Perpustakaan 400 Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/perpustakaan-400/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Tue, 03 Dec 2024 10:27:53 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 Perpustakaan 400 Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/perpustakaan-400/ 32 32 135956295 Perpustakaan 400: Jejak Pengabdian Tentara Pelajar (2) https://telusuri.id/perpustakaan-400-jejak-pengabdian-tentara-pelajar-2/ https://telusuri.id/perpustakaan-400-jejak-pengabdian-tentara-pelajar-2/#respond Tue, 03 Dec 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=44343 Tidak boleh salah lagi. Masyarakat sudah harus paham arti angka 400 yang menjadi nama perpustakaan daerah di Sunyaragi, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon. Bukan jumlah koleksi bukunya, melainkan berasal dari Batalyon 400 Tentara Pelajar Brigade XVII...

The post Perpustakaan 400: Jejak Pengabdian Tentara Pelajar (2) appeared first on TelusuRI.

]]>
Tidak boleh salah lagi. Masyarakat sudah harus paham arti angka 400 yang menjadi nama perpustakaan daerah di Sunyaragi, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon. Bukan jumlah koleksi bukunya, melainkan berasal dari Batalyon 400 Tentara Pelajar Brigade XVII Siliwangi.

Generasi keturunan pejuang Batalyon 400, hingga kini masih mengikatkan diri kuat-kuat pada Perpustakaan 400 sebagai peninggalan orang tua mereka. Mereka juga menghimpun silaturahmi lewat Ikatan Keluarga (Ikkel) 400, yang terbentuk sejak 24 Desember 1961. Anggotanya tersebar di banyak tempat dengan aktivitas beragam.

Salah satunya tinggal di Cirebon. Dita Hudayani S.H. mengungkapkan, basis perjuangan orang tua mereka dulu adalah Cirebon dan Kuningan. Bertempur melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan 1945.

“Di dua wilayah ini, Batalyon 400 Tentara Pelajar meninggalkan jejak perjuangannya,” ujar putri mendiang H. Emon Sulaeman Reksa Legora (wafat 1996) dan Saomiyanah. Keduanya sahabat mendiang Salamun AT dan RE Sulaeman.

Perpustakaan 400: Jejak Pengabdian Tentara Pelajar (2)
Lobi dan halaman Perpustakaan 400 yang lapang dan nyaman. Perpustakaan menjadi program yang dipilih para veteran Tentara Pelajar di Cirebon sebagai kepedulian pada masa depan bangsa/Mochamad Rona Anggie

Suara Bulat Membangun Monumen Hidup lewat Buku

Dita mengisahkan, usai peperangan menjaga kedaulatan Republik Indonesia, anggota Batalyon 400 memilih jalur pengabdian selanjutnya masing-masing. Ada yang meneruskan karir menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI). Tidak sedikit pula yang menekuni dunia bisnis.

“Ayah saya termasuk yang pilih jadi pengusaha,” bebernya saat berbincang di Jalan Pemuda, Cirebon, beberapa waktu lalu. 

Sementara eks Batalyon 400 yang memantapkan langkah di kemiliteran antara lain Letnan Jenderal TNI (Purn) Raden Mohammad Yogie Suardi Memet. Yogie, yang tergabung dalam pasukan inti Kelana Sakti, kemudian menjadi Panglima Kodam VI Siliwangi (1978–1983), Gubernur Jawa Barat (1985–1993), dan Menteri Dalam Negeri (1993–1998). Ada pula Wakil Presiden ke-4 RI, Jenderal TNI (Purn) Umar Wirahadikusumah, yang semasa berpangkat kapten turut berjuang bersama Tentara Pelajar Yon 400 di kawasan Sagarahiang, Kuningan, Jawa Barat.

Tidak lupa, Marsekal TNI (Purn) Mohamad Saleh Basarah Suradiningrat, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) ke-6 periode 1973–1977, yang wafat 11 Maret 2010. Ia sempat keluar masuk hutan bersama Batalyon 400 di pedalaman Kuningan.

Dita, yang pernah menjadi anggota KPU Kota Cirebon dua periode (2008–2018), menyebut pilihan mendirikan perpustakaan menjadi suara bulat eks kombatan Tentara Pelajar. Sebagai wujud pencerahan terhadap masyarakat luas.

Ia mengenang cerita dari ayahnya terkait rencana pembangunan sebuah peninggalan, yang akan menjadi kenangan perjuangan Batalyon 400 Brigade XVII di wilayah Cirebon. Ada beberapa pilihan, termasuk monumen. Namun, “ketuk palu” jatuh ke perpustakaan. Masak monumen, kalau monumen enggaklah, ucap Dita menirukan sang ayah tercinta. Akhirnya, semua sepakat membangun perpustakaan. 

Perpustakaan 400: Jejak Pengabdian Tentara Pelajar (2)
Tata tertib dan koleksi buku “jendela dunia” di Perpustakaan 400/Mochamad Rona Anggie

Pemikiran veteran Tentara Pelajar masa itu, lanjut Dita, sederhana saja. Buku adalah jendela dunia. Kehadiran sebuah perpustakaan akan sangat berguna bagi generasi bangsa. “Perpustakaan ini monumen hidup. Jendela dunia,” tegas wanita 64 tahun itu bangga.

Cirebon menjadi lokasi pembangunan perpustakaan, karena wilayah ini terhubung erat dengan daerah Kuningan, palagan pertempuran Tentara Pelajar melawan Belanda. Energi kepahlawanan dalam kobaran semboyan “merdeka atau mati”, dipekikkan para pelajar usia 17–20 tahun, demi harga diri ibu pertiwi.    

Dita menambahkan, di Jakarta berdiri pula sekolah Bakti Mulya 400 Pondok Indah. Di bawah naungan Yayasan Keluarga 400 dan Yayasan Pondok Mulya. “Jadi, selain Perpustakaan 400, kami juga fokus di pendidikan lewat sekolah Bakti Mulya 400,” tuturnya. 

Saliranti (54), putri bungsu Salamun AT, mengungkapkan hal senada. Dari cerita ayahnya, eks pejuang Batalyon 400 Tentara Pelajar ingin membangun sebuah perpustakaan karena pengalaman sulit pada zaman penjajahan.

“Masa itu buku susah,” ujar Sali mengenang ucapan Salamun AT.

Veteran Tentara Pelajar ingin anak Indonesia pintar. “Kita dijajah lama, loh. Ayah saya dan rekan-rekannya tidak mau melihat generasi muda tanah air mengalami kesulitan seperti ketika mereka dahulu, yang sulit belajar dan mendapatkan buku.”

Maka tercetuslah ide mendirikan perpustakaan. Kemudian menyediakan fasilitas pendidikan yang bermutu dan bisa diakses semua kalangan. Karena itu, Ikkel 400 juga mendirikan sekolah Bakti Mulya 400 di Jakarta.

“Tujuannya agar anak Indonesia pintar,” kata wanita kelahiran Jakarta itu.

Perpustakaan 400: Jejak Pengabdian Tentara Pelajar (2)
Antusiasme anak-anak sekolah saat mengunjungi Perpustakaan 400/Mochamad Rona Anggie

Awal Pendirian dan Hubungan Mesra dengan Pemerintah

Pemerintah Provinsi Jawa Barat turut berperan membidani kelahiran Perpustakaan 400. Lewat Mayjen TNI (Purn) Aang Kunaefi, Gubernur Jawa Barat periode 1975–1985, pemerintah menyilakan sebuah lahan di pinggir jalan utama lintas provinsi untuk dibangun perpustakaan. 

“Waktu itu sebenarnya [tanah] mau dibeli saja,” ujar Dita. Namun, kas keuangan veteran Batalyon 400 belum mencukupi. Hanya bisa sampai tahap membangun gedung. Beruntung, Pemprov Jabar memberi perhatian, sehingga tanah yang menjadi lokasi Perpustakaan 400 sekarang boleh digunakan.

Seiring waktu, sambung Dita, ada pembagian wilayah administratif di Indonesia. Peralihan pengelolaan Perpustakaan 400 otomatis beralih dari tingkat provinsi ke kotamadya.

“Kalaupun niat membeli tanah saat itu jadi, pada akhirnya tanah dan gedungnya memang akan diserahkan pula ke pemerintah daerah,” beber alumni Fakultas Hukum Universitas Padjajaran itu.

Kini, generasi penerus Tentara Pelajar Batalyon 400 sangat berbahagia. Perpustakaan 400, yang dibangun orang tua mereka pada Oktober 1983, masih eksis. Gedungnya megah. Baru saja renovasi. Pembaruan fasilitas senantiasa berlangsung. Hubungan Pemkot Cirebon dan Ikkel 400 terjalin mesra.

“Komunikasi kami intensif,” kata Dita menggambarkan keharmonisan antara generasi penerus Batalyon 400 dengan Pemkot Cirebon. 

Menurut Dita, pihaknya sangat menghargai kehadiran Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Cirebon yang proaktif. Semisal, Drs. H. Mohamad Korneli M.Si. yang memimpin tahun 2016–2019. Pun pejabat penerusnya saat ini, Gunawan ATD DEA.

“Kalau Pak Korneli, jelas punya ikatan kuat karena orang tuanya anggota Batalyon 400,” ujarnya.

Menurut Dita, perhatian Ikkel 400 dan kesungguhan Pemkot Cirebon mengelola Perpustakaan 400 jadi modal penting terhadap keberlangsungan perpustakaan dengan koleksi 48.551 eksemplar buku dan 8.928 anggota (per 2023) itu. Tujuannya tak lain agar relasi anggota Ikkel 400 dan warisan peninggalan orang tua mereka tetap terhubung. Lebih dari itu, masyarakat pencinta minat baca di wilayah Cirebon juga terfasilitasi dengan baik. 

Perpustakaan 400: Jejak Pengabdian Tentara Pelajar (2)
Digitalisasi yang memuat basis data daftar baca perpustakaan/Mochamad Rona Anggie

Dita tak menutupi bantuan finansial yang sampai sekarang masih dikucurkan ke Perpustakaan 400. Baik atas pengajuan kepala dinas, atau yang berkala disalurkan langsung oleh pengurus Ikkel di Jakarta.

“Bantuan melimpah datang dari Jakarta. Maklum saja, di sana yang banyak uangnya,” seloroh Dita. Ia menggambarkan keseriusan pengurus, “Butuh pendingin ruangan, kami beri. Ingin punya koleksi buku kedokteran, kami kirim.”

Itu semua menunjukkan semangat warisan orang tua mereka dulu. Sebagai generasi penerus, Dita dan anggota Ikkel 400 lainnya berupaya menjaga. Agar cerita orang tua mereka tidak lenyap digulung zaman. Dari keterangan Dita, diketahui saban setahun sekali anggota Ikkel 400 rutin kumpul di ibu kota. 

Tahun 2022, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI mengganjar perpustakaan umum daerah Kota Cirebon itu dengan sertifikat akreditasi A. Sebuah capaian yang membuat Perpustakaan 400 lebih bergengsi. Menjadi rujukan bagi perpustakaan umum daerah lainnya yang ingin studi banding. Belum lagi, prioritas bantuan dari pemerintah pusat akan mengalir lebih mudah. 

“Selain aktivitas baca-pinjam buku, kami rutin menggelar literasi kreatif. Ada kegiatan storytelling atau mendongeng untuk anak. Pelatihan Bahasa Inggris, Prancis, dan Arab. Boleh jadi ini yang membuat Perpusnas RI mantap memberi penghargaan akreditasi A pada kami,” papar Kepala Dispusip Kota Cirebon Gunawan ATD DEA. 


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Perpustakaan 400: Jejak Pengabdian Tentara Pelajar (2) appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/perpustakaan-400-jejak-pengabdian-tentara-pelajar-2/feed/ 0 44343
Perpustakaan 400: Jejak Pengabdian Tentara Pelajar (1) https://telusuri.id/perpustakaan-400-jejak-pengabdian-tentara-pelajar-1/ https://telusuri.id/perpustakaan-400-jejak-pengabdian-tentara-pelajar-1/#respond Mon, 02 Dec 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=44279 Sejarah panjang menaungi Perpustakaan 400. Tepat 10 November 2024, usia perpustakaan yang berlokasi di Jalan Brigjen Dharsono No. 11, Kota Cirebon itu resmi memasuki usia 40 tahun. Sejenak kita kilas balik peristiwa akhir perang dunia...

The post Perpustakaan 400: Jejak Pengabdian Tentara Pelajar (1) appeared first on TelusuRI.

]]>
Sejarah panjang menaungi Perpustakaan 400. Tepat 10 November 2024, usia perpustakaan yang berlokasi di Jalan Brigjen Dharsono No. 11, Kota Cirebon itu resmi memasuki usia 40 tahun.

Sejenak kita kilas balik peristiwa akhir perang dunia kedua. Negeri Matahari Terbit mengibarkan bendera putih. Tanpa bulatan merah di tengahnya. Pada 15 Agustus 1945, mereka mengaku kalah. Padahal, sebelumnya serdadu Dai Nippon menggila. Pasifik diterjang, Pearl Harbor diserang. Dunia dibuat geleng-geleng. Apa maunya mesin tempur dari timur Asia itu?

Hilang sudah kesabaran Amerika Serikat dan teman-temannya. Mereka bersumpah mengejar ke partai final. Hingga akhirnya berlangsung pertandingan puncak. Amerika Serikat yang jadi andalan tim, menurunkan “pemain” terbaik: Enola Gay. Punya senjata andalan yang sudah dipersiapkan, Little Boy, si “Bocah Kecil” yang menghabisi Hiroshima di set pertama, 6 Agustus 1945.

Enola Gay makin beringas. Tak ingin kehilangan momen, dihunjamkannya jurus maut kedua, Fat Man alias “Orang Gemuk” di set kedua, 9 Agustus 1945. Nagasaki pun tersungkur. Perlawanan Tokyo terhenti. Pasukan Sakura menyerah. Perang Dunia II tamat. Tim Sekutu keluar sebagai juara umum, dengan raihan ratusan ribu nyawa manusia melayang. Mulai balita sampai orang tua. 

Tidak ada tepuk tangan, sorak-sorai, apalagi pengalungan medali. Telah tertoreh tragedi kemanusiaan yang sangat mengerikan di atas podium peperangan. Belum lagi, yang di kemudian hari menanggung cacat seumur hidup. Mereka terpapar radiasi bom atom yang dibawa terbang pesawat Enola Gay dengan pilot Paul Tibbets.

Perpustakaan 400: Jejak Pengabdian Tentara Pelajar (1)
Tampak patung R.E. Mohamad Sulaeman, Komandan Pasukan Gerilya Kelana Sakti di halaman depan gedung Perpustakaan 400. Perpustakaan ini dikelola Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Cirebon/Mochamad Rona Anggie

Peran Tentara Pelajar Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Kabar keoknya Jepang hinggap di bumi Nusantara. Tak ingin “medali emas” hilang. pejuang negeri khatulistiwa menghimpun kekuatan. Membaca setiap peluang, detik demi detik. Aroma kemerdekaan tercium dekat sekali. 

Hingga saat yang dinantikan tiba. Bulan puasa, di hari kesembilan Ramadan 1364 Hijriah atau 17 Agustus 1945, Ir. Sukarno dan Drs. Mohammad Hatta, memproklamasikan kemerdekaan atas nama rakyat Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.

Perjuangan merebut kemerdekaan mencapai titik puncak. Segenap penjuru menyambut bahagia. Pekik ‘Merdeka! Merdeka!’ meramaikan jagat langit. Dari pagi sampai malam, mengiringi lantunan tadarus Alquran dari surau ke surau selepas tarawih. Sampai dini hari menjelang sahur esok hari, seruan itu masih membahana di antara kumandang azan Subuh. Semua bergembira.

Namun, di lain tempat, sekelompok bule memandang sebelah mata pernyataan kemerdekaan itu. Mereka berupaya menguasai Nusantara lagi. Tidak rela negeri ini menghirup udara kebebasan. Sedari awal, Belanda tidak sudi pada Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, yang menjadikan Indonesia negara berdaulat. 

Komandan tempur pasukan Belanda terus memobilisasi anak buahnya secara masif. Bersiap konfrontasi besar-besaran. Puncaknya adalah Agresi Militer Belanda I (21 Juli–5 Agustus 1947) dan Agresi Militer Belanda II (19–20 Desember 1948). 

Akibatnya, di beberapa titik bentrok fisik tak terhindarkan. Rakyat Indonesia melawan mati-matian untuk mempertahankan harga diri. Emoh dijajah lagi. Kapok disiksa kompeni. Tak terkecuali barisan pelajar, yang telah mengonsolidasikan kekuatan lewat Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) atau Tentara Pelajar (TP).

TP di Jawa Barat ada di bawah komando Panglima Divisi Siliwangi, Kolonel Abdul Haris Nasution, yang berkedudukan di Tasikmalaya. Batalyon 400 terbentuk sejak Juni 1946, mempunyai wilayah Karesidenan Cirebon (2 kompi), Purwakarta (1 kompi), dan Pekalongan (1 kompi). Berpusat di Cirebon, dengan markas besar di Yogyakarta. Salamun AT ditunjuk sebagai komandan batalyon (Danyon), sedangkan Ismail Rahardjo menjabat kepala staf (Kartasumitra, 1981:33).

Lebih lanjut, Kartasumitra dan Langgeng (1980:2) mengungkap sosok para tentara remaja itu: “Mereka adalah pelajar-pelajar sekolah lanjutan yang relatif masih muda-muda usianya. Jika digolongkan dalam pasukan bersenjata, maka mereka adalah pasukan ir-regular yang tidak terikat oleh disiplin militer untuk berjuang di teritorial Cirebon.

Sementara Ekadjati dkk (1987:87) menyebutkan, pada akhir Juni 1946, TP Cirebon memisahkan diri dari Markas Pusat TP Jawa Barat. Sebab, hubungan antarmarkas terputus akibat gangguan militer Belanda. Setelah melakukan tata ulang organisasi, TP Cirebon berubah menjadi Batalyon 400 Brigade XVII Siliwangi, memegang kendali perjuangan di Cirebon, Kuningan, Indramayu, dan Majalengka. Sebagai Danyon ditunjuk Salamun Alfian Tjakradiwirja (AT) dan Kepala Staf Ismail Rahardjo, sedangkan Komandan TP Kuningan adalah R.E. Mohamad Sulaeman. Di antara pengikutnya ada Abdul Adjid, Afidik, dan Mohammad Chalil. Ketiga nama terakhir gugur sebagai kusuma bangsa, setelah tertembak pasukan Belanda pada 1948.

Peran Tentara Pelajar di masa mempertahankan kemerdekaan sangat vital. Selain gagah berani bertempur menghadapi prajurit Ratu Wilhelmina, para pelajar yang ikhlas meninggalkan bangku sekolah demi perjuangan itu juga diandalkan menyusup ke wilayah yang dikuasai musuh.

Seperti saat peristiwa Hijrah “Maung” Siliwangi ke Yogyakarta, imbas dari Perjanjian Renville 17 Januari 1948. Anggota TP Batalyon 400, terkhusus di Kuningan, banyak terlibat aktivitas mata-mata. Mereka mengumpulkan pelbagai informasi penting, yang disampaikan ke gerilyawan Tentara Republik Indonesia (TRI).

Kartasumitra (1981:31) mengisahkan dalam bukunya: “Dengan adanya ketentuan ini, maka Letnan Kolonel Abimanyu, menyarankan supaya anggota-anggota pelajar pejuang masuk kembali ke kota dan tinggal di daerah pendudukan Belanda, untuk tetap memelihara semangat perjuangan…

Lambat laun, kompeni mengendus aksi spionase tersebut. Maka dilakukan pembersihan besar-besaran. Ketiga sahabat, Abdul Adjid, Afidik, dan Mohammad Chalil, terciduk aparat Belanda pada 22 Agustus 1948 dan langsung dieksekusi. Sementara komandan mereka, R.E. Mohamad Sulaeman, berhasil meloloskan diri dengan bergabung ke markas gerilyawan di Sagarahiang, pelosok desa di Kuningan.

Perpustakaan 400: Jejak Pengabdian Tentara Pelajar (1)
Perpustakaan 400 masih sering dikunjungi pelajar sekolah untuk melakukan pembelajaran di luar kelas/Mochamad Rona Anggie

Mengenang Jasa Pasukan Kelana Sakti 

Guna mengenang kepahlawanan ketiga Tentara Pelajar, pemerintah membangun Monumen Perjuangan Tentara Pelajar pada 1971 di sisi barat Jalan Raya Cirebon–Kuningan. Tidak jauh dari jembatan Sungai Cisande, tempat jenazah ketiganya ditemukan (Ibid, hal. 86). Adapun untuk mengenang keberanian R.E. Mohamad Sulaeman selaku komandan tempur pasukan Kelana Sakti—tim inti Yon 400, dibuatlah patung berbahan kuningan murni, mengabadikan sosoknya di halaman depan Perpustakaan 400.

Secara resmi, pemerintah membubarkan Tentara Pelajar pada 1950. Pada kesempatan itu, pemerintah juga memfasilitasi anggota Tentara Pelajar bila ingin meneruskan karier di kemiliteran, atau melanjutkan studi dengan biaya ditanggung negara.

Satu masa perjuangan bersama Tentara Pelajar Batalyon 400 Brigade XVII Siliwangi, yang di kemudian hari menjadi pejabat penting, di antaranya Solihin Gautama Purwanegara (Komandan Brigade XVII SLW). Ia menjadi Gubernur Jawa Barat periode 1970–1975 dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal TNI.

Lalu, Umar Wirahadikusumah, yang saat berpangkat kapten turut mencicipi gerilya di Sagarahiang. Jenderal (Purn) TNI Umar Wirahadikusumah kemudian menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ke-9 (1969–1973), dan tercatat sebagai Wakil Presiden ke-4 RI periode 1983–1988.

Ada pula Letnan Jenderal (Purn) TNI Raden Mohammad Yogie Suardi Memet. Mantan Danjen Kopassus ke-8 (1975–1978), Panglima Kodam VI Siliwangi (1978–1983), Gubernur Jawa Barat (1985–1993), dan Menteri Dalam Negeri (1993–1998). 

Tidak ketinggalan, Komandan TP Batalyon 400, Drs. Salamun AT. Ia pernah duduk di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) sampai tingkat III (1952), lalu lanjut ke Rijksbelasting Academie, Rotterdam, Belanda (1955). Kemudian mengabdi di pelbagai instansi pemerintah, menjadi Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan (1973–1981) dan Direktur Jenderal Pajak (1981–1988) di era kepemimpinan Presiden Soeharto. Pria kelahiran Cirebon itulah yang menggoreskan tanda tangan di prasasti peresmian gedung Perpustakaan 400 pada 10 November 1984. Prasasti tersebut masih menempel di tembok depan gedung Perpustakaan 400 hingga saat ini.

Perpustakaan 400: Jejak Pengabdian Tentara Pelajar (1)
Prasasti peresmian Perpustakaan 400 pada tanggal 10 November 1984/Mochamad Rona Anggie

Salamun AT merupakan Ketua Umum Ikatan Pelajar (Ikkel) 400. Anak bungsu Salamun, Dra Saliranti (58) menuturkan dirinya baru berumur 18 tahun ketika sang ayah meresmikan gedung Perpustakaan 400. Namun, Sali—sapaannya—tidak ingat persis sejak kapan ayahnya menjadi ketua umum Ikkel 400. Yang dia tahu, tidak ada periodisasi kepemimpinan. Bahkan teman-teman ayahnya menghendaki eks Danyon 400 Tentara Pelajar itu terus menjabat. “Jadi, ya, seumur hidup,” katanya. 

Baru setelah meninggal tahun 2000, posisi Salamun AT digantikan Saleh Basarah, mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) 1973–1977. Beliau wafat tahun 2010. Kemudian, estafet kepemimpinan pengurus Ikkel 400 beralih ke putranya, Mohammad Lendi Basarah, sampai sekarang.

Pada 15 Juli 2019, Menteri Keuangan Sri Mulyani memberi penghargaan kepada sepuluh mantan Dirjen Pajak selama rentang 1981–2017. Termasuk Salamun AT. 

(Bersambung)


Referensi:

Kartasumitra, R.E.S. dan Langgeng, S. 1980. Anjangsana ke Sagarahiang. Jakarta. Catatan Pribadi.
Kartasumitra, R.E.S. 1981. Kelana Sakti sebagai Pasukan Inti dari Batalion 400 Tentara Pelajar. Jakarta. Catatan Pribadi.
Ekadjati, Edi S., dkk. 1987. Monumen Perjuangan Daerah Jawa Barat. Jakarta: Depdikbud.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Perpustakaan 400: Jejak Pengabdian Tentara Pelajar (1) appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/perpustakaan-400-jejak-pengabdian-tentara-pelajar-1/feed/ 0 44279