kota bandung Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/kota-bandung/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Fri, 13 Dec 2024 07:54:37 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 kota bandung Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/kota-bandung/ 32 32 135956295 Menyambut Inisiatif Orang Muda Bandung dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Perkotaan https://telusuri.id/menyambut-inisiatif-orang-muda-bandung-dalam-mewujudkan-ketahanan-pangan-perkotaan/ https://telusuri.id/menyambut-inisiatif-orang-muda-bandung-dalam-mewujudkan-ketahanan-pangan-perkotaan/#comments Fri, 13 Dec 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=44560 Sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, Bandung memiliki tantangan serius untuk mencukupi kebutuhan pangan lokal warganya. Betapa tidak, sejumlah data statistik menunjukkan perlunya intervensi dan gebrakan besar yang bersifat kolaboratif untuk mengatasi persoalan tersebut. Kota...

The post Menyambut Inisiatif Orang Muda Bandung dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Perkotaan appeared first on TelusuRI.

]]>
Sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, Bandung memiliki tantangan serius untuk mencukupi kebutuhan pangan lokal warganya. Betapa tidak, sejumlah data statistik menunjukkan perlunya intervensi dan gebrakan besar yang bersifat kolaboratif untuk mengatasi persoalan tersebut.

Kota berpenduduk sekitar 2,5 juta jiwa pada tahun 2022 itu (BPS Kota Bandung, 2023), dengan populasi terbesar penduduk berusia produktif antara 15–29 tahun (mencapai 24%), harus menggantungkan pasokan sumber pangan segar yang aman dikonsumsi sebanyak 96% dari daerah luar Bandung (Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bandung, 2022). Baik dari provinsi di Jawa maupun luar Jawa. Jenis pangan itu antara lain tanaman pangan dan hortikultura (beras, buah-buahan, sayuran, palawija, rempah-rempah), hasil peternakan (telur, daging, susu), serta hasil perikanan (ikan segar dan ikan asin).

Selanjutnya tersisa hanya kurang dari 4% saja total kebutuhan pangan yang sanggup dipenuhi dari hasil produksi pertanian lokal. Penyebabnya antara lain ketersediaan lahan pertanian yang sangat kecil, yakni 807,11 hektare, atau hanya 4,8% dari total luas wilayah Kota Bandung yang mencapai 167,31 km2. Angka ini bisa terus menurun akibat konversi lahan untuk pembangunan nonpertanian dan lambatnya regenerasi petani (BPS Kota Bandung, 2023).

Kondisi alam turut memengaruhi stabilitas pasokan pangan di Bandung. Riset Adib (2014) mencatat curah hujan yang tinggi pada tahun 2010 menyebabkan hilangnya 30% pasokan sayuran segar untuk kota ini. Bencana hidrometeorologi lanjutan, yakni banjir, menghambat alur distribusi dan aksesibilitas pasokan pangan ke masyarakat.

Di tengah kondisi itu, Kota Bandung juga menghadapi dampak perubahan iklim yang memengaruhi kestabilan pasokan pangan. Pada tahun 2010, tingginya curah hujan menyebabkan hilangnya 30% pasokan sayuran untuk kota ini (Adib, 2014). Distribusi pangan juga terhambat oleh masalah banjir, terutama di bagian selatan kota, yang sering terjadi dan mengganggu aksesibilitas. Selain itu, inflasi sebesar 7,45% pada Desember 2022 telah meningkatkan harga barang pokok, memperburuk daya beli masyarakat dan menambah tekanan pada akses pangan (BPS Kota Bandung, 2023).

Tekanan lain datang dari pengolahan sampah yang belum optimal. Sebanyak 44,52% sampah perkotaan di Bandung berasal dari limbah makanan, mulai dari limbah rumah tangga, pasar, perhotelan, hingga limbah makanan kedaluwarsa yang terbuang begitu saja. Angka ini sekitar 3,88% lebih tinggi dari rata-rata nasional (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2022). Padahal pengeluaran masyarakat Kota Bandung untuk makan cukup besar dan terjadi peningkatan setiap tahunnya. Jika tidak dikelola dengan baik, masalah-masalah tersebut bisa mengancam kegiatan perekonomian dan ketahanan pangan Kota Bandung.

Untuk itu perlu langkah progresif dan tepat sasaran agar penyediaan sumber pangan lokal tidak terus terjatuh dalam jurang krisis. Tingginya minat orang muda terhadap bisnis dan gerakan kemasyarakatan, ketersediaan lokapasar digital, hingga keterbukaan pada kolaborasi lintas sektor di hulu–hilir mesti disambut baik.

Inisiatif-inisiatif yang bermula dari lingkup kecil, tetapi bisa berdampak besar telah menunjukkan bukti konkret secara perlahan. Orang-orang muda muncul bak tunas pemberi harapan.

Fokus kegiatan Seni Tani menggarap lahan-lahan tidur di kawasan perkotaan menjadi kebun sayur produktif untuk menunjang
ketahanan pangan/Dokumentasi Seni Tani

Inisiatif ketahanan pangan berbasis masyarakat

Persoalan pemenuhan kebutuhan pangan lokal di Kota Bandung mengundang orang-orang muda bergerak. Salah satu yang populer adalah Seni Tani, sebuah kelompok orang muda yang diinkubasi atau diberdayakan dari Komunitas 1000Kebun. Seni Tani berfokus menghidupkan kembali lahan-lahan pertanian perkotaan yang “tertidur” alias tidak produktif di kawasan Arcamanik, khususnya Kelurahan Sukamiskin. 

Gerakan tersebut muncul dengan konsep Community Supported Agriculture (CSA), yang menghasilkan produk pertanian ramah lingkungan secara kolektif. Program CSA berupaya mengembangkan sistem pasar pangan lokal secara adil, menghubungkan konsumen dan petani tanpa sekat, hingga melakukan edukasi dan praktik pertanian berkelanjutan untuk generasi muda. Generasi muda di Bandung menjadi kelompok yang paling diperhatikan, mengingat tingginya tingkat depresi akibat pengaruh media sosial dan kesulitan ekonomi selama pandemi COVID-19 lalu.

Berdasarkan riset Pertiwi dkk (2021), pada Agustus 2020, dari 647 responden remaja usia 14–18 tahun di Kota Bandung, sebanyak 58,74 mengalami kecemasan sebagai bentuk kondisi psikologi negatif akibat pandemi COVID-19. Dari jumlah itu, 32,15% di antaranya mengalami depresi sedang atau berat. Mereka mengalami tekanan psikologis yang berat akibat adanya kebijakan pembatasan interaksi dan adaptasi kebiasaan baru oleh pemerintah. Sementara BPS Kota Bandung (2021) menyatakan adanya kenaikan tingkat pengangguran terbuka di kalangan muda (angkatan kerja di atas 15 tahun) di kota tersebut selama pandemi. Dari 105.067 orang (8,16%) pada 2019, meningkat menjadi sebanyak 147.081 orang (11,19%) pada 2020.

Kondisi itu termasuk yang melandasi lahirnya gerakan berbasis orang muda oleh Seni Tani. Setidaknya ada tiga aspek yang diperjuangkan Seni Tani, yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi. Dari sisi lingkungan, Seni Tani mengubah lahan tidur di kawasan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Arcamanik menjadi kebun pertanian organik. Lalu dari segi sosial, Seni Tani melibatkan orang muda dan komunitas setempat untuk mendapatkan pelatihan urban farming dan menyediakan akses pangan lokal dan sehat. Terakhir di aspek ekonomi, para petani muda kota yang tergabung dalam Seni Tani mendapatkan kepastian pendapatan dari hasil tani mereka dengan pendekatan sistem CSA atau Tani Sauyunan.

Contoh komoditas sayur organik hasil panen dari kebun-kebun yang dikelola Seni Tani maupun petani muda mitra
di Kota Bandung/Dokumentasi Seni Tani

“Sauyunan” bermakna kebersamaan, yang berarti sistem ini akan mendekatkan petani dan masyarakat secara langsung. Sampai dengan Oktober 2024, 189 orang warga Kota Bandung telah menjadi anggota CSA-Tani Sauyunan. Sejak Januari 2021, gerakan ini telah menggarap 913 m2 lahan tidur, mengolah 12.046 kg sampah dapur dan halaman, menghasilkan 6.023 kg kompos, dan memproduksi 1.934 kg sayuran sehat.

Inisiatif hebat dari orang muda tersebut disambut positif oleh AKATIGA, lembaga penelitian nonprofit yang berdiri sejak tahun 1991 dan didirikan oleh sekelompok peneliti ilmu sosial Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan International Institute of Social Studies Den Haag (ISS). Lembaga ini bergerak dengan tiga fokus kegiatan: penelitian sosial, monitoring dan evaluasi program-program pembangunan, serta rekomendasi kebijakan.

Sebagai upaya memastikan kelestarian sistem CSA oleh Seni Tani, kedua pihak kemudian sepakat membangun Konsorsium Paguyuban Pangan (PUPA) dengan program utama penguatan kapasitas komunitas dalam mengembangkan sistem pangan lokal Kota Bandung secara berkelanjutan. Dalam rilis resminya, AKATIGA meyakini CSA Tani Sauyunan sebagai peluang orang-orang muda untuk menciptakan lingkungan sosial, politik, dan ekonomi; yang memungkinkan orang muda memiliki akses dan kontrol lebih besar terhadap sumber daya penghidupan berkelanjutan di perkotaan.

Konsorsium ini adalah bagian dari program Urban Futures yang didukung oleh Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Humanis). AKATIGA berupaya mendukung perkembangan CSA Tani Sauyunan melalui kerangka riset dan advokasi kebijakan. Harapannya, kemudian mendorong ruang kebijakan yang dapat memfasilitasi sistem berbasis komunitas tersebut sebagai alternatif untuk memperkuat sistem pangan berkelanjutan di Kota Bandung.

Dalam pernyataan resminya di acara peluncuran Urban Futures di Pendopo Kota Bandung (8/3/2024), Vania Febriyantie, pendiri Seni Tani, menganggap Seni Tani bagaikan doa yang diaminkan lewat program Urban Futures. Baginya, sangat penting untuk mengenal asal makanan, siapa yang menanam, dan bagaimana cara menanam agar menimbulkan empati pada sepiring makanan yang tersaji. Ia berharap bisa berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menjaga ketahanan pangan di Kota Bandung secara berkelanjutan.

Program CSA-Tani Sauyunan menghubungkan distribusi produk sayuran antara petani dengan pemesan (pasar)
secara langsung/Dokumentasi Seni Tani

Gandeng tangan untuk ketahanan pangan Bandung

AKATIGA dan Seni Tani tidak bisa berjalan sendirian. Langkah progresif lewat bingkai Konsorsium PUPA perlu kawalan tangan multipihak untuk menjamin keberlanjutan. Sebab, pertumbuhan populasi penduduk merupakan keniscayaan. Kian banyak orang yang harus dicukupi kebutuhan pangan dan nutrisinya. Pun perubahan iklim terus menggerus bumi, menimbulkan ketidakpastian dalam sistem pertanian masyarakat. Butuh banyak tangan orang muda untuk saling bergandengan mewujudkan ketahanan pangan perkotaan.

Urban Futures menjadi salah satu medium untuk mewujudkan itu. Program global lima tahun (2023–2027) tersebut berfokus pada sistem pangan perkotaan, kesejahteraan golongan muda, dan aksi iklim. Di Indonesia, selain Manggarai Barat, pelaksanaan program yang dikelola Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Humanis) dengan dukungan mitra, jaringan, dan pakar lokal tersebut juga berlangsung di Bandung. Acara kick-off Urban Futures Bandung berlangsung pada 5–6 Maret 2024 di Pendopo Kota Bandung. Sejumlah pemangku kepentingan hadir. Mulai dari Yayasan Humanis, Pemerintah Kota Bandung, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, hingga pelaksana program Urban Futures di Bandung, seperti RISE Foundation dan Konsorsium KOPAJA. 

Dalam keterangannya melalui portal berita Pemerintah Provinsi Jawa Barat (8/3/2024), Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Kota Bandung Eric M. Attauriq menyambut positif kegiatan tersebut. Ia menyebut kolaborasi tidak hanya penting untuk mendukung ketahanan pangan, tetapi juga memberi kemudahan akses pangan berkelanjutan, beragam, dan bergizi. Baginya, Urban Futures sangat relevan dengan budaya kreatif yang dimiliki orang muda Kota Bandung dalam melakukan transformasi sistem pangan yang inklusif dan berkelanjutan.

Di sisi lain, Kepala DKPP Kota Bandung Gin Gin Ginanjar mengungkapkan rasa syukurnya karena, Kota Bandung mendapat kesempatan menyelenggarakan kegiatan Urban Futures. Ia menyebut kegiatan ini merupakan buah dari upaya Pemerintah Kota Bandung dalam menggalakkan program Buruan Sae, sebuah program pertanian perkotaan (urban farming) terintegrasi yang ditujukan untuk menanggulangi ketimpangan permasalahan pangan di Kota Bandung. Program ini mengajak masyarakat memanfaatkan pekarangan atau lahan yang ada untuk berkebun memenuhi kebutuhan pangan di lingkup keluarga.

Pernyataan dari perwakilan pemerintah daerah tersebut menunjukkan komitmen dan dukungan pada ikhtiar mewujudkan kemandirian pangan lokal, termasuk mengakomodasi peluang kolaborasi dengan inisiatif-inisiatif komunitas setempat. Tujuannya adalah agar Kota Bandung tidak bergantung pada wilayah lain.

Direktur Eksekutif Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial, Tunggal Pawestri menyampaikan apresiasi terhadap Pemerintah Kota Bandung. Kota Kembang ini terpilih sebagai kolaborator berkat sejumlah prestasi serta rekam jejak aktivasi Pemerintah Kota Bandung dalam upaya menjaga ketahanan pangan. Lebih lanjut, Tunggal Pawestri mendorong generasi muda untuk menjadi aktor transformasi ketahanan pangan di masa depan.

Maka terbitnya Perda Kota Bandung Nomor 3 Tahun 2024 tentang Pelayanan Bidang Pangan, Pertanian dan Perikanan, yang berimplikasi mendorong peningkatan produksi pangan lokal, perlu diterjemahkan lebih teknis ke dalam peraturan-peraturan turunan. Tujuannya, payung-payung hukum tersebut akan melindungi upaya peningkatan produksi pangan lokal berbasis masyarakat, memastikan akses pangan secara sehat dan aman, serta mencari bibit orang-orang muda lainnya sebagai garda terdepan dalam peningkatan produksi dan ketahanan pangan lokal di Kota Bandung. 


Referensi:

Adib, M. (2014). Pemanasan Global, Perubahan Iklim, Dampak, dan Solusinya di Sektor Pertanian. BioKultur, Vol.III/No.2/Juli–Desember 2014, hal. 420–429. https://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-bkbbfe09eddcfull.pdf.
Badan Pusat Statistik Kota Bandung. (2020). Kota Bandung dalam Angka 2020. Diakses dari https://bandungkota.bps.go.id/id/publication/2020/04/27/0a1cfa49906db067b3fb7e5e/kota-bandung-dalam-angka-2020.html.
Badan Pusat Statistik Kota Bandung. (2021). Kota Bandung dalam Angka 2021. Diakses dari https://bandungkota.bps.go.id/id/publication/2021/02/26/2fb944aeb2c1d3fe5978a741/kota-bandung-dalam-angka-2021.html.
Badan Pusat Statistik Kota Bandung. (2023). Kota Bandung dalam Angka 2023. Diakses dari https://bandungkota.bps.go.id/id/publication/2023/02/28/13fdfc9d27b1f2c450de2ed4/kota-bandung-dalam-angka-2023.html.
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bandung. (2022). Rencana Strategis (Renstra) Perubahan Kota Bandung 2018–2023. Diakses dari https://ppid.bandung.go.id/storage/ppid_pembantu/informasi_setiap_saat/dS2XItXwdwGYkIrVET4EaaEYPawo6S1qeq4FFWUZ.pdf.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2022). Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional. SIPSN. Diakses dari https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/.
Pertiwi, S. T., Moeliono, M. F., dan Kendhawati, L. (2021). Depresi, Kecemasan, dan Stres Remaja selama Pandemi Covid-19. Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 2, September 2021. DOI: http://dx.doi.org/10.36722/sh.v6i2.497.

Foto sampul: Inisiatif orang muda peduli sistem pangan berkelanjutan lewat gerakan Seni Tani di Kota Bandung, Jawa Barat/Dokumentasi Seni Tani


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menyambut Inisiatif Orang Muda Bandung dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Perkotaan appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menyambut-inisiatif-orang-muda-bandung-dalam-mewujudkan-ketahanan-pangan-perkotaan/feed/ 1 44560
Gasibu, Lapangan Multifungsi yang Sempat Tertutup Tenda Biru https://telusuri.id/gasibu-lapangan-multifungsi-yang-sempat-tertutup-tenda-biru/ https://telusuri.id/gasibu-lapangan-multifungsi-yang-sempat-tertutup-tenda-biru/#respond Tue, 15 Oct 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=42853 Minggu pagi menjelang siang (25/8/2024), langit terlihat membiru, dengan hiasan sejumlah awan putih di beberapa bagiannya, saat ratusan orang memadati jogging track Lapangan Gasibu, Bandung, Jawa Barat. Tua-muda, besar-kecil, berlarian mengelilingi lapangan tersebut. Ada yang...

The post Gasibu, Lapangan Multifungsi yang Sempat Tertutup Tenda Biru appeared first on TelusuRI.

]]>
Minggu pagi menjelang siang (25/8/2024), langit terlihat membiru, dengan hiasan sejumlah awan putih di beberapa bagiannya, saat ratusan orang memadati jogging track Lapangan Gasibu, Bandung, Jawa Barat. Tua-muda, besar-kecil, berlarian mengelilingi lapangan tersebut.

Ada yang berlari dalam tempo cepat, ada yang dalam tempo sedang. Tak sedikit pula yang berlari lebih lambat. Namun, ada juga sebagian yang cuma berjalan kaki untuk beberapa putaran. Mereka yang telah menyelesaikan joging, sebagian terlihat melakukan pendinginan di teras selatan Gasibu.

Sejak Gasibu direnovasi dan memiliki jogging track, antusiasme warga untuk berlari di Lapangan Gasibu agaknya semakin meningkat. Adanya jalur khusus joging tersebut membuat warga kini lebih nyaman berolahraga di Gasibu. Apalagi, saat ini para pedagang kaki lima (PKL) mingguan sudah tak boleh lagi berjualan di Gasibu, sehingga warga semakin leluasa melakukan aktivitas olahraga mereka.

Gasibu, Lapangan Multifungsi yang Sempat Tertutup Tenda Biru
Warga melakukan aktivitas olahraga di Lapangan Gasibu/Djoko Subinarto

Gasibu Dulu, Gasibu Kini

Dulu, saban Minggu para PKL menyemut di Lapangan Gasibu. Saban Minggu pula, nyaris seluruh bagian lapangan itu tertutup tenda biru, yang dijadikan naungan tempat para PKL berjualan. Akibatnya, jalanan di sekitar Gasibu menjadi sangat macet. Kendaraan yang melintas harus merayap pelan, terjebak di antara keramaian pengunjung dan PKL Gasibu yang meluber hingga ke ruas jalan di sekitarnya.

Kondisi tersebut sering kali menimbulkan keluhan dari warga masyarakat. Apalagi bagi mereka yang hendak melintas atau bahkan ingin menikmati panorama Gasibu dan Gedung Sate tanpa gangguan kemacetan sama sekali.

Untungnya, tatkala Kang Emil—sapaan akrab Ridwan Kamil—mulai menjabat sebagai Wali Kota Bandung, salah satu misi yang dibawanya adalah melakukan penataan Gasibu. Termasuk mensterilkan Gasibu dari serbuan para PKL. Kini hasilnya bisa dirasakan oleh warga yang rutin berolahraga di lapangan ini.

Ditilik dari perjalanan sejarahnya, Lapangan Gasibu merupakan salah satu warisan dari pemerintah Hindia Belanda. Awalnya, lapangan ini bernama Wilhelmina Plein. Namun, pascakemerdekaan Indonesia, namanya kemudian berganti menjadi Lapangan Diponegoro. 

  • Gasibu, Lapangan Multifungsi yang Sempat Tertutup Tenda Biru
  • Gasibu, Lapangan Multifungsi yang Sempat Tertutup Tenda Biru

Meski demikian, sejak tahun 1950-an, lapangan ini lebih terkenal dengan nama Lapangan Gasibu. Pasalnya, kala itu ada sebuah perkumpulan sepakbola bernama Gabungan Sepakbola Indonesia Bandung Utara (Gasibu) yang rutin berlatih di sini. Hal tersebut membuat orang-orang menyebutnya sebagai Lapangan Gasibu sampai sekarang.

Dari segi fungsi, Lapangan Gasibu sesungguhnya bukan hanya sekadar tempat untuk olahraga. Sebagai ruang terbuka di pusat Kota Bandung, Gasibu juga sering digunakan untuk berbagai acara besar, seperti konser musik, pameran seni, upacara peringatan hari-hari besar nasional, hingga kampanye politik menjelang Pemilu. Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah salah satu figur yang sempat berkampanye di Gasibu saat Pemilu 2004. Saat itu SBY mampu menarik ribuan pendukung dan simpatisannya untuk hadir di lapangan tersebut.

Karena lokasi yang strategis, serta fleksibilitas Gasibu sebagai lapangan multifungsi, menjadikannya sebagai salah satu ruang publik penting di Bandung. Ditambah dengan latar belakang Gedung Sate yang ikonis di sisi selatan, membuat Gasibu memiliki nilai simbolis dan keterikatan yang kuat dengan Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat.

Gasibu, Lapangan Multifungsi yang Sempat Tertutup Tenda Biru
Gedung Sate jadi latar ikonis di selatan Lapangan Gasibu/Djoko Subinarto

Gasibu dan Demonstrasi

Keberadaan Gasibu yang satu kompleks dengan pusat pemerintahan membuatnya akrab pula dengan beragam aktivitas demonstrasi yang dilakukan berbagai elemen masyarakat. Gasibu setidaknya rutin menjadi titik temu bagi para demonstran, terutama ketika mereka hendak menyampaikan aspirasi mereka ke pemerintah maupun DPRD Jawa Barat. Sebagai gambaran, persis di seberang selatan Gasibu terletak Gedung Sate, pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat, dan di sebelah barat terdapat Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat.

Gasibu sering dipilih sebagai titik awal aksi-aksi demonstrasi. Bukan hal yang aneh bagi warga Bandung tatkala kerap melihat ratusan orang berkumpul di Gasibu untuk menyuarakan tuntutan atau dukungan mereka terhadap berbagai isu sosial, budaya, politik, maupun ekonomi.

Dan bukan hal yang ganjil pula, setiap ada aksi demonstrasi, jalan di sekitar Gasibu dan Gedung Sate biasanya ditutup untuk sementara waktu. Tujuannya menjaga kelancaran aksi demonstasi dan keselamatan para peserta demonstrasi serta pengguna jalan lainnya. Akibatnya, kendaraan yang hendak melintas di sekitar area Gasibu dan Gedung Sate harus mencari rute alternatif, yang kerap menyebabkan kemacetan di ruas-ruas jalan sekitarnya.

Sayangnya, setiap kali aksi demonstrasi usai, lapangan dan area sekitar Gasibu sering dipenuhi sampah berserakan. Mulai dari poster, spanduk, botol minuman, sisa makanan, hingga puing-puing ban bekas yang dibakar. Tentu saja, kondisi tersebut menimbulkan keprihatinan dari sejumlah elemen masyarakat dan para petugas kebersihan. Mereka harus bekerja ekstra untuk membersihkan Lapangan Gasibu. Memastikan lapangan bersejarah ini kembali menjadi tempat yang bersih dan nyaman bagi publik, tanpa terkecuali.


Referensi:

1) Bahari, Iky. (2022, 13 April). Lapangan Gasibu dengan Ceritanya. INFOBDG.COM, https://www.infobdg.com/v2/lapangan-gasibu-dengan-ceritanya/.
2) Metrum. (2019, 16 Maret). Sejarah Terbentuknya Lapangan Gasibu. https://metrum.co.id/sejarah-terbentuknya-lapangan-gasibu/.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Gasibu, Lapangan Multifungsi yang Sempat Tertutup Tenda Biru appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/gasibu-lapangan-multifungsi-yang-sempat-tertutup-tenda-biru/feed/ 0 42853
Babah Kuya Legendaris dan De Zon yang Nyaris Rata dengan Tanah https://telusuri.id/babah-kuya-legendaris-dan-de-zon-yang-nyaris-rata-dengan-tanah/ https://telusuri.id/babah-kuya-legendaris-dan-de-zon-yang-nyaris-rata-dengan-tanah/#respond Wed, 26 Oct 2022 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=35316 Hari masih sangat pagi. Lalu-lintas masih lengang. Cuaca masih adem. Aku berada di seberang Hotel Surabaya, Jalan Kebon Jati, Bandung. Seorang pencari barang rongsokan melintas bersama gerobaknya di depanku. Ia berjalan melawan arus ke arah...

The post Babah Kuya Legendaris dan De Zon yang Nyaris Rata dengan Tanah appeared first on TelusuRI.

]]>
Hari masih sangat pagi. Lalu-lintas masih lengang. Cuaca masih adem. Aku berada di seberang Hotel Surabaya, Jalan Kebon Jati, Bandung. Seorang pencari barang rongsokan melintas bersama gerobaknya di depanku. Ia berjalan melawan arus ke arah barat.

Jalan Kebonjati melintang dari barat ke timur. Arus lalu lintas di jalan ini berlaku satu arah. Selain sejumlah penginapan, di Jalan Kebon Jati terdapat pula rumah sakit, rumah ibadah, rumah duka, sekolah, beragam jenis kedai makan, bengkel maupun toko-toko.

Aku langkahkan kaki perlahan menyusuri Jalan Kebon Jati hingga akhirnya aku bersua Jalan Suniaraja, di mana terdapat Terminal Stasiun Hall. Kulihat seorang polisi yang berjaga sedang menggeser-geser beton pembatas jalan ke tepi jalan.

Jalan Kebon Jati, Kota Bandung
Jalan Kebon Jati, Kota Bandung/Djoko Subinarto

Di depan terminal, lima kendaraan Elf jurusan Bandung–Panjalu terparkir. Di depan Elf, sebuah angkot hijau muda jurusan Stasiun Hall–Gede Bage berhenti, mencari sejumlah muatan.

Aku menyeberang dan belok ke Jalan Pasar Barat. Di mulut jalan, sebelah kanan dari posisiku berjalan, seorang pria penjual buah-buahan, berkaus oblong putih dan bercelana gelap, tengah menata jongko-nya. Pagi itu ia telah bersiap-siap membuka jongkonya. Sementara itu, jongko-jongko lain masih terlihat tutup. 

Aku susuri Jalan Pasar Barat hingga aku berada di depan Babah Kuya, toko herbal nan legendaris yang sampai sekarang ini masih berdiri kokoh di Kota Bandung.

Toko herbal ini sudah beroperasi sejak tahun 1800-an. Pendirinya yaitu Tan Shio, yang oleh warga sekitar kala itu dijuluki Babah Kuya. Ada dua bangunan toko milik Babah Kuya. Satu menghadap ke timur, di Jalan Pasar Barat. Satunya lagi menghadap ke utara, di pojokan antara Jalan Pasar Barat dan Pasar Selatan. Saban hari, Toko Babah Kuya tak pernah sepi pembeli. Aneka ramuan herbal tersedia di sini. Aku sendiri pernah beberapa kali membeli daun sembung dan daun sirsak di Babah Kuya, guna membuat ramuan herbal untuk ibuku.

Toko Jamu Babah Kuya Bandung
Toko Babah Kuya yang menjual obat herbal tradisional/Djoko Subinarto

Pagi itu, kedua Toko Babah Kuya masih tutup. Sebuah mobil putih terparkir di depan toko. Di seberangnya, seorang pengemudi ojek daring tengah menunggu order.

Aku terus melangkah. Dari Jalan Pasar Barat masuk ke Jalan Pasar Selatan. Kemudian, menyeberang Jalan Otto Iskandardinata dan masuk ke Jalan Pecinan Lama hingga ujung, dan akhirnya bersua dengan Jalan Banceuy. 

Jalan Banceuy sekarang lebih terkenal sebagai sentra onderdil mobil. Deretan toko maupun jongko yang menjual onderdil mobil, baik yang seken maupun yang anyar, berdiri sepanjang Jalan Banceuy. Dulu, di Banceuy ini pernah berdiri sebuah lembaga pemasyarakatan (LP). Presiden pertama Indonesia, Soekarno, pernah dijebloskan ke LP Banceuy oleh pemerintah kolonial Belanda. Sejak tahun 1983, LP di Banceuy itu beralih tempat ke Jalan Soekarno–Hatta. 

Khusus bagi para pecinta dan penikmat kopi, Jalan Banceuy boleh jadi memiliki tempat tersendiri di hati mereka. Pasalnya, di salah satu sudut Jalan Banceuy dan Jalan Pecinan Lama, berdiri pabrik dan toko kopi yang masyhur. Namanya Aroma. Pabrik dan toko kopi ini telah ada sejak tahun 1930-an. Dua jenis kopi tersedia di sini, robusta dan arabika. Antrean pembeli selalu terlihat di Aroma pada hari-hari kerja, saat toko melayani konsumen dari pagi hingga petang.

Dari pertemuan Jalan Banceuy dan Pecinan Lama, aku bergerak ke selatan. Tak terlalu lama, aku sampai ke Kantor Pos Besar Bandung, yang menghadap ke Jalan Asia–Afrika. Gedung Kantor Pos Besar Bandung dibangun pada tahun 1928 oleh J Ven Gendt, arsitek yang juga membangun Stasiun KA Manggarai. Di masa kolonial Belanda, Kota Bandung merupakan pusat pelayanan pos pemerintahan Hindia Belanda. 

Dulu, di depan Kantor Pos Besar Bandung berjejer penjual yang menawarkan aneka keperluan surat-menyurat dan alat-tulis. Saban menjelang Hari Raya Lebaran, para penjual itu selalu menyediakan kartu Lebaran aneka jenis dan ukuran. Di masa lalu pula, saban menjelang Lebaran, aku belanja kartu Lebaran di depan Kantor Pos Besar Bandung ini.

Kini, di era serba digital, nyaris tak ada lagi orang yang berkirim kartu lebaran. Ucapan selamat lebaran lebih lazim dilakukan via pesan instan dengan memanfaatkan akses internet. Lebih cepat, lebih praktis. Beda sekali dengan kartu lebaran. Setelah membeli kartu, kita harus menulis dan menandatangani, memasukkan ke dalam amplop, menempelkan perangko dan menuliskan alamat si penerima, serta mengirimkannya—sebelum kemudian sampai ke alamat yang dituju.

Tak begitu jauh dari Kantor Pos Besar Bandung, ke sebelah barat, berdiri deretan toko. Di antara deretan toko itu, ada bangunan yang hanya tinggal struktur bagian depannya saja. Di bagian atasnya tertulis: De Zon NV. 

  • Gedung Dezon NV
  • Gedung Kantor Pos Besar Kota Bandung

Merujuk data cagar budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, Gedung Dezon NV berdiri sekitar tahun 1925 dan kini telah menjadi salah satu bangunan pusaka Kota Bandung. Gedung ini bergaya art deco. Dulu, gedung ini adalah pertokoan besar di Kota Bandung. Pemiliknya merupakan seorang warga negara Jepang.

Sayang, sekarang gedung ini sudah tidak utuh sama sekali. Bagian dalamnya sudah benar-benar rata dengan tanah. Di dinding atas bagian depan gedung ini, terpasang banner kecil. Tertulis di banner itu: Proyek Whiz Prime Hotel Asia–Afrika Bandung.

Dari depan gedung De Zon NV, aku berjalan menyusuri trotoar ke arah barat. Sepanjang pagi itu, aku belum sarapan. Aku ingat ada tukang bubur ayam yang biasa mangkal di Jalan Jenderal Sudirman, dan punya banyak pelanggan. Aku menuju ke sana. 
Sembari berjalan, aku membayangkan betapa sedapnya menikmati bubur ayam hangat-hangat berkuah kuning kental, dengan taburan kedelai, brambang goreng, serta irisan seledri, dan bawang daun segar, di pagi nan cerah itu.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Babah Kuya Legendaris dan De Zon yang Nyaris Rata dengan Tanah appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/babah-kuya-legendaris-dan-de-zon-yang-nyaris-rata-dengan-tanah/feed/ 0 35316