kuliner grobogan Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/kuliner-grobogan/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Mon, 17 Mar 2025 10:46:52 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 kuliner grobogan Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/kuliner-grobogan/ 32 32 135956295 Sate Sapi Pak Beng, Kuliner Sate Legendaris di Grobogan Sejak 1939 https://telusuri.id/sate-sapi-pak-beng-kuliner-sate-legendaris-di-grobogan-sejak-1939/ https://telusuri.id/sate-sapi-pak-beng-kuliner-sate-legendaris-di-grobogan-sejak-1939/#respond Fri, 25 Oct 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=42911 Boleh dibilang, sate merupakan kuliner ikonis Indonesia yang telah menempuh jejak perjalanan yang sangat panjang di negeri ini. Selain gaya penyajian satenya, juga tak sedikit dijumpai sate-sate legendaris yang telah melintas zaman.  Salah satunya di...

The post Sate Sapi Pak Beng, Kuliner Sate Legendaris di Grobogan Sejak 1939 appeared first on TelusuRI.

]]>
Boleh dibilang, sate merupakan kuliner ikonis Indonesia yang telah menempuh jejak perjalanan yang sangat panjang di negeri ini. Selain gaya penyajian satenya, juga tak sedikit dijumpai sate-sate legendaris yang telah melintas zaman. 

Salah satunya di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Terdapat kuliner sate sapi yang telah melewati masa yang cukup panjang dan masih eksis menyapa penggemarnya hingga saat ini. Kuliner sate sapi itu adalah salah satu destinasi wisata kuliner favorit saya dan—saya kira—juga banyak orang lainnya, bila sedang menempuh perjalanan Purwodadi–Semarang atau sebaliknya.

Warung Sate Sapi Pak Beng, begitulah nama bagi tujuan kuliner favorit itu. Warung yang berada di pusat kota Kecamatan Gubug itu (memang) spesial menyuguhkan sate sapi.

Sate Sapi Pak Beng, Kuliner Sate Legendaris di Grobogan Sejak 1939
Tampak depan lokasi baru Warung Sate Sapi Pak Beng di Grobogan/Badiatul Muchlisin Asti

Asal-usul Nama “Beng”

Bertahun-tahun lalu, sekitar 2016 saat saya mampir di Warung Sate Sapi Pak Beng, saya sempat bertemu langsung dengan Pak Beng. Kepada saya, dia bercerita bahwa resep sate sapinya berasal dari kakeknya yang bernama Sugiman, yang merintis usaha kuliner sate sapi sejak 1939. 

Lalu pada tahun 1950-an, usaha kuliner itu diteruskan oleh ayahnya yang bernama Sumidi. “Dan sejak tahun 1994, usaha itu saya yang teruskan hingga sekarang,” tutur Pak Beng ketika itu.

Pak Beng juga bercerita bahwa “Beng” bukan nama sebenarnya. Nama aslinya adalah Jumadi. Beng adalah nama panggilan yang diberikan teman-temannya. Nama panggilan itu yang justru akhirnya disematkan menjadi jenama bagi warung satenya, yang kemudian malah membawa hoki alias keberuntungan baginya.

Sate Legendaris yang Melintas Zaman

Meski warungnya sederhana, Warung Sate Sapi Pak Beng boleh dikata tak pernah sepi pengunjung. Apalagi saat jam makan siang. Padahal tak mudah bertahan mengibarkan usaha kuliner tradisional di tengah serbuan kuliner modern yang menjamur bak cendawan di musim hujan. 

Warung Sate Sapi Pak Beng telah membuktikan bisa tetap eksis melintasi zaman, diwariskan dari generasi ke generasi, bahkan masih memiliki banyak pelanggan setia. Menurut Pak Beng, pelanggan satenya tak hanya berasal dari Gubug saja, tetapi juga dari luar Gubug bahkan tetangga kabupaten Grobogan, seperti Blora, Kudus, dan Demak. 

Sate sapi Pak Beng juga disukai sejumlah tokoh Kabupaten Grobogan. H. Bambang Pujiono dan H. Icek Baskoro (bupati dan wakil bupati Grobogan periode 2006–2016), dan H. Soepomo (mantan anggota DPRD Kabupaten Grobogan), termasuk di antara sejumlah pembesar yang tercatat pernah menyantap dan menggemari satenya.

Saat ini, pengelola Warung Sate Sapi Pak Beng sudah memasuki generasi keempat. Sejak 2010, Pak Beng menyerahkan tongkat estafet warung ke anaknya yang bernama Novi Aditya. Sebuah proses dengan masa tempuh perjalanan yang lumayan panjang. 

Pindah Lokasi

Hari Senin, 8 Mei 2023, bisa dikatakan menjadi “hari bersejarah” bagi Warung Sate Sapi Pak Beng. Warung tersebut harus pindah dari lokasi lama yang sudah ditempati puluhan tahun. Warung yang ditempati selama ini memang berada di tanah milik pemerintah. Oleh karena itu, ketika pemerintah hendak menggunakannya, maka mau tidak mau harus pindah. 

Kepindahan itu berhubungan dengan rencana pemerintah melakukan pelebaran ruas jalan Semarang–Purwodadi. Warung Sate Sapi Pak Beng dan sejumlah warung lainnya membongkar lapaknya sendiri secara sukarela.

Beruntung, Warung Sate Sapi Pak Beng tidak pindah terlampau jauh. Hanya pindah di ruko seberang jalan yang terletak di belakang warung sebelumnya. Lokasinya mudah ditemukan. Tak jauh dari bundaran Gubug di Jalan Raya Semarang–Purwodadi, ke arah Desa Pranten. Warung Sate Pak Beng yang baru lebih nyaman karena lebih luas dan bersih.

“Bedanya kalau yang dulu gratis, kalau yang sekarang bayar [uang sewa ruko],” tutur Novi Aditya, generasi keempat Warung Sate Sapi Pak Beng, saat saya mampir ke warungnya beberapa waktu lalu.

  • Sate Sapi Pak Beng, Kuliner Sate Legendaris di Grobogan Sejak 1939
  • Sate Sapi Pak Beng, Kuliner Sate Legendaris di Grobogan Sejak 1939

Cita Rasa Sate Sapi Pak Beng

Saat saya datang, Warung Sate Sapi Pak Beng lumayan ramai. Itu artinya, penggemar satenya masih banyak meski sudah berkali-kali alih generasi. 

Sajian sate sapi Pak Beng begitu khas. Sebelum dibakar, daging sapi yang sudah dipotong-potong direndam ke dalam bumbu yang diformulasi khusus sampai bumbu meresap. Setelah itu ditusuk dengan tusuk sate, baru kemudian dibakar.

Cita rasa sate sapi Pak Beng cenderung manis-gurih. Mengingatkan saya pada sate sapi manis ala Pak Kempleng di Ungaran, Kabupaten Semarang, yang juga sangat populer.

Ada dua pilihan sambal sebagai pelengkap makan sate sapi di warung Pak Beng, yaitu sambal kecap atau sambal kacang. Tinggal pilih sesuai selera. Sebenarnya, dimakan tanpa sambal pelengkap pun, sate sapi Pak Beng sudah sangat enak karena bumbu yang memarinasi daging sangat terasa. Namun, tambahan sambal menjadikan sate sapi Pak Beng jauh lebih sedap, atau dalam istilah Jawa: nyamleng tenan.

Warung Sate Sapi Pak Beng buka setiap hari mulai pukul 09.00 hingga 21.00 WIB. Satu porsi sate sapi (10 tusuk) dibanderol Rp55.000 alias 5.500 rupiah per tusuk. Bila sedang dalam perjalanan melintasi jalanan Semarang–Purwodadi, silakan mampir ke warung ini. Cicipi lezatnya sate sapi manis Pak Beng yang legendaris.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Sate Sapi Pak Beng, Kuliner Sate Legendaris di Grobogan Sejak 1939 appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/sate-sapi-pak-beng-kuliner-sate-legendaris-di-grobogan-sejak-1939/feed/ 0 42911
Getuk Blondo Kang Sugeng, Lezatnya Resep Warisan Nenek https://telusuri.id/getuk-blondo-kang-sugeng-lezatnya-resep-warisan-nenek/ https://telusuri.id/getuk-blondo-kang-sugeng-lezatnya-resep-warisan-nenek/#respond Fri, 27 Sep 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=42748 Getuk (bahasa Jawa: gethuk) merupakan kuliner tradisional khas Jawa berbahan ketela. Di pelbagai daerah di Jawa, utamanya Jawa Tengah, dijumpai sejumlah getuk dengan ciri khas masing-masing. Jika ada getuk trio Magelang, getuk goreng Banyumas, dan...

The post Getuk Blondo Kang Sugeng, Lezatnya Resep Warisan Nenek appeared first on TelusuRI.

]]>
Getuk (bahasa Jawa: gethuk) merupakan kuliner tradisional khas Jawa berbahan ketela. Di pelbagai daerah di Jawa, utamanya Jawa Tengah, dijumpai sejumlah getuk dengan ciri khas masing-masing. Jika ada getuk trio Magelang, getuk goreng Banyumas, dan getuk kethek Salatiga, maka Kabupaten Grobogan punya getuk blondo.

Getuk blondo memang sudah populer di Grobogan sejak lama. Saat saya kecil sekitar tahun 1980-an, saya sudah mengenal getuk yang dinikmati dengan blondo itu. Seiring waktu, banyak penjual getuk blondo yang meninggal dan tidak ada generasi penerusnya. Jadilah sejak itu, saya tak lagi menjumpai kudapan lezat tersebut.

Namun, beruntung saat ini getuk blondo masih tetap eksis. Getuk blondo masih bisa dijumpai meski lumayan langka. 

Salah satu penjual getuk blondo khas Grobogan yang saya temui bernama Sugeng Purnomo (43) atau akrab disapa Kang Sugeng. Bersama istrinya, Suparti (43), warga Dusun Jiret, RT 01 RW 03, Desa Jetak Sari, Kecamatan Pulokulon itu setiap hari memproduksi dan berjualan getuk blondo.   

Dibuat dari Resep Warisan Nenek

Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan mengunjungi lapak Getuk Blondo Kang Sugeng yang berada di Jalan Ki Ageng Selo, Dusun Gatak, Desa Sembungharjo, Pulokulon. Saat saya datang, Kang Sugeng menyambut saya ramah.

Tak lama kemudian, dengan sigap ia meracikkan seporsi getuk blondo pada kertas minyak yang dialasi daun pisang. Irisan getuk berwarna kuning dan cokelat itu ditaburi kelapa parut dan blondo. Topping (pugas) blondo inilah yang membuat getuk ini populer dengan sebutan “getuk blondo”.

Getuk blondo Kang Sugeng bercita rasa enak, lezat, dan lembut saat dikunyah. Parutan kelapa dan blondonya membuat rasa legitnya autentik. Kang Sugeng mengaku memerhatikan kualitas pembuatan getuk maupun blondonya.

Salah satu rahasia getuk yang enak, menurut Kang Sugeng, berasal dari ketela yang berkualitas. Ia mengambil ketela dari para petani di pegunungan, yang ketelanya terkenal berkualitas dan segar. Lalu blondonya juga terbuat dari kelapa pilihan yang semanten alias tidak terlalu tua dan pas saat dibuat santan. Karena kalau kelapanya terlalu tua, rasa blondo tidak bisa manis aromatik. Begitu penjelasan Kang Sugeng kepada saya soal rahasia di balik cita rasa getuk blondonya.

Getuk Blondo Kang Sugeng, Lezatnya Resep Warisan Nenek
Harga satu porsi getuk blondo ala Kang Sugeng hanya dua ribu rupiah/Badiatul Muchlisin Asti

Blondo memang terbuat dari santan yang dimasak dengan api besar di wajan. Setelah kadar air menyusut, api dikecilkan dan santan diaduk bila sudah mulai menggumpal. Gumpalan-gumpalan santan berwarna cokelat itulah yang disebut blondo. Rasanya legit. sehingga sangat nikmat dijadikan pelengkap makan getuk yang lembut.

Kang Sugeng sendiri mulai merintis usaha getuk sejak tahun 2016. Sebelumnya, ia sempat berjualan es dawet di Kudus. Kemudian memilih pulang dan membuka usaha getuk.

Pertimbangannya memilih getuk, karena getuk termasuk kudapan lintas musim, yang bisa dinikmati saat musim kemarau maupun musim hujan. Tidak seperti berjualan es dawet yang hanya laku keras waktu musim kemarau, tetapi sedikit pembeli di musim hujan. Selain itu, ia juga merasa memiliki kemahiran membuat getuk blondo, yang ia peroleh dari resep warisan neneknya dari jalur ibu. Dari resep warisan itulah, Kang Sugeng bisa membuat getuk blondo yang enak. 

Getuk Blondo Kang Sugeng, Lezatnya Resep Warisan Nenek
Lapak Kang Sugeng di acara Car Free Day Purwodadi/Badiatul Muchlisin Asti

Dari Jualan Keliling hingga Mangkal

Saat awal-awal merintis usaha getuk, Kang Sugeng sempat berjualan keliling dari kampung ke kampung. Namun, hal itu hanya dilakoninya selama tiga bulan. Setelah itu, Kang Sugeng memilih berjualan mangkal di suatu tempat.

Saat ini, Kang Sugeng memiliki dua lapak. Lapak pertama berada di Jalan Raya Panunggalan, Desa Jetaksari, Pulokulon, tepatnya di sebelah Yogya Mart. Lapak kedua di Jalan Ki Ageng Selo, Gatak, Sembungharjo, Pulokulon, di sebelah utara Pasar Gatak. Jika di lapak pertama ditunggui istrinya, Kang Sugeng menjaga lapak kedua.

Kang Sugeng bersyukur bahwa getuk blondonya banyak yang menyukai, sehingga ia memiliki para pelanggan setia. Seperti saat saya berkunjung ke lapak Getuk Blondo Kang Sugeng di Gatak, ada seorang pelanggan bernama Widodo (45)—seorang pegawai koperasi. Kepada saya, Widodo mengaku sudah berlangganan getuk blondo Kang Sugeng sejak awal Kang Sugeng membuka lapak. Menurutnya, getuk buatan Kang Sugeng enak, termasuk juga blondonya.

Getuk Blondo Kang Sugeng, Lezatnya Resep Warisan Nenek
Kang Sugeng (kanan baju batik) sedang melayani pelanggan setianya/Badiatul Muchlisin Asti

Selain sehari-hari mangkal di kedua lapak tersebut, Kang Sugeng dan istri setiap hari Minggu menyempatkan khusus berjualan atau membuka lapak getuk blondo di arena Car Free Day (CFD) Jalan R. Soeprapto, kota Purwodadi. Di CFD, Kang Sugeng juga membuka dua lapak, yaitu di depan pintu masuk toko swalayan Luwes dan di sebelah utara perempatan Diskominfo.     

Berkat keaktifan Kang Sugeng berjejaring dan sharing dengan para pelaku UMKM di Kabupaten Grobogan, omzet penjualan getuknya secara perlahan mengalami kenaikan. Kang Sugeng mengaku mengalami banyak kemajuan, utamanya pada kapasitas produksi getuknya. Bila sebelumnya ia hanya membuat getuk dari 25 hingga 30 kg ketela, kini setiap minggu ia bisa menghabiskan getuk dari 50 kg ketela.  

Kang Sugeng berharap usahanya semakin maju. Kelak getuk blondonya bisa naik kelas dengan kemasan yang lebih menarik, sehingga bisa menjadi salah satu pilihan oleh-oleh khas Grobogan.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Getuk Blondo Kang Sugeng, Lezatnya Resep Warisan Nenek appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/getuk-blondo-kang-sugeng-lezatnya-resep-warisan-nenek/feed/ 0 42748