pahlawan Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/pahlawan/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Tue, 06 Feb 2024 17:25:11 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 pahlawan Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/pahlawan/ 32 32 135956295 Mengenang Letkol Mohamad Sroedji, Pahlawan dari Kota Tembakau https://telusuri.id/mengenang-letkol-mohamad-sroedji-pahlawan-dari-kota-tembakau/ https://telusuri.id/mengenang-letkol-mohamad-sroedji-pahlawan-dari-kota-tembakau/#respond Thu, 08 Feb 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=41118 Sosoknya terabadikan dalam wujud sebuah patung yang berdiri tegap di depan kantor Pemerintah Kabupaten Jember. Saat masih kecil, saya penasaran siapa sosok tersebut dan apa yang telah dilakukannya sehingga berhak mendapat penghargaan sedemikian rupa. Entah...

The post Mengenang Letkol Mohamad Sroedji, Pahlawan dari Kota Tembakau appeared first on TelusuRI.

]]>
Sosoknya terabadikan dalam wujud sebuah patung yang berdiri tegap di depan kantor Pemerintah Kabupaten Jember. Saat masih kecil, saya penasaran siapa sosok tersebut dan apa yang telah dilakukannya sehingga berhak mendapat penghargaan sedemikian rupa. Entah pada masa SMA atau kuliah, saya mulai mengetahui profilnya. Dia adalah Letnan Kolonel (Letkol) Inf. (Anumerta) Mohamad Sroedji, seorang pahlawan yang gugur dalam upaya mempertahankan Republik Indonesia saat Agresi Militer Belanda II.

Memang Letkol Moh. Sroedji belum mendapatkan gelar sebagai pahlawan nasional, tetapi hal tersebut tetap terus diupayakan. Meskipun begitu, Letkol Moh. Sroedji mendapat penghargaan tanda jasa pahlawan Bintang Gerilya pada 5 Oktober 1949 dari Presiden Sukarno dan tanda jasa kehormatan Bintang Sakti dari Presiden Soeharto pada 8 Maret 1975.

Letkol Mohamad Sroedji, Pahlawan dari Kota Tembakau
Potret Letkol Mohammad Sroedji di atas pusaranya/Sigit Candra Lesmana

Kiprah Letkol Moh. Sroedji Mempertahankan Republik

Letkol Moh. Sroedji merupakan pemimpin dari Brigade III Damarwoelan Divisi I. Ia dan pasukannya turut andil dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari agresi militer yang dilancarkan oleh Belanda.

Kala itu, pasukan yang dipimpin oleh Sroedji sedang dalam perjalanan pulang dari Blitar. Sekitar pukul 08.00 di Desa Karang Kedawung, sekitar 27 orang termasuk Sroedji dan Kepala Desa Karang Kedawung melakukan rapat koordinasi. Saat melakukan rapat inilah pasukan Belanda datang menyergap. Pertempuran tak bisa terhindarkan.

Karena pasukan Belanda lebih kuat dan pasukan Sroedji masih kelelahan setelah perjalanan jauh, mereka bermaksud untuk mundur. Namun, Sroedji kemudian tertembak di pundak bagian sebelah kiri dan terjatuh. Sroedji lalu dipapah oleh sahabatnya, dr. Soebandi yang juga merupakan dokter pasukan. Sayangnya, saat memapah Sroedji, Soebandi malah terkena tembakan dan gugur.

Peristiwa saat dr. Soebandi memapah Sroedji tersebut diabadikan dalam sebuah monumen yang terletak di tengah-tengah jalan raya Gajah Mada, Jember. Selain itu nama dr. Soebandi juga diabadikan menjadi nama sebuah rumah sakit umum daerah yang terletak di Patrang.  

Melihat sahabatnya tewas, Sroedji gelap mata dan menerjang pasukan Belanda dengan sebuah pistol di tangan. Beberapa tembakan berhasil melumpuhkan pasukan Belanda. Bahkan ketika kehabisan peluru, Sroedji terus menerjang dan menghajar pasukan Belanda dengan popor pistol. Namun, pada akhirnya dia juga gugur setelah terkena rentetan tembakan. Di tempat gugurnya Sroedji inilah kemudian didirikan Monumen Letkol Moh. Sroedji sebagai pengingat jasanya saat itu.

  • Letkol Mohamad Sroedji, Pahlawan dari Kota Tembakau
  • Letkol Mohamad Sroedji, Pahlawan dari Kota Tembakau

Monumen dan Masjid An Nuur, Persembahan untuk Para Pahlawan

Monumen Letkol Moh. Sroedji berbentuk persegi dengan sebuah prasasti bertuliskan nama-nama pahlawan yang gugur saat peristiwa itu terjadi. Di sampingnya terdapat pilar bambu runcing sebagai simbol perjuangan. Letak monumen ini berada di depan Masjid An Nuur, yang memang dibangun sebagai persembahan untuk para pahlawan yang gugur.

Bangunan masjid tersebut bergaya tahun 1990-an dan beratap limas. Ukurannya tidak terlalu besar. Kondisi masjid masih terjaga sampai saat ini dengan warna cat kombinasi hijau dan putih yang khas. Suasana masjid sangat sejuk karena di sekelilingnya rimbun oleh pepohonan.

Di halaman masjid juga terdapat beberapa tanaman bunga hias. Sementara di bagian belakang terhampar areal persawahan yang cukup luas. Duduk dan beribadah di masjid ini membuat hati dan pikiran tenang, dibarengi suara tiupan angin dan kicauan burung yang sesekali terdengar.

Masjid ini biasanya digunakan untuk melaksanakan ibadah salat oleh warga sekitar atau para petani yang sedang mengolah sawah di sekitar masjid. Saat saya berkunjung, halaman masjid sedang digunakan untuk menjemur gabah. Jadi, keberadaan masjid tersebut bukan hanya sebagai pengingat, tetapi juga memberikan manfaat.

Monumen Letkol Moh. Sroedji terletak di Dusun Krajan, Karang Kedawung, Mumbulsari, Jember. Jika ingin berkunjung ke sana dari pusat kota Jember, bisa mengambil jalan menuju Jembatan Gladak Kembar, lalu belok kiri ke Jl. Letjen Panjaitan ke arah Kecamatan Mayang. Sesampainya di SPBU Mayang, belok kanan kemudian lurus menuju Desa Seputih. Dari Kantor Desa Seputih, monumen ini tinggal berjarak sekitar tujuh kilometer lagi.

Letkol Mohamad Sroedji, Pahlawan dari Kota Tembakau
Prasasti dan makam Letkol Moh. Sroedji di TPU Tunjung Jember/Sigit Candra Lesmana

Mengunjungi Makam Letkol Moh. Sroedji

Lalu di mana lokasi jenazah Letkol Moh. Sroedji disemayamkan? Sebelum itu, saya akan mengajak Anda untuk mengingat kisah memilukan setelah kematiannya. 

Jenazah Sroedji digunakan tentara Belanda sebagai media propaganda. Almarhum diikat di belakang truk militer, lalu dengan kejam diseret puluhan kilometer berkeliling Kota Jember, sebagai peringatan bagi para pejuang kemerdekaan lainnya. Selama tiga hari jenazah Sroedji diletakkan begitu saja di depan Hotel Jember. 

Kyai Dahnan, seorang pemuka agama bersama beberapa rakyat Jember, nekat mendatangi Hotel Jember untuk menjemput jenazah Sroedji lalu menguburkannya. Setelah mendapat izin, jenazah Sroedji yang penuh luka dengan cabikan bayonet dibawa ke sebuah musala kecil untuk dimandikan dan disalatkan. Kemudian jenazah dimakamkan di sebuah tempat pemakaman umum (TPU).

Ya. Letkol Moh. Sroedji memang tidak dimakamkan di taman makam pahlawan (TMP) seperti pahlawan lainnya. Lokasi makam pahlawan dari Kota Tembakau itu berada di TPU Tunjung, Jember Lor, Kecamatan Patrang.

Jalan akses ke TPU Tunjung lumayan sulit untuk ditemukan, sebab berada di tengah-tengah perkampungan. Jika dirinci, rutenya bisa dimulai dari jalan utama P. B. Sudirman. Tepat di depan sebuah dealer motor, belok ke Jalan Belimbing lalu arahkan menuju Jalan Belimbing Barat. Di jalan tersebut, areal pemakaman sudah terlihat. Gerbang TPU Tunjung berada persis di seberang Panti Asuhan Nurul Husna.

Setiap Hari Kemerdekaan atau Hari Pahlawan, selalu ada pengunjung yang berziarah ke makam Letkol Moh. Sroedji. Datang mendoakan sang pahlawan, menabur bunga, serta mengenang jasa-jasanya untuk Republik Indonesia.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Mengenang Letkol Mohamad Sroedji, Pahlawan dari Kota Tembakau appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/mengenang-letkol-mohamad-sroedji-pahlawan-dari-kota-tembakau/feed/ 0 41118
Pahlawan Pinggiran Rel Kereta Kebumen https://telusuri.id/pahlawan-pinggiran-rel-kereta-kebumen/ https://telusuri.id/pahlawan-pinggiran-rel-kereta-kebumen/#respond Tue, 04 Jul 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=39206 Berbicara mengenai pahlawan di Indonesia, sejarah kerap mencatatnya sebagai sosok yang lekat dengan perjuangan besar dan hebat. Perjuangan mereka lekat dengan karisma dan popularitasnya bagi masyarakat. Mereka merupakan patron yang memimpin aksi-aksi pemberontakan, hingga menyusur...

The post Pahlawan Pinggiran Rel Kereta Kebumen appeared first on TelusuRI.

]]>
Berbicara mengenai pahlawan di Indonesia, sejarah kerap mencatatnya sebagai sosok yang lekat dengan perjuangan besar dan hebat. Perjuangan mereka lekat dengan karisma dan popularitasnya bagi masyarakat. Mereka merupakan patron yang memimpin aksi-aksi pemberontakan, hingga menyusur dasar-dasar terbentuknya tatanan negara.

Sebut saja Soekarno sebagai founding father bagi bangsa Indonesia, Bung Tomo bagi perlawanan arek-arek Surabaya, hingga Cut Nyak Dhien yang memperjuangkan kebebasan rakyat Aceh dari Belanda. Lalu jasa dan riwayat mereka disusun dalam bentuk kurikulum, agar generasi mendatang dapat meneladan sebagai rasa cinta tanah air.

Namun, jarang dari kita melihat pahlawan dari aksi-aksi paling pinggiran. Pahlawan yang sejatinya telah mengambil peran yang cukup penting, tetapi kadang keberadaanya kerap kali terpinggirkan. Alhasil, jasa dan kontribusinya segera lekas terlupakan bahkan terkubur ke dalam liang bersama jasadnya.

Pahlawan pinggiran itu bernama Sholeh, penjaga palang pintu kereta api di Kelurahan Selang, Kebumen, Jawa Tengah. Pertama kali saya menjumpai pemuda berusia 20 tahun itu ketika pagi-pagi saya sedang mencari kopi di sekitar “tempat dinasnya”.

Pahlawan Pinggiran Rel Kereta Kebumen
Kedai kopi di dekat perlintasan kereta api, Kelurahan Selang/Mohamad Ichsanudin Adnan

Berkenalan Lewat Rokok dan Kopi

Kala itu matahari masih cukup malu memperlihatkan simpul senyumnya yang mekar di hamparan sawah. Entah mengapa sinarnya yang menguning membasahi padi-padi, membuat saya bersemangat untuk mencari kopi. Oleh warga sekitar, saya diarahkan menuju kedai kopi yang sudah buka dan berada tepat di selatan palang pintu kereta api. Saya lekas menelusuri jalan menuju lokasi dengan jalan kaki. 

Benar saja. Saya mendapati sebuah warung kopi dengan tawaran kudapan pagi yang menarik, yakni bubur. Di tengah asyik menikmati secangkir kopi, ditambah siluet baskara yang mulai membilas wajah saya, dari arah barat suara klakson terdengar cukup nyaring. Tanda akan ada kereta yang melintas.

Berbekal tiang bambu, sang penjaga lekas menarik tali yang telah terikat di ujung palang. Akses jalan antarkelurahan segera tertutup. Tak berselang lama terlihat kereta melaju kencang. Masinis memberikan klakson kecil kepada relawan penjaga itu dan ia membalasnya dengan lambaian tangan. 

Para pengendara yang akan menyeberang seketika harus berhenti. Menunggu sampai kereta benar-benar lewat. Beberapa di antara mereka menyisipkan sejumput uang ke dalam kotak bertuliskan “Kotak Swadaya” di pinggir jalan. Mungkin hasilnya untuk bekal jajan atau kebutuhan ngopi si penjaga palang kereta itu.

Pikiran saya langsung tertuju pada sebuah pertanyaan, “Mengapa hari ini masih ada palang yang dijalankan secara manual? Bukankah di luar sana palang kereta sudah bekerja secara otomatis?” 

Namun, pertanyaan tersebut lekas pergi ketika mata saya menatap sosok itu dari kejauhan. Ia pun balas menatap saya. 

Saya langsung beranjak dari kedai kopi dan menghampirinya. Ia masih siaga menunggu laju kereta berikutnya. Berbekal sebatang rokok dan kopi yang masih hangat, saya mencoba mengajaknya berkenalan.

“Saya Sholeh,” ia menyebutkan namanya.

Pahlawan Pinggiran Rel Kereta Kebumen
Kasus kecelakaan kereta api di Kelurahan Selang/Seputar Kebumen

Jasa yang Hidup dari Swadaya

Dari perkenalan awal tersebut, kami jadi cukup sering bertemu. Selama tiga bulan tinggal di Kebumen, kami sesekali bertukar cerita. Sembari menikmati kopi dan melihat kereta melintas dari jarak yang sangat dekat. Ternyata jika laju kereta itu kita dekati dalam jarak beberapa meter, tubuh kita bisa terempas karena saking kencangnya.

Saya akhirnya menemukan hal menarik tentang Sholeh dan perlintasan kereta tanpa palang pintu di kelurahan ini. Sholeh baru menekuni profesi sebagai penjaga palang kereta beberapa tahun belakangan ini. Sebelumnya, perlintasan rel tersebut sama sekali tidak ada pos penjagaan.

Menurut penuturan beberapa warga, rel kereta tersebut sudah banyak memakan korban jiwa. Salah satunya adalah seorang kakek yang hendak membuang sampah. Alhasil, beredarlah kisah-kisah mistis yang kerap melekat pada lintasan kereta tersebut.

Namun, setelah Sholeh mengambil perannya, angka kecelakaan serta korban jiwa hampir tidak lagi ia dengar. Tak sedikit warga sekitar yang menyisihkan uang kembalian belanja dari pasar untuknya, ketika mereka hendak melewati rel. Maka Sholeh berinisiatif memasang kotak swadaya agar memudahkan orang yang mau menaruh uang. 

Pahlawan Pinggiran Rel Kereta Kebumen
Sholeh ketika bertugas menjaga perlintasan tanpa palang pintu/Mohamad Ichsanudin Adnan

“Untuk apa uang tersebut?” tanya saya.

“Rokok dan kopi di warung sebelah,” jawabnya. Sisanya akan ia tabung, entah untuk kebutuhan apa.

Sholeh merupakan angkatan produktif yang masih tinggal di Selang. Sementara banyak dari kawan seusianya memilih untuk meninggalkan tempat tinggalnya, karena harus merantau ke daerah lain. Tak pelak waktu Sholeh lebih banyak dihabiskan di palang pintu kereta. Atau sekadar nongkrong bersama bapak-bapak lain di dekat posnya. Bahkan ia sudah siap sedia di tempatnya bertugas ketika pagi masih gelap.

Sebelum kembali ke Yogyakarta, sesekali saya memberanikan diri untuk menjajal peran Sholeh. Kalau saya pikir-pikir lagi, menarik palang pintu secara manual ternyata membuat jantung saya berdebar-debar. Sebabnya bunyi klakson kereta luar biasa menakutkan. Ditambah terpaan angin yang dihasilkan kereta ketika hanya berjarak beberapa meter dari ular besi itu.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Pahlawan Pinggiran Rel Kereta Kebumen appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/pahlawan-pinggiran-rel-kereta-kebumen/feed/ 0 39206