purworejo Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/purworejo/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Wed, 25 Sep 2024 07:26:55 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 purworejo Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/purworejo/ 32 32 135956295 Pantai Jetis, Destinasi “Healing” Ekonomis di Purworejo https://telusuri.id/pantai-jetis-destinasi-healing-ekonomis-di-purworejo/ https://telusuri.id/pantai-jetis-destinasi-healing-ekonomis-di-purworejo/#respond Wed, 25 Sep 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=42736 Purworejo, salah satu kota yang sering dijuluki “Kota Pensiun”. Terlihat sepi, didominasi penduduk usia senja, dan hanya tersedia tempat hiburan itu-itu saja. Secara geografis letak Kabupaten Purworejo diapit kota-kota besar dengan tawaran wisata menarik, yang...

The post Pantai Jetis, Destinasi “Healing” Ekonomis di Purworejo appeared first on TelusuRI.

]]>
Purworejo, salah satu kota yang sering dijuluki “Kota Pensiun”. Terlihat sepi, didominasi penduduk usia senja, dan hanya tersedia tempat hiburan itu-itu saja.

Secara geografis letak Kabupaten Purworejo diapit kota-kota besar dengan tawaran wisata menarik, yang menjadi magnet bagi turis domestik atau asing untuk dijadikan satu rute perjalanan wisata. Apalagi kehadiran Yogyakarta International Airport yang terletak di perbatasan Kulon Progo dan Purworejo lebih memudahkan orang untuk singgah menikmati keunikan Purworejo. Pasti banyak yang mendapat keuntungan jika wisata di Purworejo menjadi ramai dan terkenal. Orang Purworejo tidak harus jauh-jauh mencari tempat “healing”. 

Bahasa “healing” awalnya digunakan untuk merepresentasikan proses penyembuhan. Hari ini, maknanya melebar dan seolah disamakan dengan makna refreshing. Kedua istilah itu digunakan secara bergantian tanpa memedulikan maknanya. Di media sosial, seperti Facebook, Instagram, Whatsapp, kedua istilah tersebut sangat mudah dijumpai. Ketika berada di toko, supermarket, hotel, pantai, atau gunung,  kata “refreshing” dan/atau kata “healing” selalu digunakan. (Feka et al., 2023).

Pelebaran makna ini menjadikan orientasi dan pemaknaannya justru dipersulit. Kegiatan ini lebih banyak dicari ke tempat-tempat yang jauh, membutuhkan biaya, dan jadi ajang bersenang-senang yang semu. Menurut Asosiasi Psikologi Amerika (APA), healing merupakan “proses untuk meringankan beban mental melalui kekuatan pikiran” yang diperlukan saat pikiran dan tubuh dalam keadaan lelah.

Sejak healing menjadi tren, istilah healing seakan diidentikkan dengan liburan. Padahal menurut psikolog Haniyah Ipmawati, tak semua kegiatan liburan bisa disebut healing. Yang perlu ditekankan dalam proses healing adalah adanya proses penyembuhan diri. Jika liburan jadi sarana untuk menyembuhkan diri, maka ini baru bisa disebut healing. Sekarang ini banyak orang yang berlibur, shopping dengan boros, atau nongkrong di kafe mewah yang berkedok healing. Sebenarnya healing dapat dilakukan tanpa mengeluarkan biaya dengan berbagai macam teknik, seperti relaksasi, menulis, mindfulness, positive self-talk, manajemen diri, membaca Alquran, dan lain-lain. (Halijah dalam Mutohharoh, 2022:74). 

Saya pikir kegiatan healing jangan diasumsikan dengan kegiatan jalan-jalan yang mahal, mendapat spot foto yang estetis dan bisa jadi bahan pamer di platform media sosial. Healing bisa dimaknai sebagai sebuah rutinitas yang dapat mengembalikan energi positif setelah kepenatan dalam rutinitas kerja dan belajar. 

Healing Ekonomis ke Pantai Jetis

Pantai Jetis merupakan pantai pasir hitam yang terletak di Desa Patutrejo, Kecamatan Grabag, Purworejo. Pantai yang sangat ramai di musim lebaran ini sangat mudah ditemukan. Akses utama menuju Pantai Jetis melewati perempatan penghubung jalan provinsi dan jalan alternatif.

Pengunjung Pantai Jetis kebanyakan menggunakan kendaraan plat B (Jakarta dan sekitarnya). Adapun masyarakat sekitar biasa memanfaatkan pantai ini untuk beberapa kegiatan, antara lain senam bersama komunitas desa, berenang di wahana kolam renang, dan menikmati jajanan ringan.

Tiket masuk wisata Pantai Jetis sangat terjangkau. Untuk hari biasa, setiap orang hanya perlu merogoh tiga ribu rupiah dengan biaya parkir motor Rp3.000 dan mobil Rp6.000. Saat akhir pekan atau musim liburan, harga tiket naik seribu-dua ribu rupiah dari harga normal.

Orang Purworejo, khususnya yang tinggal dekat pesisir, jalan-jalan ke Pantai Jetis bisa jadi kegiatan rutin yang menyegarkan karena memberi ketenangan. Tempat yang pas dan ekonomis untuk healing rutin dari penatnya bekerja, suntuknya belajar, stres, dan perawatan untuk geriatri. Beberapa kegiatan rutin berikut ini bisa dimanfaatkan dan mudah diakses semua kalangan. 

Pantai Jetis, Destinasi “Healing” Ekonomis di Purworejo
Tempat terapi garam/Annisa Yulia Rianti

1. Terapi Garam

Di Pantai Jetis terdapat tempat khusus terapi garam. Awalnya tempat ini tidak ramai. Namun, karena pengelolaan diperbaiki, banyak orang-orang yang merasakan manfaat terapi garam.

Penjaga sekaligus pemilik selalu memberikan arahan sebelum melakukan terapi, dan tidak mengklaim bahwa terapi tersebut sangat memberikan efek penyembuhan. Ia menyerahkan kepada pengunjung untuk merasakan sendiri manfaatnya apabila dilakukan dengan konsisten dan prosedur yang benar. Terapi garam tidak dipungut biaya, tetapi silakan menyiapkan uang untuk dana perawatan di kotak yang sudah tersedia.

Saya dua kali mencoba terapi garam. Ruang terapi buka pukul delapan pagi sampai dua siang. Kata orang, seperti masuk sauna. Saya sendiri belum pernah mencoba sauna. Terapi garam dilakukan di dalam tunnel pembuatan garam. Saya diminta masuk selama lima belas menit berjalan-jalan, menggosokkan garam ke tangan dan kaki, menaikkan kaki perlahan-lahan sambil bernapas dengan tenang menggunakan hidung, lalu sebaliknya bernapas menggunakan mulut. Setelah lima belas menit atau sudah sangat berkeringat, saya diingatkan agar keluar untuk minum air putih sembari menunggu garam menyerap ke pori-pori kulit. Setelah beristirahat, ulangi kegiatan seperti tadi.

2. Mandi Sinar Matahari

Ketika bangun pagi di hari libur cobalah sesekali ke Pantai Jetis. Di buku-buku pelajaran sekolah dasar matahari sering disebut sumber energi utama. Sebutan ini cocok dan manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh tumbuhan, tetapi juga manusia. Beberapa tahun lalu saat Indonesia dilanda pandemi COVID-19, kegiatan berjemur adalah saran yang sering disebutkan. Matahari pagi menyegarkan dan tidak terlalu terik

3. Jogging Pagi

Di kota besar, kesadaran berolahraga sudah mulai meningkat. Mereka selalu memanfaatkan fasilitas umum untuk tempat jogging rutin. Bagi orang Purworejo yang merasa bosan jogging di alun-alun atau gedung olahraga, jogging di sekitar pantai bisa coba dilakukan. Kelebihannya adalah tempat yang luas, sepi, rute tidak biasa dan penuh tantangan, serta udara pantai yang nikmat.  

4. Grounding Pasir Pantai

Sebut saja nyeker. Bagi orang desa, nyeker merupakan hal biasa. Cobalah sesekali berpindah merasakan grounding di pasir pantai.

Menurut Oschman et al (2015), grounding atau earthing adalah salah satu cara menyelaraskan tubuh dengan alam. Berjalan tanpa alas kaki di rumput, pasir, ataupun tanah dapat membantu mengurangi tingkat stres dalam tubuh dan menstabilkan kembali detak jantung. Air laut kaya akan magnesium dan mineral penting yang dibutuhkan tubuh. Manfaatnya dapat meregulasi sistem saraf dan otot, relaksasi, regulasi gula darah, dan memperbaiki kualitas tidur.

5. Menghirup Udara Pantai Baik untuk Pernapasan

Udara laut mengandung mineral lain, seperti sodium, iodin, potassium (kalium), klorida, dan sulfur. Di Australia pernah dilakukan penelitian pada pasien fibrosis kistik. Selama 48 minggu terpapar udara laut membantu membersihkan paru-paru mereka. Pasien menjadi jarang kambuh dan kebutuhan terhadap antibiotik menjadi lebih sedikit. Pada abad ke-18, para dokter meresepkan kunjungan ke pantai untuk pasien yang mengalami gangguan pernapasan.


Referensi:

Feka, V. P., Lawa, S. T. M. N., & Nama, D. Y., Nama Darius Y. (2023). Merunut Makna Kata “Refreshing” dan “Healing”: Kajian Sosiolinguistik. HINEF: Jurnal Rumpun Ilmu Pendidikan, Vol. 2 No. 2, 2003, hal. 82-92. https://doi.org/10.37792/hinef.v2i2.1016. Diakses pada 30 Juni 2024.
Halijah, N. (2023). Tren Healing di Instagram: Penyembuhan Kekinian di Kalangan Mahasiswa. Emik, 6(2), 234-252. https://doi.org/10.46918/emik.v6i2.2091. Diakses pada 30 Juni 2024.
Oschman J. L., Chevalier G., Brown R. (2015). The effects of grounding (earthing) on inflammation, the immune response, wound healing, and prevention and treatment of chronic inflammatory and autoimmune diseases. Journal of Inflammation Research. 2015 Mar 24;8:83-96. doi: 10.2147/JIR.S69656. PMID: 25848315; PMCID: PMC4378297. Diakses pada 30 Juni 2024

Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Pantai Jetis, Destinasi “Healing” Ekonomis di Purworejo appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/pantai-jetis-destinasi-healing-ekonomis-di-purworejo/feed/ 0 42736
Menelusuri Gua Sibodak di Purworejo https://telusuri.id/menelusuri-gua-sibodak-di-purworejo/ https://telusuri.id/menelusuri-gua-sibodak-di-purworejo/#respond Tue, 20 Jun 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=39016 Keindahan bumi dapat kita nikmati dengan berbagai cara. Jika kamu senang menikmati alam dari ketinggian, maka kamu bisa naik gunung atau melakukan panjat tebing. Kalau tertarik pada sensasi kedalaman bawah air, kamu bisa menyelam. Mau...

The post Menelusuri Gua Sibodak di Purworejo appeared first on TelusuRI.

]]>
Keindahan bumi dapat kita nikmati dengan berbagai cara. Jika kamu senang menikmati alam dari ketinggian, maka kamu bisa naik gunung atau melakukan panjat tebing. Kalau tertarik pada sensasi kedalaman bawah air, kamu bisa menyelam. Mau menikmati keindahan alam di atas permukaan air, tersedia olahraga arung jeram. Dan apabila kamu lebih suka menikmati keindahan di bawah permukaan tanah, maka kegiatan menelusuri gua (caving) adalah pilihannya.

Bagi kamu penyuka kegiatan caving, saya memiliki referensi tempat yang menyimpan banyak keindahan di perut bumi. Namanya Gua Sibodak, salah satu gua di kawasan karst Pegunungan Menoreh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Gua ini terletak di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing.

Selain Sibodak, di kawasan karst tersebut juga ada gua-gua lain seperti Gua Seplawan, Gua Temanten, Gua Sekantong, Gua Gong, Gua Nguwik, dan masih banyak lagi. Untuk menuju Gua Sibodak diperlukan waktu tempuh selama tiga jam dari Kota Semarang. 

Perjalanan ke Desa Donorejo

Kali ini saya bersama teman-teman berkesempatan menjelajahi dan memetakan gua tersebut. Pemetaan ini kami lakukan sebanyak enam orang yang terdiri dari empat perempuan (saya, Mula, Yulyas, dan Ika) serta dua laki-laki (Ferdian dan Andi).

Perjalanan ke Purworejo kami tempuh dengan mobil pick up dan satu sepeda motor. Kami menggunakan mobil untuk memuat berbagai peralatan yang bisa saya bilang cukup banyak, karena mengingat penelusuran kali ini berupa gua vertikal. Logam-logam pengaman mendominasi peralatan dan juga berbagai tali, seperti karmantel, prusik, dan webbing. Tidak lupa pula peralatan pemetaan, yaitu kompas, laser distance, dan alat tulis.

Jalan menuju Desa Donorejo cukup sempit meskipun sudah beraspal, sehingga kami harus hati-hati. Apalagi jalanan basah akibat hujan yang mengiringi perjalanan kami.

Setelah menempuh perjalanan selama tiga jam, kami akhirnya sampai di basecamp Mbah Cokro. Mbah Cokro merupakan seorang juru kunci yang rumahnya tidak jauh dari Gua Sibodak. Biasanya rumah beliau sering dipakai menginap oleh orang-orang yang ingin berkegiatan di Gua Sibodak ataupun Gua Temanten.

Pada hari itu kebetulan ada dua organisasi mahasiswa pencinta alam (mapala) yang juga melakukan kegiatan serupa dan menginap di rumah Mbah Cokro. Oleh karena itu kami direkomendasikan menginap di rumah anaknya Mbah Cokro. Setibanya di sana, kami langsung menurunkan alat-alat dari pick up dan menatanya. Tak membutuhkan waktu lama, kami melanjutkan makan malam bersama.

Seusai makan malam kami melakukan briefing untuk kegiatan pemetaan keesokan harinya. Kami menyusun beberapa rencana mengenai cara dan teknik-teknik dalam pemetaan. Meskipun sebelumnya kami telah melakukan survei lapangan dan juga survei dari beberapa orang yang pernah ke Gua Sibodak, kami tetap mempertimbangkan berbagai kemungkinan jalur yang bisa kami buat. Tak lupa, kami juga melakukan penggambaran skema rigging yang akan kami lakukan. Rigging adalah kegiatan membuat lintasan menggunakan tali untuk menuruni gua vertikal.

Menelusuri Gua Sibodak di Purworejo
Proses pemetaan di dalam Gua Sibodak/Lya Munawaroh

Keanekaragaman Hayati di Gua Sibodak

Keesokan harinya, sekitar pukul 07.00 WIB, kami menuju ke Gua Sibodak untuk melakukan pemetaan. Keinginan kami melakukan pemetaan pagi hari agar selesai lebih awal gagal, karena masih ada mapala lain yang belum selesai melakukan penelusuran. Cukup lama kami menunggu mereka selesai, hingga akhirnya pukul 10.30 kami baru bisa menggunakan gua tersebut.

Tak berlama-lama kami segera melakukan rigging untuk turun ke dasar gua. Meskipun sempat terjadi hujan, kami tetap melakukan pemetaan secara perlahan. Gua ini tergolong aman ketika terjadi hujan dan tidak pernah banjir, sehingga kami tidak terlalu khawatir.

Di mulut gua, kami sudah disuguhi keindahan lubang seperti sumur yang dirambati tanaman hijau. Setelah menuruni gua dan menelusuri bagian horizontal di dalamnya, kami semakin terkagum-kagum pada ornamen-ornamen gua yang autentik.

Setelah semua personel tim turun, kami segera melaksanakan pemetaan. Kami memetakan Gua Sibodak dengan teknik bottom to top, yaitu teknik pemetaan gua vertikal yang kami lakukan dari bawah atau dasar gua menuju ke atas gua. Kami memetakan bagian horizontal terlebih dahulu. 

Beberapa bagian Gua Sibodak ini terdiri dari beberapa chamber besar yang di atasnya terdapat kelelawar dalam jumlah yang tidak sedikit. Gua ini memiliki banyak stalaktit yang masih hidup. Ada juga rembesan air, asalnya dari air hujan yang masuk melalui mulut gua.

Di dalam Gua Sibodak juga terdapat satu percabangan lorong ke bagian kanan gua. Di sana kami menemukan flow stone yang memukau. Tidak lupa, selain pemetaan kami juga mengambil dokumentasi ornamen-ornamen Gua Sibodak dan beberapa biota yang ada, seperti kelelawar, katak, dan beberapa jenis serangga.

Pemetaan dapat terlaksana lumayan mudah dengan menggunakan peralatan laser distance, karena kami tidak harus mengukur secara manual. Tidak terbayang jika harus mengukur dengan cara manual, pastinya pemetaan akan terasa lebih lama. Berdasarkan pemetaan yang kami lakukan dengan 14 stasiun, kami memperoleh data bahwa panjang lorong horizontal gua sebesar 52,7 meter dan panjang bagian vertikal setinggi 28 meter. 

Menelusuri Gua Sibodak di Purworejo
Salah satu biota di Gua Sibodak/Lya Munawaroh

Potensi Kegiatan Minat Khusus di Gua Sibodak

Gua Sibodak di Purworejo tergolong sebagai gua yang cukup aman bagi pemula. Meskipun begitu, kegiatan penelusuran gua vertikal tetaplah berbahaya. Para penggiat susur gua harus mengikuti prosedur dan membawa peralatan yang benar untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.

Kami berharap hasil dari kegiatan pemetaan Gua Sibodak ini bisa bermanfaat. Selain itu data yang kami himpun juga menjadi referensi bagi masyarakat sekitar dan para penikmat caving yang akan melakukan kegiatan di Gua Sibodak ini. 

Selalu ada cara untuk menikmati keindahan bumi, jika kita mau mensyukuri dan memelihara keindahan tersebut. Termasuk di dalam kegelapan sekalipun, kita masih bisa melihat keindahan yang tersembunyi di bawah perut bumi.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menelusuri Gua Sibodak di Purworejo appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menelusuri-gua-sibodak-di-purworejo/feed/ 0 39016
Mencari Kesegaran di Taman Sidhandang https://telusuri.id/taman-sidhandang-purworejo/ https://telusuri.id/taman-sidhandang-purworejo/#respond Wed, 16 Oct 2019 10:29:32 +0000 https://telusuri.id/?p=18078 Cerita perjalanan saya dimulai pada Hari Raya Idul Fitri tahun 2018 kemarin ketika banyak sanak saudara sedang berkumpul. Seperti keluarga besar lainnya, di hari pertama kami melakukan tradisi sungkeman (bermaaf-maafan) kemudian mengunjungi rumah-rumah tetangga sekitar...

The post Mencari Kesegaran di Taman Sidhandang appeared first on TelusuRI.

]]>
Cerita perjalanan saya dimulai pada Hari Raya Idul Fitri tahun 2018 kemarin ketika banyak sanak saudara sedang berkumpul. Seperti keluarga besar lainnya, di hari pertama kami melakukan tradisi sungkeman (bermaaf-maafan) kemudian mengunjungi rumah-rumah tetangga sekitar hingga waktu Zuhur.

Setelah menyambangi rumah-rumah tetangga, kami pun istirahat siang. Saat itulah tiba-tiba salah seorang saudara saya yang sedang main smartphone menunjukkan sebuah postingan Instagram tentang Taman Sidhandang, sebuah pemandian alami di Kaligesing.

Kaligesing, kalau kamu belum tahu, adalah sebuah kecamatan di wilayah perbukitan Kabupaten Purworejo yang berbatasan dengan Provinsi DI Yogyakarta. Namanya tenar sebagai penghasil kambing etawa.

taman sidhandang
Melipir pinggir kolam sedalam 2,5 meter/Adyatma Arya

Kembali pada cerita. Akhirnya, setelah melihat unggahan di Instagram itu, beberapa di antara kami jadi tertarik untuk ke sana.

Selang beberapa hari, kami bertujuh, menumpang empat unit sepeda motor, meluncur ke Taman Sidhandang. Kami sengaja berangkat siang-siang agar bisa merasakan kesegaran pemandian alami di Purworejo itu secara lebih maksimal.

Di awal perjalanan, kami melewati jalanan ramai khas suasana Idul Fitri. Banyak titik kemacetan yang kami temui, yang penuh mobil perantau berpelat nomor luar Kabupaten Purworejo. Kemacetan itu, juga matahari yang bersinar terik, bikin saya makin tidak sabar untuk segera tiba di pemandian. Saya sudah bisa membayangkan betapa segar rasanya berendam dan bermain air di kolam-kolam alami Taman Sidhandang.

Selepas berkutat dengan macet selama sekitar setengah jam, kami mulai meluncur santai di jalanan yang lebih sepi. Sedikit sekali kendaraan yang lewat selain empat sepeda motor yang membawa kami. Bukit-bukit yang berbaris di pinggir sawah membuat pemandangan jadi hijau dan menyegarkan mata.

taman sidhandang
Batuan licin yang mengeliling pemandian alami Taman Sidhandang/Adyatma Arya

Sebentar kemudian, kami masuk jalanan menanjak dan berbelok. Kami pun berkendara semakin hati-hati, sebab mesti cermat mengantisipasi kendaraan yang lewat dari arah berlawanan.

Akhirnya tibalah kami di Taman Sidhandang. Kami memarkirkan kendaraan di sebuah lahan parkir yang dikelilingi pepohonan besar dan tebing-tebing batu.

Lokasi pemandian berada di seberang tempat kami memarkir motor. Baru mulai berjalan, kami langsung disambut gerbang selamat datang dan loket tiket. Harga tiket masuk Taman Sidhandang Rp3.000 dan biaya parkir Rp2.000.

Semakin dekat dengan kolam dan air terjun, jalanan semakin naik-turun. Kami juga mesti melewati bebatuan yang licin.

Tiap-tiap kolam di pemandian alami itu ternyata punya papan bertuliskan kedalaman. Kolam terdalam mencapai 7 meter. Sisanya lebih dangkal—5, 3, dan 2,5 meter. Kami memilih untuk nyebur ke dalam kolam 2,5 meter. Karena tidak pandai berenang, saya menyewa ban agar bisa mengambang di permukaan sambil bersantai menikmati pemandangan sekitar dan kesegaran air. Sanak saya yang lain menikmati Taman Sidhandang dengan cara mereka masing-masing, dari mulai berenang sampai “loncat indah.”

Meloncat ke dalam kolam dari bebatuan/Adyatma Arya

Tak terasa, hari semakin sore. Hawa di sekitar tempat rekreasi itu pun terasa makin dingin. Suasana makin sepi karena para pengunjung sudah beranjak dari air. Kami pun menyudahi kesenangan itu kemudian naik ke darat untuk membilas tubuh.

Keluar dari air dalam kondisi lapar, kami mampir ke salah satu warung untuk menyantap mi instan dan gorengan.

Begitu makanan habis, tak ada alasan lain bagi kami untuk menunda kepulangan. Kami memulai perjalanan kembali ke rumah sekitar jam 4.30 sore lewat jalur yang sama dengan yang kami gunakan ketika berangkat. Perjalanan pulang terasa lebih cepat sebab jalanan yang kami lewati lebih lengang. Sesore ini, sedikit sekali kendaraan yang lalu-lalang.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Mencari Kesegaran di Taman Sidhandang appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/taman-sidhandang-purworejo/feed/ 0 18078
5 Hal yang Bisa Kamu Lakukan di DeLoano Glamping Purworejo https://telusuri.id/deloano-glamping-purworejo/ https://telusuri.id/deloano-glamping-purworejo/#respond Fri, 12 Jul 2019 09:00:16 +0000 https://telusuri.id/?p=15047 Ada yang baru nih di Desa Sedayu, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Namanya DeLoano Glamping. Tempat ini adalah destinasi nomadic tourism di mana kamu bisa menikmati sensasi kemping di alam bebas tanpa harus terlepas...

The post 5 Hal yang Bisa Kamu Lakukan di DeLoano Glamping Purworejo appeared first on TelusuRI.

]]>
Ada yang baru nih di Desa Sedayu, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Namanya DeLoano Glamping. Tempat ini adalah destinasi nomadic tourism di mana kamu bisa menikmati sensasi kemping di alam bebas tanpa harus terlepas dari colokan.

Terus, bisa ngapain aja sih di DeLoano Glamping?

deloano glamping
Suasana DeLoano Glamping/Mauren Fitri

1. Kemping nggak pake ribet

Destinasi wisata hasil sinergi Badan Otorita Borobudur dan Perum Perhutani ini menawarkan konsep berkemah kekinian. Di DeLoano, kamu bisa menikmati fasilitas-fasilitas enak seperti kamar mandi air hangat (yang bersih), restoran, bioskop semi outdoor, dan panggung terbuka untuk menikmati hangatnya api unggun sambil BBQ-an.

deloano glamping
Salah satu tenda di DeLoano/Mauren Fitri

Untuk menginap di tenda berkapasitas 6 orang, kamu cuma perlu membayar Rp350.000/orang. Biaya itu sudah termasuk makan sebanyak 2 kali dan tiket masuk Bukit Ngisis.

deloano off-road
Naik mobil “off-road” keliling hutan/Mauren Fitri

2. “Off-roading”

Di DeLoano Glamping kamu juga bisa memacu adrenalin dengan naik mobil off-road. Selama sekitar satu jam, kamu bakal dibawa mengelilingi Hutan DeLoano. Buckle up, Sob! Kamu bakal melewati medan naik turun yang bikin jantung deg-degan.

Jip off-road itu bisa menampung tiga hingga empat orang. Biayanya juga nggak mahal-mahal amat, cuma sekitar Rp500.000.

kebun teh grojogan watujonggol
Kebun Teh Grojogan Watujonggol/Mauren Fitri

3. Jalan-jalan ke Puncak Kebun Teh Grojogan Watu Jonggol

Lepas off-road, kamu bisa jalan-jalan di Puncak Kebun Teh Grojogan Watu Jonggol. Dari sini, kamu bisa melihat panorama puncak Gunung Merapi dan Sumbing. Jangan lewatkan seduhan teh sangit yang dijajakan di warung-warung yang ada di sana. Ssst… Teh sengit ini adalah teh tradisional yang diolah sendiri sama masyarakat setempat.

bukit ngisis
Foto-foto di Bukit Ngisis/Mauren Fitri

4. Foto-foto di Bukit Ngisis

Letaknya nggak jauh dari Puncak Kebun Teh Watujonggol. Dari sini, kamu bisa nongkrong bareng teman-teman sambil menikmati indahnya panorama alam Perbukitan Menoreh. Ada beberapa spot foto Instagrammable yang bisa kamu pilih buat swafoto. Lumayan banget buat nambah-nambah followers di Instagram.

puncak widosari samigaluh
Puncak Widosari dari kejauhan/Mauren Fitri

5. Jalan-jalan ke Puncak Widosari

Selain off-road, DeLoano juga menawarkan aktivitas naik odong-odong keliling desa di sekitar kawasan campsite. Ketimbang jip off-road, tentu saja biaya yang mesti kamu keluarkan buat naik odong-odong ini lebih ekonomis, cuma Rp300.000/odong-odong. Satu odong-odong bisa dinaiki 10 orang.

Kamu bakal dibawa ke Puncak Widosari untuk melihat bongkah batu gunung raksasa yang menjulang tinggi ke langit. Mulai senja, kamu bakal menganga melihat gemerlap lampu kota dari atas bukit.

Gimana? Tertarik buat mampir ke DeLoano Glamping?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post 5 Hal yang Bisa Kamu Lakukan di DeLoano Glamping Purworejo appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/deloano-glamping-purworejo/feed/ 0 15047