mandalika Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/mandalika/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Sat, 10 Sep 2022 08:39:42 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 mandalika Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/mandalika/ 32 32 135956295 Bukit Seger dan Senja Temaram di Mandalika https://telusuri.id/bukit-seger-dan-senja-temaram-mandalika/ https://telusuri.id/bukit-seger-dan-senja-temaram-mandalika/#respond Sat, 06 Aug 2022 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=34622 Keindahan Mandalika tak pernah habis untuk diceritakan, pesonanya mampu memikat setiap pasang mata yang datang. Meskipun sudah cukup sering mengunjungi Mandalika, tetap saja, setiap sudut yang saya datangi selalu menyisakan kisah menarik. Bahan untuk bercerita....

The post Bukit Seger dan Senja Temaram di Mandalika appeared first on TelusuRI.

]]>
Keindahan Mandalika tak pernah habis untuk diceritakan, pesonanya mampu memikat setiap pasang mata yang datang. Meskipun sudah cukup sering mengunjungi Mandalika, tetap saja, setiap sudut yang saya datangi selalu menyisakan kisah menarik. Bahan untuk bercerita. Sama halnya dengan perjalanan kali ini, pengalaman mengesankan di Bukit Seger. Cukup terlambat untuk berbagi kisahnya,  namun saya akan menyayangkan jika perjalanan ini hanya mengendap dalam ingatan.

Ditemani terik matahari, roda sepeda motor kami melaju kencang di Jalan Bypass BIL-Mandalika pada Rabu 6 Maret lalu, sesekali kecepatannya diturunkan agar kami bisa menikmati keindahan alam. Bukit-bukit besar di kanan dan kiri jalan semakin terlihat memesona, padahal hanya ladang jagung yang mengisinya.

By pass Bill Mandalika
Bypass BIL-Mandalika/Nirma Sulpiani

Sesaat kemudian, kami melintas pada sebuah bukit dengan plang Bypass BIL-Mandalika, lalu bertemu dengan sebuah monumen bertanda tangan Presiden Joko Widodo. Beberapa masyarakat sekitar terlihat sibuk menjual souvenir khas Lombok kepada pengunjung. Titik ini memang kerap menjadi salah satu tempat untuk berswafoto oleh pejalan yang hendak berkunjung ke Mandalika.

Roda kendaraan kami terus berputar lurus di atas aspal. Beranjak dari Jalan Bypass BIL-Mandalika, saya kemudian menyaksikan Mandalika begitu sibuk. Hal ini terasa sangat wajar, sebab perhelatan dunia MotoGP tinggal menghitung hari.

Kami melewati jalan tak beraspal yang berada berada persis di samping pagar pembatas sirkuit untuk sampai di Bukit Seger. Dari sini sepeda motor kami mulai bergerak lambat sebab di beberapa titik jalannya berlubang dan tergenang air. 

Perjalanan ini, sebenarnya bukanlah kali pertama saya mengunjungi Bukit Seger. Dari dulu Bukit Seger memang kerap menjadi lokasi andalan untuk liburan bersama keluarga. Kini, Bukit Seger tengah menjadi perhatian karena pernah menjadi spot foto pembalap MotoGP Repsol Honda, Marc Marquez saat datang ke Lombok untuk mengikuti tes Pramusim MotoGp Februari lalu. Bukit Seger juga kian memikat lantaran dari sini kita bisa melihat tikungan 10 Sirkuit Mandalika.

Jalan menuju bukit samping sirkuit
Jalan menuju bukit samping sirkuit/Nirma Sulpiani

Saat tiba di sana, meski saya sudah berkali-kali berkunjung, tapi tetap saja saya selalu takjub dengan pemandangan yang menghampar. Dari kejauhan, tampak pantai pasir putih dan ombak yang tenang. Di sisi lain, terlihat tikungan 10 Sirkuit Mandalika yang bisa dibilang lebih unik jika dibandingkan tikungan lainnya. Mengutip dari Kompas.com, tikungan tersebut memiliki desain menarik di bagian kerb atau pembatas lintasan dan area run-off.  Di area tersebut, berisi kerikil-kerikil yang dicat warna-warni membentuk pola tenun sasambo. 

Saat  sedang menanti senja, sambil memperhatikan lalu lalang pengunjung yang kian ramai, seorang anak laki-laki menghampiri kami. Ia menawarkan dagangannya yakni gelang. Anak tersebut bernama Andri, siswa kelas tiga SD yang selalu datang berjualan sepulang sekolah. Ia bercerita,  belakangan jumlah wisatawan yang berkunjung ke sini jauh lebih banyak dari biasanya. Tentu, hal ini membuat Andri senang.

“Sekarang ramai, jadi banyak (gelang) yang laku,” katanya sambil tersenyum. 

Tak hanya pedagang souvenir khas Lombok, kami juga mudah menjumpai para pedagang kelapa muda. Namun sayangnya, di beberapa titik kami juga mudah menjumpai sampah yang berserakan. Hal ini mungkin terjadi karena di sini tak tersedia fasilitas tempat sampah, meski begitu pengunjung bisa membawa kembali pulang sampah-sampahnya alih-alih meninggalkannya di area bukit.

Langit tampak sendu. Sore itu tak ada matahari tenggelam yang kami saksikan. Jadi, kami langsung melanjutkan perjalanan selanjutnya dengan bertemu seseorang yang masih tinggal di areal sirkuit.

Pemandangan dari bukit Seger
Pemandangan dari Bukit Seger/Nirma Sulpiani

Bertolak dari Bukit Seger, kami hanya memerlukan waktu sekitar lima menit untuk sampai ke tujuan. Tiba di sana kami disambut oleh laki-laki paruh baya, “Tunggu di sini, mereka sudah dalam perjalanan pulang,” sapanya dengan senyum hangat. 

Sambil menunggu, mata seperti tak pernah lepas untuk memperhatikan sekitar. Rasanya seperti berada di tengah lingkaran yang dikelilingi pepohonan hijau yang rindang. Tenang, itulah kata yang mewakili perasaan petang itu. 

Meskipun lokasinya dekat dengan Sirkuit Mandalika yang saat itu masih dalam proses pembangunan, namun di sana kami tak mendengar suara pekerja atau suara mesin.  Justru rasanya seperti berada di rumah.

“Assalamualaikum…”  Salam itu terdengar diucapkan serempak.

Anak-anak sudah berangkat mengaji. Mereka adalah keenam murid mengaji tuan rumah. Seperti sudah mengetahui gurunya pulang bepergian, mereka langsung duduk melingkar sembari melatih bacaan Alquran. Akan tetapi kami belum sempat menyaksikan mereka mengaji karena sang guru merasa cukup lelah setelah menempuh perjalanan jauh. 

Petang itu kami mendengar banyak cerita menarik seputar Mandalika, namun sayang hari sudah gelap, sebelum pulang kami  memutuskan menjalankan salat Magrib dulu karena perjalanan yang akan ditempuh kembali cukup jauh.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Bukit Seger dan Senja Temaram di Mandalika appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/bukit-seger-dan-senja-temaram-mandalika/feed/ 0 34622
Menyaksikan Idemitsu Asia Talent Cup dari Atas Bukit https://telusuri.id/menyaksikan-idemitsu-asia-talent-cup-dari-atas-bukit/ https://telusuri.id/menyaksikan-idemitsu-asia-talent-cup-dari-atas-bukit/#respond Mon, 13 Dec 2021 00:58:00 +0000 https://telusuri.id/?p=31691 Mendung menemani perjalanan saya pulang bekerja siang itu, Sabtu 13 November. Sesampainya di kos saya membuka pesan dari salah seorang teman yang mengajak saya menyaksikan uji coba para pembalap Idemitsu Asia Talent Cup (IATC) secara...

The post Menyaksikan Idemitsu Asia Talent Cup dari Atas Bukit appeared first on TelusuRI.

]]>
Mendung menemani perjalanan saya pulang bekerja siang itu, Sabtu 13 November. Sesampainya di kos saya membuka pesan dari salah seorang teman yang mengajak saya menyaksikan uji coba para pembalap Idemitsu Asia Talent Cup (IATC) secara gratis di Kuta Mandalika.

Tanpa berfikir panjang saya langsung menerima ajakan itu. Anggap saja perjalan kali ini sebagai refreshing karena jemu memikirkan pekerjaan yang tak kunjung usai. 

Berangkat dari Mataram kira-kira menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam hingga tiba di lokasi. Rute yang kami lalui kali ini berbeda dengan jalan yang sering  ditempuh jika berkunjung ke Kuta.  Kali ini saya melalui jalan bypass Bandara Internasional Lombok (BIL)— Mandalika. 

Dari beberapa sumber yang saya baca, pembangunan jalan bypass BIL—Mandalika memang khusus menunjang pelaksanan sejumlah event internasional yang akan berlangsung. Selain itu, tujuan saya melewati jalan bypass BIL—Mandalika, ialah agar bisa melihat Bukit menangis yang belakangan ramai dijadikan tempat berswafoto oleh masyarakat. 

Setibanya di Mandalika, lalu lalang kendaraan  sudah  ramai. Jika kita ingin menyaksikan IATC dari Tribun secara gratis, terlebih dahulu kita mendaftar di stand pendaftaran yang berada di Masjid Nurul Bilad dan memenuhi persyaratan lain diantaranya yakni sudah vaksin dosis ke 2;  menggunakan aplikasi peduli lindungi untuk masuk ke sirkuit; dan menjalani swab antigen—swab antigennya juga dapat dilakukan secara gratis di sana.

Antrian nonton gratis
Antrian nonton gratis/Nirma Sulpiani

Namun, keinginan untuk menyaksikan langsung dari tribun kami urungkan, sebab saat kami sampai di sana ajang balapan yang diperuntukan untuk pemuda di kawasan Asia dan Oseania ini telah dimulai. Dengan pertimbangan waktu, panjangnya antrian, serta melihat antusiasme warga yang menyaksikan dari luar, rasanya akan lebih seru jika menyaksikannya dari luar area sirkuit. 

Benar saja, beberapa saat setelah memarkir kendaraan di lahan yang berdekatan dengan tembok besar mengitari sirkuit, kami sudah dipanggil oleh rombongan pemuda-pemuda yang datang menggunakan truk, dengan senyuman dan suara yang sedikit berteriak mereka mengajak kami untuk menonton dari atas truk, “Sini naik ke atas, biar lebih jelas!” Teriak mereka. 

Mendengar ajakan mereka kami hanya menjawab dengan tersenyum. Beberapa saat kemudian dari arah sebelah kiri kami datang mobil pickup yang berisi rombongan ibu-ibu. Setelah kendaraan yang mereka tumpangi terparkir, mereka kemudian mengeluarkan ponsel masing-masing untuk mengabadikan momen tersebut. Rombongan lain terus berdatangan dan memarkir kendaraan secara berjejer. 

Tidak hanya kendaraan roda empat, kendaraan roda dua juga banyak yang berhenti untuk melihat uji coba pertandingan, ada yang ikut naik truk dan ada juga yg menggunakan bangku, hanya sekedar untuk melihat beberapa saat. 

Belum sempat menyaksikannya dari sana, waktu pertandingan telah usai dan akan berlanjut sekitar pukul 16.00 WITA. Kami kemudian beranjak mencari tempat yang nyaman untuk menyaksikan pertandingan. 

Nonton uji coba dari atas bukit
Nonton uji coba dari atas bukit/Nirma Sulpiani

Sebuah bukit yang hanya berjarak beberapa meter dari sirkuit menjadi pilihan kami untuk menyaksikan uji coba pertandingan, menonton dari sini rasanya seperti sedang berada di stadion,  selain lintasan sirkuit dan para pembalap IATC terlihat jelas, berkumpul bersama puluhan orang dan dari berbagai macam kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, bapak-bapak, hingga ibu-ibu pun tak mau kalah, dari yang berseragam hingga yang mengenakan sarung semua berkumpul di sini. 

Menyaksikan dari ketinggian terasa semakin seru saat mendengar banyak cerita menarik, salah satu cerita yang saya ingat yakni seorang perempuan paruh baya yang rela menutup warung dagangannya hanya untuk menyaksikan pertandingan. Belum sempat menanyakan lebih detail, perhatian saya sudah teralihkan oleh perempuan berbaju biru yang baru datang kemudian langsung menaiki mobil polisi yang berada persis di depan kami sembari berkata, “Ternyata nonton dari sini jelas ya!” Katanya sambil tersenyum. 

Sepanjang jalannya pertandingan masyarakat yg ingin menonton terus berdatangan. Meskipun layar kaca menayangkan lebih detail jalannya pertandingan, tetap saja mendengar sorak sorai  jalannya turnamen secara langsung rasanya akan  selalu  lebih seru. Meskipun saya pribadi tidak mengerti dunia otomotif, setidaknya pengalaman menyenangkan ini bisa menjadi sebuah kisah yang bisa diceritakan, kami sebagai tuan rumah pernah menyaksikan balapan yang dibicarakan dunia internasional dengan cara tersendiri. 

Gagal menyaksikan pertandingan Final IATC 

Pemandangan nonton final/Nirma Sulpiani

Belum lengkap rasanya, jika hanya menyaksikan uji coba pertandingan. Minggu 14 November, kami kembali mendatangi Mandalika untuk menyaksikan laga final IATC. Kali ini kami sengaja berangkat lebih lebih pagi, tujuannya agar mendapat atrran lebih awal untuk menyaksikan dari tribun secara gratis. 

Namun sayang, tak jauh berbeda dari kemarin tetap saja kali ini kami kalah cepat dengan yang lain, sesampainya di Masjid Nurul bilad antrian panjang telah menunggu, halaman masjid yang begitu luas sudah dipadati oleh kendaraan roda dua dan roda empat, melihat kondisi ini kami kemudian mengurungkan niat menyaksikan dari tribun, sebab pertandingan akan dimulai beberapa jam lagi.

Berbeda dari sebelumnya, pengamanan lalu lintas kali ini lebih diperketat, tidak ada lagi masyarakat yang menonton menggunakan truk seperti sebelumnya dan masyarakat yang datang lebih ramai, saat melihat bukit tempat kami menyaksikan uji coba pertandingan kemarin, bukit tersebut sudah dipadati oleh pengunjung yang ingin menyaksikan final IATC. 

Meskipun demikian perjalanan kami mencari lokasi untuk menyaksikan pertandingan terus berlanjut, sampai akhirnya kami memilih sebuah dataran yang cukup tinggi, dari sini lintasan sirkuit juga terlihat jelas dan yang membedakan dari bukit kemarin ialah, jika di bukit kemarin kami hanya dapat melihat satu tikungan, di tempat kami kali ini kami dapat melihat tiga tikungan sekaligus. 

Bersama puluhan penonton lain kami menunggu jalannya pertandingan, informasi yang kami dapat pertandingan tadinya akan dilangsungkan di mulai pukul 14.00 WITA namun ditunda sampai pukul 16.00 WITA. Hal ini tentu bukan masalah bagi kami, kami tetap semangat untuk menyaksikan pertandingan.

Sampai akhirnya sekitar pukul 16.30 WITA kami mendapat informasi bahwa pertandingan final IATC diundur karena Marshal dinilai belum siap dan kembali dijadwalkan pada tanggal 19-21 November bersamaan dengan diselenggarakannya  World Superbike. 


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu
!

The post Menyaksikan Idemitsu Asia Talent Cup dari Atas Bukit appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menyaksikan-idemitsu-asia-talent-cup-dari-atas-bukit/feed/ 0 31691
Sepenggal Kisah di Balik Pembangunan Sirkuit Mandalika https://telusuri.id/melihat-pembangunan-sirkuit-mandalika-lebih-dekat/ https://telusuri.id/melihat-pembangunan-sirkuit-mandalika-lebih-dekat/#respond Wed, 01 Dec 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=31015 Debu mengikuti roda belakang motor kami saat memasuki Dusun Ujung, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Para pekerja terlihat sedang mengoperasikan alat berat. Kendaraan kami terus bergerak lambat, beberapa kali kami harus berhenti sejenak saat...

The post Sepenggal Kisah di Balik Pembangunan Sirkuit Mandalika appeared first on TelusuRI.

]]>
Debu mengikuti roda belakang motor kami saat memasuki Dusun Ujung, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Para pekerja terlihat sedang mengoperasikan alat berat. Kendaraan kami terus bergerak lambat, beberapa kali kami harus berhenti sejenak saat berpapasan dengan truk dan kendaraan besar lain karena sempitnya jalan yang kami lalui ini. Di beberapa titik aspalnya sudah tidak terlihat karena tertutupi oleh tanah yang jatuh dari truk-truk pembawa material.

Tujuan perjalanan kami pada Minggu, 5 September lalu adalah untuk melihat pembangunan Sirkuit  Mandalika lebih dekat. Tapi sebelum ke sana saya dan teman perjalanan saya akan mengunjungi seseorang yang tinggal di Dusun Ebunut terlebih dulu. Dusun Ebunut merupakan satu-satunya dusun yang berada di sekitar areal sirkuit, dusun ini masih dihuni oleh warga. Sepanjang perjalanan ia bercerita tentang pengalamannya selama mengikuti proses pembangunan sirkuit dan cerita-cerita menarik yang ia temui selama liputan.

Terowongan
Terowongan/Nirma Sulpiani

Obrolan kami berhenti sejenak saat melihat kepulan debu dari roda belakang truk ketika akan memasuki terowongan (tunnel) sirkuit. Kami menghentikan perjalanan, merapatkan masker, menutup kaca helm guna menghindari debu tersebut, barulah kemudian melanjutkan perjalanan. Setelah melewati dua terowongan, kami kemudian mengikuti jalan hitam beraspal, dan dari titik ini lintasan sirkuit terlihat dengan jelas sebab posisi kami saat ini hanya berjarak sekitar satu meter dengan pagar besi berwarna hijau yang mengelilingi sirkuit. 

Proses pembangunan tidak hanya berlangsung di dalam area lintasan sirkuit, di luar lintasan sirkuit pembangunan juga tetap berjalan, beberapa mesin besar berwarna oranye terlihat sedang  beroperasi, ada pula yang terparkir, tak jauh dari tempat mesin besar itu terparkir terlihat warung beratapkan terpal dengan beberapa makanan ringan tergantung di depannya.

Pembangunan di luar sirkuit
Pembangunan di luar sirkuit/Nirma Sulpiani

Kami terus bergerak pelan hingga jalan hitam beraspal pun tak terlihat, kami sudah memasuki Dusun Ebunut. Perjalanan  yang cukup jauh ditemani dengan panasnya terik matahari siang itu membuat kami merasakan dahaga, sebelum melanjutkan perjalanan kami singgah sejenak di sebuah warung untuk membeli air.

Senyum ramah pemilik warung menyambut kami. Ia pun bertanya, “Mau ke pantai ya? Sekarang sudah banyak yang berubah, jadi wajar kalau salah jalan,” katanya. Mendengar pertanyaan tersebut, kami tersenyum dan memberitahunya bahwa kami hendak menemui seseorang di Dusun Ebunut.

Perjalanan kami terus berlanjut, hingga motor kami berhenti di tengah lahan yang ditumbuhi rumput liar dengan tinggi hampir selutut. 

Berjalan dari tempat parkir, kami menghampiri dua perempuan yang sedang beristirahat di bawah pohon asam yang duduk beralaskan tikar yang terbuat dari anyaman daun pandan. Teman saya tentu cukup akrab dengan mereka, sebab ia sudah beberapa kali bertemu dan mengobrol bersama jika ia berkunjung ke dusun Ebunut. 

Yamin dan anaknya Desi, belum sempat bertanya kami sudah diberitahu, bahwa sang suami amaq (bapak) Kangkung atau akrab disapa amaq Bengkok masih pergi melaut. Ia kemudian mengajak kami duduk dan mengobrol bersama,

“Di dalam (rumah) panas, kita duduk di sini saja lebih enak,” kata Yamin. 

Ajakan Yamin terasa sangat tepat karena pemandangan yang kami jumpai saat duduk di sana terasa mengesankan, sebab posisi kami hanya berjarak beberapa meter saja dari lintasan sirkuit, tak hanya itu dari sini terlihat bukit yang berada di tengah lintasan dan bertuliskan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC). ITDC merupakan pengembang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Jika nanti perhelatan MotoGP telah digelar, rasanya tempat kami duduk saat ini merupakan salah satu lokasi yang strategis untuk menyaksikan kejuaran dunia ini.

Yamin dan Desi banyak bercerita tentang pengalamannya yang tinggal di dekat lintasan sirkuit siang itu, salah satu yang paling saya ingat, yaitu cerita Yamin memberanikan dirinya mengendarai motor untuk mengantar anaknya pergi ke sekolah. 

“Sampai sekarang sebenarnya masih takut, kalau berpapasan dengan truk saya harus berhenti dulu,” kata Yamin sambil tersenyum. Cukup lama mengobrol tak terasa hari sudah sore, meskipun belum sempat bertemu dengan amaq Bengkok, berbagi cerita dengan Yamin dan Desi rasanya sudah lebih dari cukup, kami pun pamit berharap di lain kesempatan bisa bertemu kembali.

Service Road
Service road/Nirma Sulpiani

Tujuan utama dari perjalanan kami hari hari itu pun dimulai. Jalan yang kami lalui saat pulang berbeda dengan yang kami lewati ketika datang ke Dusun Ebunut. Ketika pulang kami melewati  service road. Service road merupakan sebuah jalan pendukung yang ada di lingkaran dan lingkaran luar Main Track Lane. Service road digunakan untuk jalur evakuasi ketika ada insiden kecelakaan. 

Ketika berpapasan dengan pekerja yang ada di service road, salah satu dari mereka ada yang mengangkat tangan sambil tersenyum dan berteriak, “Halo guys!” Rasanya wajar saja, sebab saat mulai melintasi service road saya selalu mendokumentasikan perjalanan menggunakan ponsel.

Sebelum meninggalkan sirkuit mandalika, kami berhenti sejenak untuk melihat dengan dekat Main Track Lane, mengambil beberapa gambar dan video untuk dokumentasi kami sebelum pembangunan sirkuit selesai.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu

The post Sepenggal Kisah di Balik Pembangunan Sirkuit Mandalika appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/melihat-pembangunan-sirkuit-mandalika-lebih-dekat/feed/ 0 31015