musik Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/musik/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Thu, 29 Jun 2023 08:25:54 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 musik Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/musik/ 32 32 135956295 Jejak Lokananta yang Menyimpan Hampir 40.000 Piringan Hitam Musik https://telusuri.id/jejak-lokananta-yang-menyimpan-hampir-40-000-piringan-hitam-musik/ https://telusuri.id/jejak-lokananta-yang-menyimpan-hampir-40-000-piringan-hitam-musik/#respond Sat, 24 Jun 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=39061 Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akhirnya merevitalisasi dan mengembangkan aset Lokananta, yang berada  di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Lokananta, yang sempat terkenal sebagai perusahaan piringan hitam dan salah satu perusahaan rekaman terdepan di Indonesia...

The post Jejak Lokananta yang Menyimpan Hampir 40.000 Piringan Hitam Musik appeared first on TelusuRI.

]]>
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akhirnya merevitalisasi dan mengembangkan aset Lokananta, yang berada  di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Lokananta, yang sempat terkenal sebagai perusahaan piringan hitam dan salah satu perusahaan rekaman terdepan di Indonesia ini kini menjadi ruang kreativitas bagi para musisi, seniman, hingga UMKM. Dengan revitalisasi, Lokananta kini memiliki lima pilar bisnis utama, yakni museum, studio rekaman, arena pertunjukan, area kuliner, dan galeri UMKM. 

Revitalisasi menjadi langkah tepat. Bagaimanapun, Lokananta merupakan salah satu aset berharga. Tempat ini menyimpan puluhan ribu piringan hitam musik nasional dari berbagai genre. Termasuk ribuan master rekaman yang memang perlu perawatan dan pelestarian.

Jejak Lokananta yang Menyimpan Hampir 40.000 Piringan Hitam Musik
Mesin pembuat master rekaman yang tersimpan di museum mini Lokananta/Djoko Subinarto

Melihat Lokananta

Bagi saya pribadi, Lokananta bukan nama yang asing. Sejak kecil,  saya sudah akrab dengan perusahaan rekaman ini dari koleksi album-album keroncong dan karawitan Jawa milik ayah saya. Meski demikian, baru pada Juli tahun  2010 lampau, saya memiliki kesempatan melihat langsung Lokananta. Saya terdorong rasa penasaran ingin mengetahui hal ihwal perusahaan rekaman ini.

Tatkala memasuki halaman depan kompleks gedung Lokananta yang berada di Jalan Jenderal Achmad Yani 379, Surakarta, Jawa Tengah, 13 tahun yang silam, saya seolah memasuki sebuah kompleks gedung mati yang tidak berpenghuni. Suasana tampak lengang, hampir tidak terlihat aktivitas apa pun. 

“Ya, beginilah keadaan Lokananta saat ini. Ibaratnya hidup segan, mati tak mampu,” guyon Titik Sugiyanti, staf humas Lokananta yang menyambut kedatangan saya, di salah satu sudut di ruang belakang Gedung Lokananta, kala itu.

Titik kemudian menceritakan sekilas sejarah Lokananta. Inti ceritanya yaitu R Maladi, beserta beberapa rekan seperjuangannya, berinisiatif dengan swadaya mendirikan pabrik piringan hitam pada tahun 1950-an dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan siaran radio, khususnya Radio Republik Indonesia (RRI).

Menurut Titik, fungsi utama Lokananta di masa itu adalah memproduksi dan menggandakan piringan hitam untuk keperluan bahan-bahan siaran bagi 27 stasiun RRI di seluruh Indonesia.

Jejak Lokananta yang Menyimpan Hampir 40.000 Piringan Hitam Musik
Sebagian koleksi piringan hitam Lokananta/Djoko Subinarto

Seperangkat Gamelan

Nama Lokananta sendiri berasal dari cerita dalam khazanah pewayangan yang merujuk kepada nama seperangkat gamelan dari Suralaya, yaitu istana dewa-dewa di khayangan. Menurut legenda, konon, perangkat gamelan ini dapat berbunyi sendiri tanpa ditabuh.

Saat peresmian oleh Menteri Penerangan RI, Soedibjo, tanggal 29 Oktober 1956, Lokananta berstatus sebagai jawatan. Empat tahun kemudian, status Lokananta berubah menjadi perusahaan negara berdasarkan PP No 215 Tahun 1960. Tujuan perubahan agar cakupan kerja Lokananta tidak hanya melayani kebutuhan bahan siaran RRI, tetapi juga mengemban misi menggali, membina, melestarikan, serta menyebarluaskan kesenian dan kebudayaan nasional.

Karenanya, Lokananta kemudian memperluas fungsinya dengan menjadi studio rekaman. Rekaman pertama hasil produksi Lokananta adalah album gendhing Jawa dan keroncong.

“Sebagian besar album rekaman Lokananta di masa-masa awal adalah gendhing Jawa dan keroncong,” papar Titik.

Pada perkembangan selanjutnya, genre musik di luar gendhing dan keroncong mulai ikut direkam di Lokananta, termasuk lagu-lagu daerah dari seluruh Indonesia dan musik jazz. Musisi jazz Bubi Chen pernah merekam albumnya di sini.

“Empat album pertama Bubi Chen direkam di Lokananta,” jelas Titik.

Lahirnya era kaset di awal tahun 1970-an dan mulai menjamurnya perusahaan-perusahaan rekaman komersial di Indonesia rupanya mempengaruhi putaran roda bisnis Lokananta. Akibatnya, tahun 1972, Lokananta memutuskan untuk berhenti memproduksi piringan hitam.

Agar mampu bersaing dengan industri rekaman komersial, status Lokananta lantas berubah menjadi BUMN Departemen Penerangan berdasarkan Keputusan Presiden No 13 Tahun 1983. Dengan status tersebut, Lokananta mendapat kepercayaan sebagai pusat penggandaan video bersama dengan TVRI dan PPFN.

Pembubaran Departemen Penerangan pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) membuat nasib Lokananta semakin tidak menentu. Dalam masa transisi dan di ambang kolaps, atas perjuangan mantan Dirjen PPG Deppen, Subrata, pada tahun 2004, status Lokananta berganti. Lokananta menjadi cabang dari Perum Percetakan Negara RI (PNRI) dan berada di bawah Kementerian BUMN. Cakupan tugasnya sebagai salah satu pusat multimedia, rekaman (kaset dan CD), remastering, dan pengembangan percetakan serta jasa grafika. 

Jejak Lokananta yang Menyimpan Hampir 40.000 Piringan Hitam Musik
CD musik produksi Lokananta/Djoko Subinarto

Jejak Musik

Sebagai studio rekaman pertama di Indonesia sudah barang tentu Lokananta mempunyai aneka master rekaman penting terkait dengan jejak perkembangan musik di Indonesia. Lokananta, misalnya, masih menyimpan master asli lagu “Indonesia Raya” versi tiga stanza. Kemudian “Terang Bulan”—yang mirip dengan lagu kebangsaan Malaysia “Negaraku”—serta “Rasa Sayange”—yang pernah digunakan untuk promosi pariwisata Malaysia dan memicu kontroversi.

Terkait lagu “Terang Bulan”, lagu ini diproduksi tahun 1956 oleh RRI Jakarta dan kemudian diperbanyak oleh Lokananta pada tahun 1965. Sedangkan lagu “Rasa Sayange” diproduksi tahun 1962 untuk keperluan suvenir Asian Games IV di Jakarta.

Di samping menyimpan master rekaman musik berbagai genre, wayang, ketoprak dan dagelan, Lokananta juga menyimpan master rekaman pidato-pidato penting Bung Karno, seperti pidato Bung Karno pada saat pembukaan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.  

Saat berkunjung ke Lokananta pada tahun 2010 itu, saya berkesempatan pula bersua dengan Bemby Ananto. Saat itu, ia menjabat sebagai penanggungjawab bagian remastering Lokananta. Di meja kerjanya, saya melihat beberapa piringan hitam lawas yang isinya sedang melalui proses alih digital. Bemby menyampaikan bahwa Lokananta menyimpan sedikitnya 5.000 master rekaman dalam bentuk tape reel. Di samping berbagai master rekaman, tambah Bemby, Lokananta mengoleksi pula hampir 40.000 piringan hitam musik.

Jejak Lokananta yang Menyimpan Hampir 40.000 Piringan Hitam Musik
Bemby Ananto menunjukkan sejumlah master rekaman yang tersimpan di Lokananta/Djoko Subinarto

Museum rekaman

Di luar koleksi master rekaman dan piringan hitam, Lokananta juga mengoleksi aneka peralatan rekaman dari berbagai masa dari mulai master recorder, mikrofon, alat pengganda kaset, gramofon hingga bahan pembuat piringan hitam. 

Baik Titik maupun Bemby waktu itu sepakat, bahwa Lokananta berpotensi besar menjadi sebuah museum rekaman dan perpustakaan musik nasional. Lokananta telah berkontribusi penting dalam kancah industri rekaman di Indonesia. Termasuk di dalamnya berbagai koleksi master rekaman, piringan hitam serta berbagai peralatan rekaman dari masa ke masa yang dimiliki.

Kini, potensi besar tersebut tampaknya telah mulai terwujud. Revitalisasi meneguhkan peran Lokananta sebagai sentra kreativitas bagi para musisi, seniman, hingga UMKM, dengan lima pilar bisnis utamanya.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Jejak Lokananta yang Menyimpan Hampir 40.000 Piringan Hitam Musik appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/jejak-lokananta-yang-menyimpan-hampir-40-000-piringan-hitam-musik/feed/ 0 39061
Lagu Perjalanan ala Endah N Rhesa https://telusuri.id/lagu-perjalanan-endah-n-rhesa/ https://telusuri.id/lagu-perjalanan-endah-n-rhesa/#respond Fri, 11 Dec 2020 03:51:50 +0000 https://telusuri.id/?p=25792 Musik dan perjalanan, seperti mata uang logam yang saling melengkapi. Sunyi, mungkin begitu rasanya jika perjalanan tidak diiringi oleh alunan musik yang mengisi kekosongan waktu saat belasan jam harus duduk di kereta atau sekedar berbincang...

The post Lagu Perjalanan ala Endah N Rhesa appeared first on TelusuRI.

]]>
Musik dan perjalanan, seperti mata uang logam yang saling melengkapi. Sunyi, mungkin begitu rasanya jika perjalanan tidak diiringi oleh alunan musik yang mengisi kekosongan waktu saat belasan jam harus duduk di kereta atau sekedar berbincang dengan kawan sembari menunggu matahari tenggelam. Berhubung beberapa waktu lalu TelusuRI telah menggelar #NgobrolBareng Endah N Rhesa, kali ini kita akan menggali koleksi lagu mereka yang bertemakan perjalanan. Kalau kamu masih #dirumahaja, lagu-lagu ini juga seru kok didengerin sambil baca buku perjalanan.

  1. Liburan Indie

Lagu ini berkisah tentang konsep liburan santai sambil menikmati hiburan rumahan. Diiringi genjrengan gitar, lirik lagu ini menyebutkan beberapa penyanyi dan grup musik kenamaan Indonesia, seperti Barry Likumahuwa, Mocca, dan Sir Dandy. Pas banget buat jadi temen liburan #dirumahaja ala kamu.

  1. Long-Lost Friend

Tidak jauh dari karakteristik Endah N Rhesa yang liriknya selalu bercerita, lagu ini mengangkat kisah perjalanan bersama kawan. Long-Lost Friend dibuat setelah mereka mengadakan tur sepeda ke tujuh kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Liriknya pendek, namun menggambarkan tentang pengalaman di tempat-tempat yang dikunjungi, salah satunya di Sidoarjo.

  1. Take Me Home

Lagu ini menjadi bagian dari album pertama Endah N Rhesa bertajuk Nowhere to go yang rilis di tahun 2005. Take Me Home bercerita tentang keinginan untuk pulang, ah, pasti sobat rantau mengerti gimana rasanya rindu, ingin pulang ke rumah dan bertemu keluarga. Namun makna “pulang” dalam lagu ini bisa diartikan tidak hanya pulang ke rumah, tapi juga bisa berarti kembali ke sebuah situasi atau keadaan yang sekiranya lebih baik dari saat ini.

  1. Menua Bersama

Lagu ini berkisah tentang perjalanan hidup bersama pasangan, saling menemani hingga hari tua. Romantis namun realistis, menceritakan bagaimana perjalanan hidup bersama mengarungi segala kesulitan dan drama hidup. Nah lagu ini cocok buat kamu yang sudah berpasangan, kala dilanda kesulitan, ingat bahwa semua bisa dilalui bersama. Seperti liriknya ini;

Kau dan aku tak surut waktu/ Merajut drama hidup sampai kita tua nanti/ Perbedaan takkan habis/ Aku Bahagia jalani berdua denganmu/ Kuingin menua bersama//

  1.   Ssslow

Alunan irama yang blues dan santai seolah menggambarkan masa-masa pandemi di mana semua hal bergerak perlahan. Faktanya lagu ini memang baru dibuat dan dirilis sekitar Ramadhan pertengahan tahun 2020 ini. Lagu ini rasa-rasanya pas buat diputar sembari mengingat masa-masa kemacetan saat perjalanan pulang kantor. Eh, cocok lho buat menemani perjalanan kamu sembari melepas kepenatan bagi sobat-sobat yang masih harus mondar-mandir work from office.

  1. Kou Kou the Fisherman

Jika mendengar lagu ini seakan menonton film animasi tentang cerita seorang nelayan yang sedang berlagu. Terutama liriknya;

The time is running I said to myself, “fish or cut bait, Kou?”/ But then there’s something big, swimming towards my boat/ Life is tough, yes it’s tough, but don’t give up/ Life is good, yes it’s good, I’ve got food//

Bagi kalian yang sudah rindu pantai, lagu Kou Kou the Fisherman seperti membawa kita liburan ke pesisir. Selain Kou Kou the Fisherman lagu yang mungkin bisa mengurangi sedikit kerinduan anak kota terhadap pantai adalah lagu yang berikutnya.

  1.   Seluas Harapan

Ya, selain menggunakan metafora pantai di liriknya, serta alunan gitar blues khas Endah N Rhesa, perjalanan di lagu ini diartikan sebagai perjalanan hubungan dua orang dan harapan yang besar terhadap hubungan tersebut agar tetap berjalan langgeng.

  1.   Pulang ke Pamulang

Lagu ini adalah lagu terbaru dari Endah N Rhesa yang rilis di awal Oktober kemarin ini. Mengisahkan tentang perjalanan pulang ke kampung halaman mereka di Tangerang Selatan dan bagaimana Endah N Rhesa mengajak kita untuk mengartikan “pulang”. Pada sesi #NgobrolBareng dengan TelusuRI minggu lalu, Endah N Rhesa bercerita lebih dalam lagi tentang arti dan cerita di balik lagu Pulang ke Pamulang. Simak ceritanya di sini.

  1. Hello, Love is in Town

Lagu ini bercerita tentang perjalanan ke rumah di kereta. Liriknya yang sederhana, mengajak kita untuk mengingat kembali saat-saat kereta akan lepas landas dari stasiun keberangkatan, menuju stasiun tujuan.

Nah itu dia lagu bertema perjalanan ala Endah N Rhesa. Dan, ngomong-ngomong soal musik dan perjalanan, lagu apa sih yang sering kalian putar ketika sedang dalam perjalanan jauh?

The post Lagu Perjalanan ala Endah N Rhesa appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/lagu-perjalanan-endah-n-rhesa/feed/ 0 25792
Rutin Diselenggarakan, Inilah 8 Festival Jazz Seru di Indonesia https://telusuri.id/8-festival-jazz-di-indonesia/ https://telusuri.id/8-festival-jazz-di-indonesia/#respond Sun, 30 Sep 2018 09:00:48 +0000 http://telusuri.id/?p=3691 Stigma “mahal” dan “elit” yang melekat pada musik jazz perlahan meluntur sejak festival-festival jazz mulai bermunculan di Indonesia. Jazz pun makin merakyat karena festival jazz nggak hanya rutin diadakan di Jakarta, tapi juga di berbagai...

The post Rutin Diselenggarakan, Inilah 8 Festival Jazz Seru di Indonesia appeared first on TelusuRI.

]]>
Stigma “mahal” dan “elit” yang melekat pada musik jazz perlahan meluntur sejak festival-festival jazz mulai bermunculan di Indonesia. Jazz pun makin merakyat karena festival jazz nggak hanya rutin diadakan di Jakarta, tapi juga di berbagai daerah di Indonesia. Masa, sih? Nggak percaya? Coba deh baca 8 festival jazz di Indonesia yang rutin diadakan tiap tahun ini:

1. Festival Jazz Goes to Campus (JGTC), FEB UI Depok

festival jazz

The 40th JGTC via surveymonkey.com

Disingkat populer sebagai JGTC, ini adalah festival jazz tertua di Indonesia. Umurnya cuma lebih muda beberapa tahun dibanding North Sea Jazz Festival yang legendaris. JGTC dicetuskan oleh Candra Darusman, musisi legendaris pentolan grup musik Karimata, pada akhir dekade 70-an. Ia ingin memasyarakatkan jazz dengan cara membawanya ke kampus.

Festival yang semula diselenggarakan secara sederhana di Taman MIPA Kampus UI Salemba, Jakarta, itu kemudian rutin diadakan. Tahun 2017 (26 November) ini adalah gelaran ke-40! Bubi Chen, Elfa Secioria, Ireng Maulana, Jack Lesmana, Riza Arshad ada dalam daftar musisi legendaris Indonesia yang pernah diundang. Dari luar negeri, Dave Koz, Sondre Lerche, dan Lenka juga pernah tampil di JGTC.

2. Economics Jazz, UGM Yogyakarta

festival jazz

UGM Economics Jazz via twitter.com/economicsjazz

Festival jazz kampus ini sudah diselenggarakan sejak lama, yakni 1987. Dibanding festival jazz lain, line-up musisi Economics Jazz mungkin nggak terlalu banyak. Tapi, setiap kali diadakan, nama-nama yang dihadirkan Economics Jazz bikin calon penonton pengen buru-buru buat cari tiket.

Patti Austin, David Benoit, Peabo Bryson, dan Casiopea adalah nama-nama yang pernah muncul di line-up Economics Jazz. Dari dalam negeri, Raisa dan Isyana Saraswati pernah membuai para penonton dengan alunan suara mereka yang aduhai.

3. Jakarta International Java Jazz, Jakarta

festival jazz

Festival Java Jazz via twitter.com/javajazzfest

Java Jazz benar-benar mengamalkan ungkapan Jawa, “Ono rego ono rupo” atau “Ada harga ada rupa.” Meskipun tiketnya lumayan mahal (apalagi buat anak kuliahan), Jakarta International Java Jazz benar-benar memanjakan penonton dengan menghadirkan musisi-musisi kelas wahid; Java Jazz nggak pernah kekurangan penonton. Makanya nggak salah kalau ada yang mengklaim bahwa Java Jazz adalah festival jazz terbesar di belahan bumi selatan.

Diadakan sejak 2005, daftar musisi dunia yang pernah tampil di Java Jazz terus bertambah. Earth, Wind & Fire, Incognito, George Duke, Dave Koz, David Benoit, Daniel Sahuleka, Fourplay, George Benson, Herbie Hancock, Jamie Cullum, Lee Ritenour, Lisa Ono, Patti Austin, Santana, dan Stevie Wonder adalah nama-nama tenar yang pernah manggung di Java Jazz.

4. Ngayogjazz, Yogyakarta

festival jazz

“Banner” Ngayogjazz 2017 via twitter.com/ngayogjazz

Dua tahun setelah Java Jazz diadakan pertama kali, tahun 2007 para seniman dan komunitas jazz Yogyakarta bikin festival jazz dengan konsep yang berbeda: Ngayogjazz. Digratiskan, Ngayogjazz benar-benar menurunkan musik jazz ke akar rumput.

Meskipun gratis, Ngayogjazz menghadirkan sebuah gelaran yang istimewa. Tiap tahun festival ini diadakan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain seantero DI Yogyakarta. Seringnya, Ngayogjazz diadakan di desa wisata. Musisi-musisi terkenal tanah air yang rutin mampir menghibur penonton Ngayogjazz antara lain Syaharani, Idang Rasjidi, Glenn Fredly, dan Trie Utami, ditambah sederet musisi lain yang berpengaruh di industri musik Indonesia.

5. Jazz Gunung, Probolinggo

festival jazz

Jazz Gunung via twitter.com/jazzgunung

Festival jazz ini adalah “adiknya” Ngayogjazz, sebab satu di antara penggagasnya adalah Djaduk Ferianto (bersama Sigit Pramono dan Butet Kertaradjasa) yang juga salah satu pencetus Ngayogjazz. Jazz Gunung yang rutin diadakan di Kecamatan Sukapura, Probolinggo, mulai mewarnai dunia jazz Indonesia tahun 2009.

Tapi siapkan pakaian penghangat badan. Sesuai namanya, Jazz Gunung memang diadakan di gunung, di sebuah panggung terbuka di Dataran Tinggi Tengger. Tahun ini, Agustus kemarin, musisi yang tampil antara lain Dewa Budjana Zentuary, Sri Hanuraga feat. Dira Sugandi, Monita Tahalea, Glenn Fredly, dan Indra Lesmana Keytar Trio.

6. North Sumatra Jazz Festival, Medan

festival jazz

North Sumatra Jazz Festival via trijayafmplg.net

Demam jazz ternyata nggak cuma melanda Pulau Jawa. Pulau tetangga, yakni Sumatera, juga kena virus serupa. Buktinya, sejak 2011 North Sumatra Jazz Festival sudah rutin hadir di Ibukota Sumatera Utara, Medan.

North Sumatra Jazz Festival sudah pernah mengundang musisi-musisi tenar seperti Donny Suhendra, Krakatau Reunion, Balawan, Iwang Noorsaid, dan Rieka Roslan. Selain menghadirkan musisi-musisi yang sudah ternama, North Sumatra Jazz Festival juga memberi ruang buat komunitas, musisi-musisi jazz lokal, dan bibit-bibit muda “pewaris jazz” Medan.

7. Makassar Jazz Festival, Makassar

festival jazz

Makassar Jazz Festival via twitter.com/makassarjazz

Sampai tahun 2017, Makassar Jazz Festival sudah diadakan sebanyak delapan kali. Umurnya yang lumayan tua tentu saja membuat Makassar Jazz Festival jadi salah satu acara yang ditunggu-tunggu publik Makassar dan sekitarnya.

Uniknya, festival ini diadakan di Fort Rotterdam, benteng bersejarah di Makassar. Jadi, sekali menyelam, dua-tiga pulau terlampaui; sambil nonton jazz, kamu bisa sekalian wisata sejarah. Tahun 2017 ini, Makassar Jazz Festival menghadirkan Java Jive, Idang Rasjidi Syndicate feat. Marcelia Lesar, Equinox feat. Balawan, dan lain-lain.

8. Jazz Atas Awan, Dataran Tinggi Dieng

festival jazz

Poster Jazz Atas Awan via bicaramusik.id

Sebagai bagian dari Dieng Culture Festival, Jazz Atas Awan diadakan sejak tahun 2013. Venue-nya lumayan unik, yaitu di sekitar Kompleks Candi Arjuna di Dataran Tinggi Dieng. Diadakan di ketinggian, jangan lupa buat bawa pakaian penghangat biar nggak… kedinginan. (Ada yang menggelari Jazz Atas Awan sebagai Jazz Kemul Sarung.)

Tapi, karena Jazz Atas Awan adalah bagian dari Dieng Culture Festival, acara ini sepertinya sengaja dibuat nggak jazz-jazz banget. Tujuannya supaya semua kalangan bisa menikmatinya, nggak cuma sekadar penggemar jazz. Musisi tenar tanah air yang pernah tampil antara lain Sujiwo Tejo dan Anji.

Mau ke festival jazz yang mana dulu, nih?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Rutin Diselenggarakan, Inilah 8 Festival Jazz Seru di Indonesia appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/8-festival-jazz-di-indonesia/feed/ 0 3691
Traveling sambil Bawa 3 Alat Musik Berikut, Perjalananmu Bakal Lebih Seru! https://telusuri.id/alat-musik-untuk-dibawa-saat-traveling/ https://telusuri.id/alat-musik-untuk-dibawa-saat-traveling/#respond Sat, 01 Sep 2018 09:00:47 +0000 https://telusuri.id/?p=10419 “Buat apa bawa alat musik? ‘Kan sudah ada ponsel pintar?” Jangan salah. Sensasi antara dengerin musik dengan main musik itu beda, Sob—apalagi kalau barengan. Selain seru, ngejam bareng pas traveling bakal bikin kamu lebih kenal...

The post Traveling sambil Bawa 3 Alat Musik Berikut, Perjalananmu Bakal Lebih Seru! appeared first on TelusuRI.

]]>
“Buat apa bawa alat musik? ‘Kan sudah ada ponsel pintar?” Jangan salah. Sensasi antara dengerin musik dengan main musik itu beda, Sob—apalagi kalau barengan. Selain seru, ngejam bareng pas traveling bakal bikin kamu lebih kenal sama kawan seperjalananmu.

Nah, ini ada beberapa alternatif alat musik untuk dibawa saat traveling:

1. Ukulele

alat musik untuk dibawa saat traveling

Memainkan ukulelel di pinggir pantai via pexels.com/Porapak Apichodilok

Konon alat musik bersenar empat adaptasi dari machete ini dibawa oleh para pelaut Portugis ke Hawaii. Makanya ukulele identik dengan pantai. Kalau nggak percaya, coba deh dengerin musik-musik ukulele Hawaiian. Coba pejamkan mata. Pasti kamu bisa bayangin ombak yang menghempas ke pantai.

Biasanya, sesedih apa pun lagu yang kamu nyanyikan, kalau diiringi petikan ukulele pasti bakal terasa lebih ceria. Lumayan ‘kan: dari sedih berubah jadi… getir.

2. Harmonika

alat musik untuk dibawa saat traveling

Sebuah harmonika Hohner via pixabay.com/fantareis

Selain ukulele masih ada lagi pilihan alat musik untuk dibawa saat traveling: harmonika. Dibanding ukulele, harmonika jauh lebih ringkas. Harganya juga jauh lebih murah dan bisa dengan mudah kamu temukan di toko alat musik dan olahraga. Alat musik ini bisa kamu taruh di saku atau kamu jadikan gantungan kunci.

Belajarnya juga nggak susah. Serunya, harmonika bisa kamu mainkan solo tanpa iringan petikan gitar atau ukulele. Kamu bisa duduk-duduk, entah di gunung, di pantai, atau alun-alun kota, dan meniup harmonika sambil menikmati suasana—dan mensyukuri nasib.

3. Kazoo

alat musik untuk dibawa saat traveling

Sebuah kazoo via pixabay.com/fill

Alat musik membranofon yang satu ini gampang banget dimainkan. Kamu cuma perlu bersenandung, atau berdehem, dan membrannya akan bergetar dan menghasilkan bunyi. (Tapi kalau kamu “buta nada” tetap saja bakal fals.) Nggak perlu pake buka-tutup lubang kayak rekorder atau flute.

Kazoo ini pas banget buat nemenin ukulele. Jadi ntar ukulelenya ngasih rythm dan kazoo yang akan jadi melodi. Tapi siap-siap ketawa pas dengerin orang lagi main kazoo, karena bunyinya lucu banget. Suaranya kayak terompet, tapi lebih cempreng.

Nah, itulah tiga pilihan alat musik untuk dibawa saat traveling. Semoga perjalananmu menyenangkan!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Traveling sambil Bawa 3 Alat Musik Berikut, Perjalananmu Bakal Lebih Seru! appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/alat-musik-untuk-dibawa-saat-traveling/feed/ 0 10419
9 Video Klip yang Memamerkan Pesona Indonesia https://telusuri.id/9-video-klip-yang-mengangkat-pesona-indonesia/ https://telusuri.id/9-video-klip-yang-mengangkat-pesona-indonesia/#comments Sun, 04 Feb 2018 02:30:04 +0000 https://telusuri.id/?p=6324 Biasanya, kalau seseorang sudah terbiasa sama satu hal, dia nggak bakal menganggap hal itu istimewa. Termasuk soal keindahan Indonesia. Karena kamu tinggal di Indonesia, kadang kamu lupa sama pesona Indonesia. Kamu nggak sadar betapa kerennya...

The post 9 Video Klip yang Memamerkan Pesona Indonesia appeared first on TelusuRI.

]]>
Biasanya, kalau seseorang sudah terbiasa sama satu hal, dia nggak bakal menganggap hal itu istimewa. Termasuk soal keindahan Indonesia. Karena kamu tinggal di Indonesia, kadang kamu lupa sama pesona Indonesia. Kamu nggak sadar betapa kerennya alam Indonesia dan betapa beragamnya budaya yang ada. Nah, karena itu—mungkin—kamu perlu diingatkan. Nih, TelusuRI kasih 9 video klip musisi Indonesia yang bakal bikin kamu sadar lagi bahwa Indonesia itu memesona.

1.  “Konon Katanya”—Kunto Aji

Rasa-rasanya baru kemarin Kunto Aji mengguncang dunia persilatan dengan single “Terlalu Lama Sendiri.” Tahu-tahu, dia udah ngeluarin single baru aja buat album keduanya, yakni “Konon Katanya.”

Istimewanya, video klip ini mengangkat pesona Indonesia. Syutingnya dilakukan di Pulau Kakaban, salah satu pulau di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Video ini bakal ngajak kamu jalan kaki menelusuri pasir putih nan lembut, jernihnya laut di perairan Kakaban, dan serunya berenang sama ubur-ubur “kalem” yang nggak menyengat! Seru ‘kan?

2. “Definisi Bahagia”—Vidi Aldiano ft. Andi Rianto

Di video klip ini Vidi Aldiano nggak cuma mengangkat keindahan Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Sesuai dengan judul lagunya, penyanyi idola para wanita itu mengajak kita merenungkan defisini kebahagiaan dengan memperlihatkan kondisi dunia pendidikan (sekolah dasar) di pulau yang juga dijuluki Nusa Bunga itu.

Klip ini hanya mengekspos sedikit saja soal keindahan alam. Kamu bakal lebih banyak melihat montase-montase siswa SD yang tetap serius belajar di tengah segala keterbatasan.

3. “Hai”—Monita Tahalea

Pesona Indonesia yang diangkat Monita dalam video klip ini adalah Semarang, Jawa Tengah. Serunya, Monita menelusuri Semarang nggak dengan kendaraan bermotor, tapi dengan jalan kaki dan naik becak.

Lucunya lagi suasana video klipnya seperti orang sedang vlogging. Natural banget. Kalau kamu pernah ke Semarang beberapa waktu belakangan, jangan-jangan kamu malah nggak sengaja kerekam dalam video klip ini. Coba cek, deh!

4. “Satu Hari yang Cerah”—Budi Doremi

Penyanyi yang identik dengan guitalele (kīkū) ini lagi-lagi mengangkat pesona Indonesia dalam video klipnya. “Satu Hari yang Cerah” diambil di daerah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Kamu pasti ngiler melihat Budi Doremi berkeliaran di pantai-pantai pasir putih di Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo, dan naik kapal melewati pulau-pulau gersang buat menemui keturunan terakhir dinosaurus di Pulau Komodo.

5. “Indahnya Dunia”—Andien

Video klip Andien yang satu ini keren banget. Adegan pembukanya saja sudah dramatis: seorang nelayan duduk di ujung dermaga di Jailolo, Halmahera Barat, Maluku Utara.

Latar belakang videonya memang menonjolkan pesona Indonesia banget, tapi—ini nih yang nggak enak—bikin baper. Andien mengajak kita buat mengenang masa lampau untuk memaknai satu hal: penyesalan. Kalau baperan jangan nonton, deh. (Tapi rugi banget kalau nggak nonton!)

6. “The Road”—Dialog Dini Hari

Judulnya saja sudah sangar: “The Road” Mirip-mirip judul bukunya Jack Kerouac, “On the Road.” Kenyataannya, video klipnya memang sangar.

Dalam “The Road,” band asal Bali ini mengajak kita menikmati keindahan Bali, Lombok, Sumbawa, dan Flores, naik sepeda motor. Dalam video ini, empat orang naik motor melintasi empat pulau. Nggak tanggung-tanggung, jarak yang mereka tempuh sekitar 2.500 kilometer! Mirip-mirip perjalanannya Lostpacker gitu, deh.

7. “Kunci Hati”—Afgan

Salah satu musisi paling tenar di Kaskus ini (“Nawar jangan afgan, gan!”) mengangkat salah satu kota paling romantis di Indonesia, yaitu Yogyakarta. Kota ini memang sudah sering banget jadi inspirasi buat sebuah lagu atau video klip. KLA Project, Adhitia Sofyan, Jamphe Johnson, Nostress, adalah nama-nama tenar yang pernah bikin lagu tentang Yogyakarta.

Sutradara “Kunci Hati” mencoba menangkap suasana Yogyakarta, termasuk kehidupan sehari-hari para penduduknya. Seru banget!

8. “Mimpi”—Isyana Sarasvati

Isyana Sarasvati juga punya video klip yang mengangkat pesona Indonesia. Video klip lagu “Mimpi” di-shoot di tetangganya Bali, yakni Lombok.

Dalam video klip itu, kamu bakal bingung; mau mengagumi lanskap Lombok atau kecantikan Isyana Sarasvati-nya. Isyana tampil natural. Dia pakai busana-busana etnik rancangan para desainer dalam negeri.

9. “Jatuh Hati”—Raisa

Penyanyi cewek idola lelaki masa kini, Raisa, membuat kita jatuh hati sama Taman Nasional Baluran di video klip berjudul… “Jatuh Hati.” Entah kenapa, Baluran yang gersang tiba-tiba jadi adem pas ada Raisa. Sabana tandus terasa seperti taman bunga. Gunung terjal rasanya jadi seperti taman bermain.

Tapi, kayaknya destinasi mana pun kalau ada Raisa pasti bakal jadi berlipat-lipat lebih memesona. Setuju, nggak?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Foto header: travel.tribunnews.com

The post 9 Video Klip yang Memamerkan Pesona Indonesia appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/9-video-klip-yang-mengangkat-pesona-indonesia/feed/ 2 6324