan informasi, ternyata KM Bawana Nusantara baru beroperasi pada 2021. Sebelum itu, untuk menuju Pulau Nyamuk atau Pulau Parang biasanya masyarakat menyewa kapal nelayan dengan tarif mulai dari 700 ribu sampai 1 juta rupiah. 

Perjalanan kami tak terasa membosankan, karena pemandangan pulau-pulau Karimunjawa begitu memanjakan mata. Sore hari, kami akhirnya tiba di Pulau Nyamuk. Suasana dermaga saat itu sangat ramai. Terlihat banyak anak kecil melompat dan berenang dengan gembira. Banyak pula kuli panggul, hingga ibu-ibu berdaster sambil menggendong anak, yang tampak sedang menunggu kedatangan kapal.

Yang kurasakan pertama kali setibanya di pulau ini adalah keramahan warganya. Mereka menyambut sangat baik kepada para pengunjung atau pendatang. Kami dijemput salah seorang warga dengan menggunakan kendaraan motor roda tiga merek Tossa. Kami diantar menuju rumah Bu Faristiana, posko tempat kami menginap selama tiga hari kegiatan di pulau ini. Saking baiknya, beliau dengan sukarela meminjamkan rumahnya tanpa memungut biaya. Sebagai ganti kami hanya perlu memesan makanan selama kami di rumahnya.

  • Eksplorasi Mengulik Keunikan Pulau Nyamuk di Karimunjawa
  • Eksplorasi Mengulik Keunikan Pulau Nyamuk di Karimunjawa

Hanya Ada Satu Desa di Pulau Nyamuk

Seusai membereskan barang-barang, kami berkunjung ke rumah petinggi atau kepala Desa Nyamuk. Kami bermaksud meminta izin untuk melaksanakan kegiatan di desa ini. Meski sebelumnya kami telah berkomunikasi melalui telepon, tetapi sudah sepantasnya kami menemui beliau secara langsung, sekaligus agar bisa mengulik lebih dalam mengenai desa ini.

Desa Nyamuk adalah satu-satunya desa yang ada di pulau seluas 139,5 ha tersebut. Terdapat total 649 jiwa penduduk dengan 222 kepala keluarga, yang terbagi menjadi empat RT dan dua RW. Secara administrasi, Desa Nyamuk termasuk wilayah Kecamatan Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah. Desa ini berdiri sejak tahun 2011 yang merupakan pemekaran dari Desa Parang di Pulau Parang.

Desa Nyamuk dipimpin Bapak Muaziz, yang menjabat sejak 28 Desember 2020 dengan masa akhir jabatan Desember 2024. Pak Muaziz adalah petinggi pengganti dari petinggi sebelumnya yang telah meninggal. Beliau dipilih secara PAW (pemilihan antar waktu), yaitu pemilihan yang hanya melibatkan beberapa tokoh masyarakat, seperti perangkat desa, BPD, tokoh pendidikan, dan tokoh agama.

Kami sangat penasaran dengan asal mula nama Pulau Nyamuk. Atas saran Pak Muaziz, kami menemui seorang perangkat desa yang mengetahui sejarah Pulau Nyamuk. Jika mengacu informasi di internet, pulau ini dinamakan demikian karena bentuknya yang kecil seperti nyamuk. Namun, ternyata ada versi yang lain.

Dari wawancara kami bersama seorang perangkat desa, terungkap bahwa penamaan Pulau Nyamuk berasal dari singkatan “Nyantri Mukti”. Nyantri Mukti diartikan sebagai bakti seorang santri kepada gurunya. Dahulu ada seorang sunan yang menyuruh santrinya menimba ilmu di suatu pulau. Pulau yang ditempati santri tersebut kemudian dikenal dengan Pulau Nyamuk. Cerita tersebut diperkuat dengan adanya petilasan sebuah sumur wali, yang di sekitarnya terdapat makam Syekh Abdullah atau Mbah Sumur Wali.

Eksplorasi Mengulik Keunikan Pulau Nyamuk di Karimunjawa
Instalasi panel surya di Desa Nyamuk/Lya Munawaroh

Keterbatasan Fasilitas di Desa Nyamuk

Setelah mewawancarai perangkat desa, sebelum petang kami menyempatkan jalan-jalan menelusuri pulau. Para anak kecil Pulau Nyamuk sangat antusias mengantar kami ke sebuah pantai yang tak jauh dari posko. Sebelum mencapai pantai, kami melewati area panel surya yang tak terlalu luas. Panel surya inilah yang menjadi sumber listrik utama di Desa Nyamuk yang dibangun pada 2016. 

Sepetak sumber energi surya ini, tentu belum cukup memenuhi kebutuhan listrik semua warga. Penggunaannya pun masih dibatasi untuk setiap kepala keluarga, yakni hanya sebesar 1.500 kWh per bulan. Jika penggunaan habis pakai biayanya sebesar Rp90.000, sedangkan untuk pengisian ulang listrik dijadwalkan setiap pukul 14.00 WIB.

Desa Nyamuk berada di pulau terluar dari gugusan Kepulauan Karimunjawa dan berada di tengah laut lepas antara Jawa–Sulawesi. Selain keterbatasan pasokan listrik, fasilitas lainnya, seperti transportasi, pendidikan, serta kesehatan juga masih minim. Transportasi kapal yang memadai saja baru ada pada tahun 2021. Apalagi dari segi fasilitas pendidikan. Desa Nyamuk hanya memiliki satu sekolah, yaitu SDN 03 Parang. Setelah anak-anak lulus SD, mayoritas orang tua mengirim anak mereka untuk menempuh pendidikan di pondok pesantren di kota Jepara atau kota lainnya.

Untuk fasilitas kesehatan, di Desa Nyamuk hanya ada satu bidan desa dan satu bidan dari pemerintah daerah. Keadaan ini tentu menyulitkan masyarakat ketika ingin berobat. Adapun fasilitas ibadah hanya ada satu masjid dan tiga musala yang tersebar di tiga RT.

Di desa ini belum ada tempat ibadah umat agama lain, karena hampir seluruh penduduk Pulau Nyamuk beragama islam. Latar belakang sukunya beragam, mulai dari Madura, Bugis, Buton, dan Jawa sebagai mayoritas. Meskipun merupakan desa kecil, tetapi Desa Nyamuk memiliki potensi wisata yang tak kalah dengan desa lain di Kepulauan Karimunjawa. Desa Nyamuk memiliki pantai-pantai yang indah dengan panorama matahari terbit dan tenggelam.

Kata Pak Muaziz, mulai tahun 2021 pemerintah desa sudah bekerja sama dengan salah satu dosen Universitas Diponegoro untuk memetakan potensi wisata di pulau ini. Kerja sama tersebut tentu diharapkan dapat meningkatkan minat wisatawan untuk mengunjungi Desa Nyamuk.

Fakta Menarik Lainnya di Desa Nyamuk

Selama menelusuri dan mengamati Desa Nyamuk, kami menemukan fakta-fakta menarik. Selain ramah, masyarakat Desa Nyamuk juga kental dengan budaya gotong royong. Hal itu sebenarnya sudah kami amati saat di dermaga. Semua warga saling membantu dalam aktivitas bongkar muat barang ketika kapal telah tiba atau akan berangkat. Kegiatan gotong royong juga dilakukan ketika membangun tower Wifi bersama.

Fakta menarik lainnya, di desa ini kebanyakan kendaraan bermotor tidak mempunyai plat nomor. Kami berasumsi, itu karena akomodasi dari Desa Nyamuk menuju pusat pemerintahan Karimunjawa cukup jauh dan harus menyeberang beberapa kali. Sehingga mungkin saja sebagian warga desa enggan untuk mengurus syarat administrasi kepemilikan kendaraan bermotor. Alasan lainnya, bisa saja karena di desa ini kecil kemungkinan adanya kasus pencurian serta tidak adanya razia dari polisi. Mereka sering meninggalkan kunci motor mereka di motor tanpa merasa takut.

Di Desa Nyamuk hampir setiap rumah memiliki gazebo pribadi dan terpasang hammock di depan rumah. Kalau fakta yang ini tak begitu mengherankan, karena cuaca di sini ketika siang hari sangat terik dan panas. Daripada berada di dalam rumah menahan gerah, akan lebih nyaman bagi masyarakat Desa Nyamuk bercengkerama dengan keluarga atau beristirahat setelah melaut, sambil merasakan terpaan angin sepoi-sepoi.

Fakta selanjutnya, masyarakat Desa Nyamuk dalam mengakses internet sangat bergantung pada WiFi. Itu karena hanya jaringan seluler yang kuat, seperti Telkomsel yang memiliki sinyal di desa ini. Setiap rumah di desa ini pasti memiliki WiFi, tetapi ada juga WiFi umum yang dipasang di Balai Desa Nyamuk. Namun, kabarnya dalam kurun waktu terdekat provider Telkomsel akan dibangun dan dikembangkan di Pulau Nyamuk. 

Hal penting selanjutnya yang membuatku kagum adalah desa ini bersih dan asri. Selama kami mengelilingi desa, hampir setiap halaman rumah warga sangat bersih dan hampir tidak ada satu helai daun di teras rumah. Padahal ada banyak pohon tumbuh subur di depan rumah. Sesuatu yang sederhana, tetapi sangat hebat karena belum tentu bisa diterapkan oleh kami sebagai mahasiswa yang bergelar pencinta alam.

Fakta terakhir, karena dikelilingi oleh lautan luas, Desa Nyamuk menyimpan hasil laut melimpah. Tak heran jika mayoritas penduduk bekerja sebagai nelayan. Meskipun begitu, beberapa penduduk juga ada yang berkebun dan beternak. Selain hasil laut, kondisi tanah desa ini juga sangat subur. Beberapa tumbuhan dapat tumbuh baik, seperti mangga, kelapa, dan tanaman rambat lainnya. 

Setiap sisi Desa Nyamuk memang unik dan menarik. Kekhasan potensi dan keramahan warga desa bisa menarik minat pengunjung untuk singgah di pulau ini dengan tujuan berlibur atau melakukan kegiatan sosial. Berbagai upaya juga masih terus dilakukan oleh pemerintah setempat dan penduduk sekitar untuk membuat desa ini lebih maju lagi.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Eksplorasi Mengulik Keunikan Pulau Nyamuk di Karimunjawa appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/eksplorasi-mengulik-keunikan-pulau-nyamuk-di-karimunjawa/feed/ 0 42281
Menyelam di Karimunjawa: Pulau Menjangan Kecil (2) https://telusuri.id/menyelam-di-karimunjawa-pulau-menjangan-kecil-2/ https://telusuri.id/menyelam-di-karimunjawa-pulau-menjangan-kecil-2/#respond Wed, 03 Jan 2024 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=40797 Pulau Menjangan Kecil adalah tujuan kedua penyelaman kami di Kepulauan Karimunjawa. Pulau ini tidak kalah menarik dengan Pulau Cemara. Saat menuju ke sana gerimis kembali mengiringi perjalanan kami. Ombak pun jadi lebih besar dari sebelumnya....

The post Menyelam di Karimunjawa: Pulau Menjangan Kecil (2) appeared first on TelusuRI.

]]>
Pulau Menjangan Kecil adalah tujuan kedua penyelaman kami di Kepulauan Karimunjawa. Pulau ini tidak kalah menarik dengan Pulau Cemara. Saat menuju ke sana gerimis kembali mengiringi perjalanan kami. Ombak pun jadi lebih besar dari sebelumnya. Meskipun begitu, eksplorasi kami tidak mungkin kami akhiri. 

Instruktur kami mengatakan jika cuaca seperti ini masih aman. Hal itu juga setelah mempertimbangkan dari kemampuan tim yang telah menempuh lima kali log dive sebelumnya.

Semesta seperti merestui. Lagi-lagi ketika mendekati pulau hujan mereda dan cuaca menjadi sedikit cerah. Perjalanan menuju Pulau Menjangan Kecil tidak begitu lama, mungkin hanya sekitar 30 menit dari Pulau Cemara.

Menyelam di Karimunjawa: Pulau Cemara (1)
Berteduh di dalam kapal saat gerimis mengguyur dalam perjalanan ke Pulau Menjangan Kecil/Lya Munawaroh

Briefing Sebelum Penyelaman

Ketika kapal berhenti dan ABK menancapkan jangkar, kami sudah dibuat terkesima dengan keindahan terumbu karang yang bisa dilihat dari atas kapal. Kalau seperti ini, dengan snorkeling saja kami sudah bisa melihatnya cukup jelas. Namun, mungkin feel-nya sangat berbeda ketika berada sejengkal lebih dekat dengan terumbu karang yang megah itu. Kami tetap ingin menyelam dan mengeksplorasi lebih dalam lagi perairan Pulau Menjangan Kecil ini. 

Segera kami setting peralatan selam masing-masing dan turun ke air sesuai arahan dari instruktur. Sudah menjadi hal wajib, sebelum menyelam kami melakukan briefing terlebih dahulu.

Begitu masuk ke air, ombak laut tiada henti mengombang-ambingkan tubuh kami sehingga kami saling menjauh dan kesulitan berkumpul untuk melakukan briefing. Setelah berusaha saling mendekatkan diri, akhirnya briefing baru bisa dilakukan. 

Briefing diperlukan untuk mencapai kesepakatan mengenai lama waktu penyelaman kali ini, berapa kedalaman maksimal perairan, serta apa saja yang mungkin akan kami temui di bawah nanti. Instruktur kami juga mewanti-wanti agar menjaga buoyancy (daya apung) dengan baik supaya tidak menabrak dan merusak karang.

  • Menyelam di Karimunjawa: Pulau Menjangan Kecil (2)
  • Menyelam di Karimunjawa: Pulau Menjangan Kecil (2)

Panorama Bawah Laut Pulau Menjangan Kecil

Kondisi bawah air di Pulau Menjangan Kecil ini sangat berbeda jika dibandingkan sekitar dermaga Karimunjawa, tempat kami menyelam sehari sebelumnya. Di diving spot Pulau Menjangan Kecil, dasar perairan bukan lagi pasir ataupun lumpur, tetapi berupa terumbu karang yang beraneka jenis dan warna serta memiliki ukuran yang besar-besar. 

Sedikit berbeda dengan Pulau Cemara, di diving spot Pulau Menjangan Kecil ini kami langsung dihadapkan pada terumbu karang yang megah. Baru lima meter menyelam kami sudah menemukan terumbu karang yang besar dengan aneka biota dan ikan-ikan yang hidup di sekelilingnya. 

Di pulau ini terdapat beberapa jenis karang hidup, seperti Acropora, Porites, Turbinaria, dan Montipora. Akan tetapi, kebanyakan karang yang sering ditemukan adalah berjenis Acropora divaricata dan Acropora formosa. Karang-karang tersebut relatif tumbuh lebih besar dan berwarna cokelat kemerahan. 

Sungguh kami merasa seolah berada di dunia lain. Apa pun yang kami saksikan terlihat menakjubkan. Ketika sudah menyaksikan keindahan bawah laut Pulau Cemara dan Pulau Menjangan Kecil, rasanya penyelaman kami ketika di dermaga Karimunjawa menjadi tidak ada apa-apanya. Begitu berbeda, mulai dari visibilitas, suhu, dan biota bawah air. 

  • Menyelam di Karimunjawa: Pulau Menjangan Kecil (2)
  • Menyelam di Karimunjawa: Pulau Menjangan Kecil (2)

Visibilitas di diving spot Pulau Cemara dan Pulau Menjangan Kecil tergolong lebih jernih daripada di dermaga. Di sana juga masih bersih dan tidak tercemar oleh limbah hasil aktivitas manusia. Suhu perairan saat itu juga terasa lebih dingin daripada, mungkin karena cuaca sehabis hujan. Meskipun begitu, penyelaman kami di dermaga juga menjadi penyelaman kami yang tak terlupakan, karena berawal dari sanalah kami merasakan pengalaman first log dive kami. 

Penyelaman kami lakukan selama 30 menit dengan kedalaman rata-rata 15 meter. Begitu naik ke permukaan salah satu dari kami mengeluh telinganya agak sakit. Dia juga terlihat mengalami mimisan.

Peristiwa tersebut memang bisa saja terjadi setelah menyelam. Kemungkinan disebabkan gagalnya equalizing saat menyelam. Equalizing adalah proses penyeimbangan tekanan di sekitar tempat kita menyelam dengan tekanan di tubuh kita. Equalizing bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti mencubit hidung layaknya membuang ingus, menelan ludah, ataupun menggerakkan rahang.

Equalizing harus dilakukan dengan baik sebelum menambah kedalaman saat menyelam. Risiko yang akan terjadi ketika gagal equalizing bisa saja membuat gendang telinga pecah atau pembuluh darah sinus pada hidung pecah. Dalam kasus mimisan sering kali disebabkan oleh barotrauma sinus (perbedaan tekanan pada sinus). Bisa juga terjadi karena lapisan hidung mengering, sehingga sensitif terhadap tekanan saat mencubit hidung sewaktu equalizing

Tips Menyelam di Kepulauan Karimunjawa

Diving atau menyelam memang bukanlah olahraga yang mudah untuk dilakukan. Mulai dari segi peralatan yang tergolong mahal dan juga risiko yang menyertainya tidak main-main. Namun, tidak perlu khawatir jika kamu ingin memulai belajar menyelam. Saat ini sudah banyak dive center di yang menawarkan paket-paket dive tour di beberapa pulau eksotis, termasuk Pulau Karimunjawa. 

Paket-paket wisata tersebut memiliki tarif berkisar Rp900.00—1.500.000 per satu hingga dua orang. Fasilitas yang didapatkan meliputi biaya kapal, dive equipment, makan siang, guide bersertifikat, dokumentasi, dan sebagainya. Paket dive tour tersebut bahkan boleh diikuti oleh peserta yang belum bersertifikat menyelam.

Meski banyak kemudahan yang ditawarkan oleh paket wisata, alangkah baiknya bila memilih paket yang memberi asuransi juga. Hal tersebut dapat mencegah dan mengantisipasi jika terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan dan rencana. 

Ada beberapa tips untuk kamu yang ingin belajar menyelam. Walaupun akan melakukan penyelaman dengan agen wisata, akan lebih baik jika mempelajari terlebih dahulu mengenai ilmu dasar penyelaman, seperti peralatan, bahaya-bahaya menyelam, dan hal-hal yang dihindari ketika menyelam. Tidak hanya itu, tetapi juga syarat untuk menyelam harus menguasai kompetensi air, seperti kemampuan berenang dan menggunakan alat selam sederhana (skin dive). 

Memiliki kompetensi air saja belum cukup. Tak kalah pentingnya juga mesti memenuhi syarat kesehatan sebagai penyelam, di antaranya harus benar-benar sehat dan tidak boleh memiliki penyakit sinusitis akut, darah tinggi, vertigo, dan beberapa penyakit lainnya yang memiliki risiko tinggi. Lebih baik memeriksakan diri ke dokter terlebih dahulu untuk mengetahui apakah diperbolehkan melakukan penyelaman atau tidak. Selanjutnya jika sudah lolos kompetensi air dan lolos syarat sehat untuk menyelam, ikutilah semua arahan instruktur. Ingat baik-baik dan praktikkan arahan-arahan tersebut ketika menyelam.

Dalam olahraga selam dikenal istilah “never dive alone”, artinya menyelam tidak boleh dilakukan sendirian. Saat menyelam kita harus memiliki buddy (partner menyelam). Jika baru pertama kali menyelam maka harus ada instruktur yang mendampingi. Penyelaman harus dilakukan sesuai arahan instruktur.

Menyelam di Karimunjawa: Pulau Menjangan Kecil (2)
Penyelaman tidak boleh dilakukan sendirian dan harus memerhatikan buddy/Lya Munawaroh

Kita harus mendengar dan mengamati baik-baik arahan dari instruktur. Jangan sampai terlalu asyik menikmati keindahan bawah laut, malah menyelam secara terpisah dari instruktur. Selain instruktur, perlu juga saling memerhatikan buddy supaya terhindar dari risiko hilang terseret arus.

Pada dasarnya menyelam merupakan kegiatan yang dilakukan bukan di dunia kita. Menyelam dilakukan di tempat yang mana tubuh kita tidak diciptakan untuk terus bertahan di dalamnya. Akan tetapi, semua itu dapat dipelajari dan dilakukan pembiasaan sesuai prosedur yang benar untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi, buat kamu yang baru memulai belajar menyelam, jangan pernah takut mencoba. Semuanya bisa dipelajari jika kita bersungguh-sungguh. 

Selamat menyelam, jangan lupa menyelam di Kepulauan Karimunjawa!

Referensi

Dasika, Lomar. (2011). Pentingnya Equalizing. Diakses dari https://lomardasika.blogspot.com/ pada 11 November 2023.
Denny, Megan. (2022).Vertigo and Vomiting While Diving. Diakses dari https://blog.padi.com/ pada 11 November 2023.
Nurridha, Luthfa. (2019). 7 Spot Diving Terbaik di Karimunjawa. Diakses dari https://review.bukalapak.com/travel/diving-di-karimunjawa pada 11 November 2023.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menyelam di Karimunjawa: Pulau Menjangan Kecil (2) appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menyelam-di-karimunjawa-pulau-menjangan-kecil-2/feed/ 0 40797
Menyelam di Karimunjawa: Pulau Cemara (1) https://telusuri.id/menyelam-di-karimunjawa-pulau-cemara-1/ https://telusuri.id/menyelam-di-karimunjawa-pulau-cemara-1/#respond Tue, 02 Jan 2024 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=40787 Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah, memiliki banyak diving spot yang menyajikan keindahan bawah laut yang mengagumkan. Delapan diving spot yang terkenal adalah Pulau Menyawakan, Pulau Menjangan Kecil, Pulau Cemara, Pulau Cilik, Pulau Tengah, Karang Torpedo, Tanjung...

The post Menyelam di Karimunjawa: Pulau Cemara (1) appeared first on TelusuRI.

]]>
Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah, memiliki banyak diving spot yang menyajikan keindahan bawah laut yang mengagumkan. Delapan diving spot yang terkenal adalah Pulau Menyawakan, Pulau Menjangan Kecil, Pulau Cemara, Pulau Cilik, Pulau Tengah, Karang Torpedo, Tanjung Gelam, dan Pulau Menjangan Besar.

Dari delapan lokasi penyelaman terpopuler itu, saya bersama tim Ekspedisi Layar Biru Karimunjawa menyelam di Pulau Cemara dan Pulau Menjangan Kecil. Sebuah kesempatan yang menyenangkan dan tak terlupakan, karena bisa mengeksplorasi keindahan bawah laut di dua tempat tersebut. 

Menyelam di Karimunjawa: Pulau Cemara (1)
Dermaga Pulau Karimunjawa/Lya Munawaroh

Persiapan Peralatan

Eksplorasi bawah laut kami lakukan pada hari ketiga dari seluruh rangkaian jadwal kegiatan Ekspedisi Layar Biru Karimunjawa, yaitu 18 Oktober 2021. Aktivitas penyelaman tetap didampingi oleh dua instruktur.

Kami rencananya berangkat dari penginapan pukul 07.00 WIB, dengan menyewa satu kapal nelayan untuk rombongan kami yang berjumlah 12 orang. Kami mendapat harga sewa Rp750.000 dengan dua ABK (anak buah kapal). Menurut Pak Zaenal, pemilik Penginapan Gemilang, harga segitu sebenarnya termasuk mahal. Ada kapal yang lebih murah kalau mau mencari persewaan lagi.

Oh, ya. Kami menginap di tempat Pak Zaenal berkat rekomendasi dari senior. Kami mendapat tarif murah meriah, yaitu Rp80.000 per hari untuk satu kamar. Bahkan sekamar boleh diisi dua orang atau lebih.

Sebelum berangkat, berbagai peralatan kami siapkan. Baik itu peralatan selam maupun kebutuhan lain, seperti P3K, peralatan masak, dan logistik. Peralatan masak digunakan untuk memasak air hangat yang akan kami minum sebagai penghangat tubuh setelah menyelam.

Menyelam di Karimunjawa: Pulau Cemara (1)
Membawa peralatan selam dan logistik yang akan diangkut ke kapal/Lya Munawaroh

Sedari pagi kami sudah mulai membawa peralatan ke dermaga. Keberangkatan agak terlambat karena adanya kesalahpahaman dengan orang dari persewaan tabung selam. Situasi ini mengharuskan kami mencari persewaan tabung selam yang lain saat itu juga. 

Hari ini kami berencana melakukan dua kali log dive di dua pulau yang berbeda. Oleh karena itu kami harus membawa persediaan tabung selam yang cukup. Dua tabung untuk masing-masing orang dan dua tabung lagi sebagai cadangan.

Meskipun dadakan, kami bersyukur masih ada persewaan tabung selam yang memiliki stok. Segera semua peralatan dan barang bawaan kami tata sebaik mungkin di kapal. Peralatan selam ditata dalam posisi tidur untuk menghindari risiko alat terjatuh dari kapal. Tak lupa semua penumpang juga wajib memakai pelampung atau BCD (Buoyancy Control Device) selama naik kapal. 

Menyelam di Karimunjawa: Pulau Cemara (1)
Menata peralatan selam di kapal/Lya Munawaroh

Menuju Pulau Cemara 

Awal perjalanan kami diiringi awan mendung dan gerimis kecil. Saat itu kami tetap optimis mungkin nanti cuaca akan berubah cerah. Akan tetapi, tatkala kapal sudah menjauh dari Pulau Karimunjawa, gerimis berubah menjadi hujan deras dan sesekali bunyi gemuruh terdengar. Angin berembus sedikit lebih kencang dan air laut berombak lebih besar menggoyangkan kapal kami. 

Gejolak alam memberikan pengalaman tak terlupakan sekaligus menegangkan. Kami berada di tengah lautan luas dengan cuaca tidak bersahabat. Kami berdoa semoga tidak terjadi apa-apa dan cuaca kembali cerah agar penyelaman dapat dilakukan. Dalam kegiatan penyelaman cuaca menjadi hal penting dan perlu dipertimbangkan. Apalagi bagi pemula, sehingga penyelaman sebaiknya dilakukan ketika cuaca cerah dan tidak ada hujan. 

Menyelam di Karimunjawa: Pulau Cemara (1)
Cuaca mendung saat menuju Pulau Cemara/Lya Munawaroh

Ketika kapal mendekati Pulau Cemara, kami bersyukur karena hujan mereda. Kami makin optimis cuaca bakal cerah setelahnya. Setelah menempuh tiga jam perjalanan, akhirnya kapal kami berhenti dan berlabuh tak jauh dari Pulau Cemara.

Dari atas kapal kami bisa melihat sebuah pulau yang tampak sepi dan masih begitu asri. Hamparan pasir putih dan birunya laut begitu memanjakan mata. Tak perlu berlama-lama kami segera setting peralatan selam. Lalu seperti biasa, melakukan pemanasan air terlebih dahulu untuk beberapa saat dengan skin dive. 

Keindahan Bawah Laut Pulau Cemara

Dari permukaan air kami bisa melihat berbagai jenis karang di bawah sana. Sungguh kami tidak sabar untuk melihatnya lebih dekat. Keinginan tersebut adalah suatu hal pasti karena selanjutnya kami langsung melakukan penyelaman.

Penyelaman kali ini dilakukan secara bersamaan. Semua personel melakukan log dive dalam satu waktu. Meski mengalami sedikit masalah dengan peralatan kami, yaitu ada satu tabung selam yang mengalami kebocoran, tetapi penyelaman tetap berlanjut setelah mengganti tabung. 

Ketika penyelaman dari kapal, entry yang biasanya digunakan adalah teknik entry back roll. Akan tetapi, kami tidak melakukannya untuk menghindari benturan antara tabung dengan lambung kapal. Back roll adalah salah satu teknik entry atau masuk ke dalam air. Tabung selam yang digunakan akan menabrak permukaan air dahulu demi menahan benturan ke badan kita secara langsung. Teknik ini termasuk menjadi favorit para penyelam. 

Menyelam di Karimunjawa: Pulau Cemara (1)
Briefing sebentar sebelum menyelam/Lya Munawaroh

Setelah semua personel tim turun ke air, kami melakukan briefing sebentar. Kemudian instruktur menggerakkan ibu jari dan jari telunjuk membentuk huruf “O”. Ia bertanya kepada kami, “Apakah semua aman?”

Kami membalasnya dengan memberi isyarat serupa tanda bahwa kami siap menyelam. Tangan kiri kami sudah menekan deflator, sementara tangan kanan memberi isyarat untuk turun. Penyelaman dalam tim harus selalu melihat dan menunggu masing-masing buddy (partner menyelam). Setelah seluruh personel tim sampai dasar baru kami bisa melakukan eksplorasi. 

Eksplorasi kami lakukan di sebelah kanan dari pemberhentian kapal. Kami begitu terpukau dengan keanekaragaman karang dan biota laut di diving spot Pulau Cemara ini. Depth gauge menunjukkan kami berada di kedalaman 11 meter dari kedalaman maksimal 17 meter. Pada kedalaman ini terdapat beberapa jenis ikan yang kami lihat, antara lain ikan badut (Amphiprion ocellaris), ikan ekor kuning (Caesio cuning), Abudefduf sexfasciatus, Caesio xanthonota, Hemiglyphidodon plagiometopon, dan Pomacentrus moluccensis.

Menyelam di Karimunjawa: Pulau Cemara (1)
Keindahan biota bawah laut di perairan Pulau Cemara/Lya Munawaroh

Bukan hanya ikan, melainkan juga beberapa biota lain tidak kalah menarik. Berbagai bentuk karang tampak menakjubkan, bahkan terdapat gugusan karang besar dan begitu indah. Rata-rata karang di Pulau Cemara berjenis Acropora dengan bermacam morfologi, mulai dari tipe bercabang (branching), padat (massive), merayap (encrusting), daun atau lembaran (foliose), meja (tabulate), jamur (mushroom), serta menjari (digitate). Karang-karang tersebut memiliki aneka warna, seperti putih, kuning, biru, dan beberapa warna keemasan. 

Penyelaman selama setengah jam kali ini tak begitu terasa. Kami sempat enggan untuk naik ke permukaan. Namun, eksplorasi harus tetap berlanjut, karena kami percaya ada surga bawah air lainnya di Kepulauan Karimunjawa.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menyelam di Karimunjawa: Pulau Cemara (1) appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menyelam-di-karimunjawa-pulau-cemara-1/feed/ 0 40787
Ikut Patroli “Ranger” Taman Nasional Karimunjawa (2) https://telusuri.id/patroli-taman-nasional-karimunjawa-menjemput-penyu/ https://telusuri.id/patroli-taman-nasional-karimunjawa-menjemput-penyu/#comments Thu, 26 Sep 2019 14:27:23 +0000 https://telusuri.id/?p=17598 Sembari mengikuti patroli penertiban bangunan dalam kawasan yang tidak berizin sekaligus tidak sesuai dengan zonasi Taman Nasional Karimunjawa (TNKj), saya berbincang dengan seorang ranger Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKj) tentang program konservasi penyu. Kebetulan, setelah...

The post Ikut Patroli “Ranger” Taman Nasional Karimunjawa (2) appeared first on TelusuRI.

]]>
Sembari mengikuti patroli penertiban bangunan dalam kawasan yang tidak berizin sekaligus tidak sesuai dengan zonasi Taman Nasional Karimunjawa (TNKj), saya berbincang dengan seorang ranger Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKj) tentang program konservasi penyu. Kebetulan, setelah patroli selesai nanti, saya dan kawan-kawan akan diajak mampir ke lokasi Penetasan Semi Alami (PSA) telur penyu.

Program konservasi penyu di BTNKj sudah ada sejak tahun 2003. Sebelum itu, karena masyarakat Karimunjawa banyak yang belum tahu bahwa hewan penjelajah itu masuk dalam kategori dilindungi, masih banyak warga (termasuk nelayan) yang menangkap penyu dan memakan daging serta telurnya. Ada pula warga yang menjual suvenir dari karapas penyu.

Sebagai langkah awal, BTNKj mengadakan pendekatan kepada warga yang diduga pengambil telur, pembunuh penyu, dan penjual suvenir karapas. Kepada mereka kemudian diberikan penyuluhan dan edukasi tentang pentingnya menjaga kelestarian satwa dilindungi.

telur penyu pulau tengah karimunjawa
Para petugas dan warga setempat berkumpul di sekitar sarang telur penyu di Pulau Tengah/Deta Widyananda

Dalam mengaplikasikan metode PSA, BTNKj bekerja sama dengan masyarakat dan nelayan. Telur-telur penyu yang ditemukan oleh masyarakat umum dan nelayan akan dilaporkan kepada petugas BTNKj untuk dievakuasi secara baik dan benar dari sarang alaminya, lalu ditetaskan di PSA.

Sebagai bonus, pihak TNKj berhasil memperoleh data lokasi pendaratan penyu dan jenis-jenis penyu yang ada di sekitar Kepulauan Karimunjawa. Ternyata ada tiga jenis penyu di perairan Karimunjawa, yakni penyu hijau, penyu sisik, dan penyu lekang. Menariknya, sekitar 90% penyu di Karimunjawa adalah penyu sisik.

Kata Mas Kuswadi, pengendali ekosistem hutan di BTNKj yang juga Koordinator Program Pelestarian Konservasi BTNKj, menurut data tahun 2003-2016, rata-rata ada 50-60 sarang telur penyu yang ditemukan. Mengingat ada 27 pulau di Karimunjawa dan tidak mudah untuk patroli mengelilingi kawasan seluas itu, pihak TNKj bekerja sama dengan kelompok nelayan untuk menemukan lokasi sarang.

Menggali sarang dan memindahkan telur ke PSA/Deta Widyananda

Pada umumnya, penyu yang bertelur akan meninggalkan jejak. Jejak inilah yang menjadi petunjuk bagi nelayan untuk menemukan sarang. Nelayan biasanya mencari keberadaan sarang dengan metode cucuk, yakni menusuk-nusuk [pasir] dengan sebilah kayu untuk mencari posisi telur penyu berada. Jika menemukan telur, nelayan bisa segera melapor kepada petugas BTNKj.

“Habis ini kita akan ke Pulau Tengah, ya. Ada masyarakat yang menemukan telur penyu di sana,” kata Pak Sutris, Kepala SPTN Wilayah II Karimunjawa, dengan bersemangat.

Menjemput telur-telur penyu di Pulau Tengah

Matahari di atas ubun-ubun ketika Elang Laut 2 melaju mengantarkan kami ke Pulau Tengah untuk menjemput telur-telur penyu yang ditemukan nelayan. Saya deg-degan. Ini kali pertama saya berjumpa dengan telur penyu.

Sampai di Pulau Tengah, kami tak langsung ke sarang telur penyu. Pak Warman (seorang anggota Brimob) dan beberapa orang lain yang sudah menanti di Pulau Tengah menyambut kedatangan kami di dermaga. Mereka lalu mengajak kami berkeliling melihat-lihat kolam ikan barakuda.

Seorang petugas memperagakan cara yang benar untuk memegang telur/Deta Widyananda

Di salah satu sudut kolam, Pak Iwan, memakani ikan. Pakan yang dilemparnya ludes seketika begitu mencapai permukaan air. Saya hitung-hitung, setiap kali dilempar, pakan itu ludes dilahap dalam waktu yang tak sampai sepuluh detik.

Usai memberi makan barakuda, kami bertemu dengan Pak Sutrisno, penjaga Pulau Tengah yang menemukan sarang telur penyu. Ceritanya, saat keliling pulau, Pak Sutrisno melihat jejak kaki penyu. Ia pun melacaknya. Setelah menemukan sarang itu, ia melaporkannya kepada pihak taman nasional.

Oleh Pak Sutrisno, kami diantar ke lokasi sarang telur penyu.

Sebatang kayu kecil yang menancap di pasir menjadi tanda keberadaan sarang telur penyu. Sekilas sarang itu tak ada bedanya dari hamparan pasir di pantai pada umumunya—setidaknya menurut mata awam saya.

telur penyu
Sekitar 60-70 hari setelah dipindahkan ke medium PSA, telur-telur ini akan menetas/Deta Widyananda

Mas Kuswadi memberi pengarahan, termasuk beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memindahkan telur penyu ke dalam medium PSA. Lalu, evakuasi dimulai. Sarang telur penyu pun mulai digali dengan tangan. Beberapa genggam pasir di sekitar sarang dimasukkan ke dalam ember bekas cat dengan lubang-lubang kecil di kelilingnya. Ember berisi pasir itulah yang akan menjadi medium PSA untuk telur-telur tukik.

Perlahan, telur-telur penyu mulai kelihatan. Warnanya putih susu, ukurannya tidak sebesar telur ayam. Kata Mas Kuswadi, itu adalah telur penyu sisik. Ukuran telur penyu sisik lebih kecil ketimbang telur penyu hijau. Diameternya hanya sekitar 2,5-3 cm saja.

Satu per satu telur dipindahkan dengan sangat hati-hati. Posisinya harus sama dengan saat di sarang alami.

Sambil dipindahkan, telur dihitung jumlahnya—berapa yang rusak, berapa yang dipindahkan, dan berapa yang ditemukan. Tak lupa, Mas Kuswadi mencatat lokasi sarang dan nama penemunya.

Saya diperbolehkan ikut memindahkan telur-telur penyu. Berdebar-debar rasanya. Berhati-hati, saya ikuti instruksi para ranger. Total, ada dua ember berisi 142 butir telur yang berhasil dievakuasi. Sayangnya, tiga butir di antaranya rusak. Setelah semuanya—kecuali yang rusak—dipindahkan ke dalam ember, telur-telur itu ditutup dengan pasir dari sekitar sarang.

Demi menghindari panas matahari langsung, deburan air laut, atau hujan, kedua ember berisi telur penyu itu beri penutup. Selama di kapal, ember-ember itu ditaruh pada posisi stabil untuk mengurangi guncangan.

Mas Kuswadi mengisi medium PSA dengan pasir di sekitar sarang/Deta Widyananda

Biasanya, telur penyu yang sudah dievakuasi akan dibawa ke PSA dan ditanam di bak penetasan. Tapi, berhubung PSA masih dalam tahap pengembangan, telur-telur penyu dalam ember itu akan menghuni kantor Resort II BTNKj. Untuk mengontrol, suhu, kelembaban, dan cuaca harian akan rutin dicatat.

Lalu, selang 60-70 hari kemudian, telur-telur itu akan menetas dan tukik-tukik mungil pun keluar. Perjuangan tukik untuk keluar ternyata lumayan lama, perlu 1-2 hari bagi telur-telur itu untuk menetas sempurna. Setelah keluar dari pasir, sebagian dari tukik akan ditampung dalam bak penetasan untuk dihitung kembali jumlahnya. (Mereka bisa tahan tidak makan selama 10-12 hari.) Namun, sebagian lagi langsung dilepaskan ke laut.

“Memang lebih baik tukik-tukik yang sudah menetas ini langsung dilepaskan ke laut,” jelas Mas Kuswadi.

Para ranger menyebut proses pelepasan itu sebagai “pelepasliaran.” Ternyata, pelepasliaran tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan, seperti lokasi (yang harus bebas dari sampah) dan waktu (pagi antara jam 5-8 atau sore setelah jam 5).

Saat pelepasliaran, tukik mungil dipegang dengan hati-hati, diangkat pelan-pelan, lalu diarahkan ke darat agar ia bisa “mengkalibrasi” insting mencari laut. Secara alami, tukik akan berputar-putar mencari jalan ke habitat aslinya.

Mesin kapal sudah dihidupkan. Kami berpamitan dengan Pak Warman, Pak Sutrisno, dan Pulau Tengah. Lalu Elang Laut 2 pun mulai membelah gelombang untuk mengantarkan kami pulang ke Dermaga Karimunjawa.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Ikut Patroli “Ranger” Taman Nasional Karimunjawa (2) appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/patroli-taman-nasional-karimunjawa-menjemput-penyu/feed/ 2 17598
Ikut Patroli “Ranger” Taman Nasional Karimunjawa (1) https://telusuri.id/ikut-patroli-ranger-taman-nasional-karimunjawa-1/ https://telusuri.id/ikut-patroli-ranger-taman-nasional-karimunjawa-1/#respond Wed, 25 Sep 2019 11:50:09 +0000 https://telusuri.id/?p=17561 November 2016, untuk kedua kalinya saya kembali ke kawasan Taman Nasional Karimunjawa (TNKj). Di Pelabuhan Karimunjawa saya dijemput oleh Bapak Sutris Haryanta, Kepala SPTN Wilayah II Karimunjawa, Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKj). Berbeda dari kedatangan...

The post Ikut Patroli “Ranger” Taman Nasional Karimunjawa (1) appeared first on TelusuRI.

]]>
November 2016, untuk kedua kalinya saya kembali ke kawasan Taman Nasional Karimunjawa (TNKj). Di Pelabuhan Karimunjawa saya dijemput oleh Bapak Sutris Haryanta, Kepala SPTN Wilayah II Karimunjawa, Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKj).

Berbeda dari kedatangan saya terdahulu, kali ini, selain untuk membuat beberapa konten perjalanan di kawasan TNKj, saya dan beberapa rekan akan ikut para ranger BTNKj melakukan patroli penertiban bangunan dalam kawasan, baik yang tidak berizin maupun yang tak sesuai dengan zonasi taman nasional.

Balai TN Karimunjawa
Apel pagi di Balai Taman Nasional Karimunjawa/Deta Widyananda

Pulau Menjangan Besar

Pagi itu cuaca cukup terik ketika Elang Laut 2 melaju untuk patroli. Bersama Pak Sutris Haryanta (Kepala SPTN Wilayah II Karimunjawa), Pak Iwan Setiawan (Kepala SPTN Wilayah I Kemujan), dan beberapa ranger BTNKj, kami menuju Pulau Menjangan Besar.

Sesuai dengan pesan yang disampaikan Pak Sutris ketika apel pagi sebelum keberangkatan, para ranger akan melakukan penertiban bangunan di kawasan TNKj. Bangunan pertama yang menjadi “sasaran operasi” adalah bangunan yang sebelumnya sudah diperiksa ranger BTNKj bersama Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jepara. Letaknya di Pulau Menjangan Besar. Di sana, beberapa penginapan apung berdiri, juga kolam-kolam “pemeliharaan” hiu—yang kini sudah ditutup.

karimunjawa
Pemandangan dari laut Karimunjawa/Deta Widyananda

Ada pelebaran bangunan ke arah barat dengan bahan cor beton. Namun, pihak taman nasional belum mendapatkan pemberitahuan dari pengelola terkait pelebaran bangunan ini.

“Karena ada pelebaran bangunan, kita akan ambil tindakan pencegahan (dihentikan pembangunannya),” kata Pak Sutris.

Sebelum keberangkatan, Pak Sutris dan Pak Iwan memastikan beberapa hal, seperti peralatan yang harus dibawa oleh para ranger dan juga pembagian tugas masing-masing personel. Meskipun saya dan teman-teman dari Semarang tidak mendapatkan tugas apa-apa, kami diperbolehkan untuk mengambil dokumentasi kegiatan.

Ketika para ranger sibuk dengan kegiatan patroli, saya sibuk dengan diri saya sendiri mencari tahu hal-hal yang “menarik” dan “aneh” di mata saya. Lirikan mata ini langsung tertuju pada ujung barat wisma apung, pada bongkahan batu dan semen yang menumpuk. Ternyata pihak pengelola sedang membangun kamar-kamar tambahan.

elang laut 2
Elang Laut 2 merapat ke dermaga/Deta Widyananda

Fondasi beton baru sudah berdiri kokoh di atas perairan. Saya berdiri di atasnya lalu menengok ke bawah; bulu babi memenuhi dasar perairan. Saking banyaknya, saya jijik melihatnya. Bulatan hitam dengan duri-duri yang panjang itu tak ada lucu-lucunya jika bergerombol.

Dari sini, saya tahu, bahwa di kawasan konservasi seperti taman nasional tidak diperbolehkan membuat bangunan permanen (semen dan beton) di atas laut meskipun bangunan tersebut berada dalam zona pemanfaatan wisata. (Saya baru tahu pula bahwa bulu babi menandakan kerusakan.)

“Ranger” mencatat temuan-temuan selama patroli/Deta Widyananda

Pak Sutris dan beberapa ranger kemudian berkeliling wisma untuk melihat apa saja yang “aneh” di sini. Lalu mereka lanjut mengecek surat-surat dan dokumen izin pembangunan wisma apung. Seorang pemuda, anak sang pemilik wisma apung, dan Pak Sutris tampak berbincang serius. Dari kejauhan saya hanya memperhatikan gerak-gerik keduanya. Pemuda ini tampak berkerut dahinya. Sepertinya ia mendapatkan cukup banyak “PR” untuk diselesaikan. Para ranger BTNKj, sementara itu, tampak biasa-biasa saja; pekerjaan pertama hari itu lancar.

“Jetty” di tengah laut

Meski patroli pertama sudah usai, rasa penasaran saya belum tuntas. Di dalam kapal saya bertanya kepada Pak Iwan tentang apa saja yang dilakukan saat patroli di laut.

“Kegiatan patroli perairan biasanya kita ke keramba, kita cek apakah ada biota laut yang dilindungi atau tidak. Sekaligus [kita melakukan] pembinaan kepada pemilik/masyarakat untuk tidak memelihara apalagi memperjualbelikan biota laut yang dilindungi,” demikian tuturnya.

Bergeser ke arah timur, ada satu bangunan kecil yang sedang dibangun. Tampak dari jauh, bangunan itu seperti gazebo di tengah hamparan laut Karimunjawa yang jernih. Bayangan saya, itu semacam tempat untuk bersantai menikmati hilir mudik kapal-kapal wisata. Ternyata saya keliru.

Bangunan itu adalah jetty, yakni dermaga bagi kapal untuk bersandar. Sayang sekali saat para ranger tiba pemilik jetty tidak berada di lokasi. Kami hanya mendapati seorang pekerja yang sedang menggarap bangunan kayu beratap dedaunan kering itu.

Bangunan-bangunan di perairan Karimunjawa/Deta Widyananda

Saya tak berani mendekat. Dari kejauhan, saya lihat terjadi diskusi yang cukup “alot” antara Pak Sutris dan pekerja itu. Cukup lama, namun sepertinya mereka mencapai kata sepakat. Untuk sementara, pembangunan jetty harus dihentikan dan sang pemilik harus segera mengurus izin pembangunan.

Perlu diketahui bahwa kawasan TNKj terdiri dari sembilan zona, yakni Zona Inti; Zona Rimba; Zona Perlindungan Bahari; Zona Pemanfaatan Darat; Zona Pemanfaatan Wisata Bahari; Zona Budidaya Bahari; Zona Religi, Budaya, dan Sejarah; Zona Rehabilitasi; dan Zona Tradisional Perikanan. Jadi, meskipun terdapat bangunan atau areal wisata di dalam zona pemanfaatan wisata, izin pengembangan dan regulasi harus tetap ditaati semua pihak. Mereka yang ingin membangun atau mengembangkan harus mengantongi izin dari BTNKj serta aparat terkait.

Menurut informasi yang saya dapatkan dari Pak Sutris, petugas yang akan menindak pelanggaran-pelanggaran seperti ini adalah Ditjen Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Gakkum) yang berkantor pusat di Surabaya. Sementara itu, tugas BTNKj sendiri adalah melakukan melakukan patroli rutin demi menghindari terjadinya pelanggaran.

Sebelum kami meninggalkan jetty untuk menuju Pulau Tengah, pekerja tadi mempersilakan kami minum terlebih dulu. Lalu, kami berbincang dengan lebih santai. Awal hari yang tadinya saya kira cukup berat berangsur mencair.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Ikut Patroli “Ranger” Taman Nasional Karimunjawa (1) appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/ikut-patroli-ranger-taman-nasional-karimunjawa-1/feed/ 0 17561
Catatan Ekspedisi 200 Tahun Karimunjawa https://telusuri.id/ekspedisi-200-tahun-karimunjawa/ https://telusuri.id/ekspedisi-200-tahun-karimunjawa/#respond Sun, 20 May 2018 08:56:21 +0000 https://telusuri.id/?p=8767 Ekspedisi 200 Tahun Karimunjawa, 8-14 Mei 2018, telah usai. Kegiatan itu diikuti oleh masyarakat Kepulauan Karimunjawa, sejarawan, penulis, blogger, fotografer, dan videografer. Saya termasuk salah satu di antara anggota ekspedisi. Selama tujuh hari, saya bersama...

The post Catatan Ekspedisi 200 Tahun Karimunjawa appeared first on TelusuRI.

]]>
Ekspedisi 200 Tahun Karimunjawa, 8-14 Mei 2018, telah usai. Kegiatan itu diikuti oleh masyarakat Kepulauan Karimunjawa, sejarawan, penulis, blogger, fotografer, dan videografer. Saya termasuk salah satu di antara anggota ekspedisi.

Selama tujuh hari, saya bersama rekan-rekan lain menggali cerita dari sepuh-sepuh di empat pulau, yakni Karimunjawa, Kemujan, Mrican, dan Genting. Yang kamu baca ini adalah coretan-coretan kecil informasi yang saya dapat selama Ekspedisi 200 Tahun Karimunjawa.

ekspedisi 200 tahun karimunjawa

Tim Ekspedisi 200 Tahun Karimunjawa/Tim Ekspedisi

Tiga-puluh pulau

Karimunjawa bukanlah sebuah pulau, melainkan gugusan kepulauan yang terdiri dari 27 pulau kecil yang terletak di Laut Jawa.¹

ekspedisi 200 tahun karimunjawa

Suasana Pulau Genting yang masih sepi/Tim Ekspedisi

Pulau-pulau tersebut adalah Karimunjawa, Kemujan, Nyamuk, Parang, Genting, Menjangan Besar, Menjangan Kecil, Cemara Besar, Cemara Kecil, Geleyang, Burung, Bengkoang, Kembar, Katang, Krakal Besar, Krakal Kecil, Sintok, Mrican, Tengah, Pinggir, Cilik, Gundul, Seruni, Sambangan, Cendekian, Kumbang, dan Mencawakan (atau Menyawakan).

Tiga pulau di antaranya, yakni Karimunjawa, Kemujan, dan Mrican, sekarang sudah terhubung lewat jalur darat.

Kepulauan yang damai dan menjanjikan

Menurut cerita dari para sepuh di Karimunjawa, sejak dulu Karimunjawa adalah kepulauan yang damai dan tanah yang menjanjikan. Karena itu banyak kapal yang berlabuh untuk mengangkut kayu-kayu hasil mbalok (mencari kayu) untuk dikirim ke Jepara atau daerah-daerah lain.

ekspedisi 200 tahun karimunjawa

Galangan kapal di Pulau Genting/Tim Ekspedisi

Namun, lama-lama banyak orang yang dahulunya hanya singgah kemudian menetap di Karimunjawa. Sekarang, jejak-jejak masa lalu itu bisa kamu lihat pada rumah-rumah panggung dari kayu yang tersebar di Pulau Kemujan.

Masyarakat Karimunjawa berasal dari beragam suku. Enam suku utama yang mendiami Karimunjawa adalah Bugis, Jawa, Madura, Bajo, Mandar, dan Buton. Salah satu kekayaan budaya Karimunjawa adalah sebuah tradisi bernama Barikan (Barikan Kubro), sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil bumi dan laut.

Berladang dan bertani

Karimunjawa sejak dulu jadi primadona nelayan dan pelaut. Namun, selain jadi produsen hasil laut, Karimunjawa juga pernah jaya sebagai penghasil kopra dan gaplek (olahan singkong) untuk dikirimkan ke daerah lain seperti Jepara.

ekspedisi 200 tahun karimunjawa

Kandang ternak di Pulau Genting/Tim Ekspedisi

Pada masanya, Kepulauan Karimunjawa juga memproduksi jagung, kacang, dan hasil ladang lain yang menjadi makanan pokok penduduk kala itu. Areal persawahan, satu-satunya, dapat dijumpai di deerah Cik Mas, sementara pohon kelapa yang berbanjar dapat ditemukan di penjuru kepulauan.

Kejayaan pertanian Karimunjawa itu adalah muara dari perjuangan nenek moyang yang dengan penuh perjuangan membuka lahan. Mereka harus menghadapi berbagai risiko, seperti penyakit atau serangan ular edor yang mematikan. Namun, justru kebersamaan dalam membuka lahan itulah yang kemudian membuat masyarakat Karimunjawa saling menghormati dan menjaga tradisi gotong royong.

Listrik dan transportasi

Sekarang, listrik di Karimunjawa sudah mengalir 24 jam. Keadaan sudah jauh lebih baik ketimbang dulu (2004-2016) saat listrik hanya tersedia selama 12 jam dalam sehari.

ekspedisi 200 tahun karimunjawa

Rumah Bugis di Ds. Telaga, Kemujan/Tim Ekspedisi

Akses transportasi menuju Karimunjawa juga sudah lebih mudah. Selain kapal ferry (7 jam perjalanan) sudah ada kapal cepat yang hanya memerlukan waktu sekitar 2 jam untuk mencapai Karimunjawa.

Fasilitas listrik dan akses transportasi yang semakin membaik itu membuat Karimunjawa semakin ramah wisatawan. Karimunjawa yang dahulu sepi, sekarang ramai oleh pelancong, terlebih di akhir pekan.


[1] 20/05/18. Ralat: sebelumnya ditulis bahwa menurut para sepuh, pulau di Karimunjawa ada 30, sementara jumlah sebenarnya adalah 27.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Catatan Ekspedisi 200 Tahun Karimunjawa appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/ekspedisi-200-tahun-karimunjawa/feed/ 0 8767