kuliner lokal Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/kuliner-lokal/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Wed, 06 Dec 2023 05:18:50 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 kuliner lokal Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/kuliner-lokal/ 32 32 135956295 Nikmatnya Kue Putu Bambu, Kudapan Tradisional dari Masa ke Masa https://telusuri.id/nikmatnya-kue-putu-bambu-kudapan-tradisional-dari-masa-ke-masa/ https://telusuri.id/nikmatnya-kue-putu-bambu-kudapan-tradisional-dari-masa-ke-masa/#respond Thu, 25 May 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=38791 Entah berapa jumlahnya, kudapan tradisional Indonesia yang tersebar di pelbagai sudut Nusantara memberi keragaman warna dan rasa. Kudapan tradisional termasuk produk inovatif yang menggabungkan budaya, sumber daya lokal, dan cita rasa khas dengan teknik pengolahan...

The post Nikmatnya Kue Putu Bambu, Kudapan Tradisional dari Masa ke Masa appeared first on TelusuRI.

]]>
Entah berapa jumlahnya, kudapan tradisional Indonesia yang tersebar di pelbagai sudut Nusantara memberi keragaman warna dan rasa. Kudapan tradisional termasuk produk inovatif yang menggabungkan budaya, sumber daya lokal, dan cita rasa khas dengan teknik pengolahan yang sangat sederhana. Mengisi cerita elok turun-temurun yang tak pernah sirna, dan memberi cerita dari masa ke masa.

Seperti halnya putu bambu. Rasa manis legit membuat setiap orang yang mencicipinya tiada jemu. Para pedagangnya bertransformasi, mulai dari memikul hingga menggunakan gerobak dorong yang tampak lebih efisien. Adapun pengolahannya relatif tak banyak berubah. Saya rasa, sepertinya banyak orang Indonesia yang tahu dan pernah mencicipi kudapan tersebut.

Sekelumit Sejarah dan Kearifan Lokal Kue Putu Bambu 

Mengutip Adzkiyak dalam Etnografi Kuliner: Makanan dan Identitas Nasional (Zahir Publishing, 2021), kue putu bambu berasal dari akulturasi budaya China. Keberadaannya telah eksis sejak zaman Dinasti Ming di Tiongkok, ratusan tahun lalu. XianRoe Xiao Long adalah sebutan awalnya, yang berarti kue dari tepung beras berisi kacang hijau halus kemudian mengukusnya dalam wadah bambu.

Di Indonesia, nama “putu” muncul pada sebuah naskah berjudul Serat Centhini pada tahun 1814 Masehi di era pemerintahan Sunan Pakubuwana IV, susuhunan Surakarta. Naskah tersebut menceritakan seseorang bernama Ki Bayi Panurta—seorang dukuh dan guru spiritual. Ia meminta bantuan kepada santrinya untuk menyediakan makan pagi serta menyajikan kudapan pendamping, seperti putu dan serabi. Isian putu, yang mulanya kacang hijau halus, berubah menjadi gula jawa karena lebih mudah untuk mendapatkannya. 

Menurut Azdkiyak (2021), kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan, serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal, untuk menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.

Begitu pun halnya kudapan khas Jawa Timur ini. Kue putu mengangkat keistimewaan lokal menggunakan sumber daya alam (SDA) yang ada di masa itu. Pada akhirnya kue putu ini kemudian menjadi budaya yang diturunkan secara turun-temurun. Dari generasi ke generasi.

Kue putu terdiri dari berbagai jenis, seperti kue putu bambu, putu ayu, putu cangkir, putu mayang, dan putu pesse. Dalam bentuk apa pun, penganan tersebut seringkali tersedia saat upacara pernikahan. Maknanya adalah agar pasangan yang menikah dapat segera memiliki keturunan (anak). Tak hanya itu, kue putu juga biasanya ada saat perayaan Maulid Nabi Muhammad, tanggal 1 Muharam, dan upacara adat yang diadakan oleh masyarakat perdesaan.

Mengenai kapan terakhir kali mencicipi kue putu, saya tidak begitu ingat. Mungkin saat masih ingusan, entah di usia berapa. Saya hanya tahu kalau camilan manis itu pernah mengisi masa kanak-kanak saya.

Kenangan Gerobak Kue Putu Bambu Keliling 

Suatu ketika, saat jalan-jalan sore di Taman Suropati, kawasan Menteng, Jakarta Selatan, secara tak sengaja saya melihat sebuah gerobak dengan suara yang akrab di telinga. Nadanya seolah membawa saya terbang kembali ke memori masa kecil. 

Saya berusaha menoleh. Mencari ke arah sumber suara. Ternyata benar, suara tersebut berasal dari gerobak kue putu bambu dengan asap mengepul dari lubang pemanasnya. Bentuknya kini terlihat berbeda. Di dalam ingatan saya, pedagang kue putu bambu menjajakan dagangan dengan cara memikulnya di bahu. Namun, sore itu pertama kalinya saya melihat ia memanfaatkan gerobak dorong.

Saya tidak sedang bermimpi. Ini bukan penyamaran seorang intel berkedok tukang putu. Ini jelas dan akurat penjual kue putu bambu dan sekarang ada di depan mata. Terlihat para warga yang saat itu ada di taman ramai membeli kudapan kue putu bambu. Saya pun ikut berbaris menunggu antrean.

Ada yang tampak berbeda di mata saya. Kue putu tersebut dijual bersamaan dengan klepon. Dahulu, saat kecil saya melihat kue putu hanya dijual tunggal saja. Tanpa penganan lain yang menyertai. Kue putu bambu dan klepon terbuat dari bahan dasar sama, yaitu tepung beras halus, perisa pandan, gula jawa, dan kelapa parut kukus. Hadirnya klepon tentu turut menambah nilai jual bagi sang pedagang. 

Begitu dapat giliran, saya memesan empat potong kue putu bambu dan tiga buah klepon. Edi, pedagang kue putu itu, sudah hampir dua tahun berjualan di kawasan Taman Suropati. Ia mengambil dagangan dari seorang pemilik gerobak dengan sistem bagi hasil. Sang juragan sudah menyiapkan gerobak lengkap dengan bahan-bahan mentah kue putu dan klepon.

“Saya hanya tinggal menjajakannya saja,” tutur Edi.

Kue putu bambu yang sudah matang dengan taburan kelapa parut
Kue putu bambu yang sudah matang dengan taburan kelapa parut/Atika Amalia

Menurut saya, dengan membeli jajanan kue-kue khas Nusantara, seperti kue putu bambu, sama halnya dengan menjaga kelestarian kudapan tradisional tersebut. Selain itu juga turut menjadi penggerak perputaran roda perekonomian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). 

Adapun upaya lain yang bisa kita lakukan untuk merawat kearifan kuliner lokal adalah mengembangkan budaya daerah. Caranya bisa melalui bazar-bazar makanan dan jajanan tradisional, serta giat mempromosikannya melalui berbagai media.

Referensi

Adzkiyak. (2021). Etnografi Kuliner: Makanan dan Identitas Nasional. Yogyakarta: Zahir Publishing.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Nikmatnya Kue Putu Bambu, Kudapan Tradisional dari Masa ke Masa appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/nikmatnya-kue-putu-bambu-kudapan-tradisional-dari-masa-ke-masa/feed/ 0 38791
Menyantap Tiram Bakar Khas Barru https://telusuri.id/menyantap-tiram-bakar-khas-barru/ https://telusuri.id/menyantap-tiram-bakar-khas-barru/#respond Mon, 28 Nov 2022 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=36275 Kabupaten Barru merupakan salah satu daerah pesisir yang berada di Sulawesi Selatan. Selain terkenal sebagai daerah penghasil ikan bandeng, juga terkenal sebagai penghasil tiram atau kerang laut yang menjadi kuliner khas. Kepopuleran makanan ini berhasil...

The post Menyantap Tiram Bakar Khas Barru appeared first on TelusuRI.

]]>
Kabupaten Barru merupakan salah satu daerah pesisir yang berada di Sulawesi Selatan. Selain terkenal sebagai daerah penghasil ikan bandeng, juga terkenal sebagai penghasil tiram atau kerang laut yang menjadi kuliner khas. Kepopuleran makanan ini berhasil mengundang orang-orang dari luar daerah maupun orang setempat datang berkunjung untuk sekadar mencicipinya.

  • Pembersihan tiram
  • Membakar Tiram

Di sini, masyarakat lokal menyebut olahan tiram dengan nama tireng atau tiram yang diolah dengan cara dibakar. Menariknya, untuk mencicipinya, kita tak perlu datang ke restoran atau warung. Pengunjung bisa menemukan para penjaja tireng di bawah rumah panggung mereka. Tak hanya satu atau dua, tapi ada puluhan penjaja tireng sehingga sebagai pengunjung, kita bebas memilih mau makan di mana. Tiram-tiram ini mereka dapatkan di muara Sungai Lajari. Biasanya, ketika laut sedang surut, ibu-ibu menyusuri sungai sampai ke tepi laut untuk mencari kerang.

Lokasinya berada di Desa Lajari, Kecamatan Barru. Berjarak sekitar 1,6 km dari Kota Kabupaten Barru yang bisa ditempuh sekitar 10 menit naik motor dan mobil. Sedangkan dari kota Makassar berjarak 99 km dengan jarak tempuh sekitar dua jam perjalanan. 

Selain dapat dinikmati secara beramai-ramai, tiram bakar ini relatif murah. Harga satu baskom hanya Rp25.000 lengkap dengan sambal jeruk yang berkuah. Pengunjung juga dapat memesan nasi seharga Rp10.000 per satu bakul. Menyantapnya bersama nasi, membuat tireng makin terasa lezat.

Jika membayar Rp10.000 lagi, maka pengunjung akan mendapatkan sambal andalan warga lokal yaitu recca pau atau sambal mangga yang memiliki cita rasa kecut, manis, dan pedas. Rasanya hampir sama dengan acar, bedanya terletak pada mangga yang digunakan sehingga rasa kecutnya alami tanpa cuka. Memesan tiga baskom tiram bakar sudah bisa dinikmati hingga 8-10 orang. 

Proses pembakaran tireng menggunakan daun kelapa kering, di atas tungku, dengan durasi waktu sekitar 10 menit sampai cangkang kerang terlihat gosong.

Pengunjung dapat menikmati tiram bakar di gazebo yang ada di depan rumah panggung mereka. Penyajiannya juga cukup unik yang mana tiram bakar dihambur kemudian para pengunjung mengelilinginya. Namun untuk sampai pada tahap memakannya perlu usaha dan tenaga terlebih dahulu. Namanya juga kerang, pasti memiliki cangkang. Penjual menyediakan batu dan besi sebagai alat pukul untuk membuka kerang sebelum menyantapnya.

Proses ini menjadi keasyikan tersendiri saat menikmati tiram bakar di kampung tersebut, yang mana kita akan mendengar dentingan pengunjung memukul kerang yang akan masuk ke perut.

Jadi ada tahapan memakan tiram bakar. Pertama, pengunjung terlebih dahulu memukul dan mengumpulkan isi kerang dalam piring, saat dirasa sudah cukup barulah disajikan dengan nasi dan sambalnya. Yang paling mahir memukul, maka ialah yang akan menikmati tiram bakar lebih banyak.

Perjuangan untuk menikmati makanan ini cukup melelahkan namun semua terbayar saat merasakan kenikmatannya. Lidah orang Bugis yang gemar makanan pedas juga menjadi satu cita rasa khusus saat menyantap makanan ini. Sensasi asam pedas selalu berhasil membuat liur menetes dan rasa itu menjadi godaan terberat saat proses membuka cangkang kerang. Membutuhkan cukup kesabaran sebelum memakannya dengan puas. 

  • Tiram Bakar
  • Sambal jeruk dan recca pao
  • Hidangan tiram bakar

Saya merekomendasikan kuliner ini untuk para penikmat seafood. Aroma tiram yang khas karena dibakar dengan daun kelapa kering ditambah sambal khas warga lokal sangat memuaskan lidah. Tekstur tiramnya kenyal, meski cangkangnya gosong, namun tidak membuat isinya hangus. Rasa tiramnya hampir sama dengan jenis olahan kerang lainnya namun karena tiram ini dibakar sehingga terdapat aroma tersendiri. Wajar saja setiap harinya tempat itu tidak pernah kosong pengunjung. 

Saat hari libur biasanya sangat ramai sehingga pengunjung sering antri untuk mendapatkan giliran. Agar tidak menunggu terlalu lama, pengunjung bisa memesan tiram bakar sebelum berangkat ke lokasi, supaya saat sampai di sana bisa langsung memakannya. Tempat ini buka mulai pagi sampai sore hari. 

Pengunjung jarang ada yang datang sendiri, kalau bukan bersama keluarga, ya bersama teman. Tireng memang lebih seru jika disantap secara beramai-ramai karena akan melihat berbagai ekspresi saat memukul membuka kerang sehingga gelak tawa kerap kali terdengar.

Kehadiran tireng berhasil menambah penghasilan warga setempat sehingga menjadi UMKM produktif yang bergerak di bidang kuliner. Penghasilan para suami sebagai nelayan terbantu oleh penghasilan para istri yang menjual tiram bakar di rumah mereka sehingga ekonomi keluarga lebih stabil.

Rasanya sayang jika kita berkunjung ke Barru tapi tidak menikmati satu makanan khas ini. Jika kamu tertarik ke sana, bisa datang ke samping Sungai Lajari dekat pantai. Di depan rumah warga, berjajar penjual tiram bakar. Suasana makan makin seru kala menyantapnya sambil menikmati pemandangan tambak yang menghampar luas di depan rumah para penjual.

Waktu senja akan terlihat jelas di tempat itu, sekaligus menjadi ajang mengabadikan momen di penghabisan hari.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menyantap Tiram Bakar Khas Barru appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menyantap-tiram-bakar-khas-barru/feed/ 0 36275