ragunan Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/ragunan/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Mon, 05 Sep 2022 01:31:56 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 ragunan Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/ragunan/ 32 32 135956295 Membeli Sayur Segar di Agro Edukasi Wisata Ragunan https://telusuri.id/membeli-sayur-segar-di-agro-edukasi-wisata-ragunan/ https://telusuri.id/membeli-sayur-segar-di-agro-edukasi-wisata-ragunan/#respond Tue, 30 Aug 2022 01:47:00 +0000 https://telusuri.id/?p=35020 Duduk-duduk di bawah pohon rindang sambil selonjoran dengan pemandangan sawah lepas, tenang sekali rasanya. Bayang-bayang ini selalu melintas di benak saya karena kerap kali terlalu lelah dengan keseharian yang padat. Belum soal rutinitas monoton setiap...

The post Membeli Sayur Segar di Agro Edukasi Wisata Ragunan appeared first on TelusuRI.

]]>
Duduk-duduk di bawah pohon rindang sambil selonjoran dengan pemandangan sawah lepas, tenang sekali rasanya. Bayang-bayang ini selalu melintas di benak saya karena kerap kali terlalu lelah dengan keseharian yang padat. Belum soal rutinitas monoton setiap hari yang lama-lama menumpuk kebosanan. Jari-jemari saya sibuk mencari informasi tempat yang memiliki nuansa kampung namun tak ingin jauh keluar kota. Situs pencarian Google memberi jawaban dengan cepat. Saya menemukan sebuah tempat yang tak begitu jauh dari rumah, adalah Agro Edukasi Wisata Ragunan. 

Agro Edukasi
Kawasan Agro Edukasi Wisata Ragunan/Atika Amalia

Dari beberapa referensi yang saya temukan saya mengetahui bahwa Agro Edukasi Wisata Ragunan merupakan program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, berada di bawah Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian. Tempat ini berfungsi untuk mengembangkan kawasan pertanian sekaligus sebagai kawasan produksi, edukasi, inovasi teknologi, inkubasi bisnis, konservasi lingkungan, serta tempat wisata. 

Rencananya, Pemprov DKI Jakarta akan membangun 12 lokasi Agro Edukasi Wisata lainnya. Pemprov DKI Jakarta pun akan bersinergi dengan Kementerian Pertanian untuk mendorong urban farming. Salah satu caranya adalah dengan menyalurkan bibit tanaman agar setiap orang bisa mulai bercocok tanam di rumah masing-masing.

Agro Edukasi Wisata Ragunan berada di Jalan Poncol Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan atau tepat berbatasan dengan Bumi Perkemahan Ragunan Jakarta Selatan. Jika menggunakan angkutan umum, kita bisa turun di halte Departemen Pertanian.

Gerbang Masuk Agro Edukasi Wisata Ragunan
Gerbang masuk Agro Edukasi Wisata Ragunan/Atika Amalia

Saat tiba di lokasi, saya melihat gerbang Agro Edukasi Wisata Ragunan tertutup. Seorang satpam paruh baya menghampiri dan bertanya ada keperluan apa datang ke tempat ini. Saya merasa agak sedikit aneh dengan pertanyaan beliau, biasanya saat berkunjung ke tempat wisata, pengunjung disambut tanpa diberi pertanyaan. Tapi tak ingin berpanjang lebar, saya pun mengutarakan tujuan datang kemari yaitu untuk berwisata.

Seketika satpam tersebut membukakan gerbang untuk masuk. Beliau juga menginformasikan bahwa tidak ada biaya retribusi untuk berkunjung. Semua tamu bisa masuk secara gratis. Sebuah danau menkecil jadi pemandangan utama saat masuk, namun danau tersebut berada di luar kawasan, terdapat pagar sebagai pembatas di sepanjang jalur yang saya lalui, sisi berlawanan merupakan tembok pembatas antara Bumi Perkemahan Ragunan dengan Agro Edukasi Wisata Ragunan dan juga di sepanjang dinding ini tampak tumbuh lebat tanaman keji beling (Strobilanthes crispa). 

Tanaman Kangkung yang siap panen/Atika Amalia

Saat turun dari mobil, saya langsung disambut oleh kebun kangkung (Ipomoea aquatica) dan bayam cabut (Amaranthus tricolor) yang ditanam di atas raise bed, menurut laman jurnal.com raised bed adalah lingkup lahan yang dibuat di atas tanah atau dak kemudian dibatasi dengan wadah atau bahasa sederhananya: bak tanaman. 

Saya juga melihat sekitar lima orang yang sedang beraktivitas di dalamnya, ada yang sedang mencangkul, ada yang duduk-duduk dan ada pula yang sedang merapikan tanaman. Beberapa orang dari mereka melihat kedatangan saya. Jujur saja, saya sempat bingung dengan situasi ini. Saya harus kemana dan bertanya ke siapa. Namun, pada akhirnya tanpa ragu, saya menyapa salah seorang petani dan bertanya mengenai alur kunjungan, petani tersebut mengarahkan saya untuk berjalanan ke arah sebuah bangunan yang tampak seperti gedung kantor. 

Saya melewati beraneka ragam tanaman di antaranya sereh (Cymbopogon citratus), terung (Solanum melongena), bunga telang (Clitoria ternatea), mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), kemangi (Ocimum basilicum), pandan wangi (Pandanus amaryllifolius), seledri (Apium graveolens), bayam cabut (Amaranthus tricolor), daun bawang (Allium fistulosum), dan berbagai jenis pohon buah. Selain itu juga terdapat beberapa jenis hewan ternak dan tempat pengembangbiakan maggot (Hermetia illucens). 

Masih terkagum dengan tempat ini, seorang lelaki menyapa saya dan menanyakan tujuan saya datang ke sini, lagi-lagi pertanyaan ini terasa agak janggal. Kemudian saya berbalik tanya, apakah ada yang bisa mendampingi saya. Tak lama berselang, seorang lelaki yang lebih muda terlihat berlari kecil mendekat, dengan ramah ia memperkenalkan diri, namanya Nanda dan ia akan mendampingi saya mengelilingi tempat ini. 

Azzahra Memberi Makan Sapi
Azzahra memberi makan sapi/Atika Amalia

Nanda mengajak saya untuk memberi pakan sapi. Rumput-rumput pakan  ditanam langsung di kawasan ini. Putri kecil saya Azzahra—yang juga ikut menemani saya saat berkunjung—sangat senang bisa memberi makan sapi secara langsung. Tak hanya sapi, Nanda juga mengajak saya melihat kandang ayam kampung, kambing, kelinci, dan ikan.

Hasil produksi dari ternak-ternak dijual, di antaranya susu sapi yang telah dipasteurisasi, telur ayam kampung, dan juga ikan. Sambil berkeliling Nanda juga bercerita bahwa Agro Edukasi Wisata Ragunan memang dihadirkan untuk memfasilitasi minat masyarakat untuk belajar urban farming atau bercocok tanam di perkotaan, mulai dari menanam, pembibitan, pemupukan, panen, hingga pengemasan dan pemasarannya. 

Hidroponik/Atika Amalia

Hal ini sejalan dengan upaya Pemprov DKI Jakarta untuk mendukung wisata pertanian. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan lahan kosong di Jakarta sambil memperkenalkan konsep ketahanan pangan keluarga dengan urban farming lokal. Selain itu, pengunjung bisa melihat tanaman superfood lokal, belajar teknik hidroponik, dan mengenal tanaman pangan lain seperti microgreens dan tanaman bunga yang bisa dimakan.

Setelah lelah berkeliling, Seorang wanita datang menghampiri kami, namanya Iyut, ia juga bertugas sebagai pendamping pengunjung. Ia baru saja menyiapkan bibit-bibit tanaman. Kemudian, Nanda dan Iyut memberi tahu saya bahwa sayur-sayur yang ditanam di lokasi ini bisa dibeli. Pengunjung juga boleh ikut turun memetik sayur-sayur segar. Seikat sayur kangkung (Ipomoea aquatica) dijual dengan harga lima ribu rupiah. Jika dibanding harga pasar, sayur di sini terbilang murah apalagi satu ikatnya sangat banyak .

Mereka juga bercerita sayuran yang di tanam di Agro Edukasi Wisata Ragunan kadang sudah pesanan pelanggan, dan setiap hari sudah ada daftar pembelinya. Pada pagi hari, calon pembeli pun sudah menunggu sayur-sayur dipetik oleh petani. Dari cerita Nanda dan Iyut akhirnya saya paham mengapa saat masuk satpam lebih dulu bertanya, karena beberapa kelompok tamu yang sering datang ke kawasan ini, ada yang hanya mengambil pesanan sayuran, sekedar berkunjung atau field trip rombongan taman kanak-kanak.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Membeli Sayur Segar di Agro Edukasi Wisata Ragunan appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/membeli-sayur-segar-di-agro-edukasi-wisata-ragunan/feed/ 0 35020
Akhir Pekan di Pusat Primata Schmutzer https://telusuri.id/akhir-pekan-di-pusat-primata-schmutzer/ https://telusuri.id/akhir-pekan-di-pusat-primata-schmutzer/#respond Sun, 27 Feb 2022 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=32892 Akhir pekan lalu, saya mengajak putri kecil berkunjung ke Pusat Primata Schmutzer yang berada di dalam kawasan Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan.  Wisata alam yang ada di tengah hiruk pikuk Ibukota Jakarta ini tak pernah...

The post Akhir Pekan di Pusat Primata Schmutzer appeared first on TelusuRI.

]]>
Akhir pekan lalu, saya mengajak putri kecil berkunjung ke Pusat Primata Schmutzer yang berada di dalam kawasan Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan.  Wisata alam yang ada di tengah hiruk pikuk Ibukota Jakarta ini tak pernah sepi pengunjung. Menurut data dari laman ragunanjakarta.go.id, saat ini luas Taman Margasatwa Ragunan mencapai 147 hektare dengan koleksi satwa 2101 ekor satwa dari 220 spesies. Siapa sangka di dalam kawasan yang sangat luas ini terdapat satu area yang dijadikan sebagai pusat edukasi primata dan wisata bernama Pusat Primata Schmutzer. 

Sejarah Taman Margasatwa Ragunan

Jika menelusuri kembali asal mulanya, Taman Margasatwa Ragunan sudah lebih dulu berdiri di Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat dengan nama Planten en Dierentuin pada tahun 1864 berada diatas lahan dengan luas 10 hektare. Pertama kali dikelola oleh perhimpunan penyayang Flora dan Fauna Batavia (Culture Vereniging Planten en Dierentuin at Batavia). Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1949, namanya berubah menjadi Kebun Raya Cikini. Dengan perkembangan Jakarta, Cikini dianggap tidak lagi cocok dijadikan untuk peragaan satwa. 

Pada tahun 1964, dipimpin oleh Gubernur DKI Jakarta Dr. Soemarno dibentuk Badan Persiapan Pelaksanaan Pembangunan Kebun Binatang untuk memindahkan dari Jl. Cikini Raya No. 73 Ke Pasar Minggu Jakarta Selatan yang diketuai oleh Drh. T.H.E.W. Umboh. Pemerintah DKI Jakarta menghibahkan lahan seluas 30 hektare di Ragunan, Pasar Minggu. Jaraknya kira-kira 20 kilometer dari pusat kota. 

Kepindahan dari Kebun Binatang Cikini ke Ragunan membawa lebih dari 450 ekor satwa yang merupakan sisa koleksi terakhir dari Kebun Binatang Cikini. Kebun Binatang Ragunan dibuka secara resmi pada 22 Juni 1966 oleh Gubernur DKI Jakarta Mayor Jenderal Ali Sadikin dengan nama Taman Margasatwa Ragunan. Setelah sempat beberapa kali berganti nama dan pimpinan, tahun 2015 berdasarkan Perda Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Organisasi Perangkat Daerah, ditetapkan tempat ini dengan nama Kantor Pengelolaan Taman Margasatwa Ragunan.

Pusat Primata Schmutzer, Pengelolaan Satwa Berbasis Perlindungan

Salah satu spot menarik yang ditawarkan TMR adalah Pusat Primata Schmutzer (PPS). Memiliki luas 13 hektare dirancang dengan konsep open zoo, contohnya kandang gorila dan orang utan. Kandang seperti ini disebut enclosure. Berbagai jenis primata bisa ditemukan di sini, mulai dari orang utan, gorila, simpanse dan jenis-jenis primata langka dari dalam maupun luar negeri lainnya. PPS ini mempunyai peranan penting dalam konservasi primata Indonesia dan sekaligus sebagai jendela informasi bagi pecinta primata. 

Nyonya Pauline Antoinette Schmutzer-versteegh merupakan perintis dibangunnya Pusat Primata Schmutzer. Ia adalah seorang pecinta hewan, pelukis yang dermawan. Beliau mewariskan seluruh harta warisannya kepada The Gibbon Foundation yang diketuai oleh Willie Smits untuk dibuat sebuah fasilitas terbaru untuk primata di Taman Margasatwa Ragunan. 

Sebagai seorang pecinta primata, saya begitu bersemangat untuk mengajak buah hati merasakan hal yang saya suka. H-1 sebelum berkunjung, saya sudah terlebih dahulu mendaftar melalui situs resmi yang sudah disediakan oleh Kantor Pengelolaan Taman Margasatwa Ragunan. Mengisi semua data dan pastikan pengunjung dewasa telah melakukan vaksinasi COVID-19. Lalu, formulir bukti pendaftaran akan dikirim melalui email.

Esok harinya, saya mengecek ulang kartu JakCard, Aplikasi Peduli Lindungi, dan bukti pendaftaran yang akan dipergunakan untuk syarat registrasi di gerbang masuk. Kartu JakCard bisa dijadikan untuk pembayaran tiket parkir kendaraan dan tiket masuk Taman Margasatwa Ragunan. Jika saldo tidak cukup, kita bisa melakukan pengisian ulang di loket yang telah tersedia. Harga tiket masuk yang ditawarkan pun sangat ramah di kantong. 

Setelah berada di dalam TMR, saya melihat papan pemandu arah menuju Pusat Primata Schmutzer. Cukup dengan berjalan kaki sembari menikmati udara segar pagi hari tak terasa kita akan tiba di PPS. Untuk masuk kita kembali harus membayar tiket dengan kartu JakCard. Tarif tiket masuk Pusat Primata Schmutzer yakni Rp6.000,00 untuk hari Selasa-Jumat, sedangkan Rp7.500,00 untuk Sabtu-Minggu dan hari libur nasional.

Apabila ingin menyaksikan film dokumenter Primata, kita bisa membayar Rp150.000,00 untuk sekali putar dengan kapasitas tempat duduk 85 kursi. Saat pandemi, batas akhir pembelian tiket adalah pukul 14.00 WIB.  Setelah melewati jam tersebut, pelayanan Pusat Primata Schmutzer ditutup.

Di gerbang masuk, petugas akan melakukan pemeriksaan, pengunjung tidak diperbolehkan membawa makanan ke dalam. Terlihat lingkungan Schmutzer sangat bersih tak tampak satu sampah pun. Pemeriksaan dilakukan dengan ketat, tempat penitipan barang aman dan rapi, bahkan permen pun akan disita untuk ditaruh di tempat penitipan saat pemeriksaan.

Air minum disediakan gratis di dalam taman berupa pancuran air minum di setiap titik titik tertentu, hanya botol minum isi ulang yang diizinkan untuk dibawa. Hal ini dilakukan demi keselamatan satwa. PPS juga menyediakan fasilitas lainnya seperti musala, toilet umum, toilet difabel, dan kabin menyusui.

Melihat Primata dari Dekat

Nuansa hutan dengan suara primata bernyanyi indah mengisi setiap langkah. Saya begitu menikmati suasana ini, anak pun juga senang. Saat masuk kita disambut oleh patung gorila dan papan filosofi Pusat Primata Schmutzer.

Pusat Primata Schmutzer
Papan filosofi Pusat Primata Schmutzer/Eko Budi Utomo

Kemudian kita akan melewati jembatan PPS, area bawah terdapat enclosure gorila. Semua gorila didatangkan dari Inggris karena menurut peraturannya tidak boleh mengambil langsung dari negeri asalnya, Afrika. Jadi, gorilla yang dibawa adalah hasil penangkaran. Kemudian dilanjutkan dengan menikmati habitat primata lain yang berada di dalam kandang. 

Tak lupa juga, saya mengajak buah hati memasuki terowongan orang utan. Berbentuk goa, namun tidak pengap karena setiap sudut lorong sudah terpasang AC. Saat berada di dalam, orang utan bisa dilihat melalui jendela kaca agar mereka tidak merasa terganggu. Setelah puas berjalan menelusuri terowongan, kami pun menuju danau. Tampak sebuah canopy trail lapuk yang sudah disegel dengan tulisan larangan untuk naik. Sepertinya dahulu canopy trail ini digunakan sebagai tajuk untuk melihat PPS dari atas. Seru sekali jika dibayangkan. 

Rasa lelah juga sudah menghampiri, jarum jam menunjukan pukul setengah 12 siang, tak terasa sudah hampir dua setengah jam berada di sini. Perut mulai keroncongan, lalu saya memutuskan untuk bergegas pulang. Tapi, sebuah kafe yang terdapat di dalam area ini merubah pikiran saya. Berjalan semakin mendekat rupanya tempat ini bernama Primafe, sebuah tulisan kecil di bagian pinggir menipu saya “primate only” kafe hanya menyiapkan pakan primata. Dari luar kaca, kita bisa menonton petugas Pusat Primata Schmutzer meramu santapan untuk satwa, berisi buah-buahan segar. Seorang petugas menghampiri saya dan memberitahu bahwa sebentar lagi akan ada feeding time gorilla. Pengunjung bisa menonton bagaimana gorila yang pemalu makan. Senang sekali jika bisa menyaksikan atraksi menarik ini, tapi perut saya juga sudah memberi sinyal untuk diisi. Kafe primata menjadi penutup perjalanan saya di Pusat Primata Schmutzer.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Akhir Pekan di Pusat Primata Schmutzer appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/akhir-pekan-di-pusat-primata-schmutzer/feed/ 0 32892