kuliner kudus Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/kuliner-kudus/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Tue, 27 May 2025 15:25:05 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 kuliner kudus Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/kuliner-kudus/ 32 32 135956295 Waroeng Kita Reborn: Destinasi Wisata Kuliner Keluarga di Kudus https://telusuri.id/waroeng-kita-reborn-destinasi-wisata-kuliner-kudus/ https://telusuri.id/waroeng-kita-reborn-destinasi-wisata-kuliner-kudus/#respond Mon, 07 Apr 2025 03:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=46564 Kudus memiliki sejumlah kuliner khas yang masyhur, seperti soto, sate, lentog, dan nasi pindang. Juga, Kudus memiliki sejumlah destinasi wisata kuliner yang biasa jadi jujugan para pengunjung saat berada di Kota Kretek itu.  Selain Taman...

The post Waroeng Kita Reborn: Destinasi Wisata Kuliner Keluarga di Kudus appeared first on TelusuRI.

]]>
Kudus memiliki sejumlah kuliner khas yang masyhur, seperti soto, sate, lentog, dan nasi pindang. Juga, Kudus memiliki sejumlah destinasi wisata kuliner yang biasa jadi jujugan para pengunjung saat berada di Kota Kretek itu. 

Selain Taman Bojana, destinasi kuliner lainnya yang mulai populer adalah Waroeng Kita Reborn atau akrab disebut dengan akronim Warkit Reborn. Letak pusat kuliner ini termasuk strategis karena lokasinya tidak jauh dari Masjid Menara Kudus. Tepatnya berada di pojok perempatan Sucen, Langgardalem, Kudus, atau sekitar 450 meter sebelah utara Menara Kudus.

Kepada saya, pengelola Waroeng Kita Reborn, Istiyanto (44) mengatakan pusat kuliner Waroeng Kita Reborn didirikan pada bulan Januari 2019. Awalnya bernama Waroeng Kita. Belum ada kata ‘Reborn’.

Konsep Warkit Reborn serupa food court (pujasera), yang di dalamnya terdapat sejumlah gerai yang menjual beraneka pilihan kuliner yang sangat beragam. Ada sembilan gerai di sini yang menawarkan beragam kuliner, baik kuliner khas Kudus, Indonesia, hingga mancanegara. 

Waroeng Kita Reborn: Destinasi Wisata Kuliner Keluarga di Kudus
Tampak depan bangunan pusat kuliner Waroeng Kita Reborn di Kudus/Badiatul Muchlisin Asti

Ujian Pandemi dan Kebakaran

Setahun eksis sejak berdiri, pusat kuliner ini mulai dikenal masyarakat. Beragam pilihan menu menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Namun, pandemi COVID-19 yang melanda dunia pada awal tahun 2020, termasuk Indonesia, menjadi ujian tersendiri bagi keberlangsungan pusat kuliner ini.

“Saat pandemi, ya, kita bertahan dengan menerapkan subsidi,” jelas Istiyanto kepada saya.

Pusat kuliner ini memang menerapkan satu sistem, pembayaran menyatu dalam satu kasir. Tidak ada uang sewa bagi yang membuka gerai di pusat kuliner ini. Pengelola menerapkan sistem bagi hasil 15% sesuai omzet yang diperoleh.

Setelah pandemi dinyatakan melandai, Waroeng Kita kembali bangkit. Namun, sebuah musibah besar kembali menimpa pusat kuliner ini. Pada Senin (17/10/2022), kebakaran yang diduga berasal dari hubungan arus pendek listrik melahap seluruh bangunan pusat kuliner tersebut. Seluruh bangunan rata dengan tanah.

“Kerugian yang kami alami atas kebakaran itu mencapai sekitar 350-an juta (rupiah),” cerita Istiyanto.

Tak berselang lama, Waroeng Kita kembali dibangun dan beroperasi lagi melayani para pelanggan yang sudah merindukannya. Dari sinilah rupanya rahasia di balik tambahan kata ‘Reborn’.

Waroeng Kita Reborn: Destinasi Wisata Kuliner Keluarga di Kudus
Suasana di Waroeng Kita Reborn pada suatu siang/Badiatul Muchlisin Asti

Jadi Destinasi saat Sambangan Santri

Banyaknya menu menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung untuk berwisata kuliner ke Waroeng Kita Reborn. Tercatat, pusat kuliner ini menyediakan lebih dari 365 menu meliputi: Indonesian food, traditional food, modern food, Arabian food, Chinese food, Japanese food, dan Korean food. 

Keragaman menu yang sangat banyak itu menjadikan Waroeng Kita Reborn memiliki daya tarik kuat sebagai destinasi wisata kuliner keluarga. Selain menunya komplet, juga sesuai untuk lintas usia, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Harganya pun sangat terjangkau.

“Pusat kuliner ini (punya) kecenderungan menjadi jujugan para wali santri saat sambangan (kunjungan),” ungkap Istiyanto.

Lokasi Waroeng Kita Reborn yang strategis dan ‘dikepung’ oleh banyak pesantren memang sangat menguntungkan. Letaknya juga berada dekat dengan Masjid Menara Kudus, objek wisata religi yang banyak dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah.   

Maka tak heran bila Waroeng Kita Reborn akhirnya menjadi jujugan favorit para wali santri saat menyambangi anaknya yang nyantri di Kudus. Para wali santri biasa mengajak anaknya yang dijenguk ke pusat kuliner ini untuk makan bersama. Meski tentu, segmentasi pengunjung tidak hanya wali santri dan anaknya saja, tetapi juga para peziarah.

Waroeng Kita Reborn: Destinasi Wisata Kuliner Keluarga di Kudus
Beragam menu kuliner di Waroeng Kita Reborn Kudus/Badiatul Muchlisin Asti

Menu-menu Favorit 

Sebagai pelanggan Waroeng Kita Reborn, karena anak saya ada yang nyantri di Kudus dan pesantrennya berjarak hanya sekitar 100 meter dari warung ini, saya memiliki menu-menu favorit versi saya. Meski menu yang ditawarkan sangat banyak—ada ratusan jumlahnya—tapi saya mencatat hanya ada beberapa menu saja yang menjadi favorit saya, istri, dan anak.

Menu favorit artinya menu yang lebih sering kami pesan ketimbang menu yang lain yang sangat banyak itu. Menu pertama yang harus saya sebut sebagai menu favorit adalah nasi jangkrik. Hampir setiap saya sambangan dan mampir ke Waroeng Kita Reborn, menu ini yang paling kerap saya pesan. 

Nasi jangkrik sendiri adalah kuliner khas Kudus yang dulu hanya bisa dijumpai saat acara tradisi buka luwur (kelambu atau kain penutup) makam Sunan Kudus. Puluhan ribu porsi nasi jangkrik dibagikan secara gratis kepada masyarakat yang hadir pada acara buka luwur.

Waroeng Kita Reborn: Destinasi Wisata Kuliner Keluarga di Kudus
Nasi jangkrik khas Kudus di Waroeng Kita Reborn/Badiatul Muchlisin Asti

Saat ini, nasi jangkrik sudah diadaptasi menjadi menu di warung atau angkringan di Kudus. Waroeng Kita Reborn adalah pusat kuliner yang menyediakan menu nasi jangkrik, yang boleh dibilang, merupakan hidangan warisan Sunan Kudus.

Menu favorit saya lainnya di Waroeng Kita Reborn adalah lontong tahu telur. Mirip tahu gimbal khas Semarang. Bedanya, lontong tahu telur khas Kudus ini tampil dalam tiga varian, yakni lontong tahu, lontong tahu telur, dan lontong tahu telur gimbal. 

Di lontong tahu, lontongnya hanya diberi potongan tahu goreng, lalu disiram dengan saus kacang. Sementara lontong tahu telur, lontongnya diberi tahu potong yang digoreng dengan telur, lalu diguyur saus kacang. Adapun lontong tahu telur gimbal adalah paket komplet, yaitu lontong tahu telur diberi tambahan gimbal udang. 

Selain itu, pada masing-masing varian ada bubuhan taoge, potongan kubis, daun seledri, dan bawang goreng. Bila tidak suka lontong, bisa diganti nasi, sehingga di Kudus menu ini juga populer dengan sebutan nasi tahu atau nasi tahu telur. 

  • Waroeng Kita Reborn: Destinasi Wisata Kuliner Keluarga di Kudus
  • Waroeng Kita Reborn: Destinasi Wisata Kuliner Keluarga di Kudus
  • Waroeng Kita Reborn: Destinasi Wisata Kuliner Keluarga di Kudus

Sepertinya dua menu itu yang paling sering saya pesan saat berkunjung di Waroeng Kita Reborn. Meski saya juga pernah beberapa kali memesan menu lainnya sebagai variasi, di antaranya sate Padang dan bakmi Jawa—yang menurut saya juga enak. 

Adapun menu kegemaran istri dan anak saya adalah soto Lamongan, nasi goreng, dan nasi kebuli—baik nasi kebuli ayam maupun kambing. Namun, karena pilihan menu yang banyak, kami sering juga menjajal menu lain yang belum pernah kami cicipi sebelumnya. 

Waroeng Kita Reborn menurut saya memang destinasi wisata kuliner yang cocok bagi keluarga. Selain pilihan menunya banyak dan variatif, cita rasanya umumnya enak, juga harganya terjangkau. Jadi, bila berkunjung ke kota Kudus, pusat kuliner ini layak menjadi target kulineran. Selamat mencoba!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Waroeng Kita Reborn: Destinasi Wisata Kuliner Keluarga di Kudus appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/waroeng-kita-reborn-destinasi-wisata-kuliner-kudus/feed/ 0 46564
Berburu Garang Asem di Kudus dan Purwodadi https://telusuri.id/berburu-garang-asem-di-kudus-dan-purwodadi/ https://telusuri.id/berburu-garang-asem-di-kudus-dan-purwodadi/#respond Fri, 04 Mar 2022 10:42:11 +0000 https://telusuri.id/?p=33037 Fenomena kuliner Indonesia diwarnai ‘kerancuan’ soal nama sebuah masakan. Sering dijumpai, satu nama dipakai untuk menamai sejumlah kuliner yang versinya sama sekali berbeda. Misalnya, kalau menyebut garang asem, harus dijelaskan lebih lanjut garang asem versi...

The post Berburu Garang Asem di Kudus dan Purwodadi appeared first on TelusuRI.

]]>
Fenomena kuliner Indonesia diwarnai ‘kerancuan’ soal nama sebuah masakan. Sering dijumpai, satu nama dipakai untuk menamai sejumlah kuliner yang versinya sama sekali berbeda. Misalnya, kalau menyebut garang asem, harus dijelaskan lebih lanjut garang asem versi daerah mana. Kenapa? Karena dalam khazanah kuliner Indonesia, garang asem digunakan untuk nama sejumlah masakan yang berbeda di beberapa daerah.

Di Jawa Timur, garang asem populer di Tuban dan Surabaya. Garang asem khas Tuban adalah sajian berkuah santan berwarna kuning dengan cita rasa asam pedas—sekilas mirip mangut, hanya saja rasanya asam. Ada pula yang tak bersantan, biasanya dengan tone yang tingkat kepedasannya relatif rendah.

Garang asem Tuban proteinnya menggunakan ikan, biasanya kepala ikan manyung untuk garang asem yang bersantan. Sedang garang asem Tuban yang tak bersantan, menggunakan ikan kakap merah yang dagingnya lembut. Di Surabaya, garang asemnya mirip garang asem khas Tuban, tetapi ikan yang dipakai adalah ikan bandeng.

Garang Asem Kudus
Garang asem RM Raharjo Purwodadi, eksis sejak tahun 1971 dengan menu spesial garang asem/Badiatul Muchlisin Asti

Di Jawa Tengah, garang asem hadir dalam tiga versi atau gagrak, yaitu Pekalongan, Lasem, dan Purwodadi. Garang asem versi Pekalongan mirip rawon daging sapi, karena proteinnya memang memakai daging sapi dan bumbunya terdapat keluak, tapi cita rasanya asam.

Di Lasem, yang populer dengan sebutan ‘Tiongkok Kecil’, kaum peranakan Tionghoa memasak garang asem dengan protein daging babi dan tambahan irisan rebung. Sajian berkuah dengan cita rasa asam-manis ini sebenarnya lebih tepat disebut asem-asem, ketimbang garang asem.

Garang asem yang populer adalah versi Purwodadi dan sekitarnya (Semarang, Solo, Sragen, Kudus, dan lain-lain), yaitu masakan berkuah dan berprotein ayam kampung yang dibungkus daun pisang dengan cita rasa asam, gurih, dan pedas. 

Di Bali, juga ada sajian yang dinamakan garang asem. Orang Bali menyebutnya gerang asem. Nanik Mirna Agung dalam buku Pawon Bali, 60 Resep Masakan Khas Bali Pilihan (2010) menyebutkan gerang asem sebagai sopnya orang Bali. Bahannya terbuat dari ayam kampung. Rasanya hampir mirip garang asem dari Jawa, namun gerang asem Bali lebih lezat karena pemakaian bumbu yang begitu banyak.

Ya, dibanding garang asem Jawa, bumbu gerang asem Bali memang lebih kaya dan kompleks. Bumbunya pakai bumbu yang disebut bumbu genap besar. Dalam tradisi kuliner Bali, memang dikenal jenis-jenis bumbu meliputi bumbu genap besar, bumbu genap kecil, bumbu wewangen, dan bumbu kele 1

Bumbu yang dipakai dalam gerang asem Bali adalah bumbu genap besar, yaitu bumbu yang terdiri atas campuran bumbu genap kecil ditambah dengan bumbu wewangen. Jadi, betapa kaya dan kompleksnya bumbu gerang asem Bali bila bumbu genap kecil saja terdiri atas 13 bahan bumbu, ditambah bumbu wewangen yang berjumlah 11 bahan bumbu.

Garang Asem Kudus
Garang asem RM Gasasa Kudus, cita rasa istimewa yang membuat banyak penggemarnya/Badiatul Muchlisin Asti

Garang Asem Gagrak Purwodadi dan Sekitarnya

Kendati tampil dengan berbagai versi, namun mendiang pakar kuliner Bondan Winarno berpendapat bahwa yang paling memenuhi syarat untuk menyandang nama ‘garang asem’ adalah sajian khas Purwodadi dan sekitarnya, yaitu ayam kukus di dalam bungkus daun pisang dengan rasa asam-gurih-pedas.

Jadi, nomenklatur garang asem merujuk pada proses pembuatan dan cita rasanya. Proses pembuatan garang asem adalah dikukus atau digarang dalam bungkus daun pisang, sedang cita rasanya adalah asem atau asam.

Definisi itu selaras dengan arti garang asem yang termaktub dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V yaitu: “Lauk kukus yang terbuat dari daging ayam, dicampur belimbing wuluh, daun salam, bawang merah, bawang putih, dan sebagainya, dibungkus dengan daun pisang.”

Bumbu utama dalam garang asem Purwodadi adalah cabai rawit, tomat hijau, dan belimbing wuluh. Meski berbumbu minimalis, namun garang asem gagrak Purwodadi ini terkenal kelezatannya. Kuah kaldu beningnya begitu memukau dengan cita rasa segar dan dominan asam dan pedas.

Ayam yang dipakai adalah ayam kampung yang menghasilkan kaldu yang lebih harum dan dagingnya empuk mrupul—namun tidak hancur—karena dalam proses pengukusan yang lama. Daun pisang yang dipakai untuk membungkus garang asem menyumbangkan aroma khas yang otentik dan menambah cita rasa sedep. Begitu juga daun salam yang ada di dalamnya.

Pada kenyataannya, ada dua versi untuk garang asem gagrak Purwodadi ini, yaitu garang asem berkuah bening karena tak bersantan dan garang asem berkuah agak keruh karena ada tambahan santan meski tipis. Garang asem bersantan ini dikenal sebagai garang asem gagrak Solo, meski saat ini soal bubuhan santan—bahkan ada yang menambahkan kocokan telur ayam, adalah soal selera.

Garang Asem Kudus
Garang asem di WM. Mbak Ping Purwodadi, kuah kaldunya sangat bening, tapi cita rasanya sangat memukau/Badiatul Muchlisin Asti

Garang Asem di Kudus dan Purwodadi

Bondan Winarno menobatkan garang asem sebagai salah satu kuliner tradisional ter-maknyus di Indonesia dalam buku karyanya 100 Mak Nyus Makanan Tradisional Indonesia yang dirilis tahun 2013. Namun Bondan Winarno menyebut garang asem sebagai sajian khas Kudus. Diduga, hal itu karena di Kudus terdapat sebuah rumah makan terkenal yang menyuguhkan menu spesial garang asem, yaitu Rumah Makan (RM) Gasasa (Garang Asem Sari Rasa) di Jalan AKBP Agil Kusumadya 20, Kudus.

Tidak salah, namun menyebut garang asem sebagai sajian khas Kudus dirasa kurang tepat. Garang asem eksis di sejumlah daerah di Jawa Tengah, bahkan secara spesifik justru banyak yang menyebutnya sebagai kuliner khas Purwodadi.

Setidaknya sejak tahun 1980-an, garang asem sebagai sajian khas Purwodadi sangat masyhur. T Wedy Oetomo, penulis buku Ki Ageng Selo Menangkap Petir yang terbit tahun 1983 oleh Yayasan Parikesit Surakarta, misalnya. Dalam kata pengantarnya di bukunya tersebut, ia menyebut-nyebut sebuah rumah makan yang sangat terkenal di kota Purwodadi dengan masakan khas Purwodadi, yaitu garang asem. 

Ia menyatakan, “Kota Purwodadi kini telah memiliki 3 buah hotel, yaitu Hotel Wikan, Hotel Purwodadi, dan Hotel Tentrem. Sedangkan rumah makan yang sangat terkenal ialah Rumah Makan Raharjo. Jenis masakan khas Purwodadi yang membuat rindu para pembeli adalah masakan khas yang disebut garang asem serta juga masakan asem-asem.”

Namun apakah garang asem adalah kuliner yang berasal dari Kudus atau Purwodadi, nampaknya bukan sesuatu yang patut diperdebatkan. Jamak dijumpai dalam realitas kuliner Indonesia, sebuah masakan menjadi semacam ‘produk komunal’ yang eksis di sejumlah tempat dan sulit dilacak asal muasalnya. 

  • Garang Asem Kudus
  • Garang Asem Kudus
  • Garang Asem Kudus

Yang jelas, di Kudus, RM Gasasa merupakan jujugan kuliner garang asem yang masyhur dan memiliki banyak penggemar. Tak sedikit tokoh yang pernah menyambangi rumah makan ini dan menyantap garang asemnya yang istimewa. Setidaknya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) semasa menjabat Presiden RI pernah mampir ke rumah makan ini. Begitu juga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pernah mencicipi keistimewaan garang asem RM Gasasa.  

Bila di Kudus ada Rumah Makan Gasasa, maka di Purwodadi ada RM Raharjo di Jalan Jendral Sudirman 17, Purwodadi, Grobogan, yang telah menyuguhkan menu spesial garang asem sejak tahun 1971. Dipercaya, RM Raharjo sebagai pelopor garang asem di Purwodadi yang kemudian menyebar ke berbagai daerah di sekitarnya, di antaranya Solo, Sragen, Kudus, dan lainnya. 

Garang Asem khas Purwodadi di RM Raharjo termasuk spesial, konsisten menggunakan ayam kampung dan cita rasanya istimewa. Karena itu, banyak pelanggannya, termasuk menjadi jujugan para tokoh dan artis setiap kali berkunjung ke Purwodadi. 

Pesohor yang pernah mampir dan menikmati garang asem RM Raharjo antara lain: pelawak Didin (group lawak Bagito), pedangdut Rita Sugiarto, aktor Pong Harjatmo, penyanyi legendaris Iwan Fals, Hj. Atiqoh—istri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, politikus Hary Tanoesoedibjo dan istri, pelawak H. Kirun, politikus PDIP Cahyo Kumolo, dan sebagainya. 

Di Purwodadi, RM Raharjo bukan satu-satunya jujugan wisata kuliner garang asem enak—meski harus diakui garang asem RM Raharjo tetap yang terlegendaris dari sisi masa tempuh dan eksistensinya. Garang asem enak lainnya banyak ditemukan di Purwodadi dan sejumlah kecamatan di Kabupaten Grobogan. Salah satunya adalah garang asem WM Mbak Ping di Jalan A. Yani, Purwodadi (kompleks ruko depan Pasar Purwodadi agak ke timur).

Bila sedang berada di Kudus atau di Purwodadi, silakan berburu garang asemnya yang istimewa!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Berburu Garang Asem di Kudus dan Purwodadi appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/berburu-garang-asem-di-kudus-dan-purwodadi/feed/ 0 33037
Menyantap Cita Rasa Kelezatan Soto Kudus https://telusuri.id/menyantap-cita-rasa-kelezatan-soto-kudus/ https://telusuri.id/menyantap-cita-rasa-kelezatan-soto-kudus/#respond Sat, 26 Feb 2022 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=32895 Bila menyebut Kudus, maka yang terlintas adalah jenang, kretek, dan masjid menara. Ketiganya memang identik dengan Kudus. Kudus masyhur dengan produk jenangnya. Jenang menjadi oleh-oleh paling diburu wisatawan yang bertamasya ke objek-objek wisata di Kudus....

The post Menyantap Cita Rasa Kelezatan Soto Kudus appeared first on TelusuRI.

]]>
Bila menyebut Kudus, maka yang terlintas adalah jenang, kretek, dan masjid menara. Ketiganya memang identik dengan Kudus. Kudus masyhur dengan produk jenangnya. Jenang menjadi oleh-oleh paling diburu wisatawan yang bertamasya ke objek-objek wisata di Kudus.

Lalu kretek menjadi bagian penting dari Kudus, karena sejarah panjang awal kemunculan kretek sangat terkait erat dengan daerah ini, sehingga Kudus pun dijuluki sebagai Kota Kretek. Adapun masjid menara, karena di Kudus terdapat sebuah masjid yang dikenal dengan nama Masjid Menara Kudus. 

Nama resmi masjid ini sebenarnya adalah Masjid Al-Aqsa Manarat Kudus. Namun lebih kondang dengan sebutan Masjid Menara Kudus, karena di masjid kuno peninggalan Sunan Kudus yang dibangun tahun 1549 M ini, terdapat sebuah menara dengan ketinggian 18 meter, dengan bagian dasar berukuran 10 x 10 m.

Soto Bu Jatmi
Soto Bu Jatmi, disajikan dalam mangkuk biasa, menawarkan cita rasa soto kudus yang nikat nan lezat/Badiatul Muchlisin Asti

Di luar tiga kata itu: jenang, kretek, dan masjid menara, sebenarnya masih ada satu kata lagi yang merepresentasikan Kudus, yaitu soto. Di kancah perkulineran Indonesia, terutama di blantika persotoan, soto Kudus termasuk sajian berkuah yang cukup diperhitungkan. 

Tahun 2009, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-80, Bango merilis sebuah buku berjudul 80 Warisan Kuliner Nusantara. Di dalam buku tersebut termuat 80 kuliner pusaka pilihan warisan leluhur yang patut di-uri-uri, mengingat kehadirannya menjadi peneguh identitas dan juga pengejawantahan budaya bangsa. Di antara 80 kuliner pusaka pilihan itu, soto Kudus masuk di dalamnya.

Soto Kudus masyhur karena cita rasa kelezatannya. Di Kudus, banyak dijumpai soto-soto legendaris, yang bisa menjadi pilihan saat nglencer ke kota Kudus dan ingin membuktikan kelezatan sotonya. Di antara nama-nama yang lekat sebagai pelopor soto di Kudus dan telah memiliki jejak perjalanan yang cukup panjang di dunia persotoan antara lain: Pak Denuh, Pak Di, Pak Ramidjan, Karso Karsi, Bu Jatmi, dan Haji Sulichan.

Potret Kelezatan Soto Kudus

Di blantika persotoan Indonesia, varian soto sangat banyak. Sebuah data yang dirilis oleh Murdijati Gardjito, dkk sebagaimana disebutkannya di buku Soto, Nikmat dari Indonesia untuk Dunia (2018), ada 75 ragam soto di Indonesia yang tersebar di 22 dari 34 daerah kuliner. Data ini bisa bertambah mengingat penelitian profil soto dibatasi daerah kulinernya, juga mengingat di luar daerah kuliner yang diteliti, informasinya konon sangat sulit dan sedikit didapat. 

Soto memang ikon kuliner Indonesia yang luar biasa. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki versi soto masing-masing, dengan karakteristik yang berbeda. Begitu pun soto Kudus. Soto Kudus adalah soto gaya Kudus yang memiliki keunikan tersendiri, sejak dari cita rasa, cara penyajian, dan lauk pelengkapnya.

Cita rasa kelezatan soto Kudus pertama-tama terletak pada kuahnya yang gurih dan berbumbu. Taburan irisan bawang putih—yang digoreng garing—menjadi ciri khas sekaligus memperkaya cita rasa dan aroma kuahnya. Selain gurih, kuahnya juga bercita rasa segar. Warnanya sedikit lebih gelap atau kecoklatan berkat tambahan kecap—yang sekaligus membuat cita rasanya gurih manis. 

Soto Pak Denuh
Soto kudus Pak Denuh menawarkan soto ayam dan soto kerbau dengan lauk pelengkap yang menggoda selera/Badiatul Muchlisin Asti

Gaya penyajian soto Kudus juga unik. Soto Kudus umumnya disajikan dalam sebuah mangkuk kecil—namun ada juga yang mangkuk biasa, sudah tercampur dengan nasi, dengan isian meliputi potongan kecil daging kerbau atau suwiran daging ayam, taoge yang sudah direbus, dan daun bawang.

Selain sotonya yang sudah bercita rasa lezat, lauk pelengkap yang disajikan sebagai teman menyantap sotonya juga sangat menggoda. Dalam tradisi persotoan di Kudus, soto dinikmati dengan aneka sate seperti: sate kerang, sate telur puyuh, sate ayam, dan sate ati ampela; juga ada perkedel; tempe dan tahu goreng; serta kerupuk.

Istimewanya lagi, sotonya diracik di sebuah pikulan yang dulu biasa dijadikan sebagai alat untuk berjualan soto dengan cara berkeliling kampung, dari kampung satu ke kampung lainya. Dulu, saat awal-awal perintisan soto Kudus di masa kolonial Jepang era tahun 1940-an, soto Kudus memang dijajakan dengan pikulan berkeliling kampung.

Meski pikulan itu sekarang tidak lagi dipikul untuk berjualan keliling, namun dalam tradisi persotoan Kudus, pikulan itu seolah ‘wajib’ dipajang di warung. Boleh jadi hal itu untuk mengenang awal-awal masa perintisan soto Kudus tempo dulu yang penuh gempita perjuangan.

Soto Pak Denuh dan Bu Jatmi

Di Kudus, ada sejumlah soto legendaris di Kudus. Namun di antara yang legendaris itu, soto Pak Denuh dan soto Bu Jatmi, bolehlah dijadikan sebagai ‘representasi’ cita rasa kelezatan soto Kudus. Keduanya sama-sama populer, karena sama-sama menawarkan soto Kudus yang masyhur kelezatannya.

Baik soto Pak Denuh maupun soto Bu Jatmi, sama-sama menyajikan dua versi soto Kudus. Dalam khazanah pustaka kuliner Kudus, soto Kudus memang memiliki dua gagrak soto, yaitu soto kerbau dan soto ayam. 

Sejumlah sumber menyebutkan, resep asli soto Kudus menggunakan daging kerbau meneruskan tradisi leluhur—sesuai dengan sejarah awal penyebaran Islam di Kudus, dimana Sunan Kudus berfatwa melarang umat Islam menyembelih sapi sebagai satwa sakral dalam doktrin Hindu, dengan tujuan agar tidak melukai hati umat Hindu yang saat itu masih menjadi agama mayoritas di Kudus. 

  • Soto Pak Denuh
  • Soto Bu Jatmi
  • Sate Kerang
  • Sate Ayam
  • Sate soto kudus
  • Soto Bu Jatmi

Fatwa itu masih ditaati oleh warga Kudus hingga kini, karena itu jangan heran bila di Kudus banyak dijumpai sajian berbahan daging kerbau, termasuk dalam sajian sotonya. Namun untuk mengakomodasi orang-orang yang tidak menyukai daging kerbau, dalam perkembangannya, dibuatlah varian soto Kudus yang menggunakan protein daging ayam. Baik soto Kudus versi daging kerbau maupun ayam, keduanya sama-sama enak, tergantung selera.

Soto Pak Denuh berada di Jalan AKBP Agil Kusumadya, Kudus. Selain di tempat ini, soto Pak Denuh juga bisa dijumpai di dua cabang lainnya—masih di wilayah kota Kudus, yaitu di Taman Bojana Kios No. 55, 56, 57, Kudus; dan di Terminal Bus kios No. 6. Soto Pak Denuh tidak buka cabang di luar kota. Adapun  soto Bu Jatmi berada di Jalan KH. Wachid Hasyim 43, Kudus.

Dari sisi masa tempuh, boleh jadi soto Bu Jatmi lebih muda usianya. Soto bu Jatmi eksis sejak tahun 1982, sedang soto Pak Denuh sudah eksis sejak tahun 1945. Namun, meskipun hadir belakangan, cita rasa soto bu Jatmi tidak kalah dengan soto Pak Denuh. Keduanya memiliki penggemar masing-masing, dari kalangan masyarakat biasa hingga pejabat dan pesohor.

Boleh juga, bila ingin menjelajah, berburu soto Kudus legendaris lainnya. Seperti soto Pak Di yang menawarkan soto Kudus dengan tekstur kuah yang lebih kental. Atau soto Karso Karsi yang masih bertahan dengan penggunaan kayu bakar dalam memasak kuah sotonya. Yang jelas, pesona soto Kudus begitu memikat. Cita rasa kelezatannya layak untuk dicoba.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menyantap Cita Rasa Kelezatan Soto Kudus appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menyantap-cita-rasa-kelezatan-soto-kudus/feed/ 0 32895
Mencicipi Opor Sunggingan, Menu Kegemaran Sunan Kudus https://telusuri.id/mencicipi-opor-sunggingan-menu-kegemaran-sunan-kudus/ https://telusuri.id/mencicipi-opor-sunggingan-menu-kegemaran-sunan-kudus/#respond Wed, 12 Jan 2022 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=31962 Selain dikenal sebagai Kota Kretek, Kudus juga moncer dengan produk jenangnya. Kudus pula kaya khazanah kuliner khas seperti soto, sate kerbau, nasi pindang, lentog tanjung, dan pecel pakis. Satu lagi, kuliner khas Kudus yang terkenal...

The post Mencicipi Opor Sunggingan, Menu Kegemaran Sunan Kudus appeared first on TelusuRI.

]]>
Selain dikenal sebagai Kota Kretek, Kudus juga moncer dengan produk jenangnya. Kudus pula kaya khazanah kuliner khas seperti soto, sate kerbau, nasi pindang, lentog tanjung, dan pecel pakis. Satu lagi, kuliner khas Kudus yang terkenal lezat, yaitu opor sunggingan. Opor sunggingan ini bisa menjadi alternatif target kulineran di kota yang kulinernya banyak didominasi menu berbasis daging kerbau. Karena opor sunggingan—sebagaimana opor pada umumnya, berbahan utama daging ayam.

Opor sunggingan sendiri termasuk sajian khas Kudus yang istimewa sehingga menggoda untuk dicicipi, karena tidak saja sajian ini menyuguhkan versi opor yang berbeda dengan opor pada umumnya, namun juga secara historis opor sunggingan dipercaya merupakan menu kegemaran salah satu anggota Walisongo, yakni Sunan Kudus.

Nasi Opor Sunggingan
Sajian nasi opor sunggihan khas Kudus/Badiatul Muchlisin Asti

Meski sejauh ini tidak ada referensi valid yang bisa dirujuk, namun cerita tutur turun-temurun menyebutkan bahwasannya opor sunggingan merupakan kuliner yang disukai oleh Sunan Kudus yang bernama asli Raden Ja’far Shadiq. Setidaknya hal itu disampaikan oleh Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK), Nadjib Hassan. Ia menyatakan bahwa opor sunggingan merupakan hidangan favorit Sunan Kudus. 

Sehingga menu opor sunggingan ini sering dijadikan sebagai suguhan utama di setiap ada acara di kompleks Menara Kudus. Misalnya pada acara tradisi jamasan keris milik Sunan Kudus. Tradisi ini merupakan ritual penyucian atau pembersihan keris peninggalan Sunan Kudus yang diadakan rutin setiap tahun sekali. Seusai acara, menu nasi opor sunggingan selalu menjadi hidangan utama bagi para tamu.

Bila cerita itu benar, maka opor sunggingan semestinya sudah ada sejak abad ke-16 pada masa Sunan Kudus masih hidup. Juga berarti opor sunggingan bukanlah sejenis masakan kreasi baru—sebagaimana yang disebut Bondan Winarno dalam buku 100 Mak Nyus Jalur Mudik, Jalur Pantura dan Jalur Selatan Jawa (2018). Melainkan opor sunggingan adalah kuliner pusaka yang telah ada sejak ratusan tahun lalu. 

Opor Sunggingan, Versi Opor Ayam Bakar

Terlepas dari kebenaran cerita itu, opor sunggingan merupakan kuliner yang sangat menggoda. Boleh dibilang, opor sunggingan adalah versi opor ayam bakar. Karena dalam proses pembuatannya, ayam utuh dalam opor sunggingan memang dibakar atau dipanggang, untuk kemudian disuguhkan dengan terlebih dahulu disuwir-suwir dengan cara digunting-gunting menggunakan gunting khusus, kemudian disiram dengan kuah opornya.

Perbedaan antara opor sunggingan dengan opor ayam pada umumnya terletak pada ayamnya yang dibakar dalam kondisi utuh. Juga opor sunggingan tidak menggunakan kunyit, sehingga warna kuahnya tidak kuning sebagaimana warna pada kuah opor ayam pada umumnya. 

Nasi Opor Sunggingan
Ayam panggang opor sunggingan sebelum dipotong-potong dengan gunting khusus untuk disajikan/Badiatul Muchlisin Asti

Resep warisan opor sunggingan hingga saat ini masih terjaga dengan baik, termasuk proses memasaknya yang masih secara tradisional dengan menggunakan kayu bakar. Sehingga cita rasanya tetap terjaga sejak dulu hingga sekarang.

Untuk membuat opor sunggingan, ayam yang digunakan adalah ayam kampung besar dan tua jenis babon (betina). Lemak dari jenis babon tua ini berwarna kuning dan menghasilkan cita rasa yang sangat gurih.

Ayam yang dibiarkan utuh dan sudah dibersihkan lalu direbus dengan aneka bumbu meliputi bawang merah dan putih, merica, kemiri, ketumbar, dan jintan. Perebusannya membutuhkan waktu sekitar lima jam agar daging ayam empuk dan bumbunya meresap.

Setelah direbus, ayam kemudian ditiriskan selama kurang lebih enam jam agar dingin. Lalu ayam dibakar atau lebih tepatnya dipanggang dengan arang dari kayu karet dengan jarak tertentu agar ayam tidak mudah gosong. 

Saat pemanggangan, ayam tidak perlu dikipasi. Cara pemanggangan seperti ini menghasilkan kematangan yang sempurna atau merata, aroma bakaran yang harum, dan cita rasa daging yang lebih gurih. 

  • Nasi Opor Sunggingan
  • Nasi Opor Sunggingan

Selanjutnya, dibuat kuah areh sebagai pelengkap sajian opor sunggingan. Membuat santannya ini membutuhkan waktu sekitar tiga jam. Proses lama itu bertujuan agar santan tidak cepat basi. Santan yang telah dimasak kemudian diangkat. Jadilah santan areh yang kental. Santan atau areh itulah yang menjadikan sajian opor sunggingan memiliki cita rasa asin dan gurih.

Dalam penyajiannya, nasi ditaruh dalam piring yang dilapisi daun pisang, diberi suwiran ayam panggang yang disuwir dengan cara digunting-gunting, ditambah sambal tahu goreng yang bercita rasa manis dan pedas, baru kemudian diguyur kuah opor dan kuah areh. Makannya tidak pakai sendok logam, melainkan dengan suru, yaitu sendok dari daun pisang.

Bila dirangkum, sajian nasi opor sunggingan memiliki cita rasa nikmat yang komplet. Ada asin dan gurih, juga manis dan pedas. Bagi penyuka pedas level tinggi, disediakan cabai utuh rebus dalam wadah tersendiri sebagai ceplusan. 

Menu yang Disukai Artis dan Pejabat

Opor sunggingan mulai dipopoulerkan sejak tahun 1960-an. Rumah Makan Opor Sunggingan di Jalan Niti Semito 9, Ploso, Kudus, adalah satu-satunya rumah makan yang menyuguhkan hidangan opor sunggingan. Rumah makan ini didirikan oleh pasangan suami-istri, Warsito Sudadi dan Ngadilah. Saat ini, Rumah Makan Opor Sunggingan sudah alih generasi dan dikelola oleh generasi kedua, yaitu pasangan suami-isti, Suroso dan Siti Sundari. 

Nama sunggingan yang disematkan dalam nama menu ‘opor sunggingan’ merupakan kampung tempat versi opor bakar ini berasal, yaitu Kelurahan Sunggingan, Kecamatan Kota Kudus, Kudus. Nama Sunggingan sendiri berasal dari seorang Tionghoa yang pernah tinggal di daerah ini pada abad ke-16, yakni Sun Ging. Sun Ging hidup semasa dengan Sunan Kudus.

Nasi Opor Sunggingan
Rumah Makan Opor Sunggingan di Jalan Niti Semito 9 Ploso, Kudus, menyediakan nasi opor sunggingan sejak tahun 1956/Badiatul Muchlisin Asti

Meski sekarang lokasi rumah makan sudah pindah, nama populernya tetap opor sunggingan. Dulu, warung masih berbentuk lapak sederhana. Baru pada tahun 2004, tempat makan ini pindah ke lokasi yang sekarang, yaitu di Jalan Niti Semito 9, Desa Ploso, Kecamatan Jati, Kudus.

Sebagai kuliner yang ikonik dan khas, opor sunggingan memiliki banyak penggemar, baik dari kalangan masyarakat umum, maupun para pejabat dan artis. Dari kalangan artis, yang pernah singgah dan menikmati sajian nasi opor sunggingan antara lain: Duta Sheila On 7, Jamal Mirdad, Sandra Dewi, Farhan, ST 12, Tantri kotak, dan banyak lagi. Sejumlah atlet bulu tangkis nasional seperti Liem Swie King, Susi Susanti, dan Alan Budi Kusuma, juga tercatat pernah singgah dan menikmati kuliner opor sunggingan. 

Jadi, bila berkunjung ke kota Kudus, opor sunggingan ini layak menjadi target kulineran!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu
!

The post Mencicipi Opor Sunggingan, Menu Kegemaran Sunan Kudus appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/mencicipi-opor-sunggingan-menu-kegemaran-sunan-kudus/feed/ 0 31962