laut Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/laut/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Fri, 09 Dec 2022 06:29:40 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 laut Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/laut/ 32 32 135956295 Berkebun Karang bersama Nuansa Pulau https://telusuri.id/berkebun-karang-bersama-nuansa-pulau/ https://telusuri.id/berkebun-karang-bersama-nuansa-pulau/#respond Tue, 06 Dec 2022 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=36444 Pelabuhan Matahari Terbit di Sanur, pagi itu sudah ramai wisatawan. Kami yang baru saja memasuki area parkir, sudah menyangka bakal ramai tapi tidak seramai ini. Puluhan orang berjejal menanti keberangkatan menuju Nusa Penida, pulau yang...

The post Berkebun Karang bersama Nuansa Pulau appeared first on TelusuRI.

]]>
Pelabuhan Matahari Terbit di Sanur, pagi itu sudah ramai wisatawan. Kami yang baru saja memasuki area parkir, sudah menyangka bakal ramai tapi tidak seramai ini. Puluhan orang berjejal menanti keberangkatan menuju Nusa Penida, pulau yang menjadi tujuan kami dan peserta Kok Bisa Green Creators Academy: Local Impact yang akan diselenggarakan hari itu bersama kelompok Nuansa Pulau. Rencananya, kami akan belajar sedikit tentang terumbu karang beserta cara transplantasinya di sana.

Pelabuhan Matahari Terbit tampak bersolek. Nuansa pelabuhannya mirip dengan bandara. Di lantai dua, ada teras luar yang menghadap langsung laut yang memisahkan Nusa Penida dan Bali. Pelabuhan ini baru satu minggu diresmikan, salah satunya karena ada gelaran G20 di Nusa Dua. Kami yang baru pertama kali ke sini menjadi terkagum-kagum. Pun, dalam pikiran saya terngiang bahwa kadang hanya demi sebuah acara seremonial, suatu tempat bisa berubah drastis; jalannya, pelabuhannya, bandaranya.

  • Pelabuhan Sanur
  • Peserta KBGC

“Ini, makan dulu. Biar nggak ngantuk di kapal,” celoteh Mauren, yang membuyarkan lamunan saya tentang pelabuhan.

Semua peserta menikmati pemandangan dari pelabuhan; ada yang berfoto dengan latar belakang laut, ada yang memperhatikan kapal yang lalu lalang di kejauhan, ada juga yang sedang membuat konten video. Tak lama berselang, kami pun satu per satu menaiki kapal. Sepersekian menit terlewati dari jadwal keberangkatan yang tertera di karcis, saya menjadi gusar. Para peserta yang tadinya terlihat antusias, jadi terlihat resah karena jadwal keberangkatan tampaknya terlambat. Kami semua dibuat mati kebosanan.

45 menit berlalu dalam gelisah, akhirnya kapal bernama The Tanis yang kami tumpangi mulai dikemudikan. Guncangan kapal mulai terasa. Sepanjang penyeberangan, gunung-gunung terlihat indah di sisi kiri. Awalnya saya menikmati perjalanan ini, tetapi pada akhirnya saya memilih untuk tidur.

Ini merupakan kali kedua saya naik kapal dalam hidup. Dan, jujur saja, naik kapal tidak semenyenangkan naik pesawat. Ombak yang saling bertautan menghantam lambung kapal, agak membuat saya gusar, membayangkan kalau-kalau perahu ini terhempas dan kami semua terbalik. Alamak! Saya jadi ketakutan sendiri karena overthinking. Mungkin, trauma semasa kecil karena jatuh dari jetski membuat saya enggan menatap lekat ombak. 

Tiba di Nusa Penida

Dari kejauhan, tanah Nusa Penida sudah terlihat mencolok dengan kapal-kapal yang banyak besandar di pantainya. Pulau ini sama sibuknya dengan Bali daratan yang ramai dengan aktivitas pariwisata. Baru saja kaki melangkah untuk pertama kalinya menuju ke Pelabuhan Penida, saya harus merasakan getirnya jatuh di atas air laut. Baju dan tas yang saya bawa jadi basah semua. Alangkah sebalnya saya hari ini! Kegiatan belum mulai saja, ujiannya sudah cukup meledakkan isi kepala.

Mauren dan Eghi mulai memanggil nama peserta satu per satu, memastikan semua berhadir dan tidak ada yang ketinggalan. Ayu, Debbie, dan Dudu ikut mendokumentasikan kegiatan di tengah arus keluar masuk wisatawan. Selepas presensi, Eghi memimpin rombongan berjalan ke arah parkiran, sementara Mauren sibuk menelpon sang supir yang akan menjemput.

Dari arah yang berlawanan, tampak seorang pria berbaju ungu yang muncul dari arus turis, yang bergerak melawan arah. Ketika rombongan kami berpapasan dengan dia, kami acuh saja, tak mengira dialah yang menjemput kami. Tiba-tiba, dari belakang rombongan, Ayu menyapanya dengan sumringah.

“Bli Gusti!”

Lelaki berbaju ungu itu segera mengenali suara Ayu yang berteriak memanggilnya dan menghampiri rombongan kami. 

“Ayo ke depan, sudah ada mobil yang menunggu kalian,” jelasnya.

Sebuah mobil mini bus sudah menunggu kami di pinggir jalan utama yang cukup sempit dilalui banyak kendaraan. Rombongan kami bergegas naik untuk menghindari kemacetan yang semakin riuh.

Tempat tujuan kami adalah Nuansa Pulau, sebuah kelompok pemuda yang bergerak di bidang transplantasi terumbu karang. Mereka adalah pemuda-pemuda lokal yang dilibatkan untuk memahami alam tempat tinggal mereka, terutama soal laut dan terumbu karang. 

Nuansa Pulau
Foto bersama di depan Nuansa Pulau/Kok Bisa

“Karena materi sudah saya bagikan sebelumnya, saya yakin kalian semua bisa baca. Sekarang silahkan tanya, dari pertanyaan serius sampai pertanyaan konyol,” ucap Pak Pras yang membuka materi pagi itu. Rahmadi Prasetyo, atau yang biasa akrab disapa Pak Pras, merupakan seorang dosen dari Universitas Dhyana Pura yang juga merupakan seorang Coralist Expert di Indonesia, mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para peserta.

“Apakah karang bisa hidup di air tawar apa hanya di air laut?” tanya salah seorang peserta.

“Jawabannya tidak bisa. Kenapa tidak bisa? Karena tidak ada karang yang bisa hidup di air tawar, tetapi ada beberapa karang yang tahan dengan salinitas yang tidak terlalu asin. Tapi hampir semua karang ada di laut dengan salinitas 33-35, dan itu asin,” papar Pak Pras.

“Apa dampak fish feeding pada terumbu karang?” salah satu peserta lain bertanya.

“Itu bantuan langsung tunai kepada ikan,” terang Pak Pras diikuti gelak tawa peserta, “Dalam fisiologis dan ekologis tentang hewan laut, kita tidak merekomendasi kegiatan tersebut, karena bakal mengganggu daya juang ikan untuk makan,” lanjutnya.

“Kalau dampak ke karangnya ada, Pak?”

“Kalau dampak ke karang sebenarnya tidak ada, yang jelas kan makanan itu organik dan itu pasti akan hancur juga. Yang berdampak adalah waktu dia memberi makan ikan,[yang mungkin] kakinya menendang karang.”

Lanjut, pertanyaan lainnya dari peserta perempuan yang menanyakan soal aktivitas pariwisata apa yang tidak ramah terhadap terumbu karang. “Yang pertama, yang paling parah adalah kicking ya, kicking itu aktivitas fisik yang akhirnya akan merusak karang. Yang kedua adalah fishibing, yang itu akan membuat massa berkelompok. Yang ketiga adalah masalah muring atau penjangkaran. Kalau kapal lempar jangkar pasti ke bawah kan? Pasti kena karang. Salah satu yang paling disarankan adalah memakai fixed mooring boey, tapi nggak semua tempat ada kan?” jelas Pak Pras.

Kemudian pertanyaan demi pertanyaan terus mengalir dari mulut para peserta, Pak Pras menjelaskan pemaparannya dengan telaten dan ringan. Saya tidak terpikirkan bahwa materi terumbu karang bisa seasyik ini untuk dimengerti. Penjelasan Pak Pras berlanjut pada bagaimana karang bisa dikategorikan sebagai hewan, zonasi jenis karang, cara perkembangbiakan, dan lain sebagainya. 

Menurut Pak Pras, pengetahuan tentang alam ini perlu disampaikan kepada masyarakat luas dengan bahasa yang paling sederhana, terutama di media sosial yang sekarang sangat mudah untuk diakses. Nantinya, hal-hal sederhana ini bisa membantu masyarakat luas menjadi paham kenapa terumbu karang sangat berarti bagi ekosistem laut.

Interaksi cair antara kami dan Pak Pras membuat waktu menjadi berlalu sangat cepat, tak terasa saat yang ditunggu-tunggu pun sudah tiba: berkebun terumbu karang! Sebelum peserta pergi ke laut untuk menanam terumbu karang, Bli Nyoman memberikan penjelasan mengenai bagaimana prosedur penanaman terumbu karang beserta media yang digunakan, reef stars. Ada 15 fragment dalam satu reef stars, yang terbagi di beberapa sisi. Di setiap sisinya, kecuali tiga sisi lain yang digunakan untuk mengikat reef stars satu sama lain, terikat satu baby coral yang akan harapannya akan tumbuh setelah berada di laut.

  • Materi terumbu karang
  • Pemasangan terumbu karang
  • Memasang fragmen karang

Satu per satu peserta dengan telatennya mengikat bayi-bayi karang ke reef stars. Tidak satupun di antara mereka yang tak antusias. Bahkan beberapa peserta ingin mengikat lebih banyak karang dari jumlah yang sudah ada.

Meski langit cukup kelabu, tiada satupun air yang jatuh ke bumi siang itu. Kapal yang tertambat di pinggir pantai sudah memanggil kami untuk menaikinya. Kondisi saat itu laut cukup tenang, angin tidak berhembus kencang. Setelah mengikuti aba-aba dari Pak Pras dan kru Nuansa Pulau, semua yang berada di kapal mulai menceburkan diri. Masing-masing mulai mengamati terumbu karang yang tumbuh di sekitaran Nusa Penida. Terumbu karang di perairan Nusa Penida kondisinya cukup bagus. Setelahnya, kami meletakkan tiga reef stars di dasar laut dengan kedalaman 7 meter. 

Berkah terbesar Bali adalah laut. Laut bagi masyarakat di Nusa Penida adalah tautan langsung menuju Sang Hyang Widhi. Jauh sebelum peraturan perundang-undangan tentang pelestarian ekosistem laut dibuat, masyarakat di Pulau Nusa Penida sudah memberlakukan hukum adat atau disebut awigawig yang melindungi alamnya dari eksploitasi berlebih. Meskipun gemerlap pariwisata sempat mengancam alam Penida yang memukau, lambat laun kesadaran masyarakat kembali tumbuh, seiring pengajaran dan pembelajaran yang mereka dapatkan.

Seusai lelah snorkeling dan santap siang. Acara berlanjut dengan pemaparan Menjadi Green Content Creator oleh Debbie Marteng. Sebagai seorang kreator konten, Debbie menceritakan kiat-kiat apa saja yang diperlukan untuk bisa survive dalam dunia perkontenan. Ia juga membagikan cukup banyak tips untuk peserta dalam membuat karya video kampanye perjalanan lestari dan tentu saja perjalananya menjadi seorang kreator konten.

“Sebelumnya saya tidak tahu apa-apa tentang gambar, tapi sok tahu aja tentang menggambar. Ternyata, pas kontennya naik. Akhirnya saya bikin clay artwork; bikin asbak, celangan, terus kontennya naik juga,” ceritanya. Debbie mengingatkan bahwa untuk jadi kreator konten perlu ketelatenan dan konsistensi yang tinggi. Kreatifitas perlu terus diasah untuk tetap menghasilkan konten yang digemari orang banyak. 

“Di dunia ini tidak ada yang baru, adanya ATM (Amati Tiru Modifikasi),” tutur Debbie meyakinkan para peserta untuk berani mulai membuat konten sepulang dari Nusa Penida.

  • Kebun karang
  • Reef star
  • Reef star
  • Reef star
  • Debbie Marteng

Kala mentari tak nampak jua karena kepulan awan yang mulai semakin rapat, kami semua harus menyudahi kegiatan di Nusa Penida. Seharian berkawan dengan laut dan matahari membuat sebagian kulit saya terbakar. Saya dan Mauren harus meninggalkan teman-teman di belakang untuk mengurus tiket kapal menuju ke Bali daratan. Semoga saja hujan tidak turun. 

20 menit berselang, para peserta mulai berdatangan ke pelabuhan. Kami menghabiskan sisa waktu di Penida berkumpul di warung untuk jajan dan minum kopi. Kapal datang, dan kami masuk dan mengecek semua peserta agar tidak ada yang tertinggal.

Tapi tunggu! Ada dua orang yang tidak terlihat batang hidungnya di kapal. Jangan-jangan mereka ketinggalan di pelabuhan? Atau jangan-jangan mereka masih di Nuansa Pulau?

Saya menjadi agak sedikit panik.

Mauren mulai berkeringat gugup dan naik ke atas dek untuk menghitung kembali peserta. Setelah bolak-balik sampai tiga kali, dua orang yang kami cari ternyata duduk santai di beranda. Syukurlah, di hari yang melelahkan sekaligus menyenangkan ini, saya mengakhirinya dengan duduk mengantuk di kursi kapal.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Berkebun Karang bersama Nuansa Pulau appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/berkebun-karang-bersama-nuansa-pulau/feed/ 0 36444
Lautan yang Indah Kini Menjelma Tumpukan Sampah https://telusuri.id/lautan-yang-indah-kini-menjelma-tumpukan-sampah/ https://telusuri.id/lautan-yang-indah-kini-menjelma-tumpukan-sampah/#respond Sat, 02 Oct 2021 21:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=29493 Daratan telah dihuni oleh gedung-gedung pencakar langit dan kendaraan-kendaraan berpolusi yang terkesan membosankan sekaligus melelahkan, sehingga lautan kerap kali dijadikan sebagai sisi lain bumi untuk melepas rasa lelah. Lautan juga kerap kali menjadi tempat para...

The post Lautan yang Indah Kini Menjelma Tumpukan Sampah appeared first on TelusuRI.

]]>
Daratan telah dihuni oleh gedung-gedung pencakar langit dan kendaraan-kendaraan berpolusi yang terkesan membosankan sekaligus melelahkan, sehingga lautan kerap kali dijadikan sebagai sisi lain bumi untuk melepas rasa lelah. Lautan juga kerap kali menjadi tempat para manusia berwisata yang katanya ingin mencari ketenangan, sebab di daratan yang ditemui cenderung hanya keramaian dan jeritan keluh yang tak berkesudahan.

Di antara biru lautan itu, terdapat fauna-fauna langka yang bisa dinikmati dengan aktivitas menyelam. Mereka adalah harta karun yang tak ternilai harganya, namun justru keberadaannya kini terancam oleh keserakahan makhluk berkaki dua yang hendak menukarnya dengan deretan angka yang tidak seberapa. Di pinggir hamparan pasir-pasir putih pantai, berhembus semilir angin yang membuat pikiran tenang, melayang-layang: tersadar bahwa hidup tak hanya sekadar cerita tentang mengumpulkan uang, tetapi juga kisah tentang keindahan alam yang perlu dikenang. Sayangnya, kini keindahan lautan itu terancam oleh keserakahan dan ketakpedulian oleh makhluk berkaki dua.

Diungkapkan oleh Lindsey Hoshaw di dalam New York Times edisi 10 November 2009, bahwa tumpukan sampah yang berserakan di Samudera Pasifik terus berlipat ganda pada setiap dekade dan dipercaya telah mencapai dua kali luas Texas. Mau diakui atau tidak, kenyataannya di tengah birunya lautan terdapat sebuah ‘pulau’ sebesar dua kali luas texas yang berupa sampah. Sialnya lagi, ‘pulau’ itu kini bisa berkali-kali lipat lebih luas dibandingkan dengan sebelas tahun yang lalu—mengingat sekarang sudah memasuki pertengahan tahun 2021. 

Lautan yang Indah
Lautan yang Indah/Akhmad Idris

Jika sudah seperti ini, ke manakah manusia akan melepas rasa lelah? Di daratan sudah terasa melelahkan sekaligus membosankan, sedang di lautan pun terasa memprihatinkan. Seyogianya jika daratan berasa di dalam neraka, maka setidaknya lautan dapat seolah menjadi surga sebagai penawarnya. Entahlah apa yang terjadi ketika di daratan dan lautan tak ada lagi bedanya. Belum lagi lautan tak hanya sekadar tempat menyegarkan pikiran, tetapi juga menjadi sumber mata pencaharian dan sumber makanan. 

Beberapa orang mengandalkan profesi nelayan untuk menghidupi anak dan istrinya yang menanti di rumah, namun ikan-ikan yang tersangkut dalam jaring maupun pancing sudah terkontaminasi oleh zat-zat kimia berbahaya yang menurut medis dapat memicu penyakit kanker. Tak hanya nelayan beserta keluarganya, beberapa hewan laut juga bergantung dengan hewan laut lainnya sebagai siklus rantai makanan yang berkelanjutan. Ikan-ikan besar memakan ikan-ikan kecil, lalu bagaimana jika semua ikan-ikan itu terkontaminasi oleh zat-zat kimia berbahaya? Bukankah sama saja mereka melakukan bunuh diri tanpa disadari?

Masih terngiang di dalam ingatan tentang kejadian penemuan bangkai ikan paus sperma sepanjang 9,5 meter dan lebar 1,85 meter di Pulau Kapota, Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara pada Senin, 19 November 2018 lalu. Bukan tentang ikan pausnya yang membuat kejadian ini membekas di dalam ingatan, tetapi tentang penemuan sampah di dalam perut ikan paus tersebut yang membuat kejadian itu begitu lekat di dalam pikiran.

Tidak tanggung-tanggung, ditemukan tumpukan sampah plastik seberat 5,9 kilogram di dalam perut ikan paus tersebut. Jenis sampahnya juga cukup ‘berwarna-warni’, mulai dari botol plastik seberat 150 gram; kantong plastik seberat 260 gram; sandal jepit seberat 270 gram; plastik keras seberat 140 gram; serpihan kayu seberat 740 gram; gelas plastik seberat 750 gram; karung nilon seberat 200 gram; dan tali rafia seberat 3.260 gram. 

Pertanyaannya sederhana saja, jika manusia akan mengalami kesakitan saat mengonsumsi sampah-sampah plastik sejenis itu (anggap saja manusia dipaksa menelan sandal jepit atau serpihan kayu), maka bagaimanakah ikan paus menanggung rasa sakit itu? Pertanyaan selanjutnya sudah jelas, siapakah yang menjadi penyebab sampah-sampah plastik itu sampai ke laut? Jawabannya juga sejatinya sudah jelas, tidak mungkin sampah-sampah plastik itu berjalan atau berenang sendiri ke laut karena sampah-sampah itu adalah benda mati. 

Artinya, ada ‘makhluk hidup’ yang membawanya ke laut, entah secara sengaja maupun secara membabi buta. Mereka yang hidup dengan egois, menganggap dirinya sebagai makhluk yang manis, padahal apatis. Mereka yang disebut ‘makhluk hidup’ itu hanya sibuk meminta dipenuhi keinginannya tanpa pernah peduli terhadap keberlangsungan alam yang memenuhi kebutuhannya. Mereka yang katanya memiliki hati, namun nyatanya hati mereka sudah lama mati, berganti dengan virus keserakahan yang terus-terusan mengembangkan diri.

Akibatnya, banyak ikan-ikan di laut dan air tawar yang dikonfirmasi telah tercemar merkuri beserta bahan-bahan kimia organik lainnya. Ironisnya lagi, ikan-ikan yang telah terkontaminasi tersebut akan berakhir di meja-meja makan untuk dikonsumsi oleh mereka yang disebut ‘makhluk hidup’. Setidaknya hubungan ini terkesan ‘adil’, mereka yang berulah dan mereka juga yang harus menanggung akibatnya. Dalam hal ini, ikan-ikan tak boleh menanggung sakit sendirian. Mereka yang disebut ‘makhluk hidup’ juga perlu merasakan rasanya sakit. 

Membersihkan sampah di laut
Membersihkan sampah di laut/Akhmad Idris

Oleh sebab itu, untuk mengakhiri hubungan yang sama-sama menyakitkan ini, dibutuhkan kesadaran bahwa keberadaan alam tak sekadar hanya untuk dinikmati, tetapi juga untuk dilindungi. 


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Lautan yang Indah Kini Menjelma Tumpukan Sampah appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/lautan-yang-indah-kini-menjelma-tumpukan-sampah/feed/ 0 29493
Terumbu Karang yang Menopang Beban https://telusuri.id/terumbu-karang-yang-menopang-beban/ https://telusuri.id/terumbu-karang-yang-menopang-beban/#respond Tue, 09 Feb 2021 10:43:00 +0000 https://telusuri.id/?p=26917 Bawah laut Indonesia memang indah. Tempat-tempat snorkeling dan diving baru bermunculan seiring tingginya minat wisatawan untuk berkunjung. Pada 27 Desember 2020, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengumumkan melalui akun sosial media instagramnya bahwa Indonesia meraih...

The post Terumbu Karang yang Menopang Beban appeared first on TelusuRI.

]]>
Bawah laut Indonesia memang indah. Tempat-tempat snorkeling dan diving baru bermunculan seiring tingginya minat wisatawan untuk berkunjung. Pada 27 Desember 2020, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengumumkan melalui akun sosial media instagramnya bahwa Indonesia meraih penghargaan sebagai Destinasi Wisata Selam Terbaik di Dunia Versi Dive Travel Awards 2020 oleh Majalah Dive UK.

Namun, di balik keindahan tersebut terdapat satu hal yang kerap menjadi perhatian namun seringkali diacuhkan, yaitu sikap pelaku wisata (penyelenggara dan wisatawan).

Demi Konten, Abai Perilaku 

Terumbu Karang
Snorkeling/Melynda Dwi

Wisata bawah air tidak hanya sebatas scuba diving, tetapi ada pula freedive dan snorkeling. Ternyata, kegiatan penyelaman lebih banyak berpengaruh terhadap kerusakan karang. Terlebih lagi jika penyelam kurang berpengalaman, hal ini akan berpotensi menyebabkan kerusakan karang lebih besar. Penggunaan alat scuba mulai dari sarung tangan, tabung oksigen hingga diving fins juga berpotensi merusak karang. Studi menyebutkan, dibandingkan dengan snorkeling yang melayang di air, menyelam lebih berdampak besar terjadinya gesekan dengan karang.

Terumbu karang acap kali dianggap sebagai batu atau benda mati yang boleh diperlakukan semena-mena. Sehingga saat melihat karang, timbul rasa penasaran dari wisatawan untuk menyentuhnya.

Padahal, terumbu karang tergolong sebagai binatang yang juga merasa terancam saat didekati oleh benda asing, termasuk dari manusia. Banyak orang yang mengira bahwa sentuhan kecil pada karang tidak menimbulkan efek yang signifikan. Padahal sentuhan tersebut dapat mengakibatkan kerusakan fisik dan terganggunya pertumbuhan karang. Bahkan dapat berakhir pada kematian karang.

Terumbu Karang
Kaki di atas karang/Melynda Dwi

Berdasarkan pengalaman pribadi saat berwisata ke salah satu pulau di Kepulauan Seribu. Saya yang menyaksikan langsung wisatawan menyentuh bahkan menginjak karang-karang. Bahkan yang lebih membuat tak henti-hentinya diri ini menggelengkan kepala ialah tour guide-nya pun juga melakukan hal yang sama. Ia seperti tidak tahu bahwa terumbu karang termasuk ekosistem yang dilindungi.

Seringkali entah wisatawan maupun pelaku wisata cenderung acuh dengan kondisi terumbu karang. Yang ada di benak wisatawan hanyalah rasa puas menelusuri bawah air lengkap dengan ‘foto-foto terbaik’ berinteraksi langsung dengan terumbu karang. Begitu pula dengan pelaku wisata yang merasa bahwa kebahagiaan pengunjung dan keuntungan ekonomi menjadi prioritas.

Dampak Terhadap Lingkungan 

Kerusakan terumbu karang tidak hanya diakibatkan oleh perubahan iklim. Kerusakan ini bisa disebabkan karena peningkatan suhu air laut, peningkatan muka air laut dan penurunan derajat keasamannya yang menyebabkan pemucatan (bleaching) pada karang, ataupun karena kegiatan perikanan yang melibatkan alat tangkap tidak ramah lingkungan. Namun aktivitas pariwisata juga sangat berperan terhadap kerusakan terumbu karang.

Mari mengingat sejenak akan peristiwa pada Maret 2017, kandasnya Kapal Pesiar M.V. Caledonian Sky di Selat Dampier, Raja Ampat. Terjadi kerusakan hebat pada terumbu karang seluas 1,8 hektar. Dan para ahli memperkirakan butuh ratusan tahun untuk memulihkan kondisi karang yang rusak.

Terumbu Karang
Terumbu karang yang tersisa/Melynda Dwi

Rusak bahkan hancurnya terumbu karang tidak hanya berakibat pada nilai estetika semata. Terumbu karang sebagai salah satu ekosistem di kawasan perairan laut berperan sebagai habitat bagi ikan. Mulai ikan konsumsi hingga ikan-ikan karang.

Bila terumbu karang rusak, otomatis biota laut lain akan kehilangan tempat tinggalnya. Selain wisatawan enggan untuk berkunjung, nelayan juga menangis karena tidak ada ikan yang bisa ditangkap. 

Dampak Ekonomi Juga Terasa

Sudah barang tentu, terumbu karang yang sehat akan mendatangkan wisatawan. Pemasukan negara dari sektor kepariwisataan tidak bisa disepelekan. Maka tidak mengherankan apabila pemerintah menggelontorkan dana ‘fantastis’ untuk menggaet influencer dalam hal promosi wisata pasca wabah corona.

Beberapa spot diving seperti Raja Ampat, Bunaken, Wakatobi dan Karimunjawa terkena dampaknya. Jika diambil contoh dari kerusakan terumbu karang di Raja Ampat, semakin banyak wisatawan ternyata semakin berdampak pada kerusakan lingkungan. Pun, keterlibatan masyarakat lokal juga jauh lebih sedikit dalam pengelolaan wisata karena banyaknya ‘pendatang’ ikut serta.

Jika terus dibiarkan, bisa jadi suatu saat jumlah wisatawan di Raja Ampat menurun karena bawah lautnya tak lagi indah. Kalau sudah begitu, tidak hanya pihak pelaku pariwisata yang terdampak. Setidaknya industri hospitality, transportasi, dan makanan juga akan terkena imbas.

Sekali Lagi, Edukasi Itu Penting!

Saat ini banyak program rehabilitasi terumbu karang dengan berbagai metode bermunculan. Sayangnya, kegiatan rehabilitasi tidak semudah yang diperkirakan. Selain membutuhkan biaya pemasangan dan perawatan besar, urusan tenaga ahli nggak boleh sembarangan karena rehabilitasi terumbu karang yang terkesan asal-asalan akan berdampak pada kesia-siaan. 

Maka dari itu upaya mencegah lebih baik daripada mengobati, bukan?

Yang saya tahu, selama ini sebatas nelayan-nelayan perikanan yang mendapatkan perhatian dan arahan untuk tidak merusak karang. Namun, pelaku industri wisata sering dinomorsatukan dan malah kurang mendapatkan pengetahuan terkait konservasi terumbu karang ini.

Sebagai wisatawan yang sedikit mengetahui bahwa terumbu karang termasuk dalam lingkup konservasi, melihat langsung tour guide yang menginjak karang hanya bisa membuat saya terdiam.

Saya masih sadar diri. Saya hanya pengunjung, bukan penduduk asli. Oleh karena itu, peran Pemerintah dan LSM yang memberikan sosialisasi dan pengawasan mutlak diperlukan.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Terumbu Karang yang Menopang Beban appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/terumbu-karang-yang-menopang-beban/feed/ 0 26917
11 “Quotes” tentang Laut dari Para Pengarang Terkenal Dunia https://telusuri.id/11-quotes-tentang-laut/ https://telusuri.id/11-quotes-tentang-laut/#respond Wed, 28 Nov 2018 09:00:49 +0000 https://telusuri.id/?p=11093 Lagi ngupload foto laut keren ke Instagram terus kamu baru sadar kalau belum punya quotes tentang laut? Jangan khawatir, ini TelusuRI kasih 11 quotes tentang laut yang bisa bikin foto kamu lebih bercerita. Dan—sttt!!!—kata-kata mutiara...

The post 11 “Quotes” tentang Laut dari Para Pengarang Terkenal Dunia appeared first on TelusuRI.

]]>
Lagi ngupload foto laut keren ke Instagram terus kamu baru sadar kalau belum punya quotes tentang laut? Jangan khawatir, ini TelusuRI kasih 11 quotes tentang laut yang bisa bikin foto kamu lebih bercerita. Dan—sttt!!!—kata-kata mutiara ini dari para pengarang terkenal dunia, lho.

Quotes tentang laut dari Joseph Conrad

“There is nothing more enticing, disenchanting, and enslaving than the life at sea.”

—Joseph Conrad

Kutipan dari Joseph Conrad, pengarang Inggris berdarah Polandia yang tenar lewat novel Heart of Darkness dan Lord Jim ini, keren banget. Meskipun agak-agak dark, sih. Menurutnya, nggak ada lagi yang lebih menarik, mengecewakan, dan memperbudak selain kehidupan di laut.

quotes tentang laut

Laut jingga disinari matahari via pexels.com/Sebastian Voortman

Quotes tentang laut dari Anton Chekov

“The sea has neither meaning nor pity.”

—Anton Chekov

Cerpenis Rusia ini juga ternyata punya kata-kata mutiara tentang laut yang bisa kamu jadiin caption Instagram. Tapi, sama kayak kutipan Conrad di atas, yang satu ini juga agak-agak gelap. Anton Chekov, secara agak nihilis, berpendapat bahwa lautan nggak punya makna maupun belas kasihan.

Quotes tentang laut dari Jules Verne

“The sea is only the embodiment of a supernatural and wonderful existence.”

—Jules Verne

Kalau kamu suka baca buku-buku petualangan, pasti kamu udah nggak asing lagi sama Jules Verne. Dialah pengarang Around the World in 80 Days, 20.000 Leagues under the Sea, Journey to the Center of the Earth, dll. Dalam kutipan di atas, dia menyatakan kekagumannya pada laut. Katanya, laut adalah perwujudan dari sesuatu yang supranatural dan luar biasa.

quotes tentang laut

Dunia bawah laut via pexels.com/Blaque-X

Quotes tentang laut dari Rabindranath Tagore

“You can’t cross the sea merely by standing and staring at the water.”

—Rabindranath Tagore

Meskipun tentang laut, sebenarnya quotes dari penyair India Rabindranath Tagore di atas bisa juga kita artikan sebagai caranya buat ngungkapin bahwa kamu nggak bakal bisa mengerti sesuatu sampai kamu benar-benar berusaha untuk mengenalnya. Arti harfiahnya begini: “Kamu takkan bisa menyeberangi lautan hanya dengan berdiri mematung dan memandangi air.”

Quotes tentang laut dari Vladimir Nabokov

“The breaking of a wave cannot explain the whole sea.”

—Vladimir Nabokov

Arti kata-kata mutiara di atas adalah hempasan ombak tak bisa menjelaskan keseluruhan lautan. Quotes dari Vladimir Nabokov, pengarang novel Lolita, ini seolah-olah menyadarkan kita buat nggak terlalu cepat mengambil kesimpulan. Kita nggak bisa menilai sesuatu hanya dari secuil informasi saja.

quotes tentang laut

Ombak yang menggulung via pexels.com/Sean Manning

Quotes tentang laut dari Jacques Yves Cousteau

“The sea, once it casts its spell, holds one in its net of wonder forever.”

—Jacques Yves Cousteau

Selain sebagai penjelajah dan peneliti, presiden pertama asosiasi penyelam CMAS ini juga dikenal sebagai pengarang buku-buku tentang lautan. Makanya, quotes dari Jacques Yves Cousteau ini cocok banget buat melengkapi foto kamu di Instagram. Arti kutipan dari Cousteau di atas adalah “Lautan, sekali ia melancarkan guna-gunanya, akan memerangkap seseorang dalam jaring-jaring pesonanya selamanya.”

Quotes tentang laut dari Ralph Waldo Emerson

“Live in the sunshine, swim the sea, drink the wild air.”

—Ralph Waldo Emerson

Kutipan di atas berasal dari seorang esais, penyair, dan filsuf Amerika bernama Ralph Waldo Emerson. Dia mengajak kita untuk “Merasakan sinar matahari, berenang di lautan, dan meminum udara bebas.” Cocok banget, ‘kan, buat caption Instagram kamu?

quotes tentang laut

Sirip ikan paus via pexels.com/Rudolf Kirchner

Quotes tentang laut dari Jules Verne—lagi

“Ah, monsieur, to live in the bosom of the sea! Only there can independence be found! There I recognize no master! There I am free!”

—Jules Verne

Ada satu lagi, nih, quotes dari Jules Verne. Kalau yang ini artinya, “Ah, Tuan, (untuk) hidup dalam pelukan laut! Hanya di sana kebebasan akan ditemukan! Di sana aku tak melihat seorang penguasa pun! Di sana aku bebas!”

Quotes tentang laut dari Rainer Maria Rilke

“When anxious, uneasy and bad thoughts come, I go to the sea, and the sea drowns them out with its great wide sounds, cleanses me with its noise, and imposes a rhythm upon everthing in me that is bewildered and confused.”

—Rainer Maria Rilke

Quites dari Rainer Maria Rilke, penyair berkebangsaan Austria yang aktif menulis dari akhir abad ke-19 sampai seperempat abad pertama abad ke-20 ini, artinya, “Saat cemas, gelisah, dan pikiran-pikiran buruk datang, aku pergi ke laut, dan lautan menenggelamkan semua hal itu dengan suaranya yang menggelegar, membersihkanku dengan keriuhannya, dan memberikan ritme bagi segala sesuatu yang ada padaku yang limbung dan bingung.”

quotes tentang laut

Ombak yang menghempas pasir pantai via pexels.com/Jayson Delos Santos

Quotes tentang laut dari Pablo Neruda

“I need the sea because it teaches me.”

—Pablo Neruda

Dalam quotes ini, Pablo Neruda—penyair, diplomat, dan politikus Chile—seolah-olah ingin mengatakan pada dunia bahwa ia begitu menghargai lautan. Katanya, “Aku membutuhkan lautan sebab ia memberikan pelajaran kepadaku.” Bijaksana banget, ya?

Quotes tentang laut dari Ernest Hemingway

“The sea is the same as it has been since before men ever went on it in boats.”

—Ernest Hemingway

Tentu saja nggak afdol rasanya kalau nggak menyertakan quotes dari Ernest Hemingway, pengarang tenar yang salah satu novel legendarisnya berjudul The Old Man and the Sea. Kutipan di atas artinya, “Lautan itu tetap sama sebagaimana (masa-masa) sebelum manusia lalu-lalang dengan perahunya.”

Mana, nih, quotes tentang laut yang paling kamu suka?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post 11 “Quotes” tentang Laut dari Para Pengarang Terkenal Dunia appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/11-quotes-tentang-laut/feed/ 0 11093
Wow! Ada Fasilitas Mewah di Kapal Pelni https://telusuri.id/wow-ada-fasilitas-mewah-di-kapal-pelni/ https://telusuri.id/wow-ada-fasilitas-mewah-di-kapal-pelni/#comments Sun, 21 Jan 2018 02:30:05 +0000 https://telusuri.id/?p=5887 Di Indonesia saat ini udah banyak banget pilihan moda transportasi, baik di darat, laut, maupun udara. Masing-masing moda punya kelas dan kualitas berbeda. Tentunya kamu bebas memilih sesuai dengan ketebalan kantong masing-masing. Karena Indonesia merupakan...

The post Wow! Ada Fasilitas Mewah di Kapal Pelni appeared first on TelusuRI.

]]>
Di Indonesia saat ini udah banyak banget pilihan moda transportasi, baik di darat, laut, maupun udara. Masing-masing moda punya kelas dan kualitas berbeda. Tentunya kamu bebas memilih sesuai dengan ketebalan kantong masing-masing.

Karena Indonesia merupakan negara kepulauan, jalur laut cukup diperhatikan oleh pemerintah demi terkoneksinya satu pulau dengan pulau lainnya.

kapal pelni

Makan di restoran kapal Pelni via facebook.com/Pelayaran Nasional Indonesia

Berbicara tentang layanan transportasi laut jarak jauh, kapal Pelni selalu menjadi pilihan utama. Faktor-faktor seperti kenyamanan, keamanan, serta fasilitas-fasilitas mewah yang ditawarkan di beberapa armadanya adalah yang bikin Pelni tetap jadi primadona.

Kamar mewah di KM Kelud, KM Sinabung, dan KM Kelimutu

kapal pelni

Interior kamar kelas 1 dan 1A via facebook.com/Pelayaran Nasional Indonesia

Istimewanya, fasilitas mewah di kapal Pelni ini bisa disetarakan dengan fasilitas hotel mewah!

Kamar kelas 1A di kapal Pelni ini menyediakan dua single bed yang bersih dan nyaman, lemari pakaian, meja tulis, serta kamar mandi yang dilengkapi dengan shower serta pilihan air panas dan dingin. Di kamar mandi kelas 1A ini juga tersedia wastafel, toilet duduk, plus sabun dan sampo.

Jangan khawatir kepanasan. Kamar kelas 1A full AC! Bosan lihat laut terus? Tenang, di kabin kamu juga tersedia TV kabel dengan acara yang nonstop! Penumpang kelas 1A akan mendapatkan layanan prioritas ketika makan di restoran.

Bosan nonton di kamar, kamu bisa nonton di bioskop mini. Mau nyanyi-nyanyi, ada  studio karaoke yang bisa diakses penumpang dari semua kelas.  Jangan heran kalau kamu mendapati minimarket terkenal Indonesia di dek kapal Pelni. Itu beneran, bukan ilusi.

Lengkap banget ‘kan fasilitas kapal Pelni?

Tapi, sayangnya fasilitas khusus kelas 1A ini baru tersedia di tiga kapal Pelni saja, yaitu KM Kelud, KM Sinabung, dan KM Kelimutu. Kamu harus cobain salah satunya! Siap buat telusuRI Indonesia lewat jalur laut? Berangkat!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

The post Wow! Ada Fasilitas Mewah di Kapal Pelni appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/wow-ada-fasilitas-mewah-di-kapal-pelni/feed/ 1 5887