kuliner semarang Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/kuliner-semarang/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Sun, 22 Jan 2023 06:58:26 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 kuliner semarang Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/kuliner-semarang/ 32 32 135956295 Nglencer ke Semarang, Sarapannya Sega Pecel Gambringan https://telusuri.id/nglencer-ke-semarang-sarapannya-sega-pecel-gambringan/ https://telusuri.id/nglencer-ke-semarang-sarapannya-sega-pecel-gambringan/#respond Mon, 07 Mar 2022 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=33036 Pecel adalah boga yang sangat populer dalam khazanah pustaka kuliner Jawa. Pecel termasuk sajian kaya nutrisi karena terbuat dari sayuran rebus yang diguyur sambal kacang. Dalam sejarahnya, pecel sudah dikonsumsi masyarakat Jawa sejak lama.  Bahkan,...

The post Nglencer ke Semarang, Sarapannya Sega Pecel Gambringan appeared first on TelusuRI.

]]>
Pecel adalah boga yang sangat populer dalam khazanah pustaka kuliner Jawa. Pecel termasuk sajian kaya nutrisi karena terbuat dari sayuran rebus yang diguyur sambal kacang. Dalam sejarahnya, pecel sudah dikonsumsi masyarakat Jawa sejak lama. 

Bahkan, kata pecel sudah disebut-sebut dalam naskah Jawa Kuno pada abad 14 M yang menyebut sayuran dengan saus pedas. Dalam Serat Centhini—sebuah naskah dari awal abad 19—juga menyebut-nyebut pecelan.

Sebagai sajian berbasis sayuran, pecel boleh dibilang menjadi “makanan semua kalangan” yang bisa dijumpai di (hampir) semua daerah di Jawa. Bahkan, sejumlah daerah di Jawa dikenal memiliki pecel khas masing-masing. Nomenklaturnya diambil dari bahan yang dipakai atau asal daerah atau tempatnya. 

Nama pecel yang berasal dari bahan yang dipakai di antaranya pecel pakis khas Kudus dan pecel semanggi khas Surabaya. Disebut pecel pakis karena salah satu sayurnya adalah daun pakis yang banyak ditemui di area pegunungan Muria. Begitupun pecel semanggi, disebut demikian, karena memang menggunakan daun semanggi sebagai sayur di pecelnya. 

Adapun pecel yang berasal dari asal daerah atau tempatnya di antaranya ada pecel Madiun, pecel Blitar, pecel Ponorogo, pecel Kediri, dan pecel gambringan. Yang terakhir saya sebut, pecel gambringan, populer sebagai kuliner khas Grobogan, Jawa Tengah. 

Nasi Pecel Gambringan
Sebuah foto koleksi kantor Stasiun Gambringan yang memperlihatkan para ibu yang sedang menjajakan nasi pecel dengan menggendong dunak dan menyunggi tampah di Stasiun Gambringan, tahun 1980-an/Repro BMA

Sepincuk Nasi Pecel yang Penuh Kenangan

Disebut pecel gambringan karena awalnya pecel ini dulu dijajakan di Stasiun Gambringan–sebuah stasiun kereta api yang terletak di Dusun Pucang Kidul, Kecamatan Tambirejo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan. 

Sekitar tahun 1940-an, diketahui puluhan warga Tambirejo—sejumlah sumber menyebutkan lebih dari lima puluh orang, yang kebanyakan kaum ibu, menjajakan nasi pecel di dalam kompleks Stasiun Gambringan. Sehingga nasi pecel itu masyhur dengan sebutan sega pecel gambringan atau biasa disingkat SPG. 

Sebuah foto jadul koleksi Stasiun Gambringan sekitar tahun 1980-an, menunjukkan para perempuan dari desa Tambirejo sedang menjajakan nasi pecelnya dengan menggendong dunak—sebuah bakul besar yang terbuat dari anyaman bambu—atau dengan menyunggi tampah, sebagai tempat nasi dan pelengkap pecelnya, di dalam komplek Stasiun Gambringan.

Nasi Pecel Gambringan
Nasi pecel gambringan/Badiatul Muchlisin Asti

Foto lainnya menunjukkan suasana para penjual nasi pecel gambringan sedang melayani para pembelinya yang kebanyakan laki-laki di antara gerbong dan rel kereta api di Stasiun Gambringan. 

Tahun 2012, PT KAI mengeluarkan regulasi yang melarang  penjual makanan dan minuman serta dagangan lainnya masuk di dalam kompleks stasiun. Regulasi itu membuat para penjual sega pecel gambringan tak lagi bisa berjualan di dalam stasiun. Padahal Stasiun Gambringan telah menjadi lokus berjualan mereka selama puluhan tahun.

Sejak saat itulah, penjual sega pecel gambringan mencari lokus-lokus baru untuk berjualan di luar stasiun. Ada yang bertahan berjualan di sekitar stasiun—meski di luar, ada yang mencari peruntungan  dengan membuka kedai dan lapak di tempat-tempat yang sama sekali baru dan jauh dari stasiun, di antaranya di dalam kota Purwodadi—ibu kotanya Kabupaten Grobogan. 

Tidak adanya penjual sega pecel gambringan, membuat banyak penggemarnya merasa kehilangan. Menikmati lezatnya sepincuk sega pecel gambringan di kompleks stasiun atau di dalam gerbong kereta, menjadi tinggal kenangan, menjadi nostalgia yang seringkali membuncahkan kerinduan tersendiri.

Nasi Pecel Gambringan
Warung Nasi pecel gambringan di Jalan Anjasmoro Raya, Semarang/Badiatul Muchlisin Asti

Sega Pecel Gambringan “Mbah Sri” di Semarang

Meski tak boleh lagi berjualan di dalam stasiun dan gerbong kereta, tak serta merta menjadi “kiamat” bagi puluhan penjual sega pecel gambringan dari Desa Tambirejo. Mereka tetap eksis di lokasi-lokasi baru. Bahkan sega pecel gambringan makin populer dan diburu.

Selain bermunculan di sudut-sudut Kota Purwodadi dan di beberapa kecamatan di Kabupaten Grobogan, para penjual sega pecel gambringan juga merambah ke kabupaten lain, bahkan mulai banyak dijumpai di Kota Semarang.  

Mereka, selain para alumni penjual sega pecel di kompleks Stasiun Gambringan, juga para pendatang baru yang mencoba peruntungan dengan berjualan sega pecel gambringan. Salah satu pendatang baru itu adalah Mbah Sri (60)—warga Purwodadi yang sudah sejak tahun 1985 tinggal di Semarang.

Mbah Sri diketahui mulai berjualan sega pecel gambringan di Jalan Anjasmoro Raya, Semarang, sejak tahun 2016. Sebelum memutuskan berjualan sega pecel gambringan, Mbah Sri adalah seorang bakul belanjan–pedagang keliling yang melayani ibu-ibu di sejumlah kompleks perumahan aneka kebutuhan dapur seperti sayur-sayuran, ikan-ikanan, tahu, tempe, dan sebagainya.

Nasi Pecel Gambringan
Mbah Sri, penjual nasi pecel gambringan di Jalan Anjasmoro Raya, Semarang, sedang melayani pelanggannya/Badiatul Muchlisin Asti

Mbah Sri yang bernama lengkap Sri Minarti memutuskan berjualan sega pecel gambringan karena merasa mempunyai skill membuat sambal pecel gambringan. Skill itu diwarisi dari almarhum neneknya yang asli Desa Tambirejo dan juga pernah berjualan nasi pecel di Stasiun Gambringan.  

Menurut Mbah Sri, membuat sambal pecel gambringan musti memiliki kemampuan menakar komposisi antara kacang tanah dan gula merah. Bila komposisinya tepat, maka akan menghasilkan pecel gambringan yang enak dan sedap dengan cita rasa manis yang pas alias tidak terlalu dominan.

Mbah Sri mengaku, setelah sekira enam tahun berjual nasi pecel gambringan, mulai banyak pelanggannya yang berdatangan, baik pelanggan dari dalam kota Semarang, maupun luar kota seperti Kendal. Dalam dua atau tiga hari, Mbah Sri setidaknya menghabiskan 20 kg sambal pecel yang diraciknya sendiri.

Sambal pecel gambringan umumnya dibuat tanpa penyedap rasa. Cita rasanya otentik, murni dari bumbu rempah meliputi kencur, bawang, dan daun jeruk, yang dipadu dengan kacang tanah dan gula merah. Adapun sayurannya, yang khas dari sega pecel gambringan adalah bunga turi dan daun pepaya, dipadu dengan kecambah. 

Lauk pelengkap menyantap sega pecel gambringan, selain gorengan seperti bakwan dan mendoan, namun yang otentik sejak dulu adalah rempeyek. Di warung Mbah Sri, selain aneka gorengan, juga tersedia rempeyek meliputi rempeyek grasak/ebi dan rempeyek kacang. Bila rempeyaknya habis, ada kerupuk gendar sebagai penggantinya yang tak kalah sedap dan kriuk.

Keistimewan lainnya adalah pada cara penyajiannya yang masih otentik sejak dulu, yaitu dengan pincuk dari daun pisang. Atau sekarang ada modifikasi di piring lidi yang dialasi daun pisang. Gaya penyajian seperti itu menambah cita rasa makin sedep dan nyamleng tenan.Lokasi warung tenda Nasi Pecel Gambringan Mbah Sri termasuk strategis. Di pinggir Jalan Raya Anjasmoro, tepatnya di seberang Rumah Makan Nasi Ayam Bu Pini, Jalan Anjasmoro Raya 56B, Semarang. Bila sedang plesir atau nglencer ke Semarang, silakan agendakan sarapannya di warung Nasi Pecel Gambringan Mbah Sri!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Nglencer ke Semarang, Sarapannya Sega Pecel Gambringan appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/nglencer-ke-semarang-sarapannya-sega-pecel-gambringan/feed/ 0 33036
Tahu Pong, ‘Signature Dish’ Kota Semarang https://telusuri.id/tahu-pong-signature-dish-kota-semarang/ https://telusuri.id/tahu-pong-signature-dish-kota-semarang/#respond Fri, 04 Feb 2022 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=32525 Kedatangan orang-orang Tionghoa, Arab, Eropa, dan lainnya di kota Semarang, mempengaruhi budaya yang berkembang di kota Semarang yang sebagian besar dihuni oleh orang Jawa. Mereka hidup berdampingan dalam interaksi sosial yang harmonis. Pergumulan budaya dengan...

The post Tahu Pong, ‘Signature Dish’ Kota Semarang appeared first on TelusuRI.

]]>
Kedatangan orang-orang Tionghoa, Arab, Eropa, dan lainnya di kota Semarang, mempengaruhi budaya yang berkembang di kota Semarang yang sebagian besar dihuni oleh orang Jawa. Mereka hidup berdampingan dalam interaksi sosial yang harmonis.

Pergumulan budaya dengan beragam bangsa selama berabad-abad itu, melahirkan budaya lokal Semarangan, termasuk dalam konteks kuliner. Salah satu yang cukup kuat memiliki pengaruh bagi budaya kuliner Semarang adalah kehadiran orang-orang Tionghoa, yang diketahui sudah lama datang dan menetap di kota Semarang. 

Sejumlah hidangan yang kemudian dikenal sebagai kuliner khas Semarang sesungguhnya merupakan hibridisasi dari tradisi dapur Tionghoa. Antara lain yang bisa disebut adalah lumpia dan sejumlah kuliner berbasis tahu. Ya, Kota Semarang memang kaya khazanah kuliner khas berbahan dasar tahu, yaitu tahu gimbal, tahu petis, wedang tahu, dan tahu pong.

Tahu pong Semarang
Sajian tahu pong komplet, yang terdiri dari tahu pong, emplek, gimbal udang, dan telur/Badiatul Muchlisin Asti

Yang disebut terakhir, yaitu tahu pong, adalah kuliner khas Semarang yang cukup populer dan ikonik. Aji ‘Chen’ Bromokusumo dalam buku Peranakan Tionghoa dalam Kuliner Nusantara (2013) menyebutkan, tahu pong adalah salah satu jejak nyata akulturasi kuliner Tionghoa yang saat ini menjadi salah satu signature dish kota Semarang. 

Makanan ini tidak akan ditemui di mana pun di seluruh dunia. Meski tentu saja ‘tahu pong’-nya sendiri banyak terdapat di mana saja. Kota Kediri juga memiliki jajanan tahu pong yang menjadi ciri khas kuliner di sana.

Selayang Pandang Sejarah Tahu

Tahu merupakan hasil olahan kedelai yang menjadi salah satu makanan yang paling populis atau merakyat. Selain harganya murah dibanding daging, tahu juga kaya kandungan protein. Tahu dibuat dengan menggumpalkan susu kedelai.

Sejumlah sumber menyebutkan, tahu berasal dari Tiongkok. Tahu pertama kali ditemukan oleh Liu An—cucu pendiri Dinasti Han, pada sekitar tahun 164 SM. Tahu kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia dibawa oleh para imigran Tionghoa. 

Suryatini N. Ganie dalam buku Dapur Naga di Indonesia (2008) menyatakan, tahu mempunyai sejarah panjang di Tiongkok, tempat asalnya sejak 3000 tahun lalu. Teknologi pembuatan tahu secara cepat menyebar ke Jepang, Korea, dan Asia Tenggara.

Tetapi, kapan tahu mulai hadir di Nusantara, tidak dapat ditetapkan waktunya dengan tepat. Namun, orang Kediri mengklaim sebagai kota pertama di Nusantara yang mengenal tahu, yang dibawa tentara Kubilai Khan pada tahun 1219.

Tahu pong Semarang
Pengunjung kedai Tahu Pong Gajah Mada sedang menikmati sajian tahu pong/Badiatul Muchlisin Asti

Timbul Haryono dalam papernya yang berjudul Makanan Tradisional dalam Kajian Pustaka Jawa (1997) menyatakan bahwa tahu berasal dari Tiongkok. Diduga tahu sudah masuk ke Indonesia sejak milenium pertama. Ini dibuktikan dari temuan arkeologis Perancis, Damais, yaitu Prasasti Watukura di Jawa Timur (902 M) yang di dalamnya berisi kata tahulan. Mungkin sekali kata tahulan ini adalah tahu yang dikenal selama ini. Apalagi budidaya  kedelai telah dikenal sebelum abad 10 M seiring gelombang kedatangan orang-orang Tionghoa di Indonesia.

Adapun sejawaan JJ Rizal sebagaimana dikutip oleh Historia.id mengungkapkan bahwa pada abad ke-10, orang-orang Tionghoa telah menyajikan tahu di Nusantara, meskipun terbatas di kalangan elite. Sehingga tahu lebih tua daripada tempe kalau dilihat dari masa mulai produksinya.

Tahu sendiri berasal dari kata 豆腐, dòu fu (baca: tou fu), yang berbunyi tau hu dalam dialek Hokkian. Sebutan tau hu lama kelamaan menemukan bentuk singkatnya ta hu, yang kemudian ditulis dengan tahu sampai sekarang.

Sajian Tahu Pong ala Semarang

Tak ada data yang jelas sejak kapan tahu pong eksis di kota Semarang. Hanya saja, penulis buku kuliner asli Semarang Aji ‘Chen’ Bromokusumo menyatakan, hasil interview-nya dengan sejumlah sumber menemukan jawaban bahwa tahu pong eksis di Semarang sudah sejak tahun 1930-an.

Tahu pong sendiri adalah tahu yang kopong. Kopong berasal dari bahasa Jawa yang artinya kosong atau tanpa isi. Sehingga disebut dengan tahu pong alias tahu kopong. Bisa juga berasal dari kata péng, yang dalam dialek Hokkian berbunyi “phong” yang berarti menggelembung. Tahu pong memang memiliki tekstur yang berbeda dengan tahu biasa. Bila digoreng, tahu pong bisa menggembung, bagian dalamnya berongga, kulitnya tipis dan kering.

  • Tahu pong Semarang
  • Tahu pong Semarang

Tahu pong seperti itu bisa dijumpai di seantero kota Semarang. Tapi tahu pong dengan sajian istimewa dan dikenal sebagai signature dish kota Semarang, salah satunya dapat dijumpai di sebuah kedai legendaris di Jalan Gajahmada 63B, kota Semarang. Kedai sederhana berlantai dua itu spesialis menyuguhkan hidangan tahu pong dengan berbagai kombinasi yang menggugah selera.

Sutikno dan istrinya, Ngatini, merintis Kedai Tahu Pong Gajah Mada pada tahun 1950. Awalnya lokasi berjualannya belum di Jalan Gajahmada, namun di Jalan Wahid Hasyim. Kemudian pindah lokasi ke Jalan Depok. Baru pada tahun 1972, pindah lagi ke Jalan Gajahmada 63B hingga sekarang. Setelah Sutikno dan Ngatini wafat, usaha tahu pong diteruskan oleh anaknya, Marsiah. Saat ini, kedai Tahu Pong Gajah Mada dikelola oleh generasi ketiga, Sigit Indriatmoko bersama istrinya, Putri.

  • Tahu pong Semarang
  • Tahu pong Semarang

Di kedai Tahu Pong Gajah Mada, tahu pong disajikan dengan pelbagai pilihan pelengkap, seperti tahu pong telur, tahu pong gimbal, tahu pong gimbal telur, dan tahu pong komplit—yang di dalamnya meliputi tahu pong, emplek, gimbal, dan telur.

Dalam sajian tahu pong komplet, tahu pong goreng disajikan dengan emplek goreng. Emplek adalah tahu berwarna putih dan padat—kebalikan dari tahu pong yang dalamnya kopong alias berongga tanpa isi. Lalu tahu gimbal—gorengan udang dalam adonan tepung agak tipis lebar, serta telur rebus yang digoreng.

Paduan tahu pong yang renyah, emplek goreng, gimbal udang, dan telur rebus goreng itu, disantap dengan kuah yang terbuat dari kombinasi kecap, petis, dan bawang , serta dilengkapi irisan mentimun dan lobak segar. Sajian istimewa itu menciptakan cita rasa yang—boleh dikata, Semarang banget

Dalam sajian tahu pong ala kota Semarang ini, kekuatan kuah menjadi penentu kelezatan karena semua komponen dalam sajian tahu pong digoreng tanpa bumbu. Cara menyantapnya, tahu pong dan pelengkap lainnya dicocol dalam kuah, atau kuahnya langsung diguyurkan ke piring saji tahu pong. Bila menyukai pedas, pengelola menyediakan cabai yang sudah dihaluskan dalam sebuah wadah khusus. Bila sedang berada di Semarang, silakan berburu signature dish kota Semarang yang lezat ini: tahu pong!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Tahu Pong, ‘Signature Dish’ Kota Semarang appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/tahu-pong-signature-dish-kota-semarang/feed/ 0 32525
Doesoen Kopi Sirap: Wisata Kopi di Tengah Kebun https://telusuri.id/doesoen-kopi-sirap-wisata-kopi-di-tengah-kebun/ https://telusuri.id/doesoen-kopi-sirap-wisata-kopi-di-tengah-kebun/#respond Sat, 31 Jul 2021 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=29203 Kopi menjadi primadona di Indonesia. Konsumsi kopi meningkat pesat seiring bermunculan kedai-kedai kopi kekinian yang menjadi tongkrongan anak muda. Dulunya kopi sachet lah yang merajai penjualan kopi di Indonesia, tapi sekarang saat tren kedai kopi...

The post Doesoen Kopi Sirap: Wisata Kopi di Tengah Kebun appeared first on TelusuRI.

]]>
Kopi menjadi primadona di Indonesia. Konsumsi kopi meningkat pesat seiring bermunculan kedai-kedai kopi kekinian yang menjadi tongkrongan anak muda. Dulunya kopi sachet lah yang merajai penjualan kopi di Indonesia, tapi sekarang saat tren kedai kopi naik pesat, permintaan kopi juga meninggi. Berdasarkan data dari International Coffee Organization, konsumsi kopi di Indonesia periode tahun 2016 sebesar 4,6 juta bungkus mengalami kenaikan 174 persen dibanding periode tahun 2000 yang hanya 1,68 juta bungkus. Kopi yang dulunya hanya dinikmati oleh orang-orang tua, sekarang menjadi kegemaran semua umur.

“Wisata Edukasi Kopi & Budaya, Sirap Kelurahan Jambu Semarang.” Papan plang menyambut para pengunjung Doesoen Kopi Sirap, atau yang lebih dikenal dengan Dusun Sirap.

Uap panas menguap perlahan-lahan, tanda ada proses menghangatkan dalam tubuh, letaknya memang tepat di lereng Gunung Kelir, wajar saja udara sekitar sini terasa menggigit. Dusun ini terletak di Kabupaten Semarang, tepatnya Kelurahan Jambu. Dengan ketinggian bervariasi antara 600-1050 mdpl, dusun ini memang sangat cocok untuk berkebun kopi. 

Perjalanan Doesoen Kopi Sirap

Dusun Kopi Sirap
Panen Kopi/Annisa

Dusun Sirap awalnya hanyalah dusun petani kopi biasa sebelum menjadi desa wisata. Dusun ini sudah memproduksi kopi semenjak tahun 90-an. Baru pada 2011 kelompok tani dibentuk dengan nama Kelompok Tani Rahayu IV.

Dengan bantuan dinas pertanian dan dinas UMKM yang mengadakan pelatihan-pelatihan untuk para petani, dusun ini sekarang menjadi dusun wisata kopi. Swadaya masyarakat menghasilkan kedai dan wisata yang akhirnya bisa menjadi pemasukan lebih bagi masyarakat sekitar. Meski sekarang terkenal sebagai penghasil kopi, komoditi lainnya seperti aren juga dibudidayakan di sini.

Dusun ini memang dikenal menghasilkan kopi  arabika dan robusta. Mereka juga menghasilkan inovasi kopi lewat kopi hijau, sebagai jawaban atas  pasar yang menginginkan kebaruan. Konon kopi hijau adalah kopi terbaik untuk orang yang sedang diet, karena mengandung asam klorogenat yang lebih tinggi dari kopi biasa. Lahan yang digunakan sebagai kebun kopi seluas 35 Ha.

Sirap dimulai sebagai dusun wisata sejak 2017, bermula dari dukungan para pemuda desa dan warga lainnya. Secara swadaya mereka mengembangkan wisata kopi di dusun ini. Baru pada tahun 2019, BCA menawarkan Dusun Sirap sebagai desa binaan mereka. BCA banyak membantu dalam hal promosi dan pengemasan kopi, sedangkan dinas pertanian banyak membantu dalam hal peralatan.

Desa Wisata Edukasi

Sebagai desa wisata, mereka harus bersiap menyambut wisatawan dengan berbagai atraksi. Doesoen Kopi Sirap menyiapkan alur edukasi kopi sebagai bagian utama wisata mereka. Joglo digunakan sebagai tempat untuk belajar. Pengunjung bisa melihat bagaimana pengolahan kopi hingga menjadi secangkir kopi.

Kopi yang dihidangkan di meja kita tentu mempunyai perjalanan panjang sebelum bisa diseduh dengan air panas. Kita bisa menyaksikan bagaimana proses pemilihan biji kopi. Biji kopi terbaik dipisahkan dengan yang kualitasnya kurang baik, untuk tetap menjaga mutu kopi.

Biji kopi yang sudah dipilih kemudian disangrai menggunakan tungku kayu kurang lebih sampai kecoklatan. Aroma biji kopi saat disangrai sangatlah harum. Gazebo-gazebo tersedia untuk sekedar bersantai sembari menikmati pemandangan sekitar.

Dusun Kopi Sirap
Pembelajaran cara pemisahan biji kopi dan daging kopi pembuatan kopi/Annisa

Acara panen raya menjadi salah satu yang paling dinanti di Dusun Sirap. Panen raya merupakan acara besar saat memanen kopi serentak beserta festival jajanan dan tarian tradisional. Pengunjung bisa lebih memahami alur pembuatan kopi dari memetik hingga pasca panen. Pemetikan berlangsung dari Juli, Agustus, dan September. 

Tidak hanya sebatas menawarkan pembuatan kopi,  Doesoen Kopi Sirap berencana mengembangkan pariwisata lebih lanjut seperti jelajah kebun kopi. Menurut Annisa, Manager Cafe Doesoen Kopi Sirap, wisata ini dikembangkan untuk menarik minat pengunjung, terutama setahun setelah pandemi berlangsung. 

“Tiga bulan awal pandemi berlangsung, pengunjung turun drastis, kami sempat lockdown selama tiga bulan, untuk sekarang meskipun belum sepenuhnya normal, jumlah kunjungan relatif meningkat dibanding tahun lalu.” Promosi Dusun Sirap juga dilakukan via media sosial selain menggunakan website. Media sosial, tentu saja menjangkau lebih banyak audiens dari berbagai kalangan daripada situs web.

Dusun Kopi Sirap
Wisata keliling kebun menggunakan Jeep/Annisa

“Bulan depan sudah mau kita buka untuk trekking kebun kopi pakai mobil Jeep,” ungkapnya. Annisa juga berharap kedepannya Doesoen Kopi Sirap punya homestay yang lebih layak untuk para pengunjung yang ingin bermalam. Hambatan satu-satunya Doesoen Kopi Sirap yang sulit dihilangkan adalah medan yang agak jauh dari jalan raya. 

Aroma kopi arabika yang semerbak ke penjuru ruangan, hidung yang menghirup aromanya mulai merasakan panas uap air, lidah tidak sabar mencicipi pahitnya kopi. Saya berpikir mengenai perjalanan kopi ini untuk terhidang di sebuah cangkir, sebuah usaha dari merawat tanaman kopi hingga memasarkan, yang ternyata menghidupi banyak orang. Kopi, rasamu tidak hanya memanaskan lambung kami, juga bantu memanaskan perekonomian negeri.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Doesoen Kopi Sirap: Wisata Kopi di Tengah Kebun appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/doesoen-kopi-sirap-wisata-kopi-di-tengah-kebun/feed/ 0 29203
Kulineran di Semarang dalam 4 Jam https://telusuri.id/kulineran-di-semarang-dalam-4-jam/ https://telusuri.id/kulineran-di-semarang-dalam-4-jam/#respond Tue, 21 Jan 2020 16:16:36 +0000 https://telusuri.id/?p=19458 “Er, besok ke mana? Aku mau ke Semarang nih,” begitu bunyi pesan dari seorang temanku. “Free, ada acara apa ke Semarang? Tumben,” ujarku menanggapi balasan itu “Aku dari Solo. Besok cuma ada waktu sampe pukul...

The post Kulineran di Semarang dalam 4 Jam appeared first on TelusuRI.

]]>
“Er, besok ke mana? Aku mau ke Semarang nih,” begitu bunyi pesan dari seorang temanku.

Free, ada acara apa ke Semarang? Tumben,” ujarku menanggapi balasan itu

“Aku dari Solo. Besok cuma ada waktu sampe pukul 13.00 sebelum keretaku berangkat balik ke Jakarta.”

Aku pun berpikir. Kira-kira bakal ke mana aja buat menjamu temanku itu. Aku baru bisa menemuinya sekitar pukul 09.00, berarti masih ada sekitar 3-4 jam, berarti nggak bisa jauh-jauh dari sekitar stasiun.

“Kamu kepengen apa? Kulineran? Kalo eksplor tempat nggak yakin aku,” kubalas lagi. “Paling yang dasar-dasar aja dan kamu pasti udah pernah.”

“Terserah. Bebas. Aku ikut kamu.”

“Oke, deh. Besok sarapan pagi di Pecel Koyor Poncol aja, deket stasiun. Ketemu di sana aja ya kita. Aku tiba pukul 09.00 selesai ngurusin kerjaanku.”

“Oke. See you.”   

Berakhirlah percakapan malam itu. Temanku juga sebenarnya asal aja menghubungiku karena dia tahu aku kadang suka pergi ke luar kota.

Keesokan paginya, setelah menyelesaikan segala urusan, aku pun menuju Warung Makan (WM) Sidorejo untuk menemui temanku. WM Sidorejo terletak di seberang Kantor Dinas Perikanan dan Kelautan, Jalan Imam Bonjol, Semarang Tengah.

Nasi pecel koyor/Erina Julia

Yang terkenal di WM Sidorejo ini adalah pecel koyornya. Rasa sambel pecelnya legit, deh. Koyornya apalagi. Juara! Aku terkadang sarapan pagi di sini sama ayahku kalau kami sedang berada di sekitar Stasiun Poncol.

Kalau kamu nggak terbiasa dengan koyor (otot sapi), tenang aja. Ada pilihan lain, dari jeroan sampai daging sapi yang nggak kalah enak juga. Seporsi pecel koyor dibandrol sekitar Rp20-25 ribu. Warung makan ini buka dari pagi pukul 07.00 dan tutup sore pukul 16.30. Liburnya hanya setiap Minggu.

Setelah dari WM Sidorejo, aku mengajak temanku menikmati gorengan khas Semarang di Tahu Petis Yudhistira. Pernah makan petis? Petis ini terbuat dari udang dan berbagai bumbu lainnya. Rasanya? Enak! Karena khas Semarang, gorengan tahu petis ini sangat sulit ditemukan di tempat lain.

Lokasi Tahu Petis Yudhistira ini di Jalan Yudhistira No. 21, Semarang Tengah. Kalau melalui Jalan Imam Bonjol, kamu akan melihat Udinus di sebelah kiri jalan. Kemudian, masuklah gang persis di samping Udinus. Luru aja sampai mentok, kamu akan menemukan Tahu Petis Yudhistira di sana.

Sepotong tahu petis dibandrol Rp4.000. Selain tahu petis juga ada tahu bakso kakap yang diberi harga Rp3.500 dan juga lunpia yang harganya sekitar Rp17 ribu. Tapi kamu juga bisa membeli petisnya saja. Biasanya, kalau mau ke Jakarta, aku membeli petis sebagai oleh-oleh untuk salah seorang temanku yang suka sekali dengan dengan makanan manis. Tahu Petis Yudhistira ini buka pukul 09.00 dan tutup pukul 20.00.

Dari Yudhistira, saat waktu sudah menunjukkan pukul 11.30, kami pun menuju kedai Gulai Kambing Bustaman Pak Sabar di belakang Gereja Blenduk, Kota Lama Semarang. Tempat ini memang sangat terkenal di Semarang.

Konon gulainya berbeda. Kuahnya tidak terlalu kental dan rasanya pas. Kalau mau pedas, cukup request aja dan sambelnya akan diuleg langsung di piring. Seporsi gulai kambing Bustaman dibanderol Rp25 ribu per porsi, belum sama nasi. Aku hanya menemani makan saja di sini, karena masih kenyang setelah makan pecel koyor tadi pagi.

Sudah pukul 12.00 dan aku memikirkan satu jenis makanan lagi, yakni leker Semarang. Cukup nekat, ya? Kalau salah memperkirakan waktu, bisa ketinggalan kereta. Bismillah saja pokoknya. Cuma, karena Leker Paimo yang legendaris biasanya sangat ramai, kami pun memutar haluan ke Leker 88 yang rasanya hampir sama.

Leker 88 ini berlokasi di Jalan Jagalan No. 32A, buka pukul 10.00 dan tutup pukul 20.00. Karena venue-nya indoor, jelas tempat ini adem. Cocok untuk siang-siang panas begini. Harga leker di tempat ini mulai dari Rp2.500 hingga Rp17 ribu. Selain yang manis, ada juga leker asin. Karena waktu yang semakin mepet, beberapa menu kami bungkus untuk dimakan di perjalanan saja.

Mulai was-was, temanku pun pesan ojol untuk mengantarnya menuju stasiun. Alhamdulillah sampainya tepat waktu, enggak ketinggalan kereta. Selang sebentar, temanku mengabari: “Aku masuk, kereta jalan.” Semula aku pikir ketika ia masuk stasiun, keretanya sudah jalan. Ternyata bukan: begitu dia masuk gerbong, keretanya langsung jalan. Nyali.

Sekian cerita 4 jam menelusuri kuliner Semarang. Kalau kamu, jika cuma punya waktu segitu, akan ke mana saja?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Kulineran di Semarang dalam 4 Jam appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/kulineran-di-semarang-dalam-4-jam/feed/ 0 19458