pesisir Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/pesisir/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Tue, 29 Mar 2022 08:34:50 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 pesisir Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/pesisir/ 32 32 135956295 Terumbu Karang yang Menopang Beban https://telusuri.id/terumbu-karang-yang-menopang-beban/ https://telusuri.id/terumbu-karang-yang-menopang-beban/#respond Tue, 09 Feb 2021 10:43:00 +0000 https://telusuri.id/?p=26917 Bawah laut Indonesia memang indah. Tempat-tempat snorkeling dan diving baru bermunculan seiring tingginya minat wisatawan untuk berkunjung. Pada 27 Desember 2020, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengumumkan melalui akun sosial media instagramnya bahwa Indonesia meraih...

The post Terumbu Karang yang Menopang Beban appeared first on TelusuRI.

]]>
Bawah laut Indonesia memang indah. Tempat-tempat snorkeling dan diving baru bermunculan seiring tingginya minat wisatawan untuk berkunjung. Pada 27 Desember 2020, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengumumkan melalui akun sosial media instagramnya bahwa Indonesia meraih penghargaan sebagai Destinasi Wisata Selam Terbaik di Dunia Versi Dive Travel Awards 2020 oleh Majalah Dive UK.

Namun, di balik keindahan tersebut terdapat satu hal yang kerap menjadi perhatian namun seringkali diacuhkan, yaitu sikap pelaku wisata (penyelenggara dan wisatawan).

Demi Konten, Abai Perilaku 

Terumbu Karang
Snorkeling/Melynda Dwi

Wisata bawah air tidak hanya sebatas scuba diving, tetapi ada pula freedive dan snorkeling. Ternyata, kegiatan penyelaman lebih banyak berpengaruh terhadap kerusakan karang. Terlebih lagi jika penyelam kurang berpengalaman, hal ini akan berpotensi menyebabkan kerusakan karang lebih besar. Penggunaan alat scuba mulai dari sarung tangan, tabung oksigen hingga diving fins juga berpotensi merusak karang. Studi menyebutkan, dibandingkan dengan snorkeling yang melayang di air, menyelam lebih berdampak besar terjadinya gesekan dengan karang.

Terumbu karang acap kali dianggap sebagai batu atau benda mati yang boleh diperlakukan semena-mena. Sehingga saat melihat karang, timbul rasa penasaran dari wisatawan untuk menyentuhnya.

Padahal, terumbu karang tergolong sebagai binatang yang juga merasa terancam saat didekati oleh benda asing, termasuk dari manusia. Banyak orang yang mengira bahwa sentuhan kecil pada karang tidak menimbulkan efek yang signifikan. Padahal sentuhan tersebut dapat mengakibatkan kerusakan fisik dan terganggunya pertumbuhan karang. Bahkan dapat berakhir pada kematian karang.

Terumbu Karang
Kaki di atas karang/Melynda Dwi

Berdasarkan pengalaman pribadi saat berwisata ke salah satu pulau di Kepulauan Seribu. Saya yang menyaksikan langsung wisatawan menyentuh bahkan menginjak karang-karang. Bahkan yang lebih membuat tak henti-hentinya diri ini menggelengkan kepala ialah tour guide-nya pun juga melakukan hal yang sama. Ia seperti tidak tahu bahwa terumbu karang termasuk ekosistem yang dilindungi.

Seringkali entah wisatawan maupun pelaku wisata cenderung acuh dengan kondisi terumbu karang. Yang ada di benak wisatawan hanyalah rasa puas menelusuri bawah air lengkap dengan ‘foto-foto terbaik’ berinteraksi langsung dengan terumbu karang. Begitu pula dengan pelaku wisata yang merasa bahwa kebahagiaan pengunjung dan keuntungan ekonomi menjadi prioritas.

Dampak Terhadap Lingkungan 

Kerusakan terumbu karang tidak hanya diakibatkan oleh perubahan iklim. Kerusakan ini bisa disebabkan karena peningkatan suhu air laut, peningkatan muka air laut dan penurunan derajat keasamannya yang menyebabkan pemucatan (bleaching) pada karang, ataupun karena kegiatan perikanan yang melibatkan alat tangkap tidak ramah lingkungan. Namun aktivitas pariwisata juga sangat berperan terhadap kerusakan terumbu karang.

Mari mengingat sejenak akan peristiwa pada Maret 2017, kandasnya Kapal Pesiar M.V. Caledonian Sky di Selat Dampier, Raja Ampat. Terjadi kerusakan hebat pada terumbu karang seluas 1,8 hektar. Dan para ahli memperkirakan butuh ratusan tahun untuk memulihkan kondisi karang yang rusak.

Terumbu Karang
Terumbu karang yang tersisa/Melynda Dwi

Rusak bahkan hancurnya terumbu karang tidak hanya berakibat pada nilai estetika semata. Terumbu karang sebagai salah satu ekosistem di kawasan perairan laut berperan sebagai habitat bagi ikan. Mulai ikan konsumsi hingga ikan-ikan karang.

Bila terumbu karang rusak, otomatis biota laut lain akan kehilangan tempat tinggalnya. Selain wisatawan enggan untuk berkunjung, nelayan juga menangis karena tidak ada ikan yang bisa ditangkap. 

Dampak Ekonomi Juga Terasa

Sudah barang tentu, terumbu karang yang sehat akan mendatangkan wisatawan. Pemasukan negara dari sektor kepariwisataan tidak bisa disepelekan. Maka tidak mengherankan apabila pemerintah menggelontorkan dana ‘fantastis’ untuk menggaet influencer dalam hal promosi wisata pasca wabah corona.

Beberapa spot diving seperti Raja Ampat, Bunaken, Wakatobi dan Karimunjawa terkena dampaknya. Jika diambil contoh dari kerusakan terumbu karang di Raja Ampat, semakin banyak wisatawan ternyata semakin berdampak pada kerusakan lingkungan. Pun, keterlibatan masyarakat lokal juga jauh lebih sedikit dalam pengelolaan wisata karena banyaknya ‘pendatang’ ikut serta.

Jika terus dibiarkan, bisa jadi suatu saat jumlah wisatawan di Raja Ampat menurun karena bawah lautnya tak lagi indah. Kalau sudah begitu, tidak hanya pihak pelaku pariwisata yang terdampak. Setidaknya industri hospitality, transportasi, dan makanan juga akan terkena imbas.

Sekali Lagi, Edukasi Itu Penting!

Saat ini banyak program rehabilitasi terumbu karang dengan berbagai metode bermunculan. Sayangnya, kegiatan rehabilitasi tidak semudah yang diperkirakan. Selain membutuhkan biaya pemasangan dan perawatan besar, urusan tenaga ahli nggak boleh sembarangan karena rehabilitasi terumbu karang yang terkesan asal-asalan akan berdampak pada kesia-siaan. 

Maka dari itu upaya mencegah lebih baik daripada mengobati, bukan?

Yang saya tahu, selama ini sebatas nelayan-nelayan perikanan yang mendapatkan perhatian dan arahan untuk tidak merusak karang. Namun, pelaku industri wisata sering dinomorsatukan dan malah kurang mendapatkan pengetahuan terkait konservasi terumbu karang ini.

Sebagai wisatawan yang sedikit mengetahui bahwa terumbu karang termasuk dalam lingkup konservasi, melihat langsung tour guide yang menginjak karang hanya bisa membuat saya terdiam.

Saya masih sadar diri. Saya hanya pengunjung, bukan penduduk asli. Oleh karena itu, peran Pemerintah dan LSM yang memberikan sosialisasi dan pengawasan mutlak diperlukan.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Terumbu Karang yang Menopang Beban appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/terumbu-karang-yang-menopang-beban/feed/ 0 26917
Cara Sederhana Mencintai Bumi https://telusuri.id/cara-sederhana-mencintai-bumi/ https://telusuri.id/cara-sederhana-mencintai-bumi/#respond Sun, 07 Feb 2021 11:21:00 +0000 https://telusuri.id/?p=26867 Sampah sejak dulu memang selalu menjadi perhatian utama di Indonesia dalam pencemaran lingkungan baik pencemaran tanah maupun laut. Indonesia juga merupakan penghasil sampah plastik terbanyak kedua di dunia setelah China.  Akhir-akhir ini semakin gempar pemberitaan...

The post Cara Sederhana Mencintai Bumi appeared first on TelusuRI.

]]>
Sampah sejak dulu memang selalu menjadi perhatian utama di Indonesia dalam pencemaran lingkungan baik pencemaran tanah maupun laut. Indonesia juga merupakan penghasil sampah plastik terbanyak kedua di dunia setelah China. 

Akhir-akhir ini semakin gempar pemberitaan yang memperlihatkan perairan di Indonesia tercemar parah, sungai berisikan air yang hitam, bau, dan tak jarang tertutup sampah plastik. Laut dan pantai yang seharusnya bersih, kini juga menjadi tempat sampah berlabuh. Ekosistem sekitar pun ikut rusak.

Tak jarang juga kita menonton video melalui media sosial yang memperlihatkan terumbu karang yang awalnya berwarna-warni berubah menjadi tandus, sampah-sampah plastik kadang tersangkut diantaranya. Sering juga saya melihat video yang memperlihatkan satwa laut terluka karena terperangkap jaring, karet ban, dan sampah plastik—yang mana jika tidak mendapat pertolongan dari manusia benda itu selamanya akan terperangkap dan melukai tubuh satwa tersebut. Tak jarang pula ditemukan ikan atau satwa laut lain yang terdampar mati di pantai, lalu saat perut satwa tersebut dibedah, isinya penuh dengan sampah plastik.

Foto: Ocean Cleanup Group (Unsplash)

Dari hal itu seharusnya kita sudah dapat melihat akibat dari sampah plastik itu sebesar apa. Ikan memakan sampah atau berenang di air yang sudah tercemar, lalu ikannya kita yang makan. Sama saja manusia memakan sampah yang dibuangnya secara sembarangan, kan?

Konsumsi barang-barang berbahan plastik atau non organik sangat tidak beraturan. Selain pola pemakaian, cara kita membuang sampah juga sangat memprihatinkan, tangan kita sangat ringan untuk membuang sampah sembarangan yang nantinya sampah itu akan terbawa air, angin berujung ke sungai dan bermuara di laut. 

Nggak heran kalau sering kita melihat kampanye cinta lingkungan berseliweran di media sosial. 

Cara untuk mengurangi sampah plastik setiap harinya itu tidak susah kok, nggak perlu susah-susah nunggu aturan pemerintah, kita bisa mulai dari diri sendiri dulu. Kita bisa mulai dengan mengurangi penggunaan barang-barang yang sulit terurai. Seperti mengurangi beberapa barang di bawah ini, simak ya!

Tidak menggunakan kantong plastik sekali pakai

Penggunaan kantong plastik memang sudah seperti kebiasaan bahkan bisa dibilang seperti kebutuhan. Plastik digunakan untuk membawa barang atau benda yang memiliki skala besar atau banyak. Dimanapun kita berbelanja selalu akan diberi plastik, ke pasar, ke supermarket, atau beli apapun lah pasti kantong plastik menjadi barang yang tidak pernah ketinggalan, dan jika lupa pasti bakalan minta.

“Minta kantong plastiknya dong Mba, double ya biar nggak sobek.” Ucapku.

Saat ini pemerintah dan di beberapa daerah sudah menerapkan larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai di supermarket atau swalayan, bagi pembeli diwajibkan membawa kantong sendiri atau membeli kantong kain yang sudah disediakan. 

Ya, meskipun itu makanan atau barang yang dibeli di supermarket memiliki kemasan plastik juga yang lebih tebal, tapi setidaknya dengan menggunakan kantong/tas kain kita bisa mengurangi sekian persen sampah plastik. Harapannya sih, kamu juga mulai menggunakan kantong kain meski di tempatmu belum menerapkan aturan ini.

Bijak menggunakan masker medis

Setelah COVID-19 resmi ditetapkan menjadi bencana nasional di Indonesia, penggunaan masker medis menjadi hal penting bagi setiap orang. Dampaknya, sempat kita rasakan beberapa waktu lalu saat terjadi kelangkaan masker medis. Lalu, karena penggunaan masker medis sekali pakai menggunakan masker medis sekali pakai, sehingga masker medis juga berkontribusi dalam kenaikan produksi limbah medis. 

Menurut observasi dan proyeksi Bappenas, produksi limbah medis naik hingga 400% dibanding kondisi sebelum pandemi COVID-19, dan hingga Desember 2020, kenaikan limbah medis mencapai 30%-50%. Limbah medis [masker] yang seharusnya dihancurkan dengan cara khusus dan di tempat khusus, kini dibuang sembarangan. 

Beberapa jenis masker medis sekali pakai punya kandungan plastik. Sebagian lagi mengandung bahan kimia bersifat karsinogenik, memiliki bahan aditif, tahan air, hingga UV stabilizer yang mana akan sangat berbahaya jika terpapar ke lingkungan. Jadi bingung, kan? Mau menghindar dari COVID-19 tapi enggan kontribusi penumpukan limbah masker medis sekali pakai.

Baru-baru ini, WHO memberikan solusi. Berdasarkan anjuran WHO per 1 Desember 2020, masyarakat berusia kurang dari 60 tahun dan tidak memiliki masalah kesehatan sebaiknya menggunakan masker kain.

Selain itu, sebaiknya kita mengurangi intensitas kegiatan di luar rumah jika tidak ada hal mendesak supaya penggunaan masker medis (dan masker sekali pakai) berkurang. Atau hanya gunakan masker medis jika hanya bepergian jauh dalam jangka waktu lama, dan bertemu dengan banyak orang.

Terobosan menstrual cup dan pembalut kain

Pembalut sekali pakai memang menjadi barang wajib untuk dimiliki oleh para perempuan, karena dipakai setiap bulannya. Namun, pernahkan berpikir kemana saja sampah pembalut sekali pakai ini?

Pembalut sekali pakai seiring berjalannya waktu akan mengeluarkan gas metana yang berakibat pada pencemaran lingkungan dan menyebabkan kenaikan temperatur di permukaan bumi sehingga menyebabkan pemanasan global.

Untuk mengurangi sampah pembalut ini, sering kita berpikiran untuk memusnahkan dengan cara dibakar. Ternyata ini adalah cara yang salah dan justru memperparah pencemaran karena hasil dari pembakaran yaitu dioksin dapat meracuni tubuh manusia, merusak fungsi organ, dan sistem tubuh.

Anggap saja wanita menggunakan 3-4 pembalut sekali pakai dalam sehari, lalu kalikan dengan lama menstruasi. “Kalau dihitung-hitung, jatuhnya bisa di atas 300 pembalut per orang setiap tahunnya,” ujar Jeanny Primasari, penggagas komunitas Zero Waste Nusantara, dikutip dari CNNIndonesia.com.

Nah, untuk mengurangi dampak gas metana, plastik, bahan pemutih, dioksin, dan zat-zat lainnya dari pembalut, kita dapat beralih dari pembalut sekali pakai menjadi pembalut kain atau menstrual cup. Kedua benda ini tentunya bisa menggantikan pembalut sekali pakai, tidak berdampak buruk untuk tubuh, ramah lingkungan, dan lebih ramah di kantong.

Masih banyak lagi terobosan untuk mengurangi produksi sampah khususnya plastik. Kamu bisa baca-baca tipsnya di Topik Khusus Sampah Kita, atau tengok juga komunitas-komunitas zero waste dan lainnya. Jadi, kamu sudah mulai menerapkan gaya hidup bebas dari plastik, belum?


Sampah Kita merupakan sebuah tajuk untuk berbagi pengalaman refleksi tentang sampah. Sampaikan cerita dan refleksimu soal sampah, bagikan tips dan kiat menyelesaikannya di telusuri.id/sampahkita.

Sampah Kita didukung oleh Lindungi Hutan dan Hutan Itu Indonesia.

The post Cara Sederhana Mencintai Bumi appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/cara-sederhana-mencintai-bumi/feed/ 0 26867