netflix Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/netflix/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Thu, 15 Apr 2021 05:30:09 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 netflix Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/netflix/ 32 32 135956295 Arya Snack & Food, Mengemas Jajan Lawas ala Kekinian https://telusuri.id/arya-snack-food/ https://telusuri.id/arya-snack-food/#respond Wed, 17 Jul 2019 11:25:12 +0000 https://telusuri.id/?p=15132 Jika lapak Lupis Mbok Satinem menyimbolkan kekuatan tradisi dalam serial Street Food edisi Asia Netflix, Arya Snack & Food menjadi simbol dari kekuatan adaptasi. Toko kue ini, selain membikin aneka jajan pasar kontemporer, juga memproduksi...

The post Arya Snack & Food, Mengemas Jajan Lawas ala Kekinian appeared first on TelusuRI.

]]>
Jika lapak Lupis Mbok Satinem menyimbolkan kekuatan tradisi dalam serial Street Food edisi Asia Netflix, Arya Snack & Food menjadi simbol dari kekuatan adaptasi. Toko kue ini, selain membikin aneka jajan pasar kontemporer, juga memproduksi penganan-penganan lawas dalam konsep yang modern dan segar.

Dihitung-hitung, ada sekitar 200 jenis jajan pasar yang ditawarkan Arya Snack & Food, dari mulai penganan Nusantara seperti awuk-awuk, centik manis, getuk, tiwul, berbagai jenis talam, munyukan, sampai makanan dari luar seperti huzarensla dan puding tofu.

Mengutamakan kesempurnaan rasa dan penampilan

Ternyata, Arya Snack & Food memang sudah tenar dari dulu. Sang pemilik, Ibu Ellen, merintis toko ini mulai dekade 1980-an.

Mulanya, Ibu Ellen suka memasak dan membuat kue untuk keluarga dan teman-temannya. Lama-kelamaan, kelezatan masakan Ibu Ellen menyebar ke mana-mana. Seiring berjalannya waktu, makin banyak yang memesan jajan pasar dari Ibu Ellen. Menu jajan pasar yang semula tak seberapa jumlahnya pun kemudian berkembang sampai hitungan ratusan seperti sekarang.

arya snack
Toko Arya Snack & Food/Dewi Rachmanita Syiam

Sekarang, kue-kue buatan Ibu Ellen jamak ditemukan di berbagai perhelatan.

Karena tak semata mencari profit, Ibu Ellen berkomitmen untuk mengutamakan kesempurnaan rasa dan penampilan jajan pasar bikinannya. Moto Arya Snack & Food adalah “When Perfection of Taste and Appearance Become Very Important in Our Products.”

Tidak menjual secara eceran

Toko kue yang terletak di Jalan Brigjen Katamso No. 42, Prawirodirjan, Gondomanan, Yogyakarta ini memasak jajan pasar sesuai pesanan.

Selain itu, toko ini juga tidak menjual makanan secara eceran. Minimal, kamu mesti memesan 20 pcs/jenis. Waktu pemesanan pun dibatasi minimal 3 jam sebelum pengambilan. Untuk jajan pasar-jajan pasar tertentu yang waktu pembuatannya lebih lama, kamu bahkan mesti memesan sehari sebelum pengambilan.

Jadi, kalau kamu mampir ke Arya Snack & Food dan mendapati bahwa ada kue di tempat, jangan dimakan. Itu sudah ada yang punya.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Arya Snack & Food, Mengemas Jajan Lawas ala Kekinian appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/arya-snack-food/feed/ 0 15132
Mencari Mie Lethek https://telusuri.id/mencari-mie-lethek/ https://telusuri.id/mencari-mie-lethek/#respond Thu, 11 Jul 2019 08:00:26 +0000 https://telusuri.id/?p=15031 Saya mencari bayangan untuk berlindung dari teriknya matahari. Sebentar-sebentar, saya menengok ke arah jalan untuk memastikan bahwa saya tak melewatkan bis. Maklum, saya belum tahu wujudnya seperti apa. Modal informasi saya untuk mencari Pabrik Mie...

The post Mencari Mie Lethek appeared first on TelusuRI.

]]>
Saya mencari bayangan untuk berlindung dari teriknya matahari. Sebentar-sebentar, saya menengok ke arah jalan untuk memastikan bahwa saya tak melewatkan bis. Maklum, saya belum tahu wujudnya seperti apa.

Modal informasi saya untuk mencari Pabrik Mie Lethek Cap Garuda yang diceritakan di Street Food edisi Asia hanya arahan dari kernet bis Transjogja. Pesannya: cari bis bersahaja yang melaju ke selatan.

Akhirnya ada yang lewat.

“Srandakan to, Pak?” Karena tak ada keterangan soal trayek di kaca depan, saya bertanya pada awak bis untuk memastikan. Takkan lucu sama sekali kalau belum apa-apa saya sudah nyasar.

mie lethek
Naik ojek di Srandakan, Bantul, menuju Pabrik Mie Lethek Cap Garuda/Dewi Rachmanita Syiam

“Iya, iya. Ayo naik,” jawabnya.

Dari luar, bis itu tampak tua dan butut. Di dalam ternyata sama saja. Konsisten. Bangku-bangku hitamnya banyak yang sudah bolong, tak tahu malu memamerkan jeroan berupa busa-busa berwarna kuning.

Saya duduk di samping seorang perempuan yang saya taksir sudah ibu-ibu. Tak terhindarkan, kami mengobrol dan saling bertanya soal tujuan masing-masing. Ternyata ia ke Srandakan juga, sama seperti saya. Bedanya, ia hendak pulang ke rumahnya sementara saya sedang melakukan “pilgrimage” ke Pabrik Mie Lethek Cap Garuda. Saya ke lor, dia ke kidul.

“Oh, itu yo. Entar bareng saya saja turunnya,” ujarnya ramah. “[Dari lokasi turun] bisa jalan atau naik ojek. Terkenal memang itu. Masih tradisional, pakai sapi.”

Belum berjodoh

Duduk di dekat jendela, angin semilir membuat saya terkantuk-kantuk. Namun, saya tak bisa tidur. Lengah sedikit, mungkin saya bisa kebablasan dan berakhir di terra incognita. Saya sedang tak berminat jadi Columbus.

Melihat perjuangan saya menahan daun pintu dunia mimpi, ibu di samping saya itu menyarankan untuk tidur saja. “Wah, Srandakan masih jauh, Mbak. Sampai tidur pulas lalu bangun lagi juga belum sampai,” ujarnya.

Tapi saya ngeyel. Saya arahkan mata ke jendela, menyaksikan permukiman padat dan persawahan yang terus bergerak berlawanan arah dengan laju bis. Lalu, satu per satu penumpang mulai turun. Akhirnya, lebih dari satu jam setelah saya naik bis, tibalah giliran saya. Ongkos bis itu ternyata tak mahal-mahal amat, cuma Rp15.000.

Turun bis, saya naik ojek (Rp15.000 sekali jalan, seharga bis Jogja-Srandakan) menerobos desa, melewati kebun-kebun dan permukiman, untuk ke lokasi Pabrik Mie Lethek Cap Garuda.

pabrik mie lethek cap garuda
Pabrik yang masih tutup pascalebaran/Dewi Rachmanita Syiam

Dan pandangan saya nanar mendapati bahwa pabrik itu sedang tak beroperasi. Pintu-pintu kayunya tertutup rapat dan parkirannya lengang. Pengelola ternyata masih libur lebaran.

Padahal, di bis tadi saya sudah melakukan geladi resik imajiner memotret adegan-adegan seperti dalam serial Street Food edisi Asia, semisal sapi yang berjalan memutar dengan kayu di punggung; singkong yang sedang diolah menjadi tepung lalu diubah menjadi mi oleh para pekerja terampil; mi yang ditata dalam wadah-wadah khusus….

Siang itu jadi makin kelabu karena ternyata lapak makanan olahan dari mie lethek juga belum buka. Menurut bapak ojek yang mengantarkan saya, para pedagang mie lethek baru akan buka sore menjelang malam.

Akhirnya, saya kembali ke Jogja dengan perut keroncongan dan memori ponsel yang kosong melompong.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Mencari Mie Lethek appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/mencari-mie-lethek/feed/ 0 15031
Antre Dua Jam demi Mencicipi Lupis Autentik Mbah Satinem https://telusuri.id/jajan-pasar-mbah-satinem/ https://telusuri.id/jajan-pasar-mbah-satinem/#respond Tue, 09 Jul 2019 04:00:20 +0000 https://telusuri.id/?p=14986 Beberapa bulan lalu, sebelum lebaran, saya kepincut serial baru di Netflix, yakni Street Food edisi Asia. Bisa ditebak dari judulnya, serial itu mengulas makanan pinggir jalan di berbagai kota di Asia. Menariknya, salah satu di...

The post Antre Dua Jam demi Mencicipi Lupis Autentik Mbah Satinem appeared first on TelusuRI.

]]>
Beberapa bulan lalu, sebelum lebaran, saya kepincut serial baru di Netflix, yakni Street Food edisi Asia. Bisa ditebak dari judulnya, serial itu mengulas makanan pinggir jalan di berbagai kota di Asia. Menariknya, salah satu di antara sembilan episode dalam volume pertama mengulas kuliner-kuliner pinggir jalan Yogyakarta.

Maka, sehabis mudik lebaran ke Gunung Kidul kemarin, saya tak buru-buru kembali ke Jakarta. Saya turun dulu ke Kota Yogyakarta, menginap di hostel selama beberapa hari, dan menapaktilasi penelusuran Street Food edisi Asia.

Tempat yang pertama kali saya datangi ialah lapak jajan pasar legendaris Mbah Satinem.

mbah satinem
Pelanggan berkumpul di lapak jajan pasar Mbah Satinem/Dewi Rachmanita Syiam

Saat saya tiba jam enam pagi, para pelanggan sudah mengerumuni lapak sederhana Mbah Satinem di Jalan Bumijo, Jetis, sebelah Hotel Pesona.

Saya diarahkan beberapa orang ibu-ibu untuk mengambil nomor antrean yang cuma berupa potongan kertas merah sederhana bertuliskan nomor dari 1 sampai 50. Nomor antrean yang saya dapat adalah 30.

Ternyata banyak yang lebih militan dari saya. Selidik punya selidik, beberapa orang pelanggan bahkan ada yang sudah datang sebelum jam setengah enam pagi, sebelum Mbah Satinem dan anaknya tiba naik skuter matik.

Sambil menunggu giliran, saya perhatikan bagaimana Mbah Satinem meracik jajan pasar yang dipesan para pelanggan.

mbah satinem
Pelangan rela antre berjam-jam demi seporsi jajan pasar/Dewi Rachmanita Syiam

Pertunjukan seni meracik jajan pasar ala Mbah Satinem

Sebelum menceritakan bagaimana sang wanita sepuh meracik jajan pasar, ada baiknya saya deskripsikan dulu semesta lapak Mbah Satinem.

Di atas meja kecil hadir beberapa mangkuk berisi aneka jajan pasar—cenil, ketan, tiwul, dan lupis yang jadi andalan. Komponen-komponen itu ditemani gula bubuk, gula semut, dan gula aren cair. Di bawah meja tersembunyi plastik-plastik berisi puluhan lupis yang masih terbungkus daun pisang.

Mbah Satinem tentu saja sudah hafal di luar kepala tata letak lapaknya. Dari mangkuk, ia ambil sepotong lupis berselimut daun pisang. Dengan gerakan pasti, ia buka bungkus lupis. (Lupis Mbah Satinem, tak seperti lopis Padang yang segetiga, berbentuk seperti lontong.) Lalu, dengan benang panjang yang dililitkan ke jari, ia potong lupis itu menjadi segmen-segmen kecil.

Kemudian dimulailah adegan yang membuat rongga mulut para pelanggan basah tiba-tiba: ia taburkan parutan kelapa dan ia sirami potongan-potongan lupis itu dengan lelehan gula aren yang kental.

mbah satinem
Menyirami lupis dengan lelehan gua aren/Dewi Rachmanita Syiam

Pesanan yang sudah diracik itu kemudian dipindahtangankan Mbah Satinem pada anaknya yang dengan cekatan membungkus terus melayani transaksi dengan pelanggan.

Pertunjukan Mbah Satinem itu begitu memukau sampai-sampai saya tak sadar bahwa saya sudah bertambah tua dua jam.

Rasa yang benar-benar autentik

Setelah menunggu dua jam, akhirnya seporsi lupis berbungkus daun pisang berada di tangan saya. Saya serahkan Rp5.000 kepada anak Mbah Satinem sebelum tancap gas kembali ke hostel naik ojol.

Dengan jantung berdebar-debar, saya buka bungkus lupis yang sudah agak lengket terkena gula aren. Wangi daun pisang seketika menguar.

Saya coba segigit—damn!

mbah satinem
Lupis lezat siap untuk disantap/Dewi Rachmanita Syiam

Ini lupis terenak yang perna saya makan. Tekstur, tingkat kematangannya, taburan kelapanya, gula arennya, semua benar-benar tak ada duanya, autentik. Rasa gurih dan manisnya seimbang, bahu-membahu menstimulasi indra pengecap saya.

Waktu makan lupis Mbah Satinem, entah kenapa saya teringat sepenggal tulisan Eddward S. Kennedy dalam “Berpamitan dengan Mojok.” Katanya, “Hidup di Jogja seperti berkubang dengan gulali: kamu akan selalu dibuat lengket olehnya. Entah kenapa.” Mungkin karena jajan pasar lezat seperti yang dijual Mbah Satinem?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Antre Dua Jam demi Mencicipi Lupis Autentik Mbah Satinem appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/jajan-pasar-mbah-satinem/feed/ 0 14986
Awas! Abis Nonton 5 Serial Netflix Ini Kamu Pasti Bakal Pengen Ambil Cuti https://telusuri.id/5-serial-netflix-tentang-perjalanan/ https://telusuri.id/5-serial-netflix-tentang-perjalanan/#respond Mon, 24 Jun 2019 16:08:23 +0000 https://telusuri.id/?p=14773 Lagi jenuh sama kerjaan tapi masih ragu buat ambil jatah cuti dan liburan? Kalau iya, coba deh tonton dulu lima serial Netflix tentang perjalanan berikut. Abis nonton, kamu pasti gelisah pengen langsung ke HRD dan...

The post Awas! Abis Nonton 5 Serial Netflix Ini Kamu Pasti Bakal Pengen Ambil Cuti appeared first on TelusuRI.

]]>
Lagi jenuh sama kerjaan tapi masih ragu buat ambil jatah cuti dan liburan? Kalau iya, coba deh tonton dulu lima serial Netflix tentang perjalanan berikut. Abis nonton, kamu pasti gelisah pengen langsung ke HRD dan ngajuin cuti.

1. Street Food

Street Food adalah serial Netflix tentang perjalanan menelusuri cita rasa makanan-makanan pinggir jalan. Menariknya, salah satu di antara sembilan episode Street Food musim pertama disyuting di Jogja. Yang diangkat adalah kuliner-kuliner legendaris dari Kota Pelajar, yakni jajan pasar, gudeg, dan mie lethek.

Delapan episode Street Food lainnya juga disyuting di kota-kota di Asia, yakni Bangkok (Thailand), Osaka (Jepang), Delhi (India), Chiayi (Taiwan), Seoul (Korea Selatan), Ho Chi Minh City (Vietnam), Cebu City (Filipina), dan Singapura.

2. Dark Tourist

Yang jadi host Dark Tourist adalah David Farrier, seorang jurnalis asal Selandia Baru. Bukannya diajak ke tempat-tempat yang umumnya didatangi turis, serial Netflix tentang perjalanan yang satu ini bakal ngajak kamu ke tempat-tempat anti-mainstream.

Salah satu episode yang menarik (dari total delapan episode) Dark Tourist adalah waktu Farrier ke Amerika Latin dan ikut tur penjara tempat gembong narkoba Pablo Escobar (La Catedral) “memenjarakan” dirinya. Serial ini ngasih kta pemahaman bahwa perjalanan itu bukan sekadar buat melihat pemandangan indah dan selfie, tapi juga melihat kenyataan yang ada di depan mata.

3. Departures

Lewat serial Netflix tentang perjalanan ini kamu bakal diajak melancong bersama Justin Lukach dan Scott Wilson asal Kanada. Ceritanya, mereka adalah sepasang teman sekolah yang jalan-jalan (ditemani seorang juru kamera). Keunikan cerita Departure bikin serial ini dapat penghargaan Best Documentary Series dan Best Directing Series dalam Canada Golden Sheaf Awards 2008.

Negara-negara yang mereka telusuri bukan yang mainstream-mainstream, beberapa di antaranya Libya, Mongolia, Zambila, Papua Nugini, Rwanda, dan Ethiopia. Kalau mau lihat Indonesia, kamu bisa tonton Season 3.

4. Conan Without Borders

Pembawa acara talk show, Conan O’Brien, ternyata nggak cuma jago mewawancara seleb-seleb yang dia undang ke studio. Lewat Conan Without Borders, kita jadi tahu kalau Conan juga bisa berinteraksi dengan orang-orang biasa.

Serial Netflix tentang perjalanan yang satu ini, selain bakal bawa kamu berkelana ke tempat-tempat baru, juga bakal ngasih banyak perspektif baru buat kamu. Salah satu episode menarik adalah waktu Conan traveling ke Jepang dan menyewa keluarga buat nemenin dia jalan-jalan.

5. The Kindness Diary

The Kindness Diaries membantah mitos bahwa jalan-jalan itu mahal. Dalam serial Netflix tentang perjalanan ini, Leon Logothetis, dengan motor jadulnya, jalan-jalan dan menemukan berbagai bentuk kebaikan dari orang-orang asing. Serial ini mungkin bisa jadi stimulus buat kamu yang selama ini takut melakukan perjalanan dan ketemu orang baru.

Gimana? Jadi nggak ambil cuti?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Awas! Abis Nonton 5 Serial Netflix Ini Kamu Pasti Bakal Pengen Ambil Cuti appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/5-serial-netflix-tentang-perjalanan/feed/ 0 14773