pelabuhan Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/pelabuhan/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Sun, 26 Sep 2021 07:54:39 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 pelabuhan Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/pelabuhan/ 32 32 135956295 KMP Sebuku: Mondar Mandir Membelah Selat Sunda https://telusuri.id/kmp-sebuku-mondar-mandir-membelah-selat-sunda/ https://telusuri.id/kmp-sebuku-mondar-mandir-membelah-selat-sunda/#respond Sun, 26 Sep 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=29319 “Kita naik kapal sore aja ya, biar bisa liat sunset,” Aydas berucap. Aku yang tidak begitu antusias, segera mengiyakan ajakannya. Sore ini aku, suamiku Aydas, dan putri kecilku Azzahra akan menyebrang melalui Selat Sunda mengendarai...

The post KMP Sebuku: Mondar Mandir Membelah Selat Sunda appeared first on TelusuRI.

]]>
“Kita naik kapal sore aja ya, biar bisa liat sunset,” Aydas berucap. Aku yang tidak begitu antusias, segera mengiyakan ajakannya. Sore ini aku, suamiku Aydas, dan putri kecilku Azzahra akan menyebrang melalui Selat Sunda mengendarai KMP Sebuku untuk kembali ke ibukota. Tiket kapal dipesan melalui aplikasi Ferizy di ponsel kami.

Ferizy adalah aplikasi yang diluncurkan oleh PT. ASDP untuk memudahkan penumpang memesan tiket. Di aplikasi ini sudah tertera waktu keberangkatan, kita bisa memilih sesuai yang kita inginkan. Dengan cara mengisi data penumpang, memilih jam berangkat, kendaraan lalu membayarnya secara online atau transfer ATM. Tiket elektronik pun siap untuk di-scan saat kita memasuki pelabuhan.

Harga tiket yang ditawarkan pun beragam. Mulai jadi jenis kapal yang ingin kita tumpangi, kendaraan yang kita gunakan serta perseorangan. Beruntungnya, jika kita berangkat dengan 1 minibus yang dihitung adalah harga mobilnya bukan jumlah orang yang ada didalamnya.

Semenjak adanya aplikasi Ferizy pemesanan tiket penyebrangan kapal semakin terasa mudah. Sementara bagi penumpang yang tidak ingin memesan tiket melalui aplikasi, di sepanjang jalan sebelum memasuki pelabuhan banyak agen-agen penjualan tiket. Mereka akan membantu penumpang untuk memesan tiket namun harga yang ditawarkan sedikit lebih tinggi dari harga yang dijual dari aplikasi.

Kami yang sebelumnya menghabiskan lima jam perjalanan melalui tol dari Palembang menuju Pelabuhan Bakauheni merasa lega karena satu jam sebelum keberangkatan tunggangan kami sudah siap untuk masuk lambung kapal. Namun, antrian penumpang yang baru saja merapat membuat kami harus menunggu sedikit lebih lama. Tak mengapa kami bisa melihat aktivitas pelabuhan sembari menyantap pempek yang sempat saya beli dulu di Palembang.

Aktivitas di pelabuhan bakauheni - atika amalia
Aktivitas di Pelabuhan Bakauheni – atika amalia

Mobil-mobil yang berada di depan kami mulai bergerak maju artinya satu persatu kendaraan sudah mulai memasuki lambung kapal. Pergerakan yang tidak begitu cepat membuat saya sempat mengabadikan beberapa moment, bidikan tiap bidikan mengarah ke semua aktivitas pelabuhan mulai dari truk yang baru saja turun, mal pelabuhan, mengantri kembali untuk pemeriksaan tiket dan akhirnya kami sampai di parkiran eksekutif.

Kendaraan berbaris rapi, mereka yang telah lebih dulu parkir sudah mulai bergegas naik ke atas dek kapal untuk menikmati pemandangan sore dari rooftop kapal. Kami pun tidak sabar untuk ikut melihat langit sore yang keunguan dan tidak lupa untuk selalu memakai masker juga mengantongi hand sanitizer.

Bergegaslah kami menaiki tangga kapal. Aku hampir tidak mengedipkan mata, pemandangan laut sore diatas kapal sangat memesona. Kamera pun mengarah ke semua penjuru, aku tak ingin kehilangan momen ini, semua hiasan alam sore itu aku abadikan melalui bidikan. Kelap kelip lampu dari dermaga menghiasi sore nan indah. Langit berwarna ungu, angin bertiup sedikit rapat, kami duduk menepi melihat kapal bergerak menjauhi pelabuhan.

Kapal yang kami tumpangi bernama KMP Sebuku. Dilansir dari laman website Departemen Perhubungan nama Sebuku diambil dari nama Pulau Sebuku, merupakan salah satu pulau terbesar di Selat Sunda yang memisahkan antara Pulau Jawa dan Sumatera. Pulau ini terletak di area Teluk Lampung atau di titik sekitar 2,5 km sebelah utara Pulau Sebesi dan 2,3 km di selatan Pulau Sumatera.

KMP Sebuku mempunyai fasilitas yang cukup lengkap. Aku melihat ruang tunggu yang bersih dengan bangku yang empuk juga terdapat Alfa Express didalamnya jika kita ingin berbelanja makanan ringan. Tidak perlu takut kelaparan, jika kita tidak ingin berbelanja di ruang tunggu tersebut kita bisa memilih untuk duduk bersantai di kantin yang disediakan kapal. Pilihan makanan tidak banyak, ada kopi sachet yang diseduh, mie instan juga camilan kecil lainnya. Selain itu juga ada pedagang kaki lima yang berkeliling.

Jangan kaget, mereka tidak membuka lapak sembarangan. Aku melihat mereka berseragam sepertinya ASDP telah memfasilitasi mereka agar tidak kehilangan mata pencaharian. KMP Sebuku juga dilengkapi dengan toilet umum yang cukup bersih serta sekoci yang tergantung di dinding kapal, jika saat kapal berlayar terjadi sesuatu, sekoci bisa dijadikan sebagai alat bantu darurat untuk penyelamatan.

kegiatan sholat magrib di musholla kapal - atika amalia
kegiatan sholat Magrib di musholla kapal/Atika Amalia

Aku juga berkeliling di area lain di atas kapal, tampak gel pembersih tangan terpasang di setiap sudut agar setiap penumpang yang berada di atas kapal dapat dengan mudah mencuci tangan untuk melindungi diri dari penularan COVID-19.

Adzan Maghrib telah berkumandang, langit semakin gelap. Pengharapan keselamatan hanya kepada Tuhan yang bisa kami lakukan. Selepas Maghrib, bangku-bangku kapal terisi penuh. Penumpang sepertinya sudah mulai lapar, banyak yang membuka masker untuk menyantap hidangan mereka. Demi keamanan dan kekhawatiran akan COVID-19 kami memilih untuk kembali ke parkiran dan berdiam diri di kendaraan hingga waktu berlabuh tiba.

Kapal mengayun, terasa lebih kuat dari saat baru berangkat. Sepertinya gelombang mulai tinggi. Kami mencoba mencari kesibukan untuk mengalihkan rasa takut. Saya melihat-lihat foto yang tadi saya bidik, Aydas membalas pesan singkat di pesan singkat WhatsApp dan Azzahra asyik menikmati kue. Waktu terasa berjalan sangat cepat, dari kejauhan tampak lampu-lampu kecil seperti menyapa.

“Sebentar lagi kita akan tiba di pelabuhan Merak!” Ujarku pada Aydas. Seperti tidak percaya, Aydas meletakan telepon genggamnya lalu berusaha mencari arah lampu yang aku maksud. “Oh iya, kita sudah hampir tiba,” ia menjawab penuh gembira. Sepertinya ia sudah membayangkan akan tidur pulas di rumah malam ini.Selama perjalanan hanya Aydas yang bertugas untuk membawa kendaraan sementara aku bertugas untuk mengurus logistik dan melayani Azzahra bermain agar dia mau terus berdiam di car seat-nya.

Aydas dan Azzahra menikmati pemandangan sore - Atika Amalia
Aydas dan Azzahra menikmati pemandangan sore/Atika Amalia

Langit sudah semakin gelap. Kami baru saja turun kapal. Bahagianya penyebrangan tadi berjalan dengan baik dan tidak ada kendala yang berarti. Aydas berkelakar, “Bagaimana, balik lagi nih kita ke Sumatera?” Saya pun melempar pertanyaan kepada Azzahra, “Gimana Za, balik lagi nih ke rumah Ama di Sumatera?” Azzahra hanya diam, tampak sedang asyik menikmati lampu jalanan. Selanjutnya kami sepakat untuk makan malam terlebih dahulu sebelum tancap gas menuju Jakarta.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post KMP Sebuku: Mondar Mandir Membelah Selat Sunda appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/kmp-sebuku-mondar-mandir-membelah-selat-sunda/feed/ 0 29319
Melihat Lebih Dekat Rupa Perjalanan dari Kupang ke Rote Kala Pandemi https://telusuri.id/kupang-rote-kala-pandemi/ https://telusuri.id/kupang-rote-kala-pandemi/#respond Wed, 28 Jul 2021 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=29344 Pertengahan bulan Juni lalu terjadi sebuah peristiwa penting yang mengharuskan saya untuk bertandang kesekian kalinya ke Pulau Rote. Saya yang merindukan Rote dan segala ceritanya, mulai bersiap-siap pada malam sebelum esok pagi-pagi buta berangkat. Saya...

The post Melihat Lebih Dekat Rupa Perjalanan dari Kupang ke Rote Kala Pandemi appeared first on TelusuRI.

]]>
Pertengahan bulan Juni lalu terjadi sebuah peristiwa penting yang mengharuskan saya untuk bertandang kesekian kalinya ke Pulau Rote. Saya yang merindukan Rote dan segala ceritanya, mulai bersiap-siap pada malam sebelum esok pagi-pagi buta berangkat. Saya menyiapkan pakaian atau barang apa saja yang perlu dibawa. Tidak lupa juga, saya membawa beberapa cemilan kecil untuk bekal selama di atas kapal.

Ya, kapal. Saya akan berangkat dengan menggunakan transportasi jalur laut. Jika berbicara jalur laut, maka sudah pasti perjalanan akan berlangsung cukup lama. Apalagi, yang saya tumpangi adalah kapal ferry lambat. Makanya, perlu untuk membawa cemilan sebagai teman agar tidak kelaparan nanti.

Saya berangkat dari rumah pukul 5 pagi karena, sesuai informasi yang didapat, kapal akan berangkat ke Pulau Rote pukul 8 pagi. Motor yang saya tumpangi membawa saya menuju Pelabuhan Bolok, Desa Nitneo, Kupang Barat. Pelabuhan penyeberangan ini, merupakan salah satu pelabuhan terkenal di Kota Kupang. 

Sesampainya di pelabuhan, saya melihat begitu banyak pengunjung yang sudah menunggu pembukaan loket untuk tes antigen dan juga GeNose. Bagi penumpang dengan tujuan Kupang—Rote (dan pastinya semua rute), memang diwajibkan untuk membawa surat bebas COVID-19. Sehingga, perjalanan akan tetap aman dan terlindung dari penularan COVID-19.

Antri GeNose
Antrian GeNose/Resti Seli

Saya memilih untuk mengikuti GeNose dikarenakan harganya lebih murah, cukup mengeluarkan uang sebesar Rp50.000. Karena inilah banyak penumpang yang juga memilih GeNose. Sangat banyak yang mengantri ditambah alat teknis yang masih belum stabil—kata petugas nakes—maka, saya mengantri cukup lama hingga kelelahan. Belum lagi terjadi desak-desakan dengan penumpang lain, membuat saya semakin geram karena mereka tidak menerapkan protokol kesehatan seperti menjaga jarak dengan tepat. Bahkan, ada juga pengunjung yang sempat-sempatnya melepas masker dengan alasan kepanasan. 

Satu hal yang cukup saya soroti saat menjalani tes GeNose ini adalah, tempat yang kita pakai untuk meniup udara berbahan dasar plastik. Saya melihat ada begitu banyak tumpukannya tepat di bawah meja si petugas. GeNose memang sangat membantu karena harganya yang terjangkau, tetapi ternyata juga menyumbang banyak sampah plastik. Namun, bagaimana lagi? GeNose memang lebih murah, jadi lebih banyak diminati para pejalan.

Tes GeNose
Tes GeNose/Resti Seli

Setelah selesai mengantri tes GeNose saya berlanjut untuk membeli tiket. Sebelum itu, saya mencuci tangan terlebih dahulu. Syukurlah, setiap sudut pelabuhan disediakan tempat mencuci tangan.

Pagi hari di pelabuhan sungguh hal yang patut dinikmati. Melihat lalu-lalang orang banyak dan melihat kapal-kapal berlabuh dan berlayar, memiliki daya tariknya sendiri. Salah satu fasilitas yang sangat menarik perhatian saya adalah jalan panjang khusus untuk penumpang yang berjalan kaki. Lumayan panjang sehingga cukup instagramable.

Yap, saya sudah diatas KM (Kapal Motor) Uma Kalada dan sepersekian menit kemudian, kapal mulai berlayar.

Suasana Diatas Kapal
Suasana di atas kapal/Resti Seli

Suasana di kapal sangat ramai. Ada musik yang diputar, ada yang makan, dan ada yang lalu lalang. Meskipun begitu, penumpang yang sedang tiduran di tempat tidur—yang sudah disediakan—tidak begitu terganggu. Jika dilihat, kapal ini tidak cukup rapi. Tentu selain karena kapal ini merupakan kapal tua yang berkarat, tidak sedikit penumpang yang membuang sampah sembarangan. Begitulah, memang sebagian penumpang abai akan kebersihan. Padahal, tempat sampau sudah disediakan.

Ah, sudahlah. Saya kembali menikmati cemilan yang saya bawa sambil menikmati indahnya pemandangan. Seperti biasa, perjalanan kurang lebih 4 jam untuk sampai ke Rote.

Pelabuhan Pantai Baru
Pelabuhan Pantai Baru/Resti Seli

Akhirnya, tiba juga di Pelabuhan Pantai Baru, Rote. Dari atas kapal sangat terlihat bahwa pelabuhan ini cukup tertata rapi dengan besi-besi besar warna kekuningan. Petugas ABK (Anak Buah Kapal) segera melemparkan tali besar ke seberang dermaga yang kemudian dikaitkan di dermaga. Mungkin untuk menahan agar kapal tidak terbawa gelombang air laut—walaupun saat itu laut sedang tenang. Terlihat juga penumpang yang ingin berangkat ke Kupang sedang menunggu kapal mereka.

Sebelum memasuki pelabuhan ini, kapal akan melewati pertemuan dua pulau yang menjadi pintu masuk dan keluar pelabuhan. Sungguh memanjakan mata. Apalagi laut yang tenang membuat pemandangan dari lantai atas kapal ini sangat menenangkan. 

Setelah turun kapal, para penumpang diminta untuk menunjukkan surat bebas COVID-19. Saya lalu berjalan keluar menuju tempat parkir untuk mencari tumpangan.Pelabuhan Bolok ini tidak begitu besar, tetapi, seperti yang saya sampaikan sebelumnya, pelabuhan ini ditata cukup rapi sehingga tidak sesak.

Perjalanan darat menuju Desa Lole, Kecamatan Rote Tengah pun dimulai.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Melihat Lebih Dekat Rupa Perjalanan dari Kupang ke Rote Kala Pandemi appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/kupang-rote-kala-pandemi/feed/ 0 29344
Sempat Jaya, Inilah 7 Pelabuhan Tua di Indonesia https://telusuri.id/pelabuhan-bersejarah-di-indonesia/ https://telusuri.id/pelabuhan-bersejarah-di-indonesia/#respond Sat, 11 Nov 2017 02:00:05 +0000 http://telusuri.id/?p=3309 Sebelum Era Penjelajahan Samudera (The Age of Exploration) yang ditandai oleh tibanya Christopher Columbus di Benua Amerika, orang-orang Eropa tidak terlalu peduli sama negeri-negeri di timur. Untuk mempertahankan harga, para pedagang menutup-nutupi sumber rempah dengan...

The post Sempat Jaya, Inilah 7 Pelabuhan Tua di Indonesia appeared first on TelusuRI.

]]>
Sebelum Era Penjelajahan Samudera (The Age of Exploration) yang ditandai oleh tibanya Christopher Columbus di Benua Amerika, orang-orang Eropa tidak terlalu peduli sama negeri-negeri di timur. Untuk mempertahankan harga, para pedagang menutup-nutupi sumber rempah dengan cerita-cerita berbalut mitos sehingga orang-orang takut untuk ke timur.

Tapi akhirnya harga rempah yang tinggi membuat bangsa Eropa memutar otak untuk mencari sendiri sumber rempah. Maka, sekitar abad ke-16 dan ke-17 orang Eropa dan kapal-kapalnya mulai berdatangan ke Nusantara dan singgah di pelabuhan-pelabuhan untuk mencari rempah-rempah. Sampai sekarang, beberapa pelabuhan yang pernah (lama) menjalin kontak dengan orang-orang Eropa itu masih ada—meskipun sudah berubah bentuk. Penasaran? Ini dia 7 pelabuhan tua di Indonesia yang kamu mesti tahu:

1. Pelabuhan Sunda Kelapa

pelabuhan bersejarah di indonesia
Pinisi Sunda Kelapa via en.wikipedia.org

Sebelum VOC bikin benteng di dekat Sunda Kelapa, mereka berdagang di Banten. Tapi lama-lama masalah berdatangan; mereka mesti pindah. Mereka beneran pindah. Tapi nggak jauh-jauh banget, cuma sedikit ke timur di pesisir utara Pulau Jawa.

Di tempat baru itu, di Sunda Kelapa yang dahulu adalah pelabuhan Kerajaan Pajajaran, mereka bikin benteng sebagai pusat komando usaha VOC di Hindia Timur. Di kota baru yang diberi nama Batavia itu, barang-barang dagangan dikumpulkan sebelum dikirim ke Eropa. Sunda Kelapa jadi pelabuhan utama Batavia sampai akhir abad ke-19 sebelum dipindah ke Tanjung Priok. Sampai sekarang, Pelabuhan Sunda Kelapa masih ada. Kalau kamu pengen lihat kapal-kapal kayu unik, pergi aja ke sana.

2. Pulau Onrust

Dermaga pelabuhan Pulau Onrust, Minggu, 23 September 2012 via TEMPO/Subekti

Sejak Batavia dibangun pada 1610, Pulau Onrust yang sekarang sepi sudah dijadikan sebagai pangkalan Angkatan Laut (AL). Namanya pangkalan AL, pasti banyak dong kapal yang lalu-lalang di sini. Saking banyaknya kapal yang berkeliaran di perairan Pulau Onrust, penduduk lokal yang tinggal di sekitar sini menyebutnya sebagai Pulau Kapal.

Tahun 1615 VOC bikin dok kapal di sini. Tapi galangan itu porak poranda diserang Inggris sekitar 1800. Kemudian, Onrust dibangun ulang dan difungsikan lagi sebagai galangan kapal. Puncaknya, antara tahun 1911-1933, Pulau Onrust jadi lokasi karantina jamaah haji yang pulang dari Mekah. Nah, sampai sekarang sisa-sisa cerita sejarah itu masih tersimpan di reruntuhan-reruntuhan bangunan tua di Pulau Onrust. Tapi, sayang sekali. Pelabuhan Pulau Onrust sudah porak poranda dimakan zaman.

3. Pelabuhan Paotere

Suasana Pelabuhan Paotere via wartatimur.com

Kalau belum pernah dengar, Pelabuhan Paotere terpaut 5 km dari pusat kota Makassar, Sulawesi Selatan. Pelabuhan Paotere beda, ya, sama Pelabuhan Soekarno-Hatta tempat kapal-kapal penumpang seperti Pelni berlabuh. Di Paotere, kamu bisa lihat banyak kapal tradisional seperti pinisi dan sandeq tertambat. Keren, ‘kan?

Pelabuhan Paotere adalah peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo dari abad ke-14. Konon, nama “Paotere” berasal dari kata pa’ yang berarti seseorang dan otere yang berarti tali. Para nelayan Mandar yang biasa menjual ikan di sini, lama-lama juga sekalian memperbaiki peralatan tambaknya di sini, termasuk tali. Nama Paotere bertahan karena orang-orang di sekitar pelabuhan itu dikenal sebagai perajut tali yang handal.

4. Pelabuhan Buleleng

Suasana Pelabuhan Buleleng tempo dulu via buleleng.com

Siapa sangka jika dulu, di masa awal kemerdekaan Indonesia, Ibukota Provinsi Sunda Kecil (sekarang menjadi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur) adalah Singaraja. Bisa dibayangkan betapa ramainya Pelabuhan Buleleng yang terletak sekitar 2,5 km ke utara Singaraja itu. Di masa penjajahan Belanda, Pelabuhan Buleleng jadi lokasi bongkar muat kapal barang dan tempat kapal pesiar asing lempar sauh.

Namun sejak ibukota dipindahkan ke selatan, Denpasar, sekitar 1950, Pelabuhan Buleleng berangsur-angsur menjadi sepi. Apalagi di masa kini hampir setiap pulau di Kepulauan Sunda Kecil punya dermaganya sendiri-sendiri. Sekarang, yang tersisa hanya eks Pelabuhan Buleleng. Di sekitar Pelabuhan Buleleng, beberapa peninggalan Zaman Kolonial masih tersisa, seperti Gedung Societeit dan jembatan penghubung Buleleng Timur dan Kota Singaraja.

5. Pelabuhan Ampenan

pelabuhan bersejarah di indonesia
Dermaga Pelabuhan Ampenan tahun 1925 via id.wikipedia.org

Sebelum Pelabuhan Lembar ada, pintu masuk menuju Lombok adalah Pelabuhan Ampenan yang letaknya agak ke utara. Masa-masa paling aktif Pelabuhan Ampenan adalah sekitar tahun 1948-1950. Sekarang, yang tersisa dari Kota Ampenan yang dulu pernah ramai adalah gedung-gedung tua dan kapal-kapal kecil yang bersandar di pelabuhan.

Sekitar tahun 1880, Pelabuhan Ampenan jadi salah satu pelabuhan penting pada rute perdagangan dalam dan luar negeri. Kapal-kapal dari Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Singapura, Tiongkok, India, Kepulauan Mauritius, dan Australia menjadikan Pelabuhan Ampenan sebagai salah satu titik persinggahan.

6. Pelabuhan Belawan

Belawan zaman dulu via tropenmuseum.nl

Sebelum Pelabuhan Belawan ada, kapal-kapal yang singgah di wilayah Sumatera Utara berlabuh di Labuhan Deli yang dimiliki oleh salah satu kerajaan terbesar di Sumatera Timur, yakni Kerajaan Deli. Namun lama-lama Sungai Deli, tempat Labuhan Deli berada, semakin dangkal dan pelabuhan pun digeser ke tempat lain, yakni ke tepi Sungai Belawan.

Pemindahan itu terjadi tahun 1915. Kemudian, Dermaga Belawan Lama direhab oleh Belanda hingga panjangnya mencapai 602 meter dengan lebar 9-20 meter. Tahun 1938 Pelabuhan Belawan pun jadi pelabuhan terbesar di Hindia Belanda.

7. Pelabuhan Teluk Bayur

pelabuhan bersejarah di indonesia
Emmahaven yang sekarang bernama Pelabuhan Teluk Bayur via tropenmuseum.nl

Pelabuhan ini dahulunya bernama Emmahaven. Dibangun antara 1888-1893, setelah selesai dibangun, Emmahaven yang namanya berasal dari Ratu Emma itu pun menjadi salah satu pelabuhan tersibuk di Hindia Timur. Konon, hingga Perang Dunia II, Teluk Bayur menjadi salah satu dari lima pelabuhan tersibuk di Indonesia.

Teluk Bayur yang letaknya sekitar 14 km dari pusat kota Padang itu sampai sekarang masih beroperasi, meskipun tidak seramai masa-masa jayanya dulu. Teluk Bayur paling pas disambangi sore-sore menjelang matahari terbenam. Pelabuhan ini punya tempat tersendiri di hati para perantau Minang. (Dahulu para perantau meninggalkan Ranah Minang dari Pelabuhan Teluk Bayur.) Sampai-sampai dibuatkan satu lagu khusus buat pelabuhan itu, yakni Teluk Bayur yang dinyanyikan Ernie Djohan.

Penasaran buat ke tujuh pelabuhan bersejarah di Indonesia itu?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Sempat Jaya, Inilah 7 Pelabuhan Tua di Indonesia appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/pelabuhan-bersejarah-di-indonesia/feed/ 0 3309