purwodadi Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/purwodadi/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Fri, 02 Feb 2024 08:55:29 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 purwodadi Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/purwodadi/ 32 32 135956295 Berziarah ke Makam Pangeran Ario Soenarto, Bupati Grobogan Pencetus Trilogi Pembangunan Desa https://telusuri.id/berziarah-ke-makam-pangeran-ario-soenarto-bupati-grobogan-pencetus-trilogi-pembangunan-desa/ https://telusuri.id/berziarah-ke-makam-pangeran-ario-soenarto-bupati-grobogan-pencetus-trilogi-pembangunan-desa/#comments Fri, 02 Feb 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=41080 Kabupaten Grobogan telah melintasi masa yang sangat panjang. Di usianya yang hampir tiga abad, kabupaten dengan wilayah terluas kedua di Jawa Tengah setelah Cilacap ini telah melahirkan sejumlah tokoh dengan gagasan-gagasan cemerlang dan pengabdian terbaik....

The post Berziarah ke Makam Pangeran Ario Soenarto, Bupati Grobogan Pencetus Trilogi Pembangunan Desa appeared first on TelusuRI.

]]>
Kabupaten Grobogan telah melintasi masa yang sangat panjang. Di usianya yang hampir tiga abad, kabupaten dengan wilayah terluas kedua di Jawa Tengah setelah Cilacap ini telah melahirkan sejumlah tokoh dengan gagasan-gagasan cemerlang dan pengabdian terbaik. Salah satunya adalah Soenarto yang pernah menjabat sebagai Bupati Grobogan.

Pada Selasa (5/12/2023), saya berkesempatan ziarah ke makam tokoh yang bernama lengkap Kanjeng Pangeran Adipati Ario Soenarto itu di Makam Sido Mukti, Desa Ngembak, Kecamatan Purwodadi, Grobogan. Saya berkunjung bersama Muhadi alias Mpu Gandrung—budayawan muda Grobogan yang juga pendiri objek wisata akulturasi Jawa-Bali, Candi Joglosemar. 

Di makam yang kurang terawat itu, kami membincangkan tentang sosok bupati yang pada masa kepemimpinannya mencetuskan gagasan Trilogi Pedesaan. Nama Soenarto barangkali banyak masyarakat Grobogan saat ini yang tidak (lagi) mengenalnya. Padahal Soenarto merupakan Bupati Grobogan yang menjabat cukup lama. Ia memiliki kiprah serta jasa besar dalam meletakkan pondasi pembangunan di Kabupaten Grobogan pada awal abad ke-20.

Bupati ke-14 Grobogan

Dalam kesempatan itu, Muhadi menyatakan bahwa Raden Ario Soenarto merupakan salah satu Bupati Grobogan. Jika dihitung sejak Adipati Martopuro atau Adipati Puger diangkat oleh Susuhunan Amangkurat IV sebagai Bupati Grobogan yang pertama pada tahun 1726, maka Raden Ario Soenarto merupakan bupati ke-14. Namun, jika dihitung sejak masa perpindahan ibu kota dan pusat pemerintahan Grobogan ke Purwodadi pada 1864, ia adalah bupati keempat.   

Sebelum diangkat menjadi Bupati Grobogan, pria kelahiran 1887 itu merintis karir dengan beragam tingkatan jabatan. Sejak dari menjadi juru tulis, mantri polisi, asisten-wedana, hingga menjadi wedana.

Koran De Locomotief edisi 5 Januari 1933 mencatat, Soenarto pernah menjadi juru tulis di Purwodadi pada 1892 sebelum akhirnya dipindah ke Kabupaten Semarang enam tahun kemudian. Setelah tak lagi menjadi juru tulis, pada 1902 Sunarto sempat diangkat menjadi mantri polisi dan di tahun yang sama diangkat menjadi asisten-wedana Kecamatan Srondol.

Pada 1903, Soenarto menjadi asisten-wedana di Weleri, Kendal. Lalu tahun berikutnya bertugas di Kebonbatur, dan baru diangkat menjadi wedana di Singen Lor, Semarang pada 1906. 

Hingga kemudian Soenarto diangkat menjadi Bupati Grobogan pada 1909 berdasarkan versi De Locomotief. Atau tahun 1908 jika mengacu pada versi Pemerintah Kabupaten Grobogan melalui situs resminya, www.grobogan.go.id. Soenarto menjadi bupati Grobogan menggantikan pamannya, Adipati Ario Haryokusumo.

Soenarto purna tugas sebagai bupati tahun 1933. Dengan demikian, bila merujuk pada data De Locomotief, maka Soenarto menjabat selama 24 tahun. Adapun bila berpedoman pada data Pemerintah Kabupaten Grobogan, maka Soenarto menjabat selama 25 tahun.  

Berziarah ke Makam Pangeran Ario Soenarto, Bupati Grobogan Pencetus Trilogi Pembangunan Desa
Pangeran Ario Soenarto, Bupati ke-14 Grobogan (1908-1933) bersama istri, Raden Ayoe/Rijksmuseum

Menggagas Trilogi Pembangunan Desa

Saat menjadi Bupati Grobogan, Soenarto menunjukkan kinerja yang baik bahkan mewariskan gagasan yang monumental. Salah satu warisan intelektualnya yang populer adalah “Trilogi Pedesaan” atau “Trilogi Pembangunan Desa”. Kunci gagasan ini di setiap desa harus ada sekolah desa, balai desa, dan lumbung desa. Gagasan ini boleh dibilang merupakan ide brilian pada zamannya.

Menurut Muhadi, Bupati Ario Soenarto memiliki peran yang sangat besar, khususnya bagi masyarakat yang berada di wilayah Jawa—terkhusus lagi Grobogan. Ia merupakan penggagas pentingnya kekuatan ketahanan pangan sebagai salah satu penopang kesejahteraan masyarakat. Ia mencetuskan trilogi pembangunan saat melihat Grobogan pernah dilanda kekeringan yang sangat panjang hingga menjadi pagebluk dan menewaskan warga Grobogan dari sekitar 90 ribu jiwa menjadi hanya 8 ribu jiwa.

Pagebluk itu, menurut Muhadi, menjadikan Bupati Ario Soenarto berpikir untuk  menciptakan sebuah kekuatan masyarakat dalam hal ketahanan pangan. Dan tidak hanya itu, tetapi juga ditopang dengan pengembangan sumber daya alam dan manusia dengan membuat konsep lumbung pangan, sekolah, juga tata pemerintahan yang terintegrasi di wilayah masing-masing.

Sementara itu jurnalis Republika, Priyantono Oemar, dalam sebuah artikel menyatakan saat menjadi camat atau asisten wedana di Weleri, Soenarto telah mengenalkan gagasannya tentang lumbung desa dalam rangka mengantisipasi datangnya paceklik. Dengan adanya lumbung desa itu, para petani memiliki tabungan padi ketika mereka gagal panen. Padi di lumbung itulah yang kemudian dipakai untuk menghadapi masa paceklik.

Gagasan tentang lumbung desa itu kemudian ia bawa dan terapkan ketika menjadi bupati Grobogan. Program lumbung desa yang ia cetuskan tidak hanya memperbaiki ketahanan pangan masyarakat desa, tetapi juga memperbaiki perekonomian desa.

Pada perkembangannya, lumbung desa yang digagas oleh Soenarto berfungsi untuk menyimpan padi dan uang. Saat Soenarto purna tugas sebagai bupati, setidaknya di setiap desa ada uang tunai dua juta gulden.

Selain lumbung desa, Soenarto juga menggulirkan gagasan dan program sekolah desa sejak awal ia diangkat menjadi bupati. Bukan pekerjaan gampang mengembangkan sekolah desa pada masa itu, karena anak-anak desa terbiasa membantu pekerjaan orang tua mereka di sawah. Sehingga saat masa tanam dan panen tiba, mereka memilih tidak masuk sekolah.

Namun, berkat tangan dinginnya sekolah desa cukup berkembang dengan menggembirakan. Data menunjukkan di akhir jabatannya pada 1933, dari 142 desa yang ada di Kabupaten Grobogan, sudah ada 136 desa yang memiliki sekolah desa. 

Selain program lumbung desa dan sekolah desa, Soenarto juga sangat memerhatikan nasib rakyatnya yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Untuk mendukung pertanian warganya, Soenarto memberikan bantuan bibit dan pupuk. Warga baru membayarnya nanti jika sudah panen.

  • Berziarah ke Makam Pangeran Ario Soenarto, Bupati Grobogan Pencetus Trilogi Pembangunan Desa
  • Berziarah ke Makam Pangeran Ario Soenarto, Bupati Grobogan Pencetus Trilogi Pembangunan Desa

Meraih Penghargaan Tertinggi

Gagasan dan terobosan Bupati Soenarto dalam upaya memajukan Grobogan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, diapresiasi oleh pemerintah kolonial. Priyantono Oemar dalam artikelnya menyebut sederet penghargaan yang diberikan kepada Soenarto.

Pada 1913, Bupati Soenarto diganjar kenaikan pangkat dengan menyandang gelar “ario”. Lalu pada tahun 1920 mendapat kenaikan pangkat sebagai “adipati”. Bahkan, ia diangkat menjadi perwira Orde Oranye Nassau tahun 1923. Orde Oranye Nassau adalah orde kekesatriaan Kerajaan Belanda yang didirikan oleh Ratu Emma pada 1892.

Pada 1928, Bupati Soenarto mendapat bintang emas. Lima tahun kemudian, di pengujung masa jabatannya sebagai bupati Grobogan, ia diberi kenaikan pangkat sebagai “pangeran”. Nama dan gelar lengkapnya menjadi Kanjeng Pangeran Adipati Ario Soenarto. Pangkat tertinggi untuk seorang bupati. Bupati Soenarto juga berhak membawa songsong emas, yaitu payung kebesaran berlapis emas.

Menurut De Locomotif, songsong emas merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan oleh Pemerintah Hindia Belanda dan diberikan hanya pada kasus luar biasa. Soenarto adalah satu-satunya bupati yang mendapat penghargaan tertinggi itu.

Setelah tidak lagi menjabat sebagai bupati, Kanjeng Pangeran Adipati Aryo Soenarto sempat menikmati masa tuanya di Salatiga, kota nan sejuk di antara Gunung Merapi dan Merbabu. Ia meninggal dunia pada Selasa, 21 Januari 1936 karena sakit. Jasadnya dimakamkan di pemakaman Sido Mukti, Desa Ngembak, Kecamatan Purwodadi. 

Berziarah ke Makam Pangeran Ario Soenarto, Bupati Grobogan Pencetus Trilogi Pembangunan Desa
Sejumlah makam terlihat tidak terawat dan banyak sampah berserakan, termasuk di kompleks makam Pangeran Ario Soenarto/Badiatul Muchlisin Asti

Kiprah dan jasa yang besar tidak lantas menjadikan Bupati Soenarto menjadi tokoh yang dikenang. Muhadi menyayangkan bahwa saat ini masyarakat Grobogan secara umum tidak lagi mengenal sosoknya, bahkan tidak memiliki kepedulian. Bahkan meski makamnya terletak di tengah-tengah kota—hanya sekitar 3,5 km dari pusat pemerintahan—tetapi makamnya tidak begitu terawat walaupun pemerintah desa setempat telah berusaha memfasilitasi dan menatanya.  

Muhadi juga menyayangkan selama ini pemerintah daerah tidak punya kepedulian untuk mengangkat sosok Pangeran Ario Soenarto sebagai salah satu tokoh yang memiliki kiprah besar, baik di tingkat lokal maupun nasional. Bahkan sebagai budayawan, Muhadi mengaku sangat prihatin dalam rangkaian agenda kegiatan di setiap Hari Jadi Kabupaten Grobogan pada dekade terakhir, tidak memasukkan makam Bupati Ario Soenarto dalam agenda ziarah.

Keprihatinan Muhadi memang beralasan bila melihat kiprah Ario Soenarto selama memimpin Grobogan. Kendati sosoknya tidak banyak dikenang dan makamnya tidak begitu mendapatkan perhatikan, tetapi sejarah telah mencatat jasa besar Pangeran Ario Soenarto dengan tinta emas.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Berziarah ke Makam Pangeran Ario Soenarto, Bupati Grobogan Pencetus Trilogi Pembangunan Desa appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/berziarah-ke-makam-pangeran-ario-soenarto-bupati-grobogan-pencetus-trilogi-pembangunan-desa/feed/ 2 41080
Mencicipi Kue Lumpur Bakar Purwodadi di Dapoer Erni https://telusuri.id/mencicipi-kue-lumpur-bakar-purwodadi-di-dapoer-erni/ https://telusuri.id/mencicipi-kue-lumpur-bakar-purwodadi-di-dapoer-erni/#respond Fri, 21 Apr 2023 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=38398 Menyebut kue lumpur, yang terbayang adalah kudapan bercita rasa legit khas Betawi. Sylviana Murni dalam buku Kuliner Khas Betawi (2012) menyebut kue ini dengan nama kue kelen.  Menurut Sylviana, kue ini memang mempunyai penamaan yang...

The post Mencicipi Kue Lumpur Bakar Purwodadi di Dapoer Erni appeared first on TelusuRI.

]]>
Menyebut kue lumpur, yang terbayang adalah kudapan bercita rasa legit khas Betawi. Sylviana Murni dalam buku Kuliner Khas Betawi (2012) menyebut kue ini dengan nama kue kelen. 

Menurut Sylviana, kue ini memang mempunyai penamaan yang berbeda-beda di tiap daerah di tanah air. Salah satunya ada yang menyebut dengan kue lumpur. Di wilayah kebudayaan Betawi sendiri, kue ini tersebar merata sehingga relatif mudah untuk mendapatkannya. 

Dari sisi historis, sejumlah sumber mengungkapkan kue lumpur diintroduksi oleh orang-orang Portugis saat menjajah Indonesia. Kue lumpur merupakan adaptasi dari kue khas Portugis “pasteis de nata” yang terbuat dari custard—adonan dari campuran susu atau krim dan kuning telur. Saat berada di Indonesia, orang-orang Portugis menyesuaikan pembuatan adonan dengan bahan lokal yang ada di Indonesia. 

Penamaan kue lumpur karena teksturnya yang licin dan lembut layaknya lumpur. Bahan-bahan untuk membuat kue lumpur umumnya meliputi tepung terigu, kentang, santan, telur ayam, gula pasir, dan vanili. Ada juga yang mengganti santan dengan susu cair. 

Kue Lumpur Bakar, Berawal dari Sidoarjo

Kue lumpur yang populer sebagai kudapan khas Betawi sebenarnya juga banyak kita temui di daerah lain. Di Semarang, misalnya, ada kue lumpur legendaris yang populer dengan sebutan kue lumpur Jagalan yang awalnya dijual di Jalan Jagalan, Semarang. Kue lumpur Jagalan tersebut pernah eksis di tahun 1965. Lalu vakum lama, hingga booming lagi tahun 2014 oleh generasi ketiga pewaris resep. 

Selain Semarang, kue lumpur juga populer di kota-kota besar lainnya seperti Yogyakarta, Surabaya, dan Bandung. Bahkan juga terkenal di kota-kota besar lainnya di luar Jawa.

Dalam perkembangannya, muncul kreasi baru bernama kue lumpur bakar. Beberapa sumber menganggap Bu Lilik adalah sosok yang mengenalkan kue lumpur bakar pertama kali. Ia adalah seorang pengusaha kue lumpur legendaris dari Sidoarjo, Jawa Timur. 

Momentum Bu Lilik mulai menekuni bisnis kue lumpur hampir bersamaan dengan terjadinya tragedi lumpur Lapindo. Hanya selisih sekitar tiga bulan sebelum semburan lumpur menenggelamkan 16 desa di tiga kecamatan: Porong, Jabon, dan Tanggulangin. 

Tragedi itu rupanya “membawa berkah” bagi Bu Lilik, karena menjadikan kue lumpur buatannya terkenal. Apalagi cara membuat kue lumpurnya juga unik.

Adonan kue lumpur (tanpa kentang) dimasukkan ke dalam cetakan di atas kompor yang menyala, kemudian menindih bagian penutup cetakan dengan arang. Oleh karena itu, cita rasa kue lumpurnya berbeda dan lebih enak. Tekstur kue lumpurnya juga lebih keset, tetapi lembut dan lumer di mulut. 

Dalam perkembangannya, banyak para pebisnis kuliner dari luar daerah sampai lintas kota dan lintas provinsi mengadaptasi kue lumpur bakar tersebut. Tak heran kini mudah menjumpai kue lumpur bakar di luar Sidoarjo.

Erni Eswati dan kue lumpur bakar Purwodadi bikinannya
Erni Eswati menunjukkan kue lumpur bakar buatannya di kedai miliknya/Badiatul Muchlisin Asti

Dapoer Eni, Pelopor Kue Lumpur Bakar Purwodadi

Di kota Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah, Erni Eswati (47) adalah sosok yang mengawali eksistensi kue lumpur bakar. Bermula dari keinginan pemilik Dapoer Erni itu untuk menyuguhkan kudapan yang berbeda dan belum ada di Purwodadi. 

Jauh sebelum menekuni bisnis, ia adalah seorang pekerja kantoran sebagai manajer sebuah koperasi di Purwodadi. Tahun 2011, ia memutuskan resign dari pekerjaan yang telah dilakukannya selama 10 tahun itu, karena mengikuti suaminya yang bekerja di ibu kota..

Meskipun hanya di rumah, Ernisapaan akrabnyatidak mau menganggur alias ingin tetap produktif. Erni kemudian mengikuti kursus pembuatan kue yang sebenarnya sudah menjadi hobinya. Tujuannya agar lebih mematangkan kemampuan membuat kue. Tahun 2014, ia memutuskan memulai bisnis kuliner dengan mendirikan Dapoer Erni.

Empat tahun kemudian, karena sesuatu hal, ia dan suaminya memutuskan pulang ke Desa Depok, Toroh, Grobogan. Di kampung, Erni meneruskan usaha kulinernya dengan menerima pesanan kue, jajan pasar, tumpeng, dan lain sebagainya.

Selain mengelola Dapoer Erni, Erni juga aktif di berbagai kegiatan, di antaranya menjadi mentor pembuatan kue di Rumah Kreatif Grobogan (RKG) sejak tahun 2019 sampai sekarang. Lalu menjadi pengurus Komite Ekonomi Kreatif (KEK) Kabupaten Grobogan, sebagai anggota bidang akses permodalan dan pemasaran pada tahun 2022 dan masih aktif hingga saat ini..

Awal tahun 2023, Erni menggagas produksi kue lumpur bakar. Erni memiliki harapan kue lumpur bakar bisa menjadi salah satu oleh-oleh alternatif dari Purwodadi.

  • Demonstrasi pembuatan kue lumpur bakar Purwodadi
  • Kue lumpur bakar siap makan

Kue Lumpur Bakar Bercita Rasa Lokal

Sejak awal Erni menyadari bahwa dirinya bukanlah kreator pertama kue lumpur bakar. Ia hanya mengadaptasi kue lumpur bakar yang sudah ada. Bahan dan teknik pembuatannya boleh saya bilang sama dengan kue lumpur bakar yang populer di Sidoarjo. Hanya saja, dari sisi komposisi dan takaran, Erni berkreasi sendiri menyesuaikan taste kue lumpur bakar yang ia inginkan.

Termasuk dalam hal topping. Erni melakukan diversifikasi bahan tambahan kue lumpur bakarnya dengan beragam pilihan: keju, nangka, coklat, kelapa muda, dan jagung manis. Ia menyediakan pilihan jagung manis, karena Grobogan terkenal sebagai salah satu lumbung jagung nasional. Status itu membuat Erni ingin menghadirkan kudapan bercita rasa lokal dengan label “Kue Lumpur Bakar Purwodadi”. 

Meskipun termasuk produk pendatang baru di Dapoer Erni, pesanan kue lumpur bakar berdatangan hampir setiap hari. Bahkan tak sedikit yang repeat order, menandakan banyak pelanggan menyukai kue lumpur bakar buatan Erni. Ia mengemasnya dalam sebuah kotak berisi 10 buah kue lumpur bakar seharga Rp 25.000/kotak.

Saya bersama beberapa jurnalis lokal Grobogan, antara lain dari INews, Muria News, dan Suara Merdeka, sempat berkunjung ke Dapoer Erni yang terletak di di Jalan Pemuda (sebelah SMP Negeri  1 Purwodadi). Selain melihat proses pembuatan kue lumpur bakar Purwodadi, kami juga mencicipnya. 

Cita rasanya legit dan manis, dengan tekstur lembut dan lumer di mulut. Kue lumpur bakar produksi Dapoer Erni akhirnya memang benar-benar menambah daftar oleh-oleh kuliner di Purwodadi. Semoga menjadi pemantik para pengusaha boga lainnya untuk terus berinovasi mempersembahkan kreasi terbaik.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Mencicipi Kue Lumpur Bakar Purwodadi di Dapoer Erni appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/mencicipi-kue-lumpur-bakar-purwodadi-di-dapoer-erni/feed/ 0 38398