psbk Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/psbk/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Wed, 22 Jun 2022 11:48:14 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 psbk Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/psbk/ 32 32 135956295 PSBK Art Week: Kolaborasi Indonesia – Belanda dalam Presentasi Tari Kolaboratif ‘Tjampoer’ https://telusuri.id/psbk-art-week-tjampoer/ https://telusuri.id/psbk-art-week-tjampoer/#respond Wed, 22 Jun 2022 11:48:10 +0000 https://telusuri.id/?p=34114 Sebagai bentuk representasi tari Indonesia dan pertemuan budaya lintas negara, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) kembali bekerja sama dengan Erasmus Huis dalam sebuah program berjudul Dance Collaboration Residency yang akan dilaksanakan di Yogyakarta. Program residensi...

The post PSBK Art Week: Kolaborasi Indonesia – Belanda dalam Presentasi Tari Kolaboratif ‘Tjampoer’ appeared first on TelusuRI.

]]>
Sebagai bentuk representasi tari Indonesia dan pertemuan budaya lintas negara, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) kembali bekerja sama dengan Erasmus Huis dalam sebuah program berjudul Dance Collaboration Residency yang akan dilaksanakan di Yogyakarta. Program residensi ini akan mempertemukan kelompok tari Danstheater asal Belanda dan Maharani Dance asal Indonesia. Acara ini juga akan menjadi ajang pertemuan para seniman seperti Louise Lucie Maria Bloemen (koreografer), Ali Zanad (penari), Rosanne Dominique Bakker (penari), Hans Adriaan Vermunt (musisi), Maharani Ayuk Listyaningrum (koreografer), Shakira Diva Dovendra (penari), Fachry Destyanto Matlawa (penari), dan Galih Nagaseno (musisi).

Kerja sama profesional antara PSBK dan Erasmus Huis terjalin semenjak Culture Development Program pada medio 2008-2011, yang memungkinkan pengembangan profesional seniman serta modul edukasi seni, serta beberapa program presentasi seni yang inklusif di panggung PSBK. Program Dance Collaboration Residency kali ini mewadahi konektivitas budaya melalui pertukaran artistik yang menjunjung tinggi pembelajaran bersama, tidak hanya bagi seniman tetapi juga bagi masyarakat. 

Erasmus Huis - PSBK Dance Collaboration Residency Media PSBK
Erasmus Huis – PSBK Dance Collaboration Residency Media PSBK

“Pertukaran budaya ini merupakan cara yang lebih baik untuk mengkoneksikan orang-orang. Karena ketika satu budaya bertemu dengan lainnya, hal-hal menarik terjadi. Tentu saja kita memiliki latar belakang yang berbeda. Belanda dan Indonesia memiliki masa lalu yang besar sekali, baik yang bagus maupun tidak bagus. Saya rasa kita dapat belajar dari masa lalu. Ketika kita dapat saling mengenal satu sama lain, kita dapat membangun masa depan yang baru. Saya harap Erasmus Huis dan PSBK dapat bekerja sama lebih lanjut pada program residensi seniman di masa yang akan datang. Ini adalah cara yang sangat bagus untuk mengkoneksikan orang.” – Yolande Melsert, Head Culture & Communication, Director of Erasmus Huis. 

“Kami sangat senang bahwa PSBK dapat memfasilitasi pertemuan kreatif penting antara seniman internasional dan lokal Indonesia yang menjunjung tinggi pembelajaran. Inti dari segala bentuk pertukaran artistik adalah konektivitas budaya yang memelihara tujuan hidup maupun profesional. PSBK menghargai kolaborasi yang benar-benar sesuai dengan misi bersama dan yang terbuka untuk saling menggali, memahami dan menginspirasi.” – Jeannie Park, Direktur Eksekutif Yayasan PSBK.

Presentasi tari kolaboratif: Tjampoer 

Residensi yang berlangsung selama sebulan ini memuat proses kolaborasi dan eksplorasi artistik diantara para seniman yang terlibat maupun penjelajahan mereka di sekitar tempat residensinya di Yogyakarta. Pada puncak program residensi ini, para seniman mempersembahkan sebuah presentasi tari kolaboratif berjudul ‘Tjampoer’ arahan koreografer Wies Bloemen (Belanda) dan Maharani Ayuk Listyaningrum (Indonesia). “Kami berusaha untuk memahami apa kepribadian kami di proyek ini dan mengetahui identitas masing-masing.” Maharani Ayuk Listyaningrum, koreografer Maharani Dance. “Orang-orang berbagi cerita hidupnya; hubungannya menjadi dalam ketika dapat mengekspresikan perasaan di dalamnya ke orang lain. Tentu saja kemudian bagaimana kita menarikannya, itulah yang kami berusaha tangkap.” Wies Bloemen, koreografer Danstheater AYA. Kolaborasi ini akan ditampilkan di dua tempat yaitu Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) Yogyakarta pada 23 Juni 2022 dan di Erasmus Huis Jakarta pada 28 Juni 2022.

Erasmus Huis - PSBK Dance Collaboration Residency Media PSBK

We are working together for a period of 1 month to find a form for the things that are happening, while at the same time sharing our lives and making discoveries about each other. We are making duets about getting to know each other -what makes us curious and what we want to know about each other (Indonesia-Holland). We are making dances from traditional dance material and taking it to another level. 

We are finding out what is typical of Indonesia and typical of Holland. So, we made a techno dance. We shared stories about our losses in life, our doubts and our dreams, and we made scenes to reflect this. We are investigating the concept of power. What is power? How does it feel and how can you dance ‘it’? 

The power of an Indonesian person may be different from the power a Dutch person. We are researching different forms of rituals from different religions and faiths. And making a dance with flowers from that. We are also looking at the comical, absurd, and painful images that we acquired from Colonialism – and formulating them into dance. 

Wies Bloemen & Maharani Ayuk Listyaningrum.

Acara dapat disaksikan pada Kamis, 23 Juni 2022 Pukul 19:30 WIB Di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK), Yogyakarta dan Selasa, 28 Juni 2022 Pukul 19:30 WIB Di Erasmus Huis, Jakarta dengan melakukan reservasi pada: www.psbk.or.id. Untuk info lebih lengkap mengenai PSBK dapat diakses melalui www.psbk.or.id, untuk Erasmus Huis dapat diakses melalui www.netherlandsandyou.nl/erasmushuis, untuk Danstheater AYA dapat diakses melalui www.aya.nl, dan untuk profil seniman yang terlibat pada pementasan ini dapat diakses melalui bit.ly/tjampoer.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post PSBK Art Week: Kolaborasi Indonesia – Belanda dalam Presentasi Tari Kolaboratif ‘Tjampoer’ appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/psbk-art-week-tjampoer/feed/ 0 34114
Jagongan Wagen April 2020: “Di Balik Pintu Rumah” https://telusuri.id/jagongan-wagen-april-2020-di-balik-pintu-rumah/ https://telusuri.id/jagongan-wagen-april-2020-di-balik-pintu-rumah/#comments Sun, 19 Apr 2020 12:29:25 +0000 https://telusuri.id/?p=21034 Tiap bulan, kecuali Januari dan bulan Ramadan, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) di Bantul, Yogyakarta, mengadakan acara Jagongan Wagen (JW). Di acara itu, kamu bisa menikmati berbagai macam seni pertunjukan, dari mulai musik, tari, teater,...

The post Jagongan Wagen April 2020: “Di Balik Pintu Rumah” appeared first on TelusuRI.

]]>
Tiap bulan, kecuali Januari dan bulan Ramadan, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) di Bantul, Yogyakarta, mengadakan acara Jagongan Wagen (JW). Di acara itu, kamu bisa menikmati berbagai macam seni pertunjukan, dari mulai musik, tari, teater, hingga kolaborasi semuanya.

Semasa corona ini, JW tidak vakum. Untuk mewadahi seniman dan penikmati seni, PSBK mengadakan pertunjukan yang bisa disaksikan secara daring. Pertunjukan daring edisi perdana bulan Maret kemarin berlangsung dengan sukses. Menurut rilis JW, sampai 17 April 2020, “[T]ayangan JW [edisi Maret 2020] telah dinikmati oleh 969 penonton dari penjuru daerah.”

Bulan April ini, JW akan kembali melangsungkan pertunjukan daring. Judul yang diusung adalah “Di Balik Pintu Rumah,” sebuah pertunjukan kolaborasi dari para peserta Seniman Pascaterampil PSBK 2020. Meskipun judulnya terdengar kontemporer, yang mereka tampilkan adalah pembacaan terhadap cerita rakyat dari Jawa Timur, Keong Mas.

Menariknya lagi, fokusnya adalah soal relasi kuasa dalam sebuah keluarga. Para seniman itu, menurut bocoran rilis, akan menggali fragmen-fragmen seperti “perkara hak milik atas barang atau ruang, perjodohan, arus informasi dan pengetahuan, sampai pada perkara pilihan profesi atau bahkan pilihan politik.” Tentu hal-hal di atas bakal jadi bahan perenungan bagimu saat #dirumahaja seperti sekarang.

Kalau tertarik menyaksikan JW edisi daring ini, kamu bisa langsung mendaftar di http://www.psbk.or.id/ mulai dari hari ini sampai pukul 17.00 WIB tanggal 25 April 2020. Setelah mendaftar, JW akan mengirimkanmu tautan untuk menonton pertunjukan yang bakal dimulai pukul 20.30 WIB.

Selamat menonton Jagongan Wagen April 2020, Sob!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Jagongan Wagen April 2020: “Di Balik Pintu Rumah” appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/jagongan-wagen-april-2020-di-balik-pintu-rumah/feed/ 1 21034
Menemukan “Titik Temu” di Ruang Seni Rupa Edisi Maret 2018 https://telusuri.id/titik-temu-ruang-seni-rupa-edisi-maret-2018/ https://telusuri.id/titik-temu-ruang-seni-rupa-edisi-maret-2018/#respond Fri, 16 Mar 2018 02:30:54 +0000 https://telusuri.id/?p=7375 Sebagai salah satu pusat kesenian di Jogja, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) kembali mempersembahkan sebuah pameran seni rupa. Dalam Ruang Seni Rupa Edisi Maret 2018, PSBK bakal mengangkat tajuk “Titik Temu.” Judul dari Ruang Seni...

The post Menemukan “Titik Temu” di Ruang Seni Rupa Edisi Maret 2018 appeared first on TelusuRI.

]]>
Sebagai salah satu pusat kesenian di Jogja, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) kembali mempersembahkan sebuah pameran seni rupa. Dalam Ruang Seni Rupa Edisi Maret 2018, PSBK bakal mengangkat tajuk “Titik Temu.”

Judul dari Ruang Seni Rupa Edisi Maret 2018 ini terinspirasi dari seorang psikolog yang namanya pasti sudah pernah kamu dengar, yakni Abraham Maslow. Menurutnya, setiap individu punya tuntutan pada tujuh kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, penghargaan, ilmu pengetahuan, estetika, dan aktualisasi diri.

Pemenuhan ketujuh kebutuhan dasar itulah yang biasanya jadi parameter kemapanan. Tapi, ini pun sebenarnya masih bisa diperdebatkan: pihak mana sesungguhnya yang punya otoritas untuk menentukan ukuran kemapanan? Ketidakjelasan inilah yang kemudian berujung pada bias.

Konsep kemapanan bukan lagi berdasarkan pada diri setiap individu. Eksposur terdahap konsep-konsep dari luar kadang kala membuat konsep kemapanan ini menjadi blaur. Mau tak mau seorang individu akan bertanya: apakah ini respon yang seharusnya kuberikan terhadap permasalahan atau sekadar respon yang dikonstruksikan oleh entitas lain di luar diri?

Maka tak ada jalan lain yang bisa ditempuh untuk menghindari bias itu selain menemukan sebuah titik temu.

ruang seni rupa edisi maret 2018

Poster via psbk.or.id

Menemukan “Titik Temu”

Secara lebih gamblang, titik temu di sini adalah sebuah kompromi. Tapi jangan dulu telanjur antipati dan menilai negatif sebuah kompromi.

Kompromi bukan berarti ada yang mengalah atau dikalahkan demi satu hal. Berkompromi juga bukan sebuah cerminan bahwa seseorang tak punya pendirian. Lebih dalam lagi, kompromi merupakan negosiasi setiap individu untuk menyeimbangkan dua sisi yang bisa jadi bertolak belakang di dalam dirinya.

“Titik Temu” inilah yang akan dipersembahkan dalam Ruang Seni Rupa Edisi Maret 2018 di PSBK. Seniman yang berkolaborasi dalam “Titik Temu” adalah Nurina Susanti (seniman rupa), Isti Fadah Nur Rohmah (seniman teater), Muhammad Irvan (seniman rupa), dan Slamet Irfan (seniman musik dan teater).

Pameran yang berlangsung mulai tanggal 16 Maret-7 April 2018 ini bakal dibuka pada hari jumat 16 Maret 2018 jam 19.00. Selain pembukaan, Ruang Seni Rupa Edisi Maret 2018 juga akan menyelenggarakan dua side events, yakni Workshop Kreativitas untuk siswa SMA dan Anjangsana 2018 (29 Maret 2018) dan Diskusi bersama Seniman RSR (7 April 2018).

Padepokan Seni Bagong Kussudiardja itu di mana, ya?

PSBK berada di Ds. Kembaran RT 04-05, Tamantirto, Kasihan, Bantul, DIY. Kalau mau tahu lebih banyak tentang event ini, kamu bisa pantau akun Instagram @psbk_jogja.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menemukan “Titik Temu” di Ruang Seni Rupa Edisi Maret 2018 appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/titik-temu-ruang-seni-rupa-edisi-maret-2018/feed/ 0 7375
Padepokan Seni Bagong Kussudiardja Mencari Calon Penerima Hibah Seni 2018 https://telusuri.id/hibah-seni-psbk-2018/ https://telusuri.id/hibah-seni-psbk-2018/#respond Fri, 09 Feb 2018 02:30:53 +0000 https://telusuri.id/?p=6447 Kalau kamu suka bikin lagu sepulang traveling, sudah punya banyak stok rekaman tapi belum tahu mau diapain, mungkin kamu perlu mengajukan lamaran buat jadi penerima Hibah Seni PSBK 2018. “Hibah seni? PSBK? Apaan itu?” Nah,...

The post Padepokan Seni Bagong Kussudiardja Mencari Calon Penerima Hibah Seni 2018 appeared first on TelusuRI.

]]>
Kalau kamu suka bikin lagu sepulang traveling, sudah punya banyak stok rekaman tapi belum tahu mau diapain, mungkin kamu perlu mengajukan lamaran buat jadi penerima Hibah Seni PSBK 2018. “Hibah seni? PSBK? Apaan itu?” Nah, satu-satu, ya.

Pedepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) itu apa?

Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) di Kasihan, Bantul, Yogyakarta, adalah pusat kegiatan kesenian yang didirikan oleh Alm. Bagong Kussudiardja pada 2 Oktober 1978. Menurut Bagong, pelukis dan koreografer kenamaan, “kehidupan seni memberikan kontribusi untuk perkembangan ide, cita-cita, dan nilai kehidupan manusia.”

Spirit itulah yang terus diusung oleh PSBK, dengan menjadi sebuah pusat seni yang mendukung pengembangan kreatif seniman dan masyarakat umum untuk terus terhubung pada nilai-nilai seni dan budaya, keberlanjutannya, dan penciptaan nilai-nilai budaya melalui seni. Singkat cerita, PSBK jadi semacam laboratorium kreatif, tempat berkumpul, ruang presentasi karya seniman dari berbagai disiplin. PSBK juga jadi salah satu destinasi wisata buat para pencinta seni dan budaya.

Sebuah “platform” presentasi karya bernama “Jagongan Wagen”

Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) ngundang para seniman Indonesia buat mempresentasikan karya pertunjukan dalam acara Jagongan Wagen di PSBK. Jagongan Wagen adalah platform presentasi karya pertunjukan yang difasilitasi dan diselenggarakan tiap bulan kecuali Januari dan Ramadan. Sejak 2007, ruang ini menyediakan dialog edukatif antara seniman dan penonton melalui pementasan.

Terus, Program Hibah Seni PSBK itu apa?

Program Hibah Seni PSBK berupaya untuk menjelajahi kemungkinan-kemungkinan baru dalam pencapaian artistik seniman/kelompok seni tari, musik, dan teater. PSBK percaya bahwa dengan dukungan produksi, para seniman bakal mampu mewadahi dan mewujudkan gagasan artistiknya kepada masyarakat dalam ruang presentasi pertunjukan dengan lebih baik. Lewat program ini, diharapkan muncul karya-karya baru yang segar dan memperkaya khazanah seni pertunjukan yang pada akhirnya ikut mewarnai kehidupan masyarakat di Indonesia.

hibah seni

Poster Hibah Seni PSBK 2018 via psbk.or.id

Kapan bisa mendaftar?

7 – 27 Februari 2018

Ada syarat dan ketentuannya nggak?

Jelas ada. Simak nih, Sob:

  1. Mengajukan lamaran dengan mengirimkan formulir yang telah diisi, dilengkapi lampiran CV ringkas (maksimal 2 halaman), sertakan rekaman contoh karya sebelumnya.
  2. Peraih Hibah Seni Jagongan Wagen sanggup memenuhi kewajiban untuk:
    1. mewujudkan karya baru untuk dipresentasikan pertama kali (premier) pada acara Jagongan Wagen edisi (pilihan) tahun 2018 di PSBK,
    2. mengikuti time-line dan tahap proses produksi penciptaan dan presentasi karya yang ditentukan tim pelaksana program JW PSBK,
    3. mempresentasikan perkembangan karya secara berkala pada tim kurasi PSBK dan,
    4. melaksanakan latihan minimal lima kali di lokasi PSBK.
  3. Gagasan karya yang dapat didukung melalui program Hibah Seni Jagongan Wagen bisa berupa tari/teater/musik/interdisipliner. Pementasan karya dengan durasi minimal 45 menit dan maksimal 90 menit, dapat terdiri dari beberapa nomor atau satu pertunjukan utuh.
  4. Peraih Hibah Seni boleh mendapat bantuan dana dari pihak lain.
  5. Peraih Hibah Seni sanggup untuk membagikan proses kreatif dan kekuatan seninya dalam sebuah kegiatan Masterclass di PSBK.

Tapi, catat: kamu tidak bisa melamar Hibah Seni 2018 kalau kamu seniman individu/kelompok yang tergabung dalam…

  1. kesenian pelajar dan mahasiswa.
  2. organisasi politik, militer, atau pemerintahan.
  3. program PSBK lain pada tahun 2018.
  4. Tim Kurasi PSBK atau staf PSBK.

Kalau mau tahu lebih banyak saya mesti tanya ke mana atau ke siapa?

Layanan Informasi PSBK
Padepokan Seni Bagong Kussudiardja
Desa Kembaran, RT/RW 04/05, Tamantirto, Kasihan, Bantul, D.I. Yogyakarta.
No.Telp : (0274) 414-404
No HP : +62-821-4141-6252
Email : info@psbk.or.id
Websitewww.psbk.or.id

Download juga panduan lengkapnya di file Google Drive ini.

The post Padepokan Seni Bagong Kussudiardja Mencari Calon Penerima Hibah Seni 2018 appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/hibah-seni-psbk-2018/feed/ 0 6447
Jagongan Wagen Desember, Memaknai Keindahan lewat Pertunjukan Teater “Sekar Murka” https://telusuri.id/jagongan-wagen-desember-memaknai-keindahan-lewat-pertunjukan-teater-sekar-murka/ https://telusuri.id/jagongan-wagen-desember-memaknai-keindahan-lewat-pertunjukan-teater-sekar-murka/#respond Wed, 13 Dec 2017 15:00:36 +0000 https://telusuri.id/?p=4608 Kalau kamu belum punya acara Sabtu malam besok, nggak ada salahnya buat mampir ke Jagongan Wagen Desember. Seperti bulan November kemarin, Jagongan Wagen penutup tahun 2017 kembali menghadirkan pertunjukan teater. Tentu saja dengan penampil dan...

The post Jagongan Wagen Desember, Memaknai Keindahan lewat Pertunjukan Teater “Sekar Murka” appeared first on TelusuRI.

]]>
Kalau kamu belum punya acara Sabtu malam besok, nggak ada salahnya buat mampir ke Jagongan Wagen Desember. Seperti bulan November kemarin, Jagongan Wagen penutup tahun 2017 kembali menghadirkan pertunjukan teater. Tentu saja dengan penampil dan kisah yang berbeda.

“Sekar Murka,” persembahan Jaring Project di Jagongan Wagen Desember

Penampil pada Jagongan Wagen Desember adalah Jaring Project. Kelompok ini adalah salah satu kelompok teater peraih Hibah Seni Jagongan Wagen. Untuk tampil Sabtu malam nanti, mereka sudah mempersiapkan karya dan berlatih selama sekitar satu bulan.

Karya mereka yang berjudul “Sekar Murka” akan mengangkat cerita mengenai bunga, perempuan, dan keindahan. Bunga, bagi Jaring Project “pastilah pusat perhatian sekaligus titik persoalan.” Bunga dan keindahan ini akan direpresentasikan melalui perempuan “yang menjadi kunci yang bisa membuka motif-motif sosial tersembunyi.”

Tenang saja. Kamu nggak bakalan nge-blank kok menyaksikan karya Jaring Project. Pertunjukan teater ini mengangkat sesuatu yang “dekat dengan realitas sosial saat ini … konflik yang sederhana tapi padat, serta penuh tanda tanya yang harus terus diselisik.”

Kalau kamu selalu bertanya-tanya tentang apa yang diinginkan orang-orang—yang selalu bergegas di jalan raya, misalnya—barangkali pertunjukan ini akan semakin membuka cakrawala berpikir kamu. Seni memang punya caranya sendiri untuk membangun kesadaran pada individu (yang pada akhirnya akan membangun kesadaran masyarakat.)

Jagongan Wagen Desember

Poster Jagongan Wagen Desember via psbk.or.id

Siapa saja yang terlibat di Jaring Project?

Para seniman Jaring Project sudah terlibat kerja kolektif sejak 2013. Mereka memulai debut dengan menampilkan sebuah monolog Menjaring Malaikat pada tahun 2016. Mereka terus berusaha untuk mengakomodasi seni kolaborasi yang menyatukan banyak disiplin.

Pada project “Sekar Murka,” yang menjadi sutradara adalah Ibed Surgana Yuga. Ia akan mengarahkan tiga orang pemain (Anisa Hertami, Jamaluddin Latif, dan M. Dinu Imansyah). Pertunjukan ini juga didukung oleh Andreas Praditya (stage manager), Andy Setyanta (pimpinan produksi), Desi Puspitasari (penulis naskah), Ishari Sahida/Ari Wulu (penata suara dan musik), Roby Setiawan (penata artistik), dan Utroq Trieha (pencatat proses).

Kapan dan di mana?

Jagongan Wagen Desember akan diadakan pada Sabtu, 16 Desember 2017, pukul 19.30 WIB di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, Ds. Kembaran RT 04, Kel. Tamantirto, Kec. Kasihan, Kab. Bantul, DIY.

Gratis, nggak?

Gratis!

The post Jagongan Wagen Desember, Memaknai Keindahan lewat Pertunjukan Teater “Sekar Murka” appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/jagongan-wagen-desember-memaknai-keindahan-lewat-pertunjukan-teater-sekar-murka/feed/ 0 4608
Konser Suluk Matahari PSBK, “Mataharinya Satu, Milik Kita Bersama” https://telusuri.id/konser-suluk-matahari-psbk/ https://telusuri.id/konser-suluk-matahari-psbk/#respond Sat, 28 Oct 2017 02:00:52 +0000 http://telusuri.id/?p=3106 Lewat beberapa menit setelah jadwal yang ditentukan ketika akhirnya lampu penerang tribun penonton dimatikan. Gantinya, lampu sorot dihidupkan. Kuricorder Quartet & Friends pun masuk. Setelah menduduki kursi masing-masing, setiap personel grup musik itu dengan ramah...

The post Konser Suluk Matahari PSBK, “Mataharinya Satu, Milik Kita Bersama” appeared first on TelusuRI.

]]>
Lewat beberapa menit setelah jadwal yang ditentukan ketika akhirnya lampu penerang tribun penonton dimatikan. Gantinya, lampu sorot dihidupkan. Kuricorder Quartet & Friends pun masuk. Setelah menduduki kursi masing-masing, setiap personel grup musik itu dengan ramah menyapa penonton yang sudah memenuhi Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK), Bantul, Yogyakarta, 26 Oktober 2017.

Tak lama kemudian, Konser “Suluk Matahari” pun dimulai. Kuartet asal Negeri Matahari Terbit itu membuka pertunjukan dengan sebuah nomor berjudul My Lady Carey’s Dompe, sebuah komposisi pengiring tarian tradisional Inggris peninggalan Zaman Renaisans. My Lady Carey’s Dompe diperkirakan ditulis hampir setengah milenium yang lalu, 1525, semasa Raja Henry VIII.

konser suluk matahari psbk

Toshiaki Chiku berlatih sebelum konser/Fuji Adriza

Lagu yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia sebagai Kekasihku Termangu itu pun sukses membuat para penonton termangu. Mereka tak kuasa mengalihkan perhatian dari Kuricorder Quartet & Friends—yang terdiri dari Kuricorder Quartet (Masaki Kurihara, Yoshiyuki Kawaguchi, dan Takero Sekijima), Minoru Yoshikawa, dan Toshiaki Chiku—sampai nada terakhir tuntas dimainkan.

Keindahan yang sederhana dan elegan dari musik Kuricorder Quartet & Friends

Kuricorder Quartet & Friends seolah-olah ingin mengatakan pada dunia bahwa kualitas musik tidak semata bergantung pada kecanggihan instrumen. Rekorder, yang di Indonesia cuma dijadikan alat musik untuk memperkenalkan kesenian pada anak-anak, menjadi menarik ketika dimainkan oleh para virtuoso itu.

Grup musik asal Jepang ini memang mengusung instrumen-instrumen aerophone (alat musik tiup). Berganti-ganti mereka memainkan rekorder, melodica, crumhorn, great bass recorder, saksofon, tuba, jew’s harp, dan lain-lain. Alat-alat musik tiup itu ditemani oleh guitalele dan ukulele yang dipetik secara jenaka oleh Toshiaki Chiku (Chiku). Harmonisasi dari alat musik tiup dan petik itu menghasilkan sesuatu yang indah, tegas, dan mengakar.

konser suluk matahari psbk

Kuricorder Quartet & Friends dari Jepang sedang tampil/Fuji Adriza

Sensasi saat mendengarkan Kuricorder Quartet & Friends seperti sensasi yang muncul ketika melihat tunas baru tumbuh di pagi hari. Daunnya memang seperti kepayahan menahan embun, tapi tunas itu sendiri adalah sesuatu yang menjanjikan sekaligus misterius. Tidak ada yang bisa menebak ia akan tumbuh menjadi pohon seperti apa.

Misalnya ketika Minoru Yoshizawa (maestro rekorder) dan Chiku berduet membawakan komposisi John Dowland, The Frog Galliard. Hanya berbekal dua instrumen, yakni rekorder dan guitalele, melodi-melodi yang mereka mainkan secara presisi berhasil membuat panggung terasa meriah.

Seperti mendengarkan musik pengiring film kartun “Tonari no Totoro”

Barangkali penonton terpana menyaksikan penampilan Kuricorder karena lagu-lagu yang dibawakan grup musik itu mengingatkan mereka pada masa kecil. Bukan berarti bahwa Kuricorder membawakan lagu-lagu yang pernah didengar penonton di masa kecil; Kuricorder berhasil membangun suasana segar khas masa kanak-kanak, yang seolah ditinggalkan begitu saja saat manusia beranjak dewasa.

Repertoar Kuricorder dalam Konser Suluk Matahari ini memang didominasi oleh lagu anak-anak. Yukidaruma Kozoku adalah lagu tentang keluarga boneka salju. Lagu berjudul Ranchu merupakan lagu anak-anak tentang ikan mas yang dinyanyikan secara solo oleh Chiku, yang aksi kocaknya mengundang tawa penonton. Nomor-nomor lain seperti Little Suite “Pythagora Switch”, Sunayama (Gunung Pasir), dan Osaru no Kagoya (Curious Basket of Curious) juga adalah lagu yang digubah untuk anak-anak.

konser suluk matahari psbk

Dari kanan ke kiri: Masaki Kurihara, Yoshiyuki Kawaguchi, dan Takero Sekijima/Fuji Adriza

Suasana ceria khas dunia anak-anak pun bertambah kental oleh suara Chiku yang begitu bersemangat dan jenaka. Meskipun para penonton tidak paham apa yang dinyanyikan—karena dalam bahasa Jepang—berkali-kali mereka terpingkal-pingkal melihat tingkah musisi itu. Suara Chiku mengingatkan saya kepada suara unik Elda Suryani dari Stars and Rabbit, mantan vokalis Evo.

Mendengarkan musik Kuricorder Quartet & Friends membawa saya pada adegan-adegan dalam salah satu film Studio Ghibli, Tonari no Totoro. Serasa berlari-lari di halaman rumput yang luas, berkali-kali terjatuh, tapi tidak kapok juga untuk bermain, sebab matahari masih di atas sana—hari belum malam dan ibu belum memanggil untuk pulang.

Ketika kolaborasi terjadi

Kua Etnika mulai “ikut main” pada repertoar kedelapan, yakni Mayonnaise No. 2 yang digubah oleh Masaki Kurihara. Tapi yang naik panggung baru Djaduk Ferianto dan Sukoco.

Fusi mulai terjadi. Akurasi instrumen modern yang dibalut oleh potensi ketidakterdugaan alat musik tradisional ternyata berbuah pada sesuatu yang unik. Lagu Mayonnaise No. 2 yang semula terdengar “mono” menjadi “stereo” setelah ditambah tabuhan kendang dan perkusi oleh dua musisi tanah air tersebut.

Setelah Kuricorder menampilkan sepuluh lagu, barulah Kua Etnika muncul dengan anggota lengkap. Komunitas musik yang digagas oleh Djaduk Ferianto, Butet Kertaradjasa, dan Purwanto itu menyapa penonton dengan sebuah lagu berjudul Bromo. Suasana pun berubah. Akurasi Kuricorder Quartet & Friends sekarang ditemani oleh alunan musik Kua Etnika yang kaya rasa. Simplisitas Jepang mulai berkelindan dengan nuansa etnik Nusantara.

konser suluk matahari psbk

Kolaborasi Kuricorder Quartet & Friends dan Kua Etnika/Fuji Adriza

Kuricorder dan Kua Etnika berkolaborasi penuh dalam empat lagu, yakni Sheep Thief (Pencuri Domba), Srengenge Yunar, Jawa Dwipa, dan Ashi (Stand on Your Own Two Feet). Lagu pertama dan lagu terakhir dari Kuricorder, sementara dua lagu lain berasal dari Kua Etnika.

Di antara keempat lagu itu, kolaborasi yang paling gayeng terjadi dalam lagu Srengenge Yunar, yang bercerita tentang matahari.

“Mataharinya satu, milik kita bersama,” ujar Djaduk Ferianto sebagai pembuka. Di nomor itu, Djaduk Ferianto dan Chiku bergantian bernyanyi dalam bahasa Indonesia dan Jepang diiringi oleh alunan musik Kuricorder dan Kua Etnika. Nuansa tembang yang semula Jawa-Indonesia berubah begitu saja ketika Chiku menyanyikannya dalam bahasa Jepang.

“Gayeng” meskipun tanpa “encore”

Di lagu terakhir, Kuricorder dan Kua Etnika seperti dua anak yang sedang membuat kerajinan tangan. Kuricorder membuat kerangka yang presisi, Kua Etnika menghiasi kerangka itu dengan ornamen indah aneka warna. Hasilnya adalah sebuah prakarya yang tak mungkin diberi nilai rendah oleh guru kriya.

Begitu Ashi selesai dimainkan, penonton langsung bertepuk tangan dan bersorak riuh. Para musisi membungkuk hormat kepada para penonton, lalu satu per satu turun dari panggung.

konser suluk matahari psbk

Foto bareng seusai konser/Fuji Adriza

Saya yang tetap diam di bangku penonton diam-diam menantikan encore, sebab kebanyakan konser di PSBK akan diakhiri dengan teriakan “Lagi! Lagi! Lagi!” atau “Encore! Encore! Encore!” Dan para musisi akan kembali ke panggung dengan nomor anyar yang sudah dipersiapkan atau mengulang salah satu lagu.

Tapi, kali ini sepertinya para penonton begitu terpukau sampai-sampai lupa berteriak, “Lagi!” Ini bukan sarkastik; penonton memang sangat terpesona oleh konser kolaborasi ini. Buktinya hanya sedikit sekali yang sibuk main ponsel waktu konser sedang berlangsung. Dalam hati, mereka pasti bertanya-tanya, “Kapan Kuricorder Quartet & Friends main lagi di PSBK?”

The post Konser Suluk Matahari PSBK, “Mataharinya Satu, Milik Kita Bersama” appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/konser-suluk-matahari-psbk/feed/ 0 3106
“Suluk Matahari,” Dialog Musik Jepang dan Indonesia https://telusuri.id/konser-psbk-suluk-matahari/ https://telusuri.id/konser-psbk-suluk-matahari/#comments Mon, 23 Oct 2017 01:00:58 +0000 http://telusuri.id/?p=3018 Budaya pop Jepang sudah lama masuk ke Indonesia. Anak kecil nggak bisa dipisahkan dari kartun dan komik Jepang, remaja gaul pasti (pernah) nonton anime yang agak berat dan dengerin musik “j-rock,” sementara yang agak lebih...

The post “Suluk Matahari,” Dialog Musik Jepang dan Indonesia appeared first on TelusuRI.

]]>
Budaya pop Jepang sudah lama masuk ke Indonesia. Anak kecil nggak bisa dipisahkan dari kartun dan komik Jepang, remaja gaul pasti (pernah) nonton anime yang agak berat dan dengerin musik “j-rock,” sementara yang agak lebih tua senang buku-bukunya Haruki Murakami.

Tapi, kalau cuma sekadar itu, kita hanya jadi pasar. Sekarang waktunya berdialog, entah dengan cara merespon karya atau mengajak budaya pop Jepang untuk berkolaborasi dengan Indonesia. “Maksudnya gimana, Lur?” Sabar, baca dulu woro-woro di bawah ini.

konser psbk suluk matahari

Poster Konser Suluk Matahari/PSBK

Dialog antara Musisi Jepang dan Indonesia

Bulan Oktober ini, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja kedatangan tamu dari Negeri Sakura, yakni Kuricorder Quartet & Friends. Dari namanya kamu pasti sudah bisa menebak kalau alat musik yang mereka tonjolkan adalah rekorder, alat musik tiup yang dulu kamu pelajari di sekolah. Selain itu, Kuricorder Quartet & Friends juga memainkan instrumen lain seperti saksofon dan ukulele—musiknya renyah!

Nah, Kuricorder Quartet & Friends bakal berkolaborasi dengan Kua Etnika, komunitas musik yang digagas Djaduk Ferianto yang sudah eksis sejak tahun 1996. Pasti seru mendengarkan mereka ngejam, sebab berbeda dari Kuricorder Quartet & Friends, Kua Etnika punya ciri bermusik yang lain. Mereka menggabungkan musik jadul dan kekinian, dan berusaha mengasimilasikan budaya Indonesia dengan India, Tiongkok, Eropa, dan Timur Tengah.

Nah, bisa kamu bayangkan sendiri betapa serunya konser musik “Suluk Matahari” yang menggabungkan dua gaya bermusik itu. Kamu bakal merasa seperti seorang kosmopolit sejati karena kamu akan mendengarkan musik-musik dari segala penjuru kampung global.

Wah, seru nih kayaknya. Tapi kapan dan di mana acaranya?

Konser “Suluk Matahari” bakal diadakan tanggal 26 Oktober 2017 pukul 19.30 di PSBK, Ds. Kembaran, RT 04-05, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Tapi sebenarnya acaranya nggak cuma konser. Kamu juga bisa hadir di “Master Class dengan Maestro,” dan belajar banyak dari Minoru Yoshizawa (maestro rekorder dari Jepang) dan Djaduk Ferianto (maestro musik dari Indonesia). Sesi ini akan diadakan sehari sebelum konser, yakni tanggal 25 Oktober 2017 pukul 15.00-17.00 WIB di PSBK.

Kedua acara ini gratis! Jadi, jangan lupa datang yes.

The post “Suluk Matahari,” Dialog Musik Jepang dan Indonesia appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/konser-psbk-suluk-matahari/feed/ 1 3018