nusa tenggara barat Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/nusa-tenggara-barat/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Tue, 27 May 2025 15:24:42 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 nusa tenggara barat Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/nusa-tenggara-barat/ 32 32 135956295 Pentas Wayang Botol di Lapas Anak Lombok Tengah https://telusuri.id/pentas-wayang-botol-di-lapas-anak-lombok-tengah/ https://telusuri.id/pentas-wayang-botol-di-lapas-anak-lombok-tengah/#respond Wed, 16 Apr 2025 05:27:40 +0000 https://telusuri.id/?p=46662 Mendung sore itu tak menyurutkan langkah saya untuk menyaksikan pentas wayang botol. Wayang botol atau biasa disebut watol adalah wayang yang dibuat dari bahan dasar botol plastik bekas. Pembuatan watol merupakan hasil kreasi dari Sekolah...

The post Pentas Wayang Botol di Lapas Anak Lombok Tengah appeared first on TelusuRI.

]]>
Mendung sore itu tak menyurutkan langkah saya untuk menyaksikan pentas wayang botol. Wayang botol atau biasa disebut watol adalah wayang yang dibuat dari bahan dasar botol plastik bekas. Pembuatan watol merupakan hasil kreasi dari Sekolah Pedalangan Wayang Sasak (SPWS).

Pentas Wayang botol pada Ramadan lalu terasa begitu istimewa karena berlangsung di Lapas Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Tahun ini SPWS genap berusia 10 tahun atau satu dekade. 

Berangkat dari Mataram, perjalanan memerlukan waktu sekitar satu jam lebih untuk sampai tujuan. Di perjalanan kami mendapati kemacetan dan pengalihan arus lalu lintas karena ada parade ogoh-ogoh menjelang Hari Raya Nyepi oleh umat Hindu di kota itu. Namun, hal ini tidak sedikit pun menurunkan semangat saya untuk menonton pentas watol. Sebab, sudah hampir tiga tahun saya tidak dapat menyaksikan pertunjukannya. 

Setibanya di sana saya merasa takjub. Terdapat 42 anak laki-laki binaan LPKA mengenakan kaus berwarna hitam bertuliskan “Man Jadda Wa Jada“ (Siapa bersungguh-sungguh, maka akan berhasil), tengah duduk rapi menyaksikan salah seorang temannya menyanyikan sebuah lagu reggae Lombok I love You dari Amtenar Band.

Dari sinilah saya baru tahu. Hari itu di lapangan lapas yang terletak di Desa Selebung, Kecamatan Batukliang, sedang berlangsung program Ramadan Budaya.

Pentas Wayang Botol di Lapas Anak Lombok Tengah
Seorang warga binaan sedang bercerita di atas panggung hiburan dalam acara Ramadan Budaya/Nirma Sulpiani

Ramadan Budaya di Lapas Anak

Ramadan Budaya merupakan program yang digagas oleh Komunitas BERBAGI, berkolaborasi dengan sejumlah komunitas, seperti Sekolah Pedalangan Wayang Sasak (SPWS), AKSI NTB, dan komunitas lainnya. Ramadan Budaya kali ini mengangkat tema “Di Balik Topeng Masa Depan”. Selaras dengan tema yang diusung, semua orang yang terlibat dalam acara ini diminta menggunakan topeng untuk menyamarkan identitas para warga binaan. Topeng yang tersedia pun beragam karakter, mulai dari sejumlah tokoh pahlawan Indonesia, Wali Songo, hingga sosok pahlawan super (superhero).

Gelak tawa dan riuh tepuk tangan semakin keras terdengar saat pemandu acara membawakan dua tokoh wayang botol untuk memimpin jalannya acara. Sampai menjelang berbuka puasa, kehangatan warga binaan kian terasa saat Kepala LPKA Lombok Tengah Mulyadi Gani menyampaikan sambutan di hadapan warga binaan. 

“Saya tidak menyangka, kegiatan akan semeriah ini. Ini energi yang positif buat kami. Saya yakin ini bisa memberikan trigger untuk anak-anak binaan dalam melaksanakan dan  menjalani kegiatan pembinaan,” ungkap Mulyadi, Jumat (28/3/2025).

Mulyadi berharap, warga binaan yang berada di LPKA tidak merasa seperti di dalam penjara. Namun, menjadikan LPKA sebagai rumah kedua untuk menerima pendidikan dan pembinaan lainnya.

Begitu juga yang saya rasakan saat memasuki LPKA. Berada di sana seperti sedang berada di “pondok”. Terdapat bangunan atau kamar warga binaan yang berisi ruang tamu, dapur, dan kamar mandi dalam. Halaman tertata rapi dan bersih, tak ada satu pun sampah yang terlihat. Pepohonan, bunga, dan rerumputan yang tumbuh di halaman pekarangan LPKA tampak subur dan terawat. Tak ada jeruji ataupun suara peluit yang terdengar seperti yang sering digambarkan di film-film.

Usai berbuka puasa, dengan sigap anak-anak binaan LPKA mengambil plastik sampah dan mengumpulkannya. Setelah itu, satu per satu warga binaan mengambil air wudu untuk melaksanakan salat Magrib berjemaah. Kemudian iktikaf di musala sembari menunggu azan Isya untuk menunaikan salat Isya dan tarawih berjemaah. 

  • Pentas Wayang Botol di Lapas Anak Lombok Tengah
  • Pentas Wayang Botol di Lapas Anak Lombok Tengah

Edukasi melalui Pentas Wayang

Acara dilanjutkan kembali sekitar pukul 21.00 WITA dengan pentas musik dan penampilan wayang botol. Ceritanya tentang tokoh wayang botol yang ingin mengubah hidupnya meski pernah melakukan banyak kesalahan.

Penanggung jawab acara Ramadan Budaya, Hendri Andriawan mengungkapkan, kegiatan ini dihajatkan bagi anak-anak yang jarang mendapatkan akses hiburan. “Kegiatan ini bertujuan tidak lain untuk menghibur adik-adik yang jauh dari keluarga. Misalnya, di lapas ini, kita memberikan berbagai macam hiburan, seperti live music, pementasan wayang, dan lainnya,” ungkap Hendri. 

Ramadan Budaya di LPKA merupakan kegiatan keempat setelah berkeliling menghadirkan hiburan di pelosok-pelosok desa. Hendri berharap, kehadiran berbagai
komunitas yang hadir di LPKA Lombok Tengah dapat memberikan motivasi warga binaan untuk memperbaiki diri ketika sudah bisa menjalankan kehidupan di luar nantinya.

“Jadi, tema kali ini ‘Di Balik Topeng Masa Depan’. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri kita, selama ada kemauan pasti ada jalan. Man jadda wa jada,” lanjut Hendri.

Pentas Wayang Botol di Lapas Anak Lombok Tengah
Foto bersama warga binaan serta penjaga lapas dan tim Ramadan Budaya/Nirma Sulpiani

Pentas wayang botol yang kerap ditampilkan merupakan salah satu cara SPWS untuk tetap memberikan edukasi dan hiburan kepada masyarakat. Adapun tema-tema yang diangkat mulai dari fenomena sosial maupun lingkungan yang berkembang di masyarakat. Beberapa di antaranya yang sempat saya saksikan, “Go Green”, “Pernikahan Dini”, “Putri Mandalika”, dan yang terbaru “Di Balik Topeng Masa Depan”. 

SPWS tidak hanya mementaskan wayang botol saja, tetapi juga melangsungkan pentas wayang kulit. Lakon wayang kulit biasanya dibawa dengan alur cerita masuknya Islam dan perkembangan agama Islam di bumi Lombok.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Pentas Wayang Botol di Lapas Anak Lombok Tengah appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/pentas-wayang-botol-di-lapas-anak-lombok-tengah/feed/ 0 46662
Rinjani via Torean: Menakjubkan sekaligus Mendebarkan https://telusuri.id/rinjani-via-torean-menakjubkan-sekaligus-mendebarkan/ https://telusuri.id/rinjani-via-torean-menakjubkan-sekaligus-mendebarkan/#comments Wed, 12 Mar 2025 03:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=45931 Masih gelap subuh saat saya dan Hanif keluar tenda, menuju pinggiran danau Segara Anak. Ada sungai kecil di situ, kami menyeberanginya. Meniti bebatuan agar kaki tak tercebur ke air sedalam lutut. “Tungguin, Pak!” kata Hanif...

The post Rinjani via Torean: Menakjubkan sekaligus Mendebarkan appeared first on TelusuRI.

]]>
Masih gelap subuh saat saya dan Hanif keluar tenda, menuju pinggiran danau Segara Anak. Ada sungai kecil di situ, kami menyeberanginya. Meniti bebatuan agar kaki tak tercebur ke air sedalam lutut.

“Tungguin, Pak!” kata Hanif menahan langkah saya. Penerangan memang terbatas. Kami hanya mengandalkan satu headlamp di kepala saya. Jalan setapak kemudian menanjak, melipir pinggiran sungai, lantas naik ke sisian bukit. Setelah itu mengarah turun ke tanah lapang yang terdapat plang: Aik Kalak Hot Spring. Waktunya berendam di kolam air panas alami Gunung Rinjani. Saya dan Hanif ingin merelaksasi tubuh, sebelum nanti meneruskan perjalanan melintasi lembah Torean.

Rinjani via Torean: Menakjubkan dan Mendebarkan
Tenda pendaki di sekitar Segara Anak/Mochamad Rona Anggie

Para pendaki selesai berkemas pukul 09.30 WITA. Pagi itu kami turun gunung. Meninggalkan Gunung Barujari, berjalan membelakangi Segara Anak, kembali menyusuri jalan setapak yang sebelumnya dilalui untuk sampai ke danau dari Plawangan Sembalun.

Kalau tak ada pemandu dan porter, kami bakal kebingungan. Banyak jalur dan percabangan di seputaran Segara Anak. Mau ke mana, lewat mana, jangan sampai salah. Tujuan kami ke arah Torean. Seratus meter melewati area rerumputan berpinus, terlihat jalur terbelah. Lurus terus balik lagi ke Sembalun, serong ke kiri menuju Torean. Tidak ada penanda arah yang spesifik.

Rencana awal pendakian, kami akan menghabiskan empat hari tiga malam di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Nusa Tenggara Barat. Perjalanan turun via Torean merupakan etape ketiga. Sejak langkah pertama menapaki tubuh Rinjani, saya dan rekan lainnya antusias bertualang di kawasan yang semakin dikenal dunia setelah ditetapkan menjadi Unesco Global Geopark pada 2018.

Kami ingin melihat langsung apa yang selama ini ada di layar gawai dan menjadi bunga tidur. Hari-hari terlewati penuh kegembiraan. Bermalam di Plawangan Sembalun, menggapai puncak, berkemah di area danau, dan kini menyongsong jalan setapak yang oleh kreator media sosial dipromosikan sebagai lembah “Jurassic Park”. Sisian tebing Gunung Sangkareang yang menjulang di sebelah kiri jalur, perbukitan Gunung Rinjani di sebelah kanan, dan Sungai Kokok Putih di kedalaman jurang, menjadi bentang alam yang seolah pernah ditinggali T-Rex dan kawan-kawannya dahulu kala. Begitu kiranya imajinasi di kepala para penghuni dunia maya. 

  • Rinjani via Torean: Menakjubkan dan Mendebarkan
  • Rinjani via Torean: Menakjubkan dan Mendebarkan

Melipir Tebing, Turun ke Sungai

Jalur Torean sudah lama digunakan warga lokal untuk ke Segara Anak dan mengakses sumber air panas alami Gunung Rinjani. Mereka meyakini dengan berendam di sana, akan menghilangkan penyakit di tubuh. Laporan majalah Tempo: 100 Surga Indonesia edisi 18-24 November 2013 menyebutkan, lokasi air panas alami itu ada di dekat Gua Taman dan Susu. Reporter Nurdin Kalim bersama fotografer Tony Hartawan menjajal Torean pada pertengahan Oktober 2013, lalu mengisahkannya dalam tulisan berjudul “Pendakian Jalur Suci”.

Baru tahun 2021, TNGR membuka Torean sebagai pintu resmi menuju puncak Rinjani, selain Sembalun dan Senaru. Sementara saya bareng 20 rekan pendaki asal Maluku, Kalimantan, Makassar, Tangerang, Jakarta, dan Cirebon menikmati panorama alam Torean pada 3-4 Juni 2024. 

Menjauh sekitar 45 menit dari danau ke arah timur laut, kami melintasi dua kolam bundar dengan titik aik kalak (bahasa Sasak: air mendidih) yang memancar di tengahnya. Saya sempatkan membasuh tangan, dan memang terasa panas. Kami terus berjalan naik-turun menembus hutan pinus, hingga menemui turunan curam yang di pinggirannya sudah terpasang tali pengaman. Memudahkan pendaki agar tak jatuh merosot, untuk mencapai Sungai Kokok Putih. Matahari tepat di atas kepala, saat saya dan tiga pendaki terdepan menyeberangi sungai, lantas segera mencari tepian teduh di bawah naungan pepohonan pinus.

Air Sungai Kokok Putih bisa untuk wudu (kiri). Jembatan kayu penghubung sisi utara dan selatan lembah Torean/ Mochamad Rona Anggie

Saya melepas sepatu, tak sabar ingin menceburkan kaki ke sungai, kemudian berwudu. Airnya jernih di antara bebatuan yang menguning imbas belerang, memunculkan gradasi warna putih susu-kehijauan, jika dilihat dari ketinggian. Saya sempatkan salat berjemaah dengan Dio, lajang 24 tahun yang berdinas di Pelabuhan Ambon. Tak ada jadwal makan siang. Sambil menunggu semua anggota tim kumpul, kami ngemil kurma dan cokelat.

Perjalanan turun ini tidak langsung ke titik akhir Dusun Torean, yang terletak di Desa Loloan, Kecamatan Bayan, Lombok Utara. Kami akan bermalam dulu di Pos Kebun Jeruk. Durasinya lima jam dari Segara Anak. Kalau mau terus sampai dusun, total sembilan jam jalan kaki. Dari tempat kami beristirahat di pinggir sungai, masih tiga jam lagi ke Kebun Jeruk.

Menyeberang ke selatan, balik ke utara. Ini jalur yang ditempuh ketika melewati Sungai Kokok Putih. Kami melalui jembatan kayu ikonis yang sering nongol di media sosial pendaki Rinjani via Torean. Bukan musim hujan, jadi aliran sungai tidak deras. Sementara jembatan kayu itu belum diperbaiki. Masih teronggok, amblas ke air. Kami melompati bebatuan di sekitarnya.

Rinjani via Torean: Menakjubkan sekaligus Mendebarkan
Tangga besi memudahkan pendaki memanjat tebing/Mochamad Rona Anggie

Naik Tangga Besi Vertikal

Jalur menanjak mengadang di depan sana. Susah payah kami melipir pinggiran tebing, terkadang langkah tersangkut rimbun rerumputan. Sesekali kabut melintas di udara. Langit masih tampak biru. Sampai kemudian di ujung tanjakan, jalur terhenti di depan sebuah tebing. Pengelola TNGR sudah menyiapkan tangga besi vertikal setinggi tujuh meteran untuk dilewati pendaki. Ada satu, dua, hingga lima tangga! Menantang sekali. Usai ketinggian bertambah, sejauh mata memandang adalah perbukitan hijau dan tebing raksasa yang menawan. 

Menjelang sore, kabut makin sering seliweran. Tubuh mulai lelah, tapi semangat masih menyala hingga tiba di sebuah mata air yang keluar dari sela bebatuan, yang tersambung dengan sejengkal pipa. Beberapa teman mengisi ulang botol minum dari sumber air yang diberi nama Kahuripan itu. Bahkan rekan dari Kalimantan bertekad membawanya pulang ke rumah. “Biar terkenang terus pendakian ke Rinjani ini,” katanya.  

Jalan setapak lantas mengantarkan kami ke sisian tebing. Jalur lalu mengarah turun dengan sangat curam. Bersyukur sudah ada tali pengaman. Titik ini salah satu medan paling menguji adrenalin sepanjang jalur Torean. Para pendaki turun bergantian. Memegang erat tali pengaman. “Rapatkan tubuh ke tebing!” perintah pemandu.

Carrier di punggung jelas menambah beban ke belakang. Namun, kami harus bisa membuat badan condong ke depan. Hanya turun lima meteran, namun jantung berdebar kencang. Jurang menganga di bawahnya, sejauh seratus meter dengan dasar Sungai Kokok Putih. Ngeri!

Rinjani via Torean: Menakjubkan sekaligus Mendebarkan
Majalah Tempo edisi 18-24 November 2013 mengisahkan pendakian Rinjani via Torean (kiri) dan jalur yang sama saya lewati tahun 2024/Mochamad Rona Anggie

Lega bisa melewatinya. Namun, beda lagi dengan para porter. Walau memikul keranjang penuh muatan, mereka tampak santai. Beberapa bahkan tak pegangan tali. Cukup menguatkan pijakan sendal jepitnya di sisian tebing, menyeimbangkan pikulan di pundak, lantas hap, hap, hap—hanya tiga gerakan—melompat cepat bak kijang, menjejak kembali jalan setapak. 

Tak lama kemudian kami sampai di Pos Kebun Jeruk jelang pukul empat sore. Sebelum gelap datang, saya sempatkan mandi di sungai. Para porter membangun tenda dan bersiap memasak. Camp area ini bisa memuat sepuluh tenda dome. Tempatnya berupa tanah lapang dinaungi pepohonan hutan hujan tropis. “Dari sini sudah tidak lewat tebing atau perbukitan lagi. Full hutan,” kata pemandu kami Agung Kurniawan. Pemuda asal Malang itu bersama Popo dan Rahman Saleh Tutupoho (asli Pulau Seram), mendampingi perjalanan kami lintas Sembalun–Torean.

Kenapa jalur Torean langsung populer begitu gunting pita? Agung menjelaskan karena menawarkan pemandangan berbeda dengan rute Sembalun atau Senaru. Termasuk medan turunnya cenderung landai, tak bertemu banyak punggungan bukit. “(Torean) View-nya memang keren banget. Jalur turunnya juga, enggak ada menanjak terjal lagi semisal lewat Senaru atau Sembalun,” paparnya. 

Malamnya, api unggun berkobar menghangatkan suasana. Kopi susu terhidang. Kudapan yang belum dibuka selama pendakian, disantap bersama. Lhotse, panggilan Rahman, menghibur kami dengan logat beta-nya yang kental. Dia bercerita saat menemani pendaki wanita mendekati puncak Rinjani, eh, di tengah jalur berpasir mendadak ia kebelet buang air besar. Tidak bisa ditahan. “Akhirnya saya arahkan ke satu tepian, lalu saya menjauh. Jangan sampai melihatnya, kan itu medan terbuka,” katanya disambut gelak tawa. 

  • Rinjani via Torean: Menakjubkan sekaligus Mendebarkan
  • Rinjani via Torean: Menakjubkan sekaligus Mendebarkan

Melintasi Hutan Lebat

Besok paginya, jalur memasuki hutan berkanopi rapat dan lembap. Target kami dua jam ke depan adalah Birisan Nangka; pos pemeriksaan check in/out pendaki yang menempuh rute Torean.

Di tengah perjalanan, kami sampai di satu sudut terbuka dengan panorama Air Terjun Penimbungan. Airnya yang deras jatuh dari ketinggian seratus meter ke dasar lembah. Tebing berbatu diselimuti pepohonan hijau, menambah daya pikat untuk pendaki berswafoto di atas batu datar yang bersisian dengan jurang. “Hati-hati, jangan terlalu mundur!” teriak pemandu.

  • Rinjani via Torean: Menakjubkan sekaligus Mendebarkan
  • Rinjani via Torean: Menakjubkan sekaligus Mendebarkan
  • Rinjani via Torean: Menakjubkan sekaligus Mendebarkan

Sampai Birisan Nangka pukul 10.00. Kami menunggu proses check out daring beres, sambil menikmati suasana hutan dengan kicau burung yang semarak.  Kami melanjutkan perjalanan turun hingga melihat beruga (tempat tiduran santai) khas Lombok. Pertanda perkampungan sudah dekat. Di ujung tanjakan, sebuah warung menyajikan kelapa muda dan potongan semangka segar di atas meja. Beberapa teman mampir, saya yang mandi keringat terus melangkah dan tiba di pos ojek.

Saya sudah janjian dengan Dio, Yoke, dan Teguh untuk jalan kaki sampai dusun. Tinggal setengah jam lagi. Banyak yang meneruskan naik ojek—lebih cepat 20 menit—dengan membayar Rp50.000. Masjid berkubah keemasan dekat gerbang Dusun Torean menjadi titik finis petualangan di Gunung Rinjani. Senang rasanya bisa menapaki langsung rute Torean yang menakjubkan sekaligus mendebarkan.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Rinjani via Torean: Menakjubkan sekaligus Mendebarkan appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/rinjani-via-torean-menakjubkan-sekaligus-mendebarkan/feed/ 2 45931
Pulau Paserang, Mutiara di Selat Alas Sumbawa https://telusuri.id/pulau-paserang-mutiara-di-selat-alas-sumbawa/ https://telusuri.id/pulau-paserang-mutiara-di-selat-alas-sumbawa/#respond Fri, 01 Mar 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=41270 Di musim kemarau, bukit di Pulau Paserang menjelma padang ilalang dan rerumputan berwarna kecokelatan. Pesonanya semakin berpendar dengan hamparan pasir putih dan birunya laut yang mengelilinginya. Selat Alas yang memisahkan  pulau Lombok dan Sumbawa memiliki...

The post Pulau Paserang, Mutiara di Selat Alas Sumbawa appeared first on TelusuRI.

]]>
Di musim kemarau, bukit di Pulau Paserang menjelma padang ilalang dan rerumputan berwarna kecokelatan. Pesonanya semakin berpendar dengan hamparan pasir putih dan birunya laut yang mengelilinginya.


Selat Alas yang memisahkan  pulau Lombok dan Sumbawa memiliki gugusan pulau yang dikenal dengan sebutan Gili Balu. Dalam bahasa Sumbawa, “gili” memiliki arti pulau dan “balu” artinya delapan. Terdapat Gili Paserang, Gili Kenawa, Gili Mandiki, Gili Kambing, GIli Belang, Gili Namo, Gili Ular, dan Gili Kalong. Dari delapan pulau yang tidak berpenghuni tersebut, baru dua pulau yang dikembangkan menjadi tempat wisata, yaitu Gili Paserang dan Gili Kenawa.

Saya sudah penasaran dengan Pulau Paserang sejak kawan di Lombok bercerita tentang pesonanya. Tanpa pikir panjang saya langsung setuju mengubah itinerary perjalanan dan ikut bersamanya menyeberang dari Lombok ke Sumbawa. 

Pagi-pagi, kami berangkat ke Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur dengan menggunakan mobil sewaan dari penginapan kami yang terletak di Kota Mataram. Selama berlibur di Lombok kami memang menyewa mobil untuk kemudahan transportasi. Tarif per harinya 200 ribu rupiah sudah termasuk sopir dan BBM. Namun, hari itu kami hanya membayar separuh harga karena hanya mengantarkan sampai pelabuhan saja. Kamu tidak harus menyewa kendaraan untuk menuju pelabuhan, karena saat ini sudah tersedia layanan angkutan DAMRI rute Mataram ke Pelabuhan Poto Tano di Sumbawa Barat. 

Jarak dari Mataram menuju Pelabuhan Kayangan sekitar 79 Kilometer. Setelah sekitar dua jam perjalanan akhirnya kami tiba di pelabuhan dan segera membeli tiket kapal. Harga tiketnya sebesar Rp18.800 per orang untuk penumpang dewasa. Kami pun masuk ke kapal feri yang sudah bersiap menuju Pelabuhan Poto Tano yang jaraknya 31 km.

Pulau Paserang, Mutiara di Selat Alas Sumbawa
Merapat di dermaga Pelabuhan Poto Tano/Laily Nihayati

Setelah semua penumpang masuk, kapal feri segera melaju membelah Selat Alas yang menghubungkan Pulau Lombok dan Sumbawa. Perjalanan laut menyuguhkan panorama alam yang membuat mata betah memandang. Jika sedang lelah dan hanya ingin berada di dalam kapal saja tidak perlu khawatir akan bosan, karena pengelola kapal menyediakan layar kaca yang memutar film-film Indonesia dan mancanegara.

Hiburan di dalam dan luar kapal membuat perjalanan berdurasi sekitar 1,5 jam tidak terasa menjemukan. Setibanya di Pelabuhan Poto Tano, kami langsung menuju kampung nelayan untuk menyewa perahu motor yang akan membawa keliling pulau-pulau di perairan Selat Alas. 

Perahu motor tersebut hanya beroperasi pada pukul 08.00 hingga 17.00 WITA. Harga sewanya berkisar antara Rp300.000—500.000 per perahu berkapasitas 8 atau 10 penumpang. Perahu ini akan mengantar dan menjemput ke Pulau Paserang dan pulau-pulau sekitarnya seharian. 

Pulau Paserang, Mutiara di Selat Alas Sumbawa
Perahu motor berlabuh di tepi pulau/Laily Nihayati

Menjelajahi Sabana di Kaki Bukit

Perjalanan laut menuju Paserang membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Dari kejauhan pulau ini sudah menarik hati. Bentuknya melingkar dan dikelilingi pasir putih. Begitu mendarat pesonanya makin kuat memikat. Padang sabana berupa rumput-rumput kering meranggas berwarna kecokelatan serupa jerami empuk. Kami jadi tidak sabar untuk menjelajahinya.

Setelah perahu merapat ke daratan, kami pun langsung mengeksplorasi pulau mungil yang hanya memiliki luas 47 hektare ini. Kami menyusuri jalan setapak. Di kanan kirinya berhias ilalang dan rumput kering memanjakan mata. Eksotisnya padang sabana ini membuat langkah kaki kami berkali-kali berhenti untuk mengabadikan pemandangan alamnya dengan kamera.

Pulau Paserang, Mutiara di Selat Alas Sumbawa
Bersiap mendaki bukit kecil Pulau Paserang yang ada di belakang saya/Laily Nihayati

Kemudian kami menuju bukit dengan tujuan mencari objek yang lebih menarik. Untuk mencapai puncak bukit, kami dimudahkan dengan adanya jalan setapak yang sudah dilapisi semen sehingga tidak perlu repot-repot. Namun, karena tidak ada tangga untuk pijakan dan pegangan, kami tetap harus berhati-hati dan menjaga keseimbangan tubuh agar tidak terpeleset.  

Akhirnya setelah sedikit berjuang mendaki, sampailah kami di puncak bukit. Dari atas kami bisa melihat keseluruhan pulau 360 derajat. Di sebelah timur, tampak jelas Pulau Sumbawa dan gugusan pulau-pulau kecil yang mengitarinya. Di sebelah selatan, terdapat Pulau Belang dan Pulau Kalong. 

Memandang sisi Barat, kami langsung disuguhi panorama laut biru dan pantainya yang berpasir putih. Kontras dengan hamparan sabana yang mengering kecokelatan. Sungguh memanjakan netra. Di bagian barat pulau yang berdekatan dengan pantai juga dibangun pondok-pondok kayu atau cottage menambah keelokannya. 

Pulau Paserang, Mutiara di Selat Alas Sumbawa
Pondok-pondok yang selesai dibangun di Pulau Paserang/Laily Nihayati

Terlihat ada enam pondok dengan tipe yang berbeda. Tipe pertama atapnya setengah bertumpuk di bagian depan. Bahannya adalah sirap yang terbuat dari kayu. Bangunannya bercat warna kuning. Tipe pondok yang kedua berbentuk limasan dengan atap berupa sirap juga. Bangunannya didominasi oleh kayu polos tanpa dicat.

Pulau ini memang sedang bersolek untuk menarik hati wisatawan agar semakin betah dan kerap berkunjung. Demi mengembangkan potensi pariwisata Nusa Tenggara Barat, pemerintah setempat bekerja sama dengan PT Nusantara Oriental Permai (NOP) Perwakilan NTB untuk membangun sebuah resor bernama Paradise Resort dan Cottage. Resor ini rencananya akan berisi 350 cottage, termasuk 90 cottage di antaranya berkonsep water villa.

Menikmati Akuarium Raksasa Bawah Laut

Usai mengeksplorasi daratan Gili Paserang, kami bersiap menjelajahi pantainya yang tidak kalah cantik. Kami menyusuri pantai dengan bertelanjang kaki merasakan lembutnya pasir putih menyentuh kulit. Deretan pohon bakau meneduhkan sinar mentari mulai terik.

Mendekati bibir pantai, terlihat permukaan air laut yang begitu jernih. Kami bahkan bisa melihat dengan jelas terumbu karang dan ikan-ikan yang berenang ke sana kemari memikat hati. Ah, jadi tidak sabar untuk masuk ke bawah laut yang pastinya lebih memesona daripada yang terlihat di permukaan. 

Segera kami keluarkan peralatan snorkeling yang kami pinjam dari teman yang tinggal di Lombok. Di pulau ini masih jarang tempat persewaan snorkel dan alat selam. 

Kami lalu mencari spot terbaik. Di bawah permukaan laut, kami langsung terpana melihat keindahan hamparan terumbu karang, ikan warna-warni, dan bintang laut.

  • Pulau Paserang, Mutiara di Selat Alas Sumbawa
  • Pulau Paserang, Mutiara di Selat Alas Sumbawa

Kami seperti berada di sebuah akuarium raksasa. Beragam biota laut unik ada di sini,  termasuk ikan pari manta (manta ray) polkadot. Kami beruntung bisa melihatnya melintas saat snorkeling. Pesona yang tersaji di bawah laut Paserang sungguh menakjubkan hingga tak terasa waktu berlalu. Baru ketika perut keroncongan, kami tersadar hari sudah beranjak siang. 

Setelah mengemasi peralatan snorkeling dan membersihkan tubuh, kami menuju warung untuk makan siang. Aneka hidangan laut yang ditawarkan menggugah selera. Saya memilih menu udang bakar dan sup kepiting yang segar. Ditambah segelas kelapa muda peluruh dahaga. 

Kami istirahat sejenak di pondok. Sore harinya kami kembali bermain di pantai dan memancing. Cukup banyak ikan yang berhasil kami tangkap. Ikan-ikan itu kami jadikan hidangan makan malam. Lezatnya!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Pulau Paserang, Mutiara di Selat Alas Sumbawa appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/pulau-paserang-mutiara-di-selat-alas-sumbawa/feed/ 0 41270
Wingko Babat, Rumah Singgah, dan Kenangan-kenangan Lain di Lombok https://telusuri.id/wingko-babat-rumah-singgah-dan-kenangan-kenangan-lain-di-lombok/ https://telusuri.id/wingko-babat-rumah-singgah-dan-kenangan-kenangan-lain-di-lombok/#respond Wed, 25 Nov 2020 14:14:05 +0000 https://telusuri.id/?p=25538 Ini adalah cerita pengalaman pertamaku ke Lombok. Waktu itu, Juli 2017, aku mengambil cuti dua minggu. Rencana itu sudah tertata rapi dari akhir Maret. Tiket kereta api, tiket pesawat untuk pulang, penginapan, dan sewa motor...

The post Wingko Babat, Rumah Singgah, dan Kenangan-kenangan Lain di Lombok appeared first on TelusuRI.

]]>
Ini adalah cerita pengalaman pertamaku ke Lombok. Waktu itu, Juli 2017, aku mengambil cuti dua minggu. Rencana itu sudah tertata rapi dari akhir Maret. Tiket kereta api, tiket pesawat untuk pulang, penginapan, dan sewa motor pun sudah aku pesan dari jauh hari. Sebenarnya aku lebih menyukai perjalanan darat dan terbiasa dengan kereta api, mungkin karena bisa lebih leluasa berkelana. Namun supaya bisa tenang menyongsong akhir liburan, aku memesan tiket pesawat untuk pulang.


Pagi itu aku diantarkan udara pagi memasuki Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Aku membawa sejumlah barang termasuk lima bungkus wingko babat titipan dari temanku di Semarang yang bernama Daeng. Dia minta tolong untuk menyampaikan wingko babat itu ke teman kerjanya di Gili Trawangan.

Aku menghabiskan waktu selama di kereta dengan membaca buku, mendengarkan musik dari ponsel, dan minum kopi di gerbong restorasi. Sesekali aku berbincang dengan bapak-bapak yang duduk di sampingku atau dengan dua remaja putri yang duduk di depanku.

Peron Stasiun Lempuyangan/Alifan Ryan Faisal

Sekitar pukul 22.00 WIB sampailah aku di Stasiun Ketapang setelah menempuh perjalanan selama enam belas jam. Dari stasiun ke Pelabuhan Ketapang aku jalan kaki sekitar sepuluh menit kemudian menyeberang naik feri sekira setengah jam. Di luar Pelabuhan Gilimanuk, bus Bahagia tujuan Padangbai sudah menunggu. Dalam perjalanan sekitar empat jam itu aku lebih banyak tidur.

Setiba di Pelabuhan Padangbai, sekitar pukul 6.00 WITA, aku sudah ditunggu temanku yang bernama Surya. Dia putra asli Bali yang sebelumnya sudah bikin janji denganku untuk mengitari Lombok bersama. Sebelum masuk terminal keberangkatan pelabuhan, kami cari sarapan dulu. Di kios milik seorang ibu, kami makan sego tempong, makanan berisi sayuran yang sudah direbus, gorengan tahu dan tempe, serta lauk sederhana seperti ikan dan ayam goreng, dan dibungkus daun pisang.

Tak lama setelah makan, segera kami memasuki area dermaga dan bersiap memasuki feri. Kami menikmati perjalanan di dek dekat buritan. Penyeberangan selama empat jam itu kami habiskan untuk bercerita, entah tentang perjalanan, kopi, atau pekerjaan. Setiba di Pelabuhan Lembar, kami langsung menuju Mataram menggunakan angkot. Di Mataram kami akan menyewa motor milik Pak Hamdan guna berkeliling Lombok. Awalnya aku ingin singgah di Rumah Singgah Lombok di Jalan Bangil, Mataram. Namun, karena mesti segera mengantarkan wingko babat, aku menunda rencanaku dan langsung menuju Gili Trawangan setelah mendapatkan motor sewaan.

Dermaga Gili Trawangan/Alifan Ryan Faisal

Perjalananku sudah berlangsung selama tiga puluh satu jam ketika menginjakkan kaki di Gili Trawangan. Aku pun menelepon pemilik wingko babat itu, yaitu Kak Tita, namun nomornya sedang tidak aktif. Mungkin baterainya habis, pikirku. Lalu, tanpa pikir panjang aku dan Surya langsung menuju penginapan yang sudah kupesan melalui aplikasi daring. Setelah beres dengan check-in, aku pun langsung merebahkan tubuh di kasur. Aku terlelap hingga pukul 17.00 WITA. Begitu bangun, kuajak Surya ke pantai bagian barat untuk menikmati matahari tenggelam. Kami menyewa sepeda dari penginapan dengan biaya Rp70.000 per 24 jam. Kami menikmati tiap sudut Gili Trawangan, lalu berhenti di sebuah tempat dan bersantai di bean bag. Banyak turis lokal dan mancanegara yang juga bersantai seperti kami. Tak sedikit pula yang berfoto di ayunan tepi laut.

Jingga pun kian pudar, berganti hitam dengan jutaan kerlip bintang di langit. Kami pun kembali ke penginapan guna mengambil telepon genggamku yang tertinggal. Aku mencoba lagi menghubungi nomor Kak Tita, namun masih tak ada hasil.

“Dah, nyari makan aja, yuk? Laper banget ini,” ajak Surya.

“Yuk, lah. Siang juga belum makan kita,” sahutku.

Sepeda sewaan/Alifan Ryan Faisal

Selesai makan di warung makan depan penginapan, kami menghabiskan malam di tepi pantai sambil melihat dari kejauhan Party Tonight yang diadakan di Sama Sama Reggae Bar. Kami kembali ke penginapan pukul 01.00 WITA. Kak Tita masih belum bisa dihubungi. Mungkin besok pagi bisa bertemu, pikirku.

Pagi menjelang, harapan baru pun datang. Kubuka ponselku. Ternyata ada beberapa panggilan masuk dan sebuah pesan singkat dari Kak Tita. Isinya permintaan maaf sebab nomornya tidak aktif. Ponselnya jatuh di pantai dan mati terkena air laut, katanya. Singkat cerita, dia mengajak bertemu pukul 11.00 WITA di Juku Marlin, sebuah kafe dekat dermaga Gili Trawangan.

Pagi itu kami sempatkan untuk memasang hammock demi menikmati matahari terbit di ujung timur pulau. Lalu kami bersepeda mengitari Gili Trawangan, sebelum akhirnya sarapan di penginapan. Kami mencoba menikmati sarapan kali ini sebab siang nanti kami sudah tidak berada di Gili Trawangan lagi. Kami juga sempat meracik kopi di dapur. Usai bersantai, kami berkemas, check-out, lalu bergerak ke Juku Marlin.

Di Juku Marlin Kak Tita sudah menunggu.

“Kak Tita, ya?” sapaku.

“Iya. Ini Ivan dari Semarang pasti?” tebaknya.

Setelah menyerahkan wingko babat, kami diajak menyantap sajian istimewa yang rupanya sudah dibayar oleh Kak Tita.

Santapan siang di Juku Marlin/Alifan Ryan Faisal

“Terima kasih, lho, Van, wingko babatnya. Aku suka banget oleh-oleh satu ini,” ujar Kak Tita. “Tiap kali Daeng pulang pasti aku nitip ke dia.”

“Oh, iyakah? Besok kalau ke sini lagi saya bawain, Kak,” jawabku.

“Siap, Van. Kabar-kabar, ya,” sahut Kak Tita sambil mencicipi wingko babatnya.

“Beres, Kak. Terima kasih juga jamuannya kali ini,” balasku.

Perutku terasa sangat penuh. Siang pun semakin terik. Setelah mengobrol panjang, tepat pukul 14.00 WITA aku dan Surya pamit untuk meneruskan perjalanan menuju Mataram. Rencananya kami akan ke Rumah Singgah Lombok.

Setiba di daratan Lombok, kami mengambil motor di tempat parkir. Dalam perjalanan ke Mataram, kami singgah di Pantai Setangi di utara Senggigi. Pantai itu sepi. Hanya ada beberapa pengunjung dan seorang pedagang bakso keliling di sekitar pantai. Kupasang ayunan di dekat tebing, bersebelahan dengan sepasang suami-istri muda yang sedang bersantai. Kami berkenalan dengan pasangan itu. Mereka ternyata dari Tangerang, sedang liburan di Lombok. Sang suami bernama Andre, istrinya Ana.

Pantai Setangi/Alifan Ryan Faisal

Lalu aku keluarkan kompor lapangan dan sebungkus kopi. Surya membantuku menggiling biji kopi Arabika dari Gunung Ungaran itu. Melihat kami sedang menyeduh kopi, Pak Andre tertarik. Rupanya ia punya kedai kopi di Tangerang. Kami pun mengobrol banyak tentang kopi dan hal-hal lain yang terkait. Ia menceritakan keinginannya membuka cabang kedai kopinya di Lombok, entah kapan. Tak kuduga, ternyata ia menyukai kopi buatan Surya. Ia pun memintaku mengirimkan sampel ke Tangerang nanti setelah aku tiba di Semarang.

Jam empat sore, Pak Andre dan Bu Ana pamit. Mereka hendak ke Gili Trawangan, tempat mereka akan menginap selama tiga hari ke depan. Aku dan Surya memilih menunggu matahari tenggelam di Pantai Setangi. Sesaat setelah matahari terbenam, kami pun meluncur ke Mataram.


Kami tiba di Rumah Singgah Lombok milik Bapak Ichsan dan Mamak Baiq ketika Mamak Baiq baru saja selesai memasak. Kami diajak makan bersama penghuni rumah. Mamak juga membikinkan kopi untuk kami. Makanan dan kopi itu benar-benar nikmat.

“Kalian berdua cuma semalam aja tinggal di sini?” tanya Bang Iyus, salah seorang tuan rumah, ketika kami mengobrol santai.

“Iya, Bang. Rencana tiga hari ke depan kami akan tinggal di daerah Kuta,” Jawab Surya.

“Oh, gitu. Oh, iya, itu Bang Arif Bandung juga mau ke Pantai Selong Belanak besok pagi. Bareng aja kalian,” balasnya.

“Oh, iyakah? Bagus, deh, kalau ada barengan,” sahutku. “Besok sebelum pulang ke Semarang kami mampir sini lagi, deh, Bang.”

Baru beberapa hari menginjakkan kaki di Pulau Lombok, sudah banyak pengalaman berharga yang kudapatkan. Aku juga dipertemukan dengan orang-orang baik yang dari mereka aku bisa mendapat cerita menarik dan ilmu yang bermanfaat serta nuansa hangat.

Malam belum habis, begitu pula cerita-cerita sekumpulan “buku hidup” berjudul Pejalan itu. Namun aku mesti segera menuju rehat sebagai persiapan memulai sebuah cerita baru.

The post Wingko Babat, Rumah Singgah, dan Kenangan-kenangan Lain di Lombok appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/wingko-babat-rumah-singgah-dan-kenangan-kenangan-lain-di-lombok/feed/ 0 25538
MotoGP Bakal Digelar di Mandalika, Intip 5 Tempat Wisata Sekitarnya https://telusuri.id/nonton-motogp-di-mandalika-sambil-berwisata/ https://telusuri.id/nonton-motogp-di-mandalika-sambil-berwisata/#respond Wed, 13 Mar 2019 10:23:54 +0000 https://telusuri.id/?p=12292 Buat pencinta MotoGP di Indonesia, sebuah kabar gembira baru saja tiba. Indonesia resmi jadi salah satu tuan rumah MotoGP 2021. Kompetisi balap motor terkeren sejagad ini bakal diadakan di Mandalika, Lombok. Sirkuitnya, Mandalika International Street...

The post MotoGP Bakal Digelar di Mandalika, Intip 5 Tempat Wisata Sekitarnya appeared first on TelusuRI.

]]>
Buat pencinta MotoGP di Indonesia, sebuah kabar gembira baru saja tiba. Indonesia resmi jadi salah satu tuan rumah MotoGP 2021. Kompetisi balap motor terkeren sejagad ini bakal diadakan di Mandalika, Lombok. Sirkuitnya, Mandalika International Street Circuit, bakal berkonsep jalanan dengan suguhan panorama pantai.

Karena Mandalika adalah salah satu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bercorak wisata, waktu melancong nonton MotoGP di Mandalika tahun 2021 nanti kamu juga bisa sekalian mampir ke atraksi-atraksi wisata keren di wilayah selatan Pulau Lombok ini, misalnya:

nonton motogp di mandalika
“Signage” Pantai Kuta/Max Pixel

1. Pantai Kuta

Pantai Kuta? Bukannya itu di pulau sebelah? Begini: kamu harus tahu kalau di Lombok juga ada sebuah pantai yang bernama Kuta. Dibanding pantai-pantai lain di Mandalika, ini adalah pantai yang paling tenar. Dari segi infrastruktur Pantai Kuta juga jadi salah satu yang paling maju di antara pantai-pantai lainnya di kawasan ini.

nonton motogp di mandalika
Pantai Seger yang terkenal lewat tradisi “Bau Nyale”/Suryanata Budi

2. Pantai Seger

Pantai lain yang mesti kamu kunjungi pas nonton MotoGP di Mandalika adalah Pantai Seger. Di kalangan para pelancong, Pantai Seger ini jadi tenar karena di sinilah diadakan festival tahunan menangkap cacing laut, Bau Nyale.

Ini bukan festival biasa. Bau Nyale diangkat dari legenda Putri Mandalika, putri cantik jelita yang menjatuhkan diri ke dalam laut kemudian dilamun ombak karena nggak mau nerima lamaran-lamaran dari para pangeran. Jika ia menerima lamaran dari salah seorang pangeran, yang lainnya pasti nggak akan rela. Setelah peristiwa ini, setiap tahun bermunculan ribuan nyale di pesisir Mandalika.

nonton motogp di mandalika
Pose “hits” di Bukit Merese/Dewi Rachmanita

3. Bukit Merese

Belakangan, Bukit Merese makin sering muncul di media sosial. Dari tempat ini, kamu bakal merasakan sensasi unik melihat pemandangan pantai dari ketinggian. Bukit Merese ini berada di antara dua pantai menawan, yakni Pantai Serenting dan Tanjung Aan. Jadi jangan lupa luangkan waktu ke Bukit Merese pas melancong buat nonton MotoGP di Mandalika.

nonton motogp di mandalika
Pasir putih dan laut jernih di Pantai Tanjung Aan/Suryanata Budi

4. Pantai Tanjung Aan

Dari Bukit Merese, kamu bisa terus ke Pantai Tanjung Aan. Di sini, kamu bisa bersantai sambil bermain di atas pasir putih yang bersih. Capek dan haus setelah seharian main pasir dan air laut, kamu bisa mampir ke salah satu warung pinggir pantai yang menyediakan berbagai jenis makanan dan minuman, dari mulai yang ringan sampai yang berat.

nonton motogp di mandalika
Batu Payung/Irvan Ces

5. Batu Payung

Mau cari sensasi perjalanan yang beda? Coba deh sewa perahu nelayan buat ke Batu Payung. Masih di areal Mandalika, Batu Payung adalah karang yang terbentuk secara alami karena pengikisan oleh air laut dan angin selama bertahun-tahun. Keunikan bentang alam Batu Payung bikin atraksi wisata ini pas banget buat foto-foto.

Tapi ada beberapa hal yang mesti kamu pahami sebelum berwisata ke Mandalika. Pertama, infrastrukturnya memang belum lengkap seperti, misalnya, Bali. Di beberapa pantai bahkan belum ada warung atau toilet. Kedua, jalanan memang sudah mulus, tapi masih bakal agak sulit kalau kamu ke mana-mana pakai kendaraan umum. Jadi, lebih baik kamu sewa motor atau mobil supaya leluasa keliling-keliling Mandalika.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post MotoGP Bakal Digelar di Mandalika, Intip 5 Tempat Wisata Sekitarnya appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/nonton-motogp-di-mandalika-sambil-berwisata/feed/ 0 12292
Hati-Hati! Kamu Bakal Susah “Move on” dari 7 Pantai di Kawasan Wisata Mandalika ini https://telusuri.id/pantai-di-kawasan-wisata-mandalika-lombok/ https://telusuri.id/pantai-di-kawasan-wisata-mandalika-lombok/#respond Thu, 20 Sep 2018 09:00:10 +0000 http://telusuri.id/?p=2660 Sudah pernah dengar nama Kawasan Wisata Mandalika? Kalau Mandalika, nama putri dalam legenda Bau Nyale, barangkali sudah. Tapi Mandalika yang ini lain. Ini adalah kawasan wisata yang membentang sepanjang 16 km di pesisir selatan Lombok...

The post Hati-Hati! Kamu Bakal Susah “Move on” dari 7 Pantai di Kawasan Wisata Mandalika ini appeared first on TelusuRI.

]]>
Sudah pernah dengar nama Kawasan Wisata Mandalika? Kalau Mandalika, nama putri dalam legenda Bau Nyale, barangkali sudah. Tapi Mandalika yang ini lain. Ini adalah kawasan wisata yang membentang sepanjang 16 km di pesisir selatan Lombok Tengah yang dijadiin salah satu dari 10 Destinasi Prioritas atau 10 Bali Baru oleh Kemenpar.

Terletak di pesisir, tentu saja daya tarik utama dari kawasan wisata ini adalah pantai-pantai yang indah. Tapi hati-hati, sekali jalan pantai-pantai itu, kamu bakalan susah move on. Nggak percaya? Baca aja ini:

1. Pantai Tanjung Aan

Pemandangan Pantai Tanjung Aan via beach-on-map.com

Pantai pertama yang bikin susah move on di Kawasan Wisata Mandalika adalah Pantai Tanjung Aan. Letaknya sekitar 75 km dari Kota Mataram dan bisa dicapai dalam waktu sekitar 3 jam naik kendaraan.

Tak jauh beda dari Pantai Kuta, pantai ini juga punya pasir yang seperti merica. Perairannya yang dangkal dan teluknya yang lebar namun tetap bikin air laut kalem menjadikan Pantai Tanjung Aan lokasi yang pas buat snorkeling.

2. Pantai Seger

Pantai Seger via kominfolomboktengah.com

Festival Bau Nyale yang tersohor itu acaranya dipusatkan di Pantai Seger. Makanya di sini dibangun monumen Putri Mandalika (berikut para pemuda yang mengejar sang putri) yang menjadi tokoh sentral dalam legenda Bau Nyale.

Lokasinya hanya terpaut beberapa ratus meter dari Pantai Kuta. Di perairan Pantai Seger kamu bisa berenang, snorkeling, dan bermain kano. Kalau mau keluar keringat sedikit, kamu juga bisa naik Bukit Seger. Dari sana kamu bakal bisa menikmati keindahan alam Pantai Seger dari sudut yang berbeda. Setelah dari sana, kira-kira bisa move on apa enggak?

3. Pantai Serenting

Lau jernih Pantai Serenting/Traveller Kaskus

Lokasinya sebelahan dengan Pantai Seger. Bahkan, ada juga yang menyebut Pantai Serenting sebagai Pantai Seger Luar. Apapun sebutannya, pantai ini bakalan tetap bikin kamu susah move on.

Diapit oleh dua bukit, Bukit Seger dan Bukit Mrese, kalau lagi sepi kamu pasti bakal ngerasa sedang berada di pantai pribadi. Coba lihat ke arah laut, ke sebuah batu yang tampak seperti jamur yang mengambang di tengah lautan. Itu adalah Batu Tengkong alias Batu Jamur yang jadi ikon pantai ini.

4. Pantai Kuta

Fasilitas pendukung buat bersantai di Pantai Kuta Lombok via tempatwisataid.com

Pantai berikutnya yang bikin susah move on adalah Pantai Kuta. Terletak sejauh 56 km dari Kota Mataram, pantai ini dapat dicapai dalam waktu 1,5-2 jam dari Ibukota Provinsi NTB itu. Karena transportasi publik di Pulau Lombok belum terlalu lancar—terkadang tarifnya juga dimainkan oleh oknum yang nakal—sebaiknya kamu menyewa motor atau mobil saja.

Pantai Kuta terkenal dengan pasirnya yang halus, yang disamakan orang dengan merica bubuk. (Jangan sesekali mencampurnya ke dalam makanan!) Di sini banyak anak kecil yang menjual gelang dari jalinan benang yang lucu-lucu. Tapi hati-hati, banyak juga penjual gelang yang nggak asik yang bakal maksa kamu buat beli walaupun lehermu sudah pegal akibat geleng-geleng berkali-kali.

5. Pantai Mawun

pantai di kawasan wisata mandalika lombok

Teluk Pantai Mawun dari ketinggian/Traveller Kaskus

Mawun nggak seberapa jauh dari Pantai Kuta. Tiba di sini, kamu bakal ngerasa terhipnotis dengan suasananya. Ini nih yang bakal bikin susah move on: suasana tenang, sepi, berangin, dan setiap interval waktu tertentu akan terdengar suara ombak yang memecah di pantai.

Pantai ini nggak cocok buat yang suka buru-buru. Sebab, ini adalah lokasi yang pas buat membentangkan hammock dan berayun-ayun melepas segala penat dalam diri (dan kekecewaan atas dipinangnya Raisa oleh Hamish). Kalau kamu hobi yoga, di sini kamu tinggal gelar matras dan bisa mencoba segala posisi dengan bebas tanpa dilihat orang… kecuali kalau Pantai Mawun lagi ramai.

6. Pantai Gerupuk

Berselancar di Pantai Gerupuk via superadventure.co.id

Dari Kuta Lombok, Pantai Gerupuk terpaut sekitar 8 km. Tapi dari Pantai Tanjung Aan, Gerupuk lebih dekat, cuma sekitar 4 km.

Pantai Gerupuk lebih populer di antara kalangan peselancar ombak dibanding peselancar Instagram. Sekurang-kurangnya ada lima titik surfing yang populer di Pantai Gerupuk, yakni Terasaq (Outside Left), Batu Lawang (Kid’s Point), Giligoleng (Outside), Batu Teong (Dondon), dan Prigi (Inside). Peselancar yang sudah mencoba surfing di sini pasti nggak bisa move on dan betah lama-lama di sini.

7. Pantai Sorga

Pemandangan Pantai Sorga/Traveller Kaskus

Ini bukan surga beneran, melainkan cuma sebuah pantai yang diberi nama Sorga. (Mungkin yang ngasih nama sudah pernah ke “sana.”) Jadi nggak usah khawatir, sebab semua orang bisa masuk.

Pantai Sorga bisa dicapai dalam dua jam perjalanan dari Pantai Kuta Lombok. Karena pantai ini masih mblusuk, nggak begitu banyak orang yang main ke sini. Kalau kamu cuma pengen rileks, duduk-duduk santai saja di Pantai Sorga. Kalau kamu suka surfing—apalagi sudah bawa papan selancar segala—nggak ada alasan lagi buat nggak nyobain surfing di Pantai Sorga.

Jadi, kira-kira bakal move on apa enggak sepulang dari pantai-pantai itu?

 

The post Hati-Hati! Kamu Bakal Susah “Move on” dari 7 Pantai di Kawasan Wisata Mandalika ini appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/pantai-di-kawasan-wisata-mandalika-lombok/feed/ 0 2660
5 Sate Khas Lombok yang Menggoda untuk Dicoba https://telusuri.id/5-sate-khas-lombok/ https://telusuri.id/5-sate-khas-lombok/#respond Sat, 14 Jul 2018 08:36:37 +0000 https://telusuri.id/?p=9682 Selain alam yang indah, Lombok juga punya beragam kuliner yang bakal menggoyang lidah. Sate, misalnya. Di Lombok ada beberapa varian sate lezat yang recommended banget buat dicoba. Inilah 5 sate khas Lombok yang harus kamu...

The post 5 Sate Khas Lombok yang Menggoda untuk Dicoba appeared first on TelusuRI.

]]>
Selain alam yang indah, Lombok juga punya beragam kuliner yang bakal menggoyang lidah. Sate, misalnya. Di Lombok ada beberapa varian sate lezat yang recommended banget buat dicoba.

Inilah 5 sate khas Lombok yang harus kamu coba kalau mampir ke pulau itu:

1. Sate bulayak

sate khas lombok

Seporsi sate bulayak/Laely Farida

Kamu bisa pilih antara sate ayam, sapi, atau jeroan. Tapi siap-siap “ditendang,” sebab sate khas Lombok yang satu ini disajikan dengan kuah santan yang kental dan merah karena cabe. Aroma rempahnya juga lumayan kuat.

Sate bulayak biasanya dimakan bersama lontong yang dibungkus dengan daun kelapa. Supaya makin nikmat, kamu bisa menambah sendiri garam sesuai selera, juga potongan cabe hijau yang bakal bikin sate bulayak yang kamu santap makin pedas.

2. Sate rembiga

Sate khas Lombok ini dinamakan sate rembiga karena berasa dari daerah Rembiga. Bahan dasarnya adalah daging sapi. Jadi sebelum ditusukkan ke lidi dan dibakar, daging sate rembiga akan dimarinasi terlebih dahulu.

Makanya rasanya jadi luar biasa. Kamu pasti bakal ketagihan sama campuran rasa pedas-manis-gurihnya. Ditambah lontong, sayur plecing, atau urap, sate rembiga akan membuat lindahmu tak henti bergoyang.

3. Sate ikan tanjung

sate khas lombok

Beberapa tusuk sate ikan tanjung sedang dibakar/Laely Farida

Sate ikan yang berasal dari daerah Tanjung, Lombok Utara, ini serupa sekali dengan sate lilit. Bedanya, kalau sate lilit terbuat dari daging sapi atau kambing, sate tanjung dari ikan laut (misalnya cakalang) yang sudah dihaluskan, diberi bumbu rempah, lalu dibakar.

Rasanya pedas-gurih. Berbeda dari sate yang biasanya disirami kuah, sate ikan yang satu ini sudah nikmat tanpa tambahan apa-apa.

4. Sate Pasar Seni Senggigi

Kalau kamu lagi cari oleh-oleh di areal Pasar Seni Senggigi, jangan lupa mencicipi seporsi sate khas Lombok yang satu ini.

Sate Pasar Seni Senggigi merupakan sate campuran daging dan ikan, dimarinasi dengan bumbu rempah, kemudian disajikan dengan lontong, urap, dan kuah santan kuning. Rasanya adalah perpaduan pedas, manis dan gurih—enak!

5. Sate pusut

sate khas lombok

Setumpuk sate pusut yang sudah matang dipanggang/Laely Farida

Kuliner khas Lombok yang satu ini biasanya hadir di acara-acara besar, misalnya begibung (makan bersama dalam perayaan tertentu seperti pernikahan, sunatan, dll.).

Sate pusut sangat mirip dengan sate lilit. Bahannya adalah daging sapi yang dihaluskan lalu dicampur bumbu rempah. Warnanya cenderung kecoklatan. Makanan ini biasanya jadi teman menu-menu lain, seperti ayam taliwang, plecing, dan urap.

Jadi, mau mencoba sate yang mana dulu?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post 5 Sate Khas Lombok yang Menggoda untuk Dicoba appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/5-sate-khas-lombok/feed/ 0 9682
Kemping ala “Bushcraft” di Pantai Sandro Pole Sumbawa https://telusuri.id/pantai-sandro-pole-sumbawa/ https://telusuri.id/pantai-sandro-pole-sumbawa/#respond Fri, 15 Jun 2018 10:05:39 +0000 https://telusuri.id/?p=9164 Sepulang dari Pulau Moyo, motor-motor kami mengarah ke sebuah tanjung yang namanya unik—Tanjung Menangis—di Kabupaten Sumbawa Besar, Pulau Sumbawa. Sebelum trekking, kami minta izin kepada seorang bapak yang tinggal di sebuah rumah kayu agar diperbolehkan...

The post Kemping ala “Bushcraft” di Pantai Sandro Pole Sumbawa appeared first on TelusuRI.

]]>
Sepulang dari Pulau Moyo, motor-motor kami mengarah ke sebuah tanjung yang namanya unik—Tanjung Menangis—di Kabupaten Sumbawa Besar, Pulau Sumbawa.

pantai sandro pole

Pantai Sandro Pole/Tri Widya Asrie

Sebelum trekking, kami minta izin kepada seorang bapak yang tinggal di sebuah rumah kayu agar diperbolehkan melintasi pekarangannya, sekaligus meminta beberapa butir kelapa muda untuk dinikmati bersama nantinya.

Dari sana, kami kemudian mulai menyisir pantai panjang berpasir putih. Airnya bening namun karang-karangnya tajam.

Foto bareng kawan-kawan di Pantai Sandro Pole/Tri Widya Asrie

Kami menaiki bukit dan menerabas ilalang berduri. Sesekali kami istirahat. Tawa dan canda terus saja menemani kami berjalan ke tempat yang konon katanya istimewa dan seolah-olah tak bertuan itu.

Kemudian sampailah kami di sebuah teluk kecil. Kawan-kawan saya, para lelaki itu, mengatakan bahwa pantai ini bernama Sandro Pole. Pantainya putih dan airnya jernih—apik. Berlari tiga langkah saja dari bibir pantai, coral warna-warni dan bintang laut akan menyapamu. Matahari oranye yang hampir tenggelam bikin Pantai Sandro Pole makin menarik.

pantai sandro pole

Ikan karang/Tri Widya Asrie

Kemping ala “bushcraft” di Pantai Sandro Pole

Kami langsung sibuk membangun perkemahan. Ada yang mendirikan tenda, mencari kayu kering, membuat api unggun, menanak nasi, dan mencari bahan lauk untuk santap malam.

pantai sandro pole

Makan malam/Tri Widya Asrie

Kami kemping semi-bushcraft. Yang jadi bahan makanan malam itu adalah bulu babi, siput laut, dan ikan. Kami memasak dan makan dengan apa yang kami temukan di alam. Bambu kering kami jadikan pengaduk bumbu, kayu adalah sumpit, cangkang kerang besar jadi centong untuk mengaduk nasi.

Rasanya seperti berada dalam film Cast Away (2000) yang dibintangi oleh Tom Hanks. Bedanya, kalau Tom Hanks sendirian di salah satu pulau di Pasifik, saya melewatkan waktu bersama teman-teman di Pantai Sandro Pole.

pantai sandro pole

Api unggun di pinggir pantai/Tri Widya Asrie

Selain itu, kalau Tom Hanks harus berjuang melawan nyamuk di pulaunya, kami tak perlu repot-repot menghindari makhluk terbang itu di Pantai Sandro Pole. Meskipun terletak di balik bukit berlapis hutan, Pantai Sandro Pole tak bernyamuk.

Maka, setelah makan kami bisa leluasa menikmati angin yang hangat, jutaan bintang yang bertaburan di angkasa raya, dan—ehm—lagu dangdut di pojok Pulau Sumbawa itu.

pantai sandro pole

Menjaga api tetap menyala/Tri Widya Asrie


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Kemping ala “Bushcraft” di Pantai Sandro Pole Sumbawa appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/pantai-sandro-pole-sumbawa/feed/ 0 9164
“Mblusuk” ke Desa Sapit, Produsen Kopi Robusta Lombok https://telusuri.id/desa-sapit-lombok-timur/ https://telusuri.id/desa-sapit-lombok-timur/#comments Wed, 18 Apr 2018 01:30:43 +0000 https://telusuri.id/?p=8133 Jalan berliku, terjal, dan berlubang itu akhirnya bermuara di Desa Sapit, Lombok Timur. Disambut konfeti air hujan, saya dan Syukron diajak Bang Take ke salah satu dari banyak berugaq yang ada di desa itu. Di...

The post “Mblusuk” ke Desa Sapit, Produsen Kopi Robusta Lombok appeared first on TelusuRI.

]]>
Jalan berliku, terjal, dan berlubang itu akhirnya bermuara di Desa Sapit, Lombok Timur. Disambut konfeti air hujan, saya dan Syukron diajak Bang Take ke salah satu dari banyak berugaq yang ada di desa itu.

Di sana, kami disambut oleh Pak Arshad yang menawarkan minuman untuk menghangatkan badan, “Selamat Datang, Mas. Mau ngopi atau [minum] teh?”

desa sapit

Memilih biji kopi/Syukron

Sebentar saja, kopi dan gorengan hangat terhidang di berugaq—mengepul-ngepul. Hawa dingin Desa Sapit yang datang bersama hujan jadi agak sedikit berkurang. Sambil menyantap hidangan, kami mengobrol dengan warga Sapit yang ada di sana.

Kopi yang sudah membudaya di Desa Sapit

Minum kopi sudah menjadi tradisi turun-temurun di Desa Sapit. Dalam acara apa pun, kopi selalu menjadi suguhan wajib yang menemani hidangan lain. Orang-orang tua di sana minum kopi seperti minum obat, tiga kali sehari, yakni di pagi hari, siang, dan malam.

desa sapit

Memilih biji kopi/Syukron

Kopi pun bukan sekadar minuman untuk santai, namun juga teman ketika sedang bekerja. Saking ketergantungannya dengan kopi, beberapa orang warga mengaku bahwa mereka akan merasa sakit kepala apabila minum kopi terlambat dari jadwal biasanya.

Soal kopi pun mereka pilih-pilih. “Kalau kita orang tua mana bisa ngopi dengan kopi kemasan yang dijual [di warung-warung itu]. Tidak ada rasanya. Makanya kita buat sendiri secara tradisional,” ujar Amaq Anton yang punya kebun kopi di Blok Dupe.

desa sapit

Menyangrai kopi sapit/Syukron

Penduduk Desa Sapit memang bukan hanya konsumen kopi, mereka punya perkebunan dan sudah sejak lama membudidayakan kopi di Lombok Timur. Namun, sebagai salah satu produsen kopi robusta di Lombok, nama Desa Sapit masih belum begitu tenar dan nilai jual kopi sapit belum tinggi.

Barangkali salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan petani kopi di Desa Sapit tentang kualitas kopi. Menurut cerita para petani, selama ini mereka hanya menjual basah pada tengkulak—tentu saja hal itu tidak menguntungkan bagi mereka. Alhasil, sampai sekarang mereka belum memiliki akses terhadap pasar kopi.

desa sapit

Biji kopi yang telah disangrai/Syukron

Tak terasa sudah beberapa jam kami duduk di berugaq. Anton, sang pemilik homestay tempat kami akan menginap, telah datang menjemput. Kami pamit lalu mengikuti Anton menelusuri gelap dan tirai hujan yang rintik-rintik.

Melihat Gunung Rinjani dari Blok Dupe

Keesokan paginya kami pergi ke Blok Dupe menumpang motor. Jalan yang harus kami lalui lumayan sulit, sebab hanya setapak kecil berbatu yang sebagian dicor secara swadaya oleh masyarakat.

desa sapit

“Green bean,” “roasted bean,” dan “ground coffee”/Syukron

Kami berkendara ke sana sambil menyaksikan warna pagi. Sesekali, kami berpapasan dengan petani yang berjalan membawa cangkul dan air. Kiri-kanan, persawahan menghampar ditopang pematang. Tak jarang pula kami melihat kerbau. Di kejauhan sana, Puncak Dewi Anjani melambai-lambai meminta dihampiri.

Lima ratus meter sebelum Blok Dupe (sekitar 700 mdpl), kami harus meninggalkan motor dan melanjutkan petualangan dengan jalan kaki. Gonggongan anjing penjaga kebun kopi sedikit mempercepat langkah kami agar segera tiba di titik paling menarik Blok Dupe.

desa sapit

Gunung Rinjani tampak dari Desa Sapit/Syukron

Akhirnya kami tiba di sana. Lokasi menarik yang saya maksud adalah hamparan tanah lapang di ketinggian, yang dari sana kamu dapat menyaksikan pemandangan apik Gunung Rinjani. Untuk memanjakan wisatawan, dengan bergotong-royong warga membangun rumah pohon setinggi sekitar delapan meter.

Tapi rasanya tak perlu saya memanjat rumah pohon itu. Dari sini saja pemandangannya sudah memukau. Tak menunggu lama, saya keluarkan kamera, kemudian tak henti-henti memencet rana.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post “Mblusuk” ke Desa Sapit, Produsen Kopi Robusta Lombok appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/desa-sapit-lombok-timur/feed/ 2 8133
Awas! Jangan Terpana sama 6 Destinasi Wisata Sumbawa Ini https://telusuri.id/6-destinasi-wisata-sumbawa/ https://telusuri.id/6-destinasi-wisata-sumbawa/#respond Sat, 17 Mar 2018 02:30:22 +0000 https://telusuri.id/?p=7387 Tulisan ini kolaborasi antara SkyGrapher dan TelusuRI Bali sudah lama naik daun. Lombok menyusul. Lebih ke timur lagi, nama Flores juga sudah mulai masuk dalam radar para pejalan. Lalu, bagaimana dengan Pulau Sumbawa yang terletak...

The post Awas! Jangan Terpana sama 6 Destinasi Wisata Sumbawa Ini appeared first on TelusuRI.

]]>
Tulisan ini kolaborasi antara SkyGrapher dan TelusuRI


Bali sudah lama naik daun. Lombok menyusul. Lebih ke timur lagi, nama Flores juga sudah mulai masuk dalam radar para pejalan. Lalu, bagaimana dengan Pulau Sumbawa yang terletak di antara Lombok dan Flores? Nah, ternyata di pulau itu juga banyak destinasi wisata, Sob. Kalau nggak percaya, baca dulu deh listicle 6 destinasi wisata Sumbawa berikut.

1. Gunung Tambora

destinasi wisata sumbawa

Padang sabana di kaki Gunung Tambora via SkyGrapher.id/Moonstar Simanjuntak

Barangkali hampir semua pejalan pernah dengar cerita tentang kedahsyatan letusan Gunung Tambora. Letusan itu menghancurkan banyak desa. Tak terhitung jiwa manusia yang melayang. Karena letusan itu juga Napoleon Bonaparte sampai kalah di Pertempuran Waterloo. Kenapa? Karena abu Tambora yang menyelimuti atmosfer bikin musim dingin datang lebih cepat, tidak sesuai perkiraan.

Dua abad setelah “kengerian” itu, Gunung Tambora yang masuk dalam Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu itu malah jadi salah satu destinasi wisata Sumbawa yang diunggulkan. Banyak yang penasaran buat ke sana, entah untuk mendaki atau sekadar menjelajahi sabana di kaki Tambora sambil melihat kuda-kuda sedang asyik merumput.

2. Pantai Lakey

destinasi wisata sumbawa

Jalan berliku di pinggir Pantai Lakey via SkyGrapher.id/Moonstar SImanjuntak

Kalau kamu suka selancar, sekali-sekali kamu mesti coba main ke Pantai Lakey di Kabupaten Dompu. Ombak Lakey spesial karena tergolong sebagai ombak kidal. Selain itu, hal lain yang bikin pantai ini istimewa adalah anginnya yang cocok banget buat wind surfing atau kite surfing.

Destinasi wisata Sumbawa yang satu ini paling pas dikunjungi antara April sampai Oktober. Buat ke sana, terlebih dahulu kamu harus ke Dompu. Dari sana, Pantai Lakey dapat dicapai dalam waktu 30-45 menit.

3. Pantai Maluk

destinasi wisata sumbawa

Pesisir Pantai Maluk via SkyGrapher.id/Irfan Firdaus

Sama seperti Lakey, Pantai Maluk di Kabupaten Sumbawa Barat juga tersohor karena ombaknya. Para peselancar suka ke Pantai Maluk karena ketinggian ombaknya bisa sampai sekitar dua meter! Selain ombak, destinasi wisata Sumbawa yang satu ini juga punya daya tarik lain, yakni penangkaran tukik.

Akses menuju Pantai Maluk lumayan mudah. Dari Mataram, kamu tinggal naik Damri jurusan Mataram-Taliwang-Maluk. Seturun di Maluk kamu tinggal sambung perjalananmu naik ojek.

4. Pantai Kertasari

destinasi wisata sumbawa

Perairan Pantai Kertasari yang jernih dan tenang via SkyGrapher.id/Papudaengoyang

Nama Pantai Kertasari yang terletak di Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, ini memang belum setenar Pantai Maluk dan Lakey. Dan kayaknya juga nggak apple to apple juga kalau mau dibandingin, soalnya daya tarik destinasi wisata Sumbawa yang satu ini bukanlah ombak yang menggulung, melainkan air lautnya yang tenang.

Pantai Kertasari ini fotogenik banget. Apalagi, di sekitar pantai—kalau waktunya pas—kamu bakal bisa melihat rumput laut sedang dijemur. Selain itu, pantai yang terpaut sekitar 8 kilometer dari Taliwang ini juga adalah lokasi favorit buat mancing.

5. Pulau Kenawa

destinasi wisata sumbawa

Kenawa yang ditutupi padang sabana via SkyGrapher.id/Arie Ritonga

Dari pelabuhan nelayan di Poto Tano, kamu hanya perlu waktu sekitar 25 menit untuk menyeberang ke destinasi wisata Sumbawa yang satu ini. Pulau tak berpenghuni ini tak terlalu besar. Tapi, justru di sana lah letak keunikannya; di pulau yang kecil ini ada sabana dan undakan kerucut yang tampak seperti gunung mini.

Traveling ke Pulau Kenawa, kamu punya dua pilihan: singgah sebentar atau kemping semalam di pulau. Kalau kamu mau kemping, pastikan bahwa kamu membawa logistik yang dibutuhkan. Lupa bawa perlengkapan penting seperti bahan bakar kompor atau baterai, percayalah kamu bakal kesusahan sendiri. Soalnya di pulau itu nggak ada yang jualan.

6. Danau Lebo

destinasi wisata sumbawa

Kabut yang masih menyelimuti Danau Lebo via SkyGrapher.id/Purwanto Joko Astriyo

Sebelum namanya mulai dikenal, destinasi wisata Sumbawa yang satu ini hanya dimanfaatkan penduduk sekitar untuk memancing. Di rerumputan yang memagari Danau Lebo, para penduduk melepas ternaknya untuk merumput.

Danau yang terletak di Taliwang ini jadi habitat beragam jenis flora dan fauna. Salah satu fauna unik yang berkeliaran di Danau Lebo adalah burung pelikan, burung migran yang jauh-jauh terbang dari Benua Australia.

Gimana? Penasaran nggak sama 6 destinasi wisata Sumbawa itu?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Awas! Jangan Terpana sama 6 Destinasi Wisata Sumbawa Ini appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/6-destinasi-wisata-sumbawa/feed/ 0 7387