pulau komodo Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/pulau-komodo/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Mon, 14 Dec 2020 01:50:46 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 pulau komodo Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/pulau-komodo/ 32 32 135956295 Boleh Genjot Pariwisata, Tapi Jangan Abai Konservasi https://telusuri.id/boleh-genjot-pariwisata-tapi-jangan-abai-konservasi/ https://telusuri.id/boleh-genjot-pariwisata-tapi-jangan-abai-konservasi/#comments Sat, 12 Dec 2020 11:44:00 +0000 https://telusuri.id/?p=25849 Investasi di sektor pariwisata sedang digenjot habis-habisan. Pemerintah Indonesia saat ini sedang ngebut menyelesaikan proyek pembangunan infrastruktur di lima Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Salah satunya yaitu proyek pembangunan infrastruktur untuk mendukung berdirinya Jurassic Park...

The post Boleh Genjot Pariwisata, Tapi Jangan Abai Konservasi appeared first on TelusuRI.

]]>
Investasi di sektor pariwisata sedang digenjot habis-habisan. Pemerintah Indonesia saat ini sedang ngebut menyelesaikan proyek pembangunan infrastruktur di lima Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Salah satunya yaitu proyek pembangunan infrastruktur untuk mendukung berdirinya Jurassic Park di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur.

Ditargetkan Jurassic Park di Taman Nasional Komodo ini bisa rampung pada Juni 2021 mendatang. Harapannya tentu saja yaitu dapat turut meningkatkan produktivitas di sektor pariwisata kita pada tatanan kenormalan baru (new normal). Pemerintah punya keyakinan bahwa sektor ekonomi utama yang dapat bangkit dengan cepat di masa tatanan baru adalah sektor pariwisata.

Akan tetapi, sejumlah pihak mengeluarkan suara ketidaksetujuannya. Mereka berpendapat pembangunan Jurassic Park tidak selaras dengan spirit konservasi dan akan mengancam kelestarian komodo dan keanekaragaman hayati yang ada di Taman Nasional Komodo.

Para penentang pembangunan Jurassic Park menginginkan pemerintah lebih konsen pada urusan konservasi Taman Nasional Komodo ketimbang mengutak-atik kawasan tersebut untuk urusan investasi industri pariwisata yang berbasis pada pembangunan infrastruktur skala besar, yang pada gilirannya bakal merusak ekosistem Taman Nasional Komodo.

Pemerintah sendiri menjamin bahwa pembangunan Jurassic Park di Taman Nasional Komodo sama sekali tidak akan mengganggu ekosistem dan tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah konservasi.

Gapura di Loh Buaya, Pulau Komodo

Gapura di Loh Buaya, Pulau Komodo. TEMPO / Frannoto

Dampak Ekologis

Sebagai kawasan konservasi, Taman Nasional Komodo — yang meliputi Pulau Komodo, Pulau Rinca dan Pulau Padar — bukan hanya diperuntukkan bagi kepentingan pelestarian komodo (Varanus komodoensis), tetapi juga untuk melindungi seluruh keanekaragaman hayati, baik yang ada di laut maupun yang ada di darat.

Menurut Strategi Konservasi Dunia (World Conservation Strategy) yang digagas oleh The International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) yang berbasis di Gland, Swiss, konservasi memiliki tiga tujuan utama, yaitu (a) memelihara proses ekologi yang esensial dan sistem pendukung kehidupan; (b) mempertahankan keaneka-ragaman genetis; dan (c) menjamin pemanfaatan jenis (spesies) dan ekosistem secara berkesinambungan.

Idealnya, kawasan konservasi harus dilindungi secara ketat sehingga tidak boleh ada sedikitpun gangguan tangan manusia yang dapat merecoki proses alami di kawasan tersebut.

Kendatipun ada yang berpandangan bahwa pembangunan — sampai batas tertentu — dapat saja dilakukan di kawasan konservasi sepanjang sesuai dengan bentang alam dan lingkungan setempat, tidak sedikit pakar lingkungan yang berkeyakinan bahwa pembangunan sekecil apa pun di kawasan konservasi tetap akan melahirkan sejumlah dampak ekologis yang mengancam pada kelestarian alam lingkungan.

Ambil contoh, pembangunan biasanya menuntut dibukanya akses jalan baru bagi kendaraan bermotor. Keberadaan jalur jalan baru ini selain meningkatkan polusi suara dan udara, juga menjadi ancaman khusus bagi berbagai fauna yang ada di kawasan konservasi. Masih ingat foto viral yang menunjukkan seekor komodo dan sebuah truk yang membawa tiang pancang, baru-baru ini?

Sejumlah fasilitas juga akan berdiri seiring dengan pembangunan yang dilakukan. Namun, umumnya fasilitas yang dibangun tidak selalu ada kaitannya dengan aktivitas konservasi. Keberadaan sejumlah fasilitas kemungkinan besar malah bisa mengubah struktur tanah, mengubah pola resapan serta aliran air hujan yang mengakibatkan timbulnya erosi dan perubahan topografi alam, yang menjadikan kualitas lingkungan di kawasan konservasi berikut kawasan di sekitarnya makin terdegradasi.

Pembangunan sangat boleh jadi akan memicu meningkatnya penggunaan tenaga listrik, bahan bakar minyak, penggunaan air dan produksi sampah. Buntutnya terjadi peningkatan polusi (udara, suara, cahaya maupun tanah) di sekitar kawasan konservasi, yang pada gilirannya membuat kelestarian alam lingkungan makin rusak.

Taman Nasional Komodo

Salah satu pulau di Kawasan Taman Nasional Komodo. TEMPO / Tony Hartawan.

Mengingat dampak ekologis yang mungkin akan timbul, wajar jika sejumlah pihak bukan saja menyayangkan tetapi juga menentang pembangunan Jurassic Park di Taman Nasional Komodo.

Dampak Ekonomis

Ditilik dari kacamata bisnis pariwisata, keberadaan Jurassic Park nantinya memang bisa menjadi salah satu primadona sektor pariwisata negeri ini dan ikut mengatrol pendapatan negara kita.

Seperti kita ketahui bersama, gara-gara wabah corona (COVID-19), sejak Februari silam, pendapatan dari sektor pariwisata negara kita mengalami penurunan. Ada yang menaksir industri pariwisata Indonesia diperkirakan telah mengalami kerugian mencapai Rp 85,7 triliun. Target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia tahun ini dipastikan pula meleset.

Sebelumnya, Indonesia menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada 2020 ini sebanyak 17 juta kunjungan. Tahun 2019 silam, jumlah wisman yang datang ke Indonesia adalah sebanyak 16,1 juta, meningkat dari jumlah kunjungan wisman 2018, yang berjumlah 15,81 juta kunjungan.

Keberadaan Jurassic Park di Taman Nasional Komodo setidaknya akan bisa menjadi magnet bagi para wisatawan untuk berduyun datang, terutama di masa recovery pasca-corona.

Sektor pariwisata memang dapat diandalkan sebagai salah satu industri pokok yang mampu menopang perekonomian. Industri pariwisata bukan hanya mampu mengucurkan keuntungan devisa yang lumayan besar, tetapi juga menjadi katalis bagi pembangunan negara.

Mengingat manfaatnya yang tidak kecil, banyak negara memberi perhatian sangat serius bagi pengembangan sektor pariwisata.Thailand, Singapura serta Malaysia adalah beberapa contoh negara di lingkup ASEAN yang telah cukup berhasil mengembangkan industri pariwisatanya dewasa ini.

Indonesia sudah barang tentu tidak boleh sedikit pun ketinggalan langkah dalam membangun industri pariwisatanya. Investasi di sektor ini perlu terus digenjot. Meskipun begitu, pembangunan sektor pariwisata perlu pula memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan. Salah satunya yaitu menjaga agar jangan sampai pembangunan pariwisata mengorbankan dan merusak kawasan-kawasan konservasi.

Labuan Bajo

Labuan Bajo. TEMPO / Tony Hartawan.

 

The post Boleh Genjot Pariwisata, Tapi Jangan Abai Konservasi appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/boleh-genjot-pariwisata-tapi-jangan-abai-konservasi/feed/ 1 25849
Naik Ojek Kapal ke Pulau Komodo, Kenangan Tak Terlupakan https://telusuri.id/naik-ojek-kapal-pulau-komodo/ https://telusuri.id/naik-ojek-kapal-pulau-komodo/#respond Wed, 02 May 2018 01:30:56 +0000 https://telusuri.id/?p=8435 Setelah semalaman terombang-ambing di atas ferry Sape-Labuan Bajo, nasib menuntun kami ke sebuah warung kopi dekat pasar ikan. Sekitar bulan Agustus 2014 kala itu. Tapi jangan bayangkan warung kopi canggih seperti di kota-kota besar. Di...

The post Naik Ojek Kapal ke Pulau Komodo, Kenangan Tak Terlupakan appeared first on TelusuRI.

]]>
Setelah semalaman terombang-ambing di atas ferry Sape-Labuan Bajo, nasib menuntun kami ke sebuah warung kopi dekat pasar ikan. Sekitar bulan Agustus 2014 kala itu.

Tapi jangan bayangkan warung kopi canggih seperti di kota-kota besar. Di sana cuma ada kopi sobek. Nekat memesan espresso atau cafe latte, kamu hanya akan jadi bahan tertawaan.

pulau komodo

Labuan Bajo/Fuji Adriza

Sebentar saja saya dan Tue nongkrong di warung kopi itu, kami sudah berbincang-bincang dengan beberapa orang. Beruntungnya, ada satu orang yang ternyata adalah nakhoda ojek kapal menuju Pulau Komodo. Namanya Jaharuddin, biasa dipanggil Bang Deon.

Duduk di atas kotak “sound system”

Tapi, kata Bang Deon, mulai nanti malam di Pulau Komodo akan berlangsung pesta pernikahan.

Karena yang menikah adalah anak dua orang pembesar, pestanya lumayan besar-besaran. Saking besarnya, keesokan hari tak akan ada kapal yang berangkat dari Komodo ke Labuan Bajo. Artinya, kami akan terdampar beberapa hari di Pulau Komodo—tak masalah.

pulau komodo

Suasana ojek kapal/Fuji Adriza

Setelah beres-beres, kami ikut Bang Deon ke dermaga. Rasa-rasanya seperti berada dalam adegan Love in the Time of Cholera. Pasar ikan itu begitu semarak. Penjual dan pembeli riuh rendah melakukan transaksi.

Ternyata kapal Bang Deon disewa untuk membawa sound system pesta pernikahan itu. Beberapa orang sudah ambil posisi di dek ojek kapal. Ada yang duduk di haluan, buritan, ada juga yang lebih senang duduk di atas kotak-kotak berisi sound system.

pulau komodo

Indahnya kepulauan di antara Flores dan Komodo/Fuji Adriza

Saya dan Tue ambil posisi di pinggir, di atas salah satu kotak. Setelah semua penumpang naik, Bang Deon menghidupkan mesin kapal. Asap mulai keluar, suara ritmis mulai terdengar, kemudian kapal melaju ke arah barat menuju Pulau Komodo.

Ojek kapal rasa pesiar

Roda keberuntungan saya sepertinya mulai berputar. Cuaca cerah sekali saat kapal kecil itu menelusuri perairan sebelah barat Pulau Flores.

pulau komodo

Salah satu pulau di antara Labuan Bajo dan Komodo/Fuji Adriza

Di atas, langit amat biru dan hanya sesekali ditutupi oleh gemawan. Sementara itu, di bawah, air laut juga tampak biru. Ketenangan samudra hanya diganggu oleh perahu-perahu yang sesekali melintas.

Untuk perjalanan selama sekitar tiga jam ini, kamu hanya perlu membayar Rp 20.000. Ongkosnya bisa murah karena ojek kapal ini adalah kendaraan reguler yang sehari-hari membawa penduduk Kampung Komodo ke Labuan Bajo.

pulau komodo

Pemandangan indah saat naik ojek kapal menuju Komodo/Fuji Adriza

Ukurannya hampir sama dengan kapal-kapal sewaan yang biasa membawa wisatawan. Hanya saja, alih-alih mengantarkanmu ke titik-titik turistik seperti Pantai Pink atau Pulau Padar, ojek kapal akan menyandarkanmu ke dermaga sebuah desa di Pulau Komodo.

Di tengah jalan, mesin kapal kecil itu sempat mati sekitar lima belas menit. Tapi insiden itu tak mengundang gerutu. Siapa yang akan menggerutu saat terombang-ambing di antara deretan pulau-pulau yang indahnya bukan main?

pulau komodo

Matahari terbenam di Desa Komodo/Fuji Adriza

Urusan mesin beres, perahu itu kembali mengusik ketenangan samudra. Saat mata saya mulai silau oleh pantulan sinar matahari, perahu itu akhirnya sandar di dermaga kayu Kampung Komodo. Cerita waktu saya di Pulau Komodo sudah pernah dimuat di sini.

Perjalanan pulang yang mendebarkan

Singkat cerita, saya dan Tue harus kembali ke Labuan Bajo untuk meneruskan perjalanan. Tue akan ke rumah pamannya di Labuan Bajo, sementara saya—setelah menginap satu malam di rumah paman Tue—akan lanjut sendiri ke Bajawa, Ende, Moni, dan Maumere.

pulau komodo

Kampung Komodo/Fuji Adriza

Kami menumpang perahu yang sama, tapi minus Bang Deon yang kurang enak badan setelah dua malam berturut-turut menghadiri pesta. (Saya juga sempat ikut pesta dansa bersama anak-anak muda Pulau Komodo.)

Meskipun naik perahu yang sama, suasana perjalanan kembali ke Labuan Bajo itu berbeda 180 derajat.

pulau komodo

Dermaga Kampung Komodo/Fuji Adriza

Di awal-awal perjalanan, gelombang masih biasa-biasa saja. Tapi, saat sudah agak jauh dari Pulau Komodo, laut jadi semakin menggelora sampai-sampai kami harus berpegangan erat pada apa saja yang bisa dipegang.

Orang-orang yang duduk di haluan disuruh merapat ke dek—terlalu berbahaya. Dalam hati saya berdoa supaya mesin kapal tidak mati di tengah jalan. Mesin mati di tengah-tengah gelombang seperti itu hanya akan bikin repot.

Kalau dihitung-hitung, barangkali sekitar dua jam kapal kami dipermainkan gelombang. Semakin dekat ke Pulau Flores alun kian melunak.

Lucunya, sebelum sandar di dermaga pasar ikan, sempat-sempatnya ada penumpang yang membeli seikat ikan tuna segar yang baru saja tiba di pasar ikan.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Naik Ojek Kapal ke Pulau Komodo, Kenangan Tak Terlupakan appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/naik-ojek-kapal-pulau-komodo/feed/ 0 8435